THE FACTORS RELATED TO TEENAGERS SOCIALIZATION CAPABILITY IN BINA REMAJA FOSTER HOME YOGYAKARTA

Vol. II Nomor 1 Maret 2015 – Jurnal Keperawatan Respati

ISSN : 2088 - 8872

THE FACTORS RELATED TO TEENAGERS SOCIALIZATION CAPABILITY IN BINA REMAJA FOSTER HOME YOGYAKARTA Hasbi1 Asmarani2, Rahayu3 ABSTRACT Background: Teenagers who live in foster homes are having various social background that able to influence them to socialized. Socialization is an individual capability to interact well that suitable to norms and values acceptable in the area where he/she lives. Socialization capability is very important for an individualdue to the need of assistance, intimacy, and interact with others for his/her entire life. According to preliminary study showed these following findings; broken school teenagers due to cost incapability, misbehavior/brawl, teenagers who lived in the streets, parents incapability in taking care of their children and divorce. These teenagers confessed that they were selected their friends to interact and felt embarrassed to meet those who were stillable to go to school. Purpose of the Research: This research is purposed to find out factors related to teenagers socialization capablity in PSBR Yogyakarta. Research Method: This research was using analytical method with cross sectional design. Number of population was 35 teenagers in PSBR Yogyakarta. Sampling technique was using total sampling/exessive technique. Statistical analysis was using Chi-square test with significance importance of 0,05. Result of the Research: The teenagers majority were fostered by democratic parenting with quantity of 21 p-value=0,028 with Odd Ratio value 7,667;the influence of friends of the same age was in good category with quantity of 22 p-value=0,019 with Odd Ratio value 13,125; self acceptance in good category with quantity of 27 p-value=0,016 with Odd Ratio value 12,5; communication capability in good category with quantity of 27 p-value=0,016 with Odd Ratio 12,5. Conclusion: There was a relation between parenting, friends of the same age, self acceptance, and communication capablity with teenagers socialization capability in PSBR Yogyakarta. Keywords: Socialization, teenagers.

dilakukan oleh orang tua pada remaja, yang

A. PENDAHULUAN Selama

kurun

waktu

tahun

dapat mempengaruhi remaja dalam hubungan

2009

sosial dengan lingkungan/orang lain 1.

Komnas Perlindungan Anak telah mencatat

Individu mempunyai potensi untuk

tindak kekerasan terhadap anak di Sekolah. terhitung

terlibat dalam berbagai tingkat hubungan

mencapai 382 anak baik laki-laki maupun

sosial yaitu dari hubungan intim biasa sampai

perempuan.

kekerasan

hubungan saling ketergantungan, hubungan

terhadap anak paling banyak adalah orang tua

sosial berpengaruh untuk mengatasi berbagai

(61,4%).

terjadi

kebutuhan setiap hari dan individu tidak akan

meliputi tiga (3) jenis yakni fisik, seksual dan

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa

psikis dan paling banyak kekerasan yang

adanya hubungan dengan lingkungan sosial.

dilakukan adalah kekerasan psikis. Dari data

Proses

diatas kasus kekerasan psikis yang dominan

disebabkan karena ketidakmampuan individu

Jumlahnya

cukup

Pelaku

Jenis

fantastis

tindak

kekerasan

yang

104

hubungan

tidak

akan

terjalin


ISSN : 2088 - 8872

masuk dalam proses interaksi sosial karena

intelektual,

kematangan emosional,

dan

kurangnya peran serta individu dan respon

kematangan sosial. Dalam kebersamaan

lingkungan yang negatif 2.

inilah seseorang mengenal dan membentuk

Kemampuan sosialisasi merupakan

dirinya. Buah pikirannya diuji dalam pikiran

cara-cara berhubungan yang dilihat apabila

orang lain melalui keterampilannya dalam

individu-individu atau kelompok-kelompok

berkomunikasi,

sosial saling bertemu, adapun bentuk umum

keterampilan

sosialisasi adalah interaksi sosial, oleh karena

diharapkan memahami dan memecahkan

itu interaksi sosial merupakan syarat utama

berbagai persoalan yang dihadapi khususnya

terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi

persoalan-persoalan

dengan

meningkatnya

berkomunikasi

yang

remaja

berhubungan 5

sosial merupakan hubungan-hubungan sosial

dengan lingkungan sosialnya . 6

yang dinamis yang menyangkut hubungan

Pada remaja perkembangan sosial

antar individu, antar kelompok manusia,

dapat mengalami kemajuan yang progresif

maupun

melalui kegiatan yang terarah dari individu

antar

orang

perorang

dengan

kelompok manusia 3.

dalam pemahaman atas warisan sosial dan

Sosialisasi sangat

bagi

formasi pola tingkah lakunya yang luwes.

sosialisasi

Ditinjau dari sudut perkembangan manusia,

berlangsung sepanjang hidup yang tidak bisa

kebutuhan untuk berinteraksi sosial yang

hidup tanpa orang lain,

paling menonjol terjadi pada masa remaja.

individu

karena

proses

penting

membutuhkan

bantuan, keakraban, serta berinteraksi dengan

7

orang lain. Dengan bersosialisasi individu

menarik perhatian orang lain, menghendaki

dapat mempererat hubungan baik antara

adanya popularitas dan kasih sayang dari

teman maupun masyarakat sekitar. Apabila

orang tua dan teman sebaya.

Pada masa remaja, individu berusaha untuk

individu dapat diterima di lingkungannya

Apabila seseorang individu kurang

diantaranya; akan merasa senang dan aman,

bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya

mampu

maka seseorang individu tersebut sulit untuk

mengembangkan

konsep

diri

menyenangkan karena orang lain mengakui

bisa

mereka,

tersebut

memiliki

kesempatan

untuk

mengenal tidak

masyarakat, akan

menyatu

seseorang dengan

mempelajari berbagai pola perilaku yang

masyarakat lingkungan sekitar dan individu

diterima secara sosial dan ketrampilan yang

tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat.

membantu kesinambungan mereka dalam

4

situasi sosial 4.

terjadi

Individu berkomunikasi

harus dengan

Ada beberapa dampak pada individu apabila

mampu

diantaranya;

merasa

untuk

bersosialisasi

kesepian

karena

untuk

kebutuhan sosial mereka tidak terpenuhi,

berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam

merasa tidak bahagia dan tidak aman,

kemampuan

terus

mengembangkan konsep diri yang tidak

ditingkatkan guna meningkatkan kemampuan

menyenangkan, hidup dalam ketidakpastian

berkomunikasi

baik

penolakan

perlu

105


ISSN : 2088 - 8872

tentang reaksi sosial terhadap mereka dan ini

untuk berinteraksi. Remaja merasa malu

akan menyebabkan mereka cemas, takut dan

ketika bertemu dengan teman yang seusianya

sangat peka.

masih bersekolah. Saat ditanya tentang pola

7

Faktor

yang

mempengaruhi

pengasuhan di panti maupun dirumah remaja

perkembangan sosialisasi yang penting pada

mengatakan

masa remaja adalah meningkatnya pengaruh

demokratis

kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang

berkomunikasi, responden terlihat tidak

lebih matang, pengelompokkan sosial baru

memperhatikan pertanyaan dan tidak mau

dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman

untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial

Alasan penelitian mengambil di PSBR

(keluarga

dan

lingkungan).

8

Dalam

Yogyakarta,

ada

dengan

maupun

kekerasan,

permisif.

karena

hasil

dari

Ketika

studi

penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor

pendahuluan menemukan masalah mulai dari

yang mempengaruhi tingkat sosialisasi anak

pola asuh, penerimaan diri, teman sebaya dan

usia sekolah di Panti Asuhan Yatim Putri

kemampuan komunikasi.

‘Aisyiyah Yogyakarta” menunjukan yang

Berdasarkan uraian latar belakang di

mempengaruhi tingkat sosialisasi yaitu; pola

atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

pengasuhan,

penelitian

pengaruh

teman

sebaya,

penerimaan diri dan lingkungan. Hasil

studi

pendahuluan

tentang,

faktor-faktor

yang

berhubungan dengan kemampuan sosialisasi yang

pada remaja di Panti Sosial Bina Remaja

dilakukan di Panti Sosial Bina Remaja

Yogyakarta.

Yogyakarta, pada tanggal 07 Januari 2014

B. METODOLOGI PENELITIAN

dengan melakukan wawancara dan observasi didapatkan total remaja yang tinggal di Panti

Penelitian ini merupakan jenis penelitian

Sosial Bina Remaja Yogyakarta 48 remaja,

kuantitatif. Metode penelitiannya adalah

terdiri dari 31 remaja putra dan 17 remaja

analitik dengan menggunakan rancangan

putri. Selanjutnya hasil dari wawancara

cross sectional dengan tujuan penelitian

didapatkan data latar belakang remaja yang

untuk

tinggal di Panti, antara lain; remaja yang

berhubungan dengan kemampuan sosialisasi

putus sekolah akibat biaya, kenakalan/

pada remaja di Panti Sosial Bina Remaja

tawuran, remaja yang tinggal dijalanan,

Yogyakarta. Penelitian dilakukan di PSBR

ketidak mampuan orang tua dalam mengasuh

Yogyakarta pada tanggal 13 Juni 2014.

anak yang kemudian dititipkan ke nenek

Jumlah sampel sebanyak 35 responden

kakeknya, dan perceraian/broken home.

dengan teknik pengambilan sampel total

Dalam bergaul remaja mengaku kurang

sampling

mampu untuk menyesuaikan diri dengan

pengumpulan data menggunakan kuesioner

teman sebaya dan remaja pilih-pilih teman

dengan jumlah soal 69 pernyataan.

106

mengetahui

atau

faktor-faktor

teknik

jenuh.

yang

Alat


C. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

ISSN : 2088 - 8872

DAN

1. Hasil Penelitian a) Analisa Univariat 1. Pola asuh pada remaja di PSBR Yogyakarta Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pola Asuh di PSBR Yogyakarta No Pola Asuh Otoriter 1 Demokratis 2 Permisif 3 Total Sumber: Data primer, 2014

Frekuensi (n) 0 21 14 35

Persentase (%) 0 60 40 100,0

Tabel 1 di atas menunjukkan mayoritas

Yogyakarta adalah pola asuh demokratis

pola asuh pada remaja di PSBR

yaitu sebanyak 21 responden (60%).

1) Teman sebaya pada remaja di PSBR Yogyakarta Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Sebaya di PSBR Yogyakarta No Teman Sebaya Baik 1 Cukup 2 Kurang 3 Total Sumber: Data primer, 2014


Persentase (%) 62,86 34,28 2,86 100,0


Yogyakarta adalah dalam kategori baik

pengaruh

yaitu sebanyak 22 responden (62,86%).

teman

sebaya

di

PSBR

2) Penerimaan diri pada remaja di PSBR Yogyakarta Tabel 3 Distribusi Frekuensi Penerimaan Diri di PSBR Yogyakarta No Penerimaan Diri Baik 1 Cukup 2 Kurang 3 Total Sumber: Data primer, 2014


Persentase (%) 77,14 22,86 0 100,0


Yogyakarta adalah dalam kategori baik,

penerimaan diri pada remaja di PSBR

yaitu sebanyak 27 responden (77,14%).

3) Kemampuan Komunikasi Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi di PSBR Yogyakarta

107


No

Kemampuan Komunikasi

Baik 1 Cukup 2 Kurang 3 Total Sumber: Data primer, 2014

ISSN : 2088 - 8872

Frekuensi (n)

Persentase (%)

27 4 4 35

77,14 11,43 11,43 100,0


baik, yaitu sebanyak 27 responden

kemampuan komunikasi pada remaja di

(77,14%).

PSBR Yogyakarta adalah dalam kategori 4) Kemampuan Sosialisasi Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Sosialisasi di PSBR Yogyakarta No

Kemampuan Sosialisasi

Frekuensi (n)

Persentase (%)

1

Baik

29

82,86

2

Cukup

6

17,14

3

Kurang

0

0

35

100,0

Total Sumber: Data primer, 2014 Tabel 5 di atas menunjukkan mayoritas

adalah

dalam

kategori

baik

kemampuan sosialisasi remaja di PSBR

sebanyak 29 responden (82,86%).

yaitu

b) Analisa Bivariat 1) Pola Asuh dengan Kemampuan Sosialisasi Table 6 Hubungan pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi pada remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta. Kem. Sosialisasi Pola Asuh

Total (%)

p- value

OR

1

21

0,028

11,111

(95,2%)

(4,8%)

(100%)

9

5

14

(64,3%)

(35,7%)

(100%)

Baik

Cukup

(%)

(%)

20 Demokratis

Permisif + otoriter

Sumber: Data primer, 2014 Berdasarkan table 6 di ketahui bahwa

pola asuh demokratis sebanyak 21 responden

mayoritas orang tua/pengasuh menerapkan

(60%) dan mayoritas kemampuan sosialisasi

108


ISSN : 2088 - 8872

dalam kategori baik sebanyak 29 responden

orang tua dengan kemampuan sosialisasi

(82,86%). Hasil analisis dengan uji chi

pada remaja di PSBR Yogyakarta. Dari

square diperoleh dengan p value sebesar

analisis risk estimate didapatkan nilai OR

0.028. Oleh karena nilai p value sebesar 0,028

11,111. Nilai OR 11,111 berarti berada di

dan kurang dari 0,05 (p<0,05), dengan

OR>1 artinya mempertinggi resiko, artinya

demikian Ho ditolak dan Ha diterima

bahwa

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

mempertinggi

hubungan yang bermakna antara pola asuh

ketidakmampuan bersosialisasi.

pola

asuh

yang

diterapkan

terhadap

resiko

2) Teman Sebaya dengan Kemampuan Sosialisasi Table 7 Hubungan teman sebaya dengan kemampuan sosialisasi pada remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta. Kem. Sosialisasi Teman Sebaya

Total (%)

p- value

OR

1

22

0,019

13,125

(95,5%)

(4,5%)

(100%)

8

5

13

(61,5%)

(38,5%)

(100%)

Baik

Cukup

(%)

(%)

21 Baik

Cukup + kurang

Sumber: Olahan data primer, 2014 Berdasarkan table 7 di ketahui

Ha diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa mayoritas pengaruh teman sebaya

bahwa terdapat hubungan yang bermakna

dalam kategori baik sebanyak 21 responden

antara teman sebaya dengan kemampuan

(60%)

sosialisasi

dan

mayoritas

kemampuan

pada

remaja

di

PSBR

sosialisasi dalam kategori baik sebanyak 29

Yogyakarta. Dari analisis risk estimate

responden (82,86%). Hasil analisis dengan

didapatkan nilai OR 13,125. Nilai OR

uji chi square diperoleh dengan p value

13,125 berarti berada di OR>1 artinya

sebesar 0.019. Oleh karena nilai p value

mempertinggi resiko, artinya bahwa teman

sebesar 0,019 dan kurang dari 0,05

sebaya

(p<0,05), dengan demikian Ho ditolak dan

ketidakmampuan sosialisasi.

mempertinggi

terhadap

resiko

3) Penerimaan Diri dengan Kemampuan Sosialisasi Table 8 Hubungan penerimaan diri dengan kemampuan sosialisasi pada remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta.

109


ISSN : 2088 - 8872

Kem. Sosialisasi Penerimaan Diri

Total (%)

p- value

OR

2

27

0,016

12,500

(92,6%)

(7,4%)

(100%)

4

4

8

(50%)

(50%)

(100%)

Baik

Cukup

(%)

(%)

25 Baik

Cukup


diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

mayoritas penerimaan diri dalam kategori

terdapat hubungan yang bermakna antara

baik sebanyak 27 responden (77,14%) dan

penerimaan

mayoritas kemampuan sosialisasi dalam

sosialisasi

kategori baik sebanyak 29 responden

Yogyakarta. Dari analisis risk estimate

(82,86%). Hasil analisis dengan uji chi

didapatkan

diri

dengan

pada

remaja

nilai

OR

kemampuan di

PSBR

12,500.

Nilai

square diperoleh dengan p value sebesar

OR 12,500 berarti berada di OR>1

0.016. Oleh karena nilai p value sebesar

artinya mempertinggi resiko, artinya bahwa

0,016 dan kurang dari 0,05 (p<0,05),

penerimaan diri mempertinggi terhadap

dengan demikian Ho ditolak dan Ha

resiko ketidakmampuan sosialisasi.

4) Kemampuan Komunikasi dengan Kemampuan Sosialisasi Table 9 Hubungan kemampuan komunikasi dengan kemampuan sosialisasi pada remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta. Kem. Sosialisasi Kem. Komuni-kasi

Baik

Total (%)

p- value

OR

0,016

12,500

Cukup (%) (%) 25

2

27

(92,6%)

(7,4%)

(100%)

4

4

8

(50%)

(50%)

(100%)

Baik

Cukup + kurang


(77,14%)

mayoritas kemampuan komunikasi dalam

sosialisasi dalam kategori baik sebanyak 29

kategori baik sebanyak 27 responden

responden (82,86%). Hasil analisis dengan

110

dan

mayoritas

kemampuan


ISSN : 2088 - 8872

uji chi square diperoleh dengan p value

PSBR Yogyakarta. Dari analisis risk

sebesar 0.016. Oleh karena nilai p value

estimate didapatkan nilai OR 12,500. Nilai

sebesar 0,016 dan kurang dari 0,05

OR 12,500 berarti berada di OR>1 artinya

(p<0,05), dengan demikian Ho ditolak dan

mempertinggi

Ha diterima sehingga dapat disimpulkan

kemampuan komuninkasi mempertinggi

bahwa terdapat hubungan yang bermakna

terhadap

antara kemampuan komunikasi dengan

sosialisasi.

resiko,

artinya

resiko

bahwa

ketidakmampuan

kemampuan sosialisasi pada remaja di

2. Pembahasan

mendorong anak untuk mampu berdiri

a) Pola Asuh pada Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta

sendiri,

bertanggung

jawab

dan

yakin

terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya anak

Pola asuh orangtua adalah cara yang

dengan

pola

asuh

demokratis

dipakai oleh orang tua/pengasuh dalam

berkembang baik karena orang tua selalu

mendidik,

merangsang

memberi

bimbingan

dan

anaknya

untuk

mampu

pengalaman serta memberikan pengawasan.

berinisiatif 10.

Berdasarkan hasil analisis karakteristik pola

b) Teman Sebaya pada Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta

asuh diperoleh hasil bahwa mayoritas pola Teman sebaya adalah anak-anak atau

asuh demokratis sebanyak 21 responden

remaja yang memiliki usia atau tingkat

(60%). Pola asuh demokratis adalah pola

kematangan

yang

kurang

asuh dimana orang tua menekankan untuk

Berdasarkan

hasil

analisis

mengetahui mengapa peraturan dibuat dan

pengaruh teman sebaya diperoleh hasil

memberikan kesempatan pada anak untuk

bahwa mayoritas pengaruh teman sebaya

mengemukakan

masuk dalam kategori baik sebanyak 22

pendapatnya

bila

lebih

sama.

karakteristik

responden (62,86%).

menganggap peraturan tersebut tidak adil. Orang tua memberikan kebebasan pada anak

Setiap individu sangat membutuhkan

tetapi tetap mengontrol perilaku. Apabila

orang lain demi melangsungkan hidup di

anak berbuat salah maka hukuman akan

tengah-tengah

diberikan sesuai dengan pelanggaran yang

kemampuan sosialisasi yang baik individu

dibuat dan tidak dilakukan hukuman fisik 9.

akan

diberikan

kebebasan

mudah

diterima

di

dengan

lingkungan

masyarakat maupun kelompok teman sebaya.

Di dalam pola asuh demokratis anak juga

masyarakat,

Teman

untuk

sebaya

memiliki

peranan

mengemukakan pendapat dan ide. Pola asuh

penting dalam kehidupan remaja. Remaja

demokratis

mampu

memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai

terhadap

dan diterima oleh teman sebaya atau

perilakunya sendiri dengan hal-hal yang

kelompok. Sebagai akibat, mereka akan

dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini

merasa

menjadikan

mengembangkan

anak

kontrol

111

senang

apabila

diterima

dan


ISSN : 2088 - 8872

sebaliknya akan merasa tertekan dan cemas

Penerimaan diri merupakan bagian dasar

apabila dikeluarkan dan diremahkan oleh

dari harga diri. Harga diri merupakan salah

teman-teman sebayanya.

satu bagian dari konsep diri individu dimana

Pada masa ini mulai tumbuh dorongan

konsep diri yaitu semua pikiran, keyakinan

untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman

dan kepercayaan yang membuat individu

yang dapat memahami dan menolongnya.

mengetahui

Pada masa ini sebagai masa mencari sesuatu

mempengaruhi hubungannya dengan orang

yang dipandang bernilai, pantas dijunjung

lain.

dan dipuja. Mengembangkan keterampilan

memiliki penerimaan diri yang baik akan

komunikasi interpersonal dan belajar bergaul

merasa dirinya berharga bagi orang lain

dengan teman sebaya atau orang lain, baik

sehingga dapat menerima pujian, menikmati

secara individual atau kelompok 12.

berbagai kegiatan dan peka terhadap orang

Menurut teori diatas dapat diartikan

sosialisasi.

dan

Menjelaskan bahwa individu yang

d) Kemampuan Komunikasi pada Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta

kelompok (peer group) berdampak besar kemampuan

dirinya

lain.

pengaruh teman sebaya yang baik pada

dengan

13

tentang

Karena

Berdasarkan hasil analisis karakteristik

peranan teman sebaya pengaruhnya cukup

kemampuan komunikasi diperoleh hasil

besar, dengan demikian alangkah baiknya

bahwa mayoritas kemampuan komunikasi

jika pengaruh tersebut diarahkan ke hal-hal

remaja masuk dalam kategori baik yaitu

yang positif.

sebanyak 27 responden (77,14%). Hal ini bisa

c) Penerimaan Diri pada Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta

disebabkan karena remaja di panti selalu ada kegiatan-kegiatan yang bersifat kerjasama antar individu.

Penerimaan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengakui kenyataan diri

Hakikat

komunikasi

adalah

proses

secara apa adanya termasuk juga menerima

pernyataan antar manusia, dimana yang

semua pengalaman hidup, sejarah hidup, latar

dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan

5

belakang hidup, dan lingkungan pergaulan .

seseorang,

Berdasarkan

menggunakan

hasil

analisis

karakteristik

kepada

orang

bahasa

lain sebagai

penerimaan diri diperoleh hasil bahwa

penyalurnya. Manusia sebagai

mayoritas penerimaan diri remaja masuk

sosial

dalam kategori baik yaitu sebanyak 27

berhubungan

responden (77,14%). Karena di panti setiap

berinteraksi dengan lingkungannya.

minggunya

rutin

ada

bimbingan

dalam

bertingkah dengan

dengan alat

makhluk

laku

selalu

manusia

serta

Komunikasi merupakan dasar dari

yang

seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi

dimana dapat meningkatkan penerimaan diri

erat kaitannya dengan kehidupan manusia.

remaja di PSBR.

Komunikasi

konseling/psikologi

dengan

LSM,

pada

umumnya

diartikan

sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan

112


ISSN : 2088 - 8872

yang berkaitan dengan masalah hubungan,

mempengaruhi kemampuan remaja dalam

atau diartikan pula sebagai saling tukar

bersosialisasi, semakin baik dalam mengasuh

menukar pendapat atau sebagai kontak antara

maka

manusia secara individu maupun kelompok

bersosialisasi. Berdasarkan

14


.

akan

semakin

baik

kemampuan analisis

risk


e) Kemampuan Sosialisasi pada Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta

mempertinggi resiko, artinya bahwa pola asuh otoriter dan permisif mempunyai

Berdasarkan

hasil

analisis

peluang 11 kali mengalami ketidakmampuan

karakteristik penerimaan diri diperoleh hasil

bersosialisasi

bahwa mayoritas kemampuan sosialisasi

bentuk interaksi antara orang tua dan anaknya

disebabkan remaja yang tinggal di panti yang

asuh

Pola asuh orang tua merupakan

29 responden (82,86%). Hal ini bisa

dukungan

pola

demokratis.

remaja masuk dalam kategori baik sebanyak

mendapatkan

dibandingkan

9

. Hasil penelitian pada table 1 menunjukkan

berupa

mayoritas pola asuh remaja di PSBR

kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pihak

Yogyakarta adalah pola asuh demokratis

panti maupun LSM.

yaitu sebanyak 21 responden (60%). Dalam

Mausia adalah makhluk sosial yang

pola asuh demokratis terdapat komunikasi

dalam kehidupannya tidak pernah lepas dari

yang baik, dimana orang tua lebih banyak

hubungan sesama manusia atau disebut

melibatkan remaja dalam dialog verbal dan

interaksi sosial, interaksi sosial merupakan

membiarkan

kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak

mereka

mengepresikan

pandangan-pandangannya. Jenis keluarga

adanya komunikasi ataupun interaksi antar

seperti ini agarnya dapat membantu remaja

satu sama lain maka tidak mungkin ada

memahami relasi sosial dan hal-hal yang

kehidupan bersama. Interaksi merupakan

dibutuhkan untuk memahami seorang pribadi

dasar dari suatu bentuk proses sosial karena

yang kompeten16. Memang bagaimana pun

tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan-

pola pengasuhan orang tua atau pendamping

kegiatan antar satu individu dengan yang lain

sangat mempengaruhi kemampuan sosialisasi

tidak dapat disebut interaksi 15.

remaja. Jika remaja selalu diberi kesempatan

f) Hubungan Pola Asuh Terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta

untuk mengambil inisiatif dan tanggung jawab atas segala sikap dan tindakannya, selalu diberikan dukungan dan kebebasan

Hasil penelitian diketahui bahwa

untuk melakukan aturan yang ada tanpa

terdapat hubungan yang bermakna antara

paksaan dan intimidasi remaja akan menjadi

pola asuh dengan kemampuan sosialisasi

sosok yang mudah bersosialisasi 8.

pada remaja di PSBR Yogyakarta. Hal ini

Dalam keluarga dengan pola asuh

dapat diartikan bahwa pola asuh orang tua

demokratis hubungan anak dengan orang tua

113


ISSN : 2088 - 8872

harmonis, mempunyai sifat terbuka dan

dapat

bersedia mendengarkan pendapat orang lain

mempengaruhi kemampuan remaja dalam

sehingga mampu menyesuaikan diri dengan

bersosialisasi. Berdasarkan

lingkungannya secara baik dan emosi stabil


17


. Hasil penelitian senada dengan

10

bahwa

diartikan

bahwa

sebaya

analisis

risk

semakin demokratis tipe pola asuh orang tua

mempertinggi

maka perkembangan sosialisai remaja akan

pengaruh

semakin baik. Analisa statistika diperoleh

mempunyai peluang 13 kali mengalami

nilai significance (p-value) sebesar 0,00

ketidakmampuan sosialisasi dibandingkan

untuk tipe pola asuh demokratis. Nilai ini

dengan remaja yang memiliki pengaruh

lebih kecil dari level of significance (α)

teman sebaya baik.

sebesar 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara

pola

asuh

demokratis

resiko,

teman

teman

artinya

bahwa

yang

kurang

sebaya

Data responden menunjukan bahwa

dengan

sebanyak 33 responden memiliki usia antara 12

perkembangan sosialisasi remaja. Anak yang

16-21 tahun.

dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana

pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk

demokratik, perkembangannya lebih luwes

hidup, kebutuhan akan adanya teman yang

dan dapat menerima kekuasaan secara

dapat

rasional.

Mengembangkan keterampilan komunikasi 8

Tugas perkembangan remaja

memahami

dan

menolongnya.

Anak yang diasuh secara otoriter,

interpersonal dan belajar bergaul dengan

selalu dipaksa dan dikekang maka akan sulit

teman sebaya atau orang lain, baik secara

untuk bersosialisasi. Hasil penelitian sama

individual atau kelompok. Hal ini dapat

yang dilakukan 18 bentuk pola asuh orang tua

berdampak pada kuatnya pengaruh kelompok

otoriter dapat menyebabkan kesulitan bagi

teman sebaya dalam sikap, pembicaraan,

anak untuk bersosialisasi. Karena dalam

minat, penampilan dan perilaku. Pengaruh

mengasuh anak-anaknya orang tua banyak

teman sebaya pada kelompok remaja di

memberikan larangan dan berbagai aturan

PSBR Yogyakarta memiliki dampak yang

yang harus dipatuhi oleh anak, sehingga

baik. Hal ini dapat terlihat dari kemampuan

akhirnya menciptakan perasaan yang cemas,

sosialisasi yang baik, yaitu 60%. Remaja

takut minder dan rasa kurang menghargai

lebih

serta kurang percaya diri pada anak.

bersama dengan teman sebaya di sekolah

g) Hubungan Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta

maupun

banyak

di

menghabiskan

lingkungan

waktunya

masyarakat.

Keterlibatan remaja dalam kelompok teman sebaya

ditandai

dengan

persahabatan,

terutama teman sejenis, hubungan mereka

Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat

begitu akrab karena melibatkan emosi yang

hubungan yang bermakna antara pengaruh

cukup kuat 19.

teman sebaya dengan kemampuan sosialisasi pada remaja di PSBR Yogyakarta, hal ini

114


Interaksi

sosial

anak

remaja

ISSN : 2088 - 8872


dipengaruhi oleh pergaulannya dengan teman

mempertinggi

sebaya. Secara umum ketika seorang anak

penerimaan

menikmati atau senang dengan hubungan

mempunyai peluang 12,5 kali mengalami

sosialnya dengan teman-teman sebayanya,

ketidakmampuan sosialisasi dibandingkan

maka

untuk

dengan remaja yang memiliki penerimaan

bersikap dan berperilaku sesuai dengan

diri yang baik. Hal ini dapat diartikan bahwa

anak

tuntutan

tersebut

termotivasi 20

kelompoknya.

Jika

resiko, diri

artinya

yang

bahwa

kurang/negatif

unsur

penerimaan diri mempengaruhi kemampuan

kekerasan dan kenakalan yang diutamakan

remaja dalam bersosialisasi. Hasil penelitian

kelompok, maka remaja tersebut melakukan

ini diperkuat dengan teori

kekerasan dan kenakalan.

faktor yang mempengaruhi kemampuan

Pengaruh kelompok teman sebaya

bersosialisasi

salah

8

bahwa faktor-

satunya

yaitu,

pada remaja lebih besar dibandingkan dengan

penerimaan diri. Penerimaan diri baik akan

pengaruh keluarga. Hal tersebut dperkuat

menghasilkan harga diri tinggi yang akan

oleh

8

lebih mudah bagi seorang remaja

mengubah

sikap

atau

perilaku

karena

mempengaruhi penyesuaian sosial individu dimana semakin baik penyesuaian sosial

pengaruh teman sebaya dibandingkan karena

maka

paksaan atau didikan pengasuh.

bersosialisasi individu tersebut 5.

h) Hubungan Penerimaan Diri terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta

akan

mempengaruhi

Hasil penelitian

8

kemampuan

dengan judul

“Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sosialisasi anak usia sekolah di Panti Asuhan

Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penerimaan diri dengan kemampuan sosialisasi pada remaja

di PSBR

Yogyakarta.

penelitian yang dilakukan

5

Namun,

yang berjudul

“Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kemampuan Bersosialisasi Remaja Putri di Panti Asuhan Santa Angela Deli Tua”, menunjukkan tidak ada hubungan antara penerimaan

diri

dengan

kemampuan

bersosialisasi remaja putri di Panti Asuhan Santa Angela Deli Tua dengan nilai p-value adalah 0,306 nilai ini lebih besar dari Level of Significance (α) (p>0,05). Pada penelitian ini hasil analisis risk estimate didapatkan nilai OR 12,500. Nilai

Yatim

Piatu

‘Aisyiyah,

Yogyakarta”

penerimaan diri berpengaruh positif terhadap kemampuan sosialisasi. Remaja yang dapat menerima dirinya sendiri dengan baik akan menerima diri sendiri apa adanya, tidak menolak dirinya sendiri apabila memiliki kelemahan dan kekurangan. Semakin besar kemampuan remaja untuk dapat menerima diri sendiri, akan memperbesar kemamupan remaja itu untuk menerima keberadaan orang lain, sehingga akan mempermudah menjalin hubungan

dengan

orang-orang

disekelilingnya. i) Hubungan Kemampuan Komunikasi terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Remaja di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta


ISSN : 2088 - 8872

Hubungan antar individu dapat Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna dengan nilai p value 0,016 antara kemampuan komunikasi dengan kemampuan sosialisasi pada

remaja

di

PSBR

Yogyakarta,

berdasarkan analisis risk estimate didapatkan nilai OR 12,500. Nilai OR 12,500 berarti berada di OR>1 artinya mempertinggi resiko, artinya bahwa kemampuan komunikasi yang kurang

mempunyai

mengalami

peluang

ketidakmampuan

12,5

kali

sosialisasi

dibandingkan dengan remaja yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

dasar dalam kehidupan manusia. Manusia karena

mereka saling membutuhkan dan dengan komunikasi, manusia dapat berkembang dan dapat

melangsungkan

bermasyarakat

kehidupan

berkomunikasi verbal dan non-verbal dengan baik.

Kemampuan

berperngaruh

komunikasi

terhadap

sangat

kemampuan

sosialisasi yang dimana, penerima pesan dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dan ada feedback. 3. Katerbatasan Penelitian Penelitian

ini

mempunyai

beberapa

keterbatasan antra lain: a) Pada penelitian ini faktor-faktor yang dengan

kemampuan

sosialisasi yang diteliti hanya 4 yaitu; pola asuh, teman sebaya, penerimaan diri dan kemampuan komunikasi. Sedangkan masih banyak

faktor

lain

yang

dapat

mempengaruhi kemampuan sosialisasi. b) Subjektivitas pengisian kuesioner yang

21

. Komunikasi yang baik di

lingkungan akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan diri dan sosial. Hasil penelitian hubungan

sosialnya, jika individu tersebut mampu

berhubungan

Komunikasi merupakan kebutuhan

berhubungan dengan sesamanya

terjalin secara harmonis dengan lingkungan

22

kemampuan

diketahui ada

sosialisasi

dan

komunikasi, dimana 83,3% orang anak pra sekolah memiliki kemampuan sosialisasi dan komunikasi dalam kategori baik. Hal ini

tidak dapat dikendalikan oleh peneliti, dimana responden cenderung memberikan jawaban yang positif c) Pengambilan

data

kemampuan

untuk

sosialisasi

variable idealnya

menggunakan metode observasi tetapi karena keterbatasan peneliti, pengambilan data mengunakan kuesioner.

menunjukkan individu yang melakukan interaksi sosial dituntut untuk memiliki

D. PENUTUP

kemampuan

komunikasi

yang

baik.

1. Kesimpulan

Kemampuan

komunikasi

yang

baik

menjadikan remaja berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peranan di lingkungan sosialnya dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompoknya.

a)

Mayoritas gambaran pola asuh pada remaja masuk dalam kategori pola asuh demokratis.

b) Mayoritas pengaruh teman sebaya pada remaja masuk dalam kategori baik.


c)

Mayoritas penerimaan diri pada remaja

memiliki pengaruh baik pada teman

masuk dalam kategori baik.

sebaya.

d) Mayoritas

e)

f)

kemampuan

komunikasi

l)

Odd

Rasio

(OR)

antara

penerimaan diri dengan kemampuan

Mayoritas kemampuan sosialisasi pada

sosialisasi berada di OR>1 artinya

remaja masuk dalam kategori baik.

bahwa penerimaan diri yang kurang

Terdapat hubungan yang bermakna

mempunyai

antar pola asuh dengan kemampuan

mengalami ketidakmampuan sosialisasi

sosialisasi pada remaja di Panti Sosial

dibandingkan dengan remaja yang

Bina Remaja Yogyakarta.

memiliki penerimaan diri yang baik.

antara

teman

sebaya

m) Nilai

dengan

peluang

Odd

kemampuan

Rasio

12,5

(OR)

komunikasi

kali

antara dengan


kemampuan sosialisasi berada di OR>1

Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta

artinya bahwa kemampuan komunikasi

h) Terdapat hubungan yang bermakna antara

j)

Nilai

pada remaja masuk dalam kategori baik.

g) Terdapat hubungan yang bermakna

i)

ISSN : 2088 - 8872

penerimaan

diri

yang kurang mempunyai peluang 12,5

dengan

kali

mengalami

ketidakmampuan


sosialisasi dibandingkan dengan remaja

Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta.

yang memiliki kemampuan komunikasi

Terdapat hubungan yang bermakna

yang baik.

antara kemampuan komunikasi dengan

2. Saran


a)

Bagi Institusi UNRIYO

Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta.

Meningkatkan peran dalam pemberian

Nilai Odd Rasio (OR) antara pola asuh

informasi

dengan kemampuan sosialisasi berada

kemampuan

di OR>1 artinya bahwa remaja yang di

pendidikan kesehatan.

asuh selain demokratis mempunyai peluang

11

kali

dan

pendidikan sosilaisasi

tentang melalui

b) Bagi Pengelola PSBR Yogyakarta

mengalami

Diharapkan meningkatkan pelayanan

sosialisasi

dan pelatihan keterampilan bagi remaja

dibandingkan dengan remaja yang

yang masih kurang, baik dalam hal

diasuh dengan demokratis.

operasional maupun non operasional

ketidakmampuan

k) Nilai Odd Rasio (OR) antara teman

dengan cara berkerjasama dengan LSM.

sebaya dengan kemampuan sosialisasi

Serta

berada di OR>1 artinya bahwa remaja

ditingkatkan supaya remaja di panti

yang pengaruh teman sebaya yang

mampu

kurang mempunyai peluang 13 kali

sosialisasi.

mengalami ketidakmampuan sosialisasi dibandingkan dengan remaja yang

c)

bimbingan

konseling

meningkatkan

Bagi peneliti selanjutnya

dapat

kemampuan


Diharapkan penelitian ini dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melihat pada keterbatasan peneliti, dan meneliti faktor-faktor lain diantaranya pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan jenis kelamin yang dapat mempengaruhi kemampuan sosialisasi.

DAFTAR PUSTAKA 1.

2.

3.

4. 5.

6. 7. 8.

9.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. 2011. Anak Korban Kekerasan (Fisik dan Mental) dan Perlakuan Salah (Child Abuse). http://www.menegpp.go.id/v2/index.ph p/ datadaninformasi/perlindungan-anak Ermawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media. Badrujaman. 2010. Sosiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Trans Info Media, Jakarta Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Saragih, H.N. 2013. Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kemampuan Bersosialisasi Remaja Putri di Panti Asuhan Santa Angela Deli Tua. Fakultas Keperawatan USU. Skripsi Djaali. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara Hurlock, E.B. 2006. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Romana, Aben B.H,. 2005. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Tingkat Sosialisai Anak Usia Sekolah di Panti Asuhan Yatim Piatu Puteri ‘Aisyiyah Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi Didoek, Conchita. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah di TK Karitas Nandan Ngaglik Sleman Yogyakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta. Skripsi

ISSN : 2088 - 8872

10. Sartika, Panjaitan Dewi. 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Sosialisasi Remaja di SMA Negeri 15 Medan. Fakultas Keperawatan USU. Skripsi 11. Santrock, W John. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga 12. Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya 13. Muslimah, Nurlia. 2010. Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kebahagiaan Anak Jalanan. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi 14. Widjaja, A.W. 2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Bina Aksara 15. Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada 16. Santrock, W John. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga 17. Listrikawati. 2005. Hubungan Antara Anak Pola Asuh Ibu Dengan Kematangan Sosial Anak Usia 1-3 tahun di Desa Tirtoadi Sleman Yogyakarta. Fakultas Kedokteran UGM. Skripsi 18. Jannah, Husnatul. 2012. Bentuk Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Perilaku Moral Pada Anak di Kecamatan Ampek Angkek. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pau d/article/viewFile/1623/1397, 10 juli 2014 19. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Agung Seto 20. Kaha, Naomi. 2012. Dukungan Sosial Teman Sebaya Dan Hubungan Orangtua-Remaja Sebagai Prediktor Identitas Diri Siswa SMA Kristen 1 Salatiga. Sains Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Tesis 21. Sofia, Poppy Anisa. 2009. Hubungan Pola Asuh Otoriter Orangtua Dengan Efektifitas Komunikasi Interpersonal. Fakultas Psikologi UII. Skripsi


ISSN : 2088 - 8872

THE FACTORS RELATED TO TEENAGERS SOCIALIZATION CAPABILITY IN BINA REMAJA FOSTER HOME YOGYAKARTA

Recommend Documents