KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA TENTANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS 2 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 KOTA PARIAMAN
TESIS
Oleh:
NOFIANDRI NIM. 52074 Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Agamuddin, M.Ed.
Dr. Wakhinuddin, M.Pd
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN KONSENTRASI PENDIDIKAN KEJURUAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011
ABSTRACT
Nofriandri. 2011. The Contribution of Student’s Perception on SMK and the Learning Techniques toward the Student’s Achievement of SMK N 2 Pariaman. Thesis. Graduate Program. State University of Padang. Based on a field observation and experience at SMKN 2 Pariaman, it was found that the students’ learning achievement were not as expected. Several factors were caused the learning achievement, such student’s perception on the vocational education and the technique used by the students. This research were aimed at the finding out the contribution of the two factors on the students’ achievement. Three hypotheses were proposed to be tested. They were: there was a contribution of the students’ perception on vocational education and learning techniques used by the students, individually or simultaneously. The sample was 101 students who were stratified randomly techniques selected from a population of 404 students. A Likert scale questionnaire was developed which validity and reliability has been tested. Based on the data analysis, the findings of this research were: (1) there is a significant contribution of the student’s perception on SMK on the students achievement. (2) there is a significant contribution of the learning technique used by the students on the students’ achievement. (3) simultaneously, there is a significant contribution of the students’ perception on the SMK and the learning technique toward the learning achievement. In conclusion, the students’ achievement can be improved through the two variables. It can be suggested that more attention should be paid by headmaster through activities and staff development programs at the SMKN 2 Pariaman.
i
ABSTRAK
Nofiandri, 2011. Kontribusi Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan Cara Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 2 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Pariaman, Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Padang. Berdasarkan hasil pra-survey ternyata hasil belajar siswa kelas 2 SMK Negeri 2 Pariaman masih rendah. Hasil belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor, di antaranya adalah persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan besarnya kontribusi persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar terhadap hasil belajar siswa kelas 2 SMK Negeri 2 Pariaman. Tiga hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu: (1) persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan berkontribusi terhadap hasil belajar, (2) cara belajar berkontribusi terhadap hasil belajar, (3) persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkontribusi terhadap hasil belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas2 SMK Negeri 2 Pariaman berjumlah 404 orang, dan sampel sebanyak 101 orang diambil dengan menggunakan teknik stratified proportional random sampling. Instrumen yang digunakan untuk pengumpul data adalah angket model skala Likert yang telah diuji kesahihan dan kehandalannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan berkontribusi secara signifikan setara 11,6% terhadap hasil belajar, (2) cara belajar berkontribusi secara signifikan setara 12,3% terhadap hasil belajar, dan (3) persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkontribusi secara signifikan serata 12,5% terhadap hasil belajar. Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar adalah dua faktor penting yang berkontribusi terhadap hasil belajar siswa kelas 2 SMK Negeri 2 Pariaman. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak-pihak yang terkait untuk dapat memperhatikan kedua faktor ini agar hasil belajar siswa kelas 2 SMK Negeri 2 Pariaman meningkat.
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, tesis dengan judul ”Kontribusi Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan Cara Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 2 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Pariaman”. Adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Negeri Padang, maupun di PerguruanTinggi lainnya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing. 3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan pada daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.
Padang, Mei 2011 Saya yang menyatakan
NOFIANDRI NIM.52074
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis aturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Kontribusi Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan Cara Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 2 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kota Pariaman”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Pendidikan Kejuruan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Tesis ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Agamuddin, M.Ed. dan Dr. Wakhinuddin, M.Pd, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membantu penulis dalam memberikan arahan dan bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 2. Prof. H. Jalius Jama, M.Ed., Ph.D., Dr. Ridwan, M.Sc.Ed., dan Prof. Dr. Gusril, M.Pd., selaku kontributor. 3. Kesbangpol Kota Pariaman yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Kota Pariaman. 4. Kepala SMK Negeri 2 Kota Pariaman yang telah memberi izin kepada penulis untuk meneliti. 5. Siswa kelas 2 SMK Negeri 2 Kota Pariaman yang telah membantu dalam mengisi angket. 6. Istri tercinta Laila, A.Md. Keb., SST., SKM., beserta anak-anakku Hanifah Nofila, Muhammad Farhan, Zahra Nofila, Rahmah Nofila, yang telah memberi semangat dalam penyelesaian tesis ini. 7. Teman-teman seperjuangan, dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang ikut berpartisipasi memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan dengan keikhlasan dan ketulusan hati menjadi amal ibadah dan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyampaikan harapan semoga tesis yang disusun ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan di masa yang akan datang. Amin ya robbal ‘alamin. Padang, Mei 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ....................................................................................................
i
ABSTRAK .....................................................................................................
ii
PERSETUJUAN AKHIR .............................................................................
iii
PERSETUJUAN KOMISI ...........................................................................
iv
SURAT PERNYATAAN ..............................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ...............................................................
9
D. Perumusan Masalah ................................................................
10
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
10
F. Kegunaan Penelitian ...............................................................
11
KAJIAN TEORI .........................................................................
12
A. Landasan Teori ........................................................................
12
1. Hakekat dan Pengertian Pendidikan Kejuruan ..................
12
2. Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan.............
16
3. Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan ......
19
4. Cara Belajar .......................................................................
25
B. Penelitian Yang Relevan .........................................................
29
C. Kerangka Konseptual ..............................................................
31
D. Hipotesis...................................................................................
34
BAB II
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................
35
A. Metode Penelitian ...................................................................
35
B. Tempat dan Waktu ..................................................................
35
C. Populasi dan Sampel ...............................................................
35
D. Definisi Operasional ...............................................................
37
E. Pengembangan Instrumen Penelitian ......................................
38
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
41
G. Teknik Analisis Data ...............................................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................
44
A. Deskripsi Data .........................................................................
44
B. Pengujian Persyaratan .............................................................
48
C. Pengujian Hipotesis..................................................................
53
D. Pembahasan .............................................................................
58
E. Keterbatasan Penelitian ...........................................................
63
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...........................
65
A. Kesimpulan .............................................................................
65
B. Implikasi...................................................................................
65
C. Saran ........................................................................................
67
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................
68
LAMPIRAN ...................................................................................................
71
BAB V
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Rata-Rata Nilai Ujian Nasional ................................................................
9
2.
Klasifikasi Hasil Belajar ..........................................................................
17
3.
Sebaran Populasi Penelitian .....................................................................
36
4.
Penyebaran Sampel ..................................................................................
36
5.
Rancangan Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba ...............................................
39
6.
Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar (Y) ............................................
44
7.
Distribusi Frekuensi Data Persepsi Siswa Tentang SMK (X1) ................
46
8.
Distribusi Frekuensi Data Cara Belajar (X2) ............................................
47
9.
Rangkuman Analisis Uji Normalitas ........................................................
49
10. Rangkuman Uji Linearitas antara Y dan X1 .............................................
50
11. Rangkuman Uji Linearitas antara Y dan X1 .............................................
51
12. Rangkuman Analisis Uji Independensi .....................................................
52
13. Hasil Analisis Korelasi Sederhana antara Variabel X1 dengan Y Model Summary ........................................................................................
53
14. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Variabel X1 dengan Y Memakai Tabel Coefficients .....................................................................
53
15. Hasil Analisis Korelasi sederhana antara Variabel X2 dengan Y Model Summary ........................................................................................
55
16. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Variabel X2 dengan Y Memakai Tabel Coefficients .....................................................................
55
17. Hasil Analisis Korelasi Ganda antara Variabel X1 dan X2 dengan Y Model Summary .......................................................................
56
18. Hasil Analisis Regresi Ganda antara Variabel X1 dan X2 dengan Y Memakai Tabel Coefficients ....................................................
ix
57
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Kerangka Konseptual ................................................................................
34
2.
Histogram Hasil Belajar ...........................................................................
45
3.
Histogram Persepsi Siswa Tentang SMK (X1) ........................................
47
4.
Histogram Cara Belajar (X2) ....................................................................
49
5.
Garis Regresi Variabel X1 dengan Y .......................................................
50
6.
Garis Regresi Variabel X2 dengan Y ......................................................
51
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Angket Uji Coba Penelitian ......................................................................
70
2. Sebaran Data Hasil Uji Coba Penelitian ...................................................
78
3. Hasil Analisis Uji Coba Validitas dan Reliabiliti .....................................
80
4. Angket Penelitian ......................................................................................
91
5. Sebaran Data Hasil Penelitian ....................................................................
99
6. Deskripsi Data ..........................................................................................
105
7. Uji Normalitas, Uji Lineritas GarisRegresi, Uji Independensi antar Variabel Bebas .........................................................................................
114
8. Korelasi dan Regresi Sederhana Variabel X1 dan X2 Terhadap Y .............
118
9. Korelasi dan Regresi GandaVariabel X1, dan X2 Terhadap Y .................
120
10. Surat Izin Penelitian ..................................................................................
122
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tantangan pada era globalisasi diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dengan sumber daya dari negeri lain. Adalah sangat tepat bila perhatian dan prioritas diberikan kepada sektor pendidikan. Kemajuan lembaga pendidikan merupakan bagian penting dari sistim pendidikan nasional yang menduduki posisi strategis dalam mewujudkan komitmen
mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Proses
pembelajaran
akan
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap profesi yang dapat memenuhi lapangan kerja tingkat menengah. Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek proses dan aspek hasil yang dicapai. Nana Sudjana (2004) menjelaskan bahwa dari aspek proses menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis, sehingga peserta didik sebagai subjek yang belajar mampu mengembangkan potensinya melalui cara belajar dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif. Dari aspek hasil atau produk menekankan tingkat penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hakekat belajar adalah suatu proses, dimana dalam proses tersebut terjadi berbagai bentuk interaksi antara komponen-komponen yang ada seperti guru dan siswa. Tujuan dari interaksi tersebut dikembangkan atau dicapai dalam pendidikan formal maupun non formal, setidaknya diarahkan pada tiga sasaran yaitu kognitif,
1
2
afektif, dan psikomotor. Ketiga sasaran itu merupakan totalitas yang akan dicapai secara integral, artinya ketiga tujuan itu harus dicapai secara bersamaan dan tidak terpisah-pisah. Totalitas ataupun akumulasi itulah yang akhirnya akan melahirkan manusia-manusia seutuhnya baik dari segi fisik maupun mental spiritual. Tujuan dan keberhasilan pendidikan ditentukan oleh seberapa besar kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran serta kemampuan peserta didik dalam memperoleh nilai (angka) dari suatu evaluasi yang diberikan, namun demikian hasil belajar tidak hanya ditentukan oleh subjek dan objek pendidikan, akan tetapi banyak faktor yang dapat menentukan hasil belajar siswa, diantaranya tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan belajar, cara belajar siswa, minat, dan motivasi belajar siswa. Komponen-komponen tersebut akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar jika difungsikan secara integral dan sistematis. Tinjauan singkat tentang hakikat diatas, mengandung beberapa aplikasi diantaranya: (1) Pendidikan selalu melibatkan adanya interaksi sosial budaya antara peserta didik disatu pihak dan pendidik dilain pihak yang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan yang diharapkan. (2) Sebagai upaya yang dilakukan secara sadar, dalam pendidikan selalu terkandung pesan (tujuan dan bahan) yang dijadikan acuan proses atau cara yang ditempuh, situasi, lingkungan dimana proses itu berlangsung serta cara untuk mengetahui seberapa pesan yang dimaksud sudah terwujud dalam diri peserta didik (3) Untuk memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan, pendidikan perlu diharapkan, pendidikan perlu diarahkan pada pengembangan seluruh dimensi kepribadian yang meliputi
3
dimensi kognitif, psikomotor, afektif/moral maupun social (all human powers) (4) mengacu pada misi yang diembannya, pendidikan dapat ditinjau dari aspek mikro (kegiatan/interaksi peserta didik dan pendidik) maupun aspek makro (dalam kontek efektifitas dan efisien) (5) Pendidikan itu mencakup baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal (keluarga dan masyarakat) yang berlangsung sepanjang hidup dan dengan makna yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran (6) Pendidikan itu pada dasarnya mengandung unsur kiat (seni/art) di satu pihak dan unsur rekayasa (teknologi/behavior engineering) di lain pihak. Sekolah adalah tempat berlangsungnya pendidikan dalam pembentukan manusia-manusia yang terdidik. Untuk itu pengelolaan dari suatu sekolah diperlukan managerial yang baik. Sebagus apapun kondisi sekolah serta mempunyai sarana-prasarana yang cukup, akan tetapi pengelolaan yang kurang sempurna, tidak juga akan menghasilkan tujuan yang diharapkan. Apalagi asumsi ditengah masyarakat saat ini memandang bahwa sekolah-sekolah belum mampu untuk menghasilkan manusia-manusia yang produktif, lulusan sekolah khususnya sekolah kejuruan masih saja belum mampu memenuhi harapan dunia industri atau dunia usaha. Hal ini tercermin dari ketidakmampuan mereka merebut peluang kerja, karena mereka sangat jauh dari misi kepemilikan, penguasaan, sumber daya sekolah kejuruan. Kecemasan masyarakat terhadap Sekolah Kejuruan bukanlah wacana yang dianggap biasa saja, akan tetapi perlu disimak dan dianalisa lebihlebih bagi praktisi pendidikan. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan dewasa ini dan khususnya Sekolah Menengah Kejuruan menyangkut hasil belajar siswa, Hasil
4
belajar yang dimaksud tentunya hasil belajar yang benar-benar menunjukkan kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Hal ini berkaitan dengan program studi atau penjurusan yang ada. Kemampuan biasanya diukur berdasarkan nilai yang dicapai siswa melalui penilaian (evaluasi) yang dilaksanakan oleh guru. Hasil belajar siswa mendapat perhatian serius baik dari pemerintah, para praktisi pendidikan maupun stakeholder dan juga masyarakat banyak. Ketidak berhasilan pendidikan di Indonesia terutama menyangkut dengan hasil belajar paling tidak dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berkenaan dengan faktor internal ada beberapa masalah yang dihadapi yaitu: (1) kurikulum yang diajarkan kepada siswa terlalu tinggi, sehingga siswa dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya belum mampu memahami materi yang diajarkan. Kurikulum yang dirancang kurang disesuaikan dan kurang menyentuh dengan kebutuhan siswa, implementasi dari kurikulum tidak dijalankan secara konsisten dan juga tidak ditopang oleh infrastruktur yang kuat serta sistim yang baik, (2) metode mengajar yang dipakai oleh pendidik kurang maksimal, karena sarana dan prasarana yang tidak lengkap, sehingga kondisi ini masih memungkinkan siswa kehilangan semangat untuk belajar, bahkan ada sebagian pendidik yang kurang peduli terhadap kreatifitas siswa. (3) rendahnya efektifitas proses belajar mengajar (4) kurangnya sarana dan prasarana (5) rendahnya mutu pendidikan (6) entri peserta didik, berasal dari berbagai latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda bahkan pengalaman sebelumnya hampir tak punya hubungan dengan pendidikan yang dilaluinya, sedangkan faktor
5
eksternalnya adalah belum optimalnya peran orang tua dan masyarakat serta pemerintah dalam membangun pendidikan yang berkualitas. (Tilaar, 1993). Fenomena di atas, perlu segera disikapi dan dicarikan jalan keluarnya, karena apabila tidak segera dicarikan solusi yang tepat, maka kualitas dan kuantitas tamatan SMK semakin mengalami penurunan. Selain itu peningkatan persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mendesak untuk dilaksanakan, diharapkan dari peningkatan persepsi kearah yang lebih positif tentang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Persepsi ini bisa diartikan sebagai pendapat, penilaian, pandangan langsung tentang lingkungan praktek-praktek belajar khususnya dan umumnya pendidikan yang dialami oleh siswa melalui indra atau system konseptualnya. Berkaitan dengan belajar, bahwa seseorang yang memiliki persepsi yang positif akan melahirkan cara belajar yang baik pula dan diduga selalu berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang terbaik. Cara belajar sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian seseorang (aspek internal dan eksternal) yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada aspek kognitif mencakup pengetahuan dan kemahiran intelektual, hasil belajar dapat dilihat dari perolehan nilai Ujian Akhir Nasional (UAN), nilai rapor, serta sertifikasi kompetensi keahlian. Dalam hal ini fenomena pembahasan akan difokuskan pada kontribusi persepsi siswa atau peserta didik tentang pendidikan kejuruan (SMK) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah suatu lembaga atau institusi pendidikan kejuruan setingkat dengan sekolah lanjutan atas. Ditinjau dari segi
6
orientasinya, maka SMK ini hanya berorientasi kepada suatu keahlian. Sedangkan menurut fungsinya, mempunyai kapasitas yang sama dengan SMU. SMKN 2 Kota Pariaman adalah salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang dalam operasionalnya selalu mengedepankan aspek-aspek yang berkaitan dengan pencapaian kemampuan. Sekaitan dengan sekolah yang penulis teliti hal ini tampaknya aspek-aspek tersebut selalu diprioritaskan dan dipacu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun bidang keterampilan yang ada di sekolah itu meliputi: jurusan akuntansi, jurusan penjualan/perdagangan dan jurusan sekretaris, Jurusan Usaha Jasa Pariwisata, Tekhnologi Infomatika Komputer. Jurusan-jurusan tersebut dirancang dan disesuaikan dengan program sekolah kejuruan yang diemban sekolah, yakni mengarah pada suatu kemampuan atau keahlian dalam bidang sekolah kejuruan bisnis manajemen dan sekarang ini SMKN 2 Kota Pariaman adalah satu-satunya sekolah rintisan berstandar Intrenasional Akan tetapi melihat dari hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman tahun pembelajaran 2008/2009 dibandingkan dengan tahun pembelajaran sebelumnya menggambarkan bahwa tingkat keberhasilan hasil belajarnya terjadi penurunan yang cukup berarti. Setiap siswa berkeinginan untuk berhasil dalam belajar, Keberhasilan dalam belajar akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi dirinya, orang tua dan masyarakat sekitarnya, salah satu indikator keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mendapatkan hasil belajar yang baik. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran akan tercermin dari hasil belajar yang dicapai siswa, semakin baik
7
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran maka semakin baik hasil belajar siswa, sebaliknya semakin kurang baik guru dalam melaksanakan proses pembelajaran maka semakin rendah hasil belajar siswa. Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ujian Nasional 2009/2010 Tahun
Bahasa Inggris 6,01
Matematika
2009/2010
Bahasa Indonesia 6,01
6,36
Teori Produktif 6,57
2008/2009
7,00
7,00
6,97
6,70
Sumber: Dokumen SMK Negeri 2 Kota Pariaman (2010) Berdasarkan Tabel 1, diperoleh gambaran bahwa nilai rata-rata bahasa indonesia, bahasa inggris, matematika, teori produktif rendah ditahun 2009/2010, bila dibandingkan dengan tahun 2008/2009. Ini diduga ada kemungkinan proses pembelajaran menurun. Studi awal yang peneliti lakukan di sekolah tersebut, menunjukkan beberapa indikasi positif diduga menyebabkan kurang berkualitasnya hasil belajar yaitu: (1) menyangkut dengan persepsi siswa terhadap sekolah tersebut. Berdasarkan data yang ada bahwa siswa-siswa yang masuk di SMKN 2 Kota Pariaman mempunyai latar belakang pendidikan yang bervariasi ada yang berasal SMP dan ada juga yang berlatar belakang MTs. Disamping itu ada yang menjadi pilihan pertama dari SMK dan ada juga menjadi pilihan kedua dari pemilihan sekolah yang akan dimasuki, (2) pada saat berpraktek pembinaan dan bimbingan yang dilakukan belum secara professional. Padahal guru-guru tersebut telah ahli/ profesional dalam bidangnya, (3) dan dialog peneliti dengan beberapa orang siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman menyangkut dengan cara belajar mereka sangat variatif dan kurang terpola, (4) motivasi yang diberikan guru kepada siswa
8
dirasakan belum memberi semangat yang maksimal serta kurang mampu menumbuhkan kreatifitas yang berguna. Berdasarkan uraian di atas, menurut peneliti permasalahan tersebut sangat penting untuk dikaji lebih lanjut, agar dapat ditemukan pemikiran yang berguna dalam meningkatkan kualitas pendidikan, terutama terhadap sekolah-sekolah kejuruan yang sama. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas 2 SMK Negeri 2 Kota Pariaman.
B. Identifikasi Masalah Dari penjelasan mengenai hasil belajar di atas, terdapat banyak faktor yang diduga berkontribusi terhadap hasil belajar. Secara umum hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Dalam hal ini faktor internal adalah suatu faktor yang berasal dari dalam
diri
seseorang.
Menyangkut
dengan
kondisi
siswa
seperti:
(1) persepsi siswa tentang pendidikan kejuruan (SMK), (2) cara belajar, (3) minat dan motivasi belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah suatu faktor yang berasal dari luar diri siswa dalam Berdasarkan identifikasi masalah di atas, menyangkut hasil belajar ditentukan banyak faktor yang berkontribusi. Masalah yang diteliti dibatasi pada dua variabel yaitu: Persepsi siswa tentang pendidikan kejuruan dan cara belajar. Variabel pertama persepsi siswa sebagai faktor internal, dalam penulisan ini didasarkan atas pemikiran adalah bahwa persepsi yang baik akan melahirkan suatu apresiasi (penghargaan) yang baik, dengan apresiasi yang baik dan tinggi itu akan terbentuk suatu sikap yang sungguh-sungguh untuk melakukan kegiatan dalam belajar. Sebaliknya persepsi
9
yang negatif akan melahirkan apresiasi yang negatif pula, sehinggga dalam melakukan sesuatu tidak didorong oleh motivasi dan semangat yang tinggi. Sementara itu variabel cara belajar juga tergolong ke dalam faktor internal yang berkontribusi terhadap hasil belajar. Perbedaan cara belajar yang dilakukan oleh masing-masing siswa diduga juga dapat berkontribusi terhadap hasil belajarnya. Dengan demikian, persepsi siswa tentang pendidikan kejuruan maupun cara belajar, keduanya diduga berkontribusi dalam hasil belajar. hal ini dapat dilihat dari: (1) metode yang digunakan guru dalam mengajar, (2) sarana dan prasarana, (3) lingkungan dalam belajar, dan (4) materi yang diajarkan. Dalam penulisan ini diduga faktor internal yaitu tentang persepsi siswa tentang sekolah menengah kejuruan dan cara belajar siswa dapat berkontribusi terhadap hasil belajar siswa kelas 2 SMK Negeri 2 Kota Pariaman.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, menyangkut hasil belajar ditentukan banyak faktor yang berkontribusi. Masalah yang diteliti dibatasi pada dua variabel yaitu: Persepsi siswa tentang sekolah menengah kejuruan dan cara belajar. Variabel pertama persepsi siswa tentang sekolah menengah kejuruan sebagai faktor internal, dalam penulisan ini didasarkan atas pemikiran adalah bahwa persepsi yang baik akan melahirkan suatu apresiasi (penghargaan) yang baik, dengan apresiasi yang baik dan tinggi itu akan terbentuk suatu sikap yang sungguh-sungguh untuk melakukan kegiatan dalam belajar. Sebaliknya persepsi yang negatif akan melahirkan apresiasi yang negatif pula, sehinggga
10
dalam melakukan sesuatu tidak didorong oleh motivasi dan semangat yang tinggi. Sementara itu variabel cara belajar juga tergolong ke dalam faktor internal yang berkontribusi terhadap hasil belajar. Perbedaan cara belajar yang dilakukan oleh masing-masing siswa diduga juga dapat berkontribusi terhadap hasil belajar. Dengan demikian, persepsi siswa tentang pendidikan kejuruan maupun cara belajar, keduanya diduga berkontribusi dalam hasil belajar.
D. Perumusan Masalah Perumusan Masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat kontribusi persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman? 2. Apakah terdapat kontribusi cara belajar terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman? 3. Apakah terdapat kontribusi persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan: 1. Kontribusi persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman.
11
2. Kontribusi cara belajar terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman. 3. Kontribusi Persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman.
F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat berguna: 1. Bagi Kepala sekolah dan guru SMK Negeri 2 Kota Pariaman diharapkan dapat
menambah
mempertahankan
masukan kualitas
bagi yang
penentu telah
ada
kebijaksanaan dan
untuk
untuk lebih
meningkatkannya. Bagi guru supaya informasi dari hasil penulisan ini dapat lebih meningkatkan profesionalismenya dalam mendidik. 2. Bagi para pengambil kebijakan di Dinas Pendidikan, informasi dan penelitian ini dapat memberikan masukan dalam mengambil keputusan. 3. Bagi Penulis, sebagai acuan untuk penulisan yang relevan.
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1.
Hakikat dan Pengertian Pendidikan Kejuruan Hakikat dan pengertian pendidikan kejuruan sangat perlu diklarifikasi
tentang strategi dan implementasi pendidikan kejuruan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah dan di luar sekolah. Semua pendidikan yang bermaksud mendidik dan melatih siswanya untuk bekerja baik melalui pendidikan siap pakai maupun berbentuk profesional, apakah untuk pertama kali memasuki dunia kerja ataupun sudah bekerja merupakan pendidikan kejuruan. Oleh karena itu, pelatihan yang dilakukan di dalam sistem pendidikan (pre-service) atau di luar sistem pendidikan (inservice-training) merupakan ruang lingkup pendidikan kejuruan (Jalius Jama, 2010). Di dalam sistem pendidikan nasional, persiapan maupun pengembangan ketrampilan berada di bawah lingkup Pendidikan Orang Dewasa dan Pendidikan Luar Sekolah. Dikmenjur (2000) menyatakan bahwa pendidikan umumnya dan pendidikan kejuruan khususnya menghadapi sejumlah masalah antara lain masih rendahnya persepsi dan pemahaman peserta didik akan dunia kerja, rendahnya pemahaman tersebut mengakibatkan kurangnya cara belajar peserta didik dalam belajar yang dalam hal ini dapat mengakibatkan rendahnya kualitas hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Pendidikan
kejuruan
adalah
pendidikan
yang
menghubungkan,
menjodohkan, melatih manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat
12
13
memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya (Aljufri B.Syarif, 1998). Diperoleh kesimpulan betapa masyarakat kita kurang memahami pentingnya pendidikan kejuruan sebagai pilar utama pembangunan sebuah bangsa. Masyarakat Eropa, Amerika, Australia dan juga Negara-negara Asean seperti Jepang, Korea dan Thailand mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya melalui pendidikan kejuruan. Dengan memahami hakikat (the nature) dan pemahaman yang benar tentang pendidikan kejuruan maka diharapkan setiap insan yang berniat untuk masuk ke dalam dunia pendidikan akan memiliki komitmen dan pengabdian dalam tugasnya. Penulis dalam berbagai kesempatan berbicara dengan para guru dan dosen pendidikan kejuruan lebih biasa menggunakan istilah “ROH” nya pendidikan kejuruan. Tanpa roh, seorang guru sebenarnya tidak lebih dari robot-robot yang pandai. Meskipun masih lebih beruntung dari pada robot yang bodoh namun dalam tugasnya akan merasakan banyak hambatan karena niatnya menjadi guru atau pelatih lebih cenderaung pada mencari nafkah. Bahwa menjadi pendidik dalam bidang kejuruan (vocational educator) berarti seseorang masuk ke dalam dunia pengabdian yang profesinya tidak hanya memperoleh penghasilan tetapi juga merupakan amal ibadah yang pahalanya tiada putus-putusnya. Ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan kepada generasi muda mempunyai makna yang luas karena menyangkut kehidupan manusia, sebagaimana jabatan seorang guru dan pendidik. Mendidik adalah ibadah dan amanah. Mendidik dan melatihkan ketrampilan adalah pengamalan
14
dari ilmu yang datangnya dari Tuhan yang menguasai alam semesta dan manusia wajib mempelajari untuk kemaslahatan umat. Di beberapa negara maju istilah vocational education identik dengan career education, occupational education dan technical education. Di Indonesia, pendidikan kejuruan kurang diminati oleh masyarakat. Dibanding dengan negara lain, di Swiss dua pertiga dari tamatan SLTP masuk ke vocational upper secondary. Di Swedia, negara nomor satu paling makmur, lebih dari separuh tamatan SLTP masuk ke sekolah kejuruan. Norwegia memiliki sembilan bidang vocational di SLTA dan empat program bidang pendidikan umum dan lebih dari separuh tamatan SLTP masuk pendidikan kejuruan. Di Jerman dua pertiga tamatan SLTP masuk ke technical education. Mengapa di Indonesia minat masuk sekolah kejuruan begitu kecil? Meskipun konteks pendidikan kejuruan di Indonesia dan di Inggris sangat jauh
berbeda,
namun
permasalahan
pendidikan
kejuruan
mempunyai
permasalahan yang serupa dengan pendidikan kejuruan di Indonesia. Prof. Lorna Unwin dalam sebuah “inaugural professorial lecture 4 February 2009 yaitu, in Britain, vocational education faces the extra challenge of having to fight against a prejudice that deems many occupation to ‘unskilled or low skilled. These disabling and dehumanizing labels reek of ignorance about the skills and knowledge required for these jobs, and they underpin the view that only so-called ‘knowledge’ jobs or the profession required any substantive or continuing education and training”. Para ahli pendidikan kejuruan di Institue of Education University of London, sebagai nara sumber utama sesuai dengan tujuan Program
15
Academic Reacharging yang diselenggarakan pada November 2009 sampai Februari 2010. Pertama, perlu dipahami bahwa pendidikan kejuruan tidak terbatas pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Politeknik dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) saja. Pendidikan Kejuruan dalam arti yang sesungguhnya adalah setiap tindakan dan upaya yang dilakukan orang dewasa terhadap orang lain (siswa maupun bukan siswa) memberikan pemahaman, pengetahuan, ketrampilan dan sikap sehingga orang tersebut merasa perlu bekerja untuk mewujudkan harkat dan martabat serta kebahagiaan kemanusiaannya. Pendidikan kejuruan harus dimulai sejak usia dini. Tatkala seorang guru atau bukan guru menasehati anak-anak bahwa kelak nanti kalau dewasa, kamu harus bekerja, mandiri (tidak tergantung pada orang lain) maka pendidikan kejuruan sudah berlangsung. John Dewey, seorang filosofis yang menghabiskan seluruh umur dan hidupnya untuk pendidikan kejuruan menegaskan berbicara tentang pendidikan kejuruan adalah pembicaraan tentang “manusia dan kehidupan”. Dewey (1916) mengatakan bahwa tujuan pendidikan kejuruan adalah membantu manusia memilih
kehidupan
sebagaimana
yang
diinginkannya
dan
menentukan
ketrampilan dan pengetahuan apa yang diperlukan untuk mencapai cita-cita tersebut. Sebagai hasilnya, pemahaman bahwa setiap orang harus mampu punya penghasilan yang lebih dari cukup, tidak sekadarnya dapat hidup tetapi harus mampu membeli makanan yang bergizi, membiayai diri dan keluarganya, beli rumah, kendaraan, membayar zakat dan memberi sedekah untuk orang yang memerlukan dan juga mampu sebagai pembayar pajak untuk penyelenggaraan
16
negaranya. Kita dapat membayangkan bila sejak usia dini anak-anak sudah punya cita-cita mau jadi apa dan bekerja apa, bukannya diajar bermimpi seperti lazimnya dibicarakan orang dewasa terhadap anak-anak. Anak-anak tidak boleh diajarkan bermimpi untuk menjadi seorang yang berbahagia tanpa belajar dan kerja keras.
2. Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Depdiknas (2000), mengatakan hasil belajar pendidikan kejuruan harus mampu menjadi pembeda dari segi unjuk kerja, produktivitas, dan kualitas hasil kerja dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan. Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar bukanlah hal yang baru dalam kehidupan manusia, bahkan sejak manusia ada kegiatan belajar ini sudah mulai terlaksana, walaupun kegiatan belajar itu belum sesempurna sekarang ini.Dalam arti luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dapat diartikan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan kegiatan menuju terbentuknya pribadi yang seutuhnya, (Sadiman 2005). Bloom (1956) menggolongkan menjadi tiga aspek yang harus dicapai dalam pendidikan yaitu: aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Gagne (1977), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan dan perbaikan sikap. Timbulnya kapabilitas tersebut berasal dari stimulasi lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh siswa. Tingkah laku itu meliputi pengetahuan dan keterampilan. Bloom (1956), menyatakan bahwa
17
perubahan-perubahan yang didapatkan oleh anak didik sebagai hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga aspek yaitu: Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Tinggi atau Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh: (1) minat dan motivasi siswa dalam belajar (2) metode yang digunakan guru sewaktu mengajar (3) persepsi siswa tentang sekolah (4) cara belajar siswa (5) sarana dan prasarana atau fasilitas sekolah (6) lingkungan belajar (7) bahan atau materi pelajaran (Surya Brata, 1997). Abin Syamsudin menyatakan (1986:2), bahwa hasil belajar dapat diklasifikasikan ke dalam tiga aspek, sebagaimana dinyatakan Bloom dengan menumbuhkan beberapa indikator dan kemungkinan cara mengungkapkannya. Secara detail klasifikasi hasil belajar dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Klasifikasi Hasil belajar Jenis Belajar A. Kognitif Hafalan/ingatan Pengertian/pemahaman Aplikasi/penggunaan Analisis Evaluasi Kreativitas B. Afektif Penerimaan Tanggapan Penghargaan/apresiasi internalisasi/pendalaman Karakterisasi/penghayatan C. Psikomotorik Keterampilan bergerak/ Bertindak Keterampilan bergerak/Bertindak Keterampilan ekspresi verbal dan non verbal
Indikator Menyebutkan, menunjukkan Menjelaskan, mendefinisikan Memberi contoh, menggunakan dengan tepat Menguraikan, mengklasifikasikan Menginterpretasikan, memberikan kritik, memberikan pertimbangan Mengajukan hipotesis lain dan yang sudah ada membuat prosedur dari tugas yang ada menemukan cara baru Bersikap menerima, menyetujui atau sebaliknya Bersedia terlibat atau berpartisipasi, memanfaatkan atau sebaliknya Memandang penting bernilai indah, kagum atau sebaliknya Mengakui, meyakini, mempercayai atau sebaliknya Melembagakan, menjelaskan, membiasakan dalam pribadi dan prilaku sehari-hari .
Cara Pengungkapan Pertanyaan, tes, tugas Pertanyaan, tes, tugas Tes, tugas observasi Tes, tugas Tes, tugas Test, tugas
Pertanyaan, tes, skala sikap Tugas, observasi, tes Skala sikap, tugas, ekspresi, proaktif Skala penilaian Observasi
Kordinasi mata, tangan dan kaki
Tugas, observasi, Tes, tindakan
Kordinasi mata, tangan dan kaki
Tugas, observasi, tes, tindakan
Gerak, mimik dan ucapan
Tugas, observasi, tes, tindakan
Sumber :Abin Syamsudñ (1986:2)
18
Dari tabel di atas, menjelaskan bahwa perubahan yang diharapkan dalam proses pendidikan merupakan perubahan tingkah laku baik secara lahiriyah maupun batiniyah yang teraplikasi dalam perbuatan. Dengan demikian, perubahan tingkah laku dapat disebut sebagai hasil belajar. Senada dengan apa yang dikatakan oleh Snelbecker (1974), bahwa ciri-ciri tingkah laku yang diperoleh dan belajar meliputi: (a) terbentuknya tingkah laku baru baik kemampuan aktual dan potensial, (b) kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama, (c) kemampuan baru itu diperoleh melalui usaha. Romizowiski (1981), mengatakan bahwa hasil belajar diperoleh dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan.Pengetahuan oleh Romizowski dikelompokkan dalam 4 bahagian yaitu; fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Fakta merupakan objek yang nyata.Iamerupakan asosiasi dan kenyataan-kenyataan dan informasi verbal dan suatu objek, peristiwa atau manusia. Konsep merupakan pengetahuan terhadap seperangkat objek kongkrit atau defisiasi.Prosedur merupakan pengetahuan tentang tindakan demi tindakan yang bersifat linear dalam mencapai suatu tujuan.Sedangkan prinsip adalah merupakan pernyataan mengenai hubungan dua konsep atau lebih, hubungan itu bersifat kausalitas, korelasional atau aksiomatis. Keterampilan oleh Romizowiski dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu: keterampilan kognitif, akting, reaktif dan interaksi. Keterampilan kognitif berkaitan dengan keterampilan seseorang yang menggunakan fikiran dalam menghadapi
sesuatu,
seperti
dalam
mengambil
keputusan
atau
dalam
memecahkan masalah.Keterampilan berakting berkaitan dengan keterampilan fisik seperti berolahraga, tehnik dan lain-lain.
19
Kemampuan reaktif adalah keterampilan bereaksi terhadap situasi atau dalam artian nilai-nilai emosi dan perasaan. Keterampilan reakting sering juga disebut dengan sikap.Keterampilan Interaksi adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain untuk mencapai sesuatu tujuan seperti komunikasi, persuasi, pendidikan dan lain-lain. Pendapat di atas sama-sama menekankan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya atau didahului oleh usaha. Perubahan tingkah laku itu meliputi: pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa dan suatu proses.
3.
Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan a. Pengertian Persepsi Persepsi adalah istilah yang umum dipakai dalam kajian psikologi yaitu
“extra sensory perception”.Antara persepsi dan sensori merupakan dua terminologi kata yang hampir sama namun berbeda dan segi prosesnya. Sensori berarti penerimaan stimulus melalui alat indra, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang sudah ada di dalam otak atau dengan kata lain bahwa persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui atau memahami sesuatu berdasarkan apa yang telah ada dalam memori otaknya. Dalam hal ini memori otak disebut juga dengan skema. Biasanya suatu persepsi selalu diawali oleh sensor. Dalam hal ini sensori adalah sesuatu yang dapat merubah pengetahuan-pengetahuan melalui respon yang dimiliki. Secara lebih jelas Russel dan Norvig (1995:724), menjelaskan sensori sebagai berikut:
20
A sensor is anything that can change the computional state of the agent in respons to change in the state of the world. It could be as simple as a one bit sensor that detect weather as switch is on or as complex as the retina of the human eye, which contains more than a hundred photosencitive elements.
Russel dan Norvig (1995:725), menegaskan ada beberapa indikator dan sensori, yaitu: (1) manipulasi, (2) navigasi, dan (3) pengenalan objek. Persepsi hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami pendengaran,
informasi
tentang
penghayatan,
lingkungannya,
perasaan
dan
baik
melalui
penciuman.
Thoha
penglihatan, (1983:45),
mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambaran unik tentang kenyataan, yang barangkali sangat berbeda dan kenyataannya. Selanjutnya Forgus (1966), mendefinisikan persepsi sebagai
proses
kognitif
untuk
menyerap
informasi
dan
lingkungan.
Leavit (1986), memberikan pengertian persepsi sebagai suatu pandangan atau pengertian yakni: bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu, di mana persepsi seseorang ditentukan oleh relevansinya dengan kebutuhannya. Artinya seseorang akan mempunyai persepsi yang positif tentang sesuatu jika hal itu sesuai dengan kebutuhannya. Sementara itu jika merujuk kepada pengertian secara ethimologi (pendekatan bahasa), kata persepsi berasal dan bahasa Inggris, yakni perception. Echols dan Shadily (1984), memberi makna perception dengan penglihatan, tanggapan,
daya
memahami,
menanggapi
sesuatu.
Sarwono
(1977),
mengungkapkan bahwa persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk menerima informasi tersebut
21
adalah berupa penginderaan (penglihatan, pendengaran dan perabaan), sedangkan alat untuk memahaminya adalah kognisi. Dengan demikian, persepsi merupakan proses memahami atau memberi makna terhadap setiap sesuatu yang menjadi objek pengamatan. Persepsi menurut Smith (1982), adalah bagaimana kita memberi makna pada apa yang diterima oleh panca indera kita. Usaha memberi makna terhadap sesuatu yang kita lihat, dengar, rasa, hayati dan kita cium melalui alat indera. Pemberian makna ini ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural (Desiclerato dalam Rakhmat, 1996). Faktor fungsional ini berasal dari kebutuhan, pengalaman lalu, dan lain-lain, sedangkan faktor struktural berasal semata-mata dan sifat stimulus fisik dan efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Wortman, dkk (1999), mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses di mana otak menginterpretasi sensasi yang diterimanya, memberikan perintah dan makna. Sensasi di sini maksudnya adalah proses di mana rangsangan dari sel penerima di dalam tubuh mengirim impuls saraf ke otak yang muncul dalam bentuk sentuhan, suara, rasa, percikan warna, dan lain-lain. Di samping sensasi, untuk menafsirkan makna informasi inderawi dilibatkan pula atensi, ekspektasi, motivasi dan memori (Rakhmat, 1996). Persepsi memiliki kecenderungan bersifat tetap. Persepsi dalam hal ini secara relatif mendekati kenyataan yang sebenarnya. Hal ini didukung oleh pendapat Nurtain (1986: 134) sebagai berikut: Kita berkecendrungan menghayati objek-objek sebagai suatu yang stabil dan tetap bertahan, meskipun pola-pola energi yang bersifat fisik yang
22
mengenai alat indra kita senantiasa berubah-ubah, dan ini semua dikenal sebagai “perceptual consistency”. Apa yang kita lihat, kita hayati sangat dapat berhubungan dengan objek ransangan yang mengenai alat indra kita.
Prinsip-prinsip persepsi yakni: (1) Prinsip kedekatan (proximity), (2) Prinsip kesamaan (similarity), dan (3) Prinsip kehampiran (klosure). Prinsip kedekatan menyatakan bahwa objek yang terdiri dan unsur-unsur yang tersebar disusun ke dalam keseluruhan yang berdekatan. Kusumaningrum (1998) mengidentifikasi 4 tahap secara berurutan pada pesan persepsi: 1) penerimaan pesan atau informasi dari luar, 2) identifikasi kode informasi tersebut, 3) interpretasi informasi yang telah diberi kode untuk menentukan anti, 4) penyimpulan arti yang telah diperoleh dalam ingatan untuk dapat digunakan kemudian. Pengertian persepsi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah tanggapan, pendapat, penilaian pandangan atau reaksi seseorang terhadap suatu objek yang menjadi perhatiannya. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan bahwa persepsi siswa terhadap sekolah menengah kejuruan yang dimaksudkan disini adalah tanggapan, penilaian, pandangan, pendapat, pemahaman dan reakasi, yang diberikan siswa tentang sekolah menengah kejuruan yangberkaitan (a) pilihan hati, (b) kesesuaian dengan minat, (c) kecocokan dengan cita-cita, (d) bekerja dalam berbagai program keterampilan, (e) penghargaan terhadap sekolah, Beberapa pengertian pendidikan kejuruan di antaranya dikemukakan oleh Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang berorientasi pada praktik dalam bidang-bidang
23
pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya. Sedangkan dalam undang-undang sistim pendidikan nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 Pasal 15, mengatakan pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Selanjutnya UU ini menyatakan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.Tujuan tersebut dijabarkan lagi oleh Dikmenjur (2003) menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah sebagai bagian dan system pendidikan menengah SMK bertujuan: (1) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak, (2) meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik, (3) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggungjawab, (4) menyiapkan peserta didik memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni. Tujuan khusus pendidikan kejuruan adalah: (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi lapangan kerja yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan bidang program keahlian yang dimiliki, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam berkompetisi dan mampu mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang dimiliki, dan (3) membekali peserta
didik
dengan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
agar
mampu
24
mengembangkan diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di sisi lain tentang kurikulum atau materi pendidikan kejuruan selalu diarahkan untuk mencapai kesempurnaan peserta didik menjadi dirinya sendiri. Subtansi/materi pendidikan dipelajari pada dasarnya berupa kompetensi-kompetensi yang dinilai penting bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan sesuai dengan zaman sekarang ini. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi manusia yang bermoral, berakhlaq, berbudi pekerti, berpengetahuan, berketerampilan, berseni, dan berprilaku sehat. Mulai tahun pelajaran 1999/2000 pada pendidikan kejuruan atau SMK telah diberlakukan kurikulum SMK edisi 1999, yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum SMK 1994. Adapun prinsip atau konsep yang dianut dan kurikulum edisi 1999, menurut Depdikbud (1999) adalah: (1) berbasis luas, kuat dan mendasar (Broad Based Curriculum, BBC), (2) berbasis kompetensi Competency Based Curriculum (CBC) (3) berbasis ganda (Dual Based Program) dilaksnakan di sekolah dan di dunia usahaatau industri guna penguatan kemampuan daya suai dan kemandirian pengembangan dini tamatan. Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan persepsi tentang sekolah menengah kejuruan adalah tanggapan, penilaian, pandangan, pendapat, pemahaman dan reaksi yang diberikan siswa tentang sekolah menengah kejuruan. Berdasarkan uraian di atas, maka didapat indikator persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan adalah; 1) pemahaman siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan,2) kecocokan dengan minat, 3) pemahaman tentang
25
kerja, 4) pandangan tentang lowongan kerja, 5) penilaian tentang tamatan SMK di dunia kerja.
3. Cara Belajar Setiap siswa mempunyai cara sendiri untuk mengerti kekhasannya, keunggulan dan kelemahannya dalam memahami sesuatu. Mereka perlu menemukan cara belajar yang tepat dan cocok bagi diri mereka untuk membentuk pengetahuannya yang sangat berbeda dan teman-temannya yang lain. Karena itu mengerti akan kekhasannya sendiri sangat penting untuk memajukan belajarnya. a.
Teori tentang Cara Belajar Cara belajar sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian seseorang
(aspek internal dan eksternal) yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada aspek kognitif mencakup pengetahuan dan kemahirankemahiran intelektual. Aspek afektif mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap, kehendak dan nilai. Sementara aspek psikomotorik mencakup pengamatan dan gerak-gerak motorik (Winkel, 1996:61). Penentuan cara belajar oleh seseorang, menurut Snelbecker. (1974:464465) dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu: faktor internal dan eksternal, secara terperinci Snelbecker menjelaskan: There are eight types of learning. Each type has rather specific learners’s “internal conditions” or prerequisite skill, attitude, and occurs. Each type also has lka rather unique set of “external conditions” or condition in the learning sitations. Such as ways of presenting informations and giving feed back to students about their progress chich facilitate that learning type.
26
Davies (1991) menekankan bahwa” oleh karena belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan murid-murid untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dan murid-murid itu sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga untuk menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dan mereka atau murid yang belajar”. Jadi, para murid harus didorong dan dirangsang untuk belajar bagi diri mereka sendiri dan tugas guru adalah menjamin bahwa murid-muridnya belajar dengan mengembangkan sikap dan rasa antusias untuk keperluan belajar. Selanjutnya Davies (1991) mengatakan ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip-prinsip belajar: 1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri; tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. 2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3. Seorang murid lebih banyak belajar bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. 4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. 5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasikan untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik. Jelaslah bahwa cara belajar tidak semata-mata warisan dari dalam diri seseorang, tetapi juga sangat ditentukan oleh lingkungan. Yang dimaksud cara belajar di sini adalah bagaimana seseorang siswa menyerap informasi dengan mudah lalu mengatur dan mengolah informasi tersebut. Bobbi De Porter, (1999) langkah penting yang dapat membantu siswa dalam belajar antara lain dengan cara: (1) membaca bahan ajar, (2) membuat catatan, (3) menyelesaikan tugas, (4) antusias dalam belajar. Misalnya untuk dapat nilai yang baik dan tinggi pada
27
pelajaran Matematika, cara belajar yang diperlukan adalah dengan selalu melakukan pengulangan dan latihan terhadap materi yang diberikan. Selanjutnya The Liang Gie (1994) mengatakan bahwa belajar akan lebih bermakna apabila kegiatan belajar itu terpola dalam perbuatan individu yang sedang belajar, perbuatan belajar yang dilakukan secara terencana dan bertujuan akan lebih efektif dan efisien. Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (1980) mengatakan seorang siswa sebaiknya perlu mengetahui cara belajar yang efisien seperti mengikuti pelajaran, mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran dan memanfaatkan perpustakaan, membuat kesimpulan-kesimpulan serta cara menghadapi ujian. Winkel (1996:122) mengatakan bahwa, belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar.Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Porter dan Hernacki (2000) juga mengatakan bahwa cara belajar yang dilakukan
seseorang
merupakan
kombinasi
tiga
faktor
yaitu:
bagaimana orang tersebut menyerap, lalu mengatur dan mengolah informasi yang diterimanya. Agar seseorang dapat mengoptimalkan ketiga factor, dia harus menyadari betul bagaimana gaya belajar yang dimilikinya, agar dia dapat menyerap informasi belajarnya dengan mudah. Selanjutnya Porter dan Hernacki (2000) juga mengemukakan dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar yaitu: (1) bagaimana seseorang menyerap informasi dengan mudah (modalitas), dan (2) cara seseorang
28
mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Berkaitan dengan modalitas belajar seseorang, dia membaginya atas tipe visual, audotorial, dan kinestik (V-A-K), di mana siswa secara visual belajar melalui apa yang mereka lihat, siswa secara audotorial melakukan belajar melalui apa yang mereka dengar, dan siswa kinestik belajar lewat gerak dan sentuhan. Beberapa ciri prilaku dan tiga gaya belajar yang merupakan modalitas belajar seseorang, menurut Porter dan Hemacki (2000: 122) dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Orang-orang visual: (1) Teliti terhadap detail, (2) pekerja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam fikiran mereka, (3) mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, (4) mengingat dengan asosiasi visual, (5) biasanya tidak terganggu oleh keributan, (6) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan (7) lebih cuka membaca daripada dibacakan. 2. Orang-orang audotorial: (1) mudah terganggu oleh keributan, (2) senang membaca dengan keras dan mendengarkan, (3) merasa kesulitan untuk menulis tetapi kuat dalam berbicara, (4) biasanya pembicara yang fasih, (5) belajar dengan mendengarkan dan mengingat yang didengarkan daripada apa yang dilihat, (6) suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan secara panjang lebar, (7) punya masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, dan (8) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. 3. Orang-orang tipe kinestik: (1) menanggapi perhatian fisik, (2) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (3) belajar melalui memanipulasi
29
dan praktek, (4) menghafal dengan caraberjalan dan melihat, dan (5) banyak menggunakan isyarat tubuh. Siswa sebagai individu dalam belajar diharapkan untuk dapat ikut secara aktif melibatkan diri dalam proses belajar yang dijalankannya dengan cara tertentu, Agar dia dapat melibatkan diri dengan secara aktif dalam proses belajar dengan cara-cara yang cocok dengan dirinya, dia perlu menyadari bahwa gaya belajar yang dimilikinya merupakan potensi yang ada pada dirinya, yang dapat melahirkan cara belajar yang optimal. Dengan demikian, yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah melihat reaksi belajar yang dilakukan oleh siswa setelah guru memberikan berbagai macam rangsangan-rangsangan dalam kegiatan belajar mengajar, baik itu melalui latihan, penugasan dan lainnya. Dari ruang lingkup ini dikembangkan beberapa indikator-indikator yang berkenan dengan cara belajar: 1) membuat catatan dan memahami materi pelajaran, 2) belajar individu, 3) belajar kelompok, 4) mengerjakan tugas dan latihan-latihan, 5) menghadapi ujian.
B. Kajian Penelitian yang Relevan Berdasarkan telaah kepustakaan yang dilakukan telah ditemukan beberapa hasil penelitian yang relevan dan berhubungan dengan variabel-variabel penelitian ini yaitu; 1.
Wirman (2005), meneliti tentang ”Kontribusi Persepsi Siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan Motovasi Belajar terhadap Hasil Uji Kompetensi Keahlian“ hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ubahan persepsi siswa
30
tentang SMK dapat memprediksi 50,20% atau berkorelasi positif terhadap hasil belajar, motovasi belajar dapat memprediksi 46,10% atau berkorelasi positif terhadap hasil belajar dan persepsi siswa tentang SMK dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar dapat memprediksi 61,20% atau berkorelasi positif. 2.
Mariati, L. (2001), meneliti tentang, “Kontribusi Persepsi siswa tentang SMK dan cara belajar terhadap hasil belajar gambar Estetis (studi di SMK Negeri 8 Padang)”. Hasil penelitiannya bahwa 19,83% cara belajar siswa berkontribusi terhadap hasil belajar dan 5,38 % persepsi siswa terhadap SMK berkontribusi terhadap hasil belajar.
3.
Haswita, S (2005) meneliti tentang “Kontribusi Persepsi Dosen tentang Profesi Pendidik Kejuruan dan Pengalaman kerja terhadap Kinerja Dosen Fakultas Teknik UNP”. Hasil Penelitiannya bahwa: (1) persepsi dosen sebagai pendidik kejuruan berkontribusi sangat signifikan terhadap kinerja dosen Fakultas Teknik UNP sebesar 22,4%, (2) pengalaman kerja berkontribusi signifikan terhadap kinerja dosen Fakultas Teknik UNP sebesar 7, 3%., (3) persepsi dosen tentang profesinya sebagai pendidik kejuruan dan pengalaman kerja secara bersama-sama berkontribusi cukup besar dan signifikan terhadap kinerja dosen Fakultas Teknik UNP sebesar 27,5%.
31
C. Kerangka Konseptual 1.
Kontribusi Persepsi Siswa tentang SMK dengan Hasil Belajar Setiap orang akan menggunakan persepsi dalam memandang dan memberi arti terhadap sesuatu akan sangat tergantung dari kognisi masingmasing. Persepsi ini bisa diartikan sebagai pendapat, penilaian, pandangan langsung tentang lingkungan praktek-praktek belajar khususnya dan umumnya pendidikan yang dialami oleh siswa melalui indra atau sistem konseptualnya. Sesuai dengan pendapat Leavit (1986), persepsi sebagai suatu pandangan atau pengertian yakni: bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu, dimana persepsi seseorang ditentukan oleh relevansinya dengan kebutuhannya. Artinya seseorang akan mempunyai persepsi yang positif tentang sesuatu jika hal itu sesuai dengan kebutuhannya. Smith (1982), Persepsi bagaimana kita memberi makna pada apa yang diterima oleh panca indera kita. Usaha memberi makna terhadap sesuatu yang di lihat, dengar, rasa, hayati dan di cium melalui alat indera kita merupakan fokus dari pengertian ini. Wirman (2005), meneliti tentang ”Kontribusi Persepsi Siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan Motovasi Belajar terhadap Hasil Uji Kompetensi Keahlian” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang SMK dapat memprediksi 50,20% atau berkorelasi positif terhadap hasil belajar.
32
Bila program atau sekolah yang ditemukan menurut persepsinya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan maka ia akan berbuat serius dan akan berusaha mendapatkan hasil maksimal. Sebaliknya bila persepsinya terhadap sekolah tersebut tidak baik atau tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya maka ia cendrung tidak akan serius dalam belajar. 2.
Kontribusi Cara Belajar terhadap Hasil Belajar Cara belajar merupakan potensi internal yang ada pada setiap siswa. Memaksimalkan seluruh potensi yang ada pada siswa secara keseluruhan termasuk cara belajar ini akan berdampak positif bagi siswa tersebut kepada hasil belajarnya. Siswa yang mempunyai cara belajar yang baik dapat mengatur dirinya serta kegiatan belajarnya, sehingga dapat memperoleh kemampuan hasil belajar yang baik pula cara belajar adalah bagaimana siswa mengatur kegiatan belajarnya yang terkait dengan bagaimana ia menyerap informasi dengan mudah, lalu mengatur dan mengolah informasi tersebut. Cara belajar yang dianut siswa diduga ada hubungan dengan hasil belajar yang dicapai. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa jika siswa memiliki cara belajar yang baik maka siswa akan menampilkan tingkah laku yang aktif dalam belajar seperti suka bertanya, menanggapi, aktif mengerjakan tugas dan rajin dalam belajar. Sebaiknya siswa yang tidak mempunyai cara belajar yang baik cenderung untuk bertingkah laku pasif atau mengganggu dalam belajar. Dengan demikian, cara belajar siswa perlu ditingkatkan sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik lagi.
33
3.
Kontribusi Persepsi Siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan Cara Belajar secara bersama-sama terhadap Hasil Belajar Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah persepsi siswa tentang Pendidikan kejuruan dan cara belajar. Mariati, L. (2001), meneliti tentang ”Kontribusi Persepsi siswa tentang SMK dan Cara Belajar terhadap Hasil Belajar Gambar Estetis (Studi di SMK Negeri 8 Padang)”. Hasil penelitiannya bahwa 19,83% cara belajar siswa berkontribusi terhadap hasil belajar dan 5,38% persepsi siswa terhadap SMK berkontribusi terhadap hasil belajar. Edi Noviardi (1986) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pada seseorang yang mengorganisasikan dalam fikirannya, menafsirkan, mengalami, dan mengolah pertanda atau mengolah segala sesuatu yang terjadi dilingkungannya. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang secara sengaja untuk mempersiapkan pesertanya untuk memasuki lapangan pekerjaan tertentu atau meningkatkan kemampuan yang bersangkutan dalam bidang pekerjaan tertentu (Evan dalam samani, 2000). Winamo Surakhmad (1980) mengatakan seorang siswa sebaiknya perlu mengetahui cara belajar yang efisien seperti mengikuti pelajaran, mempelajari
buku-buku
yang
berhubungan
dengan
pelajaran
dan
memanfaatkan perpustakaan, membuat kesimpulan serta cara menghadapi ujian.
34
Persepsi seseorang terhadap Pendidikan Kejuruan yang baik dan cara belajar merupakan potensi internal yang ada pada setiap individu dengan mempunyai persepsi yang positif dan memaksimalkan cara belajar yang baik sangat diduga kedua faktor tersebut mempunyai kontribusi dengan hasil belajar siswa. Bagaimana kedua aspek ini berkontribusi terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat dalam kerangka konseptual berikut:
Persepsi Siswa Tentang SMK (X1) Hasil Belajar Siswa (Y) Cara Belajar (X2) Gambar 1. Kerangka Konseptual D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Persepsi siswa tentang sekolah menengah kejuruan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman. 2. Cara belajar berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman. 3. Persepsi siswa tentang sekolah menengah kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian ex-post facto dan menggunakan pendekatan korelatif. Artinya seluruh data penelitian yang terkait dengan persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar yang memiliki hubungan korelasional. Seberapa besar kontribusi secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa kelas II SMK Negeri 2 Kota Pariaman.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di SMK Negeri 2 Kota Pariaman, Bulan Februari 2010
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang menjadi subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas 2 SMKN 2 Kota Pariaman berjumlah 404 orang dilakukan atas pertimbangan masa aktif belajar siswa dan juga siswa tersebut telah belajar di SMK selama 1 tahun. Sebaran populasi dan sampel dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
35
36
Tabel 3. Sebaran Populasi Penelitian NO 1. 2. 3. 4. 5.
Bidang Keahlian Perdagangan Akuntansi Sekretaris UJP TIK Jumlah
Jumlah 80 140 76 66 42 404
2. Sampel Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proportional random sampling, artinya elemen popilasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang mempunyai sifat sama diambil dari keseluruhan objek yang diteliti, dianggap mewakili seluruh objek atau seluruh populasi dengan menggunakan tekhnik tertentu (Sudjana: 1999). Jika jumlah populasi kurang dari 100 orang, lebih baik semuanya diambil menjadi sampel dan bila populasi besar dari 100 orang dapat diambil 20% - 25%. Mengingat jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 orang yaitu 404 orang, maka jumlah sampel yang diambil adalah 25% dari Populasi. (Gay dan Airasian: 2000) Tabel 4. Penyebaran sampel No 1 2 3 4 5
Bidang Keahlian Perdagangan Akuntansi Sekretaris UJP TIK Jumlah
Populasi 80 140 76 66 42 404
Sampel 20 55 19 17 11 101
37
D. Definisi Operasional Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas ditetapkan sebagai faktor yang diduga berkontribusi dengan basil belajar yaitu persepsi siswa tentang sekolah menengah kejuruan dan cara belajar. Kedua variabel tersebut adalah variabel prediktor. Sedangkan variabel terikatnya adalah basil belajar siswa,
untuk menggambarkan masing-masing variabel di bawah ini akan dijelaskan defenisi operasional variabel sebagai berikut:
a. Persepsi Siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan Persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan, pendapat, penilaian langsung oleh siswa tentang sekolah menengah kejuruan tentang (1) pemahaman siswa terhadap SMK, (2) kecocokan dengan minat, (3) pemahaman tentang kerja, (4) pandangan tentang lowongan kerja, (5) penilaian tentang tamatan SMK di dunia kerja. b.
Cara Belajar Cara belajar mengungkap apa yang dilakukan siswa dengan ruang lingkup yang diamati tentang penataan yang dilakukan siswa dalam menyerap materi pelajaran, mengatur dan mengolah informasi pembelajaran. Dari ruang lingkup ini dikembangkan beberapa indicator cara belajar adalah; (1) membuat catatan dan memahami materi pelajaran, (2) belajar individu, (3) belajar kelompok, (4) mengerjakan tugas dan latihan-latihan, (5) menghadapi ujian.
38
c. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai pada rapor semester yang menggambarkan perubahan tingkah laku sete1ah melakukan aktifitas belajar pada waktu tertentu baik perubahan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. E. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk angket dengan model skala Likert yang akan digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap suatu objek yang diteliti. Model skala Likert jawabannya terdiri dari lima skala. Skala yang dimaksud yaitu: (1) Sangat setuju (SS), (2) Setuju (S), (3) Ragu-ragu (RR), (4) Tidak setuju (TS), (5) Sangat Tidak setuju (STS). Masing-masing skala diberi bobot 5-4-3-2-1 untuk pernyataan positif, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi bobot 1-2-3-4-5.
2. Proses Penyusunan Instrumen Instrumen penelitian dibuat oleh peneliti, maka terlebih dahulu dijelaskan tentang cara menyusun instrumen persepsi siswa tentang sekolah menengah kejuruan dan cara belajar terhadap hasil belajar siswa Prosedur penyusunan instrumen tersebut dimulai dengan merumuskan definisi normatif variabel, kemudian dilanjutkan menjadi definisi operasional. Berdasarkan teori yang dikemukakan terdahulu ditentukan
39
indikator masing-masing variabel. Dari masing-masing indikator tersebut disusun butir-butir pernyataan yang dapat diukur masing-masing indikator, yang dilanjutkan dengan menyusun butir-butir angket. Penyusunan instrumen dilakukan dengan langkah-langkah: a.
Pembuatan kisi-kisi sesuai dengan indikator
b.
Menyusun pernyataan sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat, serta melakukan diskusi dengan pembimbing agar diperoleh kesahihan butir-butir sesuai dengan konstruk,
Kisi-kisi instrumen tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Rancangan Kisi-Kisi Instrumen Uji coba NO
Variabel Penelitian
1.
Persepsi Siswa Tentang Pendidikan Kejuruan (X1)
Indikator
a. b. c. d. e.
2.
Jumlah Cara Belajar (X2)
Pemahaman siswa tentang SMK. Kecocokan dengan minat. Bekerja dalam berbagai Keterampilan Pandangan lowongan di dunia kerja Penilaian tentang tamatan SMK
a. Membaca dan Memahami Materi Pelajaran b. Membuat tugas dan latihan c. Belajar Individu d. Belajar Kelompok e. Menghadapi ujian
Nomor Butir
Jumlah
1 s/d 19 20 s/d 25 26 s/d 30
19 6 5
31 s/d 36
6
37 s/d 40
4 40 15
1 s/d 15 16 s/d 22 23 s/d 26 27 s/d 32 33 s/d 40
Jumlah
7 4 6 8
40
3. Uji Coba Instrumen Untuk memperoleh instrumen yang sahih dan andal, perlu dilakukan ujicoba. Prosedur pelaksanaan uji coba adalah; (1) penentuan responden uji coba, (2) pelaksanaan uji coba, (3) analisis hasil uji coba.
40
a.
Penentuan Responden Ujicoba Responden ujicoba diambil dari populasi diluar sampel yang telah
ditentukan jumlah responden pada pelaksanaan ujicoba adalah 30 orang (Gay, 2000), jumlah ini dianggap telah memenuhi persyaratan sebagai ujicoba dan dipilih secara acak. b. Analisis Data Hasil Ujicoba Instrumen Instrumen
yang
diberikan
kepada
responden,
sebelumnya
dilakukan uji validitas untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Suwarno (1987:29) apabila pokok-pokok uji dalam suatu instrumen secara logis mampu mengukur apa yang hendak diukur (baik berdasarkan pendapat sendiri, orang lain, atau atas pertimbangan para ahli), maka instrumen tersebut dikatakan valid. Analisis butir diperoleh untuk menghitung daya dukung dan setiap butir
pernyataan
memperoleh
terhadap
butir-butir
keseluruhan
instrumen
yang
butir sahih
pernyataan.
Untuk
dilakukan
dengan
menggunakan bantuan program SPSS versi 17.00. Pengunaan rumus ini akan menghasilkan nilai r tiap butir pernyataan. Hasil perhitungan dengan menggunakan Alpha Cronbach dan dikoreksi dengan uji t untuk setiap butir.
F. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer untuk variabel persepsi siswa tentang sekolah menengah kejuruan dan cara belajar terhadap hasil belajar siswa.
41
Sebagai sumber datanya adalah siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman yang tergolong ke dalam sampel penelitian sejumlah data dikumpulkan melalui angket yang dibuat dan dikembangkan sendiri oleh peneliti. Semua data dikumpulkan sendiri oleh peneliti, sedangkan surat izin mengumpulkan data diurus melalui lembaga Pascasarjana UNP.
G. Teknik Analisis Data Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasional. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.00, untuk mengetahui hubungan antara setiap variabel bebas (X1, X2) baik secara sendirisendiri maupun secara bersama-sama dengan variabel terikat (Y) a. Deskripsi Data Penelitian
ini
menggunakan
analisis
data
kuantitatif
dengan
menggunakan teknik statistik korelasi dan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis. Kemudian dilakukan pembahasan mengenai hasil analisis statistik tersebut. Pembahasan ini ditujukan untuk memberikan arti terhadap hasil analisis yang dilakukan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Deskripsi Data Deskripsi data dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi frekuensi data mengetahui tingkat pencapaian responden pada masing-masing variabel dengan menggunakan rumus:
42
Sedangkan pengkategorian nilai pencapaian responden digunakan klasifikasi Sudjana (1982) sebagai berikut: No 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pencapaian 90 – 100 % 80 – 89 % 65 – 79 % 55 – 64 % 0 – 54 %
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Tidak baik/gagal
2. Pengujian Persyaratan Analisis Teknik-teknik
yang
digunakan
dalam
melakukan
pengujian
persyaratan analisis adalah: a. Uji
Normalitas
dengan
pendekatan
menggunakan
teknik
dari
Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk memeriksa apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. b. Uji Lineritas bertujuan untuk mengetahui apakah model persamaan regresi antara variabel (X) terhadap (Y) bersifat linear atau tidak. c. Uji Independensi varaibel bebas bertujuan untuk mengetahui apakah antar variabel bebas mempunyai hubungan (korelasi) yang signifikan atau tidak. 3. Pengujian Hipotesis a. Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan mengunakan korelasi dan regresi sederhana, dengan tujuan untuk melihat hubungan dan bentuk linearitas antara masing-masing variabel bebas X1 dan X2 dengan variabel terikat (Y), serta besarnya kontribusi masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
43
b. Hipotesis ketiga diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi ganda, dengan tujuan untuk melihat hubungan dan bentuk garis regresi antara variabel bebas secara bersama-sama (X1.2) dengan variabel terikat (Y), serta besarnya kontribusi masing-masing variabel bebas (X12) terhadap variabel terikat (Y).
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan Program SPSS 17.00 secara umum dari variabel terikat, yaitu Hasil Belajar (Y), dan variabel bebas yaitu Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1) dan Cara Belajar (X2), maka diperoleh skor dari masing-masing variabel tersebut sebagai kualitatif terhadap instrumen yang telah disebarkan kepada 101 orang responden. Adapun gambaran masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hasil Belajar (Y) Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar (Y) yang diambil nilai semester. Untuk lebih jelasnya deskripsi data hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 2. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar (Y) Kelas Interval 81 – 78 77 – 74 73 – 70 69 – 66 65 – 62 61 – 58 57 – 54 53 – 50 Jumlah
fo 10 37 19 10 13 3 6 3 101
%fo 9,90 36,63 18,81 9,90 12,87 2,97 5,94 2,97 100,00
fk 10 47 66 76 89 92 98 101
%fk 9,90 46,53 65,35 75,25 88,12 91,09 97,03 100,00
Tabel 6 memperlihatkan bahwa variabel hasil belajar (Y), tersebar antara skor tertinggi pada variabel ini adalah 81, dan terendah adalah 50 44
45
dan skor nilai tengah (median) 73,00, skor rata-rata (mean) 70,63 dan simpangan baku (standar deviasi) adalah 7,021 dari sebaran data sebanyak 101 responden. Untuk pencapaian skor responden dimana nilai rata-rata hasil belajar (Y) berbanding nilai skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100% maka diperoleh nilai adalah 87,19%. Berdasarkan nilai tingkat pencapaian responden ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1982) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam interval 80–89% adalah kategori baik. Dari data yang tertera pada tabel frekuensi diatas dapat dilihat grafik histogramnya pada Gambar 2 berikut. 37
40 30
19
20 10
10
13
10
3
6
3
0 81 ‐ 78 77 ‐ 74 73 ‐ 70 69 ‐ 66 65 ‐ 62 61 ‐ 58 57 ‐ 54 53 ‐ 50 Histogram Hasil Belajar
Gambar 2. Histogram Hasil Belajar (Y)
2. Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1) Berdasarkan instrumen persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1) yang butir-butirnya berjumlah 30 butir, maka secara ideal skor minimal yang dapat dicapai adalah 30 dan maksimal 150.
46
Untuk lebih jelasnya deskripsi data persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 3. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1) Kelas Interval 147 - 140 139 - 132 131 - 124 123 - 116 115 - 108 107 - 100 99 - 92 91 - 83 Jumlah
fo 9 15 16 18 10 22 7 4 101
%fo 8,91 14,85 15,84 17,82 9,90 21,78 6,93 3,96 100,00
fk 9 24 40 58 68 90 97 101
%fk 8,91 23,76 39,60 57,43 67,33 89,11 96,04 100,00
Tabel 7 memperlihatkan bahwa variabel Persepsi Siswa Tentang SMK (X1), tersebar antara skor tertinggi pada variabel ini adalah 147 skor terendah adalah 83 dan skor nilai tengah (median) 116; skor rata-rata (mean) 116,16 dan simpangan baku (standar deviasi) adalah 14,110 dari sebaran data sebanyak 101 orang. Untuk pencapaian skor rata-rata, dimana nilai rata-rata persepsi siswa tentang SMK (X1) berbanding dengan nilai skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100% maka diperoleh nilai adalah 75,92%. Berdasarkan nilai tingkat pencapaian responden ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1982) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam interval 65–79% adalah kategori cukup. Dari data yang tertera pada Tabel 6 di atas, dapat dilihat grafik histogramnya pada Gambar 3 berikut.
47
25
22
20 15
15 10
16
18
10
9
7 4
5 0 147 ‐ 140 139 ‐ 132 131 ‐ 124 123 ‐ 116 115 ‐ 108 107 ‐ 100 99 ‐ 92
91 ‐ 83
Histogram Persepsi Siswa Tentang SMK
Gambar 3. Histogram Persepsi Siswa Tentang SMK (X1)
3. Cara Belajar (X2) Berdasarkan hasil analisis data Cara belajar (X2), yang butir-butirnya berjumlah 33 butir, maka secara ideal skor minimal yang dapat dicapai adalah 33 dan skor maksimal adalah 165. Untuk lebih jelasnya deskripsi data cara belajar dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 4. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Data Cara Belajar (X2) Kelas Interval 150 - 143 142 - 135 134 - 127 126 - 119 118 - 111 110 - 103 102 - 95 94 - 87 Jumlah
fo 4 25 25 16 14 7 7 3 101
%fo 3,96 24,75 24,75 15,84 13,86 6,93 6,93 2,97 100,00
fk 4 29 54 70 84 91 98 101
%fk 3,96 28,71 53,47 69,31 83,17 90,10 97,03 100,00
48
Tabel 8 memperlihatkan bahwa variabel cara belajar (X2), tersebar antara skor tertinggi pada variabel ini adalah 150 dan terendah adalah 87 dan skor nilai tengah (median) 120, skor rata-rata (mean) 118,15 dan simpangan baku (standar deviasi) adalah 15,681 dari sebaran data sebanyak 101 responden. Untuk pencapaian skor rata-rata, dimana rata-rata Cara Belajar (X2) dibandingkan dengan nilai skor maksimal kemudian dikalikan dengan 100% maka diperoleh nilai adalah 80,37%. Berdasarkan nilai tingkat pencapaian responden ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1982) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat pencapaian dalam interval 80–89% adalah kategori Baik. Dari data yang tertera pada Tabel 8 di atas, dapat dilihat grafik histogramnya pada Gambar 4 berikut. 30
25
25 20
25 16
15
14
10 5
7
7
4
3
0 150 ‐ 143 142 ‐ 135 134 ‐ 127 126 ‐ 119 118 ‐ 111 110 ‐ 103 102 ‐ 95
94 ‐ 87
Histogram Cara Belajar
Gambar 3. Histogram Cara Belajar (X2)
B. Pengujian Persyaratan Dalam penelitian ini, untuk menentukan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan analisis pearson (product moment
49
correlation). Untuk itu, sebelum melakukan analisis hubungan tersebut dilakukan uji normalitas, uji lineritas dan uji independen antara variabel bebas. 1. Uji Normalitas Variabel yang akan diuji normalitasnya adalah Persepsi Siswa Tentang SMK (X1), dan Cara Belajar (X2), dan Hasil Belajar (Y). Sebagai dasar normal atau tidak normal suatu distribusi data pada setiap variabel digunakan taraf signifikasi 5% (α = 0,05), dengan kriteria jika probabilitas hitung besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas dapat terlihat rangkumannya pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Rangkuman Analisis Uji Normalitas Variabel
K–S
Kolmogorov – Smirnov Prob. Hitung Kondisi
1,065 0,207 0,207> 0,05 X1 0,886 0,412 0,412> 0,05 X2 Y 1,873 0,072 0,072> 0,05 Sumber: Diolah dari data penelitian (Lampiran 7)
Keterangan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Dari Tabel 9 di atas, terlihat bahwa data dari masing-masing variabel penelitian ini ternyata berdistribusi normal, karena nilai probabilitas hitungan dari masing-masing variabel tersebut besar dari nilai probabilitas yang dipakai yakni 0,05. 2. Uji Lineritas Garis Regresi Bila kedua variabel bebas hendak digabungkan dalam analisis regresi ganda, maka garis hubungan masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat harus merupakan garis linear.
50
Tabel 10. Rangkuman Uji Linearitas antara Y dan X1
Between (Combined) Hasil Belajar * Groups Linearity Persepsi Deviation Siswa from Tentang Linearity SMK Within Groups Total
Sum of df Squares 1534,302 29 37,654 1 1496,648 28
Mean Square 52,907 37,654 53,452
4401,408 70 5935,710 99
62,877
F
Sig.
0,841 0,599 0,850
0, 691 0,442 0,677
Pengujian lineritas akan digunakan pendekatan grafik, yaitu dengan melihat penyebaran data apakah berada di daerah garis linear.
Gambar 5. Garis Regresi Variabel X1 dengan Y Pada Gambar 5 di atas, untuk variabel persepsi siswa tentang SMK (X1) dengan variabel hasil belajar (Y), terlihat penyebaran data sudah berada disepanjang garis linear, oleh karena itu bentuk model regresi sudah berbentuk linear.
51
Tabel 11. Rangkuman Uji Linearitas antara Y dan X2
Hasil Belajar * Cara Belajar
Sum of df Squares Between (Combined) 1696,877 34 Groups Linearity 42,408 1 1654,469 33 Deviation from Linearity Within Groups 4238,833 65 Total 5935,710 99
Mean Square 49,908 42,408 50,135
F
Sig.
0,765 0,650 0,769
0,801 0,423 0,794
65,213
Pada grafik berikut ini untuk variabel cara belajar (X2) dengan variabel hasil belajar (Y), juga terlihat penyebaran data sudah berada disepanjang garis linear, oleh karena itu bentuk model regresi sudah berbentuk linear.
Gambar 6. Garis Regresi Variabel Cara Belajar (X2) dengan Hasil Belajar (Y).
52
3. Uji Independensi antar Variabel Bebas Uji independent antar variabel bebas yang menggunakan koefisien korelasi berguna untuk melihat hubungan antar variabel bebas, yaitu hubungan antar variabel Persepsi Siswa Tentang SMK (X1) dengan Cara belajar (X2). Uji independen antar variabel bebas ini diharapkan tidak adanya hubungan antar variabel bebas, sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara variabel bebas tersebut. Sebagai dasar ada atau tidaknya hubungan antar variabel bebas dapat dilihat dari kriteria jika probalitas hitung > 0,05 maka tidak ada hubungan atau independen , sehingga setiap variabel berdiri sendiri. Hasil perhitungan uji independen antar variabel bebas terlihat pada rangkuman Tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Rangkuman Analisis Uji Independensi Uraian X1 dengan X2
Koefisien korelasi 0,120
Prob. hitung
Keterangan
0,229 > 0,05
Independen
Tabel 12 di atas, dapat dilihat, bahwa nilai probalitas pada korelasi yang terjadi antar variabel bebas berada di atas 0,05. Hal ini berarti, bahwa masing-masing variabel bebas berdiri sendiri dan tidak ada hubungan sesama variabel bebas (independen). Dengan demikian, seluruh variabel bebas pada penelitian ini adalah independen, sehingga data penelitian ini dapat di analisis lebih lanjut dengan analisis korelasi.
53
C. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah “Terdapat korelasi yang positif antara persepsi siswa tentang SMK dengan hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman”. Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi sederhana antara persepsi siswa tentang SMK (X1) dengan hasil belajar (Y). dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Hasil Analisis Korelasi Sederhana antara Variabel X1 dengan Y Model Summary Model
R
R Square
1
0,341a
0,116
Adjusted R Square 0,107
Std. Error of the Estimate 6,663
Dari model Summary di atas, terdapat tingkat hubungan antara persepsi siswa tentang SMK dengan hasil belajar sebesar nilai (R), yaitu merupakan koefisien korelasi sebesar 0,341 sementara besarnya kekuatan hubungan yang ada (R2) atau Koefisien determinan adalah sebesar 0,116. Artinya persepsi siswa tentang SMK hanya mampu menjelaskan hasil belajar sebesar 11,6%. Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Variabel X1 dengan Y Memakai Tabel Coefficients Model 1 (Constant) Persepsi Siswa tentang SMK
Unstandardized Coefficients B 50,914 0,170
Std. Error 5,500 0,047
Standardized Coefficients
T
Sig.
9,257 3,611
0,000 0,000
Beta 0,341
Dari Tabel 14 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,170, konstanta yang terbentuk sebesar 50,914, sedangkan
54
koefisien persamaan regresi yang terbentuk sebesar 0,170. Nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi alpha sebesar 0,05. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa nilai koefisien persamaan regresi yang diperoleh sebesar 0,170 dapat dijadikan sebagai alat prediksi untuk ikut menentukan setiap gejala yang terjadi pada variabel persepsi siswa tentang SMK (X1), baik itu gejala yang sifatnya korelasi. Dari penjelasan di atas, diperoleh persamaan regresi sederhana yaitu Ŷ= a + bX1 di mana a = 50,914 dan b = 0,170 sehingga persamaan regresinya adalahŶ = 50,914 + 0,170X1. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika nilai X1 naik satu satuan maka akan di ikuti kenaikan nilai Ŷ sebesar 0,170 x 1. Sebagai contoh diambil nilai responden 1 untuk variabel Persepsi siswa tentang SMK (X1) sebesar 131, hasil prediksinya menjadi Ŷ = 50,914 + (0,170 x 131) = 73,184, maka diperkirakan rata-rata 73,184 peningkatan pada hasil belajar untuk setiap kenaikan pada variabel persepsi siswa tentang SMK sebesar 131. Dapat disimpulkan ada korelasi antara X1 dengan Y dimana 0,000 < 0,05 artinya korelasi antara X1 dan Y signifikan. 2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah “Terdapat korelasi yang positif antara cara belajar dengan hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman”. Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi sederhana antara cara belajar (X2) dengan hasil belajar (Y).
55
Tabel 15. Hasil Analisis Korelasi Sederhana antara Variabel X2 dengan Y Model Summary Model
R
R Square
1
0,259a
0,123
Adjusted R Square 0,104
Std. Error of the Estimate 6,566
Dari model Summary di atas, terdapat tingkat hubungan antara cara belajar dengan hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman sebesar nilai (R), yaitu merupakan koefisien korelasi sebesar 0,259 sementara besarnya kekuatan hubungan yang ada (R2) atau Koefisien determinan adalah sebesar 0,123. Artinya cara belajar hanya mampu menjelaskan hasil belajar sebesar 12,3%. Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Variabel X2 dengan Y Memakai Tabel Coefficients Model 1 (Constant) Cara Belajar
Unstandardized Coefficients B 62,199 0,071
Standardized Coefficients
Std. Error 5,294 0,044
T
Sig.
11,749 1,607
0,000 0,035
Beta 0,259
Dari Tabel 16 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,035, konstanta yang terbentuk sebesar 62.199, sedangkan koefisien persamaan regresi yang terbentuk sebesar 0,071. Nilai signifikansi sebesar 0,035 lebih kecil dari nilai signifikansi alpha sebesar 0,05. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa nilai koefisien persamaan regresi yang diperoleh sebesar 0,071 dapat dijadikan sebagai alat prediksi untuk ikut menentukan setiap gejala yang terjadi pada variabel cara belajar, baik itu gejala yang sifatnya korelasi.
56
Dari penjelasan di atas diperoleh persamaan regresi sederhana yaitu Ŷ= a + bX1 di mana a = 62,199 dan b = 0,071 sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = 62,199 + 0,071X2. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika nilai X2 naik satu satuan maka akan di ikuti kenaikan nilai Ŷ sebasar 0,071 x 1. Sebagai contoh diambil nilai responden 1 untuk variabel cara belajar (X2) sebesar 117, hasil prediksinya menjadi Ŷ = 62,199 + (0,071 x 117) = 70,506, maka diperkirakan rata-rata 70,506 peningkatan pada hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman untuk setiap kenaikan pada variabel cara belajar sebesar 117. Dapat disimpulkan ada korelasi antara X1 dengan Y dimana 0,035 < 0,05 artinya korelasi antara X1 dan Y signifikan. 3. Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah “Terdapat korelasi yang positif antara persepsi siswa tentang SMK dan cara belajar secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman”. Tabel 17. Hasil Analisis Korelasi Ganda antara Variabel X1 dan X2 dengan Y Model Summary Model
R
R Square
1
0,351a
0,125
Adjusted R Square 0,105
Std. Error of the Estimate 6,641
Dari Tabel 17 di atas, terdapat tingkat hubungan variabel independent terhadap variabel dependent sebesar nilai (R), yaitu merupakan koefisien korelasi sebesar 0,351 sementara besarnya kekuatan hubungan yang ada (R2) atau Koefisien determinan adalah sebesar 0,125. Artinya variabel Independen atau persepsi siswa tentang SMK dan cara belajar hanya
57
mampu menjelaskan variabel hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman yaitu sebesar 12,5% dan masih ada faktor lain yang juga ikut memberikan korelasi dengan perubahan hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman, yang tidak nampak dalam pengujian ini dengan presentase sebesar 12,5%. Tabel 18. Hasil Analisis Regresi Ganda antara Variabel X1 dan X2 dengan Y Memakai Tabel Coefficients Model 1 (Constant) Persepsi iswa tentang SMK Cara belajar
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Sig.
B 47,534 0,160
Std. Error 6,718 0,048
Bet 0,322
7,076 3,308
0,000 0,001
0,088
0,042
0,065
0,879
0,022
Dari Tabel 18 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta yang terbentuk sebesar 47,534, sedangkan koefisien persamaan bidang regresi variabel Persepsi Siswa Tentang SMK (X1) sebesar 0,160 dan variabel Cara Belajar (X2) sebesar 0,088. Tarap signifikansi alpha 0,05 yaitu sebesar 0,001 untuk variabel persepsi siswa tentang SMK (X1) kedua variabel ini terlihat lebih kecil dari taraf signifikansi dan 0,022 untuk variabel cara belajar (X2) kedua variabel ini terlihat lebih kecil dari taraf signifikansi. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa nilai koefisien persamaan bidang regresi yang dibentuk dapat dipakai sebagai alat prediksi untuk ikut menentukan setiap gejala yang terjadi pada variabel persepsi siswa tentang SMK (X1) dan pada variabel cara belajar (X2) tidak dapat dipakai sebagai alat prediksi untuk ikut menentukan setiap gejala
58
yang terjadi secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman. Dari penjelasan di atas, diperoleh persamaan regresi sederhana yaitu Ŷ= a + b1X1 + b2X2 di mana a = 47,534 dan b1 = 0,160 dan b2 = 0,088, sehingga persamaan regresi ganda adalah Ŷ = 47,534 + 0,160X1 + 0,088X2. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika nilai Variabel persepsi siswa tentang SMK (X1) dan variabel cara belajar (X2) naik satu satuan maka akan di ikuti kenaikan nilai Ŷ sebesar 0,160X1 + 0,088X2. Sebagai contoh diambil nilai responden 1 untuk variabel persepsi siswa tentang SMK (X1) sebesar 117 dan variabel Cara belajar (X2) sebesar 131, hasil prediksinya menjadi Ŷ = 47,534 + (0,160 x 131) + (0,088x 117) = 78,79, maka diperkirakan rata-rata 78,79 peningkatan pada hasil belajar siswa SMKN 2 Kota Pariaman untuk setiap kenaikan pada variabel persepsi siswa tentang SMK sebasar 131 dan variabel cara belajar sebesar 117.
D. Pembahasan 1. Kontribusi Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1) Terhadap Hasil Belajar Siswa SMKN 2 Kota Pariaman Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tingkat pencapaian skor variabel persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan termasuk dalam kategori baik dimana tingkat pencapaian skornya adalah 75,92%. Pendapat Sudjana (1982) yang menyatakan bahwa tingkat pencapaian dalam interval 65–79% adalah kategori cukup.
59
Hasil analisis yang menjelaskan bahwa hipotesis persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan berkontribusi terhadap hasil belajar. Dari hasil analisis diperoleh koefisien korelasi antara persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dengan hasil belajar (rx1y) adalah 0,341 yang berarti semakin tinggi persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan maka semakin tinggi hasil belajar yang diperolehnya Berdasarkan nilai dari koefisien korelasi yang diperoleh tersebut, maka dapat disimpulkan, bahwa persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan berkontribusi signifikan terhadap hasil belajar siswa. Kemudian kontribusi yang terjadi antara persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dengan hasil belajar siswa diperoleh sebesar 11,6%. Temuan penelitian yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa salah satunya diprediksi berhubungan dengan persepsi siswa didukung oleh berbagai pendapat ahli diantaranya oleh Wortman, dkk (1999), mendefinisikan
persepsi
sebagai
suatu
proses
di
mana
otak
menginterprestasi sensasi yang diterimanya, memberikan perintah dan makna. Sensasi di sini maksudnya adalah proses di mana rangsangan dari sel penerima di dalam tubuh mengirim impuls saraf ke otak yang muncul dalam bentuk sentuhan, suara, rasa, percikan warna, dan lain-lain. Persepsi yang dirangsang oleh keadaan luar siswa yang baik terhadap pendidikan yang ditempuhnya akan menimbulkan sikap positif yang akan berdampak pada hasil belajar siswa.
60
Walaupun berdasarkan temuan menunjukan bahwa persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan berkontribusi terhadap hasil belajar. Hal ini terkait pencapaian responden pada variabel ini yang berada pada kategori baik. Artinya pesepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan masih bervariasi. Keadaan ini mungkin disebabkan karena memang Sekolah Menengah Kejuruan masih dipandang sebagai sekolah alternatif. Ada anggapan bahwa siswa yang tidak mampu baik dalam hal finansial maupun kecerdasannya kurang cenderung memilih Sekolah Menengah Kejuruan
sekaligus
untuk
memudahkan
mendapatkan
pekerjaan.
Anggapan ini menjadi Sekolah Menengah Kejuruan masih dipandang sebelah mata sehingga sedikit banyak mempengaruhi persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Di mana saat ini Dinas Pendidikan Nasional sangat gencar mempromosikan Sekolah Menengah Kejuruan kepada masyarakat melalui media akhir-akhir ini. 2. Kontribusi Cara Belajar (X2) Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman Hasil analisis hipotesis kedua, diperoleh bahwa cara belajar berkontribusi terhadap hasil belajar. dimana tingkat pencapaian skornya adalah 80,37% termasuk kategori baik, sehingga diperoleh derajat koefesien korelasi antara cara belajar dengan hasil belajar (rx2y) adalah 0,259 yang berarti semakin baik cara belajar yang diperoleh siswa maka semakin tinggi hasil belajar siswa tersebut. Dari hasil analisis diperoleh derajat koefisien korelasi antara cara belajar berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman (ryx2) adalah 0,259.
61
Berdasarkan nilai dari koefisien korelasi yang diperoleh tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cara belajar berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman. Kemudian kontribusi yang terjadi antara cara belajar berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Kota Pariaman diperoleh sebesar 12,3%. Berdasarkan hasil analisis di atas, berarti cara belajar dipengaruhi juga dengan hasil belajar siswa, karena semakin baik cara belajar yang akan mereka dapatkan maka hasil belajarnya juga akan meningkat. Penelitian ini membuktikan pendapat para ahli bahwa hasil belajar siswa terkait dengan cara belajar mereka. Cara belajar sangat dipengaruhi oleh aspekaspek kepribadian seorang (aspek internal dan eksternal) yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada aspek kognitif mencakup pengetahuan dan kemahiran intelektual. Aspek efektif mencakup perasaan, minat,
motivasi,
sikap,
kehendak
dan
nilai.
Sementara
aspek
pesikomotorik mencakup pengamatan dan gerak-gerak motorik (Winkel, 1996:61). Cara belajar tidak semata-mata warisan dari dalam diri seseorang, tetapi juga melainkan sangat ditentukan oleh lingkungan, yang dimaksud disini adalah bagaimana sesorang siswa menyerap informasi dengan mudah lalu mengatur dan mengolah informasi tersebut. Bobbi de Porter, (1999). Langkah pnting yang dapat membantu siswa dalam belajar antara lain dengan cara: (1) membaca bahan ajar, (2) membuat catatan, (3) menyelesaikan tugas, (4) antusias dalam belajar. Misalnya untuk dapat
62
nilai yang baik dan tinggi pada pelajaran matematika, cara belajar yang diperlukan adalah dengan selalu melakukan pengulangan dan latihan terhadap materi yang diberikan. Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (1980) mengatakan seorang siswa sebaiknya perlu mengetahui cara belajar yang efisien seperti mengikuti pelajaran, mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran dan memanfatkan perpustakaan, membuat kesimpulan-kesimpulan serta cara mengahadapi ujian. Pada bagian lain Porter dan Hernacki (2000) juga mengatakan bahwa cara belajar yang dilakukan seseorang merupakan kombinasi tiga faktor yaitu: bagaimana orang tersebut menyerap, lalu mengatur dan mengolah informasi yang diterimanya. Agar seseorang dapat mengoptimalkan ketiga faktor itu, dia harus menyadari betul bagaimana gaya belajar yang dimilikinya, agar dia dapat menyerap informasi belajarnya dengan mudah. Pendapat para ahli ini menunjukan pentingnya memiliki cara belajar yang baik sesuai dengan keadaan siswa masing-masing. Semakin baik cara belajar yang dimiliki siswa kecenderungan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik menjadi lebih besar. 3. Kontribusi Persepsi Siswa Tentang Sekolah Menengah Kejuruan (X1) dan Cara Belajar (X2) Secara Bersama-sama Terhadap Hasil Belajar Siswa SMK N 2 Kota Pariaman Selanjutnya pada hipotesis ketiga persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkontribusi terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tingkat pencapaian skor variabel persepsi siswa tentang Sekolah
63
Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa termasuk dalam kategori baik dimana tingkat pencapaian skornya adalah 87,19%, dengan kategori baik. Hasil analisis hipotesis ketiga ditemukan bahwa derajat koefisien korelasi ganda antara persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa (Ryx1.2) sebesar 0,351 yang berarti semakin baik persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama, maka semakin baik pula hasil belajar yang mereka capai. Kemudian kontribusi yang terjadi antara persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkontribusi terhadap hasil belajar siswa diperoleh sebesar 12,5%. Berdasarkan nilai dari koefisien korelasi ganda yang dibentuk tersebut, maka dapat disimpulkan persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar secara bersama-sama berkorelasi signifikan terhadap hasil belajar siswa.
E. Keterbatasan Penelitian Proses penelitian ini telah dilakukan secara hati-hati dan prosedural. Hasil penelitian yang diperoleh mendekati objektifitas yang ideal. Dalam penelitian ini dirasakan adanya keterbatasan penelitian yaitu Instrumen penelitian yang sudah dirancang sesuai prosedur bahkan telah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas, namun keseriusan dan kejujuran responden mengerjakan pengisian kuesioner sangat diharapkan.
dalam
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kontribusi Persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan terhadap hasil belajar siswa memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan hasil belajar. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan maka akan semakin baik hasil belajar siswa. 2. Cara belajar memberi kontribusi terhadap hasil belajar siswa, faktor cara belajar berkontribusi signifikan terhadap hasil belajar. Artinya cara belajar memberi sumbangan dalam peningkatan hasil belajar siswa. 3. Persepsi siswa tentang Pendidikan Kejuruan dan cara belajar memberi kontribusi secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Pariaman termasuk dalam kategori baik. Ini berarti Persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar merupakan prediktor terhadap hasil belajar siswa.
B. Implikasi Penelitian ini menemukan bahwa semua variabel prediktor yang diteliti yakni Persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu perlu lebih 64
65
diperhatikan variabel prediktor ini dengan cara meningkatkan kompetensi guru dan memberikan life skill kepada siswa dan memberikan keterampilan belajar yang bersifat praktis agar hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Pariaman dapat lebih Baik. Kecilnya kontribusinya yang diberikan oleh variabel cara belajar dibanding dengan variabel Persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan berimplikasi bahwa dalam belajar siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar sehingga dikhawatirkan tugas-tugas yang diberikan guru kepada mereka tidak dapat diselesaikan dengan baik, sehingga akan berimplikasi pada hasil belajar mereka, karena hasil belajar sangat tergantung dari sejauh mana siswa mampu menerapkan cara belajar yang baik. Begitu juga dengan persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan, persepsi negatif yang timbul pada diri siswa menyebabkan kurang percaya diri dan berimplikasi buruk pada semangat dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas sehingga menganggu proses pembelajaran, dan jika proses pembelajaran terganggu maka siswa tidak mampu belajar secara optimal dana pada akhirnya menyebabkan kompetensi mereka rendah. Temuan penelitian ini juga berimplikasi bahwa jika Persepsi siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan cara belajar tidak diperhatikan oleh guru dan pihak-pihak terkait dengan baik maka dikhawatirkan citra Sekolah Menengah Kejuruan akan semakin tidak baik di mata masyarakat pada umumnya.
66
C. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian dan implikasi penelitian di atas, maka disarankan kepada: 1. Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Pariaman dan guru agar terus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa untuk meningkatkan cara belajar yang baik dengan memberikan latihan-latihan yang teratur bagaimana cara belajar yang baik sehingga siswa mampu dan sukses dalam menempuh pendidikan pada sekolah kejuruan untuk bekal kehidupannya. 2. Kepala Dinas dan unsur pimpinan lainnya untuk dapat lebih memberikan perhatian yang lebih besar kepada Sekolah Menengah Kejuruan dengan cara membina guru-guru menjadi guru yang profesional melalui pelatihan, seminar dan mengirim para guru untk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kualitas pemebelajaran di sekolah dan melakukan pembinaan melalui dunia usaha sehingga persepsi siswa menjadi lebih baik terhadap Sekolah Menengah Kejuruan. 3. Peneliti dan peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti faktor-faktor lain yang berkaitan dengan hasil belajar siswa yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
67
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, J. 2003. ”Kontribusi Sikap dan Cara Belajar terhadap Kemampuan Pratikum Elektronika Analog Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNP”. Tesis yang tidak diterbitkan. Aljufri B. Syarif. 1998. Analisis Kebutuhan Pengembangan Kurikulum FPTK IKIP Padang dalam Menghadapi Era Persaingan Global. Disampaikan pada Seminar Kurikulum FPTK IKIP Padang tanggal 27 Juli 1998. Bloom, B.S. 1956.Taxonomy of Educational Objectives, New York: David Mackay. Cochran, W.G. 1977. Sampling Techniques, and Edition.New York: JhonWilley and Sons Ine. Dasrul.2001. “Kontribusi Tentang Persepsi dan Masa Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasyah Tsanawiyah Negeri Kota Padang”. Tesis yang tidak diterbitkan. Davies, Ivor, K. 1991. Pengelolaan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud. 1999. Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: Dikmenjur. Depdiknas. 2000. Kerangka Dasar Sistem Pelaksanaan Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta. . 2003. Kurikulum LIK 2004. Jakarta: Dikmenjur. .2004. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Dikmenjur. De Porter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2000. Quantum Learnig, Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Bandung: KAIFA. . 2000. Quantum Teaching. Terjemahan Ary Nilandari. Bandung: KAIFA. Gagne, Robert, M Dan Leslie, J Briggs. 1977. Principles of Instructional Design. New York: Holt Rinehart and Winston. Gay, L. R and Air Asian. 2000. Education Research, Competencies for analysis & Application. Columbus. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company. H.A.R Tilaar. 1993. Kekuasaan dan Pendidikan. Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultur. Magelang: Indonesiatera.
68
Hussein. 2000. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Gramedia. Indra Jati Sidi. 2003. Kebijakan Pendidikan Kejuruan di Indonesia Menjelang Millinium Ketiga. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional dan Temu Karya XI Forum Komunikasi FPTK/JPTK Universitas SeIndonesia, Jakarta. Jalius Jama. 2010. Filsafat dan Landasan Pendidikan Kejuruan. John Dewey. 1916. Manusia dan Kehidupan. Lea bit, Harold, J. 1986. Psikologi Management. (terj. Dra. Mullica Zakardi). Jakarta: PenerbitErlangga. Linda Mariati. 2001. “Kontribusi Persepsi Siswa Tentang SMK dan Cara BelajarTerhadap Hasil Belajar Gambar Estesis (Studi di SMK N 8 Padang)”. Tesis yang tidakditerbitkan. Lorna Unwin 2009. dalam sebuah “Inaugural Professorial Lecture 4 February 2009 . in Britain. Mallows, Abraham. 1970. Motivation and Personality. New York: Naver and Row. Romizowski, AJ. 1981. Designing International System., New York: Nicolas Publishing Company. SadimanArief. S. 2005. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Schippers, Uwe dan Djajang MP. 1994. Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Bandung: Angkasa. Snelbacker, Glenn E. 1974. Learning Theory, Instructional Theory and Psycoeducation Design. New York: McGraw Hill Book Company. Surya Brata. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suryadi Ace dan Tilaar. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan, Suatu Pengantar. Cetakan Pertama. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sutrisno Hadi. 1981. Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Offset. SyaifulBahri, Djamarah. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
69
Syamsudin Abin. 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: Publikasi Jurusan PBB FIP IKIP. Tuckman, BW. 1972. Conducting Educational Research. New York: Harcourt Braes Jovanovich, In. Vocational Industrial Educational. 1989. The New Vocational Instructor and The Teaching Job, Vocational Instructional Services. Texas: A & M University. Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajara. Jakarta: Gramedia. Wirman. 2005. “Kontribusi Persepsi Siswa tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Kompetensi Siswa SMKN di Sawahlunto Sijunjung”. Tesis yang tidak diterbitkan. Winarno Surahmad, 1994. Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
LAMPIRAN 1 ANGKET PENELITIAN
LAMPIRAN 2 SEBARAN DATA HASIL UJI COBA PENELITIAN
LAMPIRAN 3 HASIL ANALISIS UJI COBA VALIDITAS DAN REABILITAS
LAMPIRAN 4 SEBARAN DATA HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN 5 UJI RELIABILITY PENELITIAN DAN DESKRIPSI DATA
LAMPIRAN 6 UJI NORMALITAS UJI LINERITAS GARIS REGRESI UJI INDEPENDENSI ANTAR VARIABEL BEBAS
LAMPIRAN 7 KORELASI DAN REGRESI SEDERHANA VARIABEL X1dan X2 TERHADAP Y
LAMPIRAN 8 KORELASI DAN REGRESI GANDA VARIABEL X1, DAN X2 TERHADAP Y
LAMPIRAN 10 SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 10 BIODATA
LAMPIRAN 11 NOMOGRAM HARRY KING