BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1. Pembangunan dan Pendidikan
Pengembangan sumber daya manusia sebagaimana
tercantum Republik
di
dalam
Garis-Garis
Besar
Haluan
Negara
Indonesia bertujuan untuk mewujudkan manusia
pembangunan yang berbudi pekerti luhur, tangguh, cerdas, dan terampil, mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan
sosial, bekerja keras, produktif, kreatif dan inovatif,
berdisiplin menciptakan pembangunan
serta
berorientasi
kehidupan sumber
secara menyeluruh,,
yang
daya
ke lebih
manusia
terarah,
masa
depan
baik.
ini
untuk
Kebijakan
diselenggarakan
terpadu di berbagai bidang
yang mencakup kesehatan, perbaikan gizi, pendidikan dan
latihan serta penyediaan lapangan kerja. Pendidikan pengembangan sebagai martabat
Tinggal Nasional
merupakan
sumber
proses
budaya
manusia.
Landas,
daya
guna
juga Ke-2,
yang
manusia,
Terlebih
yang
Gelombang
wahana
strategis
sekaligus
meningkatkan lagi
dalam
dikenal yang
ia
bagi juga
harkat
dan
memasuki
Era
dengan
Kebangkitan
menitikberatkan
pada
pengembangan sumber daya manusia.
Pendidikan berlangsung seumur hidup,
di lingkungan keluarga,
dilaksanakan
sekolah dan masyarakat.
Karena
itu, kegiatan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Ketiga pusat pendidikan
tersebut
pembentukan
merupakan
kepribadian
tempat
manusia
dan
dalam
sarana
arti
yang
sebenarnya.
Dalam hubungan ini negara memberikan wadah kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di
luar
sekolah.
sekolah
Pendidikan
melalui
berjenjang
Sekolah
kegiatan
dan
diselenggarakan
belajar-mengajar
berkesinambungan.
di
secara
Sementara
itu
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan pendidikan yang diselenggarakan
di
belajar-mengajar
luar
yang
sekolah
tidak
melalui
harus
kegiatan
berjenjang
dan
berkesinambungan.
Sistem Pendidikan Sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah meliputi tingkat dasar, menengah dan tingkat
tinggi. sikap
Pendidikan dasar diarahkan pada pengembangan dan
kemampuan
keterampilan masyarakat
dasar atau
dasar
yang
untuk
serta
diperlukan persiapan
pengetahuan
untuk
hidup
pendidikan
dan
di
tingkat
menengah.
Pendidikan menengah diarahkan untuk melanjutkan dan
memperluas pendidikan dasar,
didik
menjadi
mengadakan
anggota
hubungan
serta menyiapkan peserta
masyarakat
timbal-balik
yang dengan
berkemampuan lingkungan
sosial,
budaya dan alam sekitar,
persiapan
ke
jenjang
di
pendidikan
samping sebagai
tinggi.
Sedangkan
pendidikan tinggi ditujukan pada kemampuan akademik dan
profesional
peserta
mengembangkan
dan
didik
yang
mampu
menciptakan
ilmu
menerapkan, pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian (UUSPN, 1989)
Pendidikan menengah adalah tahapan pendidikan yang sangat
strategis
bagi
pembentukan
dan
pengembangan
pribadi siswa, tanpa bermaksud menomorduakan pendidikan
dasar maupun pendidikan tinggi. Pada pendidikan tingkat menengah siswa telah belum
mempunyai
mengadakan
memiliki kemampuan dasar, tetapi
wawasan
hubungan
yang
cukup
timbal-balik
memadai
dengan
dalam
lingkungan
sosial, budaya maupun alam sekitar. Ketidakmampuan ini terutama dikarenakan belum matangnya kepribadian serta pengetahuan mereka yang masih serba tanggung, di samping dalam
usia ini mereka sedang
mencari
identitas
diri
berikut nilai-nilai yang dijadikan acuannya. Pendidikan penting,
karena
tingkat menengah kebanyakan
siswa
ini
dipandang
pada
usia
sangat
tersebut
berada pada masa formative years, dimana manusia pada umumnya
dapat
kepribadian
dipengaruhi
setelah umur
sedemikian
rupa
tersebut menjadi
sehingga
stabil
umumnya tidak berubah lagi (Slamet Iman Santoso,
126)
Tidak berubah di
sini
tidak dalam arti
dan
1981 :
mutlak,
tetapi
lebih
kepribadian
tepat
dipahami
seseorang
itu
bahwa,
sangat
integritas
diwarnai
atau
ditentukan oleh perkembangan kepribadiannya pada usia tersebut.
Untuk
yang memadai, maupun
itu
dibutuhkan
pembekalan
pendidikan
baik berupa kemampuan kognitif,
psikhomotoriknya,
yang
mencakup
afektif,
pengetahuan,
ketrampilan, kepedulian dan kesetiakawanan sosial maupun nilai-nilai
kemanusiaan,
pendidikan
di
baik
lingkungan
melalui
sekolah
kegiatan
maupun
maupun
pendidikan di luar sekolah.
Karena itu Palang Merah Remaja sebagai salah satu bentuk
kegiatan
Pendidikan
Luar
Sekolah,
di
samping
diselenggarakan di luar sekolah, juga diselenggarakan di lingkungan Sekolah
sekolah,
dibina
Wakasek
bidang
diwadahi
dalam
sebagai
upaya
oleh
yang
di
Palang
kesiswaan kegiatan
dalam
sistem
Merah
Indonesia
yang
bersama
operasionalisasinya
pendidikan
memasukkan
Pendidikan
kegiatan
ekstrakurikuler, PLS
ke
dalam
lingkungan pendidikan sekolah.
2 . Palang Merah Remaja dan Pendidikan Luar Sekolah Palang
oleh
Merah
Pemerintah
Indonesia
Republik
secara
Indonesia
resmi
pada
didirikan
tanggal
17
September 1945, sebagai suatu perhimpunan nasional yang
dibentuk oleh masyarakat, adalah
turut membantu
yang dalam hal ini tugasnya
pemerintah
dengan
sukarela di
bidang kemanusiaan sebagai pengamalan Pancasila (AD-ART
PMI, 1986 : 3 ). Sedangkan Palang Merah Remaja sebagai
bagian
yang
tak
terpisahkan
dari
Palang
Merah
Indonesia, berdiri pada bulan Maret 1950. Pembentukan
Palang Merah Remaja
(PMR)
adalah sebagai perwujudan
dari keputusan Liga Perhimpunan Palang Merah Nasional mengenai gerakan ini.
Dalam hubungannya dengan Pendidikan Luar Sekolah
( PLS ) maka Palang Merah Remaja merupakan salah satu
bentuk
kegiatan
Pendidikan
Luar
Sekolah
tentang
kepalangmerahan yang diperuntukkan bagi kaum remaja, baik yang berada di luar sekolah maupun di lingkungan sekolah.
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan
bahwa
satuan
( pasal
pendidikan
9 butir
1-3
)
menyelenggarakan
kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di sekolah
atau di luar sekolah. Satuan pendidikan yang disebut sekolah
merupakan
bagian
dari
pendidikan
yang
diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajarmengajar secara berjenjang dan bersinambungan.
pendidikan
luar
diselenggarakan belajar-mengajar
sekolah di
luar
yang
merupakan sekolah
tidak
harus
pendidikan melalui
Jalur
yang
kegiatan
berjenjang
dan
bersinambungan ( pasal 10 ayat 1,2 dan 3 UUSPN, 1989 )
Satuan
pendidikan
kelompok belajar,
luar
sekolah
meliputi
keluarga,
kursus dan satuan pendidikan yang
sejenis.
Lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 tahun 1991 pasal 1 menyebutkan bahwa
Pendidikan
Luar
diselenggarakan maupun tidak.
Sekolah
di
ialah
luar
pendidikan
sekolah
baik
yang
dilembagakan
Ciri yang membedakan antara pendidikan
luar sekolah dengan pendidikan sekolah adalah keluwesan
pendidikan luar sekolah berkenaan dengan waktu dan lama
belajar,
usia
penyelenggaraan
peserta
didik,
isi
pengajaran dan
pelajaran,
cara
cara penilaian hasil
belajar.
Palang Merah
Remaja
bisa
dimasukkan
ke
dalam
kelompok Pendidikan Luar Sekolah jenis Pendidikan Umum,
yaitu
pendidikan
luar
sekolah
yang
mengutamakan
perluasan dan peningkatan keterampilan dan sikap warga belajar dalam bidang tertentu,
( pasal 1 ayat PP-RI No.
73, 1991 ). Perluasan dan peningkatan keterampilan ini termasuk di dalamnya Remaja,
adalah
yang mengajarkan
Sekolah, kesehatan
pendidikan
keterampilan Usaha
PPPK,
pengelolaan
dapur umum,
dan
kebersihan,
peningkatan
keterampilan
untuk
bisa
Palang Merah
menolong
orang
Kesehatan
pemeliharaan gizi
lain
serta
yang
mengalami penderitaan atau musibah. Dalam hal perluasan
dan peningkatan sikap
PMR ini lebih mengutamakan pada
pembentukan sikap mental bertanggung jawab, berdisiplin solidaritas
dan
persahabatan
nasional/internasional
kesadaran
kepedulian
dan
apresiasi
sosial,
kebersamaan,
serta
terhadap
penanaman
nilai
luhur
kemanusiaan universal.
Keberadaan Edaran
PMR
Dikmenum
sebagai
Depdikbud
Pendidikan
organisasi
sebelum
sekolah
Luar
diterbitkannya
No.1.1.052.1974 Sekolah,
dan
bukan
yang
Surat
semata-mata
terlepas
dari
bagian
dari
merupakan
kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan sekolah,
karena
tidak
dengan
ada
kaitan
organisasi Edaran
sekolah.
tersebut
secara Jika
formal-struktural
PMR
diikuti
sebelum terbitnya
oleh
siswa
sekolah,
Surat maka
keberadaannya murni sebagai PLS yang berfungsi pengisi waktu dan penambahan ketrampilan dengan kegiatan utaraa Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).
Adapun kegiatan
pemasukan
ekstrakurikuler
didasarkan
oleh dan
Surat
atas
Surat
Keputusan
disempurnakan
Pengelolaan dalam
PMR
hal
ekstrakuirkuler.
di
salah
sekolah,
Edaran tersebut
Mendikbud-RI
dengan
Kurikulum ini
sebagai
PMR
Dengan
kata
lain
juga
jenis
samping dikuatkan
0209/1984,
Pelaksanaan
Sekolah
termasuk
di
Nomor
Petunjuk
1984
satu
Menengah
dan
Atas,
dalam
kegiatan
masuknya
kegiatan
PMR
di
lingkungan
sekolah
ini
merupakah
upaya
penerapan model baru Pendidikan Luar Sekolah yang di
dilaksanakan
di
lingkungan
sekolah,
karena
memang
karakteristik dan strategi belajar-mengajar PMR ini identik dan memenuhi persyaratan sebagai Pendidikan Luar Sekolah, yang antara lain ialah :
(1) Tujuannya bersifat khusus dalam jangka pendek guna memenuhi kebutuhan belajar tertentu,
karena
itu tidak mementingkan ijazah ;
(2)
Waktu yang dibutuhkan relatif singkat tidak
berlangsung secara terus-menerus;
(3)
Isi program diorientasikan pada
warga
didik
dengan
lebih
kepentingan mengutamakan
keterampilan;
(4)
Programnya
sangat
fleksibel
dan
terpusatkan
pada warga didik ;
(5)
Pengendalian
program
dilakukan
bersama-sama
antara pendidik dan warga didik; (6)
Berfokus
kepada
kemampuan
membantu
diri
sendiri dan orang lain. Meskipun
berada
kelembagaan
di luar sekolah,
fungsional sekolah
di
secara
dalam
dan
ini
tidak murni
melainkan mempunyai
koordinasi
antara
yaitu Palang Merah
sekolah,
PMR
yaitu
lembaga
hubungan di
luar
Indonesia dengan lembaga
sekolah
itu
sendiri
yang
diwadahi
dalam
kegiatan
mendelegasikannya
kepada
ekstrakurikuler Wakasek
Bidang
dengan
Kesiswaan.
Dengan kata lain karakteristik dan strategi belajarmengajar PMR ini identik sepenuhnya dengan kegiatan PLS lainnya, namun secara kelembagaan berada di bawah koordinasi
lembaga
di
luar
sekolah
dan
di
dalam
sekolah secara bersama-sama.
Kegiatan
ekstrakukuler
di
SMU
bertujuan
agar
siswa dapat lebih memperkaya dan memperluas wawasan, mendorong pembinaan nilai dan sikap, serta memungkinkan penerapan
lebih
dipelajari
dari
kurikulum,
Ianjut
pengetahuan
berbagai
mata
yang
telah
pelajaran
dalam
baik program inti maupun program khusus.
Kegiatan ekstrakurikuler ini mengutamakan pada kegiatan kelompok (MENDIKBUD, 1984 : 38) Dalam
hubungannya
dengan
Pendidikan
Luar
Sekolah maka kegiatan PMR merupakan salah satu bentuk
kegiatan PLS yang diperuntukkan bagi peserta pendidikan sekolah,
yang
dimasukkan
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler, yang kegiatan sehari-harinya di bawah koordinasi PMI dan pembina di sekolah.
Sekolah mempunyai
Sistem
Sekolah,
keterikatan
karena
Pendidikan Luar
erat dengan
fungsi
dan
membantu sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan
perannya
Dalam hal
ini
yang PMR
membantu program sekolah dalam bidang Usaha Kesehatan
Sekolah,
sementara di masyarakat membantu mengurangi
penderitaan memberikan mengupayakan
yang
dialami
bantuan
oleh
ketika
donor
darah,
sesama,
terjadi
mendirikan
misalnya
bencana dapur
alam,
umum
dan
sebagainya.
3. Antara Palang Merah Remaja dan Sikap Prososial Palang
Menengah
Umum
kegiatannya kepada
Merah
Remaja
ini
lebih
untuk
disebut
PMR
difokuskan
masyarakat
;
b)
usia
siswa
Sekolah
Wira,
yang
program
kepada
upaya
:
kebersihan,
a)
berbakti kesehatan,
kelestarian lingkungan hidup dan gizi keluarga ; serta c)
persahabatan
nasional
lebih rinci Markas
Besar
dan
internasional.
Secara
PMI menggariskan tujuan PMR
yang diselenggarakan di lingkungan sekolah ialah :
(a) Melakukan tugas kepalangmerahan sesuai usianya ; (b) Menjalin hubungan baik antar remaja yang serasi secara nasional dan internasional
(c)
Menjadi
suri
tauladan
terutama
dalam
hal
membantu sesama yang menderita ;
(d) Memberikan informasi yang tepat dan benar kepada orang tua,
OSIS,
dan masyarakat yang membutuhkannya
demi memasyarakatkan PMI
(Markas Besar PMI,1989 : 4)
Senada dengan tujuan di
atas
Karmaputra
(1975
:
28) menegaskan bahwa PMR ini diadakan khusus bagi kaum remaja,
yang mempunyai kesamaan kegiatan dengan Palang
11
Merah, hanya ada sedikit perbedaan pelaksanaannya. Di
dalam
PMR
diutamakan
diselenggarakan mengembangkan tujuan,
oleh
bakat
yaitu
mempertinggi
kegiatan anak-anak dan
:
latihan-latihan
minat
berbakti
mutu
dan
sendiri,
dengan
tiga
terhadap
kebersihan
persahabatan nasional
itu
dan
yang guna
prinsip
masyarakat,
kesehatan,
internasional,
serta
sebagaimana
telah disebutkan pada awal sub-bab ini.
Tujuan seperti ditegaskan di atas merupakan salah
satu upaya menanamkan nilai-nilai positif bagi remaja yang
sedang
1976 : 3) Iman
berada
pada
masa
transisi
(Sarlito
WS,
seperti yang dikemukakan juga oleh Slamet
Santoso
(1981
:126)
dengan
formative
istilah
years, di mana pada masa ini kepribadian anak sangat
berpengaruh yang
bahkan
akan datang.
mewarnai
kepribadiannya
Sebagian
dari
nilai
di
masa
positif
yang
sangat tepat untuk ditanamkan kepada siswa pada usia
remaja
ini
terhadap
adalah
sesama,
menolong/membantu
kesetiakawanan sosial, pengabdian
kepada
meringankan
kepedulian
masyarakat
penderitaan
dan
sesama
manusia yang tercakup di dalam sikap prososial.
Palang
Merah
Remaja
adalah
bagian
yang
tak
terpisahkan dari Palang Merah Indonesia. Tujuan utama PMR mutu
adalah
berbakti
kebersihan
dan
kepada
masyarakat,
kesehatan
serta
mempertinggi persahabatan
12
nasional dan internasional.Operasionalisasi tujuan dan
missi tersebut dilandaskan pada tujuh prinsip Palang Merah Indonesia, yaitu :
a) Prinsip Kemanusiaan yang berintikan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan kurban yang terluka
di
dalam
pertempuran,
mencegah
dan
mengatasi penderitaan sesama manusia, menumbuhkan
saling pengertian,
persahabatan,
kerjasama
dan
perdamaian abadi bagi sesama manusia ;
Kesamaan,
b)Prinsip
gerakan
ini
tidak
membuat
perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama
dan
kepercayaan,
politik.
tingkatan
Tujuannya
atau
semata-mata
pandangan mengurangi
penderitaan manusia sesuai dengan keutuhannya dan mendahulukan yang paling parah;
c)
Prinsip Kenetralan,
gerakan ini tidak boleh
memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama dan idiologi. d)
Prinsip
mandiri,
membantu
kemanusiaan,
selalu
Kemandirian,
pemerintah
menaati
menjaga
gerakan
ini
bersifat
dalam
peraturan negaranya,
otonominya
sehingga
bidang harus
dapat
bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini ;
Prinsip
e)
bantuan
Kesukarelaan,
gerakan
sukarela,
dengan
yang
ini
tidak
memberi didasari
untuk mencari keuntungan apa pun ;
f)
Prinsip Kesatuan, di dalam suatu negara hanya
ada
satu
perhimpunan
Palang
Merah
atau
Bulan
Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan
tugas
kemanusiaan
di
seluruh
wilayah;
g)
Prinsip Kesemestaan, gerakan Palang Merah dan
Bulan
Sabit
semesta.
Merah
Setiap
Internasioal
perhimpunan
yang sama dalam menolong Besar PMI,
Ketujuh
adalah
mempunyai
bersifat
kedudukan
sesama manusia
(Markas
1987 : 7-10)
prinsip
fundasional
Palang
Merah
ini
selaras dengan sila-sila yang ada di dalam Pancasila.
Sila
Ketuhanan
Yang Maha
Esa
memberikan
akan pengakuan adanya kekuatan di
Di
dalamnya
juga
terkandung
kehidupan beragama, yang Kemanusiaan
Palang
Yang
merupakan
Adil
oleh
luar diri
makna
manusia.
toleransi
dalam
mencakup prinsip kenetralan; dan
Beradab,
prinsip
utama,
kemanusiaan-kesamaan-kesemestaan; dipimpin
pengertian
Hikmat
Permusyawartan-Perwakilan,
yang
di
yaitu Kerakyatan
Kebijaksanaan lebih
kesatuan-kemandirian di dalam
dekat
pada
dalam
prinsip yang dalam makna
Palang Merah. Sedangkan
14
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia,
lebih
dekat pada prinsip kesukarelaan di dalam Palang Merah. Kesealuran ketujuh prinsip Palang Merah dengan Pancasila
ini
secara
formal
Anggaran Dasar dan Anggaran
dikukuhkan
Rumah
Tangga,
melalui
terutama
pada pasal 3, 4, dan 5. Ditegaskan bahwa Palang Merah
Indonesia dibentuk
adalah oleh
suatu
perhimpunan
masyarakat,
dan
nasional
dalam
yang
melaksanakan
tugasnya turut membantu pemerintah dengan sukarela di
bidang Palang
kemanusiaan Merah
sebagai
Indonesia
pengamalan
berasaskan
Pancasila.
Pancasila,
baik
dalam keadaaan damai maupun dalam keadaaan pertikaian senjata,
bertujuan
meringankan
penderitaan
sesama
manusia dengan mengacu pada:
a) Ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
b) Hukum perikemanusiaan Indonesia ;
c) Ketentuan-ketentuan Palang Merah Internasional ;
d)
Kebutuhan
masyarakat,sesuai
dengan
tujuh
prinsip Palang Merah (AD-ART PMI, 1986 : 4 - 5)
Prinsip-prinsip
Palang
Merah
tersebut
juga
identik dengan sikap prososial, yaitu suatu sikap yang ditampilkan
dalam
suasana
kritis
untuk
tujuan
pemenuhan fungsi kehidupan sosial dan menyejahterakan orang lain (Staub,dalam Vander Zanden WJ,
1984 : 293).
15
Sikap prososial ini terperi ke dalam aspek-aspek sikap sebagai barikut :
a)
Simpati, dalam unsur sikap ini seseorang menaruh
perhatian
dan
kepedulian
penderitaan orang lain,
terhadap
nasib
atau
sehingga ia menaruh iba hati
kepada orang lain tersebut;
b) Kerjasama, dalam unsur sikap ini seseorang mau dan
bersedia melakukan kerja sama dengan orang lain yang tidak diorientasikan pada perolehan keuntungan ;
c) Pemberian bantuan, dalam unsur sikap ini seseorang bersedia memberikan bantuan kepada orang lain atau
kelompok
lain
dalam
rangka
mencapai
tujuan
dan
sikap
ini
kepentingan orang lain ;
d)
Pemberian
pertolongan,
dalam
unsur
seseorang terpanggil bahkan merupakan keharusan moral
untuk memberikan pertolongan kepada pihak lain yang sangat memerlukannya ;
e)
Memberi donasi,
tidak
merasa
dalam unsur sikap ini seseorang
keberatan
memberikan
sumbangan
atau
hadiah kepada orang lain dalam bentuk amal derma ;
f) Kesukarelaan, dalam unsur sikap ini seseorang rela
berkurban
tanpa
pamrih,
yang memberikan
keuntungan
bagi orang lain.
Perpaduan
bantuan,
sikap
memberi
simpatik,
pertolongan,
koperatif,
disertai
memberi
kepedulian
16
kepada orang lain mengambil bagian atas penderitaan dan kesedihan orang lain,yang semuanya itu dilandasi
dengan sukarela (tanpa pamrih), merupakan sikap yang juga dijadikan landasan di dalam Palang Merah. Dalam konteks
relevansi
dengan
terwadahi
dalam
kesatuan,
inilah sikap prososial mempunyai
prinsip-prinsip prinsip
kenetralan,
Palang Merah
kemanusiaan,
kemandirian,
yang
kesamaan,
kesukarelaan,
dan
kesemestaan. Dengan kata lain, semakin dalam prinsipprinsip kepalangmerahan ini dihayati dan dipraktekkan dalam
kehidupan
sehari-hari
oleh
anggota
PMR
diasumsikan semakin tebal pula sikap prososial mereka.
Sikap prososial ini dianggap penting dan bagi
pembentukan dan perkembangan
strategis
kepribadian siswa
SMU, yang diantaranya bisa ditanamkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler berupa kegiatan Palang Merah Remaja. Terlebih
lagi
semakin
santernya
issue
dan
gejala-
gejala individualisme dan egoisme yang semakin tampak dalam
kehidupan
prososial
yang
masyarakat diantaranya
perkotaan, bisa
maka
dibentuk
sikap melalui
kegiatan PMR ini semakin menunjukkan kedudukannya yang penting bagi para siswa yang berada pada masa transisi dan formative years ini.
B.
Fokus
dan Rumusan Masalah
Dua
hal
menentukan
yang
menjadi
masalah
pertimbangan
yang
akan
utama
dalam
diteliti,
yaitu
pertimbangan yang bersifat subyektif dan pertimbangan yang
berkenaan
Pertimbangan
pertama
apakah peneliti dan
mencari
dengan
berhubungan
itu
dengan
sendiri. pertanyaan
tertarik dan berkemampuan merumuskan
jawab
pertimbangan
masalah
yang
atas
masalah
kedua
tersebut.
adalah
berupa
Sedangkan
pertanyaan
apakah masalah yang diteliti itu mempunyai nilai guna dalam arti teoritis maupun praktis serta menghasilkan telaahan yang bermanfaat.
Atas
dasar
pertimbangan
di
merumuskan masalah utama penelitian
pertanyaan
"Sampai
sejauh mana
atas ini
sikap
penulis
dalam bentuk
psososial
yang
dimiliki siswa peserta Palang Merah Remaja di Sekolah
Menengah Umum Negri di Kotamadya Bandung serta sejauh mana
kaitan
persepsi,
antara
komitmen
sikap
dan
prososial
partisipasi
ini
mereka
dengan
di
dalam
aktivitas Palang Merah Remaja.
Sikap
prososial
yang
menentukan
yang
mungkin
sosial
(WJ.
Sementara
kesadaran
perbuatan-perbuatan
akan Thomas
Staub
merupakan
terjadi dalam
dalam
Abu
mengartikannya
nyata
individu atau
pun
kegiatan-kegiatan
Ahmadi, sebagai
1979
:
sikap
52) . yang
ditampilkan
dalam
suasana
kritis
untuk
tujuan
pemenuhan fungsi kehidupan sosial dan mensejahterakan
orang lain
( dalam Vander Zanden,
prososial
juga
seseorang
yang
tidak
dipahami
sebagai
menggerakkan
bertindak;
perasaan-perasaan
yang
untuk
yang
dalam
: 281) . Sikap
keadaan
dalam
bertindak,
menyertai
tertentu
pengalaman-pengalaman
1984
seseorang
terbentuk
menanggapi
diri atau
dengan
atas
suatu
dasar
obyek.
Obyek yang dimaksud adalah peristiwa interaksi sosial yang
diwarnai
kehidupan Dalam
kesediaan
sosial
upaya
suka
orang
koperatif,
menyelamatkan,
kepada
orang
lain
memenuhi
menyejahterakan
pemenuhan
penyejahteraan simpatik,
dan
untuk
ini
suka
membantu,
dilandasi
dan
unsur-unsur
suka
dan
lain.
sosial
disertai
menyenangkan
yang
orang
kehidupan
lain
fungsi
menolong,
memberi
dengan
sesuatu
sukarela
(altruisme).
Persepsi psikhologi
sebagai
yang
istilah
mempunyai
makna
teknis kesadaran
di
dalam
organisma
seseorang terhadap suatu obyek tertentu , sehingga ia mampu
membedakan,
mengelompokkan,
mengorganisasikan pemahamannya
yang (PMR),
dimaksud yang
kegiatan,
disini
mencakup
adalah
atas
obyek
Palang
organisasi
pemeran serta,
memfokuskan
itu.
Merah
pengelolaan,
dan
Obyek
Remaja macam
dan seluk-beluk ke-PMR-an di
dalamnya,
sehingga
mewarnai
kesadaran
para
siswa
perjanjian
atau
untuk mengikuti aktivitas PMR.
Komitmen keterikatan
Mulyono,
dipahami diri
1980
dalam diri
untuk
: 452
melakukan
). Komitmen
sesuatu
ciri
karena
adanya
kepribadian
(Bischof,
1959
:
5) .
diartikan
sebagai
disertai
kesetiaan
afiliasi
diri
dorongan tulus
dan
yang
berlindung
dalam
PMR
secara
kesediaan
Anton
batin
dan
siswa
keterikatan dan
secara
ikatan
Komitmen
(
merupakan
seseorang untuk menyatu
sunguh-sungguh
menjadi
sebagai
ini
batiniah
memberi
atau
menerima bantuan dalam situasi yang sulit sekali pun. Partisipasi
adalah
yang
dimaksud
keterlibatan para
ke-PMR-an,
anggota
dalam
rumusan
ini
PMR dalam aktivitas
baik dalam arti mental-emosional,
motivasi
dan kontribusi maupun tanggung jawab mereka
terhadap
aktivitas missi
PMR.
organisasi,
pengelolaan, dimiliki
maupun siswa
muatan
lainnya yang
isi
tidak
mereka
materi
tenaga,
Keterlibatan
konsep,
Keterikatan
kegiatan,
pikiran
dan
penampilan anggota
kegiatan,
terlepas
berkaitan
PMR
dana
dari
organisasi
kesempatan
para bisa
atau
yang
pembinanya. dalam
bentuk
dalam
kemampuan,
kesempatan dan perfomans para pembinanya.
dengan
bentuk
kemauan,
Rumusan
masalah
di
atas
secara
operasional
dinyatakan dalam pertanyaan sebagai berikut :
1. anggota
Bagaimana PMR
di
dan
SMU
sampai
terhadap
di
mana
aktivitas
persepsi
ke-PMR-an
di
lingkungan SMU Kotamadya Bandung ?
2. Bagaimana dan sampai di mana PMR di
SMU dalam aktivitas
3.
komitmen anggota
ke-PMR-an
?
Bagaimana dan sejauh mana partisipasi anggota
PMR di dalam aktivitas Palang Merah ?
4.
Bagaimana
anggota hari
PMR
di
dan
SMU
sejauh
mana
dalam praktek
sikap
prososial
kehidupan
sehari-
?
5.
Bagaimana
antara persepsi,
kaitan
dan
jauh
hubungan
komitmen dan partisipasi anggota PMR
di Lingkungan SMU Kotamadya ke-PMR-an
seberapa
dengan
sikap
Bandung
prososial
dalam aktivitas mereka
di
dalam
kehidupan sehari-hari ?
Pertanyaan-pertanyaan arahan penelitian
pokok
ini,
dan dijabarkan
wilayah penelitian berikut
penelitian
dimaksud
indikator-indikator
bersangkutan.
dikaji
tersebut merupakan
akan yang
diperi
yang diterapkan.
lagi
memaparkan
lebih
operasional
dan
dan
lebih lanjut dalam
variabel-variabelnya.
Operasionalisasi
dalam definisi
acuan
ke
Variabel
dalam
kejelasan
lanjut
metode
bentuk
variabel
akan
bisa
penilitian
C. Definisi Operasional 2. Palang Merah Remaja
Palang
Merah
Palang Merah
Remaja Wira
adalah
suatu
Indonesia yang disebut
Palang
adalah
Remaja
Merah
anggota
Indonesia. Remaja
bagian
sebagai
Sementara
Palang
dari
anggota
itu
Merah
PMR
Indonesia
yang berusia 17 sampai dengan 21 tahun atau setaraf dengan anak usia SMU dan Mahasiswa. Anggota PMR Wira dididik untuk menjadi insan yang berguna bagi sesama manusia,
dan
membantu melaksanakan tugas kepalangmerahan
diharapkan
Remaja
kelak
menjadi
Indonesia yang baik.
Remaja
disesuaikan
anggota
Palang
Merah
Pendidikan Palang Merah
dengan
situasi
dan
kondisi
setempat sejalan dengan ketentuan Anggran Dasar dan
Anggaran
Rumah
Indonesia Gerakan
Tangga
serta Palang
Internasional Kenetralan,
Perhimpunan
menganut Merah
yaitu
Kemandirian,
Palang
Merah
prinsip-prinsip
Dasar
dan :
Bulan
Kemanusiaan, Kesukarelaan,
Kesemestaan ( Markas Besar PMI,
Keanggotaan
Palang
Sabit
Merah
Kesamaan, Kesatuan
1990 : 32
Remaja
Merah
dan
).
diperuntukkan
bagi mereka yang berada di luar sistem persekolahan
maupun siswa sekolah, yang berumur antara 12 sampai dengan
21
tahun.
Sementara
itu
anggota
PMR
Wira
adalah mereka
yang berumur
antara
17
sampai
dengan
21 tahun atau seusia dengan siswa SMU dan Mahasiswa.
Oleh
karena
pertimbangan
teknis
organisasional
dan
operasional, maka yang menjadi subyek penelitian ini adalah
anggota
PMR
Wira
yang
kebetulan
berstatus
sebagai siswa Sekolah Menengah Umum Negri di Wilayah Kotamadya Bandung.
Keikutsertaan siswa dalam kegiatan Palang Merah
Remaja
di
sekolah
ini
bersifat
elektif,
yang
pelaksanaannya di luar jam pelajaran tatap muka atau
pada hari
libur. Pelaksanaannya diatur oleh
Sekolah dibantu oleh Wali
Petugas
lain
keseharian
pembiayaan
yang
Kelas,
ditunjuk
diserahkan
sebagian
untuk
kepada
sesuai
berada di
luar jam pelajaran, namun
kemampuan.
Pembina,
itu.
pelaksanaannya
sementara
kepada
Meskipun
orang
kegiatannya
atau bahkan tetap
atau
Pengelolaan
siswa,
dibebankan
tua/siswa
sekolah,
Guru
Kepala
di
berada
koordinasi dan monitoring pihak sekolah,
luar dalam
termasuk di
dalamnya ada kartu catatan pelaksanaan dan penilaian hasil belajar-mengajarnya. 2. Sikap Prososial
Sikap prososial merupakan sosial,
yaitu
menentukan
berupa
sebagian dari
kesadaran
perbuatan-perbuatan
individu
yang
nyata
sikap yang atau
mungkin terjadi di dalam kegiatan sosial. Sikap pro
sosial juga bisa dipahami sebagai keadaan dalam diri seseorang yang membuka kemungkinan tergeraknya hati seseorang untuk melakukan kegiatan sosial, perasaan
tertentu
pengalaman,
yang
pengetahuan,
terbentuk
latar
berdasarkan
belakang
lingkungan fisik maupun motiv tertentu. sosial
ini
simpati,
diwarnai
kesediaan
memberikan
bantuan,
dengan
Sikap pro
suka
menyelamatkan, sesuatu
sosial,
unsur-unsur
berkoperasi,
bersedia memberikan
disertai
sikap
menolong,
menyenangkan
kepada
orang
lain
dan yang
dilandasi dengan suka rela.
Operasionalisasi sikap prososial ini diperi ke dalam
tiga
rana
sikap,
yaitu
bertumpu pada penilaiannya dalam
hal
ini
adalah
rana
kognitif
yang
terhadap suatu obyek —
prilaku
sosial
—
apakah
dinilai sebagai sesuatu yang positif atau negatif ; rana
afektif,
yang
termanifestasikan
ke
dalam
perasaan yang positif atau negatif terhadap obyek atau peristiwa sosial berupa
tendensi
melindungi yang
untuk
; dan rana behavioral yaitu membantu,
mendorong
obyek dengan segala cara sampai
bertendensi
menghancurkannya.
ekstrim
menyerang
atau
kepada atau
Sebagai
operasionalisasi
konsep
prososial
bisa
disimak empat illustrasi sebagai berikut : Kasus satu,
dekat
pintu
tempolong
ada seorang pengemis bisu berdiri di
gerbang
(
untuk
keluar-masuk
tanpa
Datanglah lalu
tidak
seorang
merogoh
sebelah
minta-minta
kiri
sambil
).
memperhatikan
pelanggan
saku
didapatkan
supermarket
celana
uang
yang
ternyata
ada
Para
pelanggan
orang
tersebut.
memperhatikannya,
sebelah
receh,
membawa
kanan,
lalu
ternyata
ia merogoh
beberapa
keping
saku uang
logam, lalu diberikannya kepada pengemis itu. Kasus
dua,
seorang
wanita
muda
kereta api duduk dengan tenangnya, stasiun
yang
ada
seorang
sama.
Sambil
wanita
tua
penumpang
lalu di sebuah
naik
tertatih-tatih
di
dan
gerbong
terantuk-
antuk dengan pandangannya yang agak kabur wanita tua
tua
itu
naik
itu
dan
tidak
masuk
ke
dalam
mendapatkan
gerbong.
tempat
Wanita
duduk,
dia
mondar-mandir sambil mencari-cari barangkali masih
ada
tempat
tempat
duduk
duduk
pun
yang
kosong,
didapatkan.
ternyata
Lalu
tak
satu
wanita
muda
yang lebih dulu duduk di gerbong itu mempersilakan kepada wanita tua tersebut untuk menempati tempat duduknya,
sementara dia sendiri berdiri.
Kasus
pulang
tiga,
kantor
menelpon
di
suatu
sore
seorang
sementara
sang
isteri
teman
suaminya
yang
seorang
suami
sedang menurut
rencana sore itu akan pindah rumah. Meskipun orang tersebut
tidak cukup akrab dengan
suaminya,
ia pernah membantu suami-isteri itu rumah.
Karena
teman
suaminya
suami-isteri
itu
mereka
tadi
ini
berdua
untuk
ketika pindah
segera
membantunya,
mempunyai
namun
rencana
pergi
ke
meskipun
lain
untuk
pergi ke luar kota.
Kasus empat,
suatu sore seorang tamu datang
kepada sahabat lamanya, sahabat
kopi.
lama
itu
lalu tuan rumah yang juga
membawakan
untuknya
secangkir
Lalu tamu itu melihat-lihat gambar dinding.
Secara tak
sengaja dia menyentuh ujung meja
mengakibatkan cangkir itu
terjatuh di
yang
lantai
dan
pecah, airnya membasahi lantai. Akibatnya tamu itu harus membersihkan lantai yang kotor tadi beberapa
menit
lamanya,
seorang
meskipun
pembantu,
membersihkannya.
di
namun
rumah
tamu
tersebut
itu
tetap
ada
saja
Padahal rencana dia bertamu tidak
akan lama, dan pada waktu yang bersamaan dia punya janji dengan mitra kerjanya.
Keempat variasi
kasus
aktivitas
di
serta
atas latar
berbeda
versi
belakangnya,
dan namun
mempunyai
arti dan tujuan yang relatif sama yaitu
memberikan
suka rela
dan
atau
kepada orang lain,
perbuatan
itu
(altruism)
dilakukan lain
pertolongan
dilakukan
tanpa
ada
karena
maksud
ingin
bantuan
secara
terlepas
dari
apakah
dengan
suka
rela
lain,
maupun
membalas
budi
hal
baik
itu
orang
(restitution).
Sikap maupun perilaku yang dilandaskan atas
dasar suka rela maupun balas budi yang memberikan keuntungan bagi orang lain di
atas termasuk dalam
sikap maupun prilaku prososial.
Beberapa
prososial
ini
Behavior Menurut
Wispe
charity,
Prilaku
sharing
1976
:
4
).
prososial
ini
merupakan
antitesa
mengambil
bagian.
prilaku
Sementara
prososial
negatif
seperti
itu
sebagai
of
altruism, Daniel
mengistilahkan
sukarela,
"to
antithesis
dalam
prilaku
Wispe.
sebagai
sympathy,
menggambarkan dari
Prosocial
oleh
ini
the
( Wispe
Wispe
untuk
simpati,
mengistilahkan
namely
etc.
disebut
Prososial was
menyebut
atau
dikemukakan
which
behavior,
sosial
prilaku
yang
behavior
agressive
psikhologi
sebagai
seperti
describe
Tal,
ahli
Bar-
prilaku
prilaku
yang
agresif,
yang
kebajikan,
dan
Daniel
Bar-Tal
antitesa
menyerang,
dari
melukai,
merusak maupun
egois.
prilaku
mengukuhkan
yang
kesediaan
prososial
melakukan
berdampak
lain
tanpa
pada
dilakukan
pemberian
dilakukan
karena
demi
Secara
prilaku
sukarela
itu
orang
dari
pihak
(1)
prilaku
alasan
prilaku
dan
khusus
keuntungan
imbalan
dua
sukarela
budi.
sebagai
mengharapkan
mengandung bentuk
sikap
balas
didefinisikan
yang
dan
Prososial
sendiri,
dikaitkan dengan sesuatu apa pun (2)
lain itu
tanpa
perbuatan itu
dilakukan sebagai tindakan balas budi. Pilar
utama
(suka rela),
tidak
adalah
meskipun para ahli
sepakat
altruisme,
prososial
tentang
altruisme
psikhologi sosial
ketepatan
definisi
namun sebagian terbesar setuju bahwa di
dalam prilaku altruisme itu mencakup unsur-unsur; (1)
Harus
membuahkan
prilaku
tertentu
tanpa
pamrih;
(2)
Harus
bertujuan
memberikan
keuntungan
bagi
orang lain;
(3)
Harus
membuahkan
sesuatu
tanpa
mengharapkan
imbalan.
Walster
and
Piliavin
berpendapat
bahwa
altruisme atau prilaku altruistik itu pada umumnya
dipahami sebagai prilaku yang menguntungkan orang lain
dari
pada
dirinya
sebagai
sesuatu
yang
dilakukan tanpa memperhitungkan akan
berbuat
Sementara
baik
itu
untuk
Leeds
apakah orang lain
dirinya
atau
menyajikan
tidak.
tiga
kondisi
prilaku altruistik : (1)
Harus
dinilai
sebagai
sesuatu
yang
tidak
didasari oleh tendensi apa-apa ;
(2)
Prilaku
itu
merupakan
perwujudan
sikap
sukarela;
(3)
Prilaku itu dipandang sebagai "berbuat baik"
Perbuatan
diri,
baik
bagi
orang
lain
untuk
pemuasan
rasa bangga dan bahagia karena berbuat baik
bagi
kepentingan
orang
lain,
atau
mungkin
mengharapkan imbalan berupa kepuasan diri termasuk ke dalam prilaku altruistik. Yang juga termasuk ke dalam
prilaku
balas budi
prososial
kepada orang
adalah
prilaku
berupa
lain yang pernah berbuat
baik untuk dirinya ( restitusi ).
Penelitian biasanya
tentang
dilakukan
metodologi
yang
kehidupan
di
ketat
prilaku
dalam
prilaku
dikendalikan
oleh
peneliti.
bagian
bidang
dari
sebagian namun
ahli
kajian
memasukkannya
sebagian
laboratorium
dikaitkan
nyata,
lainnya
prososial
langsung
itu
dengan dengan
benar-benar
Prososial
sebagai
psikhologi
sosial,
ke dalam
memasukkan
"behavior" ke
dalam
"attitude".
Dalam
memasukkannya
"behavior".
dalam
Pemilihan
pertimbangan langsung
ke
konteks
yaitu
prilaku
difokuskan
:
ini
bidang
ini (1)
Penulis
kondisi
bukan
pada
tidak
senyatanya,
bagaimana
memilih
"attitude'
didasarkan
prososial
pada
penulis
dua
meneliti melainkan kesadaran
individu yang menentukan perbuatan-perbuatan nyata atau
yang mungkin
Dengan sikap
kata yang
terjadi
lain
bukan
menuntun
dalam
kegiatan
prilakunya
pada
prilaku
sosial.
akan
tetapi
prososial;
(2)
Penelitian prilaku memerlukan penerapan metodologi
yang
sangat
dalam
ketat,
terkendali
laboratorium.
suatu
kegiatan
membutuhkan
Hal
ini
yang
waktu,
dan
dirasakan
sangat
biaya,
dilakukan
di
sebagai
berat
karena
dan
pikiran
tenaga
lebih.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh UrugelSemin,
Greenand
Gross,
bahwa
prilaku
maupun
berkembang mana
sejalan
semakin
serta
dengan
meningkat
Staub
sikap
menunjukkan
prososial
perkembangan usia
ini
usia,
seseorang
di
sikap
prososial ini meningkat pula. Hal ini di antaranya karena adanya sosialisasi diri,
keterikatan dengan
norma dan aturan di sekelilingnya.
Sementara
itu
penelitiannya
Piaget
dan
menyimpulkan
Kohlberg
bahwa
dalam
perkembangan
prilaku dan sikap prososial itu berkembang selaras dengan
perkembangan
keputusan
moral.
kognitif Hal
kesadaran
akan
aturan
keputusan
moral
yang
penyesuaian
dengan
sekelilingnya. learning
ini main
Belajar
perkembangan
disebabkan dalam
mandiri
nilai
dan
di
budaya
adanya
hidup
bersama,
dalam
yang
diri
berlaku
bermasyarakat
(
dan
di
social
)merupakan faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan
sikap
dikemukakan
dan
prilaku
Bandura.
menyimpulkan
bahwa
sosial,
seperti
Sedangkan
prilaku
dan
sikap
Rosenhan
prososial
juga dipengaruhi oleh nilai dan praktek moral yang ditegakkan
dan
oleh
salah
lingkungan
sosial
satu
atau
di
kedua
mana
orang
mereka
tua
berada
(dalam Daniel Bar-Tal 1976 : 11-36)
3. P e r s e p s i
Persepsi
ialah
kesadaran
organisma
manusia
terhadap obyek dan peristiwa di lingkungan tertentu,
yang menimbulkan stimuli bagian kesadaran organisr tersebut.
Persepsi
langsung
seseorang
tertentu di
juga diartikan terhadap
sebagai
obyek
lingkungan tertentu,
atau
sehin^
pemr
mampu
membedakan,
mengelompokkan,
mengorganisasikan Persepsi minat
pemahamannya
dipengaruhi
perhatian
oleh
maupun
memfokuskan
atas
obyek
pengalaman,
latar
yang mengendalikan persepsi
mereka
itu.
nilai
belakang
dan
acuan,
fisik-sosial
terhadap masing-
masing situasi itu.
Di
dalam
pengamatan obyek
persepsi
di
yang menetap,
yang
sama
adanya
pola
namun dalam beberapa
kasus
dipersepsi
samping
secara
berbeda.
Hal
disebabkan faktor-faktor sebagai berikut : (1) perhatian,
ini
fokus
karena tidak seluruh rangsangan dari luar
bisa ditangkap seluruhnya ; (2)
Setting persepsi dan
harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul
(3)Kebutuhan sesaat
;
(5)
; (4)
baik
yang
sifatnya
Sistem nilai
menetap
yang berlaku di
Ciri kepribadian seseorang ;
kondisi
kejiwaan
( Sarlito
(6)
Wirawan
;
maupun
masyarakat
Gangguan dan
Sarwono,
1976
:
43-44). Sementara
itu
David
Krech
dkk
(1988
:
image
mengatakan bahwa masing-masing orang memiliki terhadap karena
produk
dunia
ini
pemahaman
yang tentang
faktor-faktor
Lingkungan psikhologis
fisik ;
(3)
terbentuk
dan
sesuatu
sebagai sosial
Keinginan
dalam itu
dirinya, merupakan
berikut ; dan
17)
(2) tujuan
:
(1)
Struktur ;
(4)
Pengalaman masa
lalu.
oleh Edgar Vincke kesadaran
( 1968
persepsual
Dalam hubungannya
informasi ; (3) Dalam Palang
dalam
arti
Palang atau
tiga
kemungkinan ;
;
(1)
(2)Pemrosesan
Pemaknaan dan pengekspresiannya. itu
luas
peserta
: 469-470 ) yang mengaitkan
dengan
pemahaman
ditujukan
Merah
senada dikemukakan
dengan pengalaman
pada
Merah
Pernyataan
yang
Remaja, PMR,
kepada
persepsi Palang
meliputi wadah
program
:
terhadap
Merah
Remaja
konsep
tentang
organisasinya,
anggota
kegiatannya
dan
segala
hal-ihwal yang berkaitan dengan Palang Merah Remaja. Persepsi dipengaruhi
terhadap oleh
pengalaman
lingkungan
fisik
minat
perhatian,
dan
kebutuhan,
ciri
Palang Merah
dan
sosial
kejiwaan,
atau
rangsangan
di
atau
dan
mekanisme
lalu
mana
harapan
kepribadian
kondisi
masa
Remaja
anggotanya,
mereka
berada,
keinginan
struktur
pemrosesan
serta
tersebut
dan
kejiwaan, informasi
pemaknaan
dan
pengekspresiannya. 4.
Komi tmen
Komitmen pemenuhan
sesuatu,
diartikan
janji
yang
serta
didasari
sebagai
tanggung
keterikatan
oleh
untuk
kebutuhan,
jawab
melakukan
kedekatan,
persetujuan serta
kesetiaan dalam kehidupan
Komitmen
merupakan
sosial
dorongan
dan
sosial.
dalam
diri
seseorang
untuk
sungguh-sungguh karena
berintegrasi yang
ikatan
seperjuangan,
secara
didasarkan
atas
persaudaraan,
atau
kesamaan
ikhlas
dan
ikatan
batin,
senasib
dan
ideologi
yang
mewujud
dalam kegiatan bersama.
Menurut Park dan Burgess bahwa komitmen kelompok
yang
mempunyai
kekuatan
sikap
kepemilikan kelompok itu utama
yaitu
antarpersona oleh
:
;
(2)
masing-masing
kelompok
dan
rasa
dilandasi oleh tiga faktor
(1)
adanya
saling-hubungan
adanya antarperan yang dilakukan pribadi
;
(3)
adanya
kesatuan
gerak yang menghubungkan masing-masing pribadi. Sementara
menyebutkan komitmen
itu
adanya
kelompok,
Astrid
tiga
S
Susanto
fase
yaitu
:
idel (1)
akan perlunya hidup berkelompok
)1983
yang
:
)
melahirkan
keyakinan (2)
39
bersama
adanya
harapan
dan tujuan yang dihayati oleh anggota kelompok dan (3)
adanya ideologi yang mengikat semua anggota. Komitmen
sebagai
terhadap
kesediaan,
Palang Merah kesetiaan,
dilandasi
persetujuan
kewajiban
melaksanakan
untuk
Remaja
keterikatan
memenuhi
missi,
dipahami
visi
yang
janji
dan
dan
fungsi
organisasi Palang Merah Remaja, baik dalam kaitannya dengan
PMR
sebagai
kegiatan
PMR sebagai bagian dari
PMI
ekstrakurikuler
maupun
yang berorientasi
pada
pemberian pertolongan atau bantuan kepada sesama dan mengurangi penderitaan orang lain.
Secara PMR
ini
antar
operasional
dipengaruhi
persona,
harapan
dan
"ideologi"
peran
tujuan
dimainkan
kesatuan
akan
yang mengikat
yang
anggota
adanya
hidup
dihayati
oleh
gerak
pribadi,
perlunya
yang
terhadap
saling-hubungan
yang
masing-masing
bersama
anggota
faktor
pribadi,
menghubungkan keyakinan
oleh
antar
masing-masing
komitmen
bersama,
bersama,
kelompok
serta
di
dalam
Palang Merah Remaja. 5.
Partisipasi
Partisipasi kesediaan suatu
adalah
seseorang
kegiatan,
melainkan
juga
di
suatu
dalam
demi
merupakan
untuk
tidak
melibatkan
dalam
keterlibatan kelompok
kesadaran
arti
jawab
keterlibatan
bersama.
dan
perasaan sesuatu
disertai
Partisipasi
mental-emosional,
dalam semata,
memberikan
tercapainya tujuan kelompok itu,
tanggung
fisik
ruhaniyah
untuk
diri
dan
rasa
meliputi
motivasi
untuk
memberikan kontribusi dan bersedia menerima tanggung
jawab. Ada berada
empat di
situasi
dalam
berpartisipasi
yang
membuat
kelompok
atau
sepenuhnya
:
seseorang
organisasi
(1)
yang
itu mampu
Memberikan
makna
komunikasi
dua
arah
mencakup
pemberian
atas permintaan dan pertanyaan peserta, yang
keliru
dan
sebagainya
(2)
;
umpan
balik
buah pikiran
memberikan
makna
bagi setiap individu untuk mengekspresikan diri
dan
menyampaikan
(3)
membuka untuk
(4)
ide-ide
peluang
yang
kepada
merencanakan
Mendorong
kreatif
apa
rasa
diambil,
kepada
orang
yang
yang
mereka
tanggung
sehingga
kelompok;
tidak
jawab
sependapat
harapkan
atas
meratakan
;
dan
keputusan
jalan
bagi
terjadinya perubahan.
Untuk membuat
partisipasi
anggota
ini
tangguh,
di samping meciptakan keempat situasi tersebut,
juga
harus diikuti oleh keterlibatan mental dan emosional
setiap
anggota
mendukung
di
tujuan
dalam
situasi
kelompok
dalam tanggung jawab.
dan
kelompok
ikut
Dalam hal
ambil
ini
yang bagian
terdapat
tiga
konsep utama untuk mewujudnyatakan partisipasi yaitu :
(1)
keterlibatan
motivasi
untuk
mental
dan
berkontribusi
emosional
dan
(3)
;
(2)
penerimaan
tanggung jawab.
Dalam konteks partisipasi siswa di dalam PMR ini bisa
angota fisik,
diartikan
PMR
baik
disertai
sebagai
secara
keterlibatan
para
mental-emosional
kesediaan
untuk
siswa
maupun
memberikan
kontribusi maupun penerimaan tanggung jawab di dalam
aktivitas
kepalangmerahan
di
lingkungan
organisasi
PMR di mana mereka menjadi anggotanya.
D. Wilayah Penelitian
Kegiatan PMR yang diikuti oleh siswa anggota PMR
merupakan terdapat
proses
belajar-mengajar,
komponen-komponen
yang
yang
di
dalamnya
berhubungan
secara
fungsional antara yang satu dengan yang lainnya. Pola telaahan ini selaras dengan pola hubungan fungsional
komponen-komponen
memang
Palang
Sekolah Luar
ini,
Pendidikan
Merah adalah
Sekolah
Pendidikan
yang
di
dan
dalam
merupakan
Sekolah.
PMR sebagai
Karena
Sistem
Pendidikan
kegiatan
Pendidikan
dilaksanakan
Sekolah.
ekstrakurikuler,
Luar
di
lingkungan
sebagai salah
kegiatan
satu
bentuk
kegiatan PLS ini diperuntukkan bagi peserta didik di Lembaga Pendidikan Sekolah.
Strategi pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan dan
Pendidikan
Sekolah
Pendidikan
secara
Luar
timbal-balik,
Sekolah terutama
dalam teknis pelaksanaannya.
Untuk mengetahui lebih lanjut keterkaitan antara sistem Pendidikan
fundamental
Palang
Luar
Sekolah dengan
Merah
bagan sebagai berikut.
Remaja
bisa
tujuh
prinsip
diperhatikan
Nasional
fCT
Luar Sekolah
Pendidikan
Pendidikan Sekolah
Pendidikan
Pendidikan Profesional
Luar Sekolah
^ Satuan Pendidikan
Pendidikan
Tugas
di
cacat
keahlian
Pengetahuan Penerapan
*t Pendidikan KejuruarT
Satuan Pendidikan Sejenis
Kursus
Kelompok Belajar
Keluarga
•I Substitusf
Komplemen
Kesenian
Besar
Peringatan Hari
Sekolah
Patroli Keamanan
Paskibra
Patroli Keamanan
Cinta Alam
*• Pendidikan Kedinasan
Pramuka
LPIR
>r Pend. Jabatan Kerja~ Suplemen
Pendidikan Profesional
Pendidikan Akademik
SM Luar Biasa
SM Kedinasan
SM Umum, SM Kejuruan SM Keagamaan
SD Luar Biasa
Sekolah Dasar
tertentu
Ilmu
Penguasaan
Agama
Penguasaan Pengetahuan
Pemerintah
Pelaksanaan
fisik/mental
untuk
i\cLciain(jnaii i\cija uiuauy
tertentu
Olah Raga Koperasi
Pendidikan Keagamaan
Perguruan Tinggi
Sekolah Menengah
*• Sekolah Dasar
>• Prasekolah
>
( Pendidikan Akademik
Pendidikan Keagamaan
t. Pendidikan Kedinasan
fi-rSrFung'si.PLS Terteaap^^Pendidikah Sekolah $$§j
Jenis Pendidikan Luar Sekolah .'
Sekolah
Satuan Pendidikan
Sekolah
Jenjang Pendidikan
Sekolah
Jenis
Pendidikan Luar Biasa
m. i v-i imuiixui i i\(,juiuan
Sementara
itu komponen-komponen
kegiatan
Palang
Merah Reamaja ini bisa dijelaskan sebagai berikut :
1. Masukan, yang terdiri atas : a.
Masukan mentah,
Kotamadya
yang
Bandung,
berhubungan
eksternal
b.
yaitu
siswa
anggota
PMR
di
SMUN
dengan berbagai
karakteristiknya
dengan
internal
faktor
maupun
;
Masukan
instrumental,
memungkinkan
bagi
yaitu
peserta
segala didik
sesuatu untuk
yang dapat
melakukan kegiatan belajar-mengajar ; c.
Masukan
mendukung
lingkungan,
atau
mendorong
baik lingkungan fisik, d.
Masukan
memungkinkan dapat
yaitu
berjalannya
yang
pendidikan,
sosial maupun budaya ;
lain,
yaitu
para
peserta
menggunakan
lingkungan
daya
dukung
didik
kemampuan
dan
yang
lain
yang
"lulusan"nya
dimiliki
untuk
kemajuan hidupnya. 2.
Proses
Proses
yaitu sarana
ini
merupakan
peserta
interaksi
didik
(
antara
anggota
masukan
PMR
)
mentah,
dan
masukan
(terutama kegiatan belajar-mengajar).
terdiri
membelajarkan,
atas
kegiatan-kegiatan
latihan-latihan,
penyuluhan serta evaluasi.
Proses
belajar-
bimbingan
dan
Di dalam proses tersebut
disertakan
berbagai
pendekatan
yang
bervariasi
sesuai misi dan tujuan PMR. 3.
Keluaran
Yaitu
kualitas
perubahan
yang
mengajarnya. perubahan
terjadi
Dalam yang
afektifnya, yang
"lulusan"
disertai
kualitas
akibat
kegiatan
belajar-
kaitannya
dengan
ditekankan
yaitu
senada
yang
sikap
dengan
penelitian
adalah
prososial
pada
aspek
siswa
prinsip-prinsip
ini
peserta
dasar
Palang
Merah.
4. Pengaruh
Pengaruh taraf
diantaranya
hidup
maupun
ditandai
dengan
keterlibatan
meningkatnya
mereka
di
dalam
menerapkan hasil belajar yang telah dicapai. Pemikiran
tersebut
di
atas
diadopsi
dari
konsep
Sudjana (1989 : 50-56 ) . Namun tidak semuanya diangkat
dalam penelitian ini, diabaikan.
komponen
terutama butir
Penelitian
keluaran
(
ini
lebih
lulusan
1-a dan butir difokuskan
sebagai
hasil
4
pada
belajar-
mengajar) . Untuk memahami lebih dalam tentang keluaran ini
tentu
yaitu sentral
tak
bisa
aktivitas masalah
dilepaskan
dari
komponen
belajar-mengajarnya, yang
komponen keluaran,
diteliti
lebih
proses,
namun
titik
ditujukan
pada
yaitu "lulusan" PMR yang mengikuti
kegiatan
ke-PMR-an
dengan
mengambil
porsi
terbanyak
dalam hal sikap prososial mereka.
Pemilihan
ketiga
komponen
meniadakan komponen lainnya, mata
didasarkan
atas
lingkup penelitian.
tersebut
tidak berarti
akan tetapi hanya semata-
pertimbangan
keterbatasan
Semua komponen di
ruang
dalam aktivitas
PMR ini mempunyai saling keterkaitan secara fungsional antara yang satu dengan lainnya,
meskipun variasi dan
dominasi keterkaitannya berlainan. Untuk
antar
memahami
berbagai
lebih
komponen
di
lanjut
dalam
kesalinghubungan
PMR
yang
sekaligus
sebagai peta atau gambaran wilayah penelitian ini bisa disimak
gambaran
Wilayah
Masalah
Penelitian,
rangkaian proses kegiatan PMR ini sebagai berikut :
dan
- Keuangan
- Keaktifan
- Minat& Perhatian
(Peserta) - Latar Belakang - Motivasi & Aspirasi
Masukan Mentah
- Peralatan
a
Masukan Lingkungan Lainnya - Keluarga - Teman sebaya - Masyarakat
a
- Partisipasi dalam PMR
- Komitmen dalam PMR
- Sumber Belajar - Pengelolaan
- Kurikulum
Proses Pembelajaran (Belajar Mengajar, Latihan,, Bimbingan dan Evaluasi) - Persepsi terhadap PMR
- Pendidik / Pembina
Masukan Sarana
Masukan Lingkungan Sekolah (fisik dan non fisik)
Pengaruh
- Behavioral
- Afektif
( Sikap Prososial) - Kognitif
Keluaran
Masukan Lain
Dan Sistem Belajar- Mengajar Palang Merah Remaja
Wilayah Masalah Penelitian
41
E.
Identifikasi Variabel
Palang
Merah
Maret
1950
Liga
Perhimpunan
gerakan
ini
Remaja
Pada
secara
kelembagaan
berada
di
luar
didirikan
perwujudan
Palang
Merah
awal
sebagai
Pendidikan
yang
merupakan
ini.
sepenuhnya
Penelitian
maupun
Sekolah,
baru
keputusan
Nasional
mengenai
Luar
pada
PMR
Sekolah
pengelolaan
tidak
bulan
dari
keberadaannya
Pendidikan
sekolah
pada
yang
kegiatannya
berada
tanggal
ini
di 22
Lembaga
Juni
1974
melalui
Surat Edaran DIKMENUM-DEPDIKBUD Palang Merah
Remaja
menjadi
salah
ekstrakurikuler
sebagai
"adopsi
pengelolaan antara
di
pilihan
lingkungan
dan
maupun
lembaga
sekolah,
satu
dari
kegiatan
Pendidikan
Sekolah,
adaptasi"
kegiatan
pelaksanaannya
di
yang
luar
merupakan
sekolah
terwadahi
PLS
di
dengan
dalam
yang
gabungan lembaga
kegiatan
ekstrakurikuler.
Kedudukan ekstrakurikuler Sekolah
di
Menengah
MENDIKBUD-RI Kurikulum kemudian
PMR
di
No.
dipertegas
209/U/1964 Menengah
diperjelas
Pelaksanaannya,
rangkaian
Sekolah Menengah Umum)
Sekolah
dalam
PMR
dengan adalah
Umum
Atas
(sekarang
dengan
Keputusan
tentang Tingkat
Petunjuk
kegiatan
Perbaikan Atas,
Pelaksanaan
merupakan
salah
yang dan satu
bentuk kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas.
Dalam kegiatan PMR di Sekolah guru
mempercayakan
pembina,
Bidang
di
Sekolah
itu
pembinaannya
bawah
Kesiswaan.
Hal
melepas
lingkungan SMU ini
koordinasi ini
kegiatan ekstrakurikuler di
berjalan
Wakasek
berarti
Kepala
tanggung
sekolanya,
lancar
dan
seorang
langsung
saja
dengan pembagian tugas pembinaan ini kegiatannya
kepada
bukan
begitu
Kepala
jawab
tetapi justeru
dimaksudkan agar
bisa
dikembangkan
lebih maju.
dan
Sementara
anggotanya
terdaftar
sebagai
Memang
tidak
kegiatan
semua
PMR
ini
kurang
ekstrakurikuler seperti di
anggota
siswa
ekstrkurikulernya,
anggotanya
lebih
SMUN-3,
siswa
Palang
tertarik
yang
memilih
Merah
Remaja.
untuk pilihan
utama
dalam
kenyataan
jumlah
berimbang
dengan
Bahkan
di
DAN SMUN-7
ekstrakurikuler
anggotanya
mengambil
kegiatan
beberapa
SMUN,
keberadaan PMR
menempati rangking kedua setelah Pramuka.
kegiatan
mengambil
sebagai
namun
lainnya.
SMUN-2,
adalah
Sebagaimana
lainnya,
tidak
seluruh
aktif,
karena
tingkat
peran
pemahaman maupun komitmen mereka berbeda-beda. Dalam
anggota
PMR
kaitannya
SMUN di
dengan
Kotamadya
sikap
prososial
Bandung,
yang
para
aspek-
aspeknya
sealur
Merah
prinsip-prinsip
(kemanusiaan,
kemandirian,
kemandirian,
intensitas
diduga
dan
kesatuan,
kesatuan
kualitas
perbedaan mereka
mereka
di
dalam
tingkat persepsi,
di
dalam
kegiatan
PMR
kesemestaan,
dan
sikap
PMR.
Palang
kenetralan,
kesemestaan),
prososial
kuat berkaitan dengan persepsi,
partisipasi
dasar
kesamaan,
kesukarelaan,
kenetralan,
maka
dengan
mereka
komitmen,
Dengan
kata
dan
lain
komitmen dan partisipasi
akan
berpengaruh
belajar-mengajarnya,
yang
pada
hasil
di
dalam
penelitian ini difokuskan pada perubahan "sikap proKerangka
sosialnya". acuan
untuk
pikir
inilah
mengidentifikasi
yang
variabel
dijadikan penelitian,
yang akan diuraikan sebagai berikut : 1. Sikap Prososial
Sikap sosial,
(Yl)
prososial yaitu
merupakan
suatu
kesadaran
menentukan
perbuatan-perbuatan
terjadi
dalam
di
sikap prososial
kegiatan
dipahami
seseorang yang membuka
orang dengan
tersebut
tertentu.
dari
sikap
individu
yang
atau
Dengan
mungkin
kata
lain
keadaan dalam diri
kemungkinan
perasaan-perasaan
maupun motif
nyata
sosial.
sebagai
melakukan
berdasarkan pengalaman,
sebagian
kegiatan
tergeraknya hati
sosial,
tertentu
pengetahuan, Adapun obyek
yang
latar dari
diiringi terbentuk
belakang sikap
ini
adalah interaksi
sosial
unsur
sikap
simpati,
suka
menyelamatkan,
yang diwarnai
berkoperasi,
dengan
suka
menolong,
dan
bersedia
menyenangkan,
memberikan sesuatu kepada orang lain,
unsur-
yang dilandasi
dengan suka rela. Baik (1984)
David
Krech
menyatakan
dalam
bahwa
perilaku dasar
rana
yang
Rana
obyek
itu
sikap,
berbeda
yaitu
atau
interaksi
prososial
yang
berkoperasi,
yang
suka
dan
tiga
derajat
berupa
terdiri
yang
atas
sebuah
pemikiran,
Sesuatu di sini
diwarnai
sikap
membantu,
oleh
sikap
simpati,
sikap
menyelamatkan,
sesuatu kepada orang lain dan
rela.
negatif
diwarnai
yaitu terdiri atas perasaan positif
terhadap
dengan
tersebut di
3)
atas
mempersepsi
situasi,
sosial
memberi
2) Rana afektif,
atau
efeknya
dengan
terdiri
valensi
cara
suka menolong,
menyenangkan,
Zanden
sesuai
keyakinan atau ide tentang sesuatu. adalah
Vander
Tiga komponen tersebut ialah :
kognitif,
peristiwa
sikap
berbeda
multipleksitasnya. 1)
maupun
masyarakat
karakteristik sikap
(1988)
Rana
kecondongan
atas
obyek
ketujuh
interaksi
aspek
sikap
sosial
yang
prososial
;
behavioral,
untuk
yaitu
berbuat
kecenderungan
lewat
cara
dan
atau
acuan
tertentu situasi
terhadap
pelbagai
obyek,
"interaksi
sosial".
Perilaku
menunjukkan demikian
sikap
perbuatan tidak
sikap
orang
itu
tidak
tertentu,
dapat
yang
di
mesti
diukur
tampak (Bany and Johnson,
Namun
menimbulkan
sikap dari
atau
seseorang bisa
bersangkutan.
samping
langsung
peristiwa
itu
suatu
sendiri
perilaku
yang
1975 : 378)
Sikap prososial siswa dalam penelitian ini bisa dirumuskan dalam
sebagai
diri
anggota
menggerakkan sebaliknya,
perasaan menolong,
suatu
Palang
mereka yang
untuk
di
tertentu
kesadaran Merah
keadaan
Remaja
berbuat/bertindak
dalamnya
(simpati,
suka membantu,
atau
disertai
atau
perasaan-
berkoperasi,
menyelamatkan,
yang
suka
menyenangkan
orang lain dan memberi amal derma secara suka rela) di
dalam
menangani
obyek
(interaksi
terbentuk atas
dasar pengalaman,
belakang
motivasi
persepsi,
dan
komitmen
dan
yang
sosial)
pengetahuan,
diwadahi
partisipasi
dan latar
di
dalam
mereka
dalam
kegiatan Palang Merah Remaja. 2. Persepsi Terhadap Kegiatan PMR (XI) Keterlibatan
mesti
diawali
terhadap
siswa
dengan
kegiatan
PMR.
di
proses
dalam
keanggotaan
terbentuknya
Persepsi
tersebut
PMR
persepsi
terbentuk
melalui proses kognitif mengenai seluk-beluk kegiatan
PMR,
baik
dari
segi
prinsip-prinsip,
macam
tugas
kegiatan,
dan
penampilan para pembina dan
tujuan
kewajiban
maupun
anggota,
interaksi dalam kegiatan
belaj ar-mengaj arnya. Menurut
aspek
kesadaran
cara/proses lalu
Edgar
; 2)
proses
yaitu
;
1)
pemrosesan
kata
konprehensif dengan
(persepsi)
interaksi
Dengan
Vinance
;
dan
Untuk
variabel
yang
tapi
:
469-470)
terjadi
melalui
memahami
dalamnya
pengekspresian.
terhadap
tidak
PMR
mungkin proses
secara
terbentuk
belajar
seluk-beluk
PMR
melalui media massa atau dari
itu
persepsi
muncul
dipandang
perlu
komitmen,
partisipasi
terhadap
sebagai
diungkapkan
siswa
di
PMR
produk
dalam
atau
dari sumber
sebagai
pendidikan,
kaitannya
dalam
tiga
dengan masa
termasuk di dan
bahwa
melalui
hubungannya
pemaknaan
terpadu
sekurang-kurangnya
lainnya.
ada
persepsi
sendirinya,
mulut ke mulut,
itu
informasi
3)
lain
(1968
PMR
dan
dengan
sikap
prososial mereka. 3. Komitmen Terhadap PMR
(X2)
Setiap individu mempunyai potensi untuk terikat atau mengikatkan diri dalam suatu ikatan sosial, atau sebaliknya menolak dengan tidak terlibat di dalamnya. Keberadaan Palang Merah Remaja yang mempunyai prinsip kemanusiaan,
kesamaan,
kenetralan,
kemandirian,
kesukarelaan,
kesatuan
dan
kesemestaan
ini
tidak
mungkin terwujud tanpa adanya kegiatan sosial.
Sebab
ketujuh
dalam
prinsip
kaitannya PMR
di
kerja
tersebut
dengan
interaksi
tingkat
SMU
kelompok,
keterikatan
tujuan
organisasi
menyangkut
masalah
kebersamaan
atau
tumbuh
yang
di
dalam
dipergunakan
untuk
Kebersamaan
terhadap
kepentingan
organisasi
mencakup
unsur-unsur
perlunya
menjadi
para
pada
yang
ke-Palang
;
dan
anggota
1)
3)
dan
harapan
ideologi
di
dalam
kepentingan
pribadi, Merah-an.
dan
PMR
;
dan
yang
selama
PMR
ini
bersama
akan
adanya
rasa
2)
tjuan
yang
Pemahaman
kegiatan
keyakinan
anggota
kegiatan
diorientasikan
PMR ini mengenyampingkan atas
memiliki
Karena
diperlukan
tertentu.
didasarkan
komitmen
lebih
wadah
berada
sosial.
kesetiaan
sebagai
mencapai
ini
maka
dan
organisasi
selalu
yang
dipaparkan
dihayati
di
dalam
tujuh prinsip fundasional Palang Merah yang mengikat semua anggotanya.
4. Partisipasi siswa Dalam PMR (X3)
Partisipasi keikutsertaan
siswa
mereka
kegiatan-kegiatannya. aktif
atau
seseorang
dalam dalam
atau
diartikan
organisasi
Partisipasi
sebaliknya.
menerima
PMR
itu
Partisipasi
bahkan
PMR
bisa aktif
mengajak
sebagai berikut
bersifat apabila
orang
lain
untuk
terlibat
sedangkan
dalam
organisasi
partisipasi
organisasi
itu
pasif
tetapi
dalamnya.
Partisipasi
keahlian,
barang
berarti
tidak itu
maupun
atau
dia
menerima
melibatkan
berupa
uang
kegiatannya,
diri
pikiran,
(Santoso
di
tenaga,
Sastroputro,
1986 : 16).
Bentuk partisipasi seperti di atas sangat
diperlukan
di
dalam
PMR,
karena
tanpa
partisipasi
mereka program ini tidak akan berjalan lancar.
Partisipasi sebagai
PMR
anggota
keikutsertaan
secara
penetapan
dan
menyeluruh
tujuan
PMR
bisa
keterlibatan
dalam
dan
ini
para
pengambilan
kebijakan,
arah
maupun
praktek
anggota
keputusan,
dan
kegiatan, pengawasan kelancaran kegiatan,
dan pengembangan,
dirumuskan
langkah
peningkatan
baik dalam pendidikan dan dan
penerapan
latihan
pengetahuan
serta
keterampilan di Palang Merah. Dalam studi ini partisipasi siswa dalam kegiatan
PMR
menjadi
salah
satu
fokus
utama,
karena
memang
dari situ bisa diketahui sejauh mana para anggota PMR ikut
serta
bersifat
dan
terlibat
di
ekstrakurikuler,
dalam aktivitas
dan
sebagai
PMR
salah
yang
satu
bentuk kegiatan PLS di Lembaga Pendidikan Sekolah. Untuk
paradigma
memahami
lebih
lanjut
variabel
dan
penelitian ini bisa diperhatikan matriks
sebagai berikut :
PMI/PMR
Dasar
Prinsip
Tujuh
dim PMR
Partisipasi
Kesatuan
Kesemestaan
PMR
Terhadap
Kemandirian
Kesukarelaan
Komitmen
Thd PMR
Kesamaan
Kenetralan
Persepsi
Kemanusiaan'
sial
so
Pro
———
Psikhomotorik
Afektif
Kognitif
SIKAP PROSOSIAL
Dengan
Sukarela
Berderma
Menyelamatkan
Menolong
Membantu
Kerja sama
Simpati
KETERJALINAN ANTARA PRINSIP PALANG MERAH REMAJA
50
F.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Tujuan persepsi, Palang
umum
Remaja
berikut
adalah
ini
prososial
juga
mengungkapkan
kegiatan
sebagai
mereka
komitmen
dan
serta
palang
yang
difokuskan
mereka
belajar-mengajar persepsi,
terhadap
komponen-komponen
Studi
dalamnya. sikap
ini
komitmen dan tingkat partisipasi siswa anggota
Merah
Remaja
penelitian
terkait
pada
di
pengungkapan
bagian
dari
keterkaitannya
partisipasi
Merah
mereka
hasil
dengan
di
dalam
Palang Merah Remaja di SMUN wilayah Kotamadya Bandung. 2.
Tujuan Khusus Secara khusus,
a.
penelitian ini bertujuan :
Mengungkapkan
partisipasi
sejauh
anggota
Merah-an
sebagai
wilayah
Kotamadya
mereka
program
proses
latihan-latihan, evaluasi.
Di
prasarana,
di
kegiatan
partisipasi dan
PMR
mana
persepsi,
dalam
PLS
Bandung.
di
aktivitas SMUN
pada
belajar-mengajar
bimbingan-penyuluhan
status
itu
yang
Persepsi,
difokuskan
samping
komitmen
juga
kelembagaan,
ke-Palang berada
komitmen
organisasi yang
sumber
di dan
PMR,
berlangsung,
sampai
meliputi
dan
pada
tahap
sarana
belajar,
dan
materi
belajar-mengajar pengelolaan maupun keuangan ; b. Mengungkapkan bentuk-bentuk kegiatan ke-Palang Merah-
an
yang
dilaksanakan
di
SMUN
Kotamadya
Bandung,
baik
dalam
program
pengetahuan
pembelajaran
atau
maupun
ketrampilan
dalam
yang
mempraktekkan
diperoleh
selama
mengikuti PMR ;
c.
Mengungkapkan
fungsi
dan
dalam kehidupan sehari-hari,
peran
Palang
Merah
Remaja
baik di lingkungan sekolah,
keluarga maupun masyarakat ;
d.
Mengungkapkan
sehari-hari,
Palang
Sikap
(kemanusiaan,
kesukarelaan,
prososial
afeksi, simpatik,
dan
prososial
siswa
dalam
yang sangat identik dengan
Merah
kemandirian,
sikap
ini
diwujudkan
psikhomotor
koperatif,
menyelamatkan
orang
dan
dalam
yang
kenetralan, kesemestaan).
bentuk
mencakup
suka menolong,
lain,
ketujuh prinsip
kesamaan,
kesatuan
kehidupan
gemar
menyenangkan
kognisi,
unsur
sikap
membantu
orang
dan
lain,
memberi sesuatu kepada orang lain secara sukarela.
e.
Mengungkapkan
keterkaitan
antara
persepsi,
komitmen
dan partisipasi
anggota
PMR di
dalam aktivitas
ke-Palang Merah-an
di
lingkungan SMUN Kotamadya Bandung.
f.
Mengungkapkan
partisipasi
kaitan
mereka
di
antara
persepsi,
dalam
kegiatan
komitmen
Palang
dan
Merah
Remaja dengan sikap prososial mereka di dalam kehidupan sehari-hari.
G.
Manfaat Penelitian
Masalah
efektivitas
ekstrakurikuler, Pendidikan
di
Luar
kalangan
diteliti, satu
belajar-mengajar
yang
termasuk
Sekolah
siswa
SMUN
salah
untuk peserta
di
yang
Kotamadya
bersifat
satu
model
Pendidikan
Sekolah
Bandung
ini
perlu
karena hal tersebut berkaitan erat dengan salah
tolok
ukur
keberhasilan
sistem
dan
strategi
pendekatan program Pendidikan Luar Sekolah untuk peserta didik
di
dalam
sistem persekolahan.
ukur
keberhasilan
yang
di
sikap
dalam
dan
apakah
mereka
studi
perilaku
sesuai
digariskan
tersebut
dalam
tujuan
dalam
program
dan
pada
perubahan
sehari-hari,
prinsip-prinsip
proses
belajar-megajar
keluaran dari proses kegiatan belajar-mengajar di
Palang
maupun
yang
di
Dalam
yang
adalah
Remaja,
sebaliknya.
tolok
pendidikannya,
kehidupan
serta
dari
ini
Merah
justeru
produk
dititikberatkan
siswa
dengan
di
atau
ini
adalah
Sebagian
lingkungan
pelaksanaannya
disatukan
hal
sekolah
di
pengelolaan
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler.
Palang Merah Remaja SMUN di Kotamadya Bandung secara formal-organisasionalnya
Indonesia
Cabang
Sekolah
secara
Sekolah,
namun
berada
Kotmadya
Ec-officio
secara
kependidikannya berada
di
bawah
Bandung, adalah
Palang
sedangkan
Ketua
PMR
Merah
Kepala Kelompok
fungsional-koordinatif-konsultatif
di bawah
koordinasi
Palang Merah
Indonesia
Cabang
Kotamadya
Bandung
bersama
Pembina
PMR
yang ditetapkan oleh Kepala Sekolah.
Palang
Merah
ekstrakurikuler
berada di
Remaja
di
sebagai
SMUN,
luar sekolah,
maupun
bagian
dari
sebagai
kegiatan
kegiatan
yang
yang kedua-duanya berada di bawah
payung Pendidikan Luar Sekolah.
Baik PMR sebagai kegiatan
PLS
luar
yang
diselenggarakan
lingkungan
pendidikan
di
sekolah
dijadikan obyek penelitian,
sekolah
masih
maupun
sangat
baik dalam arti
di
sedikit
kelembagaan,
program dan proses belajar-mengajar maupun produktivitas kuantitatif-kualitatif
kurang
lebih
keluarannya.
sama
dengan
Keadaan
demikian
kondisi
pendidikan
ekstrakurikuler di lingkungan Sekolah Menengah Umum Negri di Kotamadya Bandung.
Palang Merah
Remaja
sebagai
bentuk
Pandidikan
Luar
Sekolah yang terwadahi di dalam kegiatan ekstrakurijuler di
SMUN
orang. atau
Kotamadya
Tidak bentuk
seperti kegiatan
persekolahan,
penelitian.
Bandung
yang
kegiatan PLS
lain
telah
belum
pernah
diteliti
ekstrakurikuler
lainnya,
yang
lepas
banyak
dari
sistem
dijadikan
obyek
Dalam hal ini adalah Palang Merah Remaja di
lingkungan SMUN
wilayah Kotamadya Bandung.
Keikutsertaan
ekstrakurikuler
sebagian
ini
dari
siswa
merupakan
mata
pelajaran
SMUN
di
pengayaan
kurikuler,
dalam
dan
kegiatan
pendalaman
sekaligus
bisa
dijadikan atau
modal
sebagai
kegiatan
dan
pengisi
PMR
kesamaan,
bagi
ini
pengembangan waktu
luang
berdasarkan
kenetralan,
kesemestaan,
mereka.
pada
kemandirian,
yang
sangat
kepribadian
Terlebih
prinsip
lagi
kemanusiaan,
kesukarelaan,
bernilai
mereka,
kesatuan
kontributif
bagi
pembentukan pribadi mereka. Meskipun kegiatan tersebut sangat
konstruktif,
namun
belum tentu mendapat perhatian seksama dari para siswa — termasuk
dari
anggota
PMR
sendiri
perlu dikaji bagaimana persepsi, mereka
di
dengan
dalam
kegiatan
harapan
Penelitian keilmuan
ini
PLS
agar di
juga
Oleh
Merah
Remaja
ditingkatkan
samping
sebab
itu
komitmen dan partisipasi
Palang
bisa
—.
untuk
dimaksudkan
agar
tersebut,
lebih
baik.
mengembangkan
teori
mampu
mengungkapkan
seluk-beluk kegiatan ke-Palang Merah-an berikut masalahmasalah yang dialami,
bagi
pengembangan
agar nantinya bisa dijadikan acuan
program
kegiatan
tersebut
pada
masa
yang akan datang.
Pentingnya masalah ini diteliti, dapat ditinjau dari
aspek
kegunaan
yang
diperoleh
dari
hasil
penelitian
tersebut dalam kerangka pandang sebagai berikut :
1.
Dari
kepentingan Studi
bisa
kerangka
pandang
pengembangan
teori
Pendidikan Luar Sekolah.
menemukan
beberapa
teoritik,
keilmuan
Penelitian
faktor
yang
yaitu
dalam ini
untuk
rumpun
diharapkan
mempengaruhi
keberhasilan peserta
didik
dalam proses
ekstrakurikuler.
Keberhasilan
Luar
lingkungan
Sekolah
samping
di
mengikuti
peserta
didik
Pendidikan
kegiatan
belajar-mengajar Pendidikan
Sekolah,
kerikuler
juga
yang
di
mengikuti
kegiatan PLS.Disamping itu juga ingin memperoleh gambaran
hasil
yang
Merah-an
dicapai
sebagai
siswa
salah
di
satu
dalam
kegiatan
bentuk
ke-Palang
kegiatan
Pendidikan
Luar Sekolah di lingkungan Pendidikan Sekolah ;
Dari
2. atau
kerangka pandang kelembagaan,
temuan
lembaga (minimal
penelitian
pengelola di
ini
program
lingkungan
bisa
Cabang
kemungkinan
;diterapkannya
di
pengembangan
dan
bidang
peningkatan
mana
hasil
disumbangkan
kegiatan
PMI
di
ke-Palang Bandung),
sekolah
kepada Merah-an
dan
dalam
kegiatan
juga
upaya
PLS,
baik
bagi PMR maupun kegiatan PLS lainnya. 3. Dari kerangka pandang praktis,
dan
praktisi
Pendidikan
Luar
bagi para perencana
Sekolah
maupun
yang
berlangsung di dalam Sistem Pendidikan Sekolah maupun di luar
Sistem Sekolah.
Masukan
yang
bisa
diberikan
kepada
mereka di antaranya adalah pemahaman tentang diri peserta
didik,
minat-perhatian,
sikap mental,
persepsi,
komitmen,
partisipasi serta tangung jawab mereka di dalam kegiatan belaj ar-mengaj arnya.
4.
Implikasi
berikutnya
adalah
kepedulian para peneliti, para pakar,
untuk
mengundang
para pengamat dan
pemerhati
bidang
ke-PLS-an,
atau
bidang
lain
yang
mempunyai relevansi, seperti bidang sosiologi, psikhologi sosial, Di
pendidikan
samping
bidang
itu
ilmu
umum,
maupun
juga mengundang
sosial
dan
pendidikan moral-agama. perhatian para
pendidikan
lanjut hasil studi ini, atau
untuk
pakar
menelaah
di
lebih
menjadikannya sebagai salah
satu acuan atau tilikan pengamatannya.
H.
Asumsi
Penelitian
Penelitian ini didasarkan atas asumsi, bahwa :
1.
Terbentuknya
hanya
ditentukan
dalam
sistem
akan
sikap
oleh
hasil
sekolah maupun
tetapi
ia
dibentuk
perasaan,
pengalaman
tertentu.
Untuk
itu
dan
bagi
pengalaman,
kegiatan
PMR
di
berikut
di
luar
seseorang --
sistem
sekolah
pengetahuan,
Merah
sebagai
diperoleh
dan
—,
obyek salah
sumbangan sesuai
perasaan,
prinsip-prinsip
di
keyakinan,
anggotanya
keyakinan, anta;rnya
baik
merespons
Remaja
sikap
tidak
mereka
diasumsikan mempunyai
pengetahuan, yang
belajar
kecenderungan
pembentukan
kecenderungan,
perilaku
oleh
Palang
satu bentuk kegiatan PLS berarti
dan
dan
melalui
misi
yang
universal,
yang
dikembangkannya.
2.
setiap
Sikap
orang
Perbedaan
ini
prososial
itu
memilikinya, karena
bersifat
namun
intensitasnya
dipengaruhi
oleh
berbeda.
pengetahuan,
pengalaman, merespons
keyakinan,
sosial.
Di
di
dalam
ditanamkan
kenetralan,
Obyek dimaksud
lain
PMR
kecenderungan
ketujuh
adalah
prinsip
(kemanusiaan,
kesukarelaan,
yang
kesamaan,
kesatuan
dan
selaur dengan unsur-unsur yang ada di
prososial
menolong,
sisi
kemandirian,
kesemestaan)
donasi
dan
terhadap obyek tertentu.
interaksi
sikap
perasaan
(
simpati,
menyelamatkan dan
suka
kerja
dan
rela
sama,
membantu
menyenangkan,
).
Karena
dalam
itu
dan
memberikan keberhasilan
pembentukan sikap di dalam PMR diasumsikan berakibat pada
terbentuknya
sikap
prososial
dengan
sendirinya
bagi
anggota PMR.
3.
Sikap
itu mempunyai
pewujudan
perilaku.
posisi
Sikap
pengetahuan,
pengalaman,
kecenderungan
merespons
PMR
yang
yang
sangat
sesuatu
bernilai
penting dalam
terbentuk
keyakinan,
keterkaitan dengan persepsi,
anggota
yang
atas
dasar
perasaan
dan
diasumsikan
mempunyai
komitmen dan partisipasi para
kontributif
bagi
pengisian
aspek-aspek "pemicu" sikap tersebut. Namun demikian sikap belum
tentu
secara
otomatis
"realisasi"
sikap
tersebut,
"prediktor
yang
akurat"
melahirkan
tetapi
sikap
terhadap
perilaku
sebagai
lebih merupakan
perilaku.
Seperti
dinyatakan Cohen (dalam Vander Zanden,1984:165): "Many investigators have assumed that attitudes occupy a crucial position in our mental make up and as a result Viewed from
have this
consequence for the way we act. perspective, attitudes serve as
powerful energizers and directors of our behavior -they ready us for certain kinds of actions -- Hence, to
understand
our
attitude
is
to
understand
our
behavior. Indeed, the assumption is frequently made the our attitude as rather predictors of our actions.
4.
Peserta
Palang Merah
sebagai pilihan mempunyai
serta
yang menjadikan
kegiatan ekstrakurikulernya,
pengetahuan
gambaran
adanya
Remaja,
atau
informasi
tertentu
tentang
dan
kesadaran
persepsi
awal
PMR
pada
tentu telah tentang
yang
PMR
PMR,
memungkinkan
mereka
untuk
berpartisipasi di dalamnya. Kecenderungan itu diasumsikan mampu mewujudkan partisipasi karena
PMR
adalah
aktif mereka di dalam PMR,
merupakan
pilihan
kegiatan
ekstrakurikulernya.
5.
Tumbuhnya
keseuaiannya menimbulkan
dalamnya,
persepsi
dengan komitmen
yang
di
anggota
antaranya
diikat
menumbuhkan
keterkaitan
atau
PMR
tersebut
oleh
karena
hidup berkelompok,
adanya
di
kebutuhan,
kesetiaan,
komitmen,
serta
dipegangi,
baik
PMR maupun dengan para anggotanya.
dimungkinkan
perlunya
serta
PMR
yang
individu
persetujuan,
ini
terhadap
nilai-nilai
kedekatan,
organisasi
positif
keyakinan
serta harapan dan
sehingga di
dalam
Komitmen bersama,
ideologi
pengikatnya.
6.
Hasil
belajar peserta
didik
berupa pengetahuan,
keterampilan maupun terbentuknya sikap —
prososial— tak
lepas dari intensitas dan kualitas belajar-mengajar yang
mereka ikuti. Dengan kata lain, akan
dicapai
partisipasi terdapat
secara efekif siswa.
aspirasi,
kemampuan
yang
bahwa hasil belajar siswa
apabila
Karena
di
yang
dalamnya
dalam
keterlibatan
dimiliki,
di
partisipasi
dan
penghargaan
mampu
mendorong
berinisiatif serta berprestasi lebih baik lagi. ini
selaras
(1979
:30)
dengan
pernyataan
terdapat
James
Botkin
itu atas
untuk
Pemikiran et.
all.,
:
"Effective participation presupposes an individual ; aspiration, integrity and dignity, as well as an ability to take initiative. While the right to participation can be "granted" neither participation itself nor the responsibilities and obligations inherent in it can be "given" or given away. Real participation likely to be counter-production". Partisipasi
akan
adanya
kemampuan
yang
aspirasi, untuk
bisa
itu
melainkan
yang
ada
di
Partisipasi produksi
diberikan,
dalamnya yang
mempersyaratkan
integritas
mengambil
partisipasi sendiri
efektif
karena
yang
dan
penghargaan
inisiatif.
bukan
atas
tanggung
bisa
sesungguhnya
seseorang
Sementara
dasar
diharapkan
atau bisa
itu
pertisipasi
jawab dan
diberikan
sesuai
kewajiban
ditolak. mendukung
'-^•-.d'i^"^'}, "~ • x •'J; , ".*"
-*. ft
1 l,
••\
; ^