5
TEPUNG TEMPE DAN LIMBAH BONGGOL PISANG SEBAGAI INDUSTRI RUMAHAN Oleh: Farha Naily Fawzia, Mila Ulfia, dan M. Marliando SMA Negeri 2 Bandarlampung
ABSTRACT In addition to wheat, as an agricultural country, Indonesia actually has a lot of potential food sources that can be utilized. Therefore, looking for an alternative raw material for flour producing which utilizes local foods is a must. One of the local raw material potentially used as flour is the banana hump. The banana hump flour has a high carbohydrate content with low protein content: about 3.4%. Therefore, a material containing high protein like tempeh is needed to be added to it. This research aims at revealing the advantages and disadvantages of banana hump flour. From the process of tempeh and banana hump flour, it is revealed that 2 kg of banana hump flour and 0.25 kg of tempeh can
generate 1,125 kg. Based on this research, it can be concluded that the tempeh and banana hump can be processed into flour. In turn, it can increase the selling value of the banana hump. Key words:bananaweevil, tempeh, carbohydrate, industry
flour, home
ABSTRAK Sebagai negara agraris, Indonesia sebenarnya mempunyai banyak potensi sumber pangan yang dapat dimanfaatkan selain gandum. Diperlukan suatu alternatif bahan baku pembuatan tepung yang memanfaatkan bahan pangan lokal. Salah satu bahan lokal yang dapat dijadikan tepung adalah bonggol pisang. Tepung bonggol pisang ini mempunyai kandungan karbohidrat
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
49
yang tinggi namun kandungan proteinnya rendah yaitu sekitar 3,4%. Sehingga perlu ditambahkan bahan yang mengandung protein tinggi seperti tempe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari produk tepung bonggol pisang berprotein tinggi. Dari proses pembuatan tepung tempe dan bonggol pisang, didapatkan data bahwa dengan 2 kg bonggol pisang dan 0,25 kg tempe dapat menghasilkan 1,125 kg Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa tempe dan bonggol pisang dapat diolah menjadi tepung. Hal ini dapat meningkatkan nilai jual bonggol pisang yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung merupakan bahan baku yang sangat penting bagi pangan nasional bangsa ini, pada umumnya tepung berasal dari gandum, beras, jagung dan singkong. Seperti yang telah diketahui bahwa tepung yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah tepung yang berasal dari gandum.Indonesia sampai saat ini masih mengimpor gandum untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri, impor gandum diperkirakan akan membengkak 100% selama 10 tahun mendatang. Saat ini jumlah impor gandum per tahunnya mencapai 5 juta ton gandum.Konsumsi gandum ini terus meningkat, peningkatan konsumsi perkapitanya menanjak signifikan setiap tahunnya. Jika pada tahun 2003 baru mencapai 19,8 50
gram perkapita, lalu di tahun 2006 naik 22,6 gram per kapita, selanjutnya di tahun 2008 sudah menjadi 38 per kapita.(Kompas, Juni 2009). Pada 2007, salah satu perusahaan pengimpor gandum di Indonesia diperkirakan telah mengimpor tidak kurang dari 3,5 juta ton biji gandum per tahunnya. Biji gandum itu lebih dari 70% didatangkan dari Amerika Serikat dan Kanada, selebihnya dari Australia dan Eropa Timur serta Rusia.Di Indonesia gandum kini telah menjelma menjadi makanan pokok kedua setelah beras. Berdasarkan pola dan tingkat konsumsi serta tingkat pertumbuhan penduduknya, menurut pakar ekonomi pangan, tak sampai sepuluh tahun lagi Indonesia akan menjadi pengimpor gandum terbesar di dunia.(Kompas, Juni 2009). Sebagai negara agraris, Indonesia sebenarnya mempunyai banyak potensi sumber pangan yang dapat dimanfaatkan selain gandum. Hal ini bisa dimulai dengan merancang ketahanan pangan berbasis pangan lokal non- gandum, terutama dalam hal pembuatan tepung. Diperlukan suatu alternatif bahan baku pembuatan tepung yang memanfaatkan bahan pangan lokal. Salah satu bahan lokal yang dapat dijadikan tepung adalah bonggol pisang. Pisang adalah salah satu komoditas buah unggulan Indonesia, salah satu daerah penghasil pisang terbesar di Indonesia yaitu Provinsi Lampung. Luas panen produksi pisang di Lampung pada tahun 2005 sebesar 8.979 ha dan produksi
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
sebesar 549.928 ton. (Deptan, 2007). Tingginya tingkat produktivitas pisang secara tidak langsung diikuti dengan meningkatnya produktivitas bagian-bagian lain dari tanaman pisang, salah satunya yaitu bonggol pisang. Selama ini bonggol pisang belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan di beberapa daerah sentral produksi pisang, bonggol pisang dianggap sebagai bagian yang tidak bisa dimanfaatkan sehingga banyak yang tidak memanfaatkannya padahal bonggol pisang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Bonggol pisang basah mengandung 43% kalori; 0,6% protein; 11,6% lemak; 15% hidrat arang; 60% Ca; 0,5% P; 0,01% Fe; 12% vitamin; dan 86% air, sedangkan bonggol pisang kering mengandung 245% kalori; 3,4% protein; 66,2% lemak; 60% hidrat arang; 150% Ca; 2% P; 0,04% Fe; 4% vitamin; dan 20% air. Berdasarkan komposisi kimia bonggol pisang tersebut, maka bonggol pisang dapat digunakan sebagai bahan makanan yang cukup baik, karena bonggol pisang cukup banyak mengandung karbohidrat (66,2% untuk bonggol pisang kering) sebagai bahan makanan pengganti gandum paling sederhana tepung berbasis bonggol pisang dapat menjadi produk bahan pangan tepung prospektif dan fungsional.(Munajim, 1983). Tepung bonggol pisang ini mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi namun kandungan proteinnya rendah yaitu sekitar 3,4 % sehingga perlu ditambahkan bahan yang mengandung protein tinggi seperti tempe. Dasar
pertimbangan tempe dalam pembuatan tepung karena kacang kedelai mengandung 35% protein bahkan pada varietas unggul mencapai 40-43%. Selain itu, tempe juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik dalam tubuh vitamin A, Riboflavin, thiamin, niasin, asam pentotenat, piridiksin, asam folat, vitamin B12, asam folat, biotin, kalsium, fosfor, besi, magnesium, potassium, mangan dan seng. Pada umunya tempe juga mempunyai harga yang murah sehingga terjangkau oleh masyarakat. Berdasarkan deskripsi di atas, penulis tertarik mengolah tepung dari bonggol pisang dan tempe yang dapat dibuat sendiri dengan bahan baku lokal yang belum dimanfaatkan secara optimal dengan bahan pokok yang jumlahnya melimpah. Tidak sulit untuk mendapatkan bahan baku bonggol pisang. Selain memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yang, tepung dari bonggol pisang diharapkan dapat menjadi produk bahan pangan tepung prospektif, fungsional, dan dapat membuka peluang kerja baru bagi masyarakat. B. Rumusan Masalah 1. Apakah bonggol pisang dapat diolah menjadi tepung berprotein tinggi? 2. Bagaimanakah cara mengolah bonggol pisang menjadi tepung yang berprotein tinggi? 3. Apakah keunggulan dan kelemahan dari produk tepung bonggol pisang berprotein tinggi ini dilihat dari berbagai segi seperti politik, ekonomi, budaya, gizi dan kualitas?
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
51
4. Apakah tepung bonggol pisang berprotein tinggi ini dapat memberikan peluang bisnis baru yang menguntungkan bagi masyarakat? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui cara mengolah bonggol pisang menjadi tepung berprotein tinggi. 2. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan produk tepungbonggol pisang berprotein tinggi dilihat dari berbagai segi. 3. Untuk memberikan peluang bisnis baru yang menguntungkan bagi masyarakat. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Menghemat biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk memperoleh tepung yang berkualitas,bergizi, mengurangi jumlah limbah bonggol pisang di lingkungan, serta mengurangi imporgandum yang selama ini digu-nakan sebagai bahan baku pembuatan tepung. 2. Meningkatkan nilai guna bonggol pisang yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal. 3. Meningkatkan kandungan gizi tepung berbahan baku lokal. 4. Hasil penelitian bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai pedo-
52
man pembuatan produk tepung dimana pedoman tersebut dapat menciptakan lapangan kerja baru di masyarakat guna mencapai kesejahteraan umum. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan bonggol pisang sebagai bahan tepung berprotein tinggi alternatif guna mendukung ketahanan pangan Negara Kesatuan Republik Indonesia 5. Memperkenalkan diversifikasi produk di Indonesia yang nantinya bisa menjadi peluang yang bagus baik dari sektor bisnis (domestik dan ekspor) maupun pariwisata.
II. KAJIAN PUSTAKA A. Pisang (Musa parisiacal) dan Bonggolnya Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di AsiaTenggara (termasuk Indonesia).Pisang sebagai bahan konsumsi adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat.Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Taksonomi tanaman pisang adalah sebagai berikut (Rismunandar, 1990).
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
Kingdom Devisi
: Plantae Bangsa : Spermatophyta Suku
Sub. Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotylae
Marga Jenis
Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 adalah ke Cina.Produksi pisang adalah produksi buah terbesar di Indonesia yaitu 40% dari produksi buah nasional (Lihat Tabel).Komoditi pisang adalah salah satu komoditas unggulan pertanian yang sangat potensial untuk dikembang-kan di Indonesia.Baik
: Musales : Musaceae : Musa : Musa paradisiaca
terkait dengan karakteristik teknis, sosial maupun ekonomis, dan dapat dibudidayakan di seluruh wilayah di Indonesia.Indonesia juga pernah menempati posisi keenam sebagai negara penghasil pisang terbesar di dunia dengan jumlah produksi sebesar 4.311.959 ton (Sumber: FOSFAT, 2005).
Tabel 1. Tabel Produksi Pisang(dalam ton) Nasional/Provinsi NASIONAL Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo
2000 3746962 28076 52132 60015 37827 12301 69457 11010 142153 0 2741 1435103 508801 38581 706266 0 60381 69048 173446 46055 14395 22706 24247 11479 34354 145999 34601 0
Tahun 2001 2002 4300422 4384384 26491 27833 60235 93467 64099 46389 37697 31243 19841 14664 79108 95687 10339 14237 142470 184554 4857 1154 2870 1490 1431941 1473460 522261 503841 39633 41306 700836 731230 208854 229511 90094 124253 283548 83520 167757 189543 119687 55711 16466 16810 29409 42445 27945 42905 13567 44833 33061 45063 119884 165036 33443 36554 4300 2094
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
2003 4177155 88682 118808 32244 56673 16059 95048 20265 319081 6870 1677 1068875 455031 46239 873616 179696 102157 39395 33992 94155 15436 76059 58325 47834 57893 98973 26280 3237
53
Maluku Papua Maluku Utara
4326 1462 0
2816 3794 3119
3374 14005 28163
2474 4177155 125532
Sumber : Pusdatin, DEPARTEMEN PERTANIAN, 2004.
Pisang termasuk tanaman serba guna karena semua bagian tanamannya, mulai dari bonggol (umbi batang pisang), batang, bunga, buah, sampai kulit buahnya dapat dimanfaatkan. Batang pohon dan kulit buah pisang adalah sumber potensial pupuk potasium. Selain sebagai penghasil enzim xylanase, kulit pisang juga merupakan bahan organik yang mengandung unsur dan senyawa kimia seperti magnesium, kalsium, glukosa, hemisellulosa, besi, sodium, fosfor, kalium dan sulfur. Bonggol pisang basah mengandung 43% kalori; 0,6% protein; 11,6% lemak; 15% hidrat arang; 60% Ca; 0,5% P; 0,01% Fe; 12% vitamin; dan 86% air, sedangkan bonggol pisang kering mengandung 245% kalori; 3,4% protein; 66,2% lemak; 60% hidrat arang; 150% Ca; 2% P; 0,04% Fe; 4% vitamin; dan 20% air. Berdasarkan komposisi kimia bonggol pisang tersebut, maka bonggol pisang dapat digunakan sebagai bahan makanan yang cukup baik, karena bonggol pisang cukup banyak mengandung karbohidrat.
Gambar 1. Bonggol
B. Kalsium Kapur)
Hidroksida
(Air
Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia Ca(OH)2. Kalsium hidroksida dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air (H2O). Kapur tohor Ca(OH)2 atau kalsium hidroksida merupakan zat padat yang berwarna putih dan amorf. Kapur tohor (quick lime) dihasilkan dari batu gampingyang dikalsinasikan, yaitu dipanaskan pada suhu 6000oC9000oC. Kapur tohor ini apabila disiram dengan air secukupnya akan menghasilkan kapur padam (hydrated/slaked quicklime) dengan mengeluarkan panas (Sukandarrumidi, 1999).
Gambar 2. Air Kapur
Perendaman dalam air kapur dalam pengolahan tepung bonggol pisang diharapkan dapat, mencegah timbulnya warna atau pencoklatan dan membuat tahan lama. Perendaman dalam larutan kapur sirih da-
54
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
pat berfungsi sebagai pengeras atau memberi tekstur, mengurangi rasa yang menyimpang: sepet, gatal, getir dan citarasa menyimpang (Jarod, 2007) Alasan lainnya digunakan air kapur dalam proses pembuatan tepung bonggol pisang ini adalah harganya yang murah dan terjangkau serta mudah didapatkan, juga sifatnya yang mudah larut dalam air. C. Tempe Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae.Tempe umumnya dibuat secara tradisional danmerupakan sumber protein nabati.Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti pro-
tein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini dikarenakan kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia (Kasmidjo, 1990). Tempe memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kacang kedelai. Pada tempe, terdapat enzimenzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe selama proses fermentasi, sehingga protein, lemak dan karbohidrat menjadi lebih mudah dicerna. Kapang yang tumbuh pada tempe mampu menghasilkan enzim protease untuk menguraikan protein menjadi peptida dan asam amino bebas (Astawan, 2008).
Tabel 2 Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Kedelai, Tempe, dan Tepung Tempe Komponen Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu
Kedelai 46,2 19,1 28,5 3,7 6,1
Tempe 46,5 19,7 30,2 7,2 3,6
Tepung Tempe 48,0 24,7 13,5 2,5 2,3
Sumber : Mardiah (1994).
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
55
D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran diilustrasikan pada bagan di bawah ini.
Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
III. DESKRIPSI PAKET TEKNOLOGI A. Waktu dan Tempat Waktu : 10 Maret– 20 Maret 2012 56
Tempat : Rumah penulis BandarLampung
di
B. Metode Penelitian Dalam karya ilmiah ini penulis menggunakan metode eksperimen,
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
dengan cara membuktikan bahwa limbahbonggolpisang dapat diolah menjadi tepung. Selain itu digunakan pula metode kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah pilihan yang bersifat relevan. C. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung bonggol pisang berprotein tinggi: 1. Penggiling ( Blender) 2. Pisau 3. Talenan 4. Ayakan 5. Baskom 6. Oven 7. Kompor gas 8. Ember 9. Pisau 10. Bonggol pisang 2 kg 11. Kalsium hidroksida 2 gram 12. Air Secukupnya 13. Tempe 0,5 kg D. Cara Kerja Proses pembuatan tepung bonggol pisang a. Mengumpulkan dan menyiapkan bonggol pisang yang akan dibuat menjadi tepung. b. Bonggol pisang yang telah disiapkan kemudian dibersihkan dari kotoran dan serabut akarnya, setelah itu mengupas kulit bonggol pisang hingga bersih dari serat kasarnya. c. Bonggol pisang yang telah dibersihkan kemudian direndam ke dalam larutan kalsium hidroksida (air
kapur) agar tidak berwarna coklat, selama 2-3menit; d. Mengangkat bonggol pisang dari larutan tersebut lalu ditiriskan dan dipotong menjadi bagian yang lebih kecil-kecil untuk mempermudah dalam proses pengeringan; e. Mengoven atau menjemur bonggol pisang yang telah dipotong di dalam oven atau di bawahterik matahari sampai kering betul. f. Setelah kering bonggol pisang dihaluskan hingga menjadi tepung. Proses penghalusan ini dapat dilakukan dengan bantuan mesin maupun alat tradisional. g. Mengayak bonggol pisang yang telah menjadi tepung hingga didapatkan tepung yang halus, bersih, bergizi dan berkualitas; Proses Pembuatan Tepung Tempe a. Memotong tempe tipis-tipis sekitar 0,3cm. Pengirisan bertujuan untuk mempercepat penguapan. b. Mengukus tempe selama 10 menit dengan suhu 100oC, agar rhizopus mati dan menghasilkan tepung tempe yang masak. c. Menjemur tempe sekitar 6 jam di bawah matahari, pengeringan ini bertujuan untuk menguapkan air sehingga diperoleh tempe yang kering dan mudah dipatahkan.
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
57
d. Penghalusan tempe menggunakan alat penghalus dengan ketajaman pisau dan kecepatan tinggi. e. Mengayak tepung tempe yang telah jadi. f. Menyampurkan tepung bonggol pisang dengan tepung tempe, untuk memperoleh tepung yang kaya akan karbohidrat, protein serat mineral dan vitamin. E. Percobaan Dari proses pembuatan tepung tempe dan bonggol pisang, didapatkan data bahwa dengan 2kg bonggol pisang dan 0,25 kg tempedapat menghasilkan1,125 kg tepung bonggol pisang berprotein tinggi. F. Kelemahan Tepung Tempe dan Bonggol Pisang a. Tepungbonggolpisang berwarna coklat sehingga kurang menarik. b. Tekstur tepung bonggol pisang yang banyak mengandung serat. G. Keunggulan Produk Tepung Bonggol Pisang a. Dapat menghemat biaya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga khususnya dalam pemenuhan kebutuhan tepung. b. Cara pembuatan tepung bonggol pisang ini cukup mudah dan hanya menggunakan alat sederhana. c. Menggunakan bahan baku lokal yang belum termanfaatkan secara optimal yang 58
jumlahnya melimpah, sehingga tidak sulit untuk mendapatkan bahan baku. d. Memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. e. Sebagai industri rumahan, usaha dari tepung bonggol pisang berprotein tinggi dapat menghasilkan pendapatan sebesar dari total biaya yang telah dikeluarkan.
IV. PEMBAHASAN . A. Analisis Hasil Percobaan Dari percobaan di atas, dapat diketahui bahwa setiap 2 kg bonggol pisang dan 0,25 kg tempe dapat menghasilkan 1,25 kg tepung. Cara pembuatan tepung ini pun tidak membutuhkan biaya yang banyak, mudah dan dengan alat cara yang sederhana. Telah diketahui sebelumnya pada sub-bab Kajian Pustaka bahwa bonggol pisang basah mengandung 43% kalori; 0,6% protein; 11,6% lemak; 15% hidrat arang; 60% Ca; 0,5% P; 0,01% Fe; 12% vitamin; dan 86% air, sedangkan bonggol pisang kering mengandung 245% kalori; 3,4% protein; 66,2% lemak; 60% hidrat arang; 150% Ca; 2% P; 0,04% Fe; 4% vitamin; dan 20% air.(66,2% untuk bonggol pisang kering). sedangkan kandungan tepung tempe yaitu diantaranya Protein48, Lemak24,7, Karbohidrat13,5, Serat2,5, Abu2,3. B. Prospek dan Manfaat Paket Teknologi 1.Prospek Paket Teknologi
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
Produk tepung bonggol pisang berprotein tinggi ini memiliki prospek yang cerah karena produk ini merupakan alternatif pengganti tepung berbahan baku gandum yangpada saat ini Indonesia masih mengimpor gandum dari luar negeri, serta kandungannya yang tidak kalah dengan tepung dari gandum, tepung bonggol pisang ini memiliki komposisi yang terdiri dari 76% pati dan 20% air (Yuanita dkk, 2008). Bonggol pisang mengandung karbohidrat 66,2%, protein, air dan mineral-mineral penting (Munajim,1983). Selain itu, bonggol pisang sebagai bahan baku pembuatan produk ini tersedia dalam jumlah banyak mengingat populasi tanaman pisang yang cukup berlimpah dan selama ini kurang dimanfaatkan, sehingga masyarakat yang ingin membuat tepung ini tidak menge-luarkan biaya yang besar untuk penyediaan bahan baku. Produk ini tidak hanya kaya akan kandungan karbohidrat namun juga kaya akan protein, mineral dan vitamin yang berasal dari tempe. Pada proses pembuatan tepung ini nb pun tidak memerlukan proses yang rumit dan alat atau mesin yang mahal. Peluang pasar untuk produk ini juga terbuka lebar, karena produk ini masih jarang dipasaran. 2. Manfaat Paket Teknologi Dari segi teknis paket teknologi ini bermanfaat untuk: (1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam merancang, membuat, dan mengembangkan teknologi ini secara luas. (2) Meringankan biaya rumah tangga dan juga dapat meng-
hemat penggunaan dalam skala besarsehingga dapat mengurangi jumlah impor gandum untuk memenuhi komsumsi dalam negeri. (3) Memotivasi siswa dalam arti luas. Paket teknologi ini dapat menjadi contoh bagi siswasiswi lain dalam berkreasi agar Lampung dapat dikenal sebagai “pintu gerbang jawa-sumatera” yang memiliki sumber daya manusia yang kreatif, produktif, dan memiliki daya saing tinggi. 3. Kelompok Sasaran Pengguna Sasaran penggunaan paket produk ini adalah seluruh rumah tangga di Indonesia yang biasa menggunakan tepung berbahan baku gandum, serta industri-industri makanan yang menggunakan tepung dalam skala kecil maupun besar. 4. Dampak bagi Masyarakat Hal penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan paket teknologi ini adalah dampak terhadap kehidupan sosialmasyarakat khususnya para pelajar yang pada akhirnya akan mampu menunjang pembangunan provinsi Lampungdengan dihasilkannya inovasi-inovasi baru dan menjadikan siswa-siswi menjadi sumber daya manusia yang cerdas dan kreatif. C. Analisis dari Segi Ekonomi Dilihat dari sisi ekonomi, paket teknologi ini dapat digunakan oleh semua lapisan masyarakat karena biaya pembuatannya cukup murah, dan lebih hemat dalam jumlah
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
59
pemakaian untuk sekala besar jika dibandingkan dengan tepung yang terbuat dari gandum. Biaya yang digunakan untuk proses pembuatan tepung bonggol pisang ini ± Rp/Kg, sedangkan harga biasa yang berbahan dasar gandum dipasaran saat ini mencapai ± Rp 8000./kg. Dengan biaya yang sedemikian, maka produk ini dapat digunakan oleh semua lapisan masyarakat dengan manfaat yang cukup besar. Tidak hanya itu saja, mungkin produk ini dapat diproduksi oleh orang banyak sehingga Bahan Bonggol pisang
Jumlah 50 Kg
Harga/satuan (Rp) 500/kg
akan membuka lowongan pekerjaan baru yang nantinya akan mengurangi jumlah pengangguran. D. Analisis Usaha Tepung Tempe dan Bonggol Pisang Sebagai Industri Rumahan Dilihat dari sisi ekonomi, paket teknologi ini dapat digunakan oleh semua lapisan masyarakat karena biaya pembuatannya cukup murah dan lebih hemat dalam jumlah pemakaian untuk sekala besar jika dibandingkan dengan tepung biasa (lihat tabel) Jumlah Biaya dalam Satu Periode Produksi (Rp)
Keuntungan (Rp)
7000/kg x 31,25 kg
218750-110000
218.750
108.750
25.000
Tempe
12, 5 kg
2000/kg
25.000
Kapur
0,5 Kg
3000/kg
1.500
Air bersih
10 liter
100/liter
1.000
Plastik Kemasan
35 buah
100/buah
3.500
Label kemasan
35 buah
200/buah
7.000
HOK 2 orang Transportasi (premium) 1 liter
20.000/HOK 4.500/liter
40.000 4.500
Gas
15.000/3kg
2.500
0,5 kg Total
Pendapatan (Produksi dikali harga jual) (Rp)
110.000
Tabel 3 Analisis Usaha Tepung Tempe dan Limbah Bonggol Pisang
Data di atas menyajikan bahwa dengan modal Rp 110.000 bisa didapatkan pendapatan sebesar Rp 218.750. Artinya, usaha tepung bonggol pisang berprotein tinggiini menghasilkan keuntungan sebesar Rp 108.750 dari 31,25Kg per produksinya. Hal ini baik karena tepung yang biasa dijual di pasaran mencapai Rp 8.000.Belum lagi ditinjau dari proses mudahnya pembuatan dan bahan baku yang melimpah produk tepung tempe bonggol pisang ini juga memepunyai kandungan gizi yang 60
tinggi. Selain itu, dengan biaya yang sedemikian maka produk ini dapat digunakan oleh semua lapisan masyarakat dengan manfaat yang cukup besar. Tidak hanya itu saja, tepung tenmpe bonggol pisang ini dapat diproduksi oleh orang banyak sehingga akan membuka lowongan pekerjaan baru. 1. Analisis Kelayakan Usaha (R/C Ratio) Analisis tingkat kelayakan usaha atau Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) dihitung berdasarkan perbandingan
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
antara pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan: R/C Ratio = Pendapatan Total Biaya = 218.750/110.000 = 1,988 Artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp100 akan diperoleh pendapatan sebesar Rp1,988. 2. Analisis Titik Impas (Break Even Point) Analisis titik impas atau BEP adalah suatu kondisi yang menggambarkan pendapatan usaha yang diperoleh sama dengan modal yang telah dikeluarkan. BEP ini dihitung mulai dari produksi ke-2 dan selanjutnya. BEP volume produksi= Total Biaya/Harga Jual =.110.000/7000 = 15,71 Artinya, titik impas usaha tercapai pada saat hasil produksi mencapai 15,71kg/periode produksi. BEP harga produksi = Total Biaya/Produksi = 110.000/31,25kg = Rp3.520/kg Artinya, titik impas usaha tercaai pada tingkat harga jual produk mencapai Rp 520/kg 3. Analisis Tingkat Efisensi Penggunaan Modal (ROI) Analisis tingkat efisiensi penggunaan atau return of investment (ROI) adalah analisis untuk mengetahui keuntungan usaha berkaitan dengan biaya yang telah dikeluarkan. ROI = (Keuntungan x 100%) Total biaya = (108.750 x 100%)/110.000 = 0,9886 %
Artinya, usaha pupuk cair kulit pisang ini menghasilkan pendapatan sebesar 0,9886 % dari total biaya yang telah dikeluarkan. 4. Prospek Usaha Tepung merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi bangsa ini,Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Ratna Sari Loppies, sektor UMKM menyerap 70 persen dari konsumsi nasional. Konsumsi nasional tepung pada 2009 diprediksi mencapai 3,8 juta ton. Adapun konsumsi tepung terigu per kapita diperkirakan masih dalam kisaran 17 kilogram per kapita.Berdasarkan data yang diperoleh, perlunya suatu alternatif untuk penanggulangan impor gandum yang semakin tinggi pada negri ini. Dengan memperhatikan hal tersebut, usaha dan bisnis tepung bonggol pisang berprotein tinggi ini masih memiliki peluang menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan, meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan gizi masyarakatserta merangsang sumber baru pertumbuhan ekonomi, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Peluang usaha bisnis tepung dapat dimanfaatkan oleh individu, kelompok, dan pelaku industri pengolahan (agroindustri). Kajian tersebut berlaku untuk tepungbonggol pisang. Jumlah limbah bonggol pisang yang tersedia ini tergantung dengan produksi buah pisang. Indonesia terkenal sebagai negara penghasil pisang terbesar di dunia. Dengan demikian, negara Indonesia dapat dikatakan sebagai penghasil
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01
61
limbah pisang terbesar di dunia. Hal ini dapat mendukung tingkat pemakaian dan produksi tepung bonggol pisang di Indonesia.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bonggol pisang yang selama ini tidak dimanfaatkan oleh masyarakat, ternyata dapat diolah menjadi tepung yang kualitasnya tidak kalah dengan tepung dari gandum dan tepung lainnya. Tepung bonggol pisang ini kaya akan karbohidrat, protein, serta mineral dan vitamin yang berasal dari tempe. B. Saran Penulis menyarankan agar produk ini dapat dikembangkan lagi dan disosialisasikan kepada masyarakat luas agar dapat digunakan di rumah-rumah sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatakan gizi masyarakat serta dapat mengurangi ketergantungan impor gandum untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA Astawan, M., 2008. Sehat Dengan Tempe.Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan denganTempe.PT Dian Rakyat, Jakarta. Direktorat Jenderal PHPP. 2002. Pisang Hidup Sehat dengan
62
Produk Hortikultura Nusantara. Jakarta. http://www.deticfinance.com, 21 Februari 2012. Kasmidjo, R.B., 1990. TEMPE : Mikrobiologi dan Kimia Pengolahan sertaPemanfaatannya.PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta. Mardiah, 1994.Sifat Fungsional & Nilai Gizi Tepung Tempe Serta Pengembangan ProdukOlahannya Sebagai Makanan Tambahan Bagi Anak. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Munajim.1983.Teknologi Pengolahan Pisang.Jakarta : PT Gramedia. Pusdatin Deptan. 2007. Statistik Pertanian 2007. Jakarta Pusdatin Deptan. 2004. Statistik Pertanian 2004. Jakarta. Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung Suhendra. 2009. Peningkatan Impor Gandum. Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian Industri, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta. Sutanti Satuhu, Ahmad Supriyadi.2004.Pisang Budidaya Pengolahan dan prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya. Yuanita, dkk. 2008. Pabrik Sorbitol dari Bonggol Pisang (Musa Paradisiaca) dengan Proses Hidrogenasi Katalitik. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia. ITS.Surabaya.
INOVASI PEMBANGUNAN - JURNAL KELITBANGAN Vol. 01