TEORI-TEORI PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBELAJARKAN SISWA MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA YANG HUMANISTIK
Bernard Djawa *)
Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mengkaji teori-teori tentang peningkatan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dengan pendekatan humanistik sehingga terwujud sehat seutuhnya dalam diri siswa, untuk berkembang berkelanjutan. Penerapan teori-teori peningkatan keterampilan guru melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga yang humanistik akan memberikan layanan pendidikan yang baik kepada siswa dengan tujuan agar guru memiliki profesionalitas dalam menjalankan tugasnya untuk mewujudkan proses pendidikan yang bermutu. Kata Kunci : Peningkatan keterampilan guru, membelajarkan siswa, dan pendekatan humanistik.
1. Pendahuluan Upaya peningkatan mutu pendidikan dewasa ini merupakan salah satu fokus didalam pembangunan pendidikan. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan sumberdaya manusia yang berkualitas, yang dapat dihasilkan antara lain melalui pendidikan yang berkualitas pula. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1 butir 2 mengatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Dalam perkembangan pendidikan dimanapun selalu menghendaki halhal baru yang bersifat kualitas maupun kuantitas. Disadari bahwa pendidikan akan terus
berkembang, dan selalu mengikuti perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang di masyarakat. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
1
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2003:5). Pembangunan pendidikan secara mikro menghadapi berbagai masalah antara lain berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan serta peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang meliputi : Pendidikan yang demokratis dan bermutu tinggi yang bertujuan untuk memperteguh akhlak yang
mulia,
berwawasan
kebangsaan,
cerdas,
bertanggung
jawab,
berketerampilan serta menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia Indonesia. Jadi sistem dan iklim pendidikan nasional tidak hanya mencetak generasi muda yang pandai saja tetapi mencetak manusia yang berakhlak mulia dan pandai. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan dasar hukum tentang pembaharuan sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai faktor penentu yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia. Kenyataan yang terjadi saat ini masih banyak guru, dalam membelajarkan siswa cenderung menggunakan gaya mengajar yang tradisional. Misalnya berpusat pada guru, suasana kelas kaku, guru sebagai pemberi perintah, dan diarahkan untuk belajar secara klasikal. Seharusnya dalam membelajarkan siswa menggunakan gaya mengajar yang modern, misalnya berpusat pada siswa, suasana kelas lentur, tidak kaku, guru sebagai pembimbing, belajar mandiri untuk munculnya ekspresi yang kreatif dan memiliki kecakapan untuk dapat memecahkan masalah. Mengingat pentingnya peranan pendidikan jasmani dan olahraga bagi peningkatan sumber daya manusia, maka guru pendidikan jasmani dan olahraga memberdayakan diri dalam membelajarkan siswa dengan pendekatan humanistik. Dengan demikian guru yang memiliki kreativitas akan memahami konsep tentang peningkatan keterampilan pembelajaran melalui pendekatan
2
humanistik dalam membelajarkan siswa sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang bermutu tinggi.
2. Tujuan dan Manfaat Penulisan Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini bertujuan sebagai berikut : 1) Pengembangan wawasan guru tentang konsep pendidikan jasamani dan olahraga yang humanistik. 2) Meningkatkan keterampilan guru melalui pendekatan yang humanistik. Adapun manfaat penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pendekatan humanistik untuk meningkatkan keterampilan guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam membelajarkan siswa. Dalam meningkatkan wawasan guru pendidikan jasmaani dan olahraga agar selalu memperhatikan kepentingan siswa, lebih banyak menekankan kepada kemampuan dan kemandirian siswa, sehingga siswa merasa senang dalam melakukan tugas gerak, semakin meningkat secara berkelanjutan, manfaat gerak mengacu kepada pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya yaitu sehat jasmani, rohani, sosial, mental dan memungkinkan munculnya ekspresi kreatif dan cakap dalam memecahkan masalah.
3. Pembahasan a. Konsep Pendidikan Jasmani dan Olahraga Pendidikan jasmaani dan olahraga adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan yang diberi isi, bentuk dan arah, menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Ada beberapa batasan mengenai pendidikan jasmaani yang perlu diketahui, sebagai bahan perbandingan dalam memahami pentingnya pendidikan jasmani antara lain : 1) Berdasarkan
SK
Mendikbud
Nomor
0413/U/1987
membatasi
pengertian pendidikan jasmani dibawah ini : Pendidikan jasmani yang didasarkan pada pandangan holistik ini banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan jasmani. Misalnya,
3
Wuest dan Bucher (1995:6) mengemukakan bahwa : “Pendidikan Jasmani adalah bagian yang terpadu dengan proses pendidikan seutuhnya,
yang
mempunyai
tujuan
dan
sasaran
untuk
mengembangkan kinerja manusia melalui medium gerak/aktivitas jasmani yang dipilih dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. 2) Sharman ( dalam Bernard, 2005:1 ), mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan secara umum yang berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme
gerak
tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola perilaku pada individu yang bersangkutan Sharman, mengakui bahwa pendidikan itu merupakan bagian dari proses pendidikan, dan hasil yang diperoleh adalah pola perilaku gerak 3) Pendidikan adalah proses yang memberikan perubahan secara positif terhadap individu-individu melalui pengalaman-pengalaman gerak (Tilman K.G. Voltmer E.F, Esslinger, AA, dan MC. Cue B.F, 1995:236). Dalam kajian lain bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani guna mendorong kebiasaan hidup menuju pada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang. (Depdikbud, 1999:2). 4) Menurut Nixon dan Jewett (1980 : 27) pendidikan jasmani selain merupakan bagian dari seluruh upaya pendidikan juga memperhatikan aspek manusia seutuhnya bagi individu yang terlibat. Mereka mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah satu tahap dari pendidikan seutuhnya yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilaksanakan atas kemauan sendiri serta bermanfaat dan terkait langsung dengan mental, emosional, dan sosial. 5) Menurut Ateng (2000 : 104) pendidikan jasmani adalah suatu proses yang secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani
4
dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. 6) Menurut Mutohir (1997 : 14) pendidikasn jasmani adalah suatu proses yang secara sadar dan sistematis melalui kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuahn jasmani, kesehatan,dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Adanya gambaran tentang pendidikan jasmani yang telah dikemukakan oleh para pakar amatlah disayangkan apabila arah, tujuan/sasaran dari pendidikan jasmani dan olahraga ini tidak mencapai sasaran yang tepat. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani dan olahraga salah satu aspek yang penting adalah dari segi mutu guru pendidikan jasmani dan olahraga yang turut berperan di dalamnya. Dari pengertian pendidikan jasmani yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa hal-hal pokok dari pendidikan jasmani adalah : 1. Bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. 2. Program yang memperhatikan kebutuhan dan perkembangan siswa. 3. Berorientasi kepada siswa, bukan kepada bahan pelajaran.
b. Pengertian Humanistik Menurut pendapat Charles (1980 : 23) mengemukakan bahwa aliran psikologi humanistik mengarah kepada peningkatan perilaku pribadi. Menurut Charles (1980 : 23) terdapat beberapa aspek secara pribadi yang diperhatikan dalam pembelajaran humanistik sebagai berikut : (1) Martabat siswa, (2) Kebebasan siswa, (3) Sistem nilai (benarsalah) atau serta norma (baik-buruk) yang diinginkan serta yang tidak diinginkan siswa, (4) Perasaan dan emosi siswa dan (5) Kepentingan siswa.
5
Humanistik adalah proses kemunculan dan perubahan dari individu yang mempercayai bahwa setiap manusia secara individu harus diperlakukan sama seperti anggota kelompok lainnya dalam satu kelompok yang lebih besar. Faham ini diilhami oleh filsafat humanistik mengacu pada perubahan individu secara menyeluruh. Humanistik memberikan semangat menyeluruh kepada setiap langkah bagi anggota yang terlibat, jadi guru yang humanistik harus memberikan semangat pada siswanya untuk mengaktualisasikan dirinya secara menyeluruh.
c. Psikologi Humanistik Para ahli humanistik menekankan perlunya hubungan antar manusia / siswa (human relations) dalam pembelajaran. Dalam hubungan tersebut terhimpun kemampuan melakukan aceptance (penerimaan), memahami perasaan orang lain, kejujuran dn interaksi sosial lainnya. Oleh karena itu guru perlu mengenal karakteristik siswa dan belajar meningkatkan interaksi sosial dengannya. Disamping itu, guru dituntut mempertahankan kapasitas siswa dalam belajar, seperti kemampuan merasakan, minat kemampuan bergerak, keingintahuan, kreativitas, fantasi, imajinasi dan pengalaman serta mementingkan perlunya emosi dan motivasi dalam belajar (Robert, 1975: 12). Untuk tujuan pendidikan jasmani yang sangat kompleks, penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu tugas pembelajaran yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak
dan
dapat
membantu
mendorong
perubahan
tersebut
(Depelopmentally Apropriate Practice DAP dalam Mutohir, 2000: 15). DAP ini mengacu pada pembelajaran individual, pembelajaran berpusat pada anak didik dan berusaha dengan kondisi fisik dan psikis anak. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas pembelajaran yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan
6
karakteristik setiap individu serta mendorongnya kearah perubahan yang lebih baik. Apabila
kita
memperhatikan
penyelenggaraan
pembelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga, maka landasan psikologi yang tepat adalah psikologi humanistik yaitu : paham psikologi yang baru ini memfokuskan pada peningkatan pribadi individu secara menyeluruh, intelektual, emosional, nilai-nilai moral dan rasa, yang dapat dicapai melalui hubungan antarpersonal yang menyenangkan, terbuka memberi dorongan, memberi bantuan dan tidak menegangkan atau menakutkan (Charles, 1980: 23). Dengan konsep dasar yang demikian, bagaimana strategi pembelajarannya, mengingat pembelajaran yang dapat diterima oleh setiap siswa. Termasuk beberapa siswa yang lebih terampil dan lebih cepat belajar, serta siswa yang lambat belajar. Dengan strategi pembelajaran tersebut, esensi yang terkandung dalam pembelajaran yang humanistik, menurut Soemosasmito (1977: 125) sebagai berikut : 1) Melibatkan siswa dalam pembelajaran sebagai pribadi yang unik, dari sisi jasmaniah, emosional dan mental. 2) Arah pembelajaran tumbuh dari dalam diri siswa. 3) Pembelajaran menghargai adanya perbedaan prilaku siswa dan sikap siswa. 4) Siswa dirangsang untuk mengevaluasi hasil belajarnya, untuk menumbuhkan rasa merdeka, krativitas dan percaya diri. Dengan
pembelajaran
humanistik
(mempertimbangkan
kemandirian siswa) yaitu membantu siswa untuk memahami materi secara mandiri dengan mendidik siswa untuk mengenal aspek afektif sehingga siswa dapat tumbuh menjadi pribadi yang utuh, dapat memahami diri sendiri
dan
orang
lain
dan
lingkungannya.
7
dapat
menjalin
hubungan
dengan
d. Pandangan Humanistik Tentang Hakikat Siswa Para ahli humanistik memiliki kepercayaan yang mendalam bahwa siswa memiliki potensi untuk berkembang secara positif dan konstruktif apabila tercipta suasana yang menghormati dan mempercayainya. Dengan demikian, teori humanistik berpandangan positif terhdap siswa dan mempercayainya. Siswa dipandang sebagai individu yang memiliki akal dan mampu mengarahkan diri dan hidupnya secara produktif dan efektif (Corey, 1986: 18). Pandangan yang positif tentang sifat dasar dan hakikat siswa itu mengandung implikasi yang signifikan dalam pembelajaran. Adanya kepercayaan
bahwa
siswa
memiliki
potensi
untuk
berkembang
menyebabkan guru memberi kebebasan dan tanggungjawab kepada mereka untuk belajar. Oleh karena itu, guru bukanlah sebagai orang yang paling tahu dan siswa bersikap pasif terhadap yang dikatakan gurunya, melainkan guru berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru berperan sebagai helper (penolong) siswa untuk memahami dan mengekspresikan emosi dan perasaannya (Richmond, dkk, dalam Nirvana Herman, 2000: 139). Melihat siswa dari sisi positif berarti bahwa guru berfokus pada segi konstruktif sifat dasar dan potensi yang dimilikinya, terutama pada cara siswa bertindak dalam dunianya yang juga dihuni orang lain, pada upaya mereka bergerak maju kearah yang konstruktif, dan pada cara mereka mengatasi kendala yang ditemui dalam belajar. Dengan demikian mereka diharapkan tidak pernah sampai pada keadaan statis, yaitu mereka menunggu diaktualisasikan, melainkan tiada henti-hentinya terlibat dalam suatu proses mengaktualisasikan diri (Corey, dalam Nirwana, H, 2000: 139). Teori humanistik hanya sedikit menaruh simpati pada sistem yang didasarkan atau suatu asumsi bahwa individu tidak dapat dipercaya sehingga ia perlu diberi arahan, motivasi, instruksi, hukuman, kontrol dan pengolahan oleh orang lain dan kedudukannya superior dan sangat tinggi. Sebaliknya tiga atribut yang perlu dimiliki guru dalam pembelajaran
8
adalah tidak berpura-pura, peduli dan berempati kepada siswa. Oleh karena itu tugas guru terbatas pada menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa mengaktualisasikan diri. Guru adalah fasilitator yang memberi kemudahan dan sebagai salah satu sumber belajar siswanya sehingga mereka dapat belajar secara mandiri (Sastrawijaya, 1998: 38).
e. Kurikulum yang Humanistik Ciri-ciri kurikulum yang humanistik, tujuan belajar siswa dilandasai atas kebutuhan individu dalam mencapai kepribadian seseorang seperti yang tertera dalam Depdikbud tahun 1982/1983 yang menjelaskan : Menurut pandangan humanistik kurikulum hendaknya merupakan sesuatu yang dapat menunjang tercapainya kepuasan pribadi bagi setiap individu. Para penganut humanistik, melihat kurikulum sebagai suatu proses yang dapat menemukan dan memenuhi kebutuhan individual untuk mencapai integritas perkembangan kepribadian dalam menuju aktualisasi diri. Lebih rinci Nana S. (1988: 96-98) mengemukakan karakteristik kurikulum yang humanistik sebagai berikut : Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan fungsi, tujuan, metode dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman yang berharga bagi setiap murid yang akan membantu memperlancar perkembangan pribadi murid. Tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan kepada pertumbuhan, integritas dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain dan pelajar. Ini semua merupakan bagian cita-cita perkembangan manusia yang teraktualiasi (sel actualizing person) menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum harus mampu memberi pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Dalam kurikulum humanistik berbeda dengan yang biasa. Mereka lebih mengutamakan proses daripada hasil. Dari karakteristik kurikulum yang humanistik, apabila benar-benar dilaksanakan, siswa akan dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Idealnya apabila kurikulum tersebut diterapkan harus
9
ditunjang dengan sarana dan prasarana serta kualitas guru yang benarbenar dapat dijadikan sumber bagi siswa. Kondisi pembelajaran siswa dalam mata pelajaran Pendidikan jasmani dan olahraga seperti yang telah dikemukakan dan dihubungkan dengan aliran Humanistik serta karakteristiknya dengan pendekatan dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi fenomena yang perlu diperhatikan oleh guru, dan sekaligus sebagai guru yang sudah bersumpah untuk menjadi abdi negara, serta dengan perannya. seperti yang dikemukakan oleh Syamsudin, Abin (1986: 3), yaitu Konservator (pemelihara), Inovator (pengembang), transmitor (penerus), organisator (penyelenggara) sistem nilai agar tercapainya proses educatif yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara formal maupun moral.
f. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang Humanis Pembelajaran siswa yang manusiawi, bermula dari cita-cita kurikulum yang manusiawi dengan memperhatikan kepentingan siswa (student centered) yaitu tujuan belajar siswa dilandasi oleh kebutuhan individu dalam mencapai integritas kepribadiannya. Menurut pandangan humanistik, kurikulum hendaknya merupakan sesuatu yang dapat menunjang tercapainya kepuasan pribadi bagi setiap individu (Depdikbud, 1982/1983). Para penganut humanistik melihat kurikulum sebagai suatu proses yang dapat menemukan dan memenuhi kebutuhan individual untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
4. Simpulan dan Saran Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat diambil simpulan sebagai berikut : a. Simpulan 1. Setelah keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tantang sistem pendidikan nasional, dari pendidikan jasmani menjadi pendidikan jasmani dan olahraga, maka guru pendidikan jasmani dan olahraga dapat meningkatkan keterampilan melalui proses pembelajaran yang
10
berkembang, berkelanjutan, sehingga berdampak pada pengembangan perilaku siswa. 2. Setelah mempelajari perkembangan konsep pendidikan jasmani dan olahraga, guru pendidikan jasmani dan olahraga hendaknya dapat membelajarkan siswa yang sesuai dengan konsep dan tujuan terwujudnya sehat seutuhnya dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. 3. Setelah mempelajari pendidikan jasmani dan olahraga yang humanistik para guru pendidikan jasmani dan olahraga hendaknya dalam membelajarkan siswa selalu memperhatikan dan merangsang siswa sehingga arah pembelajaran tumbuh dalam diri siswa itu sendiri. 4. Pendekatan humanisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.
b. Saran Diharapkan guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam membelajarkan pendidikan jasmani dan olahraga jangan menggunakan satu pendekatan saja, melainkan menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya pendekatan humanistik yang sangat sesuai dengan karakteristik pembelajaran tersebut. Diharapkan artikel ini dapat memberi masukan kepada guru pendidikan jasmani dan olahraga tentang teori-teori peningkatan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga yang humanistik.
11
DAFTAR PUSTAKA Ateng, A.K. 2000. Keterkaitan Pendidikan Jasmani Dengan Prestasi Olahraga. Makalah Seminar Keolahragaan PON 2000. Batu Malang. Corey, G, 1986. Theory and Practice of Conseling and Phycthotherapy. California: Book/ Cole Publishing Company. Charles, CM. 1980. Individualizing Instruction (2nd ed). St. Louis, Missouri: Mosby Co. Djawa, Bernard. 2005. Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar, Surabaya. Unesa University Press Mutohir, T.C. dan Lutan, R. (1996-1997). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dirjen Dikti Depdikbud. Mutohir, T.C. 2000. Seminar Ilmiah Keolahragaan PON XV. Batu – Malang. Nana, S., 1988. Asas-asas Kurikulum. Edisi Ketiga Bumi Aksara: Jakarta. Nirwana, Herman. 2000. Aplikasi Teori Humanistik dalam Interaksi Guru-Siswa di Kelas. Ilmu Pendidikan Jurnal Filsafat, teori dan Praktek Kependidikan Th. 27 Nomor 2 Juli 2000. Universitas Negeri Malang. Nixon, John E, and Jewett, Ann E, 1980. An Introduction to Physical Education. Sounders College, Philadelphia. Robert, Tb. (Ed.). 1975. Four Psychologies Aplied to Education. New Yorl: John Wiley And Sons. Soemosasmito, S, 1997. penelitian Tindakan Suverpisi Kelompok Bagi Praktikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Jasmani. Desertasi, Malang. Program Pascasarjana IKIP Malang. Syamsudin, Abin. 1986-1987. pedoman Studi Psikologi Pendidikan. Komponen Mata Kuliah Dasar Keguruan (MKDK). IKIP Bandung. Tilman, Kenneth G, Voltmeter Edwart F, Esslinger, Arthur A, Mc. Cue. Foster Betty, 1995. The Administration of Physical Education Sport and Leisure Programs, Allyn and Bacon : Massachussetts. Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wuest, D.A. and Bucher, C.A (1995). Foundation of Physical Education ang Sports. Twelfth Edition. Mosby-Year book, Inc.
12