TEORI-TEORI GEOGRAFI: PEMIKIRAN KEARAH PENGEMBANGAN Oleh:· Tad}uddin Noer Effendi
Pendahuluan Sampai saat in i masyarakat gcografi masih terlibat dalam pembicaraan dan perbedaan menge nai metodologi geografi. Patut diakui usaha itu telah mc lahirkan pemikiran-pemikiran baru dalam mctodologi. Namun, tanpa disadari perdebatan yang c ukup melelahkan itu telah melemahkan , bahkan ada kecenderungan meragukan kedud ukan geografi scbagai cabang ilmu . Akibatnya , pe ngcmbanga n tco ri-teori yang amat dibutuhkan dalam ilmu pcngetahuan me ngalami kelambatan . Sebe narnya hal itu tak p e rlu te rjadi karcna rnetodolo gi geografi ditinjau clari sudut pandang ulmu p e ngetahuan (scientific methodology) sudah memenuhi kaidah-kaidah ilmu p e ngeta· huan (Ha rvey, 1973; Sm ith, 1979; Stoddart, 1981 ; llrowett~ 19H3). Nam u n, geo grafi sebagai cabang ilm u pcngc ta· h uan tc rgo long lambat dalam mcngcmba ngkan tco ri. Jiarve y (1 973 U5) mcngatakan bahwa kelambatan ini scl ai n bersumbcr dari ke khawatiran dan keraguan te rhadap metodologi ilmiah, ju· ga disebabkan olch lemahnya pengcrtia n tentang pemingnya teori dalam p enjelasan ilmiah yang pacta gilirannya gagal me nyusun pernyataan-pernyataan verbal yang me nuruti lugika ilmi a h. Ha l ini mcngisyaratkan bahwa geografi kura ng atau belum mam p u mcnjclaska n ge jala-gejala dan fakta-fakta e mp iris ke dalam h al, penelitian-penclitian geogra fi terpe rangkap kc d alam
pcnjelasan-penjelasan detail yang sulit dimengcrti dan dipahami olch masyarakat ilmiah. Menyadari kekurangan itu maka sudah tiba saatnya bagi para pakar geografi mulai mengalihkan perhatian dan pemikiran untuk mengemhangkan teori-teori geografi. Risalah ini berusaha membahas pokok-pokok pikiran ke arah pengembangan teori -teori geografi. Bahasan eli bagi dalam dua bagian . Pertama, membahas apa arti teori dan me ngapa ia dibutuhkan dalam ilmu pengetahuan . Keclua, bagaimana cara mengembangkan teori geografi dengan menampilkan beberapa contoh. Teori dan Kegunaannya Teori adalah suatu ide yang bersifat abstrak atau umum yang disirnpu lkan dari basil pe ngamatan atau fakta -fakta cmpiris (Babbie, 198Y: 30-)l ) , dan mcrupakan unsur penting dalam ilmu pcngetahuan. Tanpa teori, pengamatan dan fakta-fakta empiris tak dapat di· te rangkan secara logis dan runtut. Pcngamatan atau fakta-fakta untuk da--pat diangkat menjadi teori harus mengandung logika (penalaran) ilmiah. Artinya, tidak semua kesimpulan yang ditarik dari pengamatan dan fakta -fakta e mpiris dapat dikatakan reori . Sebab tidak tertutup kemungkinan kcsimpulan itu ditarik secara intuitif; scorang langsung menarik suatu kesimpulan tanpa melalui tahapan-tahapan bcrfikir sccara analistis. Kesimpulan intuitif
Forum Geografi, No. 09 Tahun V/Desembcr 1991
13
tidak selamanya salah, tetap1 1a mengandung kelemahan karena tidak dapat menjelaskan mengapa sampai pada kesimpulan tersebut. Salah satu kegiatan ilmiah adalah membangun teori atau menjelaskan (explanation). Karenanya, berpikir analistis lebih dominan daripada berpikir intuitif. Kesimpulan yang ditarik secara intuitif merupakan salah satu sebab penghambat dalam pengembangan teori. Jadi, teori harus didasrkan pada analisis epistemologi2 keilmuan, dan bukan disimpulkan (penalaran). Pengl:mbangan teori berarti menggabungkan pikiran rasional yang sistematis dengan pikiran empiris dalam rangka mencari kebenaran . Dalam membangun teori diperlukan kriteria kebenaran . Menurut Suriasumantri (1990: 7) kriteria kcbenaran ada tiga macam. Pertama, kohcrensi yang didasrkan pada konsistensi alur pemikiran (argumentasi) . Bila konsistensi berpikir runtut maka kesimpulan atau teori dapat dikatakan memenuhi kaedah-kaedah ilmiah. Jadi teori tidak akan memenuhi syarat ilmiah bila konsistensi dalam argumentasi tidak runtut. Alur pemikiran dalam berargumentasi juga harus bersifat koheren; artinya terpadu secara utuh. Koherensi ini amat penting untuk pengembangan teori yang bersifat sistematis dan konsisten. Kedua, korespondensi yang didaasrkan pada kesesuaian materi dengan obyek bahasan (fakta-fakta empiris). Bila diuji teori tersebut akan benar. Dapat dikatakan bahw-..t korespondcnsi mengandung arti kebenaran scsuai dengan kenyataan yang dapat diuji kebenarannya. Ketiga, pragmatisme didasarkan pada bcrlaku atau tidaknya suatu teori dalam lingkup ruang dan waktu. Ini mengandung pengertian bahwa suatu teori secara
14
fungsional mampu menjelaskan , meramalkan, dan mengont.rol suatu gejala alam dalam kurun waktu tertentu . Bila syarat itu terpenuhi maka secara pragmatis teori itu benar3. Bila dalam 1-..'Urun waktu tertentu teori ini tidak dapat berfungsi lagi maka kebenaran dapat dialihkan pacta teori lain yang Iebih berfungsi. Jadi secara pragmatis ilmu pengetahuan memberikan pilihan-piIihan terhadap tcori yang lebih meyakinkan dan bersifat umum (universal) . Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahw-..t teori tidak hanya rasional , konsisten, dan sistematis, tetapi juga harus teruji kebenarannya. Sifat-sifat ini menjadikan teori sebagai unsur penting dalam ilmu pengetahuan. Apa guna teori? Menurut Harvey (1973: 89) teori mempunyai dua fungsi • dalam kegiatan ilmiah. Pertama, teori dapat menterjemahkan pengamatan dan fakta-fakta empiris dan membatasi ranah pembahasan. Lebih penting lagi teori adalah berfungsi sebagai landasan berpikir dalam pengembangan teori. PENGEMBANGAN TEORI GEOGRAFI
Dalam membangun teori geografi, sifat studi geografi (nature of geography) merupakan dasar pemikiran dan prinsip-prinsip yang harus dianut Qohnston, 1980). Kerangka pemikiran ini telah ditanamkan dalam tradisi (perspektif) geografi dan telah banyak dibahas dalam literatur-literatur gcografi (lihat misalnya, Hartshorne, 1959: Bintaro dan Surastopo, 1979: 12-26). Masalah yang acap kali ditemui adalah bagaimana mengidentifikasi dan menerapkan secara tcpat ide dan konscpkonsep yang ada dalam literatur ke dalam kerangka pemikiran penelitianpenelitian gcografi. Kesulitan ini sering
Forum Gcografi, No. 09 Tahun V/Desembcr 1991
membuat seorang gcografiwan kchilangan arah stuclinya clan kcsimpulankesimpulan yang clihasilkan mcnjacli clangkal clan kabur. Menurut Harvey (1973: 114) hal itu dapat diatasi clengan mengacu pada paradigma studi gcografi. Meskipun ada beberapa pcndapat tentang paradigma studi geografi, Haggett (1966: 10-13) menyarankan bahwa para geografiawan cenderung mcngelempokkan pemikiran mcreka keclalam lima paradigma, yakni differensiasi areal (areal differentiation), bentang alam (lansdcape), manusia dan lingkungannya (man-environment), distribusi kcruangan (spatial distribution) dan geornetrik (geometric). Kelima paracligma ini harus dijadikan dasar clalam mcnbuat definisi operasional dan memformulasikan konsep dan tcori. Dcngan demikian para geografiawan dapat dcngan mudah dan jclas mengumpulkan faktafakta empiris clan mcmbangun teori seperti cabang ilmu yang lain. Paradigma geografi juga dapat bertinclak sebagai sebuah acuan yang ciapat menunjukkan fakta-fakta empiris yang harus dikumpulkan dan menyarankan organisasi (metoclology) yang dipakai dalam mcngumpulkan faktafakta empiris itu (Harvey dan Holly, 1981). Di samping itu sifat stucli gcografi juga menycdiakan secara kasar definisi ranah pcnelitian-penelitian geografi dan karenanya ia dapat dipaka i dalam menentukan ranah studi geografi. Setiap paradigma studi gcografi juga bertindak scbagai scperangkat instruksi bagaimana seorang geografiawan harus melakukan penelitian karena dia akan membatasi pertanyaan-pertanyaan bagaimana faktafakta terintegrasi dalam konteks paradigm a geografi, misalnya dalam kontcks ruang (areal context) atau
kckurangan~.
Dalam menjawab postulat yang menjacli dasar teori dan menguji secara teliti. Setiap konsep mungkin secara ot.omatis dapat dijadikan postulat dasar untuk membangun teori. Konsep clan postulat dalam geografi dapat clikembangkan dengan dua cara (Harvey, 1973: 130). Pertama, bcrclasarkan konsep derivatif. Konsep derivatif ini ada dua tipe. Tipe pertama aclalah konscp yang bersumber dari geografi, kemudian clipakai oleh cabang ilmu lain. Tipe kedua aclalah konsep yang dibangun bersumber clari konsep cabang ilmu pcngetahuan lain yang kemuclian clipinjam untuk menjelaskan fenomena gcografi. Konsep tipe kedua ini kadangkala clapat mcnimbulkan salah pengcnian eli kalangan geografiawan. Mcreka sering rncnanyakan apakah studi gcografi yang rncnggunakan konscp cabang ilmu pcngctahuan lain, studinya dapat dikatakan stucli geografi' Tidak jarang masalah ini dijaclikan pcrdebatan di kalangan gcograflawan. Mcnurut Harvey ( 197:): 117118) pinjam mcminjam konsep dalam ilmu pengetahuan arnat lazim dilakukan clan tidak akan berpengaruh pada keabsahannya sebagai karya ilmiah asal menuruti penalaran clan logika ilmiah . Geografiawan dapat melakukan hal yang sama, namun dalam mcncrapkan konsep pinjaman itu geograflawan harus membuat sintesa dengan cara mcngkaitkan konscp-konsep dcrivatif tcrsebut clengan pendckatan-pcndckatan geografi sepcrti bcntuk dan struktur kcruangan. Contoh konsep tipc kedua itu menurut Harvey (1973: 118) ialah teori lokasi. Tcori lokasi pada dasrnya adalah ekonomi, kemuclian dipinjam olch gcografi dan meiahirkan teori central place. Contoh lain adai a h konscp involusi perkotaan (urban involution) yang clikembangkan olch seorang
Forum Geografi, No. 09 Tahun V/Descmbcr 1991
15
gcografiawan bcrnama McGee (1971), untuk menjelaskan proses urbanisasi dan perkembangan perekonornian kota negara-negara sedang berkcmbang. Konsep itu dipinjarn dari konsep involusi pertanian (agricultural involution) yang dikembangkan oleh Geertz (1963), seorang antropologi . Dalam rnengembangkan konsep involusi pertanian menjadi konsep involusi perkotaan, McGee memasukkan variabel kc ruangan dalam sintcsanya, khusus intcraksi desa kota. Konsep transisi rnohilitas yang dikemhangkan oleh Zelinsky dapat dikategorikan sebagai konsep derivatif. Oalarn mengembangkan konsep itu Zelinsky ( 1971: 229-249) bcrusaha menerapkan konscp pertumbuhan bertahap (stage of growth) dari Rostow (1958: 154-188). Zciinsky rnenerapkan tcori itu dan mensistesakannya dengan konscp transisi mobilitas. Contoh-con toh ini menyarankan bahwa dalam mengembangkan teori geografi, geografiawan dapat mcminjam konsep yang dikembangkan oleh cabang ilmu pengctahuan lain. Kedua adalah konsep yang dikernhangkan dari disiplin geografi sendiri. Menurut Harvey (1973. 124) banyak konsep yang telah clikembangkan dengan cara-cara yang kurang mcmenuhi kaedah-kaedah ilmu pcngetahuan. Sayangnya, Harvey tidak rnembcrikan contoh konsep geografi yang tidak memenuhi syarat ilmiah itu. Dasar pernhcntukan teori formal geografi dapat clilakukan dengan cara (IIarvey, 1973: 130):
l. Menguraikan postulat clengan jelas dan mengembangkannya dengan perhitungan yang tepat (appropriate calculus). 2. Pcnggunaan tcknik modd-model yang scsuai dengan rnasalah - masalah gcografi.Cara pcrtama telah ba16
nyak disinggung pada bagian terdahulu. Aagar mudah dimengerti diajukan contoh yang dikembangkan oleh Harvey (1973: 130). Katakanlah kita akan mencrapkan paradigma manusia dan lingkungan sebagai dasar pembentukan teori. Teori yang kita kembangkan adalah tcori kendali lingkungan (environtmental contro) untuk mcnjelaskan keterbatasan-keterbatasan sistem pertanian di suatu dacrah. Untuk ini dapat diajukan dua postulat yakni, 1. Bila suatu sistem pcrtanian dalam suatu lingkungan alam tertentu mcmiliki keuntungan-kcuntungan alami sedang s istem pcrtanian yang lain kekuranganakan hal ini maka sistern pertanian itu akan atau sangat mungkin bertahan dan berkem• bang. 2. Bila suatu sistem pertanian dalam suatu lingkungan alam tcrtentu kurang atau tidak mcmpunyai keuntungan alami, scdang sistcm bertahan dan berkembang. Konsep di atas masih sangat abstrak, maka agar dapat diukur konsepkonsep itu perlu diterjemahkan ke dalam definisi operasional. Pertama kita perlu membuat definisi tentang apa yang dimaksud dcngan lingkungan yang mcnguntungkan Lingkungan yang menguntungkan tidak dapat hanya didefinisikan clcngan melihat karakteristik saja. Definisi itu perlu clikaitkan dengan distribusi aktual sistem pola tanam (cropping system). lni mcngharuskan kita menelusuri. kondisi fisik yang dibutuhkan umuk pengembangan tiap sistem pcnanian, menunjukkan bahwa tiap lingkungan rnemiliki tiap karektcristik itu, dan menunjukkan bahwa ada suatu sistem pert:anian yang konclisi- konclisi fisiknya dapat membcrikan basil yang
Forum Gcografi. No. 09 Tahun V/Dcsembcr 1991
m sua tu lingkungan terten_ r. cara itu kita akan dapat ' n ba hwa teori kcndali lingpat dijadikan dasar meru- po tulat yang berkaitan denclisi-kondisi fisik yang dibunru k pengembangan suatu sis-..anian. Tanpa bantuan postulat .ili.·asi fakta- :akta empiris suatu k akan c!apat dicapai. Jadi, ~:mgu n teori harus berawal clari Pem bahasan bagaimana menu-:1 :eo ri menjadi postulat dan mehka nn ya pada teori lagi tidak - ...:u 1kan secara detail dalam risamL Contoh ini secara detail dipa- .- r. :lle h Harvey dalam buku Expla~ · on ir, Geography (1973 : 130- B5). C ra ~e dua adalah dengan mem .gun :node!. Chorley dan Hagget ) - ) te.ah ban yak mengembangkan -del ya.1 g dap:lt d ikembangkan da... m siU di 6eografi. Bintarto dan Suraso (1 9 79) telah rnencrapkan bcbe•-P mod el geografi ke dalam kondisi . idoncsia. Hugget (1980) mengem~ .. ngkan berbagai model yang dipakai ·::;.1 m swdi geografi, khususnya dari ~ers p e ~tif analisis sistem . Mcnurut Harvey (1973:141) fungsi model adalah ·ebaga1 alat yang mcmungkinkan untuk ~eny ed~ rhanakan interaksi yang komplck ke dalam bentuk yang lcbih nyata (\i sual). Sccara normatif model memu ngkinkan untuk melakukan pcrbandingan. Secara mctodologi ia dapat berfungsi scbagai alat untuk mengumpu lkan dan analisis data dan pcnjelasa n langsung. Lcbih penting lagi model adalah alat konstruksional dalam mcncari tcori-teori ge ografi a tau mcngcmbangkan teori-tcori yang sudah ada. Melihat fungsi model , maka para geografiwan , terutam a mcrcka dari gcografi fisik dapat menggunakan mo-------- ---f:o-~un;-G~(;grafi.f\)o
del dalam pengembangan teori. Hugget (1980) menawarkan model untuk pcngembangan teori dalam geografi fisik. Tetapi tidak tertutup kemungkin· an bahwa geografi manusia juga menggunakan model dalam pengembangan teorinya. Salah satu contoh pcnggunaan model dalam pengembangan teori adalah model yang dipakai olch Rondinelli (1985:51-52). Rondinelli membangun teorinya bcrdasarkan pada paradigma manusia dan lingkungan. Teori yang akan dikembangkan adalah intcgrasi fungsional yang digunakan untuk menjelaskan distribusi keruangan pola pemukiman (settlement) dalam kaitannya dcngan pengembangan wilayah. Bersumbcr pada teori itu diajukan postulat,
berbagai macam. ul..~uran (sizes) pemukiman clan ciri-ciri .fungsional, khususnya pusat pelayanan clan pasar mempunyai permian yang penting dalwn pengemhangan wilayah. Namun , eli negaranegara sedang berkembang sistem pemukiman (settlement) belum te1jalin dan terintegrasi sebingf{ct pusat kegiatan tidak fH!Jfungsi secara efektif dalam pengembangan wilayab. Dengan menggunakan pt:ndckatan fungsi wilayah dalam pengembangan pcdcsaan Rondinelli mcmbangun model analisisnya scpcrti ditampilkan dalam Lampiran 1. Atas dasar model itu diturunkan beberapa variabcl yang diperlukan dalam analisis seperti , 1. Penducluk dan karaktcristik sosial. 2. Karakteristik wilayah.
3. Karakteristik ekonomi. 4. Karaktcristik penduduk dalarn hubungannya dcngan karaktcnstik wilayah .
o9-::Ghun v;ucser~1~r 1991
----- --17
5
Karaktcristik penduduk dalam hubungannya clengan aktivitas ekonomi.
G. Karakteristik wilayah clalam hu, bungannya dengan aktivitas eko-
tar pemukiman dan derajat kemudahan-kemudahan yang tersedia untuk penntkim dan derajat interaksi keduanya mnat menentukan pengembangan wilayah.
nomi.
Variabel inL kemudian, menjadi dasar untuk pengumpulan data clan faktalakta cmpiris. Setclah diuji dengan berbagai metodc Rondinelli sampai pada kesimpulan (teori) antara lain,
Pcmbahasan di atas menyarankan bahwa geografi mernhuka peluang pada gcografiwan untuk mengcmbangkan tcori yang amat dibutuhkan dalam pengembangan ilmu pengctahuan clan pembangunan.
Tipe dan kuatnya keterkaitan an-
DAFTAR BACAfu'\! BABHIE, Far!, 1'):-l'), The practice of Social Research, (cdisi kc lima, California, Wadsworth Pub lishing Company BlNTAHTO, H clan HADLSlJMAHNO, Sura'stopo, 19N, Metode Analisa Geografi, Jakarta, LP:1ES BHOWETI', ], Revolutionary ancl Evolutionary Change in Modern Geographic Thought, Adelaide, Flinders University of South Australia • BUNGE. M, 1962, "Theoretical Geography", Land Studies in Geography, Series Cl, Lund, Gleerup Cl!OHLEY, RJ dan IIAGGETL P, 1967, Models in Geography, London The Madingley Lecturer for 1965, London . CHAIH, lan, 1984, Teori-Teori Sosial i\lodern, )akarta, CV Had jawali CI~EHTZ, Clifford, 1')() :), Agrkultural Involution: The Process of Eculogial Change in Indonesia, Barcclcy, University of California Press 11/\(iCITJ', Petter, t')(i(), tocational Analysis in Human Geography, New York, St. Martins Press
I !AHVEY, David 197:1, Explanation in Geography, London, Edward Arnold HAHTSH()RNE, H, 1959, Perspective on the nature of Geography, Oxford , Clarendon Press JENSEN, Arild J-1, l'JHO, Geography: Its History and Concepts, London, Harper and How Publisher JOI!NSTON, RJ, l'JHO, "On The Nature of Explanation in Human Gcogniphy, Trans· actions of The Institute of British Geographers, 5 ( 4), 402-412 MCCEE, Terry, 1')71, The Urbanization Process in the Third World: Exploration in search of a theory, London, G. Bell and Sons LTD J{OSTOW W.W, 1')(,0, The Stages of Economic Growth, Bcrcclcy, Cambridge University Press lR
~:::--:~---=-:~:-:;---,--.,-c----:----- --- - - ---
Forum (1eografi, No. 09 Tahun V/Desember 19')1
HON DINE Ll.l, lktmis t\. 1985, Applied l\lethods of Regional Analysis: The Spati;_tl Dimensions of Development Policy, London, Westview Press · SMITII, Nicl, 1'J79, "Geography, Science and Post-Positivist Modes of Explanation" , Progress in Human Geography, 70 (2), 207-225 STODDAHT, D.R 1981, Geography, Ideology and Social Concern, Oxford, Basil Blackwl:'ll SlJHIASUMt\NTIU , jujun. S, 1990, Hakekat Dasar Keilmuan, jakarta, Dirdtorat Perguruan Tinggi Swasta, Dircktorat jenc!cral Penclidikan Tinggi ZEUNSKY. wiLBlm. 1971, "The Hypothesis of The Mobility Transition" , Geographycal Review, dipcrhanyak olch Fakultas Ccograf'i.
Forum Gcografi . No. 0') Tahun V/Dcscmbcr i')9]
I')
-,
1 1·1
N
c
REGION AS INfEGRATED RESOURCE-HUMAN SEITIEMENT SYSTEM Natural Resource Component
~
Socio-Economic-Spatial Component
~
:
;::;
= 3 '"'
~
~ '""\ ~
'
z
0 0
\Q
Climate Water Resources Land Resources Mineral Resources Forest & Vegetation Resources Fish and Animal Resources
I '---
Technology
I
Exiling Resource Uses
I
I
Capital
~
Resource Procurement Methods
Behavioral Perceptual Cu ltural Factors
'\ Resource Transformation Processes
::>-
I Principal Outputs
Fnd Products Suppementary OutpuLs
Resource Delivery Systems
___j
Regional Human Resources
/
Social Characteristic~
r{~'"''
::::;
=
::l
~
I
CharactenstJcs &ooomo
I ~
: $>.>
I Regional Settlement System
v
":r.r.
I
3
u
rt
~ao ~ •
'""'
;
~
._.:; \Q
;
ds
I I
Policies, Programs and Projects '----·
After Ruddle and Rondinelli, 1983
/
~ Resource Uses
----/
Managemem Tasks
--
$>.>
::l
I Regional Natural and Physical Resources
3 "2. ..,
~
1\ational and Interna tional Econorrucs
I __j