TENTIR PELATIHAN PEMBUATAN PROPOSAL DAN PENELITIAN KONTIRIBUTOR DIVISI KESEKRETARIATAN LAYOUTER DIVISI PENGEMBANGAN ANGGOTA BIASA LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENELITIAN BEM IKM FKUI 2015
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian Oleh: Kesekretariatan LPP BEM IKM FKUI Penelitian adalah penyelidikan suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik.
Nah,kalau dalam bentuk kata benda(noun), research is
‘detailed study of a subject to discover new facts about it dan dalam bentuk kata kerja(verb), research is study so that carefully to find out new fact about. Kira-kira udah paham ya mengenai definisi penelitian itu. Lalu, kenapa harus penelitian merupakan sarana yang dikerjakan? Nah, berikut adalah alasan-alasannya.
Manusia itu selalu kepo
Mangasah ketajaman berpikir
Melahirkan iptek baru
Mengungkapkan suatu masalah
Abis itu, apa sih syarat masalah yang harus diteliti? Ada 5Konsep nih dan biasanya diingat dengan kata FINER, yaitu:
Feasible Maksudnya adalah kemampulaksanaan dari penelitian tersebut.
Interesting Menarik. Peneliti harus betul-betul tertarik denga masalah yang akan diteliti karena kedepannya penelitian tersebut akan menyita pikirna, tenaga, waktu dan biaya sehingga tidak mudah menyerah ketika dihadapkan dalam sebuah kendala.
Novelity Temuan baru. Tentu saja penelitian yang akan akan dilaksanakan adalah penelitian yang benar-benar baru. Namun, kita juga bisa meneliti penelitian yang sudah lama dengan mengkaji lebih dalam lagi tentang penelitian tersebut.
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
1
Misalnya, kekurangan dalam penelitian terdahulu, pelaksanannya,analisanya, dna lain-lain.
Ethical Etis. Hal ini sangat sensitive banget apabila subjek penelitianya adalah manusia. Oleh karena itu, setiap penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Komisi etika medi di rumah sakit atau fakultas kedokteran.
Relevant Hal yang juga tidak kalah penting adalah relevansi. Peneliti harus terlabih dahu memikirkan apakah penelitian tersebut masih relelvan dengan kemajuan ilmu sekarang. Sebaiknya setelah peneliti menemukan ide penulisan, sebaiknay terfokus pada pertanyaan yang urgent dan lebih mendalam.
Dengan memahami konsep FINER, diharapkan peneliti dapat melalui kesulitan dalam penelitian yang sedang dikerjakan,Adapun sumber permasalahan itu bisa kita temui, dapatkan atau sengaja ditemukan dalam diskusi sehari-hari, pendapat pakar, sumber non ilmiah, kepustakaan, tema tertentu, dan lain- lain. Nah udah mudeng tentang penelitian itu seperti apa dan menentukan topik penelitian seperti apa. Maka, lanjut ke pembuatan penulisan proposal penelitian. Yuk marii PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN Sebelumnya, kita harus tahu dulu pentingnya penulisan proposal penelitian, yaitu:
Menyamakan konsep pemikiran
Panduan penelitian
Menggalang dana dan bantuan
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
2
Memperoleh izin penelitian
Abis itu, mari kita explore bagian-bagian dari proposal penelitian. 1. Judul 2. Pendahuluan 3. Tinjauan pustaka dan kerangka konsep 4. Metode 5. Daftar pustaka dan lampiran Mari kita bahas satu persatu JUDUL Nah, bagian ini ga perlu dijelasin lagi kan yaa? Wkwk Ga dengg… Judul itu biasanya menggambarkan penelitian apa yang ingin dilaksanakan. Nah, supaya gambarannya jelas, ada syaratnya loh. Apa sih syarat-syaratnya judul penelitian itu? Judul penelitian itu sebaiknya mencakup keseluruhan dari masalah yang akan diteliti, sederhana, tidak terlalu panjang (<20 kata), bersifat netral, dan sebaiknya menempatkan nama dan tempat pilihan di dalam judul penelitian. Berikut contohcontoh dari judul penelitian yang disamapakan adalah sebagai berikut: -
Pola mikroorganisme dan resistensi antibiotika di ruang rawat inap penyakit dalam RS Cipto Mangunkusumo tahun 2009-2010
-
Prevalensi infeksi parasit usus dan hubungannya dengan sumber air minum di Salemba
-
Efek renoprotektif ARB Irbesartan pada pasien dengan nefropati akibat DM tipe 2
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
3
PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan, ada 5 poin yang harus ditampilkan, yaitu: 1. Latar belakang Latar belakang yang baik harus mengandung unsure SPQR. Yuk mari dibahas satu persatu ! Situation Di dalam latar belakang, kita menjabarkan masalah apa yang saat ini terjadi
dan
membandingkan masalah tersebut dengan masalah lain di tempat lain, waktu sebelumnya, target yang diharapkan dan dampak besarnya. Problems Bagian ini membahas apa akibat yng terjadi dari masalah tersebut dan apa saja usaha atau penelitian yang sudah dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Sealin itu, kita perlu melihat apakah ada gap engan situasi dan mengelaborasi area spesifik yang akan diteliti. Question Bagian ini membahas apa saja konsekuensi akibat problems tersebut dan apa yang belum dilakukan pada area penelitian. Selain itu, bagia ini juga menjelaskan sesuatu yang baru pada penelitian seperti populasi, desain, keluaran, dosis, alat ukur, dan sebagainya. Response Bagian ini memaprkan apa manfaat dan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan sekaligus memaparkan apa yang akan dilakukan oleh peneliti.
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
4
2. Rumusan masalah Rumusan masalah dapat ditampilkan dalam dua bentuk yaitu berupa ringakasan tabel ppenelitian dan pertanyaan penelitian. Jika dibuat dalam pertanyaan penelitian, maka harus dibuat dalam kalimat tanya, menyebutkan variabel penelitian dan hanya boleh terdapat satu variabel. Selain itu, peneliti juga perlu menentukan mana pertanyaa utama dan pertanuaan tambahan. Aduh.. Apaan ya maksudnya? Nah, pertanyaan utama itu merupakan point of interest primer dari si peneliti dan jawaban pertanyaan tersebut berdasarkan perhitungan sampel dan bersifat konklusif, sedangkan pertanyaan tambahan itu merupakan poit of interest yang sekunder. Maksudnya adalah pertanyaan tersebut ingin dijawab oleh peneliti, tetapi penelitianny tidak dapat menjawab secara konklusif , tidak dijadikan sebagai dasar pengambilan sampel. Berikut adalah contoh pertanyaan yang disampaikan oleh kak made juga: -
Apakah terdapat hub antara perilaku merokok dengan penyakit KV?
-
Apakah terdapat hub antara riwayat sakit diare dengan status tumbuh kembang anak?
-
Apakah terdapat hub antara konsumsi alcohol dengan kanker payudara dan kanker lambung?
Selain itu, kita juga perlu menentukan masalah statistic. Kemarin contoh kasusnya adalah sebagai berikut. - prevalensi hipertensi pada wanita >50 tahun Nah, pas melakukan penelitian, tentunya peneliti akna mendapatkanberapa ornag yang mengalami hiprtensi dan yang tidak mengalami di daerah tersebut sehingga masalah ini dimasukkan sebagai masalah yang deskriptif KATEGORIK
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
5
- Rerata tekanan darah pada wanita >50 tahun pastinya hasil yang didapatkan oleh peneliti merupakan angka karena yang data yang dicar berupa rerata sehingga masalah ini digolongkan sebagai masalah deskriptif NUMERIK Aduh, kok muncul kata deskriptif ya? Bingung?Sebelum semakin bingung, kita harus tahu dulu bahwa terdapat 13 masalah statistik yang digambarkan dalam diagram di bawah ini.
Nah, dari diagram itu udah ada bisa dilihat bahwa terdapat 2 masalak statistic yaitu masalah statistic dan analitik. Masalah deskriptif Ada 2 kata kunci dalam masalah deksriptif yaitu kategorik dan numeric. Kategorik dapat berupa proporsi, presentase, prevalensi, dan insiden ,sedangkan numerik berupa rerata. Nah, mari kita lakukan tes apakah masalah dibawah ini termasuk dalam kategorik atau numerik.
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
6
1. Berapa insiden kejang berulang pada anak yang lahir premature? Yap, benar sekali. Jawabannya adalah KATEGORIK 2. Berapa rerata skor kualitas hidup pasien dengan gangguan disabilitas ekstrimitas karena stroke? 100 untuk jawaban NUMERIK hehe
Masalah analitik Masalah analitik itu terbagi 2 yaitu masalah bivariat dan multivariat - Bivariat Bivariat ini ada yang komparatif dan korelatif. Berikut adalah contoh bvariat: Apajat terdapat perbedaan kesembuhan antara pasien yang diberikan obat A dengan B? Bagaimana hubungan antara obesitas dengan anemia? - Multivariate Multivariate ini ada yang regresi linier dan regresi logistic. Berikiut contohnya: Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap munculnya ganguan kejiwaan dan bagaimanakah hubungannya? Selain yang bivariat dan multivariate, ada juga masalah analitik yang khusus yaitu survival dan diagnostic. Nah, survival itu maksudnya melihat prognosis berupa ketahan hidup atau prognosis sebuah penyakit. Berikut contohnya:“ Apakah terdapat perbedaan ketahanan hidup antara pasien ESRD yang diberikan hemodialisis dengan dialysis peritoneal?”
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
7
Nah, kalau yang diagnostic itu lebih mengarah untuk menentukan suatu nilai diagnosis dari suatu kit. Contoh pertanyaannya adalah sebagai berikut: “ Bagaimanakahnilai diagnostic kit ABC untuk mendeteksi kanker nasofaring? 3. Tujuan Ada 2 tujuan yang perlu disampaikan yaitu: - Tujuan umum: merupakan tujuan akhir penelitian dan berjangka panjang - Tujuan khusus: merupakan tujuan yang lebih rinci dan konsisten dengan pertanyaan penelitian 4. Hipotesis 5. Manfaat Hipotesis Dalam proposal penelitian, hipotesis merupakan pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. 1 Hipotesis tidak diperlukan pada semua jenis penelitian. Studi yang bersifat deskriptif atau studi yang tidak mencari hubungan antar-variabel, misalnya survei atau studi eksploratif, tidak memerlukan hipotesis.1,2 Hipotesis penelitian yang baik harus mencakup berbagai syarat sebagai berikut1:
Berupa kalimat deklaratif (kalimat yang di dalamnya berisi pernyataan; kalimat berita) yang jelas, sederhana, dan tidak bermakna ganda. Berlandaskan teori yang adekuat. Dalam hal ini, berarti hipotesis harus dibuat berdasarkan tinjauan pustaka, pengalaman, serta sumber ilmiah lain yang sahih. Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan satu atau lebih variabel bebas. Sebagai studi empiris, hipotesis harus memungkinkan untuk diuji secara empiris.
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
8
Hipotesis bersifat khas dan menggambarkan variabel-variabel yang diukur. Di samping itu, harus dapat dilakukan generalisasi. Akan tetapi, rumusan tidak boleh terlalu umum atau bermakna ganda.
Jenis-jenis Hipotesis Penetapan hipotesis perlu mempertimbangkan luas dan dalamnya, serta sifat dari masalah penelitian. Dengan demikian, hipotesis juga bermacam-macam dengan sudut pandang sifat dan analisis saat menetapkan hipotesis. 1. Hipotesis Dua-Arah dan Hipotesis Satu-Arah Kedua jenis hipotesis ini berisi pernyataan mengenai perbedaan atau terdapatnya hubungan. Perbedaannya terletak pada masalah yang akan diuji. Hipotesis duaarah digunakan untuk menguji suatu hal (hipotesis awal) pada titik tertentu dengan kemungkinan statement lainnya dapat lebih besar atau lebih kecil. Berbeda dengan hipotesis satu-arah yang telah jelas lebih besar atau lebih kecil dari hipotesis awalnya. Contoh: Suatu penelitian ingin menguji kadar emisi kendaraan apakah mencapai batas tertentu atau tidak. Fokus penelitian tersebut adalah emisi melebihi batas atau tidak. Bila kadar emisi lebih kecil daripada batas emisi, dianggap masih hipotesis awal. Jadi, dalam hal ini digunakan hipotesis satu-arah. Suatu penelitian ingin menguji kadar kreatinin dan ureum dalam tubuh pasien. Fokus penelitian tersebut adalah dua arah, baik tingginya kadar kreatinin dan ureum yang berbahaya, maupun rendahnya kadar kreatinin dan ureum. Jadi, dalam hal ini digunakan hipotesis dua-arah. 2. Hipotesis Statistik Terdapat beberapa istilah penting. Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Hipotesis statistik adalah jawaban sementara atas uji statistik. Dalam hipotesis statistik, dikenal hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol (H0 atau HN) adalah Hipotesis nol merupakan teori yang telah dikemukakan, baik karena diyakini benar atau karena akan digunakan sebagai dasar untuk
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
9
argumen, tetapi belum terbukti. Sedangkan, hipotesis alternatif (H1 atau HA) adalah hipotesis yang ditetapkan, biasanya benar. Berdasarkan H0 dan H1, maka terdapat dua kemungkinan jawaban: Menolak H0 dan menerima H1 karena bukti cukup untuk mendukung H1 Menerima H0 dan menolak H1 karena bukti tidak cukup untuk mendukung H1 Contoh: Pada uji klinis untuk membandingkan apakah obat baru A lebih efektif daripada obat standar B untuk pengobatan penyakit X. H0: obat A dan B sama efektifnya untuk pengobatan penyakit X; H0: A=B H1: obat A tidak sama efektifnya dengan obat B untuk pengobatan penyakit X; H 1: A≠B Tinjauan Pustaka Tinjauan
pustaka
merupakan
tuntunan
untuk
memecahkan
masalah
dengan
menguraikan pelbagai aspek teoritis yang mendasari penelitian.1 Sejatinya, suatu tinjauan/ telaah pustaka yang baik akan membahas teori secara komprehensif (penekanan utama pada hubungan antarvariabel yang diteliti dengan varibel lainnya), mendalam, mutakhir, selektif, objektif, koheren. Kesalahan tersering dalam menguraikan tinjauan pustaka adalah sebagai berikut1:
Memasukkan seluruh aspek penyakit yang diteliti dengan proporsi yang seimbang. Sumber pustaka sebaiknya 3-5 tahun terakhir, aga informasi bersifat up-to-date Masalah teknis penulisan, seperti kalimat terlalu panjang, tanpa subjek, ejaan tidak benar, tidak taat asas penulisan. Informasi sulit dicerna oleh orang lain
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
10
Kerangka Teori Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor‐faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Arti teori adalah sebuah kumpulan proposisi umum yang saling berkaitan dan digunakan untuk menjelaskan hubungan yang timbul antara beberapa variabel yang diobservasi. Contoh kerangka teori:
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
11
Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah sejumlah pengertian atau karakteristik yang dikaitkan dengan peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan perilaku tertentu. Secara sederhana konsep adalah pendapat abstrak yang digeneralisasi dari fakta tertentu.
Kerangka konsep etiologik Kerangka konsep jenis ini terdapat variabel bebas, dependen, perancu. Kedudukan variabel tersebut tidak sama. Faktor perancu merupakan faktor terjadinya variabel independen, berhubungan dengan variabel bebas, bukan variabel perantara. Pada studi eksperimental, variabel perancu mempengaruhi prognosis pengobatan. Sedangkan, pada RCT tidak perlu dicantumkan variabel perancu.
Kerangka konsep prediktif Hubungan antar variabel sejajar. Dengan variabel bebas sebagai determinan dan variabel tergantung sebagai outcome.
Definisi Operasional Merupakan penjelasan variabel secara rinci, dapat berupa definisi, cara pengukuran, skala pengukuran (objektif, sahih, terkini).1 Fungsi dari definisi opersional adalah sebagai pedoman dalam mengukur variabel dan memberikan pengertian dasar agar tidak bermakna ganda pada istilah.
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
12
Contoh: Variabel
Definisi
Cara ukur
Skala
Nilai
Usia
Lama seseorang telah hidup
Mengurangi
Numer
Nilai berupa
sejak dilahirkan
tanggal
ik
angka numerik
pemeriksaan
Kontin
sesuai hasil
dasar dengan
u
pengukuran
Nomin
1=Tidak
al
dismenorrhea
tanggal lahir sesuai yang tercantum pada kartu identitias. Dimenorr
Nyeri panggul yang
hea
dirasakan saat berlangsung menstruasi
Anamnesis
2= Terdapat dismenorrhea
Metodologi Penelitian Dalam penulisan artikel ilmiah, terdapat beberapa tingkatan berdasarkan evidence-based medicine. Artinya metodologi tiap penelitian berbeda derajat sehingga menghasilkan kualitas kesahihan artikel juga berbeda.3
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
13
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
14
Desain Penelitian Studi analitik dapat dibagi menjadi observasional dan eksperimental. Kali ini akan dibahas mengenai studi observasional yang meliputi studi potong lintang, kasuskontrol, kohort. Kohort Kata “cohort” berasal dari bahasa Latin cohors. Dahulu kata tersebut digunakan untuk kelompok militer, yang terdiri dari sejumlah prajurit dan perwira komandan yang dapat dilacak. Kemudian, kata “cohort” diadopsi ke dalam bidang epidemiologi untuk menentukan sejumlah orang yang diikuti selama periode waktu tertentu. W.H. Frost, ahli epidemiologi, pertama kali menggunakan kata “cohort” dalam publikasinya untuk menilai laju mortalitas dan tuberkulosis spesifik usia pada tahun 1935. Istilah sekarang, kohort diartikan sebagai sekelompok orang dengan karakteristik yang ditentukan yang diikuti untuk menentukan insidens, mortalitas, beberapa penyakit, semua penyebab kematian, atau klinis lainnya.4 Pada studi kohort, paparan diidentifikasi sebelum diketahui hasilnya, studi kohort memiliki kerangka sementara untuk menilai kausalitas. Hal ini membuat studi kohort memiliki potensi untuk memberikan bukti ilmiah terkuat.4 Kohort dapat bersifat prospektif dan retrospektif. Kohort prospektif dilakukaan dari saat ini menuju masa depan. Oleh karena kohort prospektif dirancang dengan metode pengumpulan data tertentu, maka studi ini memiliki keuntungan yang disesuaikan dengan mengumpulkan data paparan spesifik dan mungkin lebih lengkap. Sedangkan, kohort retrospektif (kohort historis) dilakukaan dari saat ini dan melihat ke masa lalu untuk memeriksa peristiwa medis atau klinis pasien.1,4
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
15
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
16
Kasus-Kontrol Umumnya, studi kasus-kontrol dilakukan untuk menentukan etiologi suatu penyakit. Konsep dasar studi ini mengambil anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta berbagai unsur anamnesis untuk mengungkapkan karakteristik atau faktor-faktor predisposisi pasien terhadap penyakit. Bahkan, praktik mewawancarai pasien tentang perilaku dan kondisi sebelum sakit telah ada sejak abad ke-4 SM pada tulisan Hippocrates.4 Studi ini dilakukan dengan menemukan klinsi pasien, misalnya telah mengalami jenis operasi tertentu, mengalami komplikasi, atau didiagnosis penyakit. Setelah itu, subjek dibagi menjadi kasus dan kontrol (subjek tanpa klinis, tetapi berasal dari populasi yang sama). Kemudian, data mengenai paparan faktor risiko dikumpulkan secara retrospektif, biasanya melalui wawancara, rekam medis, survei, dan lain sebagainya.4
Dalam menganalisis hasil, biasanya dibuat tabel 2x2 dan mencari rasio odd (RO) dengan rumus
Kasus
Kontrol
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
17
Risiko (+)
Risiko (-)
Jumlah
Risiko (+)
a
b
a+b
Risiko (-)
c
d
c+d
Studi Potong Lintang Bertujuan untuk mencari hubungan variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat, tidak ada follow up/ tindak lanjut. Biasanya digunakan untuk mempelajari faktor risiko penyakit yang onsetnya lama dan durasi sakit yang panjang, misalnya osteoarthritis, kelainan kejiwaan, dan lainnya.1 Hasil disusun dalam tabel 2x2 dan dihitung rasio prevalens, yaitu perbandingan prevalensi suatu penyakit/ efek pada subjek dari kelompok yang memiliki faktor risiko dengan prevalensi penyakit/ efek pada subjek yang tidak memiliki faktor risiko.1
Efek Uji
(+)
(-)
Jumlah
(+)
a
b
a+b
(-)
c
d
c+d
RP = 1 ~ faktor risiko yang diduga tidak pengaruh pada efek RP > 1 + IK tdk mencakup angka 1 ~ faktor risiko timbulnya efek RP < 1 + IK tdk mencakup angka 1 ~ faktor risiko justru faktor protektif RP mencakup angka 1 ~ tidak dapat disimpulkan faktor risiko memilki pengaruh atau tidak KELEBIHAN
KEKURANGAN
Mudah murah hasil
Sulit menentukan
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
18
cepat
sebab akibat risiko dan efek dilakukan dalam waktu yang bersamaan ~ dilema telur dan ayam
Generalisasi memadai
Subjek cukup banyak
Dapat meneliti banyak variabel sekaligus
Tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit, insiden, prognosis
Jarang drop out
Tidak praktis untuk kasus yang jarang
Dapat menjadi awal tahap penelitian selanjutnya
Bias prevalens
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
19
Uji Klinis Uji klinis merupakan penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada manusia. Pada uji klinis, peneliti memberikan perlakuan atau intervensi kepada peserta penelitian, kemudian efek perlakuan diukur dan dianalisis. Uji klinis seringkali dilakukan untuk membandingkan efek satu jenis pengobatan dengan pengobatan lainnya. Uji klinis formal pertama kali dilakukan adalah pada akhir abad ke-19 untuk menguji efek pencegahan vaksin difteri.1 Pada uji klinis, terdapat beberapa fase, yaitu:
Fase IV: evaluasi obat dalam waktu lama pada masyarakat luas Fase III: evaluasi obat Fase II: sistem/dosis efektif Fase I: Keamanan, toleransi pengobatan In vitro In vivo Ex vivo
Tempat dan Waktu Penelitian Selain desain penelitian, dalam metologi penelitian, harus disebutkan tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian, karena berkaitan dengan ketersediaan subjek yang potensial yang dapat direkrut. Apabila menggunakan data sekunder, maka sebutkan secara rinci waktu penelitian dan kapan waktu subjek diambil datanya.
Contoh: Penelitian kasus kontrol ini akan berlangsung sejak Maret 2010 (saat ini) yang
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
20
akan menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien-pasien usia lanjut yang dirawat di ruang rawat akut geriatri RSCM pada periode Januari 2007 – Desember 2009 (periode waktu pengambilan data pada subjek penelitian).
Populasi dan Sampel Populasi target adalah populasi yang memiliki kriteria klinis dan demografi. Populasi terjangkau adalah populasi target yang dibatasi tempat dan waktu. Sedangkan, sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.4
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
21
Contoh: Korelasi Kadar Vitamin D Serum terhadap Kualitas Kontrol Asma pada Anak dengan Asma Persisten Populasi target
: Anak usia 5-18 tahun dengan asma persisten
Populasi terjangkau : Anak usia 5-18 tahun dengan asma persisten yang datang berobat ke poliklinik RSUPN Cipto Mangunkusumo atau RSUP Persahabatan, atau RSUP Fatmawati pada bulan Juli-September 2013 Kriteria Inklusi -
:
Tidak memiliki penyakit respiratorik selain asma (misalnya tuberkulosis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia, infeksi saluran pernapasan atas, dan sebagainya)
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
22
-
Tidak memiliki riwayat atau terdiagnosis gangguan vitamin D selain asma, misalnya osteoporosis, Paget disease, atau kelainan kongenital lainnya Bersedia mengikuti penelitian
Kriteria Eksklusi -
:
Status gizi buruk Khusus untuk anak usia 5-12 tahun: apabila subjek tidak ditemani oleh caregiver yang tidak mengetahui kondisi asma naka selaam 1 bulan terakhir
Sampel: Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi Penentuan Besar Sampel Berikut adalah langkah singkat dalam menentukan rumus besar sampel yang tepat untuk suatu penelitian: 1. Apakah penelitian tersebut menggunakan desain khusus atau bukan? Yang dimaksud dengan desain khusus adalah penelitian diagnostik, prognostik, multivariat regresi linear, regresi logistik, kesintasan (survival analysis), uji kesesuaian, dan uji validitas. Penelitian diagnostik adalah penelitian yang bertujuan untuk membandingkan suatu metode diagnosis dengan baku emas. Penelitian prognostik adalah penelitian dengan desain kohort yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan suatu kejadian. Penelitian multivariat regresi linear adalah penelitian dengan >1 variabel bebas dengan 1 variabel terikat dengan skala pengukuran numerik. Pada penelitian multivariat regresi logistik, variabel terikatnya memiliki skala pengukuran nominal. Penelitian kesintasan bertujuan untuk mengetahui suatu kejadian dikaitkan dengan kapan terjadinya kejadian tersebut. Uji kesesuaian bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian hasil pengukuran yang dilakukan dengan metode berbeda. Bedanya dengan penelitian diagnostik, pada uji kesesuaian kedua metode yang diuji memiliki level setara, tidak ada yang baku emas. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kesahihan suatu alat ukur. Seluruh jenis desain khusus yang telah disebut
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
23
memiliki rumus besar sampel yang khusus. Jika bukan salah satu penelitian di atas, maka berlanjut ke pertanyaan berikutnya. 2. Apakah merupakan penelitian deskriptif atau analitik? Deskriptif: “Bagaimana prevalensi...?”, “Berapa proporsi ....?” Analitik: “Adakah hubungan...?”, “Adakah korelasi ...?” 3. Bagaimana hubungan variabel yang diteliti? A. Kategorik-kategorik B. Kategorik-numerik C. Numerik-numerik 4. Apakah berpasangan atau tidak berpasangan? Berpasangan: pada individu yang sama atau telah dilakukan matching atau desain crossover Tidak berpasangan: pada individu yang berbeda
Berdasarkan jawaban dari keempat pertanyaan di atas, maka suatu penelitian dapat diklasifikasikan menjadi berikut: No.
Jenis Pertanyaan Penelitian
1.
Penelitian deskriptif kategorik
2.
Penelitian deskriptif numerik
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
24
3.
Penelitian analitis kategorik-kategorik tidak berpasangan
4.
Penelitian analitis kategorik-kategorik berpasangan
5.
Penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan
6.
Penelitian analitis kategorik-numerik berpasangan
7.
Penelitian analitis numerik-numerik
8.
Desain khusus
Jika jenis pertanyaan penelitian telah dapat ditentukan, maka rumus besar sampel dapat ditentukan berdasarkan tabel berikut:
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
25
MUST KNOW α, β, dan power Dalam suatu uji statistik, selalu terdapat dua jenis hipotesis yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Ho adalah hipotesis yang menyatakan bahwa variabel yang kita teliti tidak terdapat perbedaan atau tidak berhubungan. Sementara Ha berarti terdapat hubungan. Jika setelah dianalisis secara statistik ternyata penelitian kita bermakna, maka kita menolak Ho dan menerima Ha. Jika tidak bermakna, berarti Ho benar. Namun dalam kehidupan ini tidak ada yang sempurna. Bisa jadi walaupun secara statistik bermakna, kenyataannya sebenarnya Ho yang benar. Inilah yang dinamakan dengan positif palsu atau kesalahan tipe I (α). Sebaliknya, kadang hasil uji statistik tidak bermakna, padahal sebenarnya bermakna. Inilah yang disebut kesalahan tipe II (β) atau negatif palsu. Secara umum konsep tersebut dapat dirangkum dalam suatu tabel: Hasil uji statistik
Kenyataannya Terdapat hubungan
Tidak terdapat hubungan
Ho ditolak
1-β (power)
α
Ho diterima
β
1-α
Dapat dilihat yang dimaksud dengan power adalah kemampuan suatu penelitian untuk mendapatkan beda yang secara statistika bermakna, bila dalam populasi tersebut memang ada. Untuk mengantisipasi adanya α dan β, maka kita masukkan kedua variabel tersebut dalam rumus besar sampel kita. Dalam rumus, kita mengkonversi α dan β ke dalam Zα (deviat baku alfa) dan Zβ, seperti tabel di bawah ini:
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
26
Tingkat kesalahan
Zα 1-arah atau Zβ
Zα 2-arah
0,01
2,326
2,576
0,02
2,054
2,326
0,04
1,751
2,054
0,05
1,645
1,960
0,10
1,282
1,645
0,15
1,036
1,440
0,20
0,842
1,282
Nilai α ditentukan sendiri oleh peneliti. Konsekuensinya, semakin rendah α, kesalahan tipe 1 akan semakin kecil tetapi besar sampel yang dibutuhkan menjadi semakin besar. Sebaliknya, semakin tinggi α, besar sampel akan lebih sedikit namun kesalahan tipe 1 semakin tinggi. Umumnya yang sering digunakan adalah α = 0,05; 0,10; atau 0,01. Perhatikan bahwa terdapat Zα 1-arah dan 2 arah. Istilah 1 arah dan 2 arah ini merupakan jenis hipotesis. Yang dimaksud hipotesis 1 arah adalah sebelum penelitian dilakukan, kita sudah yakin bahwa hubungan variabel akan hanya ke 1 arah (A pasti lebih baik dari B), tidak mungkin sebaliknya (B tidak mungkin lebih baik dari A). Sebaliknya, pada hipotesis 2 arah, A bisa jadi lebih baik atau lebih buruk dari B. Uji
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
27
hipotesis satu arah hanya boleh dipakai jika telah ada pustaka yang menyatakan demikian. Namun logikanya, jika kita sudah yakin A lebih baik dari B, untuk apa kita perlu melakukan penelitian lagi? Oleh karena itu yang lebih sering dipakai adalah hipotesis 2 arah. Dalam tabel di atas, jika kita memilih α sebagai 0,05, maka Zα = 1,960. Selanjutnya, peneliti menetapkan power. Umumnya yang ditetapkan adalah 80% atau 90%. Semakin tinggi power, berarti semakin kecil β, konsekuensinya besar sampel juga semakin banyak. Jika kita menginginkan power 80%, β menjadi 0,02, yang berarti Zβ adalah 0,842. Effect Size (Perbedaan Hasil Klinis)/ delta) Perbedaan hasil klinis merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap besar sampel. Definisinya adalah perbedaan hasil terkecil yang secara klinis dianggap penting, dan ditentukan oleh peneliti sendiri. Dalam konteks penelitian klinis, maka bisa didefinisikan sebagai beda klinis terkecil yang akan mengubah praktik seorang dokter. Misalnya jika obat A bisa menyembuhkan 60% pasien, dan peneliti menetapkan delta sebagai 10%, maka obat B harus memberikan kesembuhan minimal 70% supaya dianggap bermakna secara klinis. Semakin kecil nilai delta yang ditentukan, semakin banyak sampel yang dibutuhkan. Umumnya d ditetapkan sebagai 10-20%. Presisi (d) Presisi adalah kesalahan dalam penelitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang diperoleh. Semakin kecil nilai d, presisi akan semakin meningkat namun jumlah sampel yang dibutuhkan juga akan semakin besar BONUS: Hipotesis Positif dan Negatif Hipotesis positif: hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan atau perbedaan
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
28
Hipotesis negatif: hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan atau perbedaan, mirip dengan Ho pada uji statistik Contoh 1: Penelitian tersebut ingin mencari prevalensi DM tipe 2 di suatu daerah, berarti penelitian deskriptif. Variabel yang diteliti (ada tidaknya DM tipe 2) adalak kategorik. Oleh karena itu rumus besar sampel untuk deskriptif kategorik adalah:
α yang ditentukan peneliti adalah 5%, maka Zα adalah 1,96 d yang ditentukan peneliti adalah 5% = 0,05 Dalam penelitian deskripsi kategorik, P adalah proporsi kategori variabel yang diteliti, diperoleh dari penelitian sebelumnya (kepustakaan). Dalam contoh ini, P berarti 10%. Jika belum ada penelitian sebelumnya, digunakan P=0,5 agar mendapatkan besar sampel maksimal. Q= 1-P, sehingga 1-0,1 = 0,9 Dengan memasukkan angka-angka tersebut, diperoleh:
Akan tetapi, dalam rumus ini masih ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi, yaitu: NxP>5. Karena d=5%, maka prevalensi (P) menjadi 20%+ 5% = 15% - 25%. Jika dihitung, maka 138 (N) x 15% = 6,9; 138 x 25% = 20,7. Keduanya > 5, sehingga besar
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
29
sampel 138 boleh digunakan. Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka besar sampel tidak boleh digunakan, dan d (presisi) bisa dicoba menggunakan angka yang lebih kecil. Contoh 2: Penelitian menggunakan desain kasus kontrol dengan variabel kategorik - kategorik. Jadi menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian analitik kategorik-kategorik tidak berpasangan:
P2 merupakan proporsi dari kelompok yang sudah diketahuii nilainya. Dalam desain kasus kontrol, tidak masalah apakah yang diketahui kelompok kasus maupun kontrol. Nilai P2 ini diperoleh dari kepustakaan. Jika belum pernah ada penelitian sebelumnya, maka dapat dilakukan penelitian pendahuluan atau menetapkan berdasarkan perkiraan yang rasional. Dalam contoh ini P2 adalah 10%. Sementara itu, P1-P2 merupakan selisih proporsi minimal yang masih dianggap bermakna, ditentukan sendiri oleh peneliti berdasarkan pertimbangan klinis yang logis dan etis. Dalam contoh digunakan 20%, sehingga P1 adalah 30% (20%+10%). Selanjutnya parameter tersebut tinggal dimasukkan dalam rumus di atas. Contoh 3: Dari contoh, diketahui bahwa penelitian tersebut adalah penelitian analitik numerik berpasangan. Oleh karena itu berdasarkan tabel di atas, rumus yang digunakan adalah:
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
30
S adalah simpang baku dari selisih nilai antar kelompok, diperoleh dari pustaka , penelitian pendahuluan, atau judgement. X1-X2 adalah selisih nilai minimal yang dianggap bermakna, ditentukan oleh peneliti. Logistik dan Linear Untuk logistik dan linear, terdapat syarat bahwa besar sampel (N) = 5-50 kali jumlah variabel bebas yang diteliti. Contoh 4: Penelitian tersebut merupakan penelitian multivariat. Oleh karena itu dipakai rumus Federer:
Teknik Sampling Secara umum, teknik sampling dapat dibagi dua, yaitu probabilitas dan nonprobabilitas. Probability sampling berarti tiap subjek dalam populasi terjangkau memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel, sementara nonprobability sampling tidak. Probability sampling dapat dilakukan dengan syarat peneliti mampu mendapatkan sampling frame, yaitu daftar subjek dan karakteristiknya yang diperoleh dari populasi terjangkau penelitian. Teknik yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: A. Simple random sampling Setiap subjek dalam populasi terjangkau kita beri nomor urut. Setelah itu, diambil sebesar jumlah sampel yang dibutuhkan secara random menggunakan tabel angka random atau program komputer (randomizer).
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
31
B. Systematic random sampling Seperti simple random, semua subjek diberi nomor. Lalu, kita sepakati bahwa sampel yang diambil adalah setiap kelipatan n. Contoh, kita memutuskan untuk mengambil subjek dengan nomor urut kelipatan 2 sebagai sampel sampai sejumlah yang dibutuhkan. C. Stratified random sampling Suatu metode di mana populasi dibagi menjadi strata-strata (kelompok), kemudian dari tiap strata diambil subjek secara acak. Variabel yang biasanya dibagi menjadi strata seperti jenis kelamin, umur, ras, kondisi sosial-ekonomi, status gizi, tempat penelitian pada penelitian multisenter, dll. Metode ini digunakan bila kita menduga nilai dari tiap strata pasti akan sangat berbeda, sehingga jika menggunakan simple random sampling biasa variabilitasnya akan besar. Sebagai contoh pada kasus miokarditis difterika, peningkatan SGOT pada anak < 5 tahun sekitar 330 U. Pada anak>5 tahun, SGOT sekitar 100 U. Misalnya kita membutuhkan 100 sampel. Jika menggunakan simple random sampling biasa, maka nilai yang diambil variabilitasnya akan sangat besar. Oleh karena itu lebih baik kita ambil 50 subjek dari kelompok anak<5 tahun, dan ambil 50 subjek dari anak>5 tahun. D. Cluster sampling Pada metode ini, sampel diambil secara acak pada kelompok yang terbentuk secara alamiah pada populasi, misalnya wilayah (kota, kecamatan, kelurahan, dst.). Metode ini berguna jika populasi tersebar sangat luas. Misalnya kita ingin mengambil subjek 100 orang dari suatu desa. Akan tetapi, desa tersebut terdiri dari 10 RW yang letaknya
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
32
berjauhan. Jadi pertama kita pilih secara random beberapa RW yang akan kita tuju. Selanjutnya dari RW yang terpilih baru kita ambil subjek yang dibutuhkan. Non-probability sampling dapat menggunakan metode sebagai berikut: A. Consecutive Sampling Pada metode ini, semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria dimasukkan sebagai subjek dalam penelitian hingga terpenuhi. Ini merupakan nonprobability sampling yang paling baik. B. Convenient Sampling Sampel diambil tanpa sistematika tertentu. Merupakan cara yang paling lemah. C. Judgmental Sampling Pada judgmental/ purposive sampling, subjek dipilih berdasarkan alasan praktis atau subjektif, bahwa subjek tersebut dapat memberikan informasi yang memadai. Misalnya pada penelitian pandangan Ibu terhadap pemberian susu ASI atau susu formula, dipilih Ibu yang pernah memberi ASI dan pernah memberi susu formula. Slide 54-57 akan dibahas Danus
Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan terjangkau, harus relevan dengan masalah penelitian. Kriteria eksklusi bukanlah kebalikan dari kriteria inklusi, melainkan subjek yang harus dikeluarkan dengan beberapa alasan walaupun sudah memenuhi kriteria inklusi. Misalnya terdapat keadaan atau penyakit lain yang mengganggu interpretasi, keadaan yang mengganggu
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
33
kemampulaksanaan, hambatan etis, atau menolak berpartisipasi. Dalam penulisan kriteria, harus ditulis secara jelas beserta cara mengukurnya. PUBLIKASI PENELITIAN Nah, kalau laporan penelitian kita sudah selesai, masih ada 1 hal lagi yang perlu dikerjakan. Yap benar, publikasi! Kenapa publikasi ini penting? Karena publikasi artikel/jurnal ini menjadi produk utama penelitian yang kita buat, juga sebagai alat ukur keberhasilan penelitian -
Publikasi artikel/jurnal ini menjadi produk utama penelitian yang kita buat
-
Alat ukur keberhasilan penelitian
-
Alat tukar informasi (penelitian kita bisa menjadi acuan dan menambah wawasan di masyarakat, pembuat kebijakan dan periset lain)
-
Tolak ukur instansi pendidikan (mkasudnya disini, penelitian membawa nama instansi, misalnya bila banyak riset mahasiswa FKUI yang berguna maka dianggap FKUI berhasil menggerakkan mahasiswanya untuk menyumbang ilmu untuk dunia kedokteran)
Jenis publikasi ada beragam yang beberapa akan dibahas:
Artikel Original
Terdiri dari: abstrak terstuktur, pendahuluan, metode, hasil dan diskusi. Bentuk publikasi ini adalah yang terpenting sebagai informasi baru (prospektif atau retrospektif) yang didukung analisa statistik.
Case Report
Terdiri dari: abstrak tak terstruktur, pendahuluan singkat, laporan kasus, diskusi (asbtrak tidak harus ada). Bentuknya pendek (ada batasan kata, gambar, referensi), fokus, berupa kasus unik yang belum pernah dilaporkan.
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
34
Letter to Editor
Editorial
Non Scientific Material
Review
Terdiri dari: abstrak tak terstruktur, pendahuluan, subpokok bahasan. Review tidak mempublikasikan informasi baru dan tidak melibatkan pendapat pengarang (aspek subjektif) tetapi menggarisbawahi poin penting dalam laporan atau analisis mendalam perkembangan topic tertentu.
Commentary
Pictorial Essay
Technical Note
Bentuk Umum Jurnal
Judul Penelitian Judul adalah komponen pertama yang dibaca. Hal yang harus diperhatikan: judul merupakan label bukan kalimat lengkap, lugas dan menarik, nama dan waktu penelitian dapat dicantumkan, singkatan yang diperkenankan hanya singkatan umum, jenis desain disertakan bila perlu, ringkas dan menggambarkan isi.
[Ket] Contoh judul berbagai jenis publikasi penelitian
Nama Peneliti dan Institusi
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
35
Penulis utama (biasa ditulis pada urutan pertama) adalah yang memiliki porsi terbesar dalam penelitian. Kriteria penulisannya: berdasarkan konsep desain, pengumpulan data atau analisis dan interpretasi data, membuat draft manuskrip atau melakukan revisi kritis muatan ilmiahnya, memberikan persetujuan final makalah Abstrak dan kata kunci Abstrak berupa satu paragraph terstruktur yang umumnya berjumlah dibawah 250 kata. Pada akhir abstrak, ditulis 4-8 kata kunci
[Ket] Contoh abstrak
Isi Laporan PENDAHULUAN : METODE : berisi desain penelitian, tempat dan waktu, populasi dan sampel, kriteria pemilihan sampel (inklusi dan eksklusi), cara pengambilan sampel, teknik pengukuran dan analisis komputer yang digunakan (misalnya: SPSS 16.0). HASIL : disajikan dalam bentuk teks disertai tabel dan gambar. Hal yang perlu diperhatikan: tidak perlu komentar, jangan mengulangi isi tabel dan gambar kecuali untuk memberi penekanan. Hasil terdiri dari bagian deksriptif dan analisis. Judul tabel dalam huruf kecil (capital di awal saja) dan tidak diakhiri titik dengan catatan kaki seperlunya DISKUSI : memaparkan makna/interpretasi hasil penelitian. Diskusi dapat dibuat dengan membandingkan dengan penemuan terdahulu (sesuai ilmu sebelumnya atau tidak sesuai,atau suatu penemuan baru), menghubungkan hasil penelitian dengan aplikasinya atau kebijakan kesehatan nasional. Bila hasil penelitian banyak, dibuat dalam beberapa subjudul. Juga dibahas keterbatasan
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
36
penelitian dan menghindari penggunaan kalimat yang belerbihan atau justru meragukan penelitian yang dibuat KESIMPULAN : dalam kalimat naratif menunjukkan relevansi dengan ilmu pengetahuan, praktik dan manfaat ke depan HATI-HATI! Kesalahan ini sering terjadi pada bagian diskusi: -
Hanya mengulang yang dipaparkan di hasil penelitian Membahas hasil secara superfisial saja Simpulan tidak didukung data Simpulan tidak menjawab pertanyaan penelitian
Ucapan terima kasih
Dibuat secara tidak berlebihan untuk pihak-pihak yang membantu pengarang, mis: orangtua, teman, guru namun bukan orang yang menjalankan tugasnya (teknisi, laboran, dll) Daftar pustaka
Sangat PENTING untuk diterima atau tidaknya suatu laporan penelitian, harus dibuat dengan teliti. Ada beberapa jenis penulisan: sistem nomor, nama dan tahun (Harvard), kombinasi alphabet dan nomor serta Vancouver Lampiran
Pernyataan conflict of interest
Hal lain yang perlu diperhatikan: ETIKA Bila melibatkan manusia/hewan Tidak mencantumkan identitas atau rekam medis BAHASA Bahasa lugas, formal, EYD Hilangkan frase yang tidak perlu (Ex: Syukurlah....) Hindari bahasa negatif ganda (Ex: tidak tak terdeteksi) STRATEGI Unsur baru Artikel sesuai Sesuai template penulisan JANGAN BERHENTI MENCOBA MEMPUBLIKASIKAN KARYAMU :)
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
37
Referensi: 1. Sastroasmoro S, Gatot D, Kadri N, Pudjiarto PS. Usuluan penelitian. In: Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 5th ed. Jakarta: CV Sagung Seto; 2014. p45-64. 2. Gravetter FJ, Wallnau LB. Essentials of statistics for the behavioral sciences. 8th ed. Belmont, USA: Wadsworth Cengage Learning; 2014: chap 8. p203-40. 3. Harneys RB. Of studies, syntheses, synopses, summaries, and systems: the "5S" evolution of information services for evidence-based health care decisions.ACP J Club. 2006 Nov-Dec;145(3):A8. 4. Song JW, Chung KC. Observational studies: cohort and case-control studies. Plast Reconstr Surg. 2010 Dec; 126(6): 2234–42.
Tentir Pelatihan Pembuatan Proposal dan Penelitian I LPP BEM IKM FKUI 2015
38