PENGARUH METODE STIMULASI PIJAT ENDHORPINE, OKSITOSIN DAN SUGESTIF (SPEOS) TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS 1,2
Christin Hiyana TD1, Novi Susiyanti2 Prodi Kebidanan Magelang Poltekkes Kemenkes Semarang Email :
[email protected] / Telp. 085725241487
ABSTRAK Bayi yang menyusui di hari pertama setelah lahir dapat mengurangi resiko kematian bayi baru lahir hingga 45%. Permasalahan pengeluaran ASI dini merupakan alasan para ibu untuk tidak memberikan ASI yang akan berdampak buruk untuk kehidupan bayi. Hal tersebut bisa disebabkan oleh faktor hormonal, psikologis maupun keyakinan ibu untuk memberikan ASI. Metode Stimulasi Pijat Endorphine, Oksitosin dan Sugestif merupakan alternatif cara untuk permasalahan pengeluaran ASI. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode Stimulasi Pijat Endorphine, Oksitosin dan Sugestif pada ibu nifas yang diberikan perlakuan dan yang tidak diberikan perlakuan terhadap produksi ASI di RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Purworejo. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah 40 orang ibu nifas di RSUD Dr. Tjotrowardojo Purworejo. Tehnik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan tehnik simple random sampling dan data dianalisi dengan uji Man Whitney dengan taraf kepercayaan 5%. Sampel dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok yaitu intervensi dan kontrol masing-masing 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh metode Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin dan Sugestif terhadap produksi ASI pada ibu nifas. Produksi ASI pada ibu nifas dengan perlakuan metode SPEOS dengan nilai p value 0,000 dan RR 7,750, sedangkan pada kelompok kontrol dengan perlakuan pijat oksitosin RR 5,050. Metode SPEOS dianggap lebih efektif untuk ibu nifas dalam memperlancar produksi ASI. Bidan dan perawat RSUD Dr. Tjitrowardojo diharapakan untuk menerapkan metode SPEOS pada ibu nifas untuk membantu memperlancar produksi ASI serta merupakan alternatif cara pada ibu nifas untuk masalah produksi ASI terutama pada hari-hari pertama kehidupan bayi. Kata kunci : Metode SPEOS, Produksi ASI, Ibu Nifas THE EFFECT OF MASSAGE STIMULATION OF ENDORPHINS, OXYTOCIN AND SUGGESTIVE (SPEOS) IN PUERPURAL WOMEN TREATMENT AGAINST BREAST MILK PRODUCTION Christin Hiyana TD1, Novi Susiyanti2 1,2 Midwifery Study Program of Magelang, Semarang Health Polytechnic ABSTRACT Breastfeeding in the first days after birth can reduce the risk of neonatal mortality up to 45 %. The problem is early production of breast milk is one reason for not breastfeeding a baby that in turn it will be bad for the baby’s life. This can be caused by hormonal, psychological and confidence factors. Massage Stimulation of Endorphins, Oxytocin and Suggestive method is an alternative way of breastfeeding problems in terms of breast milk production. To observe the effect of Massage Stimulation of Endorphins, Oxytocin and Suggestive method in puerperal women given and not given treatment against breast milk production in RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo. This study is take place in the Purworejo Region. This study was quasi-experimental. This study use 40 puerperal women in RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo. Sampling used simple random sampling. Data were analyzed with the Mann – Whitney test with 5% trustworthyness. Subjects were divided into two groups intervention and control each 20 people. This study show the effect of Massage Stimulation of Endorphins, Oxytocin and Suggestive method to breast milk production on puerperal women. The breast milk production on puerperal women in the SPEOS Methods had the p value 0,000 and RR 7,750 , while the control group breast milk production on puerperal women in the oxytosin massage treatment with the RR 7,750. The SPEOS method is considered more effective to raised breast milk production on puerperal women. Midwifes and nurses in RSUD Dr. Tjitrowardojo expected to apply the SPEOS method which is proven for alternative way for breast milk production issues in particular during the first days of the baby’s life. Keywords : SPEOS Method, Breast Milk Production, Puerpural Women
sebesar 35.69%. Untuk data cakupan ASI
PENDAHULUAN Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu
dari persalinan normal yang diambil di
emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
ruang bersalin di RSUD Tjitrowardojo
dan garam-garam organik yang disekresi
Purworejo
oleh kedua kelenjar payudara ibu, yang
persalinan sebanyak 127 kasus dan bayi
berguna sebagai makanan utama bagi bayi.
yang
Banyak
masalah
sebanyak 95 kasus dan yang tidak dilakukan
pertama
pemberian
muncul
di
ASI.
hari-hari
Permasalahan
pada
secara
tahun
langsung
2015,
jumlah
dilakukan
IMD
IMD sebanyak 32 kasus.
mendasar yang sering membuat ibu merasa
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
bingung dan akhirnya memilih alternatif lain
daerah tulang belakang leher, punggung
dengan memberikan susu formula untuk
atausepanjang tulang belakang (vertebrae)
mencukupi kebutuhan bayi adalah ASI tidak
sampai tulang costae kelima sampai keenam
keluar (Haryono, 2014)1.
(Suherni, dkk, 2007)3. Metode massase
Pentingnya memberikan ASI kepada
endorphin digunakan sebagai alternatif cara
bayi tercermin pada rekomendasi Badan
memberikan kenyamanan untuk rasa nyeri
Kesehatan
pada persalinan. Endorphin dikenal sebagai
Dunia/World
Health
Organization (WHO) yang menghimbau
zat
agar setiap ibu memberikan ASI eksklusif
endorphine dapat merangsang pengeluaran
sampai
bulan.
hormon endorphine dan dapat merangsang
Menurut data dari UNICEF, anak-anak yang
munculnya refleks prolaktin dan oksitosin
mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih
sehingga
mungkin untuk bertahan hidup dalam enam
produksi ASI (Mongan, 2009)4.
bayinya
berusia
enam
bulan pertama kehidupan dibandingkan anak
yang
banyak
manfaatnya.
meningkatkan
volume
Pijat
dan
Untuk memperlancar proses laktasi
yang tidak disusui. Mulai menyusui pada
dan
hari pertama setelah lahir dapat mengurangi
pemberian ASI eksklusif, maka dapat
risiko kematian bayi baru lahir hingga 45%.
dilakukan
Penelitian yang dilakukan Melina Mongo
endhorpin, pijat oksitosin dan pemberian
dkk (2014)2 berjudul Determinants of
sugestif menjadi satu metode yang disebut
exclusive breast feeding in Kilimanjaro
sebagai metode “SPEOS” (Stimulasi Pijat
Region, Tanzania menunjukan bahwa EBF
Endorphin, Oksitosin, dan Sugestif). Dari
(Exclusive Breast feeding) efektif untuk
latar belakang tersebut maka penulis tertarik
mencegah kematian balita hingga 13 % - 15
untuk
%.
Pengaruh Metode “SPEOS” (Stimulasi Pijat Berdasarkan data (Dinkes Jateng,
upaya
dalam
mendukung
penggabungkan
melakukan
Endorphin,
teknik
penelitian
Oksitosin,
proses
dan
pijat
mengenai
Sugestif)
2014) tahun 2012, cakupan ASI Eksklusif
Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas
mencapai 42,35%. Kabupaten Purworejo
Normal
merupakan salah satu wilayah yang berada
Purworejo.
di Jawa Tengah dengan cakupan ASI
METODE
di
RSUD
Dr.
Tjitrowardojo
Eksklusif dari sasaran 8.372 bayi 0 – 6 bulan
Jenis penelitian kuantitatif dengan
pada tahun 2012 menunjukan persentase
metode quasi eksperimen atau eksperimen
40.23% tidak jauh berbeda dibandingkan
semu.
dengan cakupan di Kabupaten Purworejo
penelitian ini posttest only control group
Desain
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah ibu nifas normal di
2 3 4 5 6 7 8 9
RSUD Tjitrowardojo Purworejo pada bulan
10
design. Penelitian ini dilakukan di ruang nifas
RSUD
Tjitrowardojo
Purworejo,
dilakukan kurang lebih satu bulan yaitu bulan Mei sampai Juni 2016. Populasi
Mei
sampai
Juni
tahun
2016
yang
Ibu rileks Let down reflek baik Frekeunsi menyusu >8 kali Menggunakan 2 payudara Posisi perlekatan benar Putting tidak lecet Payudara penuh &memerah Menyusui tanpa jadwal Bayi menghisap kuat dengan irama perlahan
Tabel 3 Indikator (Kelompok Intervensi)
menggunakan simple random sampling.
Indikator
Analisis bivariat penelitian ini dengan jenis data berskala ordinal yang artinya data merupakan hipotesis
non
parametric,
komparatif
sehingga
menggunakan
1 2 3 4 5 6 7
uji
8
statistik Mann Whitney dengan interpretasi
9
hasil jika P value < 0,05 maka Ho ditolak.
10
13 20 14 15 14 20 14 15
35 0 30 30 30 0 30 25
7 0 6 5 6 0 6 5
65
13
35
7
Produksi
diperkirakan berjumlah 45 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
65 100 70 70 70 100 70 75
Payudara tegang Ibu rileks Let down reflek baik Frekeunsi menyusu >8 kali Menggunakan 2 payudara Posisi perlekatan benar Putting tidak lecet Terlihat memerah payudara penuh Menyusui tanpa jadwal Bayi menghisap kuat dengan irama perlahan
ASI
Kelompok Kontrol Ya Tidak % N % N 45 9 55 11 55 11 45 9 55 11 45 9 100 20 0 0 40 8 60 12 25 5 75 15 65 13 35 7 20
4
80
16
45
9
55
11
55
11
45
9
HASIL & PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Produksi ASI Kelompok Eksperimen F % 20 100 0 0 20 100
Kategori Lancar Tidak Lancar Jumlah
Produksi
ASI
Kelompok Kontrol F % 10 50% 10 50% 20 100
seluruh
responden
kelompok eksperimen termasuk kategori lancar dan pada kelompok kontrol hanya mencapai 50% yang termasuk kategori lancar. Pengeluaran ASI menurut Roesli (2005)5 merupakan suatu proses pelepasan hormon oksitosin untuk mengalirkan air susu yang sudah diproduksi melalui saluran dalam payudara. Permasalahan pengeluaran ASI dini ini memberikan dampak buruk untuk kehidupan bayi. Padahal justru nilai gizi ASI tertinggi ada di hari-hari pertama kehidupan
bayi,
yakni
kolostrum.
Penggunaan
susu
formula
merupakan
alternatif yang dianggap paling tepat untuk mengganti ASI.
1
Payudara tegang
paling
tinggi
pada
kelompok eksperimen adalah responden dengan let down reflek yang baik yaitu 20 responden atau seluruhnya (100%) dan responden pada putting tidak lecet yaitu sebanyak 20 responden atau seluruhnya (100%). Pada kelompok kontrol persentase paling tinggi adalah responden dengan frekuensi menyusui >8 kali yaitu seluruh responden (100%) dan pada responden dengan putting tidak lecet yaitu sebanyak 13 responden (65%). Payudara Tegang Payudara tegang menurut Ambarwati (2009)6 dapat disebabkan karena prolaktin bekerja pada kelenjar susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Pijat
oksitosin
menurut
Haryono
(2014)1digunakan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let-down. Sekresi hormon prolaktin akan merangsang sel - sel
Tabel 2 Indikator Produksi ASI (Kelompok Eksperimen) Indikator
Persentase
Kelompok Eksperimen Ya Tidak % N % N 65 17 35 3
kelenjar susu untuk memproduksi air susu sebagai kelahiran.
persiapan
menyusui,
pasca
Dengan
menyusui,
akan
meningkatkan sekresi hormon oksitosin
yang akan mendorong produksi air susu
Kemudian hormon oksitosin merangsang sel
meningkat. Oksitosin akan dialirkan melalui
mioepitel
darah menuju ke payudara yang akan
tertekan, tekanan meningkat dan duktus
merangsang kontraksi otot di sekeliling
memendek
alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI
diejeksikanlah ASI dari putting susu. Siregar
keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya
(2004)7.
ASI di dalam gudang ASI yang dapat
Frekuensi Menyusui > 8 kali
dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya.
sehingga
dan
kantung
melebar.
alveolus
Kemudian
Hasil penelitian tentang frekuensi menyusui lebih dari 8 kali dari kelompok
Ibu Rileks Hasil penelitian ditinjau dari segi rileks,
eksperimen sebanyak 14 responden atau
13 responden pada kelompok eksperimen
70% sedangkan pada kelompok kontrol
atau 65% merasa rileks pada saat dilakukan
seluruhnya
pengukuran produksi ASI, sedangkan pada
menyusui lebih dari 8 kali.
kelompok kontrol hanya mencapai 11 orang atau 55%.
atau
100%
menyatakan
Saat bayi menghisap payudara ibu maka akan merangsang ujung saraf sensoris
Ibu yang cemas dan stres dapat
disekitar payudara sehingga merangsang
mengganggu proses menyusui sehingga
kelenjar hipofisis bagian depan untuk
mempengaruhi produksi ASI. Pengeluaran
menghasilkan
ASI akan berlangsung baik pada ibu yang
masuk ke peredaran darah kemudian ke
merasa rileks dan nyaman Roesli (2005)5.
payudara menyebabkan sel sekretori di
Pada metode SPEOS ini salah satunya
alveolus untuk menghasilkan ASI. Selain itu
melakukan pijat endorphin dan memberikan
prolaktin akan berada di peredaran darah
sugestive kepada ibu nifas dimana ketika
selama 30 menit setelah payudara dihisap,
menggabungkan menghasilkan
antara hormon
prolaktin.
akan
sehingga
endorphin
yang
payudara menghasilkan ASI Siregar (2004)7. Sedangkan
dapat
akan
keduanya
bertujuan membuat ibu menjadi lebih rileks
prolaktin
Prolaktin
untuk
merangsang
minum
yang
sehingga produksi ASI akan semakin lancar
sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah
Let Down Refleks Baik
ada. Makin banyak ASI yang dikeluarkan
Hasil penelitian seluruh responden kelompok
eksperimen
atau
100%
dari gudang ASI (sinus laktiferus), maka akan
semakin
banyak
produksi
ASI.
mengalami let down reflek dengan baik,
Semakin sering bayi
pada kelompok kontrol hanya mencapai 11
banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin
orang atau 55% saja.
jarang bayi
Let-down
makin
sedikit
payudara menghasilkan ASI. Jika bayi
penyemprotan susu (milk ejection reflek),
berhenti menghisap maka payudara akan
yang bertanggung jawab menyalurkan susu
berhenti
dari payudara kepada bayi, dan dikendalikan
umumnya dihasilkan pada malam hari,
oleh
yang
sehingga menyusui pada malam hari dapat
dilepaskan oleh hipofifis posterior akan
membantu untuk mempertahankan produksi
dialirkan ke dalam darah dan sampai pada
ASI. Siregar (2004)7.
organ tujuan yaitu sel mioepitel di sekitar
Menggunakan 2 Payudara
alveoli
dan
oksitosin.
sel
adalah
menghisap,
refleks
kadar
reflek
menyusui makin
Oksitosin
mioepitel
di
uterus.
menghasilkan
ASI.
Prolaktin
Hasil
penelitian
15
areola (bagian gelap di sekitar puting) yang
responden atau 70% kelompok eksperimen
berada di bibir bawah bayi lebih banyak
menyatakan tentang menyusui dengan 2
masuk ke dalam mulut bayi dibandingkan
payudara
pada
areola sebelah atas, bibir bayi terlipat
kelompok kontrol hanya 8 orang saja atau
keluar, dan mulutnya terbuka lebar. Bote
40% yang menyusui dengan menggunakan 2
(2009)8.
secara
sejumlah
bergantian
dan
payudara secara bergantian. Bayi
Putting Tidak Lecet menyusu
Hasil penelitian semua responden
secara
pada kelompok eksperimen payudara tidak
tidak
lecet, sedangkan pada kelompok kontrol
mengosongkan payudara bergantian, maka
sejumlah 13 orang atau 65% menyatakan
pada pemberian air susu yang berikutnya
payudara lecet.
mengosongkan bergantian.
sebaiknya
saat
kedua
payudara
Apabila
bayi
payudara yang lain yang diberikan pertama
Pada puting susu lecet berkaitan
kali, atau bayi mungkin sudah kenyang
dengan posisi perlekatan yang benar, dimana
dengan satu payudara, maka payudara yang
jika pelekatan benar maka hisapan bayi pada
kedua digunakan pada pemberian air susu
puting susu akan sepenuhnya mencakup
berikutnya.
terhadap
puting dan sebagian areola tetapi jika
dikeluarkan
hisapan salah, hisapan akan terus menerus
dari grandula pituitaria anterior, sehingga
terpusat pada puting, sehingga menyebabkan
memacu pembentukan air susu yang lebih
rasa nyeri, dan puting menjadi lecet dan
Sebagai
pengisapan,
respons
prolaktin
7
banyak. Siregar (2004) .
luka. Jika bayi tidak dapat menghisap ASI dengan efektif, maka asupan ASI kurang,
Posisi Perlekatan Benar Hasil penelitian ditinjau dari aspek perlekatan
payudara
sebanyak
14
kenaikan berat badan kurang optimal, dan rantai
selanjutnya
adalah
pengosongan
responden atau 70% pada kelompok
payudara tidak maksimal dan produksi ASI
eksperimen melakukan dengan benar dan
selanjutnya menurun. Kristiyanasari (2009)9.
hanya 5 orang atau 25% pada kelompok
Terlihat Memerah Payudara Penuh
kontrol yang melakukan dengan benar.
Hasil penelitian tentang ibu terlihat
Posisi adalah bagaimana tubuh bayi
memerah
menempel ke tubuh ibu, dan pelekatan
kelompok
adalah bagaimana mulut bayi menempel ke
responden
payudara ibu, keduanya haruslah benar.
kelompok kontrol hanya mencapai 4 orang
Pada
atau 20%.
posisi
yang
benar
perut
bayi
menempel ke perut ibu; kepala,leher, dan
Bila
payudara
saat
eksperimen atau
ASI
70%,
tak
penuh sebanyak
sedangkan
keluar
pada 14 pada
banyak,
badan bayi berada dalam satu garis lurus,
kemungkinan teknik ibu salah. Mungkin
wajah bayi menghadap payudara ibu, dan
cara memerah ASI-nya seperti melakukan
badan bayi tersangga dengan baik. Penting
massage payudara. Cara ini tak akan
untuk memastikan kepala dan leher bayi
mengeluarkan ASI, karena yang ditekan
lurus, karena bayi tidak dapat menelan
pada pijat payudara adalah ‘pabrik’ ASI
dengan baik jika minum dengan posisi
bukan ‘gudang’nya. Ibu tak bisa langsung
leher menoleh. Pada pelekatan yang benar,
mengeluarkan ASI dari ‘pabrik’ tapi harus
dagu bayi menempel di payudara ibu,
melalui ‘gudang’ dulu. Widayanti (2014)10.
Gerakan memerah dengan menggunakan
atau 55% terjadi pada kelompok kontrol.
telapak tangan atau bantalan jari tangan ini
Dengan isapan mulut bayi akan menstimulus
dilakukan sesuai dengan peredaran darah
kelenjar hipotalamus pada bagian hipofise
menuju jantung maupun kelenjar- kelenjar
anterior dan posterior.
getah bening. Manfaat gerakan ini adalah
Isapan bayi yang tidak sempurna
merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf.
akan menurunkan produksi ASI. Hal ini
Manipulasi
untuk
disebabkan hampir seluruhnya ibu menyusui
mempengaruhi syaraf-syaraf vegetatif pada
bayinya dengan tepat pada saat menyusui,
jaringan-jaringan
dan
seperti cara menempatkan posisi mulut pada
mencari atau mengetahui kelainan-kelainan
payudara, sehingga isapan bayi seluruhnya
jaringan. Mithayani (2012)11.
benar. Jika isapan bayi benar maka akan
Menyusui Tanpa Jadwal
menstimulasi
ini
Hasil
dimaksudkan
di
bawah
penelitian
kulit
tentang
hipotalamus
yang
akan
bayi
merangsang hipofise anterior menghasilkan
menyusui tanpa jadwal pada kelompok
hormon prolaktin dan hipofise posterior
eksperimen sebanyak 15 responden atau
menghasilkan hormone oksitosin.Haryono
75% dan pada kelompok kontrol sebanyak 9
(2014)1.
orang atau 45%. ASI ibu menyusui akan
Berdasarkan
analisis
statistik
meningkat dan berubah dari kolostrum
menggunakan uji Man Whitney dapat dilihat
menjadi ‘mature milk’ antara 2-5 hari
rerata produksi ASI pada kedua kelompok
setelah melahirkan. Payudara akan terasa
diperoleh pada kelompok eksperimen yaitu
penuh,
terasa
7,750, sedangkan rerata produksi ASI pada
menyakitkan jika ASI tidak dikeluarkan.
kelompok kontrol 5,050 dengan p-value
Untuk meminimalisasi terjadinya proses
0,000. Karena p-value <0,000 sehingga Ho
pembengkakan,
memperhatikan
ditolak dan Ha diterima. Ada pengaruh
frekuensi menyusui atau dapat memerah
metode SPEOS terhadap produksi ASI ibu
ASI. Ambarwati (2009)6.
nifas di RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
bengkak,
dan
mungkin
harus
Ibu memiliki kapasitas atau jumlah
Metode
SPEOS
merupakan
penyimpanan ASI yang berbeda. Kapasitas
gabungan dari stimulasi pijat endhorpine,
penyimpanan ASI adalah jumlah ASI yang
oksitosin, dan sugestif yang dilakukan
dapat terakumulasi sebelum memberikan
secara berurutan. Peranan hipofisis adalah
sel-sel
mengeluarkan
suatu pesan
untuk mengurangi
endorfin
(endegenous
jumlah ASI. Seorang ibu dapat memiliki
opiates) yang berasal dari dalam tubuh
kapasitas penyimpanan ASI yang berbeda
dan efeknya menyerupai heroin dan morfin.
memungkinkan payudara menyimpan ASI
Zat ini berkaitan dengan penghilang nyeri
lebih lama atau lebih singkat dibandingkan
alamiah (analgesik). Peranan selanjutnya
dengan ibu yang lain. Lowdermilk (2005)12.
mengeluarkan
Bayi menghisap kuat dengan irama
memicu dan mempertahankan sekresi air
perlahan
susu dari kelenjar
Hasil
penelitian
tentang
prolaktin
yang akan
mammae. Nurizah
13
bayi
(2011) . Sedangkan peranan hipotalamus
menghisap kuat payudara dengan irama
akan mengeluarkan oksitosin yang berguna
perlahan yaitu 13 responden atau 65% pada
untuk menstimulus
kelompok eksperimen dan hanya 11 orang
uterus dan menyebabkan keluarnya air
sel-sel otot
polos
susu
dari
menyusui
kelenjar
mammae pada
ibu
sering memberikan ASI maka produksi
dengan
menstimulasi sel-sel
ASI pada ibu nifas akan menjadi lebih
mioepitel (kontraktil)
sekitar alveoli
lancar. Diharapkan untuk menggunakan
kelenjar mammae. Sekresi air susu akan
kedua payudara secara bergantian saat
terhambat apabila ibu merasakan nyeri
menyusui
saat menyusui atau stress emosional. Inilah
memperlancar produksi ASI pada ibu
peranan pijat tengkuk
nifas.
nyeri
ibu
di
yang
menyusui
mengurangi
dan
bayinya
sehingga
akan
membantu
meredam stress emosional, dengan pijatan
KEPUSTAKAAN
tengkuk merangsang keluarnya endorfin yang
menenangkan
sehingga
1
Haryono. (2014). Manfaaat ASI Eksklusif cetakan III.Yogyakarta: Pustaka Baru.
2
Melina Mongo. (2014). Determinants of exclusive breastfeeding in Kilimanjaroregion, Tanzania. (http://www.sciencepublishinggro up.com/j/sjph)
3
Suherni, dkk. (2007). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
4
Mongan, M. (2009). HypnoBirthing Metode Melahirkan Secara Aman, Mudah dan Nyaman. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.
5
Roesli Utami. (2005). Seri 1 Mengenal ASI Eksklusif cetakan III. Jakarta: Trubus Agriwidya.
6
Ambarwati dan Wulandari. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendekia.
7
Arifin, M Siregar. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Diakses tanggal 27 April 2016.
reflek
oksitosin dan prolaktin menjadi lancar.Bote (2009)8.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Seluruh
ibu
nifas
yang
diberikan
metode SPEOS kategori produksi ASI nya lancar yaitu sebanyak 100%. 2. Sebagian ibu nifas yang diberikan pijat oksitosin kategori produksi ASI nya lancar yaitu sebanyak 50%. 3. Ada pengaruh metode SPEOS terhadap produksi ASI pada ibu nifas di RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo tahun 2016. Saran 1. Bagi tenaga medis perawat, bidan atau dokter Dianjurkan untuk mengganti tindakan yang
sebelumnnya
berupa
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 23456789/32726/1/fkm-arifin4.pdf
pijat
oksitosin menjadi metode SPEOS yang
8
bertujuan untuk memperlancar produksi ASI pada ibu nifas. Untuk mendapatkan hasil
yang
memproduksi
maksimal
9
dalam
ASI pada ibu nifas
sebaiknya metode SPEOS dilakukan selama 3 hari. 2. Bagi Responden Untuk lebih sering memberikan ASI kepada bayinya atau menyusui lebih dari 8 kali dalam satu hari, karena lebih
10
Bote, 2009. ASI dan Laktasi . 2 Maret 2013. Betofilia.com. Kristiyanasari Weni. 2009. ASI, Menyusui Dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika Widayanti,Wiwin. 2014. Efektifitas Metode “SPEOS” (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin Dan Sugestif) Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas : (Quasi Ekperimen, di BPM Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun 2013). http://eprints.undip.ac.id/43466/ Diakses tanggal 15 Juli 2016.
11
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
12
Bobak, Perry, Lowdermilk. (2005). Maternity Nursing (4th Ed.). California: Mosby.
13
Iin Nurizah. 2011. Pengaruh Endorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Persalinan Normal Ibu Primipara di BPS S Dan B Demak Tahun 2011. http://jurnal.unimus.ac.id Diakses tanggal 13 Agustus 2016