TELAAH BANDING NOVEL PURBA SARI AYU WANGI DAN NASKAH MUSIKAL LUTUNG KASARUNG Oleh Fatihah Nur Ahyani Maulida ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Telaah Banding Novel Purba Sari Ayu Wangi dan Naskah Musikal Lutung Kasarung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam Novel Purba Sari Ayu Wangi dan Naskah Musikal Lutung Kasarung. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif. Melalui metode ini terlebih dahulu data dideskripsikan kemudian dibandingkan. Strukturalisme Naratif A.J. Greimas, dengan teorinya ‘aktan’, digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antarunsur dalam Novel Purba sari Ayu Wangi dan Naskah Musikal Lutung Kasarung kemudian dibandingkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa perbedaan antara Novel Purba sari Ayu Wangi dan Naskah Musikal Lutung Kasarung, meski kedua karya ini bersumber dari cerita yang sama yakni Cerita Lutung Kasarung. Perbedaan tampak pada tokoh/ penokohan dan alur sedangkan tema, latar, sudut pandang, dan amanat cenderung sama. Kata kunci: Novel Purba Sari Ayu Wangi, Musikal Lutung Kasarung, sastra bandingan, aktan ABSTRACT This minithesis entilted “Telaah Banding Novel Purba Sari Ayu Wangi dan Naskah Musikal Lutung Kasarung” (Comparison Analyze Novel of Purba Sari Ayu Wangi and Scipt of Musikal Lutung Kasarung). This research has a purpose to find out the similarity and the difference between Novel of Purba Sari Ayu Wangi and scipt of Musikal Lutung Kasarung. The method used in this minithesis is descriptive comparative. In this method at first data were described and then compared. A.J. Greimas structural, with his theory ‘achtan’ applied to describe the relation of each elements in Novel of Purba Sari Ayu Wangi and scipt of Musikal Lutung Kasarung and then compared. As the result of this analysis, it shows that were some difference and similarity between Purba Sari Ayu Wangi and Musikal Lutung Kasarung although both of them sourced for same story, Story of Lutung Kasarung. The difference appeared in character/ characterization and plot whereas theme, setting, point of view, and message are same. Keywords: Novel of Purba Sari Ayu Wangi, Musikal Lutung Kasarung, comparison literary, achtan Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Indonesia, lulus tanggal 19 Juli 2012.
1. PENDAHULUAN Sastra adalah salah satu bentuk hasil cipta manusia dengan bahasa sebagai medianya. Bahasa merupakan bahan untuk mewujudkan bentuk sastra. Bahasa dalam sastra berbeda dengan bahasa pada umumnya karena bahasa sastra di dalamnya terdapat unsur estetik atau keindahan. Menurut Sumardjo (1997: 2) sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, yang dimaksud “pikiran” di sini adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia. Sastra juga inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalam bentuk keindahan. Bahasa dalam sastra dapat berwujud lisan dan melahirkan sastra lisan, tetapi dapat juga dalam bentuk tulisan dan menghasilkan sastra tulis (Sumardjo, 1997: 4). Sastra lisan adalah sastra yang penyampaiannya dengan komunikasi langsung antara pengarang dan penikmat sastra. Menurut Teeuw (2003: 279) sastra tulis tidak memerlukan komunikasi langsung antara pencipta dan penikmat, tetapi melalui teknik penulisan dan pencetakan ciptaan sastra, hasil karya pengarang dapat dinikmati oleh semua orang. Dalam peredarannya, sastra tulis ada yang berasal dari hasil imajinasi pengarang dan ada pula yang merupakan transformasi dari sastra lisan. Transformasi itu sendiri menurut Kayam (dalam Sachari, 1991: 79) dapat diandaikan sebagai suatu proses pengalihan total dari suatu bentuk kepada sosok baru yang akan mapan, dan dapat pula diandaikan sebagai tahap akhir suatu proses perubahan. Sastra lisan yang ditransformasikan ke dalam sastra tulis dapat berubah bentuk menjadi novel, drama, atau puisi. Meski berasal dari sastra lisan, sastra tulis transformasi utuh menjadi sastra tulis karena sentuhan pengarang dalam mentransformasikan karya tersebut. Purba Sari Ayu Wangi merupakan salah satu novel transformasi karya Ajip Rosidi yang menjadi objek penelitian penulis. Purba Sari Ayu Wangi (untuk selanjutnya akan disingkat PSAW) adalah novel karya Ajip Rosidi hasil transformasi dari cerita Lutung Kasarung. Cerita Lutung Kasarung adalah cerita pantun Sunda yang beredar di Jawa Barat. Lutung Kasarung, sebagai sebuah cerita
pantun, merupakan cerita yang istimewa dan tergolong sakral bagi masyarakat Sunda. Tidak sembarang orang berani untuk berpantun cerita Lutung Kasarung. Di dalam cerita Lutung Kasarung terkandung nilai tinggi kearifan budaya masyarakat Sunda berkaitan dengan etika pergaulan seperti tata cara berladang yang dicontohkan oleh Purba Sari atau cara bermusyawarah yang dicontohkan oleh Nini Panyumpit. Pada akhir tahun 2011, cerita Lutung Kasarung ditransformasikan menjadi sebuah drama, yakni drama musikal dengan judul Musikal Lutung Kasarung. Musikal Lutung Kasarung (untuk selanjutnya akan disingkat MLK) yang disutradari oleh Didi Petet ini merupakan pergelaran musikal terbesar Jawa Barat. Naskah MLK yang merupakan transformasi dari cerita Lutung Kasarung ditulis oleh Getar Jagatraya. Cerita yang ditampilkan dalam MLK ini senada dengan cerita Lutung Kasarung versi Ajip Rosidi. PSAW dan naskah MLK meski sama-sama merupakan transformasi dari cerita Lutung Kasarung, tetapi genre sastra keduanya berbeda; novel dan drama. Novel menurut Sumardjo (1997: 29) adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot yang kompleks, karakter yang banyak, suasana cerita yang beragam dan setting cerita yang beragam pula. Drama menurut Sumardjo (dalam Rahayu dan Hendayana, 2010: 20) adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukan oleh aktor, tetapi ada juga karya drama yang tidak dimaksudkan untuk dipertunjukkan, yakni closet drama. PSAW sebagai novel transformasi lebih luas memaparkan cerita Lutung Kasarung dengan plot dan karakter yang beragam. Naskah MLK yang juga merupakan karya sastra hasil transformasi, meski tidak sekompleks PSAW tetap bisa dinikmati sebagai closet drama. Sebagai karya sastra transformasi yang bersumber dari cerita yang sama PSAW dan MLK dapat ditelaah dan dianalisis. Melalui telaah struktural dapat diketahui unsur-unsur yang membangun kedua karya ini. Strukturalisme naratif A.J. Greimas dapat digunakan untuk memperjelas hubungan antarunsur dalam PSAW dan naskah MLK. Melalui metode perbandingan, perbedaan dan persamaan dari kedua karya tersebut terlihat lebih jelas.
2. PEMBAHASAN 2.1 Skema Aktan Novel Purba Sari Ayu Wangi dan Naskah Musikal Lutung Kasarung Aktan (dalam Jabrohim, 1996: 12-13) adalah sesuatu yang abstrak seperti cinta, kebebasan, atau sekelompok tokoh. Aktan ditinjau dari segi tata cerita menunjukkan hubungan yang berbeda-beda. Pada suatu skema aktan suatu fungsi dapat menduduki beberapa peran, dari karakter peran, kriteria tokoh dapat diamati. Menurut teori Greimas, seorang tokoh dapat menduduki beberapa fungsi dan peran dalam suatu aktan. Keenam aktan yang dikelompokkan Greimas tersebut, yakni: 1. pengirim-penerima 2. subjek-objek 3. penolong-penetang Diagram 2.1 Skema Aktan
Pada Purba Sari Ayu Wangi Purba Rarang (subjek sekaligus penerima) menginginkan takhta kerajaan yang diberikan kepada Purba Sari (objek) karena rasa iri hati dan tidak puas (pengirim) sebagai wali ratu. Maksud Purba Rarang tersebut dibantu oleh keempat adiknya Purba Dewata, Purba Kencana, Purba Manik, dan Purba Dewata (penolong) dan ditentang oleh Lutung Kasarung, Sunan Ambu, dan Purba Leuwih (penentang) sedangkan dalam Musikal Lutung Kasarung yang menolong maksud Purba Rarang adalah Indrajaya, Purba Manik, Purba Endah, dan Purba Leuwih (penolong) dan yang menentang Lutung Kasarung, Sunan Ambu, Purba Dewata, Purba Kencana, dan Inang. 2.2 Telaah Banding Novel Purba Sari Ayu Wangi dan Naskah Musikal Lutung Kasarung a. Tema Novel Purba Sari Ayu Wangi karya Ajip Rosidi mengangkat tema kebaikan selalu menang melawan kejahatan. Naskah Musikal Lutung Kasarung yang ditulis oleh Getar Jagatraya mengangkat tema kejahatan dapat dikalahkan oleh kebaikan dan kesabaran. Pada intinya tema kedua karya sastra ini sama-sama menjelaskan hal buruk dapat dikalahkan oleh hal baik atau hal baik dapat mengalahkan hal buruk. Kejahatan adalah hal buruk dan kebaikan dan kesabaran adalah hal baik. b. Tokoh Untuk memudahkan membandingkan tokoh-tokoh yang hadir dalam PSAW dan naskah MLK penulis membuat tabel-tabel di bawah ini:
Tokoh utama dan tokoh tambahan
Tabel 2.2.1 Perbandingan Tokoh Utama Purba Sari Ayu Wangi Musikal Lutung Keterangan Kasarung
1. Purba Rarang
1. Purba Rarang
2. Purba Sari
2. Purba Sari
3. Lutung Kasarung
3. Lutung Kasarung 4. Indrajaya
X
Melalui tabel di atas terlihat perbedaan jumlah tokoh utama dalam Novel Purba Sari Ayu Wangi dan naskah Musikal Lutung Kasarung. Pada Purba Sari Ayu Wangi hadir tiga tokoh utama yaitu Purba Rarang, Purba Sari, dan Lutung Kasarung sedangkan dalam naskah Musikal Lutung Kasarung hadir empat tokoh utama yaitu Purba Rarang, Purba sari, Lutung Kasarung dan Indrajaya. Indrajaya (Musikal Lutung Kasarung) merupakan tokoh utama sedangkan Inderajaya (Purba Sari Ayu Wangi) merupakan tokoh tambahan.
Tabel 2.2.2 Perbandingan Tokoh Tambahan Purba Sari Ayu Wangi
Musikal Lutung Kasarung
Keterangan
1. Purba Endah
1. Purba Endah
2. Purba Dewata
2. Purba Dewata
3. Purba Kancana
3. Purba Kencana
4. Purba Manik
4. Purba Manik
5. Purba Leuwih
5. Purba Leuwih
6. Aki Panyumpit
6. Aki Panyumpit
7. Sunan Ambu
7. Sunan Ambu
8. Para Bujangga
8. Para Bujangga
9. Para Pohaci
9. Para Pohaci
10. Inderajaya
10. Inang
11. Nini
11. Dayang Purba
Panyumpit
12. Rakyat PBAG
12. Rakyat PBAG
13. pengawal
13. Léngsér
X X X
Melalui tabel di atas, terlihat perbedaan dalam hal tokoh-tokoh tambahan yang dihadirkan. Ada beberapa tokoh yang hadir dalam Purba Sari Ayu Wangi seperti Nini Panyumpit dan Léngsér, tetapi tidak dihadirkan dalan Musikal Lutung Kasarung. Sebaliknya ada pula tokoh-tokoh yang hadir dalam Musikal Lutung Kasarung seperti Inang, Dayang para Purba, dan pengawal kerajaan, tetapi tidak dihadirkan dalam Purba Sari Ayu Wangi.
Tokoh protagonis dan tokoh antagonis
Tabel 2.2.3 Perbandingan Tokoh Protagonis Purba Sari Ayu Wangi
Musikal Lutung
Keterangan
Kasarung
1. Purba Sari
1. Purba Sari
2. Lutung Kasarung
2. Lutung Kasarung
3. Sunan Ambu
3. Sunan Ambu
4. Rakyat PBAG
4. Rakyat PBAG
5. Aki Panyumpit
5. Aki Panyumpit
6. Léngsér
6. Inang
7. Purba Leuwih
7. Purba Kencana 8. Purba Dewata
X X X
Melalui tabel perbandingan tokoh protagonis di atas terlihat beberapa perbedaan. Dalam Purba Sari Ayu Wangi ada tujuh tokoh protagonis sedangkan dalam Musikal Lutung Kasarung ada delapan tokoh protagonis. Léngsér dan Purba Leuwih adalah tokoh protagonis dalam Purba Sari Ayu Wangi
yang tidak hadir dalam Musikal Lutung Kasarung. Inang, Purba
Kencana, dan Purba Dewata adalah tokoh protagonis yang dalam Musikal Lutung Kasarung.
Tabel 2.2.4 Perbandingan Tokoh Antagonis Purba Sari Ayu Wangi
Musikal Lutung
Keterangan
Kasarung
1. Purba Rarang
1. Purba Rarang
2. Inderajaya
2. Indrajaya
3. Purba Endah
3. Purba Endah
4. Purba Manik
4. Purba Manik
5. Purba Kancana
5. Purba Leuwih
6. Purba Dewata
6. Pengawal 7. Dayang Purba
X X X
Melalui tabel di atas terlihat perbedaan tokoh dari sisi peran yaitu antagonis. Dalam PSAW ada enam orang yang berperan antagonis sedangkan dalam MLK ada tujuh orang yang berperan antagonis. Pada naskah MLK tokoh Purba Leuwih hadir sebagai tokoh antagonis sedangkan dalam PSAW tidak. Selain itu, hadir tokoh dayang para Purba yang juga merupakan tokoh antagonis. Tokoh dayang Purba ini tidak hadir dalam novel PSAW.
Tokoh sederhana dan tokoh bulat
Tabel 2.2.5 Perbandingan Tokoh Sederhana Purba Sari Ayu Wangi
Musikal Lutung
Keterangan
Kasarung
1. Purba Rarang
1. Purba Rarang
2. Inderajaya
2. Indrajaya
3. Purba Endah
3. Purba Endah
4. Purba Dewata
4. Purba Dewata
5. Purba Kancana
5. Purba Kencana
6. Purba Manik
6. Purba Manik
7. Aki Panyumpit
7. Aki Panyumpit
8. Léngsér
8. Purba Sari
9. Rakyat PBAG
9. Purba Leuwih 10. Inang
X X X
Ada perbedaan kuantitas tokoh sederhana yang dihadirkan dalam PSAW dan MLK. Dalam PSAW ada Sembilan tokoh sederhana sedangkan dalam MLK ada sepuluh tokoh sederhanan. Sama seperti sebelumnya, ada tokoh yang tidak hadir dalam PSAW tetapi hadir dalam MLK seperti tokoh
Inang. Sebaliknya tokoh lengser tidak hadir dalam MLK, tetapi hadir dalam PSAW. Tabel 2.2.6 Perbandingan tokoh Bulat Purba Sari Ayu
Musikal Lutung
Wangi
Kasarung
1. Lutung Kasarung
1. Lutung Kasarung
2. Purba Sari
2. Rakyat PBAG
3. Purba Leuwih
Keterangan
X X
Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki perubahan karakter atau mengalami perubahan karakter. Dalam PSAW ada tiga tokoh bulat yaitu Lutung Kasarung, Purba Sari dan Purba Leuwih sedangkan dalam MLK hanya ada dua tokoh bulat yaitu Lutung Kasarung dan Rakyat Pasir Batang. Dalam MLK, Purba Sari dan Purba Leuwih tidak digambarkan memiliki beberapa karakter seperti dalam PSAW.
Keterangan: Sama
Berbeda
Tokoh berdasarkan tindakan dalam cerita Tabel 2.2.7 Perbandingan Tokoh Berdasarkan Tindakan dalam Cerita
No
1.
Yang dilakukan tokoh
PSAW
MLK
Tokoh yang memberikan tahta
Prabu Purba
Prabu Purba
kepada Purba Sari dan
Negara
Negara
Rarang dan tidak mendukung
1. Purba Endah
1. Purba Endah
Purba Sari (di awal cerita)
2. Purba Manik
2. Purba Manik
3. Purba Dewata
3. Purba Leuwih
4. Purba Kancana
4. Indrajaya
menjadikan Purba Rarang wali ratu
Tokoh yang mendukung Purba 2.
5. Purba Leuwih
Tokoh yang jahat kepada Purba Sari 3.
1. Purba Rarang 2. Purba Endah 3. Purba Manik 4. Purba Dewata 5. Purba Kancana
1. Purba Sari 2. Lutung
1. Purba Rarang 2. Purba Endah 3. Purba Manik 4. Purba Leuwih 5. Indrajaya
1. Purba sari
Kasarung Tokoh yang ingin dilenyapkan 4.
5.
oleh Purba Rarang
1. Lutung
1. Lutung
Kasarung
Kasarung
2. Sunan Ambu
2. Sunan Ambu
3. Para Bujangga
3. Para Bujangga
4. Para Pohaci
4. Para Pohaci
Tokoh yang membantu Purba
5. Inang
Sari Lutung Kasarung
Inang
Léngsér
Aki Panyumpit
Aki Panyumpit
Aki Panyumpit
1. Purba Sari
1. Purba Sari
2. Lutung
2. Lutung
6.
Tokoh yang menghibur Purba 7.
Sari saat di Gunung Cupu Mandala Ayu
Kasarung
8.
3. Purba Leuwih
Tokoh yang menyampaikan 9.
Kasarung 3. Inang 4. Purba Dewata
pesan ratu
5. Purba
Kencana 6. Rakyat PBAG
Tokoh yang menangkap Lutung Sunan Ambu Tokoh yang menentang Purba Rarang
Sunan Ambu
10.
Tokoh yang mengutus Guru Minda menjadi Lutung
c. Alur Tabel 2.2.8 Perbandingan Skema Alur Skema Alur
Pengenalan
PSAW
•
•
Prabu Tapa Ageung
MLK
•
Kerajaan PBAG
memiliki 7 orang
dipimpin oleh Purba
puteri
Rarang.
Guru Minda
•
diturun-kan ke bumi
Purba Rarang hanya ratu sementara
dengan wujud Lutung Purba Rarang murka tidak
•
Rakyat merasa Purba
terima karena takhta
Rarang tidak pantas
Timbulnya
kerajaan diberikan kepada
menjadi ratu
konflik
Purba Sari bukan dirinya.
•
Indrajaya menggoda
Purba Sari dan diketahui oleh Purba Endah, Purba Manik, dll Purba Rarang memberi
•
Purba Sari berbagai macam
Indrajaya menghasut Purba Rarang
Konflik
tantangan dengan ancaman
•
Purba Sari "dibuat"
memuncak
hukuman penggal karena
jelek oleh Purba
Purba Rarang ingin merebut
Rarang dan dibuang
takhta.
ke Gunung Cupu Mandala Ayu
Di Balairung kerajaan Klimaks
•
Rakyat berdemo agar
Purba Rarang menantang
Purba Rarang turun
Purba Sari kembali karena
tahta
masih berharap bisa
•
menjadi ratu.
Purba Rarang menantang Purba Sari
•
Purba Sari nyaris dihukum penggal
Penyelesaian
•
soal •
Guru Minda tak lagi
Lutung Kasarung
menjadi lutung
berubah menjadi
Purba Sari menjadi
Guru Minda
Ratu PBAG •
•
•
Purba Rarang dihukum
Purba Sari menjadi Ratu PBAG
•
Purba Rarang dihukum
d. Latar Baik PSAW maupun naskah MLK keduanya sama-sama memiliki tiga bagian latar (latar tempat, waktu, dan suasana) ketika peristiwa berlangsung. Penulis hanya akan membandingkan latar tempat dan suasana saja. Latar waktu tidak dibandingkan karena keterangan waktu ‘hari’ (pagi, siang, sore, dan malam) akan sama di setiap karya sastra. a. Perbandingan latar tempat
Dalam novel PSAW ada tiga tempat yang menjadi latar seluruh peristiwa dalam cerita, yaitu: Negeri Pasir Batang Anu Girang, Gunung Cupu Mandala Ayu, dan Kahiangan sedangkan dalam naskah MLK yang terdiri dari dua babak dan dua belas adegan ada dua tempat yang melatari seluruh peristiwa dalam cerita, yaitu: Negeri Pasir Batang dan Gunung Cupu Mandala Ayu b. Perbandingan latar suasana
Suasana yang melatari peristiwa dalam novel PSAW dan naskah MLK adalah suasana yang sama. Suasana-suasana seperti kegembiraan, kesedihan, atau kemarahan. Peristiwa yang terjadi dalam suasana tersebutlah yang membedakan antara PSAW dan MLK. Uuntuk lebih mudah membandingkan, lihatlah tabel di bawah ini.
Tabel 2.2.9 Perbandingan Latar Suasana Latar Suasana
Peristiwa dalam…
PSAW
Ketegangan
- Ketika Purba Sari
MLK
- ketika rakyat Pasir
berhadapan dengan
Batang dimintai upeti
banteng lilin berkulit
oleh pengawal kerajaan
gading.
atas perintah Purba
- ketegangan Purba
Rarang saat kekasihnya Inderajaya digigit
Rarang. - ketika Purba Sari akan
dihukum penggal.
kepiting besar. - ketegangan Lutung
Kasarung saat Purba Sari akan dihukum penggal Kesedihan
- saat Purba Rarang tidak
- ketika Purba Sari
mendapatkan takhta
dijahati oleh kakak-
kerajaan dan hanya
kakaknya. Ia difitnah
sebagai wali ratu saja.
sebagai perempuan
- saat Purba Sari yang tak
henti-henti mendapat
penggoda. - ketika Purba Sari dibuat
cobaan dari Purba
jelek oleh kakaknya
Rarang.
sendiri Purba Rarang
Marah
- ketika Purba Rarang - Purba Sari bisa
mengetahui bahwa
merasakan kemarahan
Purba Sari menusuk
Purba Rarang saat ia
dirinya dari belakang
dipilih menjadi ratu. - kala Purba Rarang
Gembira
- ketika Purba Sari
berhasil memenangkan
mengetahui Purba Sari
tantangan demi
masih hidup bahkan
tantangan yang
berhasil mengerjakan
ditawarkan oleh Purba
tantangan mustahil
Rarang.
yang ia berikan - saat Purba Sari bisa - saat Purba Sari
terbangun dan mendapati dirinya berada di istana bukan di gubuk - saat Purba Sari
mendapat teman seekor lutung, saat Purba Sari bertemu Guriang Kawung Luwuk - saat semua tantangan
merasakan kebebasan dan keindahan alam di Gunung Cupu Mandala Ayu - saat Purba Rarang
berhasil mengusir Purba Sari dan Ia pun mengadakan pesta - saat rakyat Pasir Batang
dipimpin oleh Purba Sari.
yang diberikan oleh Purba Rarang bisa diatasi dengan bantuan Lutung Kasarung
e. Sudut Pandang Ajip Rosidi menempatkan dirinya sebagai pengamat pada novel PSAW. Getar Jagatraya pun menempatkan dirinya sebagai pengamat dalam
naskah MLK. Kedua pengarang ini sama-sama tidak turun langsung ke dalam cerita. Mereka memilih untuk menjadi ‘dalang’ dalam kisah yang mereka buat. 3. KESIMPULAN Setelah novel Purba Sari Ayu Wangi dan naskah Musikal Lutung Kasarung dianalis sebelumnya, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: (1) Sebagai sebuah novel, Purba Sari Ayu Wangi memiliki struktur yang
kompleks, tokoh yang banyak, latar yang beragam, dan alur yang juga kompleks. Melalui analisis strukturalisme naratif Greimas, terlihat bahwa Purba Rarang dan Purba Sari adalah tokoh yang berperan penting dalam cerita. (2) Persamaan antara novel Purba Sari Ayu Wangi dan naskah Musikal Lutung
Kasarung adalah keduanya berangkat dari cerita yang sama yaitu cerita Lutung Kasarung sehingga tema yang diangkat pun sama yaitu kebenaran akan selalu menang meski ditindas oleh kejahatan. Perbedaan yang menonjol antara novel Purba Sari Ayu Wangi dan naskah Musikal Lutung Kasarung adalah tokoh dan alur. Ada beberapa tokoh yang hadir dalam Purba Sari Ayu Wangi tetapi tidak hadir dalam Musikal Lutung Kasarung, begitu pun sebaliknya ada tokoh yang hadir dalam Musikal Lutung Kasarung , tetapi tidak hadir dalam Purba Sari Ayu Wangi. Untuk alur, pada novel Purba Sari Ayu Wangi cerita bergulir karena Purba Rarang tidak terima Purba Sari dipilih menjadi ratu sedangkan dalam Musikal Lutung Kasarung cerita bergulir karena Purba Rarang ingin terus-menerus menjadi ratu juga karena Indrajaya menggoda Purba Sari.
Daftar Sumber Barker, Chris. Cultural Studies. 2005. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa. Danandjadja, James. 2007. FOLKLOR INDONESIA Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Jabrohim. 1996. PASAR Dalam Perspektif Greimas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahayu, Lina Meilinawati dan Yayat Hendayana. 2010. SASTRA DRAMA: Perjalanan, Perkembangan, dan Pengkajiannya. Jatinangor: Sastra Unpad Press. Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.