TEKNOLOGI PROSES PENGOLAHAN KERTAS SENI BERBASIS LIMBAH KULIT DURIAN DENGAN PEWARNA ALAMI ABSTRAK Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit durian sebagai bahan baku pengganti kertas yang lebih ramah lingkungan. Secara khusus, bertujuan untuk mempelajari karakteristik kertas yang dibuat dari campuran pulp kulit durian dan pulp sampah kertas. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi inovasi baru dan meningkatkan nilai ekonomis limbah kulit buah-buahan dan mengurangi pencemaran lingkungan oleh limbah kulit durian. Penjajakan lapangan ke daerah Kabupaten Tingkat II Bireuen dan Lhokseumawe untuk meninjau langsung ke industri/ IKM yang terdapat di daerah guna menjalin komunikasi dan melihat permasalahan yang terdapat di IKM tersebut. Pada penelitian ini diadakan sebuah mesin Universal Fritter yang berfungsi sebagai pemotong, pencacah, dan pemarut buah, sayuran, serta bahan-bahan lainnya, dengan kapasitas 3 liter hingga 5 liter dan dilengkapi dengan mata pisau berbahan stainless steel yang sangat tajam dan dapat berputar sehingga hasil cacahan atau parutan menjadi lebih halus dan memberikan hasil maksimal dibandingkan dengan blender konvensional berskala rumah tangga. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu tahap pendahuluan dan tahap lanjutan. Ruang lingkup kegiatan penelitian meliputi: kajian literatur; desain rancangan percobaaan; persiapan peralatan dan bahan; preparasi bahan baku limbah kulit durian; penelitian pendahuluan; penelitan lanjutan (proses pembuatan kertas) dan analisa produk. Hasil kajian literatur diketahui bahwa potensi komoditi buah durian sangat melimpah, tetapi hanya dimanfaatkan isi buah segarnya saja sedangkan 100% kulitnya hanya menjadi limbah yang dibuang percuma. Pada penelitian pendahuluan dilakukan perlakuan dan rancangan percobaan pembuatan kertas limbah kulit durian dengan kode sebagai berikut: A = Kertas campuran 10 % (Kulit Durian + Bubur Kertas + 10% Air); B = Kertas campuran 15 % (Kulit Durian + Bubur Kertas + 15% Air); C = Kertas campuran 20 % (Kulit Durian + Bubur Kertas + 20% Air); D = Kertas campuran 25 % (Kulit Durian + Bubur Kertas + 25% Air); E = Kertas dari Kulit Durian (tanpa campuran); dan F = Kertas dari Bubur Koran (tanpa campuran). Analisa produk penelitian pendahuluan meliputi parameter uji kadar air dan kadar abu. Hasil uji kadar air diketahui bahwa kertas yang dihasilkan dari tahap penelitian pendahuluan yang merupakan campuran antara kulit durian dan bubur kertas menggunakan perbandingan 7: 1 dengan berbagai variasi jumlah air diperoleh rata-rata kadar air yang relatif hampir sama yaitu sebesar 2,54%. Kadar air terendah diperoleh dari kertas yang terbuat dari limbah kulit durian yaitu sebesar 1,51%, sedangkan kadar air tertinggi diperoleh dari dari kertas yang terbuat dari bubur kertas koran yaitu sebesar 6,13%. Secara umum dari hasil uji kadar air dapat diketahui bahwa kekeringan kertas yang dihasilkan dari tahap penelitian pendahuluan ini telah cukup baik, dan produk kertas tersebut selanjutnya telah dapat diaplikasikan/digunakan untuk pembuatan souvenir, amplop dan lain sebagainya. Hasil uji kadar abu diketahui bahwa kertas yang dihasilkan dari tahap penelitian pendahuluan yang merupakan campuran antara kulit durian dan bubur kertas menggunakan perbandingan 7: 1 dengan berbagai variasi jumlah air diperoleh rata-rata kadar abu
yang relatif hampir sama yaitu sebesar 7,58%. Hal ini menunjukkan bahwa kertas yang dihasilnya hanya mengandung sedikit kotoran. Kadar abu tertinggi diperoleh dari kertas yang terbuat dari limbah kulit durian yaitu sebesar 8,45%. Hal ini menunjukkan bahwa kertas yang berasal dari limbah kulit durian tersebut masih mengandung sejumlah kotoran. Sedangkan kadar abu terendah diperoleh dari dari kertas yang terbuat dari bubur kertas koran yaitu sebesar 6,56%. Hal ini menunjukkan bahwa kertas yang berasal dari bubur kertas koran hanya sedikit mengandung sejumlah kotoran. Pada penelitian lanjutan variabel percobaan yang digunakan meliputi variabel berubah dan variabel tetap. Variabel berubah yaitu : perbandingan bahan limbah kulit durian dan bubur kertas yaitu 7:3, 7:4, 7:5, 7:6 dan 7:7. Sedangkan variabel tetap yaitu : jumlah pelarut (air) sebanyak 30 liter. Pada penelitian lanjutan dilakukan perlakuan dan rancangan percobaan pembuatan kertas dengan kode sebagai berikut: A = 7:3:30 (7 bagian limbah Kulit Durian + 3 bagian Bubur Kertas + 30 ml Air); B = 7:4:30 (7 bagian limbah Kulit Durian + 4 bagian Bubur Kertas + 30 ml Air); C = 7:5:30 (7 bagian limbah Kulit Durian + 5 bagian Bubur Kertas + 30 ml Air); D = 7:6:30 (7 bagian limbah Kulit Durian + 6 bagian Bubur Kertas + 30 ml Air); dan E = 7:7:30 (7 bagian limbah Kulit Durian + 7 bagian Bubur Kertas + 30 ml Air). Analisa produk dan pengolahan data dilakukan terhadap parameter: uji gramatur, uji ketebalan, uji ketahanan tarik, uji ketahanan sobek, uji kadar air, uji kekerasan (bendtsen) top side, uji kekerasan (bendtsen) bottom side dan uji cobb-60. Dari penelitian diketahui bahwa perlakuan terbaik dilihat berdasarkan pengamatan secara visual (fisik) terhadap fisik produk kertas seni terbaik diperoleh pada perlakuan penelitian dengan Rasio 7:5 (7 bagian bubur limbah kulit durian dan 5 bagian bubur kertas) dengan penggunaan pelarut air sebanyak 30 mL. Hasil analisa sifat fisika terhadap produk kertas seni yang diperoleh pada perlakuan terbaik yaitu: gramatur sebesar 232,2 ± 27,2 (g/m2), uji ketebalan sebesar 0,7544 ± 0,1249 (mm), uji ketahanan tarik sebesar 1,29 ± 0,89 (kN/m), uji ketahanan sobek sebesar 221,8 ± 32,5 (gf), uji kadar air sebesar 8,9 ± 0,2 (%), uji kekerasan (bendtsen) top side sebesar 6000 ± 0 (mL/menit), uji kekerasan (bendtsen) bottom side sebesar 6000 ± 0 dan uji cobb-60 sebesar 483,3 ± 59,9 (g/m2). Analisa ekonomi memperhitungkan Net Present Value (NPV) sebagai kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak diusahakan. Hasil analisa diketahui bahwa Nilai NPV 6 % adalah sebesar Rp. 4.790.262,87/tahun. Besarnya NPV , maka usaha ini dikatakan layak untuk dijalankan. Pengukuran aplikasi teknometer dilakukan guna mendapatkan gambaran kesiapterapan teknologi hasil litbang. Hasil pengukuran teknometer litbang ini yaitu level 4 yang menunjukkan bahwa litbang ini termasuk dalam riset terapan. Secara umum produk kertas yang dihasilkan dari penelitian telah cukup baik, dan produk kertas tersebut selanjutnya telah dapat diaplikasikan/ digunakan untuk pembuatan souvenir, amplop dan lain sebagainya. Kata Kunci: kertas seni, limbah kulit durian, durian *) Tim Pelaksana Litbang berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, Nomor : 12/BPKIMI/BRS-BA/SK/I/2015 Tanggal 03 Januari 2015, terdiri dari : Fitriana Djafar, Zafrullah, Jufri, Isnawar, Riski Amalia Herawati, M. Yusuf Hs, Restu Ginanjar Wibowo dan Bustami.
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA UNIT PRODUKSI ADSORBENT MENGGUNAKAN KOLOM FIXED BED ADSORPSI
ABSTRAK
Kandungan non-biodegradable seperti logam berat pada limbah cair dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Penyisihan komponen ini tidak dapat dilakukan menggunakan metode pengolahan sekunder. Adsorpsi merupakan proses yang unggul pada proses pengolahan limbah cair karena desain dan operasi proses adsorpsi yang mudah dalam pengontrolan, dan tidak sensitif terhadap komponen yang beracun. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar logam Fe pada limbah cair unit produksi adsorbent PIMIT di PT. PIM (Persero) menggunakan metode fixed bed adsorpsi. Adsorbent yang digunakan adalah zeolite dan karbon aktif yang diaktivasi menggunakan asam klorida (HCl) dengan ukuran partikel 48 Mesh dan 14 Mesh. Tinggi bed pada kolom adsorpsi sebesar 30 cm dan 40 cm. Konsentrasi Fe pada larutan umpan divariasikan pada 2 tingkatan konsentrasi yaitu 500 mg/L dan 50 mg/L. Penyisihan logam Fe dengan menggunakan adsorbent jenis karbon aktif lebih tinggi dibandingkan adsorbent zeolite, yang ditunjukkan oleh nilai kapasitas adsorpsi (qb). Berdasarkan kurva breakthrough, masa pemakaian dari adsorbent dipengaruhi oleh konsentrasi awal larutan, tinggi unggun adsorbent dan ukuran partikel, dimana semakin tinggi unggun adsorbent dan semakin halus partikel maka masa pemakaian adsorbent meningkat, sebaliknya semakin besar konsentrasi awal, maka masa pemakaian adsorbent semakinmenurun. Kata Kunci: Adsorpsi, fixed bed column, Fe, karbonaktif, zeolite.
*)
Tim Peneliti berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, Nomor: 12/BPKIMI/BRS-BA/I/2015 Tanggal 05 Januari 2015, terdiri dari: Fauzi Redha, Edy Munawar, Muhammadan, M. Yusuf Arsyad, Lancy Murina, M. Jamil, Effendi, Yoga Setiadhi.
PENGEMBANGAN PROSES DAN PERALATAN PRODUKSI MINYAK PALA
ABSTRAK
Penelitian pengembangan proses dan peralatan produksi minyak pala dilaksanakan di Baristand Industri Banda Aceh yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengrajian pala dalam memproduksi minyak atsiri pala. Lingkup kegiatan meliputi studi literatur, studi banding, desain alat penyulingan dan pengujian produk minyak pala. Dari hasil studi lapangan dan pengamatan telah didesain alat penyulingan minyak pala sistem distilasi uap (steam distillation) dengan kapasitas 50 kg/batch dengan rendemen 10%. Produk minyak pala dari proses penyulingan pengrajin pala dan penyulingan alat hasil desain kemudian dilakukan analisa terhadap parameter: bobot jenis, indek bias, kelarutan dalam alkohol dan miristisin. Data hasil uji mutu produk minyak pala dari pengrajin (A) adalah: bobot jenis = 0,8971; indek bias = 1,3738; kelarutan dalam etanol 1:3 = jernih dan kadar miristisin = 15,42%. Sedangkan data hasil uji mutu produk dari penyulingan alat yang didesain oleh Peneliti (B) diperoleh: Bobot jenis = 0,8866; indek bias 1,4783; kelarutan dalam etanol 1:3 dan kadar miristisin = 14,76%. Sesuai persyaratan mutu minyak pala SNI 06-2388-2006 menunjukkan bahwa produk minyak pala dari pengrajin (A) memenuhi persyaratan terhadap parameter bobot jenis, kelarutan dalam etanol 1:3 dan kadar miristin, namun belum memenuhi untuk parameter indek bias dimana sesuai persyaratan SNI nilai indek bias berkisar 1,470 – 1,497. Sedangkan produk minyak pala dari penyulingan menggunakan alat distilasi uap hasil desain tim peneliti (B) menunjukkan: bobot jenis = 0,8866; indek bias = 1,4783; kelarutan dalam etanol 1:3 = jernih dan kadar miristisin = 18,80. Dari data uji tersebut menunjukkan produk minyak pala yang disuling dengan alat hasil desain tim peneliti telah memenuhi persyaratan mutu. Kata Kunci: distilasi uap, minyak pala dan mutu minyak pala
*)
Tim Peneliti berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, Nomor: 12/BPKIMI/BRS-BA/I/2015 Tanggal 05 Januari 2015, terdiri dari: Abdul Thalib, Ruslan, Mahlinda, Minarsih, Gusrawarni, Syamsuar, M. Idham dan Zakaria.
PENINGKATAN MUTU DAN TEKNOLOGI PENGEMASAN FLAKES TEPUNG BUAH SUKUN (Artocarpus artilis) SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN RINGAN
ABSTRAK
Sukun merupakan sumber karbohidrat yang cukup tinggi dan mudah rusak pada kondisi segar karena kandungan kadar air sebesar 60 – 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan mutu flakes dengan testur yang renyah dan memiliki umur simpan yang lama tanpa mempengaruhi produk flakes serta memenuhi baku mutu SNI 01-2973-1992 tentang biskuit merupakan standar acuan penelitian. Formulasi flakes berbasis tepung sukun menggunakan tepung ubi kayu atau tapioka dan tepung jagung sebagai komposit. Hasil optimum diperoleh pada formulasi AC3 yaitu formulasi tepung jagung sebagai komposit dengan perbandingan tepung sukun 50% dan tepung jagung 50%. Hasil analisa yang diperoleh untuk kadar air 2,02%, kadar abu 1,78%, protein 3,81%, lemak 22,43%, serat kasar 6,96% dan karbohidrat 52,27%, memiliki warna normal, dengan bau dan rasa normal dan tidak tengik. Hasil penilaian terhadap umur simpan dengan membandingkan kemasan plastik (X) dan aluminium foil (Y) dan dilakukan pengujian kapang khamir setiap 15 hari selama 60 hari. Hasil terbaik diperoleh pada kemasan yang menggunakan aluminium foil (Y4) dengan jumlah kapang khamir pada hari ke-60 adalah 2,182 kloloni.gram. Kata Kunci: sukun, ubi kayu, jagung, flakes, SNI 01-2973-1992.
*)
Tim Peneliti berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, Nomor: 12/BPKIMI/BRS-BA/I/2015 Tanggal 05 Januari 2015, terdiri dari: Nurbaiti, Maimum, Sulaiman A, Ellysa, Hushla Shudri, Zulkifli, Anzib dan Desy Yuliana.
PENGEMBANGAN PERALATAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI JERUK PURUT (CITRUS HYSTRIX) SISTEM UAP
ABSTRAK
Ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan beberapa cara seperti: sistem perebusan, sistem kukus, sistem uap dan ekstrasi dengan pelarut organik. Ekstraksi minyak atsiri daun jeruk purut dapat dilakukan seperti cara seperti tersebut diatas. Pada skala industri ekstraksi minyak atsiri jeruk purut dari daunya lebih efisien dilakukan dengan cara distilasi sistim uap. Dalam penelitian ini ada tiga kegiatan pengembangan peralatan penyulingan, pertama : penggunaan serbuk gergaji dengan menggunakan tunggu pembakaran berbentuk selinder sehingga dapat menghemat biaya, kebutuhan biaya serbuk gergaji Rp 5.000/sekali penyulingan, kedua: pengecilan ukuran leher angsa dapat meningkatkan tekanan di dalam boiler sehingga penyulingan dapat dipersingkat menjadi 2 jam dan ketiga penggunaan doublel kondensor menyebabkan pendinginan distilat sangat sempurna. Spesifikasi peralatan Spesifikasi Peralatan sebagai berikut: tinggi ketel 1000 mm, diameter ketel 500 mm, kapasitas bahan baku 10 kg/ sekali penyulingan. Penanganan bahan baku sebelum penyulingan juga berpengaruh terhadap rendemen. Penyulingan minyak atsiri jeruk purut dengan menggunakan peralatan ini mempunyai rendemen 0,67 – 98%. Minyak atsiri yang dihasilkan mempunyai sifat fisika antara lain kelaruran dalam alkohol 1:1, warna bening, indek bias 1,4572 s.d 1,4614 dan berat jenis 0,8427 s.d 0,8522 gr/cc. Karakteristik komponen penyusun kimia dari minyak jeruk purut hasil analisa GCMS terdiri dari: Linalool 4,19%, IPhellandrene 4,30%, alpha-Fenchene 2,22%, Geranyl acetat 4,10%, Citronella 47,98%, betaCitronellol 8,48,58%, Cytronellyl acetat 9,18%, tran-Caryopyllene 1,68%. Hasil uji karakteristik komponen penyusun kimia menunjukkan bahwa ada sekitar 23 komponen aktif yang jumlah persen komulatif masih kecil, Mutu dari pada minyak atsiri jeruk purut sangat tergantung pada jumlah kadar Citronella. Kata kunci: Citronella, jeruk purut, serbuk gergaji, doublel condenser.
*)
Tim Peneliti berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, Nomor: 12/BPKIMI/BRS-BA/I/2015 Tanggal 05 Januari 2015, terdiri dari: Syarifuddin. Ramlan, Ramli, Jafar, Rifki, Hasnawi, Yusnidar dan Tawajuddin.
PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN MINYAK NILAM SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
ABSTRAK
Penelitian pemanfaatan limbah penyulingan minyak nilam sebagai bahan pembuatan pupuk organik bertujuan memanfaatkan potensi limbah dari hasil penyulingan petani nilam rakyat, sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan, memberikan pengetahuan teknologi pengolahan limbah padat hasil penyulingan menjadi produk yang mempunyai kegunaan dan nilai ekonomi yang lebih tinggi sehingga para petani nilam dapat menggunakan seluruh hasil panen secara lebih efesien. Periode pembalikan merupakan proses yang digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. Proses pembalikan kompos dilakukan tiap 2, 4 dan 6 hari sekali selama 21 hari pengomposan. Dimana setiap akan dilakukan pembalikan terlebih dahulu diukur suhu dan pH kompos serta diambil sampel untuk diukur kadar air, C organik, Nitrogen, Phospor, Kalium dan C/N rasionya. Periode pembalikan kompos terbaik adalah periode 2 hari sekali, karena dapat memenuhi standar utama kompos dengan waktu pengomposan yang relatif singkat. Kata kunci: Limbah, nilam, pupuk, organik
*)
Tim Peneliti berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, Nomor: 12/BPKIMI/BRS-BA/I/2015 Tanggal 05 Januari 2015, terdiri dari: Meuthia Busthan, Sulaiman Yahya, Dahlan Ali, Rio Junaidi, Idah Suridah, Ismail A, Yanuarso dan M. Rizki.
PENINGKATAN MUTU DAN UMUR SIMPAN MAKANAN TRADISIONAL TIMPHAN KHAS ACEH
ABSTRAK
Indonesia memiliki berbagi jenis makanan khas daerah. Keanekaan jenis makanan tersebut merupakan sumber daya yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan seiring dengan arah pembangunan nasional, khususnya di bidang pangan. Salah satu makanan tradisional yang popular di Aceh adalah timphan. Timphan adalah sejenis penganan basah yang diolah dengan bahan baku seperti tepung, santan serta pisang. Saat ini permintaan pasar terhadap timphan ini tidak saja dari masyarakat di Provinsi Aceh, tetapi sudah meluas hingga keluar daerah bahkan ke luar negeri seperti Malaysia. Namun pemasaran kue tradisional khas Aceh ini terkendala pada daya tahan atau umur simpan produk timphan yang hanya bertahan 1 hari. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan masa simpan dan memperoleh standard mutu proses dan produk timphan. Penelitian ini terbagi menjadi penelitian pendahuluan dan penelitian utama. pada penelitian pendahuluan didapatkan informasi empat formulasi resep dan bahan baku yang umum digunakan. Kemudian pada penelitian pendahuluan dilakukan kombinasi perlakuan jenis bahan pengisi (A1: labu; A2: pisang; A3: control) dan lama penyimpanan (B1: 1 hari; B2: 2 hari; B3: 3 hari). Hasil penelitian secara organoleptik dan kondisi penyimpanan menunjukkan bahwa timphan dengan isi labu memiliki warna yang lebih cerah dan tahan hingga 2 hari di suhu ruang dibandingkan produk lain. Selanjutnya penelitian utama dengan faktor perlakuan penambahan variasi labu dengan taraf 1:0,25 (A1) 1: 0,50 (A2) dan 1:0,75 (A3). Hal ini dilakukan karena penambahan 1:1 tepung ketan dan bahan pengisi menghasilkan timphan dengan tekstur yang lebih keras. Selanjutya variasi jenis kemasan sekunder digunakan sebagai faktor perlakuan dimana B1 adalah plastic transaparan dan B2 plastik multi layer sebagai pengemas vakum. Penelitian utama ini bertujuan untuk menguji daya simpan produk tersebut berdasarkan jenis kemasan sekunder dan konsentrasi penambahan labu untuk mengetahui masa simpan produk pada suhu ruang selama 1 hingga 3 hari. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa penggunaan labu hingga 0,75% dan disimpan dengan plastic multi layer sebagai kemasan sekunder menghasilkan timphan kualitas terbaik secara organoleptik hingga 2x24 jam hari penyimpanan di suhu ruang. Aroma dan tekstur timphan sangat dipengaruhi oleh jenis kemasan sekunder yang digunakan. Kemasan multi layer terlihat ebih dapat memperpanjang kualitas dan masa simpan timphan. Hal ini dikarenakan kemasan multi layer lebih dapat menahan kontak timphan dengan udara sehingga reaksi oksidasi dapat dihindari dan ketengikan timphan dapat ditunda selama 1 hari.
Kata kunci: Limbah, nilam, pupuk, organik
*)
Tim Peneliti berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh, Nomor: 12/BPKIMI/BRS-BA/I/2015 Tanggal 05 Januari 2015, terdiri dari: Nurlaila, Dian Hasni, Faridah HS, Aditya Darajat, Nina Afrianti, Faridah Andriani, M. Dahlan dan Agus.