TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA II DOSEN PENGASUH MATA KULIAH : ZULFADLY SYARIF
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALASAND
Teknologi Produksi Tanamann Sayuran Usahatani Tanaman Sayuran Berdasarkan tujuannya, usahatani tanaman sayurann terbagi dalam
lima macam, yaitu:
1. Budidaya pekarangan :
Hasil panen digunakan untuk keperluan sendiri.
Aktivitas usaha dilakukan di sekitar rumah tinggal atau pekarangan.
Jenis dan jumlah tanaman tidak banyak dan
pemIliharaan kurang intensif.
Sayuran yang ditanam misalnya, lombok, tomat, kemangi dan lain-lain.
2. Budidaya sayuran komersial Hasil panen untuk dijual ke pasar. Aktivitas usaha dilakukan pada sebidang tanah yang
cukup luas. Jenis dan jumlah tanaman lebih banyak dibandingkan dengan budidaya pekarangan. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara intensif
dengan mempertimbangkan biaya produksi dan perkiraan pendapatan.
3. Budidaya agribisnis Usahatani ini sama dengan budidaya sayuran
komersial; perbedaannya hanya dalam luas skala usaha dan
transportasi. Aktivitas usaha dilakukan di tempat yang jauh dari
pasar, sehingga memerlukan unit pengangkutan yang cukup besar. Perhitungan biaya produksi lebih kompleks, karena jenis pekerjaan lebih bervariasi.
4 Budidaya sayuran olahan atau agroindustri
Hasil panen akan diolah lebih lanjut, misalnya
diawetkan dalam kaleng. Areal usahatani ini sangat luas dengan menggunakan peralatan mesin pertanian yang canggih. Akhir-akhir ini jenis usaha semacam ini di Indonesia sangat menarik perhatian. Oleh karena memerlukan lahan skala luas, karena itu banyak dilakukan di luar Jawa.
Beberapa aktivitas usaha yang dilakukan dalam pengolahan hasil ini antara lain: a. Pengalengan: hasil panen dikalengkan dengan
menggunakan bahan pengawet agar tahan lama serta warna produk masih tetap segar seperti semula. b. Pembekuan: hasil panen diawetkan dengan perlakuan
suhu rendah di bawah nol. c. Dehidrasi: hasil panen diisap kadar airnya melalui
pengeringan atau cara lain sebelum disimpan.
II. ASAL-USUL DAN PENYEBARAN
KENTANG A. Daerah Asal Dan Penyebaran Data pada saat bangsa Spanyol datang di benua Amerika Selatan dan data arkeologis menunjukkan bahwa tanaman kentang telah lama dibudidayakan di bagian benua tersebut.
Terdapatnya banyak kentang liar di bagian benua ini
terutama di daerah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia makin memperkuat dugaan bahwa tanaman kentang berasal dari Amerika Selatan. Walaupun macam-macam species-species kentang liar. juga terdapat di Mexico dan negara-negara Amerika Tengah lainnya, namun speciesspecies ini tidak mengalami pembudidayaan dan dibawa oleh bangsa Spanyol ke daerah ini pada waktu menduduki benua Amerika bagian tengah tersebut (Hawkes, 1978).
Dalam sejarah penyebaran dari daerah
asalnya, mula-mula kentang diintroduksikan ke benua Eropa melalui Spanyol pada tahun 1570 (Salaman, 1937 cit. Hawkes, 1978), tetapi menurut Lorth (1952 cit. Burton, 1966) kentang didatangkan ke Spanyol pada tahun 1534 dan dibudidayakan di pegunungan Andalusia.
Selain melalui Spanyol kentang juga masuk
benua Eropa melalui Inggris yang terjadi kirakira pada akhir abad ke-16, sedangkan penyebarannya ke benua Amerika bagian Utara terjadi kira-kira pada awal abad ke-17 melalui Bermuda.
Saat masuknya kentang ke Indonesia tidak diketahui secara
pasti, tecapi pada tahun 1794 kentang ditemukan telah ditanam di sekitar Cisarua (Cimahi, Bandung) dan pada tahun 1811 kentang telah tersebar luas di Indonesia terutama di daerahdaerah pegunungan di Aceh, tanah Karo, Padang, Bengkulu, Sumatra Selatan, Minahasa, Bali dan Flores. Di Jawa daerah-daerah pertanaman kentang berpusat di
Pangalengan, Lembang, dan Pacet (Jawa Barat), Wonosobo dan Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu dan Tengger (Jawa Timur ).
5. Budidaya rumah kaca Usahatani yang dilakukan di ruang terkontrol,
misalnya di dalam rumah kaca. Tujuannya untuk memproduksi sayuran di luar
musimnya. Usahatani semacam ini biaya mahal namun prospeknya sangat baik karena dapat menyuplai
pasar setiap saat dengan kualitas produk lebih tinggi.
Nilai Gizi Tanaman Sayuran
Tanaman sayuran mengandung nilai gizi
tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Gizi sayuran meningkatkan daya cerna metabolisme serta menimbulkan daya tahan terhadap gangguan penyakit atau kelemahan jasmani lainnya. Di beberapa negara produk sayuran juga dimanfaatkan sebagai substitusi bahan pangan pada saat terjadi paceklik.
Pada Tabel 7 disajikan nilai gizi sayuran
dibandingkan dengan bahan pangan lainnya. Kandungan gizi sayuran berbeda-beda
tergantung jenisnya, selain itu daur hidup, produktivitas dan manfaatnya serta nilai ekonomisnya juga beragam. Keragaman ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel. Komposisi Gizi Sayuran Dibandingkan dengan Tanaman Pangan dan Palawija (Setiap 100 g Bahan) Jenis Bahan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Jagung
88
362
9,5
1,5
12
2,5
0,00
0,35
0,13
2,0
0,00
Beras
88
354
8,0
0,5
10
2,0
0,00
0,25
0,05
2,0
0,08
Ketela pohon
40
153
0,7
1,0
25
1,0
0,00
0,07
0,03
0,7
30,00
Ketela rambat
30
114
1,5
1,0-
25
1,0
0,06
0,10
0,04
0,7
30,00
Ketela tanah
55
332
15,0
1,5
30
1,5
0,00
0,50
0,10
10,0
10,00
Cowpea
90
340
22,0
4,0
90
5,0
0,01
0,90
0,15
2,0
0,00
Sayuran daun
15
48
5,0
1,5
250
4,0
1,80
0,10
0,30
1,50
100,00
Tomat
6
20
1,0
0,6
5
0,4
0,15
0,06
0,04
0,70
25,00
Okra
10
33
2,0
1,0
70
1,0
0,09
0,10
0,10
1,00
25,00
Polong hijau
10
34
2,0
1,0
50
1,4
0,12
0,08
0,12
0,50
20,00
2.530
4,6
-
500
9,0
1,50
1,00
1,50
17,00
30,00
Kebutuhan per hari:
Keterangan : A : berat kering (g), B: energi (Kcal), C: protein (g), D: serat (g), E: kalsium, F: besi (mg), G: karoten (mg), H: tiamin (mg), I: riboflavin (mg), J: niasin (mg), K: vit. C (mg). Sumber : Grubben, 1977
Kebutuhan sayuran bagi orang Indonesia per
kapita per hari berdasarkan Workshop on Food tahun 1968 adalah 150 g/hari. Sepertiga di antaranya berasal dari sayuran daun. Sedangkan konsumsi rata-rata penduduk Asia, termasuk Indonesia baru mencapai 100 g/hari, -- kebutuhan sayuran keluarga berdasarkan data tersebut masih baru mencapai 66%.
Dalam mengusahakan budidaya tanaman
sayuran hendaknya diperhatikan aspek tanah, pengolahan tanah, penanaman biji sayuran, dan pengendalian hama.
Tabel 8. Daur Hidup, Potensi dan Nilai Ekonomis Beberapa Sayuran Hasil (ton/ha) Jenis
kotor
bersih*
Tomat Terung manis Okra Timun Semangka Bayam Kangkung Selada Kubis Daun singkong Asparagus Buncis **'Kecambah' B. bombai Wortel
45 25 30 15 50 40 30 80 20 40 60 7 9 2,5 40 20
42,3 24,0 26,1 13,5 40,0 25,2 18,0 57,6 14,8 34,0 52,2 6,2 5,1 20,9 38,4 16,6
ANV
ANV/M2
2,39 2,14 6,61 3,21 1,69 0,90 11,32 7,57 5,35 3,52 16,67 3,74 4,88 2,94 2,05 6,48
101 51 173 43 68 23 204 436 79 120 870 23 25 61,5 78,7 107,6
Lama Tumbuh ANV/M2/hari (hari)
160 200 130 90 150 120 50 270 50 90 270 150 210 110 150 90
0,63 0,27 : 1,33 0,48 0,45 0,19 4,08 1,61 1,58 1,33 3,22 0,15 0,12 0,56 0,52 1,20
* Bersih: bagian yang dimakan (edible part). Nilai gizi, ANV (average nutrient values): Untuk 100 g x editable part (t/ha) = ANV total per m2. ** 1 kg kacang hijau kering menghasilkan 9 kg kecambah. ; ANV = g protein/5 + g serat + mg Ca/100 +mg Caroten + mg vit. C/40 ** ; Bila bahan dimakan mentah, vit C dihitung: mg vit. C/20 ; Bila kandungan asam oksalat tinggi maka Ca dihitung: mg Ca/200. Sumber: Grubben, 1977.
Tanah
Tanah yang ideal untuk usahatani sayuran adalah tanah
yang subur, solum dalam, drainase baik (porositas baik) serta tinggi kandungan bahan organiknya. Jenis tanah bukan merupakan hal yang penting
dibandingkan dengan struktur dan kesuburan tanah. Struktur ataupun kesuburan lahan dapat ditingkatkan,
misalnya, dengan pemberian bahan organik dan pupuk buatan yang memadai.
Kondisi lapisan kedalaman tanah (subsoil) besar peranannya terhadap
perkembangan perakaran tanaman. Lapisan tanah cadas atau yang kedap air misalnya, dapat menghalangi pertumbuhan akar tanaman sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kandungan bahan organik tanah cukup beragam. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 20-65% disebut
tanah gemuk (muck), di atas 65% adalah tanah gambut (peat soil). Pada umumnya lahan pertanian yang selalu diolah mengandung
bahan organik kurang dari 20%.
Pengolahan Tanah
Tanaman sayuran menghendaki tanah dengan solum
dalam. Apabila solum tanah dangkal, perlu dicangkul atau dibajak. Dengan pembalikan tanah melalui bajak atau cangkul
berarti terjadi pertukaran/penambahan udara ke dalam tanah. Pembalikan lahan yang serampangan dapat merusak lahan.
Dengan pengolahan tanah yang baik,
pertumbuhan akar dan mikroorganisme di dalam tanah menjadi semakin baik pula. Pemberian bahan organik berupa pupuk
kandang, pupuk hijau atau kompos sebaiknya dilakukan pada saat pengolahan tanah. Bahan organik tersebut dicampur merata
dengan tanah.
Kesuburan lahan alami ditentukan oleh beberapa faktor,
termasuk bahan induk, umur tanah, iklim, topografi, dan jenis vegetasinya. Lahan yang belum pernah diusik (belukar) mempunyai
nilai kesuburan tinggi. Sebaliknya, lahan yang selalu diolah unsur haranya terus
berkurang. Unsur hara tersebut beralih wujud menjadi tubuh
tanaman, hilang tercuci serta terbuang karena panen atau sisa-sisa lain yang terambil saat panen.
Jumlah unsur hara yang terangkut dari dalam tanah
beragam, tergantung jenis tanaman dan hasil panennya. Pada Tabel 9 diperlihatkan hara tanaman yang
diangkut dari dalam tanah. Tanaman sayuran termasuk komoditas yang
mengkonsumsi hara tanah cukup tinggi.
Panen tanaman sayuran frekuensinya lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman yang lain. Dengan demikian, unsur hara yang terangkut
pun lebih banyak. Karenanya, pemberian pupuk baik organik
maupun anorganik sangat perlu.
Tabel 9. Unsur Hara yang Terangkut dari Dalam Tanah saat PanenSumber: Splittstoesser, 1984. Jenis sayuran
Unsur yang terangkut l(kg/40 rrO) N P2O5 0.23 0.05
K2o 0.09
40,8
0,14
0,05
0.14
204.3
0.64
0.14
0.59
Wortel
263.3
0.64
0.27
1.54
Kol bunga
190,7
0,64
0,23
0,50
Jagung manis
61,3
0,27
0,04
0,09
Timun
195
20
23 0
09 0
TerunB ,
118,1
0,23
0,09
0.50
Selada.
122.6
0.41
0.50
0.23
Melon
68,1
0,14
0,05
0,27
B. bombai
204,3
0,45
0,02
0,23
0,05
108,9
0,27
0,23
Kentang
186,1
0,64
0,27
0,91
Waluh
263,3 0,27
0,63
0,27
1,77
Lobak
40,9 0,18
0,40
0,18
0,32
186
10
64 0
27 0
102
20
09 0
03 0
Asparagus Buncis, k.tunggak dl. Kubis
Lombok
Tomat Semangka
Hasil (kg/40 m2) 40,8
Unsur hara yang terkandung dalam bahan organik
asal pupuk kandang relatif rendah. Sekalipun demikian, manfaat pupuk organik, ini sangat besar. Misalnya meningkatkan nilai tukar kation (CEC),
kelembapan tanah (daya ikat air), memperbaiki aerasi tanah dan sebagainya.
Setiap bahan organik dari hewan berbeda
kandungan mineralnya, selain ditentukan oleh jenis hewan, umur, juga oleh mutu pakan yang diberikan.
5. Budidaya rumah kaca Usahatani yang dilakukan di ruang terkontrol,
misalnya di dalam rumah kaca. Tujuannya untuk memproduksi sayuran di luar
musimnya. Usahatani semacam ini biaya mahal namun prospeknya sangat baik karena dapat menyuplai
pasar setiap saat dengan kualitas produk lebih tinggi.
Nilai Gizi Tanaman Sayuran
Tanaman sayuran mengandung nilai gizi
tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Gizi sayuran meningkatkan daya cerna metabolisme serta menimbulkan daya tahan terhadap gangguan penyakit atau kelemahan jasmani lainnya. Di beberapa negara produk sayuran juga dimanfaatkan sebagai substitusi bahan pangan pada saat terjadi paceklik.
Pada Tabel 7 disajikan nilai gizi sayuran
dibandingkan dengan bahan pangan lainnya. Kandungan gizi sayuran berbeda-beda
tergantung jenisnya, selain itu daur hidup, produktivitas dan manfaatnya serta nilai ekonomisnya juga beragam. Keragaman ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel. Komposisi Gizi Sayuran Dibandingkan dengan Tanaman Pangan dan Palawija (Setiap 100 g Bahan) Jenis Bahan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Jagung
88
362
9,5
1,5
12
2,5
0,00
0,35
0,13
2,0
0,00
Beras
88
354
8,0
0,5
10
2,0
0,00
0,25
0,05
2,0
0,08
Ketela pohon
40
153
0,7
1,0
25
1,0
0,00
0,07
0,03
0,7
30,00
Ketela rambat
30
114
1,5
1,0-
25
1,0
0,06
0,10
0,04
0,7
30,00
Ketela tanah
55
332
15,0
1,5
30
1,5
0,00
0,50
0,10
10,0
10,00
Cowpea
90
340
22,0
4,0
90
5,0
0,01
0,90
0,15
2,0
0,00
Sayuran daun
15
48
5,0
1,5
250
4,0
1,80
0,10
0,30
1,50
100,00
Tomat
6
20
1,0
0,6
5
0,4
0,15
0,06
0,04
0,70
25,00
Okra
10
33
2,0
1,0
70
1,0
0,09
0,10
0,10
1,00
25,00
Polong hijau
10
34
2,0
1,0
50
1,4
0,12
0,08
0,12
0,50
20,00
2.530
4,6
-
500
9,0
1,50
1,00
1,50
17,00
30,00
Kebutuhan per hari:
Keterangan : A : berat kering (g), B: energi (Kcal), C: protein (g), D: serat (g), E: kalsium, F: besi (mg), G: karoten (mg), H: tiamin (mg), I: riboflavin (mg), J: niasin (mg), K: vit. C (mg). Sumber : Grubben, 1977
Kebutuhan sayuran bagi orang Indonesia per
kapita per hari berdasarkan Workshop on Food tahun 1968 adalah 150 g/hari. Sepertiga di antaranya berasal dari sayuran daun. Sedangkan konsumsi rata-rata penduduk Asia, termasuk Indonesia baru mencapai 100 g/hari, -- kebutuhan sayuran keluarga berdasarkan data tersebut masih baru mencapai 66%.
Dalam mengusahakan budidaya tanaman
sayuran hendaknya diperhatikan aspek tanah, pengolahan tanah, penanaman biji sayuran, dan pengendalian hama.
Tabel 8. Daur Hidup, Potensi dan Nilai Ekonomis Beberapa Sayuran Hasil (ton/ha) Jenis
kotor
bersih*
Tomat Terung manis Okra Timun Semangka Bayam Kangkung Selada Kubis Daun singkong Asparagus Buncis **'Kecambah' B. bombai Wortel
45 25 30 15 50 40 30 80 20 40 60 7 9 2,5 40 20
42,3 24,0 26,1 13,5 40,0 25,2 18,0 57,6 14,8 34,0 52,2 6,2 5,1 20,9 38,4 16,6
ANV
ANV/M2
2,39 2,14 6,61 3,21 1,69 0,90 11,32 7,57 5,35 3,52 16,67 3,74 4,88 2,94 2,05 6,48
101 51 173 43 68 23 204 436 79 120 870 23 25 61,5 78,7 107,6
Lama Tumbuh ANV/M2/hari (hari)
160 200 130 90 150 120 50 270 50 90 270 150 210 110 150 90
0,63 0,27 : 1,33 0,48 0,45 0,19 4,08 1,61 1,58 1,33 3,22 0,15 0,12 0,56 0,52 1,20
* Bersih: bagian yang dimakan (edible part). Nilai gizi, ANV (average nutrient values): Untuk 100 g x editable part (t/ha) = ANV total per m2. ** 1 kg kacang hijau kering menghasilkan 9 kg kecambah. ; ANV = g protein/5 + g serat + mg Ca/100 +mg Caroten + mg vit. C/40 ** ; Bila bahan dimakan mentah, vit C dihitung: mg vit. C/20 ; Bila kandungan asam oksalat tinggi maka Ca dihitung: mg Ca/200. Sumber: Grubben, 1977.
Tanah
Tanah yang ideal untuk usahatani sayuran adalah tanah
yang subur, solum dalam, drainase baik (porositas baik) serta tinggi kandungan bahan organiknya. Jenis tanah bukan merupakan hal yang penting
dibandingkan dengan struktur dan kesuburan tanah. Struktur ataupun kesuburan lahan dapat ditingkatkan,
misalnya, dengan pemberian bahan organik dan pupuk buatan yang memadai.
Kondisi lapisan kedalaman tanah (subsoil) besar peranannya terhadap
perkembangan perakaran tanaman. Lapisan tanah cadas atau yang kedap air misalnya, dapat menghalangi pertumbuhan akar tanaman sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kandungan bahan organik tanah cukup beragam. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 20-65% disebut
tanah gemuk (muck), di atas 65% adalah tanah gambut (peat soil). Pada umumnya lahan pertanian yang selalu diolah mengandung
bahan organik kurang dari 20%.
Pengolahan Tanah
Tanaman sayuran menghendaki tanah dengan solum
dalam. Apabila solum tanah dangkal, perlu dicangkul atau dibajak. Dengan pembalikan tanah melalui bajak atau cangkul
berarti terjadi pertukaran/penambahan udara ke dalam tanah. Pembalikan lahan yang serampangan dapat merusak lahan.
Dengan pengolahan tanah yang baik,
pertumbuhan akar dan mikroorganisme di dalam tanah menjadi semakin baik pula. Pemberian bahan organik berupa pupuk
kandang, pupuk hijau atau kompos sebaiknya dilakukan pada saat pengolahan tanah. Bahan organik tersebut dicampur merata
dengan tanah.
Kesuburan lahan alami ditentukan oleh beberapa faktor,
termasuk bahan induk, umur tanah, iklim, topografi, dan jenis vegetasinya. Lahan yang belum pernah diusik (belukar) mempunyai
nilai kesuburan tinggi. Sebaliknya, lahan yang selalu diolah unsur haranya terus
berkurang. Unsur hara tersebut beralih wujud menjadi tubuh
tanaman, hilang tercuci serta terbuang karena panen atau sisa-sisa lain yang terambil saat panen.
Jumlah unsur hara yang terangkut dari dalam tanah
beragam, tergantung jenis tanaman dan hasil panennya. Pada Tabel 9 diperlihatkan hara tanaman yang
diangkut dari dalam tanah. Tanaman sayuran termasuk komoditas yang
mengkonsumsi hara tanah cukup tinggi.
Panen tanaman sayuran frekuensinya lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman yang lain. Dengan demikian, unsur hara yang terangkut
pun lebih banyak. Karenanya, pemberian pupuk baik organik
maupun anorganik sangat perlu.
Tabel 9. Unsur Hara yang Terangkut dari Dalam Tanah saat PanenSumber: Splittstoesser, 1984. Jenis sayuran
Unsur yang terangkut l(kg/40 rrO) N P2O5 0.23 0.05
K2o 0.09
40,8
0,14
0,05
0.14
204.3
0.64
0.14
0.59
Wortel
263.3
0.64
0.27
1.54
Kol bunga
190,7
0,64
0,23
0,50
Jagung manis
61,3
0,27
0,04
0,09
Timun
195
20
23 0
09 0
TerunB ,
118,1
0,23
0,09
0.50
Selada.
122.6
0.41
0.50
0.23
Melon
68,1
0,14
0,05
0,27
B. bombai
204,3
0,45
0,02
0,23
0,05
108,9
0,27
0,23
Kentang
186,1
0,64
0,27
0,91
Waluh
263,3 0,27
0,63
0,27
1,77
Lobak
40,9 0,18
0,40
0,18
0,32
186
10
64 0
27 0
102
20
09 0
03 0
Asparagus Buncis, k.tunggak dl. Kubis
Lombok
Tomat Semangka
Hasil (kg/40 m2) 40,8
Unsur hara yang terkandung dalam bahan organik
asal pupuk kandang relatif rendah. Sekalipun demikian, manfaat pupuk organik, ini sangat besar. Misalnya meningkatkan nilai tukar kation (CEC),
kelembapan tanah (daya ikat air), memperbaiki aerasi tanah dan sebagainya.
Setiap bahan organik dari hewan berbeda
kandungan mineralnya, selain ditentukan oleh jenis hewan, umur, juga oleh mutu pakan yang diberikan.
Gambar;; Foto Gambar Foto;; Pertanaman kentang di dataran medium dalam “sistem tumpangsati kentang / jagung dan ditopang dengan turus” di Nangrak sukabumi jawa barat
Gambar; Foto Pertanaman kentang di Gambar; dataran medium dalam “sistem tumpangsati kentang / jagung dan ditopang dengan turus” di Nangrak Sukabumi Jawa Barat (Umur kentang 55 hari dan jagung umur 48 hari)
Tanaman contoh : dicabut pada umur 35 hari
Tanaman kentang dala keadaan sakit “Layu Bakteri” P.Solanacearum
Gambar :Foto Potongan Umbi Kentang (A= sehat, B=terjangkit bakteri Xantomonas s.)
bakteri Xantomonas s.)
Gambar :Foto Umbi Kentang terjangkit bakteri Xantomonas s.)
Interaksi bakteri Pseudomonas solanacearum dengan akar tanaman kentang
EKOLOGI DAN MORFOLOGI TANAMAN KENTANG Ekologi 1.
Iklim
Indonesia berada di garis katulistiwa maka panjang hari dan intensitas cahaya hampir sama sepanjang tahun.
Perbedaan antara dataran medium dan dataran rendah dengan dataran tinggi, itupun relatif kecil kalau dibandingkan dengan perbedaan panjang hari pada musim panas dan musim dingin di daerah suptropis (beriklim dingin).
Indonesia yang oleh hasil studi FAO (1982) dinyatakan sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim non-tradisional bagi pertumbuhan kentang.
Ciri-ciri daerah penanaman kentang di daerah-daerah non tradisional ini yaitu : 1)
daerah-daerah tropis berhawa panas dengan ketinggian sampai 1000 meter dari permukaan laut
2)
panjang hari mendekati 12 jam,
3)
suhu minimum malam hari antara 19-20 0C dan suhu maksimum siang 40 0C
4)
mempunyai dua musim yairu musim hujan yang lebat dan musim kemarau. Curah hujan mencapai 1500–5000 mm dengan pola curah hujan yang terus menerus atau terputus.
5)
Daerah-daerah yang beriklim tradisinal untuk produksi kentang baik daerah tropik maupun daerah subtropik adalah: (1) daerah tropik berhawa dingin dengan suhu rata-rata harian selama pertumbuhan antara 10 - 150 C, (2) daerah subtropik berhawa sedang/panas dengan suhu rata-rata harian antara 15 - 200 C dan hujan dimusim panas (summer), (3) daerah subtropik berhawa sedang dengan suhu rata - rata harian antara 15 - 200 C dan hujan di musim panas, (4) daerah subtropik berhawa dingin dengan hujan di musim panas dan suhu rata-rata harian 10-150 C, dan (5) derah subtropik berhawa dingin dengan hujan di musim dingin (winter) dan suhu rata-rata harian antara 10-200 C.
Kentang tumbuh baik di daerah dengan suhu udara dingin Faktor-faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil kentang adalah suhu, panjang hari, kelembaban (air), dan tanah. Apabila kentang ditanam di dataran medium, faktor lingkungan
yang sangat mempengaruhi adalah suhu dan kelembaban Menurut Smith (1977) faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) lingkungan udara (suhu, intensitas penyinaran, panjang hari), (2) kondisi fisika tanah dan pasokan hara. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang.
suhu yang dibutuhkan tanaman kentang dalam
pembentuk-an umbi agar berlansung dengan baik di dataran tinggi rata-rata suhu 25 0C siang dan 17 0C malam, kisaran suhu tersebut sangat sulit untuk dapat
dicapai di dataran medium karena suhu siang dapat mencapai 35 0C dan suhu malam 25 0C.
Menurut Wattimena et al. (1991), untuk pembentukan
umbi, kentang memerlukan suhu udara dan suhu tanah yang dingin, yairu 100 sampai 20 0C. Suhu malam yang dingin dan perbedaan suhu siang dan malam yang besar sangat menguntungkan dalam proses pengisian umbi kentang. (Burton, 1981; Ewing, 1981). Hasil tertinggi tanaman
kentang diperoleh pada suhu antara 150 sampai 20 0C Pengaruh suhu terhadap perkembangan umbi kentang
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengaruh suhu terhadap perkembangan umbi kentang (Edmond et al., 1967).
Menurut Slater (1963), di daerah dataran tinggi
tropis pembentukan umbi terjadi dengan baik pada suhu siang 25 0C dan suhu malam 17 0C atau lebih rendah. Suhu malam yang rendah lebih
menguntungkan bagi tanaman kentang.
Berdasarkan hasil penelitian Adisarwanto (1990),
peningkat-an suhu sebesar 2 oC (dari 31 ke 33 0C) di daerah tropika (dengan mengabaikan faktor lingkungan lainnya) mampu menekan hasil sebesar 77%. Simpulan : pengaruh suhu tinggi besar sekali terhadap
hasil. Menurut Thompson dan Kelly (1979), tanaman kentang
juga dapat berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah tropika yang bersuhu 220 sampai 30 0C.
bukan suhu rata-rata saja yang penting, suhu
minimum dan maksimum pun penting. Daerah dengan suhu maksimum 30 0C dan suhu
minimum 15 0C lebih baik untuk pertumbuhan tanaman kentang daripada daerah dengan suhu yang relatif konstan, yaitu rata-rata 240C.
Menurut Smith (1977), untuk pembentukan umbi
kentang, diperlukan suhu siang 17.70 sampai 23.7 0C dan
suhu malam 6.10 sampai 12.2 0C.
untuk pertumbuhan umbi, suhu malam lebih
penting dibandingkan dengan suhu siang. Jumlah umbi akan menurun dengan
meningkatnya suhu malam.
Dengan suhu tinggi, terutama pada malam hari, bagian tanaman di atas tanah lebih banyak tumbuh daripada bagian di dalam tanah. Tanaman lebih banyak menghasilkan daun baru, cabang, dan bunga. Stolon akan muncul pada permukaan tanah, membentuk batang dan daun, sehingga jumlah umbi hanya sedikit. Sebaliknya, dengan suhu rendah, bagian tanaman di dalam tanah lebih banyak tumbuh daripada bagian tanaman di atas tanah sehingga lebih banyak menghasilkan umbi.
Suhu tanah juga berpengaruh terhadap
pembentukan umbi. Suhu tanah yang baik untuk pertumbuhan umbi
adalah 14.90 sampai 17.7 0C (Smith,1977; Ng dan Loomis, 1984). Laju pertumbuhan umbi yang masih melekat pada
tanman, apabila diperlakukan dengan suhu 30 0C selama 6 hari, akan turun dalam jangka waktu 3 sampai 5 hari dan akhirnya umbi tidak tumbuh sama sekali.
Umbi tanaman yang ditanam pada suhu 20 0C ternyata dapat bertambah besar (Krauss dan Marschner, 1984). Pada suhu tanah 30 0C aktivitas beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme pati tertekan sehingga terjadi penurunan kadar pati dalam umbi yang secara langsung menghambat perubahan gula menjadi pati (Krauss dan Marschner, 1984). Dari penjelasan di atas, tampak adanya perbedaan yang berarti dalam distribusi karbohidrat ke umbi sebagai akibat suhu tinggi.
Suhu tanah berhubungan dengan proses
penyerapan unsur hara oleh akar, fotosintesis, dan respirasi. akumulasi bahan kering akan tertunda pada suhu
tanah yang lebih dari 24 0C dan akan sangat terganggu pada suhu tanah 33 0C karena jumlah karbohidrat yang dikonsumsi untuk respirasi melebihi yang diproduksi oleh fotosintesis.
suhu tanah yang rendah akan meningkatkan inisiasi
umbi. Dari percobaan Mildmore (1985), suhu tanah tidak
saja mempengaruhi hasil, tetapi juga mempengaruhi saat tumbuh, saat inisiasi, bentuk daun, jumlah daun, dan struktur percabangan. Suhu tanah siang dan malam atau suhu siang saja yang rendah mempercepat pertumbuhan tanaman, sedangkan suhu tanah siang dan malam yang tinggi menghambat tumbuhnya tanaman di atas tanah.
Suhu tanah siang hari lebih berpengaruh dibandingkan
dengan suhu tanah malam hari (Mildmore, 1985) karena perbedaan suhu siang akibat pemberian mulsa atau
naungan dalam percobaan tersebut lebih besar (sampai 10 0C )
daripada suhu malam dan pagi hari (sampai 4 0C).
Suhu tinggi siang hari (sampai 40 0C) menurunkan laju
pertumbuhan umbi, sedangkan suhu tinggi malam hari (sampai 26 0C) tidak berpengaruh.
Pengaruh suhu tanah tinggi terhadap bobot
kering umbi berhubungan erat dengan pertumbuhan vegetatif tanaman. Indeks panen tanaman yang tumbuh dengan
suhu tanah lebih tinggi selama pertumbuhannya rata-rata 10% lebih rendah dibandingkan dengan yang dengan suhu tanah yang lebih rendah (Mildmore, 1985).
Lama penyinaran dan intensitas penyinaran juga
berpengaruh terhadap proses pengumbian (Wattimena et al., 1991). Pertumbuhan dan perkembangan umbi kentang di daerah
tropika akan berlangsung baik apabila panjang hari relatif pendek dengan suhu dingin Oleh karena itu, umumnya tanaman kentang lebih baik
ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian 500 sampai 3000 m di atas permukaan laut dan terbaik pada ketinggian 1300 m di atas permukaan laut dengan RH 80% sampai 90%.
Jadi, dapat dikatakan secara ringkas bahwa
masalah pertumb. kentang dalam lingkungan bersuhu tinggi terletak pada pemben tukan klorofil, produksi bahan kering, dan proses pembentukan umbi. Selain suhu tanah, kelembaban tanah juga
sangat mempenga ruhi pembentukan umbi. Hambatan itu dapat diatasi dengan pemberian mulsa (Mildmore, 1985).
Penggunaan mulsa merupakan salahsatu cara untuk mengubah
iklim mikro yang dapat mempengaruhi perubahan-perubahan sifat fisika tanah dan pertumbuhan tanaman. Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh buruk seperti temperatur tanah dengan kisaran harian terlalu besar. Penggunaan mulsa, terutama pada tanah yang tidak diolah, dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara: (1) peningkatan stabilitas agregat dan pembentukan agregat, (2) perbaikan kapasitas infiltrasi tanah, (3) peningkatan dan stabilisasi kadar bahan organik dan N dalam tanah, (4) pemeliharaan kegemburan tanah, dan oleh karena itu, (5) dapat mempertahankan dan meningkatkan produksi tanaman
Penggunaan mulsa :
1)
akan mempengaruhi suhu tanah.
2)
mulsa akan mencegah radiasi langsung matahari. Suhu tanah maksimum di bawah mulsa rumput pada kedalaman 5 cm 10 C lebih rendah daripada tanpa mulsa,
3)
sedangkan suhu minimum 1.9 C lebih tinggi.
4)
Hal ini mengakibatkan kelembaban tanah di sekitar perakaran kentang tetap tinggi karena fungsi utama mulsa di daerah tropika yang mengalami musim kemarau dan musim penghujan adalah untuk mencegah radiasi langsung matahari yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman dengan perakaran pendek, terutama tanaman yang membentuk umbi di dalam tanah.
Di daerah-daerah agak landai dan berbukit-bukit, pemberian mulsa
dapat mencegah erosi permukaan yang disebabkan oleh angin atau air dan mencegah pencucian oleh air hujan. Mulsa dapat efektif untuk konservasi tanah sampai lereng sekitar 20 % Perbedaan suhu tanah siang dan malam sampai kedalaman 5 cm
mencapai 12 0C. Dengan pemulsaan, kisaran perubahan suhu tanah siang dan malam dapat ditekan menjadi 20 sampai 3 0C. Pemberian mulsa jerami padi 15 ton ha-1 dapat menurunkan suhu
tanah dari 31.20 sampai 19.7 0C menjadi 230 sampai 14.5 0C. Pemberiaan mulsa jerami padi pada tanaman bawang putih di
dataran tinggi memberikan hasil yang lebih baik dibanding-kan dengan pemberian mulsa plastik transparan ataupun plastik hitam
Kentang yang.dibudidayakan terdiri dari beberapa species atau hibrida species dan termasuk ke dalam famili Solanaceae, genus Solanum, Subgenus Pachystemonum, Seksi Tuberarium, Subseksi Hyperbasarthrum yang meliputi kirakira 150 species yang berumbi. Speciesnya dapat berupa species diploid (2n = 2 x = 24), triploid (2n = 3 x = 36), tetraploid (2n = 4 x = 48), pentaploid (2n = 5 x = 60) atau hexaploid (2n = 6 x = 72).
Namun sebagian besar kentang budidaya merupakan
kentang tetraploid (70010) dan 25°Io lagi merupakan kentang diploid dan triploid (Hawkes, 1944 cit. Burton 1966; Howard, 1969; Hooker, 1983). Kentang diploid banyak terdapat secara liar di Amerika Selatan yaitu di pegunungan Andes yang membentang dari daerah Venezuela sampai Bolivia. Dari kentang diploid ini yang paling luas penyebarartnya ialah Solanum stenotomum yang umbinya mempunyai periode dormansi tertentu, dan species ini dianggap sebagai asal dari kentang tipe Andigena. Species- lainnya ialah Solanum phureja, yang periode dormansi umbinya tidak tertentu (Dodds dan Paxma, 1962; Hooker 1983).
Pertumbuhan Tanaman Kentang Menurut Beukema dan van der Zaag (1979), pertumbuhan tanaman kentang dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu : (1) fase pertumbuhan tunas (preemergenceemergence), (2) fase pertumbuhan brangkasan (haulm growth),( (3) fase pertumbuhan umbi (tuber growth).
Pada fase pertumbuhan tunas (preemergence),
tunas dapat tumbuh, baik di dalam ruangan penyimpanan maupun di
lapangan, dengan atau tanpa cahaya matahari. Moorby dan Milthorpe (1975)
menyatakan bahwa setelah umbi
Umbi yang digunakan sebagai bibit adalah umbi yang telah keluar tunas sepanjang 1 cm. Tunas apikal yang telah tumbuh lebih dari 3 cm biasanya dibuang sebelum umbi ditanam untuk menghilangkan dominansi apikal dan memacu pertumbuhan tunas lateral agar pertumbuhan tanaman lebih seragam. Pembuangan tunas apikal tidak berpengaruh terhadap luas daun dan bahan kering tanaman, tetapi akan mempengaruhi saat munculnya tanaman di atas permukaan tanah (Allen, 1978).
Moorby dan Milthorpe (1975) menyatakan bahwa
setelah umbi mengakhiri masa dormansi, tunas mulai tumbuh. Laju pertumbuhan tunas bergantung pada suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi tunas tumbuh lebih cepat
sehingga tanaman tumbuh lebih awal di atas permukaan tanah. Jika kondisi tanah kering, umbi kehilangan bobot sehingga tunas tumbuh lebih lambat.
Pembuangan tunas apikal tidak berpengaruh terhadap luas
daun dan bahan kering tanaman, tetapi akan mempengaruhi saat munculnya tanaman di atas permukaan tanah (Allen, 1978). Tunas apikal akan tumbuh lebih awal yang selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan tunas lateral. Fase pertumbuhan brangkasan (haulm growth) dimulai sejak daun pertama terbuka di atas permukaan tanah sampai tercapai bobot kering maksimum. Sejak daun pertama terbuka, kegiatan fotosintesis dimulai sehingga peran umbi induk sebagai pemasok karbohidrat dalam pertumbuhan tanaman sedikit demi sedikit berkurang dan akhirnya tidak berfungsi sama sekali.