TEKNIK-TEKNIK PROPAGANDA DI TWITTER PASANGAN JOKOWI-AHOK DAN FOKE-NARA PADA PEMILUKADA DKI JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Ryan Rifqi Nugroho NIM: 109051000133 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2013
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 September 2013
Ryan Rifqi Nugroho
ABSTRAK Ryan Rifqi Nugroho (109051000133) Teknik-Teknik Propaganda Di New Media Tim Media Center Pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara Pada Pemilukada DKI Jakarta Pemilukada DKI Jakarta beberapa saat yang lalu berjalan sangat menarik. Tim media center kedua pasangan berjuang keras untuk memanfaatkan sektorsektor media mainstream dan new media (Facebook, Twitter, Blog) demi meraih vote getter. Tidak hanya kampanye yang dilakukan tetapi kedua Tim Media Center juga memainkan propaganda. Pertanyaan mayornya adalah bagaimana teknik-teknik propaganda yang dilakukan Tim Media Center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara di Twitter pada Pemilukada DKI putaran kedua? Kemudian minornya adalah bagaimana etika komunikasi dalam propaganda kedua pasangan di Twitter? Dan bagaimana kelebihan dan kekurangan implementasi teknik-teknik propaganda di Twitter pada Pemilukada DKI? Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian ini menggunakan studi kasus. Studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam, terhadap suatu organisasi, lembaga atau masyarakat mengenai gejala-gejala tertentu. Jenis studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik (intrinsic case study). Jenis ini ditempuh oleh peneliti yang ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu. Propaganda sangat identik dengan satu aktivitas komunikasi yang berupaya memanipulasi psikologis khalayak. Dalam politik, propaganda memainkan peran yang sangat penting karena merupakan satu di antara pendekatan persuasi politik selain periklanan dan retorika. New Media adalah teknologi komunikasi yang melibatkan komputer di dalamnya (baik mainframe, PC maupun notebook) yang memfasilitasi penggunanya untuk berinteraksi antar sesama pengguna ataupun dengan informasi yang diinginkannya. Twitter adalah layanan micro-blogging yang mendistribusikan potongan ukuran teks di beberapa platform, termasuk ponsel, instant messaging dan email. Dalam penelitian ini peneliti menemukan teknik-teknik propaganda yang dilancarkan kedua Tim Media Center masing-masing pasangan yakni name calling, glittering generalities, card stacking, band wagon, plain folks, dan testimonial melalui strategi yang telah mereka rencanakan. Berikutnya peneliti mengungkap beberapa teknik propaganda yang bertentangan dengan UU ITE dan hukum Islam. Terakhir, peneliti menemukan kelebihan dan kekurangan implementasi teknik propaganda di Twitter dari kedua pasangan. Kesuksesan Cagub-Cawagub dalam memenangkan Pemilukada tidak luput dari kinerja Tim Media Centernya. Penggunaan new media Twitter dalam aktivitas politik menjadi hal baru di Negara ini. Twitter juga menjadi media untuk melancarkan propaganda. Yang perlu diperhatikan oleh para stake holder politik bahwa penggunaan propaganda dalam new media harus sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia yakni Undang-undang dan juga sebagai muslim perlu memperhatikan syariat Islam sehingga atmosfir perpolitikan di Indonesia dapat berjalan secara sehat, jujur, dan tidak saling merugikan. Keyword: Pemilukada, DKI, Tim Media Center, Propaganda, New Media, Twitter i
KATA PENGANTAR
ابِسْــــــــــــــــــمِﷲِل َرّحْ َمنِااا َرّحِيم Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan, rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dan panutan kita semua umat Islam. Karya tulis ini patut penulis syukuri dan banggakan karena penulis berusaha menyajikan dengan sebaik-baiknya supaya karya tulis ini dapat berguna bagi dunia akademis. Namun, penulis juga menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki dalam karya tulis ini. Dalam proses penyusunan, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal L.K, M.A. 2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. ii
3. Bapak Zakaria, M.Ag selaku Penasehat Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada penulis untuk berdiskusi. 4. Bapak Dr. Gun Gun Heryanto M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta yang telah mewariskan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan. Semoga ilmu yang bapak ibu berikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat serta menjadi amal sholeh yang akan terus mengalir tanpa putus. 6. Kartika Djoemadi sebagai Ketua Jokowi Ahok Social Media Volunteer (JASMEV) dan Kahfi Siregar sebagai ketua Tim Media Center Foke-Nara. 7. Keluarga di Jogjakarta. Mama Eny Kushartuti yang selalu mensupport dan berdoa tanpa henti demi kesuksesan anak-anaknya. Mas Virghi Akbar Kurniawan, Adikku Melati Rahmaningtyas dan Ilham Sakti Darussalam. Harapan khusus untuk Papa Askur Susanto semoga disadarkan dan diberi jalan terbaik dalam menjalani kehidupan. 8. Desima Swakisari Kartika, wanita pemberi semangat yang telah setia menanti dan sangat sabar. 9. Keluarga HB Studio Harry Budiman, Irsan Ramadhianta beserta keluarga, Faisal Affandi, Suryanto, Marzuki, Deny Djatnika, Adhit Element, Mumu, Rusdi, dan Herman.
iii
10. Sahabat-sahabat KPI D 2009 Zidni, Rizky, Ari, Mahdi, Bayu, Reza F., Bintang, Tika, Tari, Fitri, Fajrin, Ririn, Yuli, Dina, Rina, Bowo, Eko, Noflim, Okta, Ana, Yudid, Zakiyah, Nofal, Fadli, Rijal, Ridwan, Rikza, Angga, Yusuf, M. Reza, dan Devi terima kasih atas segala dukungan dan perhatian yang luar biasa kepada penulis. 11. Kawan-kawan “KKN SERSAN” Klaten. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Jakarta, 13 September 2013
Ryan Rifqi Nugroho
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................. KATA PENGANTAR ................................................................................... ...... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR . ..........................................................................................
i ii v vii viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ D. Metodologi Penelitian .............................................................................. E. Tinjauan Pustaka . ..................................................................................... F. Sistematika Penulisan . .............................................................................
1 7 8 9 12 14
BAB II KERANGKA TEORI A. Konseptualisasi Propaganda .................................................................... 1. Pengertian Propaganda . ...................................................................... 2. Perbedaan Propaganda Dengan Kampanye ........................................ 3. Jenis-Jenis Propaganda . ...................................................................... 4. Teknik-Teknik Propaganda . ............................................................... 5. Prinsip Propaganda Melalui Media Massa . ........................................ B. Konseptualisasi New Media ..................................................................... 1. Pengertian New Media . ....................................................................... 2. Karakteristik New Media . .................................................................... 3. Kelebihan dan Kekurangan New Media . ............................................. 4. Web 1.0 dan 2.0 . .................................................................................. 5. Sosial Media . ....................................................................................... 6. Sosial Media dan Politik . ....................................................................
15 15 21 23 28 34 36 36 39 42 44 49 51
BAB III GAMBARAN TIM MEDIA CENTER JOKOWI-AHOK DAN FOKE-NARA A. Tim Media Center Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama . ............ 56 B. Tim Media Center Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli . ............................ 59 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Teknik-Teknik Propaganda dalam Pemilukada DKI Jakarta Putaran Kedua . ..................................................................................................... 61 B. Etika Komunikasi di New Media Twitter dalam propaganda Pemilukada DKI Putaran Kedua . ............................................................ 76 C. Kelebihan dan Kekurangan Implementasi Teknik Propaganda di Twitter dalam Pemilukada DKI Jakarta . ................................................. 81 v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................. 84 B. Saran ........................................................................................................ 88 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 91
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1: Perbedaan Kampanye Dengan Propaganda………………………………...21 Tabel 2: Perbedaan Antara Web 1.0 Dengan Web 2.0……………………………….49 Tabel 3: Interview Dengan Tim Media Center Masing-Masing Pasangan Mengenai Pengaruh Twitter……………………………………………………………73 Tabel 4: Interview Dengan Tim Media Center Masing-Masing Pasangan Mengenai Strategi di New Media………………………………………………………74 Tabel 5: Interview Dengan Tim Media Center Masing-Masing Pasangan Mengenai Time To Tweet di Twitter…………………………………………………...75 Tabel 6: Interview Dengan Tim Media Center Masing-Masing Pasangan Mengenai Twitter Account……………………………………………………………..76 Tabel 7: Komparasi Statement Tim Media Center Kedua Pasangan Terhadap Penggunaan New Media (Twitter)………………………………………….76
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Pengaruh Isu Sara Terhadap Pilihan Responden Hasil Survei Majalah TEMPO dan LSI Pada 3-7 September 2012 ...................... 2 Gambar 2 : Data PoliticaWave Tentang Social Media Monitoring Periode 19-25 Mei 2012 ................................................................................ 5 Gambar 3 : Contoh Teknik Propaganda Name Calling Tim Media Center Jokowi-Ahok.................................................................................... 61 Gambar 4 : Contoh Teknik Propaganda Glittering Generalities Tim Media Center Jokowi-Ahok ........................................................................ 62 Gambar 5 : Contoh Teknik Propaganda Card Stacking Tim Media Center Jokowi-Ahok.................................................................................... 63 Gambar 6 : Contoh Teknik Propaganda Plain Folks Tim Media Center Jokowi-Ahok.................................................................................... 64 Gambar 7 : Contoh Teknik Propaganda Band Wagon Tim Media Center Jokowi-Ahok.................................................................................... 65 Gambar 8 : Contoh Teknik Propaganda Testimonial Tim Media Center Jokowi-Ahok.................................................................................... 66 Gambar 9 : Contoh Teknik Propaganda Name Calling Tim Media Center Foke-Nara... ..................................................................................... 67 Gambar 10 : Contoh Teknik Propaganda Glittering Generalities Tim Media Center Foke Nara ............................................................................. 68 Gambar 11 : Contoh Teknik Propaganda Card Stacking Tim Media Center Foke-Nara ........................................................................................ 69 Gambar 12 : Contoh Teknik Propaganda Plain Folks Tim Media Center Foke-Nara ........................................................................................ 70 Gambar 13 : Contoh Teknik Propaganda Band Wagon Tim Media Center Foke-Nara ........................................................................................ 71 Gambar 14 : Contoh Teknik Propaganda Testimonial Tim Media Center Foke Nara .................................................................................................. 72
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua telah berlangsung beberapa saat yang lalu dan terpilihlah pemimpin yang baru. Tidak bisa dimungkiri bahwa Pemilukada kemarin berjalan sangat menarik dan persaingan kedua pasangan cagub-cawagub begitu ketat. Tim sukses maupun tim media center dari masing-masing pasangan berjuang keras untuk memanfaatkan sektor-sektor media mainstream (televisi, radio, surat kabar) dan new media (Facebook, Twitter, Blog) demi meraih vote getter. Kalau melihat dan mendengar gayagaya kampanye di media mainstream untuk meraih suara tentunya kita sudah biasa. Yang jarang dan mungkin belum kita ketahui yaitu mengenai propaganda yang terdapat di new media (Twitter). Seperti contoh permasalahan banjir dan macet. Di Twitter, tim media center dari JokowiAhok mengklaim bahwa dua hal tersebut menjadi masalah yang belum terselesaikan. Tidak setuju dengan pendapat tersebut tim media center FokeNara segera melakukan counter dengan mengatakan bahwa banjir dan macet sudah berkurang. Pertarungan tersebut merupakan pertarungan propaganda bandwagon dan masih banyak lagi propaganda yang terdapat di Twitter saat pemilukada DKI kemarin. Masih terekam dimemori kita saat seorang “Raja Dangdut” Tanah Air Rhoma Irama menghimbau agar masyarakat jangan memilih pemimpin yang 1
2
kafir. Pernyataan ini beliau ucapkan di tengah forum atau majelis yang hadir pula Fauzi Bowo kala itu. Di satu sisi ini merupakan dukungan terhadap pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli, di sisi lain ini adalah serangan terhadap pasangan Jokowi – Ahok. Pernyataan Rhoma Irama mengandung dua teknik propaganda sekaligus yakni name calling dan testimonial. Gambar 1 Pengaruh Isu Sara Terhadap Pilihan Responden Hasil Survei Majalah TEMPO dan LSI Pada 3-7 September 20121
Propaganda adalah suatu kegiatan komunikasi yang erat kaitannya dengan persuasi. Lasswell melihat propaganda membawa masyarakat dalam
1
http://politik.kompasiana.com/2012/09/24/siapa-bilang-sara-tidak-berpengaruh-dipilkada-dki-jakarta-495988.html diakses pada 12 Maret 2013.
3
situasi kebingungan, ragu-ragu, dan terpaku pada sesuatu yang licik yang tampaknya menipu dan menjatuhkan mereka.2 Propaganda sekarang merupakan bagian politik rutin yang normal dan dapat diterima, dan tidak hanya terbatas pada pesan-pesan yang dibuat selama perayaan politik, kampanye, krisis, atau perang. Tujuan propaganda adalah membelenggu rakyat dengan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan.3 Mengawali masa kampanye, di beberapa daerah bermunculan black propaganda atau propaganda gelap, baik melalui aneka selebaran gelap, layanan singkat (SMS), e-mail dan berbagai diskusi dalam komunitas tertentu untuk menjatuhkan dan menyudutkan pasangan calon kepala daerah. Black propaganda dalam literatur politik, terutama dalam komunikasi politik sebenarnya adalah sesuatu yang baru.4 Media baru disebut-sebut sebagai “second media age”, dimana media tradisional seperti radio, koran, dan televisi telah banyak ditinggalkan oleh khalayak. Internet sebagai media baru yang dioperasikan dengan seperangkat alat komputer berjaringan merupakan tonggak dari perkembangan teknologi interaksi global di akhir dekade abad ke-20.5
2
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 332. 3 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, cet-1, h. 112. 4 Agust Riewanto, Ensiklopedi Pemilu: Analisis Kritis Instropektif Pemilu 2004 Menuju Agenda Pemilu 2009, (Yogyakarta: Lembaga Studi Agama & Budaya dan Fajar Pustaka, 2007) cet ke-1, h.217. 5 Rulli Nasrullah. 2012. Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. Jakarta. Kencana Pernada Media group. h: 61.
4
Pada masa new media seperti internet berpotensi lebih banyak dipandang sebagai alat yang banyak bernilai negatif. Hal tersebut memungkinkan masyarakat memanfaatkan media baru hanya untuk pemenuhan kebutuhan institusi tertentu yang tidak memikirkan efek negatif untuk masyarakat luas karena pada saat ini banyak orang yang mengikatkan atau melabelkan dirinya pada suatu lembaga khusunya dalam bidang politik yang memanfaatkan media baru untuk mempengaruhi khalayak. Mereka menjalankan arus informasi untuk mengubah tindakan, opini, pola pikir bahkan pandangan hidup orang banyak. New Media kini dimanfaatkan oleh partai-partai politik untuk menjalankan kepentingan karena media memiliki kekuatan dalam mempengaruhi masyarakat. Media sangat efektif dalam menjalankan usaha partai politik untuk mempersuasikan atau melakukan propaganda dalam. Peneliti memilih Pemilukada DKI karena menurut peneliti Pilkada tersebut mampu menarik perhatian semua kalangan baik muda maupun tua, bahkan anak-anak. Pemilukada DKI tidak hanya menjadi perhatian warga Jakarta namun juga seluruh masyarakat Indonesia. Menariknya lagi adalah kehebohan Pemilukada DKI ini tidak hanya terdapat pada ruang publik dan media mainstream tetapi juga di dalam new media khususnya Twitter.
5
Gambar 2 Data PoliticaWave Tentang Social Media Monitoring Periode 19-25 Mei 20126
Foke-Nara JokowiAhok
Twitter 0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
Chart diatas menunjukkan media trend dari kedua pasangan Jokowi-Ahok dan Foke Nara di jejaring sosial Twitter. Hasil survey PoliticaWave tersebut terlihat Foke-Nara unggul terhadap pasangan Jokowi-Ahok pada periode 1925 Mei 2012. Peneliti memilih putaran kedua karena di putaran kedua ini muncul dua pasangan cagub-cawagub yang memiliki presentase pemilih terbanyak hasil dari putaran pertama. Tentu peneliti akan lebih fokus meneliti dua pasangan ini dari pada mengamati lima pasangan yang ada di putaran pertama. Selanjutnya mengapa peneliti memilih propaganda karena tema ini masih sangat jarang diangkat khususnya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah. Banyak dari kita juga yang masih berpandangan bahwa propaganda adalah kampanye. Padahal jelas propaganda dengan kampanye itu
6
http://giewahyudi.com/perang-sosial-media-jauh-sebelum-kampanye-politik diakses pada 12 Maret 2013.
6
sangat berbeda. Oleh karena itu penelitian ini akan menjelaskan mengenai propaganda khususnya dalam kasus Pemilukada DKI. Alasan mengapa peneliti memilih Twitter karena menurut peneliti Twitter merupakan jejaring sosial yang masih baru dan sedang hype saat ini serta penggunanya adalah kalangan menengah terdidik yang notabene familiar dengan sosial media. Selain itu, menurut peneliti di dalam Twitter terdapat seni retorika yaitu bagaimana dengan 140 karakter huruf dapat terbentuk twitt yang singkat, padat, jelas, dan menarik. Lain halnya dengan Facebook yang karakternya tak terbatas sehingga akan panjang lebar dan terkadang membuat kita malas untuk membacanya. Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua berlangsung sangat menarik. Kedua pasangan memanfaatkan media baru sebagai peluang utama mendapatkan pemilih yang potensial. Namun di sisi lain mereka menyusupkan kesan propaganda dalam media baru ketika kampanye berlangsung. Perang isu politik dan janji-janji para kandidat disebarluaskan ke khalayak dalam bentuk propaganda guna memperoleh pengaruh langsung berupa tindakan dan efek sesuai tujuan propagandis. Dalam studi kasus pemilukada ini yang menggunakan media baru adalah para juru kampanye profesional. Mereka ini yang berperan aktif merespon setiap isu propaganda yang berkembang di masyarakat. Ketika isu negatif muncul terhadap kandidatnya maka tim suksesnya akan langsung memutarbalikkan fakta dengan menggunakan data yang tidak akurat kepada tim sukses lawan. Inilah yang terjadi antara kedua pasangan tersebut dalam masa kampanye. Media baru dijadikan cara pandang
7
lembaga politik dalam berkampanye. Namun mengapa isu yang diangkat oleh para kandidat berkesan tidak akurat dan hanya untuk memanipulasi pikiran khalayak? Apakah hal itu menjadi strategi politikus dalam memperoleh suara dalam pemilihan umum? Tim sukses manakah dari kedua pasangan calon gubernur DKI yang berhasil menjalankan penyebaran arus informasi berlatar belakang propaganda melalui media perantara jejaring sosial dalam hal ini Twitter? Strategi apa yang akan digunakan mereka ketika kampanye pada media baru berlangsung? Hal-hal tersebut yang membuat peneliti memberi judul skripsi “Teknik-Teknik Propaganda Di New Media Tim Media Center Pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara Pada Pemilukada DKI Jakarta”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dari banyaknya masalah yang ada dan mengacu pada latar belakang di atas, maka peneliti membatasi penelitian ini yaitu: a. Penelitian ini dilakukan pada new media Twitter. b. Timeline yang diteliti dari tanggal 1 hingga 20 September 2012 (Sebelum putaran kedua). c. Twitt yang diteliti adalah tweet dari tim media center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Terutama Jokowi-Ahok (@KartikaDjoemadi, @datuakrajoangek) dan Foke-Nara (@Kahfi_Siregar, @bangfauzibowo). 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
8
a.
Bagaimana teknik-teknik propaganda yang dilakukan Tim Media Center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara di Twitter pada Pemilukada DKI putaran kedua?
b.
Bagaimana etika komunikasi dalam propaganda pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara di new media (Twitter)?
c.
Bagaimana kelebihan dan kekurangan implementasi teknik-teknik propaganda di Twitter pada Pemilukada DKI putaran kedua?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui teknik-teknik propaganda yang digunakan kedua pasangan di Twitter dalam pemilukada DKI putaran kedua. b. Untuk mengetahui etika komunikasi dalam propaganda pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara di new media (Twitter). c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan implementasi teknikteknik propaganda di Twitter pada Pemilukada DKI putaran kedua. 2. Manfaat Penelitian a. Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan penelitian guna memperkaya kajian ilmu komunikasi khususnya komunikasi politik hubungannya dengan pemanfaatan media baru. b. 1. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang praktik propaganda di media baru.
9
2. Menjadi data awal untuk penelitian sejenis bagi peneliti selanjutnya yang tertarik mengkaji media baru. 3. Masukkan untuk konsultan komunikasi politik dan para politisi terkait penggunaan sosial media. D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian ini menggunakan studi kasus. Studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam, terhadap suatu organisasi, lembaga atau masyarakat mengenai gejala-gejala tertentu.7 Jenis studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik (intrinsic case study). Jenis ini ditempuh oleh peneliti yang ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu. Jenis ini ditempuh bukan karena suatu kasus mewakili kasus-kasus lain atau karena menggambarkan sifat atau problem tertentu, namun karena, dalam seluruh aspek kekhususan dan kesederhanaannya, kasus itu sendiri menarik minat.8 Hal terpenting bagi seorang peneliti kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus adalah sebagai berikut: a. Membingkai kasus dan mengonseptualisasikan objek penelitian
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006), Cet.XIII, hlm. 142. 8 Robert E. Stake, “Studi Kasus”, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds), Handbook of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009), hlm. 301.
10
b. Memilih fenomena (gejala), menentukan tema-tema atau isu-isu yang menjadi fokus pertanyaan riset c. Melacak pola-pola data untuk memperkaya isu-isu dalam penelitian d. Menghadirkan beberapa alternatif penafsiran e. Merumuskan pernyataan sikap atau generalisasi tentang kasus.9 2. Subjek dan Objek Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian disini adalah Tim Media Center pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Dengan alasan untuk mengetahui strategi di twitter masing-masing pasangan. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah tweet yang mengandung unsur propaganda yang dilancarkan oleh kedua Tim Media Center di timeline Twitter. 3. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data, penulis menggunakan metode yang bersumber pada penelitian lapangan (field research) yaitu sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek.10 Pengumpulan data dengan observasi
langsung
adalah
cara
pengambilan
data
dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
9
Robert E. Stake, “Studi Kasus”, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds), Handbook of Qualitative Research, hlm. 313. 10 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 72.
11
keperluan tersebut.11 Dalam observasi ini, penulis mengikuti timeline dari kedua Tim Media Center masing-masing pasangan. b. Wawancara Lexy J. Moleong mengartikan wawancara (interview) adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu interviewer (pewawancara) sebagai pengaju pertanyaan dan interviewee (terwawancara) sebagai pemberi jawaban. Tujuan dari metode interview ini adalah mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, kepedulian, dan lain sebagainya.12 Pendapat itu senada dengan Muhammad Ali, Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topik tertentu. Teknik yang digunakan dalam wawancara adalah dengan wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.13 Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan Ketua Tim Media Center masing-masing pasangan. c. Dokumentasi Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh dari Tim Media Center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara serta foto-foto 11
Moh. Nadzir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indah, 2005), cet. Ke-VI, hlm. 193-
194. 12
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: Rosdakarya, 2005), Cet. XXI, hlm. 186. 13 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), hlm. 190.
12
yang berkaitan dengan penelitian, dan hasil rekaman dengan nara sumber. E. Tinjauan Pustaka Setelah peneliti melihat dan mencari judul skripsi yang ada di perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, peneliti menemukan ada beberapa skripsi yang membahas tentang komunikasi politik. Namun yang diteliti mahasiswa sebelumnya sangat berbeda dengan yang diteliti oleh peneliti. Oleh karena itu untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menjiplak karya orang lain, maka peneliti mempertegas perbedaan antara masing-masing judul, isi maupun konten. 1. Skripsi yang pertama berjudul Komunikasi Politik Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (DPC – PPP) Kabupaten Bogor Dalam Pilkada Bupati Tahun 2009 oleh Teedy Khumaedi berisikan tentang pesan politik DPC PPP Kabupaten Bogor, komunikator DPC PPP Kabupaten Bogor dalam Pilkada bupati Bogor, dan saluran politik yang digunakan oleh DPC PPP Kabupaten Bogor pada Pilkada Kabupaten Bogor. Persamaannya terletak pada kajian ilmu yaitu komunikasi politik, sedangkan perbedaannya yaitu pada subjek, objek, permasalahan, dan lokasi penelitian. Teedy Khumaedi meneliti strategi komunikasi politik dalam Pilkada sedangkan peneliti meneliti teknik-teknik propaganda. Subjeknya pun lain, kalau Teedy PPP maka peneliti meneliti Tim Media Center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara.
13
2.
Skripsi
yang
kedua
dengan
judul
Strategi
Komunikasi
dalam
Pembentukan Opini Publik Partai Persatuan Pembangunan pada Pemilu Legislatif 2009 oleh Yuswita Lailah berisikan tentang strategi DPP PPP dalam pembentukan opini publik pada Pemilu Legislatif dan program pembangunan citra PPP pada Pemilu legislatif 2009. Persamaan dengan permasalahan yang peneliti teliti adalah kajian ilmunya yaitu komunikasi politik, sedangkan perbedaannya adalah pada subjek penelitiannya, jika Yuswita mengambil PPP maka penulis meneliti Tim Media Center Jokowi-Ahok
dan
Foke-Nara.
penelitiannya,
jika
Yuswita
pembentukan opini
Perbedaan meneliti
maka penulis
berikutnya
strategi
meneliti
pada
objek
komunikasi
dalam
tentang teknik-teknik
propaganda. 3.
Skripsi yang ketiga dengan judul Ekspresi Afeksi Dalam Twitter Studi Pada Remaja Followers Di Akun @SOALCINTA oleh Arbitya Pradiza Putra berisikan tentang bagaimana pengguna Twitter yang sebagian besar adalah remaja dengan kisaran usia 12-25 tahun membuat Twitter menjelma menjadi sebuah lifestyle. Persamaan dengan permasalahan yang peneliti teliti adalah mengenai media yang digunakan. Yaitu media baru (Twitter). Sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek, objek, dan permasalahan.
14
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci kedalam sub-sub sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan. Bab II Kerangka Teori Bab ini akan menguraikan pengertian propaganda yang terdapat pada politik. Kemudian menjelaskan tentang pengertian new media. Bab III Gambaran Umum Tim Media Center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara Bab ini membahas tentang sejarah singkat, visi dan misi Tim Media Center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Sarana dan Prasarana di badan Tim Media Center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara. Bab IV Temuan dan Analisis Data Bab ini berisikan teknik-teknik propaganda yang dilakukan Tim Media Center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara di new media (Twitter). Lalu strategi pemenangan kedua pasangan melalui new media (Twitter). Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini mengenai kesimpulan dan saran.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Konseptualisasi Propaganda 1. Pengertian Propaganda Kini istilah propaganda sangat identik dengan satu aktivitas komunikasi yang berupaya memanipulasi psikologis khalayak. Dalam politik, propaganda memainkan peran yang sangat penting karena merupakan satu di antara pendekatan persuasi politik selain periklanan dan retorika. Dalam praktiknya, propaganda mengelaborasi pesan politik guna mendapatkan pengaruh secara persuasif. Biasanya digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang terorganisir yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan individu-individu masyarakat yang dipersatukan melalui manipulasi psikologis. Sementara itu, tak dapat dimungkiri bahwa hampir seluruh pendekatan persuasi kepada khalayak di era informasi ini menempatkan media massa sebagai instrumen saluran yang mesti digunakan. Media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting.1 Di antara bahasan yang menonjol dalam kajian Komunikasi Politik adalah menyangkut isi pesan. Bahasan ini sama pentingya dari bahasan komunikator, media, khalayak, dan efek komunikasi politik. Dalam beberapa literature disebutkan, inti komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh. Urgensinya dalam suatu sistem 1
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 109-110.
15
16
politik tak diragukan lagi, karena komunikasi politik terjadi saat keseluruhan fungsi dari sistem politik lainnya dijalankan. Menurut Dan Nimmo ada tiga pendekatan kepada persuasi politik, yakni propaganda, periklanan, dan retorika. Semuanya serupa dalam beberapa hal yakni bertujuan (purposive), disengaja (intentional) dan melibatkan pengaruh; terdiri
atas
hubungan
timbal
balik
antara
orang-orang
semuanya
menghasilkan berbagai tingkat perubahan dalam persepsi, kepercayaan, nilai, dan pengharapan pribadi. Tentu saja ketiganya juga memiliki kekhususan yang membedakan satu dengan lainnya. Banyak ahli mendefinisikan persuasi, salah satunya adalah Erwin P. Bettinghaus. Menurut dia, persuasi tidak lain adalah usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau prilaku orang melalui transmisi pesan. Bisa saja, banyak definisi yang dikemukakan, tapi diantara karakteristik
umumnya
persuasi
selalu
melibatkan
tujuan
melalui
pembicaraan. Sifatnya juga dialektis dan merupakan proses timbal balik. Dalam hal ini dengan sengaja atau tidak menimbulkan perasaan responsif pada orang lain. Selain dia juga bercirikan kemungkinan. Dan ketiga pendekatan persuasi seperti di atas, propaganda memiliki catatan konseptual dan historis yang menarik untuk diamati. Menurut Jacques Ellul dalam Dan Nimmo, propaganda sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-
17
individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi.2 Harrold D. Lasswell mendefinisikan propaganda dengan formulasi, “Propaganda semata merujuk pada kontrol opini, dengan simbol-simbol penting, atau berbicara lebih konkrit dan kurang akurat melalui cerita, rumor, berita, gambar, atau bentuk-bentuk komunikasi sosial lainnya. “Lasswell dalam Arifin
kemudian memberikan definisi yang agak berbeda dengan
definisi beberapa tahun sebelumnya yaitu “Propaganda dalam arti yang paling luas adalah teknik memengaruhi tindakan manusia dengan memanipulasi representasi (penyajian). “Representasi bias berbentuk lisan, tulisan, gambar, atau musik, sehingga periklanan dan publisitas ada di dalam wilayah propaganda. Lasswell melihat propaganda membawa masyarakat dalam situasi kebingungan, ragu-ragu dan terpaku pada sesuatu yang licik yang tampaknya menipu dan menjatuhkan mereka. Propaganda diartikan sebagai proses disemasi informasi untuk memengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dengan motif indoktrinasi ideologi.3 Herbert Blumer mengemukakan bahwa propaganda dapat dianggap sebagai suatu kampanye politik yang dengan sengaja mengajak dan membimbing untuk memngaruhi, membujuk atau merayu banyak orang guna menerima suatu pandangan, idiologi atau nilai.4 Leonardo W.Dobb (1966) 2
Ibid., h. 110-111. Hafid Cangara, Komunikasi Politik:Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta), 2011, cet-3, h. 270. 4 Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Jogjakarta: Graha Ilmu), 2011, edisi kedua, h. 133. 3
18
propaganda dipahami sebagai suatu usaha individu atau individu-individu yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok individu lainnya dengan jalan menggunakan sugesti.5 Pakar psikologi Roger Brown dalam Saverin dan Tankard menyatakan bahwa usaha-usaha persuasif adalah propaganda, jika bermanfaat bagi yang melakukan dan merugikan bagi yang menerima. Sementara di Indonesia, istilah propaganda antara lain diartikan sebagai penyampaian pesan benar atau salah dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatau aliran, sikap atau arah suatu tindakan tertentu yang biasanya disertai dengan janji yang muluk-muluk.6 Propaganda sendiri memiliki banyak tipe, diantaranya propaganda politik, propaganda non politik, bahkan ada propaganda antipolitik, meski pada akhirnya menghasilkan konsekuensi politis.7 Istilah propaganda ini dapat ditelusuri hingga masa Paus Gregorius XV yang membentuk suatu komisi para kardinal, Congregatio de propaganda Fide, untuk menumbuhkan keimanan kristiani diantara bangsa-bangsa lain. Namun pada perkembangannya, propaganda meluas ke wilayah politik, yakni diperuntukkan untuk memperoleh pengaruh dan pada akhirnya kekuasaan. Praktek propaganda misalnya pernah dilakukan Partai Nazi, Hitler. Dengan memanipulasi lambang dan oratori yang penuh emosi, Hitler mambangkitkan rasa identifikasi, komitmen dan kesetiaan khalayak. Kata-kata yang sangat
5
Ibid., h. 133. Hafid Cangara, Komunikasi Politik:Konsep, Teori, dan Strategi, h. 270. 7 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 111. 6
19
popular waktu itu “Ein Volk, ein Reich, ein Fuhrer” (satu bangsa, satu imperium, satu pemimpin).8 Propaganda sekarang merupakan bagian politik rutin yang normal dan dapat diterima, dan tidak hanya terbatas pada pesan-pesan yang dibuat selama perayaan politik, kampanye, krisis, atau perang. Penggunaan propaganda sebagai senjata persuasi bukan barang baru dalam komunikasi sebab kegiatan propaganda sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, meskipun istilah propaganda baru dikenal pada pertengahan abad ke-17 ketika gereja mulai mempraktikkan penyebaran agama Kristen. Propaganda mulai membawa pengaruh negatif ketika dipraktikkan dalam Perang Dunia II. Pada waktu itu, Menteri Propaganda Jerman Dr. Joseph Gobbels mengatakan bahwa “propaganda tidak mengenal aturan dan etika. Tujuannya ialah membelenggu rakyat dengan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. “Doktrin politik
Machiavelli
yang
mengabaikan
relevansi
moral,
dimana
ketidakjujuran dibenarkan dalam mencari dan mempertahankan kekuatan politik.9 Edward Barnays justru melihat propaganda bukan sebuah usaha yang patut dicela dalam meracuni pikiran orang dengan penuh kebohongan, melainkan lebih dari itu yakni suatu usaha yang terkelola untuk menyebarluaskan
8
sesuatu
untuk
mendapat
kepercayaan
atau
opini.
Ibid., h. 112. Hafid Cangara, Komunikasi Politik:Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta), 2011, cet-3, h. 270-271. 9
20
Propaganda menurut Barnays sangat dibutuhkan bagi peradaban umat manusia.10 Seperti yang dikutip Arifin peran Gobbels dalam melakukan propaganda dinamakan propagandis politik. Pada umumnya propagandis politik adalah politikus atau aktivis politik yang memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan propaganda, dan mampu merayu atau membujuk publik dalam upaya membangun citra dan membentuk opini publik yang positif dengan cara menjangkau khalayak yang lebih besar. Propagandis politik harus mampu menciptakan suasana yang mudah kena sugesti sehingga khalayak itu sendiri dengan mudah bisa mengalami sugesti. Hal ini berarti propaganda politik mampu merayu opini publik sehingga sampai sekarang masih sering digunakan oleh para politikus, meskipun bertentangan dengan moralitas, nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan. Untuk meningkatkan efektivitas propaganda, seorang juru kampanye perlu mengetahui tipe atau bentuk propaganda, yakni:11 1. Propaganda putih, yaitu propaganda yang menyebarkan informasi idiologi dengan menyebut sumbernya. 2. Propaganda kelabu, yaitu propaganda yang dilakukan oleh kelopmpok yang tidak jelas. Biasanya ditujukan untuk mengacaukan pikiran orang lain, seperti adu domba, intrik, dan gosip. 3.
Propaganda hitam, yaitu propaganda yang menyebarkan informasi palsu untuk menjatuhkan moral lawan, tidak mengenal etika dan cenderung 10
Hafid Cangara, Komunikasi Politik:Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta), 2011, cet-3, h. 271. 11 Ibid, h. 271-272.
21
berpikir sepihak. Misalnya CIA dan KGB saling menyebarkan berita palsu untuk sekadar menggertak atau menakut-nakuti lawan. 2. Perbedaan Propaganda dengan Kampanye Ada beberapa perbedaan mendasar antara kampanye dengan propaganda meski kedua-duanya juga kerap bersinggungan dalam level praktis. Perbedaan tersebut mulai dari waktu, sifat gagasan, tujuan, modus penerimaan, modus tindakan dan sifat kepentingan. Kalau aktivitas kampanye hampir selalu bisa diperdebatkan propaganda sebaliknya kerap berorientasi linear meski dalam praktiknya berinteraksi dengan banyak pihak. Jika kita memosisikan propaganda dalam gradasi intensitas komunikasi, maka propaganda masuk kategori komunikasi yang berupaya menyampaikan pesan kepada pihak lain, kemudian menjelaskan dan memersuasi khalayak agar mengikuti frame berpikir propagandis serta kerap menyisipkan fakta dan non fakta secara bersamaan. Secara lebih jelas ada sejumlah faktor yang bisa kita komparasikan antara propaganda dengan kampanye. Perbedaan tersebut meliputi. Tabel 1 Perbedaan Kampanye dengan Propaganda (sumber: Venus, 2004:6) ASPEK PEMBEDA Sumber
KAMPANYE Selalu jelas
Waktu
Terikat dan waktunya Terbuka dan diperdebatkan Tertutup dan dianggap khalayak sudah mutlak Tegas, spesifik dan variatif Umum dan ditunjukkan untuk mengubah system kepercayaan Kesukarelaan/persuasi Tidak menekankan kesukarelaan dan melibatkan
Sifat gagasan Tujuan
Modus Penerimaan Pesan
PROPAGANDA Cenderung samarsamar dibatasi Tak terikat waktu
22
paksaan/koersif Diatur kode bertindak/etika Tanpa aturan etis Mempertimbangkan Kepentingan sepihak kepentingan kedua belah pihak Dari tabel di atas, nampak jelas bahwa dari aspek sumber kampanye
Modus Tindakan Sifat kepentingan
biasanya sumbernya jelas, atau ada yang bertanggungjawab atas aktivitas kampanye yang dilakukan, sementara propaganda seringnya samar-samar bahkan terkadang tidak ketahuan siapa sumbernya.12 Dari sudut waktu kampanye dibatasi dari tanggal sekian bulan sekian dan berakhir tanggal sekian bulan sekian. Dengan demikian terikat dengan waktu kapan sebuah kampanye dilakukan. Sementara propaganda kapan saja bisa dilakukan. Dari sudut gagasan, kampanye biasanya terbuka untuk diperdebatkan karena terdokumentasikan dalam paparan janji-janji baik dalam teks pidato/kampanye, script naskah iklan, talkshow televisi atau radio maupun pemberitaan di media massa. Dari sudut modus penerimaan pesan, kampanye itu berlangsung penuh kesukarelaan
artinya
khalayak
diajak
untuk
mengikuti
keinginan
lembaga/kandidat tanpa memaksanya. Sementara propaganda sebaliknya tak menekankan pada kesukarelaan bahkan kerapkali juga terjebak dengan paksaan atau koersif. Kampanye memiliki kode etik yang disepakati dalam mengimplementasikan program-program atau janji-janji sementara propaganda tanpa aturan etis, dengan demikian kerapkali menyebabkan konflik dalam
12
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 114-115.
23
penyelenggaraan Pemilu. Sementara menyangkut sifat kepentingan, kampanye lebeih mementingkan kedua belah pihak sementara propaganda mementingkan sepihak yakni kepentingan propagandis.13 3. Jenis-Jenis Propaganda 1.
Propaganda Sosial Tipe propaganda ini berlangsung secara berangsur-angsur, sifatnya merembes ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial, dan politik. Melalui propaganda orang disuntik dengan suatu cara hidup atau ideology. Hasilnya, suatu konsepsi umum tentang masyarakat yang dengan setia dipatuhi oleh setiap orang kecuali beberapa orang yang dianggap sebagai “penyimpang” (deviants). Misalnya propaganda melalui produk-produk budaya seperti filmfilm hollywood. Secara terus-menerus penduduk dunia secara perlahan tapi berkepanjangan dipengaruhi oleh cara pandang, trend life style bahkan cara pandang tentang politik melalui film-film dan isi siaran televisi dan media cetak dan buku yang menanamkan pengaruh yang tidak serta merta melainkan perlahan-lahan.14
2. Propaganda Politik Beroprasi melalui imbauan-imbauan khas berjangka pendek. Biasanya
melibatakan
usaha-usaha
pemerintah,
partai
atau
golongan berpengaruh untuk mencapai tujuan strategis dan taktis. Misalnya 13
dalam
jangka
pendek
partai
politik
bermaksud
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1,, h. 116. 14 Ibid., h. 116-117.
24
menaikkan legitimasinya sekaligus mendelegitimasi pihak lawan, maka partai tersebut membuat beragam bentuk propaganda yang dalam jangka pendek diharapkan berpengaruh secara langsung pada persepsi dan perilaku politik khalayak yang menjadi target. Sebagaimana yang dikutip Arifin, Jacquas ellul menyatakan bahwa propaganda politik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, partai politik dan kelompok kepentingan untuk membentuk dan membina opini publik dalam mencapai tujuan politik (strategis atau taktis) dengan pesan-pesan khas yang lebih berjangka pendek. Dengan begitu dapat kita tarik kesimpulan bahwa propaganda politik dapat merupakan kegiatan komunikasi politik yang dilakukan secara terencana dan sistematik dengan menggunakan
sugesti
(mempermainkan
emosi)
untuk
memengaruhi, membentuk, atau membina opini publik. Hal ini dilakukan dengan cara memengaruhi seseorang atau kelompok orang, khalayak atau komunitas yang lebih besar (bangsa), agar melaksanakan atau menganut suatu ide (ideology, definisi sampai sikap) dan atau kegiatan tertentu dengan kesadarannya sendiri tanpa merasa dipaksa atau merasa terpaksa.15 3. Propaganda Agitasi Propaganda agitasi berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, 15
134.
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Jogjakarta: Graha Ilmu), 2011, edisi kedua h. 133-
25
mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian. Biasanya propaganda jenis ini diisi dengan sejumlah doktrin bahkan upaya “cuci otak” guna mendapatkan loyalitas dari target atau sasaran propaganda. Misalnya, dengan menyuntikkan gagasan seputar „jihad‟ atau revolusi dalam konteks yang keliru. Dalam konteks inilah operasi propaganda kerapkali disebut sebagai operasi non perang. Dalam khazanah politik ada dua jenis operasi, yakni operasi militer dalam perang dan operasi non perang berbentuk propaganda yang biasanya dilakukan secara intensif. Sebagaimana yang diungkapkan Arifin bahwa Agitasi juga berarti hasutan kepada orang banyak yang biasanya dilakukan ileh tokoh atau aktivis politik untuk mengadakan gerakan politik, seperti unjuk rasa (demonstrasi), huru-hara atau pemeberontakan. Herbert Blamer, menyatakan bahwa agitasi beroperasi untuk membangkitkan rakyat kepada suatu gerakan, terutama gerakan politik dengan kata lain, agitasi adalah suatu upaya untuk menggerakkan massa secara lisan atau tulisan, dengan cara merayu dan bahkan merangsang dan membangkitkan emosi khalayak. Selanjutnya, Blamer menyatakan bahwa agitasi dimulai dengan cara membuat kontradiksi atau pertentangan dalam masyarakat. Rakyat digerakkan untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini (ketidakpastian dan penderitaan) dengan tujuan
26
menimbulkan kegelisahan dikalangan massa. Kemudian sebagai solusinya, rakyat harus bergerak untuk mendukung gagasan baru atau ideologi politik baru dengan menciptakan keadaan yang baru.16 Para agiator politik selalu berupaya agar khalayak bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung dan bersedia mengorbankan jiwa untuk mewujudkan sebuah citacita
politik.
Melalui
agitasi
politik,
seorang
pemimpin
mempertahankan kegairahan para pengikutnya untuk memperoleh kemenangan, yang akan diikuti oleh usaha-usaha selanjutnya dalam serangkaian tujuan.17 4.
Propaganda Integrasi Menggalang kesesuaian di dalam mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Melalui propaganda ini orang mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan yang mungkin tidak akan terwujud dalam waktu bertahun-tahun. Propaganda ini biasanya berorientasi pada loyalitas jangka panjang. Propaganda ini mirip jenis propaganda sosial yang bekerja tidak dalam hitungan hari atau minggu melainkan dalam suatu rentang yang panjang dan bertahap.18
5.
16
Propaganda Vertikal
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Jogjakarta: Graha Ilmu), 2011, edisi kedua, h. 131. Ibid., h. 131. 18 Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 119. 17
27
Bentuk propaganda ini adalah representasi propaganda satu-kepada-banyak (one-to-many). Seorang atau sekelompok propagandis yang
menjalankan
skema
kegiatan
sistematis
berupaya
memaksimalkan saluran-saluran yang dalam waktu cepat dan mudah bisa menjangkau khalayak atau sasaran propaganda. Misalnya melalui media massa, propagandis menyebarkan isu sehingga isu tersebut diterima secara massif dan serentak. Propaganda ini memang tidak semata identik dengan media massa, bisa juga melalui sebuah struktur organisasi yang memungkinkan dalam waktu singkat seluruh komponen organisasi terpengaruh. Masalanya propaganda ini dijalankan lewat orang atau sekelompok orang yang menjadi pimpinan di sebuah organisasi.19 6.
Propaganda Horizontal Propaganda keanggotaan
ini
berlangsung
kelompok
ketimbang
lebih dari
banyak
di
pemimpin
antara kepada
kelompok. Artinya, propaganda ini lebih banyak menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi, ketimbang melalui komunikasi massa. Ini yang membedakan dengan jenis propaganda vertical yang sifatnya massif dan linear. Propaganda horizontal justru lebih tertarik mengembangkan jejaring dengan sesama teman, kolega dan sejumlah organisasi lainnya. Dalam pandangan Ellul sebagaimana dikutip Nuruddin bahwa propaganda 19
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 119-120.
28
horizontal adalah propaganda yang dilakukan seorang pemimpin suatu organisasi atau kelompok pada anggota organisasi atau kelompok itu melalui tatap muka/komunikasi antarpersonal dan biasanya tidak mengandalkan media massa. Contohnya, kegiatan silaturahmi yang diadakan partai politik, mengadakan anjangsana, temu kader, dan lain-lain.20 4. Teknik-Teknik Propaganda Dalam Praktik komunikasi politik, sejumlah teknik propaganda kerapkali digunakan bahkan diandalkan dalam upaya mengubah cara pandang. 1. Name Calling Memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar orang menolak suatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya, menuduh lawan pemilihan sebagai penjahat, teroris, fundamentalis, koruptor. Propaganda dengan cara memberikan label buruk ini bukan sekali dua kali dilakukan. Hampir setiap hari dalam setahun jenis propaganda ini dilakukan. Salah satu ciri yang melekat pada teknik ini adalah propagandis menggunakan sebutan-sebutan yang buruk pada lawan yang dituju. Misalnya, menuduh lawan pemilihan sebagai “penjahat”. Hal ini dimaksudkan untuk menjatuhkan ataua menurunkan derajat seseorang atau kelompok tertentu. Teknik ini sering digunakan dalam propaganda lisan. Contoh lain teknik name calling ini, di zaman Orde Baru, setiap kelompok 20
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 120.
29
atau orang yang menentang rezim akan disebut sebagai PKI. Propaganda ini berhasi l dengan merebaknya ketakutan di masyarakat. 21 2. Glittering Generalities Menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Misal AS menyebut operasi mereka ke Afganistan beberapa waktu lalu sebagai “Operasi Keadilan Tak Terhingga”, dengan misi “hukum tanpa batas” begitu juga saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan untuk membebaskan manusia dari terror senjata pemusnah massal. Contoh lain Amerika senantiasa menunjukkan negaranya sebagai negara demokrasi terbesar, super power atau Dunia Pertama. Semua label positif ini tidak alamiah melainkan dikonstruk. Nurudin menjelaskan, Glittering Generalities adalah mengasosiasikan sesuatu dengan suatu “kata bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Misal, AS menyebut operasi mereka ke Afganistan beberapa waktu lalu sebagai “Operasi Keadilan Tak Terhingga”, dengan misi “hokum tanpa batas” begitu juga saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan untuk membebaskan manusia dari terror senjata pemusnah massal. Teknik propaganda ini digunakan untuk menonjolkan propagandis dengan mengidentifikasi dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan 21
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1., h. 120-121.
30
agung. Dengan kata lain, propagandis berusaha menyanjung dirinya mewakili sesuatu yang luhur dan agung. Ungkapan kalimat “demi keadilan dan kebenaran” menjadi salah satu ciri teknik propaganda ini. Nurudin menyontohkan dalam teks pidato, “Demi keadilan dan kebenaran, maka demokrasi harus ditegakkan dalam semua bentuknya” yang pernah sangat marak ketika era reformasi tiba dan banyak diteriakkan oleh mahasiswa. Teknik ini muncul untuk mempengaruhi persepsi masyarakat agar mereka ikut serta mendukung gagasan propagandis. Hanya kelemahannya, kadang sang propagandis sangat menonjolkan dirinya dengan sebutan agung dan luhur serta menganggap dirinya paling benardan orang lain salah. Sanjungan itu mempunyai kelemahan jika sang propagandis termasuk orang yang tak mau kompromi dan mempunyai tujuan terselubung pada setiap tindakannya. Akibatnya dapat terjadi klaim kebenaran sepihak.22 3. Card Stacking Nurudin menjelaskan card stacking adalah memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat, logis dan tak logis dan sebagainya
untuk
membangun
suatu
kasus.
Misalnya
kata-kata
“pembunuhan terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukkan penghinaan terhadap partai kita!”. Dalam konteks propaganda ini yang dibidik sesungguhnya adalah efek domino dari sebuah pernyataan. Jika kita analogikan seperti kita menyusun kartu, setelah tersusun maka jika ada kartu yang jatuh maka biasanya akan menimbulkan dampak pada 22
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 121-122.
31
susunan kartu-kartu lainnya. Teknik propaganda yang hanya menonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat dari satu sisi saja. Program Pak Harto adalah “Bapak Pembangunan” yang pernah dicanangkan oleh Ali Moertopo seolah mengklaim hanya dialah pelopor dan penggerak pembangunan di Indonesia dengan menafikan sisi buruknya.23 4. Plain Folks Imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya “saya salah seorang dari anda, hanya rakyat biasa”. Peryataan tersebut disampaikan misalnya oleh seorang politisi. Bisa jadi pernyataannya secara faktual benar dan hanya dramatugi dalam konteks politik citra. Tetapi terlepas dari apapun motifnya propaganda jenis ini selalu berupaya menyerap empati publik. Dalam Nurudin Plain Folks juga merupakan propaganda dengan menggunakan cara member identifikasi terhadap suatu ide. Teknik ini mengidentikkan yang dipropagandakan milik atau mengabdi pada komunikan. Misalanya dengan kata-kata “milik rakyat, atau dari rakyat.”Golkar pernah mempropagandakan Soeharto sebagai milik rakyat serta dikehendaki rakyat (meskipun rakyat yang mana, tidak begitu jelas) dan ia kembali terpilih pada SU MPR tahun 1998. PDI juga pernah mengklaim sebagai partai “wong cilik”. Seolah hanya partai tersebutlah 23
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 122-123.
32
yang bisa mewakili kelas tersebut. Begitupun dengan PPP mengklaim diri sebagai partai yang mewakili aspirasi Islam dan seolah menganggap partai lain tidak Islami. Terlebih, saat kampanye, PPP sering menggunakan ayatayat Al-Quran. Dalam Nurudin Sifat “merakyat” juga sering muncul dalam propaganda ini. Richard Nixon menggunakan secara halus dan cerdik selama menjadi presiden, terutama dalam melawan tuduhan Watergate. Selama melakukan perjalanan ke Houston, dia minum kopi di sebuah counter makanan ringan di dalam took obat dan ngobrol dengan pelayan. Potert dari pemandangan itu dipublikasikan ke seluruh penjuru dunia. Cara yang dilakukan Nixon ini (basa basi politik) seolah menunjukkan bahwa ia milik rakyat, bagian dari mereka dana akan berada di depan dalam memperjuangkan kepentingan mereka pula.24 5. Band Wagon Band Wagon adalah usaha untuk meyakinkan khalayak agar gagasan besarnya bisa diterima dan banyak orang akan turut serta ke dalam gagasan
tersebut.
Misalnya,
Orde
Baru
menyusun
propaganda
pembangunan sehingga hampir seluruh rakyat Indonesia masuk ke dalam dimensi pembangun yang diusung Orde Baru. Persuasi model ini terus dilakukan sehingga rakyat mengidentifikasikan diri menjadi bagian dari anggota Orde Baru. Jenis propaganda ini bukan pada tujuan jangka pendek, melainkan pada aktivitas jangka panjang. Konsep yang ditawarkan 24
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 123-124.
33
biasanya adalah konsep atau gagasan besar yang tidak akan tercapai tujuannya dalam jangka pendek. Dalam penjelasan Nurudin, Band wagon merupakan teknik propaganda yang dilakukan dengan menggembargemborkan kesuksesan yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga, atau suatu organisasi. Di bidang politik, Golkar sering menggembar-gemborkan propaganda kesuksesan pembangunan nasional.25 6. Testimonial Memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam dukungan politik yang digunakan oleh tokoh terkenal, dll. Misalnya guna mengukuhkan dukungan, propaganda ini terwujud dalam bentuk kutipan kalimat menguntungkan posisinya. Tetapi bukan ucapan orang biasa yang dijadikan sandaran melainkan tokoh atau public figure yang sudah dikenal luas di masyarakat. Pola yang sama dengan menggunakan kutipan atau kalimat orang terkenal bisa juga menyerang atau melemahkan pihak lawan propagandis. Pengertian yang dikemukakan Nurudin, testimonial berisi perkataan manusia yang dihormati atau dibenci bahwa idea tau program/produk adalah baik atau buruk. Propaganda ini sering digunakan dalam kegiatan komersial meskipun juga bisa digunakan untuk kegiatan politik. Dalam teknik ini, digunakan nama seseorang terkemuka yang mempunyai otoritas dan prestis sosial tinggi di dalam menyodorkan dan 25
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 124.
34
meyakinkan sesuatu hal dengan jalan menyatakan bahwa hal tersebut didukung oleh orang-orang terkemuka tadi. Dalam kampanye politik John Wayne pernah berbicara untuk calon presiden Richard Nixon dan Paul Neuman yang tampil atas nama calon lain yakni George MCGovern.26 5. Prinsip Propaganda Melalui Media Massa Dalam Dan Nimmo tentu saja untuk mengefektifkan propaganda politik di media mass juga sangat perlu memperhatikan beberapa prinsipprinsip umum yang diturunkan dari riset mengenai pengaruh komunikator dalam keberhasilan usaha persuasif: 27 1. Status Komunikator. Artinya setiap peran membawa status atau prestise tersendiri. Secara umum, semakin tinggi posisi atau status seseorang di tengah masyarakat, maka akan semakin mampu dia melakukan persuasi. Dengan demikian pemilihan propagandis terutama dalam media massa yang diorientasikan mencapai khalayak yang heterogen membutuhkan mereka yang punya status kuat. Misalanya Orde Baru, Soeharto merupakan propagandis konsep developmentalism, sementara era Orde Lama Soekarno menjadi propagandis dari tujuan revolusi. 2.
Kredibilitas Komunikator. Sasaran propaganda mempersepsi para komunikator dengan beberapa cara. Sejauh mereka mempersepsi bahwa propagandis itu memiliki keahlian, dapat dipercaya dan memiliki otoritas, mereka menganggap bahwa komunikator itu
26
Gun Gun Heryanto dan Ade Rina Farida, Komunikasi Politik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2010, cet-1, h. 124-125. 27 Ibid., h. 125-127.
35
kredibel. Memang pada perkembangannya, khalayak media dalam menerima pesan juga membedakan antara apa yang dikatakan dengan kredibilitas sumbernya. 3.
Daya tarik komunikator, hal ini meningkatkan daya tarik persuasive. Hal ini terutama berlaku pada homofili, yakni tingkat kesamaan usia, latar belakang dll seperti dipersepsi orang. Persuasi itu sebagian besar berhasil bila orang mempersepsi komunikator seperti dirinya sendiri secara gamblang. Karena persuasi dalam hal ini propaganda politik merupakan upaya
penyebaran informasi dan pengaruh satu-kepada-banyak maka instrumen teknologi yang dapat menyebarkan pesan kepada anggota kelompok merupakan hal yang tepat dilakukan. Salah seorang ahli propaganda Goebbels,
dalam
memikirkan
strategi
kampanye
persuasifnya
membedakan antara haltung dan Stimmung. Haltung merupakan upaya mempengaruhi prilaku, sikap dan perbuatan orang. Sementara stimmung merupakan morel mereka, penerimaan dan retensi imbauan persuasif. Berbagai pesan propagandis berhubungan dengan efektif tidaknya dua hal. Pertama isi pesan, hal ini menyangkut model pilihan isi yang dikemukakan dalam propaganda di media massa. Bisa jadi isi yang mengancam orang (isi membangkitkan rasa takut) akan mempersuasi khalayak dalam kondisi tertentu. Kedua struktur pesan, bisa jadi karena media yang dipakai adalah media massa yang memiliki keterbatasan waktu atau tempat menyebabkan penyusunan struktur pesan yang efekti dan
36
efisien. Namun terlepas dari segala keterbatasan waktu dan tempat, propaganda di media massa bisa dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi suatu terpaan (exposure). Misalnya, propaganda AS melawan terorisme disampaikan lewat media-media global yang berpengaruh secara internasional. MIsalnya CNN, NBC, VOA, FOX dll. Hal itu juga dilakukan dengan membuat agenda setting di media-media seluruh dunia, mengukuhkan (reinforcement) kalau terorisme itu memang penggeraknya adalah orang-orang Timur Tengah dan penganut Islam. B. Konseptualisasi New Media 1. Pengertian New Media Ron Rice mendefinisikan media baru sebagai teknologi komunikasi yang melibatkan komputer di dalamnya (baik mainframe, PC maupun notebook) yang memfasilitasi penggunanya untuk berinteraksi antar sesama pengguna ataupun dengan informasi yang diinginkannya.28 Menurut McQuail, media baru adalah tempat dimana saluran pesan komunikasi terdesentralisasi; distribusi pesan lewat satelit meningkat penggunaan jaringan kabel dan komputer; keterlibatan audiens dalam proses komunikasi yang semakin meningkat; semakin seringnya terjadi komunikasi interaktif (dua sisi); dan juga meningkatnya derajat fleksibilitas untuk menentukan bentuk dan konten melalui digitalisasi dari pesan.29
28
Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone. Introduction to the Updated Student Edition. Dalam Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed.). The Handbook of New Media. London: Sage Publications Ltd, 2006, page. 21 29 Nicholas W. Jankowski. Creating Community with Media. Dalam Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed.). The Handbook of New Media. London: Sage Publications Ltd, 2006, page. 56
37
Marshall McLuhan menyatakan bahwa media yang lebih lama (older media) sering kali menjadi isi dari media yang lebih baru.30 Salah satu definisi dari new media adalah teknologi-teknologi informasi dan komunikasi dan konteks-konteks sosial yang terkait, serta infrastruktur yang terdiri dari tiga komponen, yakni: alat-alat yang akan digunakan untuk berkomunikasi atau menyampaikan informasi, aktivitas-aktivitas dimana orang-orang terlibat untuk berkomunikasi atau membagikan informasi dan pengaturan sosial atau bentuk-bentuk organisasional yang berkembang melalui alat-alat dan aktivitas-aktivitas tersebut.31 Selain itu new media ini juga dapat dipahami sebagai media digital. Media digital ini merupakan suatu bentuk dan isi dari media yang menggabungkan data, teks, suara, dan gambar dalam bentuk digital dan didistribusikan melalui network.32 Adapun ciri-ciri media baru adalah sebagai berikut:33 1. Pesan individual dapat dikirimkan ke sejumlah orang yang tak terbatas, secara bersamaan, dan 2. Setiap orang yang terlibat dalam suatu isi media dapat mengontrol timbal balik atas konten tersebut.
30
Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone. Introduction to the Updated Student Edition. Dalam Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed.). The Handbook of New Media. London: Sage Publications Ltd, 2006, page. 1 31 Ibid., page 2. 32 Terry Flew. New Media An Introduction. 2005. Oxford University Press. UK. 2005. Page 2. 33 Vin Crosbie. 2002. What is New Media?. Diakses pada 28 Juli 2010. Terarsip di http://www.sociology.org.uk/as4mm3a.doc
38
Hadirnya media baru secara konsekuensi membuatnya berbeda dengan sistem media massa, proses komunikasi massa maupun massa audiens yang telah ada sebelumnya. Setidaknya ada dua konsekuensi yang timbul dari hadirnya media, yaitu ubiquitas dan interaktivitas.34 Ubiquitas (ubiquity), menurut McLuhan adalah kenyataan bahwa teknologi yang dibawa oleh media baru mempengaruhi setiap orang di masyarakat di mana mereka bertempat tinggal, walau tentunya tidak semua orang di tempat tersebut benar-benar menggunakan teknologi tersebut. Kemajuan
teknologi
perbankan,
sistem
militer,
pendidikan
sampai
transportasi hari ini tentu tidak bisa dilepaskan dari kemajuan teknologi komunikasi berbasis komputer (ICT) yang telah berkembang. Sedangkan, interaktivitas (interactivity) bermakna hadirnya media baru membuat para penggunannya secara otonom dapat menyeleksi dari mana saja sumber informasi yang akan dia pilih dan juga dengan siapa saja dia akan berinteraksi langsung. Bahkan pengguna media baru juga dapat membuat content tersendiri untuk kemudian dibagikan ke khalayak ramai. Dalam berbagai hal, seperti kehadiran sosial (social presence) dan kesegeraan dalam melontarkan tanggapan balik, media baru secara substantif benar-benar menawarkan pengalaman yang amat berbeda ketimbang media massa sebelumnya. Walaupun tentu di sana ada debat yang berkepanjangan tentang kualitas interaksi interpersonal yang mampu dihadirkan oleh media baru.
34
Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone. Introduction to the Updated Student Edition. Dalam Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed.). The Handbook of New Media, h. 6-7.
39
Kesemua konsekuensi yang lahir dari media baru sejalan dengan tesis technological determinism yang melihat bahwa teknologi secara tidak terelakkan mendorong manusia untuk melakukan tindakan dan juga perubahan sosial. a. Pengertian Twitter Micro-blogging adalah alat yang menggabungkan unsur blogging dengan instant messaging dan jaringan sosial. Twitter adalah layanan micro-blogging yang mendistribusikan potongan ukuran teks di beberapa platform, termasuk ponsel, instant messaging dan email. Pesan sering digunakan untuk update status tentang apa yang dilakukan oleh pengguna. Pengguna twitter dapat mengirim pesan sampai 140 karakter langsung ke berbagai platform. 90% dari interaksi twitter tidak dibuat melalui situs twitter, tetapi melalui pesan teks ponsel, pesan instan, atau aplikasi desktop seperti twitterific. Fleksibilitas lebih ditingkatkan oleh kemampuan untuk berlangganan update melalui RSS. Penggunaan Twitter bervariasi. Twitter populer di kalangan pekerja rumahan dan freelancer, yang menggunakannya sebagian sebagai 'pendingin air virtual'. Orang lain menggunakannya hanya untuk tetap berhubungan dengan jaringan yang dekat dan berbagi pikiran atau memulai percakapan. Kesesuaian sebagai kendaraan untuk berita telah mendorong BBC dan CNN untuk memperkenalkan feed twitter. bahkan calon presiden AS telah dibawa ke twitter (misalnya, Barack Obama).
40
Fitur penting untuk dicatat adalah bahwa twitter dapat di indeks melalui google. Seperti kebanyakan di web, itu adalah platform yang umum, sehingga perlu diingat seperti penggunaannya mungkin menjadi bagian dari 'catatan permanen' anda. 35 2.
Karakteristik New Media Menurut Jan Van Dijk dalam bukunya The Network Society, new media are media which are both integrated and interactive and also use digital code at the turn of the 20th and 21st centuries.36 Artinya media baru adalah media yang memiliki tiga karakteristik utama yaitu integrasi, interaktif, dan digital. Martin Lister mengungkapkan beberapa karakteristik new media, antara lain:37 a. Bentuk pengalaman baru dalam teks, hiburan, kesenangan, dan pola dari konsumsi media (permainan computer, simulasi, efek khusus film). b. Cara baru dalam mempresentasikan dunia, penggunaan media yang dan menawarkan kemungkinan representasional baru. c. Bentuk hubungan baru antara pengguna, konsumen, dengan teknologi media. d. Bentuk pengalaman baru dari identitas diri maupun komunitas dalam berinteraksi. 35
Antony Mayfield. What is Social Media?. iCrossing, 2008, page 27. Jan Van Dijk. The Network Society. SAGE Publications Ltd. 2006, page 9. 37 Martin Lister, Jon Dovey, Seith Gidding, Lain Grant, Kieran Kelly. New Media : a Critical Introduction. London: Routledge. 2009. Page 12-13. 36
41
e. Bentuk konsepsi baru dari hubungan manusia secara biologis dengan teknologi media. f. Pola baru dalam organisasi dan produksi, sebuah integrasi dalam media seperti budaya, industry, ekonomi, akses informasi, kepemilikan, kontrol, dan undang-undang. Menurut Sirous Panahi, Jason Watson, dan Helen Partridge (2012) dalam World Academy of Science Journal membagi karakteristik media sosial dapat dikategorikan menjadi lima fitur, yakni:38 a. User-generated content Penciptaan konten adalah salah satu dari karakteristik utama dari media sosial. Pengguna tidak lagi hanya sederhana sebagai pembaca, melainkan mereka dapat berkontribusi dalam membuat, mengedit, memberikan komentar, anotasi, mengevaluasi, dan mendistribusikan isi asli dalam ruang media sosial. b. Peer to peer communication Yang membedakan sosial media dari teknologi web lama adalah kekuatan dalam menghubungkan pengguna ke pengguna (one-to-many) dengan
cara
yang
interaktif,
dibandingkan
pendekatan
lama
menghubungkan pengguna dengan isi. Konektivitas adalah fitur utama dari media sosial, memungkinkan orang mudah untuk tetap terhubung dengan satu sama lain dalam waktu real dan dalam basis global.
38
Sirous Panahi, Jason Watson, and Helen Partridge. Social Media and Tacit Knowledge Sharing: Developing a Conceptual Model. World Academy of Science Journal , 2012, page 1096.
42
c. Networking Membangun komunitas dengan pengguna lain utama karakteristik media sosial. Ini telah memungkinkan orang-orang dengan minat yang sama berkumpul dalam secara online ruang, menemukan satu sama lain, berbagi profil mereka, merek sendiri, mengembangkan hubungan, berdiskusi bebas tentang mereka sehari-hari masalah, dan mentransfer pengetahuan dan pengalaman. d. Multimedia oriented Karakteristik utama dari sosial media aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan dan berbagi beberapa konten bentuk seperti teks, gambar, audio, video, dan lainnya format dengan cara yang interaktif dan mudah. e.
User friendly Media Sosial terkenal karena kemudahan penggunaan aplikasi yang tidak membutuhkan kemampuan teknis tinggi atau panjang kursus formal jangka.
3. Kelebihan dan Kekurangan New Media a. Kelebihan New Media Dalam The Network Society: 1. Memungkinkan kita untuk berhubungan dengan mudah kepada hampir semua orang, bahkan jarak jauh. 2. Media baru memungkinkan komunikasi yang baik antar warga, karyawan dan konsumen untuk memiliki komunikasi secara langsung,
43
partisipasi ke dalam, lembaga-lembaga dalam mengambil keputusan, sesuai prinsip, dan memperkuat demokrasi.39 3. Secara teori, media baru dapat membantu untuk mengembangkan keterampilan mental yang lebih baik daripada media yang terdahulu, karena media baru mengintegrasikan berbagai mode komunikasi.40 4. Di masa depan media baru akan menjadi tutor bagi mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan duduk di depan kelas komputer atau di rumah dengan menggunakan alat
yang dikembangkan untuk
pendidikan jarak jauh.41 b. Kekurangan New Media 1. Kualitas komunikasi berkurang karena orang-orang menarik diri ke komunikasi komputer dan berinteraksi hanya dengan aman dalam lingkungan sosial yang dipilih masing-masing. 42 2. Mempengaruhi perilaku (pragmatik) yang tampak marjinal: kegiatan individu dan organisasi-organisasi sangat sensitif terhadap informasi setelah memasuki tahap tertentu. 43 3. Kita mungkin menjadi semacam cyborg, setengah komputer dan setengah manusia. Sherry Turkle (1984) menyatakan waktu yang lama bahwa komputer dapat berfungsi sebagai 'diri kedua'. Sudah pasti bahwa hubungan kita dengan media telah dipersonalisasi: kita
39
Jan Van Dijk. The Network Society. SAGE Publications Ltd. 2006, page 3. Ibid, page 216. 41 Ibid., page 224. 42 Ibid., page 3. 43 Ibid., page 199. 40
44
memperlakukan media yang seperti manusia (Reeves dan Nass, 1996).44
4. Web 1.0 dan 2.0 a. Web 1.0 Menurut Brian Getting (2007) web 1.0 muncul bersamaan dengan lahirnya World Wide Web (WWW), dimana web 1.0 ini hanya menyediakan sebuah halaman website yang terhubung dengan hyperlink. Web 1.0 merupakan read-only web, dimana hanya ada satu jalur komunikasi dalam website tersebut sehingga disebut juga sebagai brochureware. Dalam web 1.0, sejumlah kecil penulis menciptakan halaman web untuk sejumlah besar pembaca. Akibatnya, orang bisa mendapatkan informasi dengan pergi langsung ke sumbernya. WWW atau Web 1.0 adalah sistem saling terkait, dokumen hypertext yang diakses melalui Internet. Implementasi pertama dari web merupakan web 1.0, yang menurut Berners-Lee, dapat dianggap sebagai "read-only web" Dengan kata lain, web awal memungkinkan kami untuk mencari informasi dan membacanya. Ada sangat sedikit di jalan interaksi pengguna atau kontribusi konten. Namun, ini adalah apa yang sebagian besar pemilik situs inginkan: Tujuan
44
Jan Van Dijk. The Network Society. SAGE Publications Ltd. 2006, page 211.
45
mereka untuk sebuah situs web adalah untuk mendirikan sebuah kehadiran online dan membuat informasi yang tersedia untuk siapa pun setiap saat.45 Melihat Web 1.0 aplikasi tradisional pada kawat itu biasanya latihan membosankan. Satu umumnya akan melihat potongan besar HTML turun dari server, diikuti dengan beberapa gambar dan mungkin sedikit JavaScript untuk menu. Dalam AJAX aplikasi tions, rasio ini telah berubah secara signifikan. Sementara potongan besar HTML dan besar nomer gambar masih termasuk, jumlah JavaScript diturunkan oleh server telah berkembang dengan pesat. Lewatlah sudah hari di mana JavaScript digunakan hanya sebagai perekat untuk terus bersama bagian statis kecil dari aplikasi, seperti menu drop-down-JavaScript kini sebagian besar aplikasi itu sendiri. Ini telah benar-benar mengubah cara sebuah aplikasi terlihat pada kawat, karena aplikasi AJAX, tidak seperti Web 1.0 aplikasi tradisional, tidak terbatas pada pengiriman data dalam format pasangan nama-nilai HTTP POST. Dengan kebebasan objek Permintaan XMLHttp, sebuah aplikasi dapat berkomunikasi dengan server dalam format yang dipilihnya. 46 Dalam dunia Web 1.0, proses ini sering panjang dan rawan kesalahan. Ini karena untuk sepenuhnya memetakan metode terpapar oleh aplikasi, setiap sudut aplikasi harus dieksplorasi. Akun pengguna harus dibuat pada setiap tingkat akses, dan setiap kombinasi bentuk harus 45
Brian Getting. Basic Definitions: Web 1.0, Web. 2.0, Web 3.0. Available at http:// www.practicalecommerce.com/articles/464/Basic-Definitions-Web-10-Web-20-Web-30/ (Accessed on 06/01/2008) 46 Rich Canning, Himansu Dwivedi, Zane Lackey. Hacking Exposed Web 2.0:Web 2.0 Security Secrets and Solutions. US: The McGraw-Hill Companies, 2008, page 147.
46
diserahkan. Setelah ini selesai, penyerang harus menangkap menganalisis lalu lintas dari semua kegiatan tersebut dan memilih fungsi dari log. Inilah sebabnya mengapa web kerentanan scanner aplikasi biasanya telah kompleks
dan
mahal
sepasang
perangkat
lunak,
mereka
harus
mensimulasikan mengklik manusia melalui setiap area aplikasi sebelum daftar lengkap metode dapat diperoleh dan serangan komprehensif dapat dimulai. Dalam dunia Web 2.0, proses ini sering sangat disederhanakan. Sedangkan Web 1.0 komplikasi yang umumnya cukup sekuensial dan terkendali, aplikasi AJAX memiliki kemampuan untuk mengirim permintaan kapan saja dan dalam urutan apapun. Karena fakta ini, klien perlu tahu semua fungsi server depan. Hal ini sering berarti potongan besar Javascript dikirim ke klien selama beberapa permintaan awal, yang menggambarkan semua metode yang server mengekspos. Jika sebuah aplikasi turunkan file JavaScript dengan daftar semua metode terpapar, metode penemuan dapat dikurangi dari jam ke menit. Proses sebenarnya metode penemuan dalam aplikasi AJAX bervariasi pada kasus per kasus dan demi kerangka kerangka dasar. Namun, pelajaran dari melakukan metode penemuan terhadap satu kerangka umumnya mengajarkan penyerang bagaimana melakukan metode penemuan terhadap kerangka kerja lainnya. Sebuah analisis identifikasi kerangka kerja dan metode penemuan terhadap lima kerangka populer disediakan dalam bagian berikut dari. Selain itu, langkah-demi-langkah contoh adalah untuk
47
berjalan melalui identifikasi kerangka kerja dan proses penemuan metode menggunakan utilitas gratis WebScarab.47 b. Web 2.0 Istilah Web 2.0 diperkenalkan oleh Darcy DiNucci dalam artikelnya berjudul “Fragmented Future”, DiNucci menyebutkan bahwa, “Website yang kita ketahui sekarang (web 1.0), masih berupaya layar statis. Permulaan web 2.0 baru dimulai, website dimana awalnya hanya berupa layar yang berisikan teks dan grafik namun sekarang sudah menjadi mekanisme transportasi. Hal yang memungkinkan adanya interaksi antar user”. Web 2.0 merupakan jaringan dimana kita tidak hanya dapat melihat konten yang kita inginkan, tapi juga dapat membuat atau bertukar informasi dengan bebas, seperti social media (Blogger & Wordpress) dan social network (Flixster & Facebook), memungkinkan komunikasi dua arah antar user. Dapat dikatakan bahwa web 2.0 merupakan peningkatan kemampuan dari web 1.0 (Getting et all, 2007). Pada tahun 2004, Tim O‟Reilly memprakarsai sebuah seminar dengan menggunakan nama Web 2.0. Menurut Paul Graham (Dalam Sudarsono, 2009), nama 2.0 muncul dari sebuah brainstorming uneuk memberi nama konferensi tentang Web yang baru. Pada sesi pertemuan berikutnya Tim O‟Reilly mencoba mendefinisikan ulang Web 2.0. Batasan yang muncul adalah beberapa kriteria sebagai berikut: 47
Rich Canning, Himansu Dwivedi, Zane Lackey. Hacking Exposed Web 2.0:Web 2.0 Security Secrets and Solutions, page 153.
48
1. Web 2.0 menggunakan jaringan sebagai landasan kerja yang menjangkau semua peralatan terkoneksi. 2. Penerapan Web 2.0 memanfaatkan keunggulan hakiki landasan kerja tersebut. 3. Menyediakan piranti lunak yang secara terus menerus diperbaiki karena semakin banyak pengguna yang berpartisipasi dalam upaya itu. 4. Memakai dan memadukan data dari beragam sumber termasuk dari setiap individu pemakai. 5. Menyediakan data dan jasa dalam format yang mungkin dipadukan oleh pihak lain. 6. Menciptakan keunggulan jaringan dengan memakai arsitektur yang cocok untuk partisipasi berbagai pihak. 7. Melebihi kemampuan Web 1.0 karena diperkaya oleh pengalaman para pengguna. Kriteria di atas menunjuk pada dua hal yang saling mendukung dan menguatkan, yaitu sisi teknologi dan sisi hubungan manusia dalam bentuk partisipasi. Sisi teknologi diwakili oleh kelompok perangkat seperti Blog, wikis, podcast, RSS, feeds, dll. Sedangkan sisi sosial diwakili dengan tebentuknya jejaring sosial.
49
Tabel 2 Perbedaan antara Web 1.0 dengan Web 2.048
1. 2. 3. 4.
Ciri-ciri Bentuk Interaksi Sifat Bentuk Frame
Web 1.0 Statis Hanya online guestbook Hanya bisa dibaca Frame sets
5. Konten 6. Kunjungan Web
Gif resolusi 88 x 17 Dalam web yang sama
7. Contoh
Geocities
Web 2.0 Dinamis Jejaring Sosial Read and write Dapat dimodifikasikan dengan tema dan wallpaper Dinamis Melihat web tanpa mengunjung web tersebut Facebook, Yahoo, Twitter
5. Sosial Media Media sosial saat ini mengacu pada penggunaan web-based dan teknologi mobile untuk mengubah komunikasi menjadi dialog yang lebih interaktif. Kaplan dan Michael Haenlein membuat definisi mengenai Sosial Media sebagai sebuah grup dari aplikasi dengan dasar Internet yang membangun dasar dari ideology dan teknologi dari Web 2.0, dan memperbolehkan pembuatan dan pertukaran user-generated content atau konten yang dibuat oleh penggunanya, sebagai satu kesatuan metode untuk mengembangkan komunikasi sosial, dimana juga menggunakan akses ubiquitous dan terukur dari teknik komunikasi yang dibangun.49
48
http://r4tn46.blogspot.com/2011/04/perbedaan-web-10-20-dan-30.html diakses 20 Maret 2013. 49 Andreas Kaplan & Michael Haenlein. "Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media". Business Horizons, 2010.
50
Menurut Mayfield, media online social merupakan sebuah media online jenis baru yang memiliki karakteristik sebagai berikut:50 1.
Partisipasi Media sosial mendukung kontribusi dan umpan balik dari semua orang yang tertarik di dalamnya, sehingga tercipta sebuah partisipasi dari pengguna di media tersebut.
2.
Keterbukaan Sebagian besar pelayanan sosial media terbuka untuk umpan balik dan partisipasi. Mereka mendukung adanya voting, comment, dan saling membagi informasi. Sedikit kemungkinan adanya batasan untuk mengakses atau menggunakan konten yang tersedia memang ditujukan bagi para penggunanya.
3.
Percakapan Dimana media tradisional lebih mengandalkan “broadcast” (konten didistribusikan kepada pengguna) sedangkan media sosial lebih terlihat sebagai komunikasi dua arah.
4.
Komunitas Media sosial memungkinkan komunitas terbentuk lebih cepat dan lebih efektif untuk berkomunikasi. Komunitas berbagi beberapa hal yang sama, seperti kesukaan terhadap kuliner, sebuah isu politik, atau sebuah acara televisi.
50
Anthony Mayfield. What is Social Media? (Online resource: http://www.icrossing.co.uk/fileadmin/uploads/eBooks/What_is_Social_Media_iCrossing_ebook.p df), 2007, page 5.
51
5.
Connectivity Kebanyakan media sosial mengandalkan konektivitas mereka dengan dunia internet. Seperti dengan link ke website lain sehingga interaksi yang tercipta tidak hanya pada media sosial tersebut, namun juga ke berbagai sumber yang mendukung kekayaan interaksi bagi user itu sendiri.
6. Sosial Media dan Politik Dalam Arrianie komunikasi Politik melibatkan apa yang dinamakan “pembicaraan”.
Pembicaraan
dalam
komunikasi
politik
meliputi
pembicaraan dalam arti yang sangat (gambar, gerakan, isyarat, pakaian) maupun dalam bentuk perlambangan lainnya. Dalam Riswandi definisi komunikasi politik menurut Richard Fagen. mengungkapkan bahwa komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang terdapat dalam suatu sistem politik yang mempunyai dampak secara akurat dan potensial. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Dalam Alfian, komunikasi politik mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan, protes, dan dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke pusat pemrosesan sistem politik, dan hasil pemrosesan itu yang tersimpul dalam fungsi-fungsi out-put, dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selanjutnya menjadi feedback sistem politik.51
51
Alfian. Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993, hal 1.
52
McQuail mengatakan dalam Riswandi bahwa komunikasi politik merupakan semua proses penyampaian informasi (termasuk fakta, pendapatpendapat, keyakinan-keyakinan dan seterusnya), pertukaran dan pencarian itu semua yang dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik. Fungsi komunikasi politik dari suatu sistem politik diibaratkan seperti aliran darah dalam sistem tubuh manusia, ia mengalirkan pesanpesan atau informasi tentang politik, baik di dalam masing-masing unsur/bagian dari sistem politik itu sendiri, atau juga mengalirkan pesanpesan politik dari satu bagian ke bagian lain dari sistem politik itu sediri.52 Dalam paparannya mengenai new media, McQuail menyatakan bahwa media massa lama dianggap memainkan peran yang sangat besar dalam pelaksanaan politik demokratis. Manfaat media massa dalam bidang politik adalah memberikan informasi kepada publik mengenai agenda politik pemerintah dan politisi dan membuka kesempatan kepada masyarakat untuk mengritisi pemerintah. Namun demikian, lebih jauh McQuail berpendapat bahwa peran media massa di bidang politik juga memiliki sisi negative misalnya adanya dominasi media oleh kelompok tertentu dan juga dominasi aliran suara vertical, serta komersialisme media yang kerap mengabaikan peran komunikasi yang demokratis.53 Ada harapan baru bagi media baru, khususnya internet yang berkembang saat ini, bahwa media ini bisa menjadi cara yang potensialdalam mendobrak politik demokrasi massa yang opresif, yang sulit 52
Riswandi. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009, hal. 35. Dennis McQuail. McQuail’s Mass Communication Theory, 5th Edition. London: Sage Publications Ltd . 2005. page 150-152. 53
53
menyuarakan suara dari bawah ke atas, yang kerap dengan power yang dimiliki, dimanfaatkan oleh penguasa untuk kepentingan golongannya. Internet diharapkan bisa menjadi media baru mengalirnya informasi dua arah yang interaktif antara politisi dan pendukungnya. Internet menjanjikan akan memberikan forum yang seluas-luasnya bagi pengembangan kelompok kepentingan dan sebagai sarana penyaluran opini. Dahlberg dalam McQuail menggambarkan adanya tiga model dasar pemanfaatan internet dalam konteks politik baru, yaitu:54 1. Model “Cyber-libertarianism” yang menginginkan pendekatan politik didasarkan pada model pasar konsumen. Dalam hal ini media baru bisa menjadi sarana dalam melakukan survey plebisit (pemilihan umum di suatu daerah untuk menentukan status daerah itu), dan televoting, menggantikan proses yang dilakukan melalui media lama. 2. Ada pandangan komunitarian yang mengharapkan adanya saluran yang terbuka lebar antara partisipan grass-roots yang bisa memberikan masukan yang bermanfaat bagi partai/politisi dan ini pada gilirannya akan memperkuat komunitas politik pada tingkat local. 3. Terjadi interaksi dan pertukaran ide pada ruang publik melalui teknologi internet
yang memberikan manfaat signifikan bagi
berkembangnya demokrasi deliberatif. Margolis dan Resnick dalam Nayar mengidentifikasi salah satu jenis politik internet (internet politics) sebagai pemanfaatan politisi jaringan
54
Dennis McQuail. McQuail’s Mass Communication Theory, page 151.
54
(net) yang mengacu pada pemanfaatan jaringan untuk memengaruhi opini publik dan aktivitas politik offline.55 Situs-situs politik akan mendorong masyarakat untuk terlibat dalam kampanye dan mengirim e-mail kepada pemerintah. Dengan pengenalan electronic voting, jaringan akan mampu meningkatkan partisipasi demokratis. Van
Dijk
memakai
istilah
digital
democracy
yang
dalam
pandangannya secara luas diterjemahkan sebagai upaya mempraktikkan demokrasi tanpa batasan waktu, tempat, dan kondisi fisik lainnya, dengan menggunakan peralatan digital, dan sebagai tambahannya, demokrasi digital ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan praktik politik “analog” tradisional. Dalam The Network Society, Van Dijk menjelaskan beberapa manfaat dari pengaplikasian digital democracy, yakni:56 1. Digital democracy dan e-government memperbaiki pencarian dan pertukaran informasi bidang politik antara pemerintah, administrasi publik, anggota DPR, organisasi dan komunitas politik, serta individu masyarakat. 2. Digital democracy dan e-government mendukung terjadinya debat politik serta pembentukan deliberasi dan komunitas. 3. Digital democracy dan e-government meningkatkan partisipasi warga Negara dalam proses pengambilan keputusan.
55
Pramod K Nayar. Virtual World: Culture and Politics in The Age of Cybertechnology. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd, 2004, h. 174-175. 56 Jan Van Dijk. The Network Society, page 104.
55
Peran internet dalam bidang politik khususnya dalam perkembangan demokrasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Bentivegna dalam McQuaill (2005) mengungkapkan yakni:57 1. Mendobrak paradigma media lama yang hanya bersifat satu arah, melalui keunggulan interaktivitasnya. 2. Memungkinkan terjadinya komunikasi vertical dan horizontal, sehingga terjadi keseimbangan antara partai/politisi dan masyarakat sebagai pemegang kekuasaan. 3. Meminimalkan peran jurnalisme daam hubungan antara masyarakat dan politisi. 4. Tidak memakan biaya yang mahal. 5. Memiliki daya kirim pesan yang sangat tinggi dibandingkan media tradisional. 6. Tidak memiliki batas ruang dan waktu.
57
Dennnis McQuail. McQuail’s Mass Communication Theory, 5th Edition. London: Sage Publications Ltd, 2005, page 151-152.
BAB III GAMBARAN UMUM TIM MEDIA CENTER JOKOWI-AHOK DAN FOKE-NARA
A. Tim Media Center Jokowi dan Ahok Jokowi-Ahok Social Media Volunteers (JASMEV) yaitu para relawan yang mendukung kampanye Jokowi-Ahok di media sosial. Merupakan wadah atau tempat para relawan pendukung Jokowi-Ahok di media sosial, untuk mendapatkan informasi terkini dan mengoreksi isu-isu yang tidak benar. Selain itu Jasmev mengundang para relawan untuk ikut mendukung kampanye “Jakarta Baru” dengan menggunakan handphone, komputer atau perangkat komunikasi lainnya. Jasmev juga memberikan panduan kepada para relawan untuk dapat berkomunikasi di media sosial dengan simpatik dan menanggapi kritik dengan bijaksana. Sistem bekerjanya sukarela yakni tidak memberikan imbalan uang atau materi apapun kepada para relawan untuk turut serta berkampanye di media sosial. Penghargaan dari Jasmev bagi para volunteers berupa pemberian sertifikasi elektronis (e-certificate) ucapan terima kasih kepada para relawan yang akan diberikan melalui email selambatnya tgl. 15 Oktober 2012. Prinsip bekerjanya mengajak semua relawan dan pendukung Jokowi-Ahok untuk bersaing dengan jujur dan untuk menang dengan elegan.
56
57
JASMEV diketuai oleh Kartika Djoemadi (@KartikaDjoemadi), berikut profil beliau1 Seorang spesialis komunikasi dan praktisi kebijakan publik dengan latar belakang komunikasi manajemen dan ekonomi makro khususnya di komunikasi strategis, lobi dan advokasi, juga proses pembuatan kebijakan di negara-negara berkembang dari program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Kartika Djoemadi membangun The Spindoctors Indonesia untuk tujuan menjembatani kurangnya komunikasi antara pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan kebijakan dalam kebijakan dan pelaksanaan proses pembuatan. DeeDee juga dosen tamu di beberapa Universitas di Indonesia dengan
studi
utama
manajemen
komunikasi,
manajemen
branding,
komunikasi politik, hubungan masyarakat, studi media, kebijakan publik, kepemimpinan, kewirausahaan, lobi dan advokasi, dan memiliki banyak pengalaman sebagai fellows penelitian di beberapa Universitas di Amerika Serikat. Sebagai praktisi bisnis di sektor riil, DeeDee memiliki berbagai jaringan di sektor industri swasta dan organisasi profesional sebagai salah satu Komite Dewan di Kamar Dagang Indonesia dan Industri (KADIN Indonesia), Junior Chamber International Indonesia (JCI Indonesia), The National Youth Council Badan Pusat Indonesia (DPP KNPI), The Basket Ball Dewan Asosiasi Indonesia Pusat (PP Perbasi) dan Himpunan Pengusaha Muda
1
http://www.spindoctors-indonesia.com diakses pada 1 April 2013.
58
Indonesia (BPP HIPMI) dengan ide-ide yang luar biasa dan kontribusi profesional. Gambaran Umum Kartika Djoemadi::2 Kartika
Djoemadi
adalah
lulusan
Universitas
Indonesia
jurusan
Komunikasi dan Ekonomi. Dia juga sebagai pendiri dan pemilik PT Spindoctors Indonesia, PT Imagia Insightama, dan PT Catur Partial Fastindo. Selain beberapa itu, Kartika Djoemadi juga bergerak dalam grup dan asosiasi seperti Kadin Indonesia, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Junior Chamber International (JCI Indonesia), DPP KNPI, Lemabaga Pengusaha Pemuda Pancasila, PP PERBASI, Indonesia Oil and Gas, Indonesia Public Policy, dan Alumni UI.
2
2013.
http://id.linkedin.com/pub/deedee-kartika-djoemadi/13/525/614 diakses pada 3 April
59
B. Tim Media Center Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli Personel tim sukses Foke-Nara mempunyai latar belakang berbeda. Ada yang dari pensiunan birokrat Pemprov DKI, LSM, sampai konsultan politik. Sebelum menangani Pemilukada DKI, Kahfi Siregar (@Kahfi_Siregar), Kepala Media Center Foke-Nara, pernah mengantar SBY memenangi Pilpres 2009. Kahfi mengungkapkan pengalamannya kala menjadi bagian dari tim sukses SBY-Boediono, yang kini menjadi penguasa Indonesia. Menurutnya, ada pengalaman yang tak terlupakan dengan Presiden SBY. Saat itu, SBY sempat mampir ke ruang kerjanya, ketika ia bekerja di kantor konsultan Bravo Media Center. "Saya ingat betul pesannya Pak SBY saat itu. Beliau bilang, Mas Kahfi, semua informasi yang tidak benar harus segera diklarifikasi," ujarnya, Minggu (22/7/2012). Kahfi juga mengungkapkan pengalamannya sekantor dengan Wakil Presiden Boediono, kala masih berstatus cawapres. Menurutnya, ruangan Boediono di Bravo Media Center yang beralamat di Jalan Teuku Umar Nomor 51, ada di lantai satu. Sedangkan ruang kerjanya ada di lantai dua. "Waktu itu setiap hari ketemu dengan Pak Boediono. Sering ngobrol bareng. Waktu itu, ketua tim cawapresnya Rizal Malaranggeng," ungkap Kahfi. Saat ditanya mengenai nominal kontrak dan success fee saat menangani
SBY-Boediono
pada
Pilpres
2009,
Kahfi
enggan
60
membeberkannya secara rinci. Namun, dari sumber Tribun, nilai kontrak tim sukses SBY-Boediono kala itu lebih dari Rp 200 miliar. "Yah, mungkin sekitar itu. Kampanye saja keliling Indonesia. Pemilu ini mahal. Kalau success fee, saya enggak tahu," imbuhnya. Kahfi juga pernah menjadi tim sukses calon kepala daerah di provinsi lain, setelah mengantar SBY-Boediono menduduki kursi RI 1 dan RI 2. Kebanyakan calon yang ditanganinya, juga merupakan kader Demokrat. "Setelah pilpres, saya jadi tim sukses di pemilukada Kalsel, Sulut, dan Bengkulu. Itu tiga-tiganya kader Demokrat. Saat menjadi tim sukses calon bupati Sidoarjo saja kami menangani kader Golkar. Tapi, di Sidoarjo, kami kalah," paparnya.3 Kahfi Siregar juga menjabat sebagai sekretaris Departemen Informasi & Komunikasi Gerakan Nasional Anti Narkotika.
3
http://id.berita.yahoo.com/pengalaman-tidak-terlupakan-kahfi-siregar-saat-pilpres-2009154511678.html diakses pada 4 April 2013.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Teknik-Teknik Propaganda dalam Pemilukada DKI Jakarta Putaran Kedua 1. Teknik-Teknik Propaganda di Twitter Oleh Tim Media Center JokowiAhok Berdasarkan penjelasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti menemukan teknik - teknik propaganda yang dilakukan oleh Tim Media Center Jokowi-Ahok dalam Pemilukada DKI Jakarta di Twitter. 1. Name Calling Name Calling adalah memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar orang menolak suatu tanpa menguji kenyataannya. Gambar 3 Contoh Teknik Propaganda Name Calling Tim Media Center Jokowi-Ahok
61
62
Tweet tersebut masuk dalam kategori teknik propaganda name calling karena terdapat pemberian label buruk pada kata „intelektual mawutmawut‟, sedangkan objek atau orangnya yakni „Foke, Jokowi‟. 2. Glittering Generalities Glittering Generalities adalah teknik propaganda Menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Gambar 4 Contoh Teknik Propaganda Glittering Generalities Tim Media Center Jokowi-Ahok
Tweet tersebut masuk kedalam kategori teknik propaganda glittering generalities karena peneliti temukan penggunaan “kata yang baik” atau “kata bijak” yang membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksa terlebih dahulu. Dalam Tweet ini tertuju pada kalimat “JOdohnya Kota betaWI”
63
3. Card Stacking Card Stacking adalah memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat, logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Gambar 5 Contoh Teknik Propaganda Card Stacking Tim Media Center JokowiAhok
Dua Tweet “Survei INES: Jokowi 72,48 persen, Foke 27,52 persen” dan “ICW Nilai Positif Rancangan Transparansi APBD” tersebut termasuk dalam teknik propaganda card stacking karena menonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat dari satu sisi. Di samping itu tweet ini memunculkan efek domino. 4. Plain Folks Plain Folks adalah propaganda yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Plain Folks juga merupakan propaganda dengan menggunakan cara
64
member identifikasi terhadap suatu ide. Teknik ini mengidentikkan yang dipropagandakan milik atau mengabdi pada komunikan. Gambar 6 Contoh Teknik Propaganda Plain Folks Tim Media Center Jokowi-Ahok
Tweet tersebut masuk kedalam kategori teknik propaganda plain folks karena terdapat imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif untuk menyerap empati publik. Mengklaim diri mampu mewakili aspirasi. Kata yang menguatkan bahwa Tweet tersebut termasuk plain folks adalah „Anak Tuhan‟ dan „Laskar Kristus‟. Yang dimaksud dengan „Anak Tuhan‟ disini adalah Ahok. Sedangkan „Laskar Kristus‟ maksudnya adalah kelompok yang diisi oleh orang-orang yang beragama Nasrani. Tujuannya adalah agar pemilih beragama Nasrani memilih pasangan Jokowi-Ahok.
65
5. Band Wagon Band Wagon adalah usaha untuk meyakinkan khalayak agar gagasan besarnya bisa diterima dan banyak orang akan turut serta ke dalam gagasan tersebut. Bisa juga Band Wagon adalah teknik propaganda yang dilakukan dengan menggembar-gemborkan kesuksesan yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga, atau suatu organisasi. Gambar 7 Contoh Teknik Propaganda Band Wagon Tim Media Center Jokowi-Ahok
Tweet tersebut masuk dalam teknik propaganda band wagon karena terdapat
usaha
untuk
menggembar-gemborkan
kesuksesan
dan
meyakinkan khalayak agar gagasan besarnya bisa diterima dan banyak orang akan turut serta kedalam gagasan. Dalam Tweet tersebut jelas muncul gagasan-gagasan Tim Media Center Jokowi-Ahok. Gagasangagasan tersebut seperti “30. Keberhasilan ini patut disyukuri warga Solo, karena daerah ini minim sumber daya alam. Luas lahannya pun hanya 44
66
km2 #Jokowi”. Lalu “ 29. Secara ekonomi, dalam 6 tahun terakhir, APBD Solo naik pesat dari 350 miliar menjadi 1 triliun lebih. Investor dan wisatawan datang. #Jokowi”. Yang terakhir “28. Dengan berbagai perubahan itu, Solo sebagai kota kecil berhasil menggelar event-event budaya Internasional setiap tahun ada 36 event #Jokowi.” 6. Testimonial Testimonial adalah memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam dukungan politik yang digunakan oleh tokoh terkenal, dll. Testimonial berisi perkataan manusia yang dihormati atau dibenci bahwa idea tau program/produk adalah baik atau buruk. Propaganda ini sering digunakan dalam kegiatan komersial meskipun juga bisa digunakan untuk kegiatan politik. Gambar 8 Contoh Teknik Propaganda Testimonial Tim Media Center Jokowi-Ahok:
67
Tweet tersebut menunjukkan teknik propaganda testimonial karena syarat dari testimonial sendiri dilakukan oleh public figure atau tokoh terkenal yang memiliki otoritas dan prestise sosial tinggi sehingga mampu mempengaruhi pikiran khalayak. Tokoh dalam tweet-tweet tersebut adalah Hanung Bramantyo, Ralph Tampubolon, dan Fadjroel Rachman. 2. Teknik-Teknik Propaganda Di Twitter Oleh Tim Media Center Foke Nara Berdasarkan penjelasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti menemukan teknik - teknik propaganda yang dilakukan oleh Tim Media Center Foke-Nara dalam Pemilukada DKI Jakarta di Twitter. 1.
Name Calling Name Calling adalah memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar orang menolak suatu tanpa menguji kenyataannya. Gambar 9 Contoh Teknik Propaganda Name Calling Tim Media Center Foke-Nara
68
Tweet tersebut masuk dalam kategori teknik propaganda name calling karena terdapat pemberian label buruk yang terdapat pada kata „arogan‟ dan juga „tidak tau sopan santun‟, sedangkan objek atau sasarannya yakni „ahok‟. Jelas sekali teknik ini menyerang secara langsung. 2. Glittering Generalities Glittering Generalities adalah teknik propaganda Menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Gambar 10 Contoh Teknik Propaganda Glittering Generalitites Tim Media Center Foke-Nara
Tweet tersebut masuk kedalam kategori teknik propaganda glittering generalities karena peneliti temukan penggunaan “kata yang baik” atau “kata bijak” yang membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksa terlebih dahulu. Dalam Tweet ini tertuju pada
69
kalimat „Jk ada salah kata, mohon di lepaskan, mohon di maafkan dan ijinkan saya berjuang memenangkan kepentingan rakyat. Mulai detik ini pikirkan SATU‟. 3. Card Stacking Card Stacking adalah memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat, logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Gambar 11 Contoh Teknik Propaganda Card Stacking Tim Media Center Foke-Nara
Teknik Propagan da Card Stacking
Tweet ‟FPI akan gelar Aksi Damai untuk dukung Fauzi Bowo, minggu 16 september 2012‟, lalu „Partai Besar Bergabung Dukung Foke‟, dan „Partai Golkar alihkan dukungannya pada pasangan FokeNara pada pilkada DKI putaran kedua pada 20 September 2012‟ menunjukkan bahwa Foke-Nara didukung oleh partai-partai besar dan
70
juga ormas Islam sehingga mampu mempengaruhi persepsi pemilih. Inilah yang disebut efek domino sesuai yang diharapkan teknik ini. 4. Plain folks Plain Folks adalah propaganda yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Plain Folks juga merupakan propaganda dengan menggunakan cara member identifikasi terhadap suatu ide. Teknik ini mengidentikkan yang dipropagandakan milik atau mengabdi pada komunikan Gambar 12 Contoh Teknik Propaganda Plain Folks Tim Media Center Foke-Nara
Jelas sekali Tweet „Emang salah ya, orang Betawi menyarankan orang Betawi milih orang Betawi di acara orang2 Betawi‟ menujukkan himbauan bahwa pembicara berpihak kepada khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Dalam kata lain mempropagandakan hanya orang Betawi yang boleh memimpin Jakarta.
71
5. Band Wagon Band Wagon adalah usaha untuk meyakinkan khalayak agar gagasan besarnya bisa diterima dan banyak orang akan turut serta ke dalam gagasan tersebut. Bisa juga Band Wagon adalah teknik propaganda yang dilakukan dengan menggembar-gemborkan kesuksesan yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga, atau suatu organisasi. Gambar 13 Contoh Teknik Propaganda Band Wagon Tim Media Center Foke-Nara
Tweet „Banjir itu sudah berkurang, Macet juga pelan2 bisa dikurangi‟ adalah usaha Tim Media Center Foke-Nara menggembargemborkan kesuksesan yang telah dicapai untuk meyakinkan khalayak. Meskipun tanpa sumber dan data yang jelas. Jelas ini termasuk Plain Folks.
72
6. Testimonial Testimonial adalah memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam dukungan politik yang digunakan oleh tokoh terkenal, dll. Testimonial berisi perkataan manusia yang dihormati atau dibenci bahwa idea tau program/produk adalah baik atau buruk. Propaganda ini sering digunakan dalam kegiatan komersial meskipun juga bisa digunakan untuk kegiatan politik.
Gambar 14 Contoh Teknik Propaganda Testimonial Tim Media Center Foke-Nara
Tweet tersebut menunjukkan teknik propaganda testimonial karena syarat dari testimonial sendiri dilakukan oleh public figure atau tokoh
73
terkenal yang memiliki otoritas dan prestise sosial tinggi. Tokoh dalam Tweet ini adalah Ketua DPR Marzuki Alie. 3. Strategi di New Media Kedua Pasangan Foke-Nara dan Jokowi-Ahok Setelah
melakukan
observasi,
peneliti
melakukan
interview/wawancara terhadap Ketua Tim Media Center kedua pasangan. Kartika Djoemadi di kubu Jokowi-Ahok, sedangkan Kahfi Siregar pada Foke-Nara. Dari interview yang telah kita lakukan dengan nara sumber, dapat kita peroleh beberapa poin yang menjadi komparasi. Yang pertama, menurut tim Jokowi jejaring sosial Twitter “Sangat berpengaruh” dalam meraih pemilih dan kemenangan di Pilkada Jakarta 2012 kemarin. Selain Twitter, jejaring sosial lainnya yang cukup ramai dalam perdebatan dan berpengaruh adalah Kaskus (forum). Sedangkan bagi tim Foke, Twitter “Tidak Berpengaruh” dalam meraih vote getter dan hasil Pilkada. Tabel 3 Interview Dengan Tim Media Center Masing-Masing Pasangan Mengenai Pengaruh Twitter Tim Media Center Jokowi-Ahok Kenapa sangat penting, karena volunteer kita banyak yang disitu, selain itu banyak opinion leader, seperti Adi MS dan Hanung, mereka itu opinian leader, karena apa yang mereka bicarakan followersnya percaya. Jadi, orang-orang itu tidak dibayar, Adi MS bilang ”siapa yang
Tim Media Center Foke-Nara Sosial media tidak mempengaruhi perilaku pemilih, tetapi sejujurnya pemilih banyak yang di kalangan bawah dan menjadi meter ukur di kelas menengah ke atas, bahwa kandidat mendapat pendukung yang banyak. Putaran pertama tidak terlalu memerhatikan di social media.
74
mau bayar saya? Saya saja belum Karena kita yakin masyarakat banyak pernah ketemu pak Jokowi1 yang memilih kita. Di putaran kedua, timses Foke-Nara membuat tim khusus sosial media2 Yang kedua, strategi Twitter dari pasangan tim Jokowi adalah “Fun and Joke”. Maksudnya untuk melakukan attacking caranya dengan Fun tweet. Untuk melakukan counter attack caranya dengan Joke tweet. Sedangkan strategi dari tim Foke yaitu “Attack and Defense”. Tabel 4 Interview Dengan Tim Media Center Masing-Masing Pasangan Mengenai Strategi di New Media Tim Media Center Jokowi-Ahok Pokoknya membuat akun dimana pak Jokowi menjadi brandnya anak-anak muda. Jadi kalau kita ngetweet tidak boleh buat tweet war. Jadi pokoknya mengorganize relawan harus yang changing, harus yang fun. Kita punya agenda setting sosial media, isunya kita tentukan, dan cara memberitahukannya bebas3
Tim Media Center Foke-Nara Kemarin kita ofensif, kan sebenarnya mereka menang, mereka nyerang kita, tapi kita kan tidak mau diserang, kita serang mereka juga. Kita punya dua tim, satu ofensif yang satu defensif4
Yang ketiga, secara time to tweet dari tim Jokowi yaitu menggunakan sistem shift, jadi bergantian. Sedangkan dari tim Foke tidak memberikan keterangan yang jelas mengenai waktu tweet-nya tapi mereka hanya memberikan penjelasan bahwa tweet-nya bisa dilakukan kapan saja.
1
Wawancara dengan Kartika Djoemadi, pada 11 Oktober 2012. Wawancara dengan Kahfi Siregar, pada 7 Oktober 2012. 3 Wawancara dengan Kartika Djoemadi, pada 11 Oktober 2012. 4 Wawancara dengan Kahfi Siregar, pada 7 Oktober 2012. 2
75
Tabel 5 Interview Dengan Tim Media Center Masing-Masing Pasangan Mengenai Time To Tweet di Twitter Tim Media Center Jokowi-Ahok Saya perlu satu koordinator untuk mengumpulkan relawan di sosial media, dikasih wadah lalu di organisir. Supaya mereka punya 1 isu yang bisa di tweet bareng. Kalau misalnya ada fitnah, kita handling bareng-bareng. Pokoknya kalau mau jadi membernya jasmev, syaratnya harus ngetweet minimal sehari tentang Jokowi, tidak ada syarat lain.5
Tim Media Center Foke-Nara Kalau itu, bang Fauzi juga mengelola akunnya sendiri, Namun saya dan tim kerja kami juga ikut mengelola masing-masing. Kita jarang menyebarkan posting, hanya membalas posting saja. Sedangkan yang suka mengelola twitter bang Fauzi tapi bila perlu saja, beliau jarang ngetweet.6
Yang keempat, tim Jokowi beranggapan bahwa akun Twitter Foke adalah akun Pseudo account. Akun yang dibuat untuk mencitrakan Jokowi adalah akun-akun asli. Dan akun-akun tersebut dikelola oleh para volunteer (tanpa bayaran sama sekali). Mereka juga menganggap bahwa akun-akun pencitraan Foke adalah akun-akun bayaran. Sedangkan, dari Tim Foke juga beranggapan bahwa akun Jokowi adalah akun pseudo account dan akun-akun yang dibuat oleh Foke adalah akun asli. Tabel 6 Interview Dengan Tim Media Center Masing-Masing Pasangan Mengenai Twitter Account Tim Media Center Jokowi-Ahok Jadi Foke mengeluarkan banyak uang untuk orang-orang yang mengkampanyekan tentang dirinya di sosial media. Itupun orang-orangnya tidak mau terlihat. Jadi, misalnya saya Dini nih, saya dibayar sama Foke, saya tidak mau menggunakan akun pribadi 5 6
Tim Media Center Foke-Nara Kita membuat tim sukses yang di daftarkan di KPU sekitar 80 orang punya akun tweeter. Ada FBJ (Forum Bersama Jakarta) sekitar ratusan anggotanya punya akun twitter juga, Cuma terkadang mereka tidak menggunakan akun
Wawancara dengan Kartika Djoemadi, pada 11 Oktober 2012. Wawancara dengan Kahfi Siregar, pada 7 Oktober 2012.
76
saya, saya pakai akun anonim saja. Akhirnya muncullah banyak akun-akun yang aslinya tuh ownernya dibayar untuk ngetweet sebanyak-banyaknya terus dibayar sekian di setiap minggunya.7
pribadinya. Ya betul, kalau saya berani bilang seperti itu. Jadi kalau Jokowi tercitra seperti yang dibilang di akun-akunnya itu tidak benar, karena tweetnya banyak yang pegang.8
Tabel 7 “Komparasi Statement Tim Media Center Kedua Pasangan Terhadap Penggunaan New Media (Twitter)”
A.
B. C. D.
E.
Tim Jokowi Tim Foke Twitter “Sangat Berpengaruh”. Selain Twitter “Tidak Berpengaruh”. Twitter, kaskus juga berpengaruh. Yang lumayan greget di Blog/Forum Strategi Twitter : Fun and Joke Strategi Twitter : Attack and Defense Time to Tweet : Sistem shift. Bukan Bebas, tidak ada waktu yang memakai aplikasi hoot suite jelas Mengklaim bahwa account Twitter Tim Mengklaim bahwa account Foke “Pseudo account” dan yang Twitter Tim Jokowi “Pseudo Jokowi asli. account” dan tim Foke asli. Mengaku sebagai “Volunteer” dan tim Tidak memberikan penjelasan. Foke “Bayaran”
B. Etika Komunikasi di New Media Twitter dalam Propaganda Pemilukada DKI Putaran Kedua 1. Propaganda dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Jika kita membahas etika tentunya akan membicarakan mengenai suatu aturan atau sikap. Di satu sisi propaganda tidak mengenal kata benar atau salah. Sehingga tidak ada hukum yang mengikat. Di sisi lain dampak perkembangan teknologi informasi menuntut munculnya peraturan yang
7 8
Wawancara dengan Kartika Djoemadi, pada 11 Oktober 2012. Wawancara dengan Kahfi Siregar, pada 7 Oktober 2012.
77
diharapkan mampu menjadi pedoman untuk memastikan tidak ada pihak yang dirugikan dalam kegiatan di dunia maya. Aturan tersebut tertuang di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor Sebelas tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. UU ITE terdiri atas beberapa bab yang di dalamnya membahas segala hal terkait dengan informasi melalui elektronik. Bab yang dimaksud adalah Bab VII UU ITE. Menilik aktivitas propaganda di new media (Twitter) dari masing-masing Tim Media Center terdapat teknik-teknik propaganda yang berbenturan dengan UU ITE. Teknik-teknik propaganda yang berbenturan dengan aturan tersebut adalah teknik propaganda name calling dan plain folks. Seperti contoh tweet name calling yang peneliti tampilkan di pembahasan sebelumnya, terlihat jelas bahwa teknik propaganda ini bertentangan dengan Bab VII UU ITE pasal 27 ayat 3 dan pasal 28 ayat 1 dan 2. Dalam contoh-contoh yang didapat peneliti pada pembahasan sebelumnya, peneliti menemukan kata-kata dalam tweet name calling masing-masing Tim Media Center seperti dari Tim Media Center Foke Nara yaitu „berkali-kali saya sampaikan ahok itu arogan. Tidak tau sopan santun‟, dan dari Tim Media Center Jokowi Ahok seperti „Foke Jokowi, kaum intelektual mawutmawut‟ yang ditujukan kepada para calon. Jika mengacu kepada pasal 27 ayat 3 yang berbunyi: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik” Penggunaan kata-kata dalam tweet tersebut yang tanpa menguji kebenarannya tentu mengarah kepada muatan penghinaan atau pencemaran nama baik.
78
Berikutnya, mengacu pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik” Tweet-tweet dengan menggunakan kata-kata atau kalimat seperti di atas akan mengarah pada penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga merugikan para Cagub. Lebih parahnya lagi jika tweet name calling tadi digunakan untuk menebar rasa kebencian yang mendalam dan permusuhan dari kedua belah pihak yakni Jokowi-Ahok dan Foke Nara. Ini tentu mengacu pada pasal 28 ayat 2 yang berbunyi: “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)” Sementara teknik propaganda plain folks bertentangan dengan pasal 28 ayat 2. Seperti contoh yang telah peneliti jelaskan pada pembahasan sebelumnya, Tim Media Center masing-masing pasangan melakukan teknik propaganda dengan menggunakan kata-kata „Laskar Kristus‟ dan kalimat „Emang salah ya, orang Betawi menyarankan orang Betawi menyarankan orang Betawi milih orang Betawi di acara orang2 Betawi‟ tentu akan mengarah kepada SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan). Hal SARA itu sensitif. Berbahaya jika sudah saling menyinggung dan menimbulkan kebencian. Bisa saja terjadi perang saudara diantara kita hanya karena bersaing dalam Pemilukada. 2. Propaganda Dengan Etika Komunikasi Dalam Islam Mencerna definisi dan penerapan dari beberapa teknik propaganda ternyata berlawanan dengan ajaran Islam. Dua teknik yang berlawanan
79
tersebut adalah name calling dan glittering of generalities. Dalam sub bab ini peneliti akan menganalisis. Pertama adalah name calling. Teknik dengan cara memberikan label buruk kepada seseorang, gagasan maupun objek agar orang mempercayai tanpa menguji kebenarannya seperti menuduh seseorang kafir, penjahat, koruptor dan lain sebagainya ini bertentangan dengan Al-Quran surat AlHujurat ayat 12.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan sangka-sangka (dugaan terhadap sesama Muslim), karena sebagian sangka-sangka itu ialah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari „aib orang dan jangan pula setengah kamu mengumpat yang lain. Sukakah salah seorang kamu, bahwa ia memakan daging saudaranya yang telah mati (bangkainya)? Maka tentu kamu benci memakannya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah penerima taubat lagi Penyayang” Islam memerintahkan kita untuk manjauhi prasangka atau dugaan-dugaan, mencari aib, dan tidak mengumpat. Teknik propaganda name calling jelas bertetangan dengan ayat ini. Selain itu, jika kita melihat pengertian dan prakteknya, teknik name calling ini bisa dikatakan mendekati fitnah. Kita bisa lihat pada contoh-contoh teknik propaganda name calling dari masing-masing Tim Media Center seperti penggunaan kata „arogan‟, „intelektual mawutmawut‟, dan „tidak tau sopan santun‟. Tentu jika menilik pada teori
80
propaganda, hal tersebut sah-sah saja dilakukan, namun dalam ajaran Islam serangan verbal yang tanpa bukti dan kebenarannya bisa menjadi fitnah. Islam sendiri sangat mengecam fitnah dalam surat Al-Baqarah 191.
“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir”. Kedua, glittering of generalities. Teknik dengan menggunakan “kata-kata bijak” agar mendapat dukungan secara tidak murni atau alami. Ini bertentangan dengan Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 70.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar” Dalam ayat tersebut Islam mengajarkan untuk bertutur kata yang tepat. Maksudnya ialah jujur, sesuai, dan tidak dibuat-buat. Kita bisa melihat kembali contoh-contoh teknik propaganda glittering of generalities dari masing-masing Tim Media Center yang peneliti temukan pada pembahasan sebelumnya seperti kalimat „Jk ada salah kata, mohon di lepaskan, mohon di maafkan dan ijinkan saya berjuang memenangkan kepentingan rakyat. Mulai detik ini pikirkan SATU‟ dan „JOdohnya Kota betaWI‟. Penggunaan „kata-kata yang baik‟
81
tersebut digunakan untuk mendapat dukungan meskipun tanpa menyelidiki ketepatan asosiasinya. Bisa diartikan, punya maksud atau tujuan lain. Jika menilik pada teori propaganda, cara ini tidak dilarang dan sah saja digunakan. Namun dalam ajaran Islam teknik propaganda ini bertentangan karena caranya yang dibuat-buat atau tidak jujur.
C. Kelebihan dan Kekurangan Implementasi Teknik Propaganda di Twitter dalam Pemilukada DKI Jakarta 1. Jokowi-Ahok a. Kelebihan 1. Strategi Jasmev adalah fun and joke. Tentunya ini menjadi nilai positif karena membuat muatan tweet dari Tim Media Center tersebut tidak terasa berat dan membuat setiap followers akan merasa nyaman menyimak timeline mereka. Strategi dengan cara mengkomposisi tweet seperti ini menurut peneliti cukup cerdas karena bagaimana dengan 140 karakter huruf Tim Media Center mampu mengemas tweet dengan menarik. 2. Dengan cara kerja shift by shift dalam pengelolaan new media khususnya Twitter diharapkan efektif mampu meraih vote getter dari jejaring sosial tersebut. Sebuah tim yang bekerja secara shift by shift mengelola Twitter menandakan bahwa pengelolaan pada jejaring sosial ini serius dan intensif. Twitter timeline bersifat continue, jadi terus menerus dan tidak putus. Sehingga para followers ataupun
82
pengguna Twitter akan terus mengamati tweet dari Tim Media Center yang bermunculan secara teratur.
b. Kekurangan Jokowi tidak memegang langsung akun Twitternya. Tim Media Centernya yang dominan mengelola akunnya. Tentu akan lebih baik jika Jokowi mengelola akunnya sendiri meski intensitasnya tidak sering. Bisa saja para followers atau pengguna Twitter beranggapan bahwa tweet-tweet yang dibuat tidak natural dan dibuat-buat. 2. Foke-Nara a. Kelebihan 1. Mempunyai dua tim di dalam Twitter yakni offense dan defense. Tentu ini menjadi kekuatan dalam melancarkan counter tweet maupun menanggapi mention secara tegas. Strategi ini menunjukkan bahwa Tim Media Center ini tidak mau basa-basi alias tidak kenal kompromi. Di saat attacking Tim Media Center ini langsung bermain lugas, sebaliknya tim lawan politik akan berpikir berulang kali sebelum melancarkan attacking tweet ke Tim Media Center pasangan ini. 2. Fauzi Bowo mengkomposisi tweet sendiri. Itu merupakan sebuah nilai positif karena bisa langsung berhubungan langsung dengan para followers di Twitter. Meskipun Foke jarang melakukan tweet tetapi Tim Media Centernya yang mem-back up. Twitter merupakan jejaring sosial. Prinsip jejaring sosial itu terdapat komunikasi dua arah. Tepat
83
sekali jika memang Foke ikut mengelola akunnya sendiri sehingga prinsip jejaring sosial terpenuhi dan pesan antara komunikator dan komunikan tersampaikan. b. Kekurangan Tidak terlalu menganggap penting pemanfaatan new media khususnya Twitter sehingga tidak intensif dalam mengelola new media pada Pemilukada DKI Jakarta kemarin. Di era perkembangan teknologi informasi seperti sekarang ini seharusnya para stake holder perpolitikan nasional seperti CagubCawagub memperhatikan sosial media. Tidak hanya paham dalam segi retorika maupun media mainstream. Jika retorika jangka waktunya tidak menentu dan media mainstream hanya berjalan satu arah, maka new media khususnya Twitter bisa menjadi senjata baru karena mampu berjalan dua arah dan bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tim Media Center Jokowi-Ahok dan Foke-Nara menerapkan teknik-teknik propaganda di Twitter pada Pemilukada DKI Jakarta. Enam teknik propaganda tersebut yakni name calling, glittering of generalities, card stacking, plain folks, band wagon, dan testimonial. Teknik-teknik itu dikemas dalam tweet-tweet yang telah tersusun dalam strategi. Masingmasing Tim Media Center baik dari pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara memiliki strategi yang berbeda dalam menghadapi Pemilukada pada new media Twitter. Bagi Tim Media Center Jokowi-Ahok Twitter sangat berpengaruh dalam Pemilukada DKI kemarin. Namun bagi Tim Media Center Foke-Nara jejaring sosial Twitter ini tidak berpengaruh. Strategi yang dirancang dari kubu Jokowi yaitu fun and joke. Di kubu Foke strategi yang dipakai adalah Attack and Defense. Dari segi waktu, pengelolaan Twitter Tim Media Center Jokowi-Ahok bekerja dengan sistem shift, sebaliknya Tim Media Center Foke-Nara tidak menentukan waktu pengelolaan Twitter atau dalam artian bebas kapan saja tidak terikat waktu. Kedua kubu sama-sama mengklaim bahwa akun-akun Twitter lawan adalah pseudo account. Secara keanggotaan, Tim Media Center Jokowi-Ahok menjelaskan bahwa timnya diisi oleh para volunteer atau sukarelawan. Sedangkan dari Tim Media Center Foke-Nara tidak memberikan penjelasan berkaitan dengan keanggotaan. 84
85
2. Propaganda tidak bisa di golongkan menjadi propaganda yang benar atau propaganda yang salah. Tetapi jika dihubungkan dengan etika komunikasi yang berlaku di Indonesia, ada beberapa teknik propaganda yang bertentangan dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Bab IV tahun 2008. Teknik-teknik propaganda yang berbenturan dengan aturan tersebut adalah teknik propaganda name calling dan plain folks. Seperti contoh tweet name calling yang peneliti tampilkan di pembahasan sebelumnya, terlihat jelas bahwa teknik propaganda ini bertentangan dengan UU Republik Indonesia Nomor Sebelas tahun 2008 Bab VII ITE pasal 27 ayat 3 dan pasal 28 ayat 1 dan 2. Dalam contoh-contoh yang didapat peneliti pada pembahasan sebelumnya, peneliti menemukan katakata dalam tweet name calling masing-masing Tim Media Center seperti dari Tim Media Center Foke Nara yaitu ‘berkali-kali saya sampaikan ahok itu arogan. Tidak tau sopan santun’, dan dari Tim Media Center Jokowi Ahok seperti ‘Foke Jokowi, kaum intelektual mawut-mawut’ yang ditujukan kepada para calon. Jika mengacu kepada pasal 27 ayat 3 penggunaan kata-kata dalam tweet tersebut yang tanpa menguji kebenarannya
tentu
mengarah
kepada
muatan
penghinaan
atau
pencemaran nama baik. Berikutnya, mengacu pada pasal 28 ayat 1 tweettweet dengan menggunakan kata-kata atau kalimat seperti di atas akan mengarah pada penyebaran berita bohong dan menyesatkan sehingga merugikan para Cagub. Lebih parahnya lagi jika tweet name calling tadi
86
digunakan untuk menebar rasa kebencian yang mendalam dan permusuhan dari kedua belah pihak yakni Jokowi-Ahok dan Foke Nara. Ini tentu mengacu pada pasal 28 ayat 2. Teknik propaganda plain folks bertentangan dengan pasal 28 ayat 2. Seperti contoh yang telah peneliti jelaskan pada pembahasan sebelumnya, Tim Media Center masing-masing pasangan melakukan teknik propaganda dengan menggunakan kata-kata ‘Laskar Kristus’ dan kalimat ‘Emang salah ya, orang Betawi menyarankan orang Betawi menyarankan orang Betawi milih orang Betawi di acara orang2 Betawi’ tentu akan mengarah kepada SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan). Selain berbenturan dengan hukum tertulis yang berlaku di Indonesia, beberapa teknik propaganda juga berlawanan dengan ajaran Islam. Tiga teknik yang berlawanan yakni name calling dan glittering of generalities. Name calling, teknik dengan cara memberikan label buruk kepada seseorang, gagasan maupun objek agar orang mempercayai tanpa menguji kebenarannya seperti menuduh seseorang kafir, penjahat, koruptor dan lain sebagainya ini bertentangan dengan Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 12 dan Al-Baqarah ayat 191. Glittering of Generalities, teknik dengan menggunakan ‘kata-kata bijak’ agar mendapat dukungan secara tidak murni atau alami ini bertentangan dengan Al-Quran surat Al-ahzab ayat 70. 3.
Kelebihan implementasi teknik-teknik propaganda di Twitter pada Pemilukada DKI dari Tim Media Center Jokowi-Ahok yaitu pada
87
strateginya. Strategi Jasmev adalah fun and joke. Tentunya ini menjadi nilai positif karena membuat muatan tweet dari Tim Media Center tersebut tidak terasa berat dan membuat setiap followers akan merasa nyaman menyimak timeline mereka. Berikutnya pada sistem kerjanya. Dengan cara kerja shift by shift dalam pengelolaan new media khususnya Twitter diharapkan efektif mampu meraih vote getter dari jejaring sosial tersebut. Sebuah tim yang bekerja secara shift by shift mengelola Twitter menandakan bahwa pengelolaan pada jejaring sosial ini serius dan intensif. Kekurangannya, Jokowi tidak memegang langsung akun Twitternya. Tim Media Centernya yang dominan mengelola akunnya. Tentu akan lebih baik jika Jokowi mengelola akunnya sendiri meski intensitasnya tidak sering. Bisa saja para followers atau pengguna Twitter beranggapan bahwa tweettweet yang dibuat tidak natural dan dibuat-buat Sedangkan kelebihan Tim Media Center Foke-Nara yakni mempunyai dua tim di dalam Twitter yakni offense dan defense. Tentu ini menjadi kekuatan dalam melancarkan counter tweet maupun menanggapi mention secara tegas. Strategi ini menunjukkan bahwa Tim Media Center ini tidak mau basa-basi alias tidak kenal kompromi. Kedua, Fauzi Bowo mengkomposisi tweet sendiri. Itu merupakan sebuah nilai positif karena bisa langsung berhubungan langsung dengan para followers di Twitter Kekurangannya, tidak terlalu menganggap penting pemanfaatan new media khususnya Twitter sehingga tidak intensif dalam mengelola new media pada Pemilukada DKI Jakarta.
88
B.
B. Saran Cagub-Cawagub beserta Tim Media Centernya harus memperhatikan etika komunikasi dalam penggunaan new media baik Twitter, Facebook, Blog, dan media lain sebagai terobosan baru untuk berkampanye atau melancarkan propaganda. Tentunya etika komunikasi yang dimaksud adalah UndangUndang dan hukum Islam. Tujuannya adalah agar proses Pemilukada terjadi persaingan yang sehat dan tidak saling menjatuhkan calon satu dengan calon lainnya. KPU melalui BAWASLU seharusnya tidak hanya mengawasi atau memantau kampanye yang terdapat pada media mainstream saja tetapi sektor new media juga perlu mendapat perhatian khusus dari BAWASLU. Apakah di new media itu terdapat penyimpangan kampanye maupun propaganda?, apakah ada kecurangan?, dan apakah ada pihak-pihak yang dirugikan?. Oleh karena itu BAWASLU perlu berkoordinasi dengan instansi-instansi yang berkaitan dengan teknologi informasi untuk mengawasi proses pemilukada di new media.
89
DAFTAR PUSTAKA
Alfian. Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993. Ali, Muhammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa, 1993. Arifin, Anwar. Komunikasi Politik. Jogjakarta: Graha Ilmu, 2011. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006. Arrianie, Lely. Komunikasi Politik, Politisi dan Pecitraan di Panggung Politik. Bandung: Widya Padjajaran, 2010. Cangara, Hafid. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta Utara: PT. Raja Grafindo Persada, 2011. Canning, Rich. dkk. Hacking Exposed Web 2.0:Web 2.0 Security Secrets and Solutions. US: The McGraw-Hill Companies, 2008. Crosbie, Vin. What is New Media? 2002. Flew, Terry. New Media: An Introduction. UK: Oxford University Press, 2002. Getting, Brian. Basic Definitions: Web 1.0, Web. 2.0, Web 3.0. Available at http:// www.practicalecommerce.com/articles/464/Basic-Definitions-Web-10-Web20-Web-30/ (Accessed on 06/01/2008) Heryanto, Gun Gun dan Ade Rina Farida. Komunikasi Politik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Kaplan, Andreas and Michael Haenlein. "Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media". Paris: Business Horizons, 2010. Lievrouw, Leah and Sonia Livingstone. Handbook of New Media: Social Shaping and Social Consequences (1-14). Fully revised student edition. London: SAGE Publications Ltd, 2006. Lister, Martin. dkk. New Media : a Critical Introduction. London: Routledge, 2009. Mayfield, Anthony. What is Social Media? (Online resource: http://www.icrossing.co.uk/fileadmin/uploads/eBooks/What_is_Social_Media _iCrossing_ebook.pdf), 2007.
90
McQuail, Dennis. McQuail’s Mass Communication Theory, 5th Edition. London: Sage Publications Ltd, 2005. Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Rosdakarya, 2005. Nadzir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indah, 2005. Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. Jakarta. Kencana Pernada Media, 2012. Nayar, Pramod K. Virtual World: Culture and Politics in The Age of Cybertechnology. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd, 2004. Panahi, Sirous. dkk. Social Media and Tacit Knowledge Sharing: Developing a Conceptual Model. World Academy of Science Journal, 2012. Riewanto, Agust. Ensiklopedi Pemilu: Analisis Kritis Instropektif Pemilu 2004 Menuju Agenda Pemilu 2009. Yogyakarta: Lembaga Studi Agama & Budaya dan Fajar Pustaka, 2007. Riswandi. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Stake, Robert E. “Studi Kasus”, dalam Denzin Norman K dan Lincoln Yvonna S. (eds), Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Sudarsono, Blasius. Menerapkan konsep Perpustakaan 2.0. Makalah disampaikan pada Workshop Libray 2.0: Challenge and opportunities to Library management. 2009. Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro Semarang. Van Dijk, Jan. The Network Society. London: SAGE Publications Ltd, 2006.
Wawancara: Wawancara dengan Kahfi Siregar (Ketua Tim Media Center Foke-Nara). Jakarta 7 September 2012. Wawancara dengan Kartika Djoemadi (Tim Media Center Jokowi-Ahok). Jakarta 14 September 2012.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DOKUMENTASI Bersama Kahfi Siregar
Bersama Kartika Djoemadi
Wawancara Narasumber Nama Informan : Kahfi Siregar Jabatan Informan : Ketua Tim Media Center Foke-Nara Tanggal dan Waktu : 7 Oktober 2012, 14.15 WIB. 1. Seberapa pentingkah new media dalam kampanye putaran ke-2 ? Sosial media tidak mempengaruhi perilaku pemilih, tetapi sejujurnya pemilih banyak yang di kalangan bawah dan menjadi meter ukur di kelas menengah ke atas, bahwa kandidat mendapat pendukung yang banyak. Putaran pertama tidak terlalu memerhatikan di sosial media. Karena kita yakin masyarakat banyak yang memilih kita. Di putaran kedua, timses Foke-Nara membuat tim khusus social media, di antaranya ada Sarasak sebagai pendukung, ada artis yang mendukung, malahan ada artis yang mau di bayar pertweet, contohnya Radit yang ngetweet dibayar sampai 1 jt lebih dsb tapi kita tidak mau. Kita membuat tim sukses yang di daftarkan di KPU sekitar 80 orang punya akun Twitter. Ada FBJ (Forum Bersama Jakarta) sekitar ratusan anggotanya punya akun twitter juga, Cuma terkadang mereka tidak menggunakan akun pribadinya. 2. Dimana lokasi media center atau kantor timses Foke Nara ? Di Menteng, itu seperti studio besar dan sistem kerjanya shift-shiftan. 3. Kalau video yang dibuat Reni Fernandes apakah resmi? Ya, beberapa video yang dibuat dia itu resmi dari timses Foke-Nara. Kalau kamu lihat buku atau iklan itu dipersembahkan oleh tim atau pimred itu yang membuat dia. Tapi yang di Youtube banyak video yang bukan kita yang buat, yang buat orang lain karena terlihat tidak ada creadit titlenya di akhirnya. Itu banyakan mahasiswa Moestopo dan UI yang buat dan itu tidak ada biayanya sama seperti tweeter, buatnya tidak pakai biaya. Saya saja punya 5 akun, tetapi saya jarang untuk komunikasi yang lain, saya termasuk orang yang benar-benar “masang barang” kemarin. Benar-benar mengaku, tidak seperti yang lain yang diam-diam saja. Pak Fauzi Bowo juga main twitter, nama akunnya @bangfauziboem sama saya dan tim juga. 4. Kalau twitter bang Fauzi Bowo itu, yang jadi admin bang Fauzi sendiri atau dikelola orang lain? Kalau itu, bang Fauzi juga mengelola akunnya sendiri, Namun saya dan tim kerja kami juga ikut mengelola masing-masing. Kita jarang menyebarkan posting, hanya membalas posting saja. Sedangkan yang suka mengelola twitter bang Fauzi tapi bila perlu saja, beliau jarang ngetweet.
5. Apa saja desk job bang Kahfi sebagai ketua media center? Di situ saya pegang 3 jabatan. Sebagai kepala media center, kepala bidang media tim sukses, dan wakil ketua bidang isu. Tetapi yang resmi daftar di KPU cuma timses, anggotanya para partai. Saya kan dari partai Demokrat. 6. Kalau strateginya di twitter untuk putaran kedua kemarin seperti apa bang? Kemarin kita ofensif, kan sebenarnya mereka menang, mereka nyerang kita, tapi kita kan tidak mau diserang, kita serang mereka juga. Kita punya dua tim, satu offensif yang satu defensif. 7. Kalau lihat timeline bang kahfi antara tanggal 11-20 kemarin, bang kahfi sering bilang juga kalau Jokowi hanya menang pencitraaa, apakah benar? Ya betul, kalau saya berani bilang seperti itu. Jadi kalau Jokowi tercitra seperti yang dibilang di akun-akunnya itu tidak benar, karena tweetnya banyak yang pegang. Aslinya Jokowi itu galak, terlihat dari debat cagub di televisi. Bagi foke pencitraan itu tidak terlalu penting, karena dia berasal dari kalangan ningrat dan kalau marah, dia beneran marah. 8. Kalau tentang idenya nemenin Jokowi berkeliling Jakarta siapa? Itu idenya pak Fauzi sendiri, dia bilang akan mengundang Jokowi sholat Jumat dan menyampaikan, mengenalkan program-program di setiap. Kalau hari Sabtunya yang dijemput oleh ibu Pagiharto, ide anak-anak dan kita (timses). Jadi kita membesarkan hati saja, tunjukkin ke orang-orang kalau pak Fauzi tidak sendiri, dan pidatonya bagus tidak pernah menjelek-jelekkan, seperti “Ayo kita kawal”, “Jakarta tidak ada matinya”. Kalau saya cinta banget sama pak Fauzi Bowo. 9. Sebelum pilgub putaran kedua, isu apa yang membuat pencitraan pak Fauzi Twitter itu sebenarnya liar, tidak terlalu bisa dikontrol. Jadi isu apa saja kita pakai, tapi yang jelas kesuksesan pak Fauzi Bowo yang sering kita posting setiap hari seperti MRT, banjir, sekolah gratis, sekolah swasta bersubsidi buku. Tetapi tidak luput dari visi misi kita yaitu lebih maju, lebih aman dan lebih sejahtera. Kan apa yang kita posting selalu diserang sama mereka. 10. Kalau berita tentang bang Rhoma itu benar dibuat atau hanya kelepasan? Begini, itu beritanya juga salah, dia kan ceramahnya di sebuah mesjid, lagi buka puasa dan pak Fauzi di undang kesitu oleh mesjid itu. Materi ceramahnya adalah surat Al-Imran dan Al-Maidah, bahwa memilih itu pilih yang seagama dan seiman. Emangnya salah? Kan disampaikan pada jamaahnya, yang salah tuh yang menyodorkannya. Makanya sampai sekarang KPU tidak mau menunjukkan siapa yang salah kepada public, yang melepaskan ke youtube kemana-mana. 11. Apakah Foke tidak mengajukan banding? Kalau boleh jujur kita bisa minta ke MK
12. Kalau gelagatnya lebih semarak Twitter atau Facebook atau yang lain? Semarak social medianya di Twitter, facebook dan blog. Foke kalah di forum seperti Kaskus. Yang paling hebat mainstreamingnya adalah TV. Social media tidak terlalu berpengaruh tetapi “baju kotak-kotak” yang sangat berpengaruh. Social media gampang banget mengungkapkan fakta.
Wawancara Narasumber Nama Informan : Kartika Djoemadi Jabatan Informan : Ketua Jokowi Ahok Social Media Volunteer (JASMEV) Tanggal dan Waktu : 11 Oktober 2012, 17.10 WIB.
1. Apa posisi ibu di timses Jokowi-Ahok? Saya bukan timses, saya cuma relawan karena kalo timses itu dari grup partai dari PDI-P dan Gerindra. Kalau saya non partisan. 2. Bagaimana strategi timses Jokowi-Ahok di sosial media? Kebetulan saya aktif di social media, di twitter followers saya lumayan banyak, jadi saya jadi relawannya Jokowi. Karena saya piker dari putaran pertama, saya sudah aktif cari informasi tentang Jokowi. Lalu saya tweet, di facebook juga, segala macam informasi saya twitter tentang Jokowi. Jadi praktis kalau orang bilang, kalau saya itu partisipannya Jokowilah dari putaran pertama. Terus diputaran pertama Jokowi menang kan, ternyata prediksi LSI itu salah, yang paling tepat memprediksikan presentase perolehan suara Jokowi-Ahok itu adalah political web pada saat itu. Political web itu setiap agensinya bisa melacak semua percakapan di sosial media. Misalnya, Pilkada DKI mereka harus tau keywordnya seperti, Jokowi, Joko Widodo, Ahok, Basuki, Fauzi Bowo, Foke, pokoknya keyword-keyword yang berhubungan dengan pilgub DKI itu dia masukan. Akhirnya pergerakan sentimen publik di sosial media itu terukur dengan akurat, dan setiap menit itu selalu berubah. Jadi, misalnya waktu jam 10 pagi itu Jokowi dapat 40%, Foke 30%, terus berubah lagi. Pokoknya kita bicarakan Jokowi di sosial media. Pada saat itu sentiman juga bisa diukur positif atau negatif. Kira-kira kalau nadanya itu menyela berarti negatif, kalau nada-nadanya memuji atau mendukung berarti positif nah keyword-keyword itu diukur masuk positif atau negatif.. Begitu putaran pertama selesai, Jokowi menang prediksinya political web itu yang paling akurat. Nah, diputaran ke-2 baru nih tim Foke itu konsen soal sosial media. Tadinya mereka pikir sosial media tidak penting. Kita sebenrnya relawannya Jokowi di twitter itu kan ribuan, nah mereka itu tanpa diminta dan tanpa dibayar, independen, mereka dari putaran pertama sudah rajin saling memberi info. Pas putaran ke-2 muncullah akun-akun tim Foke, pokoknya tujuannya buat kampanye negatif supaya sentimen negatif Jokowi itu naik, setelah sentimen Jokowi naik, nah publik setelah disurvei di sosial media itu isinya kaum intelektual, rata-rata opinian leader dan informal leader. Jadi Foke mengeluarkan banyak uang untuk orang-orang yang mengkampanyekan tentang dirinya di sosial media. Itupun orang-orangnya tidak mau terlihat. Jadi, misalnya saya Dini nih, saya dibayar sama Foke, saya tidak mau menggunakan akun pribadi saya, saya pakai akun anonim saja. Akhirnya muncullah banyak akun-akun yang aslinya tuh ownernya dibayar untuk ngetweet sebanyak-banyaknya terus dibayar sekian disetiap minggunya. Gimana caranya supaya bikin fitnah atau apa saja tentang Jokowi gitu. Saya nyuruh admin lain, jadi Triomacan ada adminnya banyak, terus ada burung hantu lah segala macam. Jadi misalnya, saya nyuruh adminnya dan admin itu buat 10 akun, nah induknya itu cuma 1, nanti kalau induknya ngetweet,
nanti kloningannya retweet atau menanggapinya. Terus lama kelamaan pada fitnah, kita coba membuat culture. Kemudian saya di panggil Jokowi dari Solo, beliau menanyakan saya aktif ya di sosial media, saya perlu satu koordinator untuk mengumpulkan relaan di sosial media, dikasih wadah lalu di organisir. Supaya mereka punya 1 isu yang bisa di tweet bareng. Kalau misalnya ada fitnah, kita handling bareng-bareng. Akhirnya kita buat judgment Jokowi-Ahok follountir. Jadi orang sambil nunggu bus atau dijalan macet sambil ngetweet. Kemudian saya cari donatur, ada PT Arduda Indonesia punya pak Toni, dia itu adalah sosial media agency, dia kantor infrastrukturnya. Dia yang buat web, sertifikatnya. Pokoknya waktu kita launcing judgment, kita buka pendaftaran dengan akun-akun aslinya bukan anonim, kita mau buat sesuatu yang beda saja gitu. Disana kampanye negatf, disini tidak. Kalau ada informasi negatif kita klarifikasi, kita ngetweet tentang prestasi-prestasinya Jokowi. Pokoknya kalau mau jadi membernya jasmev, syaratnya harus ngetweet minimal sehari tentang Jokowi, tidak ada syarat lain. Jadi, volunteers kita bebas ngetweet dengan bahasa masing-masing, ada yang gaya bahasanya meledak-ledak ada bahasanya santun tapi ”dalam”, dan ternyata member judgment itu dari Medan ada, dari Bandung, Solo, dari seluruh Indonesia. Waktu kita launcing tanggal 12, members kita sudah ada seribu, begitu kemarin tanggal 20, kan targetnya 10 ribu, itu ternyata 11 ribu-an yang daftar. Dari tanggal 12 sampai 20 itu ada1 juta mantion, ternyata ada 2 juta lebih. Saya bikin setiap seminggu sekali pertemuan, misalnya minggu ini pertemuan facebooker, minggu besoknya pertemuan relawan blogger, terus minggu depannya lagi anak twitter. Kemudian membuat pembekalan tentang sosial media literasi, jadi bagaimana kita membuat tweet yang elegan, lalu dengan bahasa yang seperti apa. Judgment itu kan etalasenya pak Jokowi, kalau untuk real campaign itu urusan partai, kita tidak ikut-ikutan, kita lebih di sosmed saja. Setiap ngetweet selalu sebut nama pak Jokowi, supaya di political web votingnya tinggi. Yang paling seru adalah seminggu sebelum pemilihan kita buat tranding topik. Misalnya, hari ini kita ganti judul lagu dengan Jokowi-Ahok, besok kita ganti judul film Jokowi-Ahok, jadi strateginya strategi yang fun gitu, bukan strategi memfitnah lawan, beda lah pokoknya sama ”tetangga sebelah”. Kalau dia kan pakai hardcore kalau kita pakai softcore. Anak-anak tweet kamil project namanya yang buat iklan itu adalah sampai 12 juta-an habisnya, dari baju-bajunya, soundnya, dll. Pokonya membuat akun dimana pak Jokowi menjadi brandnya anak-anak muda. Jadi kalau kita ngetweet tidak boleh buat tweet war. Jadi pokoknya mengorganize relawan harus yang changing, harus yang fun. Kita punya agenda setting sosial media, isunya kita tentukan, dan cara memberitahukannya bebas. 3. Konsonansi? Jadi, Jokowi-Ahok tidak pernah membayar konsultan politik, konsonansi pun sebenarnya juga relawan tapi dia dapat sponsor, donaturnya itu tidak mau disebutkan namanya, dia kasih dana ke Hasan untuk buat tim untuk mengambil foto-foto pengambilan suara, fotonya lansung dikirim lewat BBM. Kalau Hasan monitoring pencoblosan sampai penghitungan suara. Jokowi tidak pernah meminta konsultan politik, malah konsultan itu sendiri yang mau menjadi relawannya. Kalau soal mainstream media itu yang koordinator Budi Purnomo, kalau saya lebih ke sosial medianya. Tapi pak Budi juga volunteer.
4. Apakah sosial media sangat berpengaruh? Ya, sangat berpengaruh. Karena target vouter Jokowi dengan Foke itu berbeda. Target volunter Jokowi pertamanya adalah masyarakat menengah ke bawah, pedagang pasar, PKL, itu srateginya pak Jokowi dengan datang langsung (tatap muka), itu mereka lakukan sendiri. Target vouter kedua adalah pemilih pemula. Pemilih pemula di dapat di virtual live, ada di sosial media, dunia maya. Kenapa sangat penting, karena vouter kita banyak yang disitu, selain iut banyak opinion leader, seperti Adi MS dan Hanung, mereka itu opiniann leadeer, karena apa yang mereka bicarakan followernya percaya. Jadi, orang-orang itu tidak dibayar, Adi MS bilang ”siapa yang mau bayar saya? Saya saja belum pernah ketemu pak Jokowi.”Karena munculnya Triomacan dengan fitnah-fitnah itu, munculah judgment. Ownernya inilah.com itu adalah pemilik Triomacan. Jadi, judgment itu yang minta dibuat oleh pak Jokowi, bagaimana kita, teman-teman relawam dibuat wadah. 5. Apa yang ditakutkan Jokowi terhadap follounternya Foke? Mahasiswanya, karena mahasiswa punya idealism, mereka kalau sudah pro terhadap suatu hal, mereka akan gigih memperjuangkan terhadap sesuatu itu, misalnya saya sudah nge-fans banget sama Foke, bapak saya pak RT dibayar sama Foke. Jadi, yang ditakuti pak Jokowi terhadap folountirnya Foke adalah mahasiswa-mahasiswanya, karena mereka informalider, pendapatnya selalu didengarkan. 6. Sebenarnya yang membuat mainstream ”kotak-kotak” itu siapa? Pak Jokowi sendiri. Sebenarnya yang bisa membuat brandingnya pak Jokowi itu adalah ”kotak-kotak”, yang kedua adalah yang ”pendeso” itu, misalkan waktu debat itu, pak Jokowi hanya menggunakan sepatu yang harganya hanya 180rb sedangkan foke yang 1 jt-an, pak Jokowi menggunakan mobil inova, itu juga cuma sewaan selama di Jakarta, sedangkan Foke yang mobil mewah. Bayangkan kalau Foke yang memegang Jakarta lagi, Jakarta akan menjadi kota mall terbanyak di Indonesia. Sedangkan Jokowi selama 7 tahun menjabat gubernur di Solo hanya membangun 2 mall. Jadi masyrakat bawah itu pro dengan Jokowi itu karena mereka pasti membantu kita. Yang ketiga, Jokowi bisa membuat masyarakat bergerak mendukung dia tanpa dibayar, karena kita beli baju kotak-kotak 100 ribu. Jokowi itu natural, apadanya, harmonisasi, jadi timses dan relawan itu bersinergi, kalau kita ada acara kita lapor kepada timses, kita undang mereka. Bahkan ada yang bertanya, kalian dibayar berapa sama pak Jokowi untuk buat acara, demi Allah demi Rasulullah kita tidak pernah dibayar sepeser pun. Kalau yang profesional dibayar, tapi kalau aku tidak. Kalau di sosial media itu tidak ada, gate keepernya itu kita sendiri user, saya jadi jurnaslisnya, saya jadi gate kepeernya juga, saya juga jadi audien gitu. Jadi, info apa pun mau fitnah, mau hujatan, tidak ada remnya kalau di sosial media itu. Karena itu akhirnya yang membuat putaran ke-2 timnya Foke konsen kesana. Video yang ada di youtube itu yang di buat sama timses Foke, isinya fitnah-fitnah Jokowi saja, yang judulnya garis kotak-kotak itu kampanye negatif. Kalau kita tidak, kita kampaye kreatif, kita buat tidak ada yang memfitnah Foke, tetapi memang kita hadapi kenyataannya ya begitu. Beda gitu
kualitas kampanyenya. Banyak kok yang bilang. Jokowi cuma habis 31 milyar kalau Foke 3 triliun buat kampanye, karena birokrat-birokratnya dibayar. Jokowi di Jakarta dia cuma punya 5 milyar, dan itu hanya untuk biaya akomodasinya selama bolak-balik ke Jakarta. Berarti kan Jokowi tidak punya apa-apa untuk kampanye disini, karena itu kita mendalang dana, jualan baju kotak-kotak, jualan ini, jualan itu. 7. Kalau kinerjanya timses Jokowi sama sosmed penghubung Jokowi juga dampaknya lebih besar kinerja yang mana, timses atau sosmed penhubung? Timses kan dari partai, tugasnya pendalangan massa dan koordinir saksi-saksi dan saksi-saksi itu ribuan orang, saksi-saksi itu dibayar, 1 orang 100 ribu rupiah di TPS, 1 TPS 3 orang saksi. Relawan bertugas sampai hari pencoblosan. Jadi semua elemen penting, saksi oleh timses di training, kalau ada masalah komplein. Terus penggalangan massa pada saat kampanye terbuka kita tidak ikutan, itu tugasnya timses. 8. Sosial media yang paling ramai dimana, apakah twitter, facebook, atau blog? Di twitter, karena menggunakan akun asli jadi kita lebih fleksibel. Mereka selalu mention-mention tidak pernah ada bolongnya. Kalau twitter Foke kan ada bolongnya, ada sehari tidak ada yang balas.