TEKNIK PEMBENIHAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Anak Agung .N .B .A .A, Adi Saputra, Andi Sandra .Z, Astian Asman, Fetria Januar, Finda Rosti .P, Firdaus Pakaya, Leni Aprillia .S, Licken Ibahim .E, Muhammad Khoiron. HATCHERY BAPPL STP-SERANG
ABSTRAK Lele sangkuriang (Clarias gariepinus) memiliki prospek yang menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha budidaya. Ikan lele sangkuriang memiliki kelebihan yaitu panen yang cepat, hasil produksi lebih tinggi, lebih tahan terhadap penyakit, sangat mudah dibudidayakan dan teknik pemeliharaannya yang sederhana. Ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau berkumis. Habitat ikan lele banyak ditemukan pada perairan air tawar didaerah dataran rendah yang sedikit payau seperti bekas tambak. Induk merupakan factor penting yang harus ada dalam pengembangan pembenihan ikan lele. Seleksi induk dilakukan sebagai awal proses pemijahan, induk jantan dan betina diambil dari dalam kolam/bak pemeliharaan induk dan diseleksi satu persatu dengan melihat urogenitalnya. Pemijahan merupakan proses pembuahan sel sperma kepada sel telur, proses pemijahan pada ikan lele dikenal beberapa teknik pembenihan yang bisa dilakukan yakni : 1) pembenihan secara buatan, 2) pembenihan secara semi buatan, 3) pembenihan secara alami. Daya tetas telur banyak dipengaruhi oleh pemilihan dan perlakuan induk betina dan pejantan pada waktu penyuburan hingga pemijahan. Pemeliharaan larva hingga pendedera, pengelolaan pakan , dan kulitas air pada pembesaran ikan lele sangkuriang sangatlah penting. Benih dipanen dengan cara tertentu, kemudian dikemas untuk dijual. Benih lele dipanen melalui pintu air pengeluaran atau ditangkap dengan seser atau alat yang lain. Hasilnya ditampung dalam bak atau tong plastik untuk membuang kotoran yang menempel pada tubuh lele, selanjutnya dihitung jumlahnya. Pelaksanaan Praktek Keahlian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2016 sampai 22 Maret 2016. Lokasi Praktek Keahlian ini dilaksanakan di hatchery BAPPL- Serang yang berlokasi dijalan STP Raya, Desa Karangantu, Kec. Kasemen, Kota Serang, Banten. Dimulai dari pemeliharaan induk hingga panen. Kata kunci : lele sangkuriang, pembenihan , teknik pemijahan
1. Pendahuluan Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah di budidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan dari pembenihan ikan lele sangkuriang dibandingkan dengan jenis ikan lele lainnya yaitu memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, sifat kanibal yang lebih rendah, tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi, dan pertumbuhannya yang lebih cepat. Kualitas Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
benih ikan lele sangat di pengaruhi dari kualitas induk. Dalam hal ini pembenihan sangat menentukan dan memiliki peluang besar dalam hal bisnis. Ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau berkumis. Lele memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya. Kepalanya pipih ke bawah dengan bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Ikan lele Page 1
juga memiliki 2 buah sirip yang berpasangan, yaitu sirip perut dan sirip dada. Habitat ikan lele banyak ditemukan pada perairan air tawar didaerah dataran rendah yang sedikit payau seperti bekas tambak. Di alam ikan lele banyak tinggal di sungai-sungai yang alirannya mengalir secara perlahan dan banyak juga yang hidup didaerah waduk, telaga, rawa, serta genangan air tawar laninnya, seperti kolam dan lainnya. Ada dua jenis pakan yang disukai lele yaitu pakan alami dan buatan. Sangkuriang termasuk dalam golongan pemakan segala, tetapi cenderung pemakan daging (karnivora). Ikan lele Sangkuriang merupakan jenis ikan yang memiliki kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder).
2. Cara Kerja 2.1 Pemeliharaan induk Induk ikan lele dipelihara secara terpisah antara induk jantan dan induk betian, induk dipelihara dalam bak pemeliharaan induk dengan tinggi air 50 cm. Induk lele yang dipelihara dalam bak pemeliharaan di hatchery ada 58 ekor betina dan 20 ekor jantan. Pemberian pakan induk dilakukan pada pagi hari dan sore hari, saat pagi hari pada pukul 07.00 WIB dengan ikan rucah dan sore hari pada pukul 17.00 WIB juga menggunakan rucah. Tahapan pemberian pakan induk :
Ikan rucah atau udang diberikan pagi hari pukul 07.00 WIB. Ikan rucah yang diberikan pada induk, kami memperolehnya dari tempat pelelangan ikan, sedangkan udang kami peroleh dari udang – udang yang mati yang ada disekitar pematang tambak. Membersihkan udang dengan cara membuang kepala, dan mencuci dengan air bersih sedangkan untuk ikan rucah dipotong-potong karena ukurannya besar.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta 2016
Memberikan ikan rucah atau udang kepada induk secara perlahan, dan diberikan secara adhlibitum. 2.2 Seleksi induk Seleksi induk dilakukan pada sore hari sebelum pemberian pakan yaitu antara pukul 15.00 – 16.00 WIB Air pada bak pemeliharaan induk dikurangi hingga 50 % Melakukan pengamatan induk, induk ditangkap menggunakan seser dengan perlahan agar induk tidak stress. Pada induk betina dilakukan pengecekan tingkat kematangan telur menggunakan selang kanula, dan mengambil sampel telur untuk menghitung fekunditas telur. 2.3 Penyuntikan Penyuntikan induk dilakukan pada sore hari. Persiapkan peralatan penyuntikan dan hormon ovaprim. Penggunaan injeksi spuit yang sudah dibersihkan dengan air panas atau alat injeksi yang baru. Menimbang induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis ovaprim. Dosis ovaprim untuk induk betina dan jantan 0.3 ml/kg. Mengambil ovaprim menggunakan spuit sesuai dosis yang sudah di tentukan. Melakukan penyuntikan induk jantan dan induk betina secara intramuscular ( bagian punggung), dengan kemiringan jarum suntik 40 – 450 dengan kedalaman jarum suntik ± 1 cm yang disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan. Lakukan penyuntikan dengan hati – hati. Setelah hormon disuntikkan jarum dilepaskan secara perlahan, kemudian bekas suntikan ditekan/ditutup dengan jari telunjuk beberapa saat agar hormon tidak keluar kembali. 2.4 Pemijahan
Page 2
Membersikan bak fiber yang digunakan untuk tempat pemijahan. Mengisi air pada bak dengan tinggi 1520 cm. Memasang substrat berupa kakaban pada bak pemijahan, kakaban berupa ijuk yang dijepit dengan bambo, jumlah kakaban disesuaikan menurut luas bak pemijahan,namun pada umumnya menggunakan 6 kekaban untuk setiap baknya. Pemijahan dilakukan secara alami, yaitu setelah dilakukan penyuntikan pada induk, induk jantan dan induk betina dimasukkan kedalam bak pemijahan. Pemijahan akan terjadi 8 – 10 jam setelah penyuntikan.
2.5 Penetasan Telur Membersihkan bak penetasan telur Mengisi bak penetasan telur dengan air bersih setinggi 15-20 cm. Kakaban yang sudah tertempeli telur dari bak pemijahan dipindahkan kedalam bak penetasan telur, dan induk dipindahkan ke bak pemeliharaan induk. Mengambil sampel telur sebanyak 100 butir yang diletakkan di dalam ember untuk menghitung fertile rate dan hatching rate Melakukan pengamatan telur di mikroskop untuk mengamati perkembangan telur dan mengamati telur yang terbuahi dan yang menetas. Telur akan menetas 30–36 jam setelah pembuahan, pada suhu 22 – 25 0c. 2.6 Pemeliharaan Larva Pemberian pakan dilakukan setelah larva berumur 3 hari setelah menetas, yaitu berupa pakan alami dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 4 kali dalam sehari Mengganti air/ penambahan air jika air sudah terlihat kotor.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Menyipon bak apabila sudah banyak kotoran yang mengendap pada dasar kolam.
Langkah – langkah kegiatan sampling untuk mendapatkan benih yang seragam
Benih di panen menggunakan waring hijau dengan mengumpulkan benih di salah satu sudut bak. Benih yang terkumpul di waring di masukkan dalam baskom atau wadah penampungan. Benih di pindahakan ke dalam baskom grading. Baskom grading yang diletakkan di atas wadah tampungan. Benih yang berukuran kecil akan turun ke bawah, sedangkan benih berukuran besar akan tertinggal di baskom grading. Memastikan agar tidak ada benih yang saling bertumpuk dan tidak terlalu padat agar tidak ada yang terluka ataupun mati. Hitung jumlah benih sesuai dengan ukuran masing – masing. Ambil sampel untuk mengetahui berat rata – rata serta panjang rata – rata untuk masing – masing ukuran. Dilakukan aklimatisasi dengan memasukkan benih yang telah di grading dan di hitung jumlahnya ke dalam bak pendederan sesuai dengan ukuran.
2.7 Pendederan Memindahkan benih dari bak penetasan telur dengan cara mengurangi air pada bak penetasan telur, Mengambil benih menggunakan seser Menampung benih pada ember atau bak penampungan. Menghitung jumlah benih dan memindahkannya ke kolam pendederan
Page 3
Mengecek kualitas air yang mencakup suhu, pH. Salinitas, DO, CO2, alkalinitas. Menyipon bak pendederan untuk membersihkan sisa pakan dan lumut yang ada di dasar kolam.
1)
2) 2.8 Kualitas Air Pengukuran Suhu Prosedur pengukuran suhu sebagai berikut : 1) Mengambil alat pengukur suhu (termometer) 2) Meletakan termometer hingga berada dibawah permukaan air. 3) Mengamati kisaran suhu dan kemudian catat.
Pengukuran pH Prosedur pengukuran pH sebagai berikut : 1) Meletakan alat pH meter kedalam air sampai batas tertentu. 2) Menunggu beberapa saat hingga pH berubah mata. 3) Mengamati nilai pH air pada pH indikator dan mencatatnya. Pengukuran Salinitas Prosedur kerja mengukur salinitas sebagai berikut: 1) Menetesi refraktometer dengan aquades, lap dengan tisu sampai kering. 2) Pastikan angka di refraktometer di posisi 0. 3) Meteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya. 4) Melihat ditempat yang bercahaya. 5) Terlihat sebuah bidang berwarna biru dan putih. 6) Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya 7) Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan refraktometer di tempat kering . Pengukuran DO
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta 2016
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Prosedur kerja pengukuran DO sebagai berikut. Mengambil botol sampel dan isi dengan air sampai penuh (jangan ada gelembung). Menambahkan 20 tetes MnSO4 dan 20 tetes alkali iodida. Menutup botol sampel, bolak balik larutan secara homogen, diamkan +/- 5 menit sampai mengendap, Menambahkan H2SO4 40 tetes, bolak balik larutan hingga larutan mengendap. Memasukkan larutan 100 ml kedalam erlenmeyer, kemudian titrasi sedikit dengan Na2S2O3 0,025 N (2 tetes). Menambahkan indikator kanji sebanyak 1-2 tetes (sampai warna biru). Titrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang pertama kali. Mencatat volume dan hitung nilai DO DO = a x N x 8000 V sampel
Keterangan : a = volume titrasi N = 0,025 Pengukuran kadar CO2 Langkah kerja mengukur kadar CO2 sebagai berikut : 1) Mengambil sampel air sebanyak 25 ml dan masukkan kedalam erlenmeyer. 2) Menambahkan +/- 1-2 tetes larutan PP kedalam sampel 3) Bila warna merah, CO2 nol 4) Bila bening ada CO2 5) Bila bening, cepat titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N atau NaOH 0.0227 N, sampai timbul warna merah. 6) Hitung volume pentiter yang digunakan. Page 4
7)
Hitung kandungan CO2 dengan rumus.
Betina 51
900
0,27
62
1350
0,4
66
1350
0,4
50
0,004
12500
50
0,002
25000
40
0,002
20000
80
0,002
40000
1 jantan
CO2 = a x N x 22000 Vol sampel a = volume titrasi N = 0,0454
Pengukuran Alkalinitas 1) Mengambil air sampel 100 ml + 5 tetes PP, bila 2) Warna pink lanjut ke nomer 2 3) Warna bening (tidak berwarna) lanjut ke nomer 3 4) Titrasi dengan H2SO4 hingga warna berubah dari warna pink menjadi bening, titran yang digunakan A 5) Menambahkan +/- 3-4 tetes MO menjadi orange. 6) Titrasi dengan H2SO4 hingga warna merah. 7) Hitung nilai alkalinitas. 2.9 Panen Pengurangan volume air pada bak pendederan. Mengambil benih menggunakan jaring secara perlahan agar benih tidak stress
3. Hasil Dan Pembahasan Tabel 1. Hasil Pemijahan Berat Berat Panjang Berat Ovaprim Gonad Telur Pemijahan ( gr ( cm )
( gr )
( ml )
Fekunditas ( gr )
) Pemijahan 1 Betina 60
2000
0,6
68
1200
0,36
62
1300
0,39
61
1600
0,48
100
0,002
50000
100
0,005
20000
1 jantan
1 Betina 2 Pemijahan 3 Betina 62
1100
0,33
57
1200
0,36
61
900
0,27
60
1100
0,33
1 Jantan 1 Betina 2 Jantan 2
Pada pemijahan pertama HR 100% karena pada saat pengambilan sampel untuk pengamatan fertil dan hatching rate terjadi kesalahan yaitu sampel tidak sesuai dengan ketentuan yang diinginkan yaitu 100 butir telur, akan tetapi jumlah telur yang dijadikan sampel yaitu 130 butir dan sampel yang diambil juga tidak mewakili untuk setiap kakaban hanya mengambil pada salah satu kakaban saja. Sehingga pada pemijahan ke dua dapat dilakukan dengan baik dan memperoleh hasil yang diinginkan. Fertil rate atau persentase telur yang terbuahi untuk setiap induk dalam satu kegiatan pemijahan terjadi perbedaan, hal ini disebabkan kondisi induk yang dimiliki. Pada pemijahan ke tiga mengalami tingkat daya penetasan (HR) telur yang sangat rendah karena pada saat pemijahan terdapat banyak sisa pakan induk yaitu rucah, hal ini terjadi karena induk 2 jam sebelum dilakukan penyuntikan di beri pakan rucah sehingga sisa pakan tersebut mempengarui kualitas air dan daya tetas telur yang terbuahi
1 Betina 2 Jantan
Tabel 2. Hasil Pengamatan Perkembangan Telur Sampai Menetas gambar
keterangan
2 Pemijahan 2
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 5
Pukul 02.00 Pembelahan inti banyak sel, pembelahan zygote secara
5
CO2
15,67-40,33 ppm
6
Alkalinitas
123,2-423,3 ppm
Tabel 4. Hasil Sampling
cepat menjadi blastomer Pukul 03.00 Morula, terjadi setelah sel berjumlah 32 sel Pukul 06.00 Blastula, sel-sel
ADG
Panjang
Populasi
SR
( gr )
(gr )
( cm )
( ekor )
(%)
17-Feb
0,021
21-Feb
0,11
0,02
15 – 2
63567
1- 1,5
1,76
0,23
2 - 3,07
35937
75,1
2,8
0,26
42137
93,7
37583
89,1
1campuran
Maret
blastoderm
5-
membentuk ronggah penuh
Maret
Pukul 12.00
12-
Neurula, terakhir
ABW Tanggal
stadia
3,07 4,7 4,9
Maret
0,35
4,8 – 5
sebelum
perkembangan embrio Pukul 15.00 Embrio
Grafik ABW mengalami kenaikan berat rata – rata yang stabil dari sampling pertama hingga sampling kelima. Grafik ADG mengalami kenaikan dari 0,02 gram hingga 0,15 gram
4. Kesimpulan Dan Saran Pukul 15.15 4.1 Kesimpulan Larva Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan pembenihan ikan lele di Hatchery BAPPL STP Serang diantaranya :
Tabel 3. Pengukuran Kualitas Air
No
Parameter
Hasil
1
Suhu
25 – 300C
2
pH
6,8-7,4
3
Salinitas
0-3ppt
4
DO
4-8 ppm
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta 2016
1. Pemijahan yang dilakukan di BAPPL STP Serang cukup baik karena menggunakan pemijahan secara semi buatan dan hasil yang paling baik dicapai pada pemijahan pertama dengan fekunditas 70.000 butir telur dan HR yang didapat 100% dari panen larva umur 15 hari yaitu 63.567 ekor. 2. Hatching rate (HR) yang didapatkan 100% dari hasil panen larva umur 15 hari yaitu 63.576 ekor 3. Survival Rate (SR) yang didapat saat panen benih 81,5%, dengan kualitas air Page 6
dari suhu 25-28 0C, pH 7 dan DO 4-6 mg/l sudah cukup baik. 4. Kualitas air yang optimal untuk pemeliharaan benih yaitu suhu 25-28oC, pH 7, dan DO 4-6 ppm.
4.2 Saran 1. Ketersediaan pakan yang kurang terpenuhi. 2. Sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Daftar Kepustakaan Aninymous. 2015. Manajement Air pada Kolam Lele. Info Perikanan. Jakarta Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2013. Budidaya Ikan Lele Intensif dengan Bioflok. Jakarta Effe di, Didik da Nur So. ’i . 2009. Pembenihan Lele. Delta Media. Surakarta Narantaka, anggit. 2012. Bisnis Lele Modal Cekak. Javalitera. Jogjakarta Rukmana, Rahmat. 2013. Lele Dumbo Panen dan Pascapanen. Aneka ilmu. Semarang Ropiah, siti. 2000. Pengelolaan Kualitas Air. Central Grafika. Jakarta Sunarma, Ade. 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele SANGKURIANG (Clarias .sp.) Balai Budidaya Air Tawar. Sukabumi Yulianta Eka. 2009. Studi Perbandingan System Penggelondongan Benih Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) antara Sistem Tradisional dan Resirkulasi. Jakarta
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 7