TEH ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFA LINN) TERHADAP HIPERTENSI PADA WANITA MENOPAUSE Ely Tjahjani* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email :
[email protected] Pendahuluan: Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Teh rosella (hibiscus sadariffa linn) salah satu cara penanganan non farmakologis dalam menurunkan tekanan darah.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Teh rosella (hibiscus sadariffa linn) terhadap hipertensi pada wanita menopause di wilayah kerja Puskesmas sGundi Surabaya tahun 2016. Metode: penelitian yang digunakan adalah penelitian pre eksperimen dengan pendekatan One Grup Pre Test Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita menopause yang mempunyai tekanan darah tinggi dengann jumlah 20 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah total populai. Pengumpulan data menggunakan data primer menggunakan lembar observasi dan hasil penelitian di analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil : Hasil penelitian yang dilakukan sebelum pemberian teh rosella didapatkan hampir setengahnya (45,0%) mempunyai tekanan darah antara 160-179/100-109 mmHg dengan klasifikasi hipertensi sedang sejumlah 9 orang sedangkan sesudah pemberian teh rosella (hibiscus sadariffa linn) didapatkan setengahnya(50,0%) mempunyai tekanan darah antara 140159/90-99mmHg dengan klasifikasi hipertensi ringan sejumlah 10 orang dengan demikian tekanan darah sistole dan diastole setelah pemberian teh rosella mengalami penurunan. Nilai yang didapatkan yaitu didapatkanyaituρ-value =0,001< 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, jadi kesimpulannya terdapat penurunan tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah diberikan teh rosella. Diskusi: dari penelitian ini responden dapat membudidayakan sendiri di pekarangan rumah dan mengkonsumsi teh rosella sebagai terapi non farmakologi yang dapat menurunkan tekanan darah pada wanita menopause maupun lansia.
Kata kunci : Hipertwnsi the rosella, wanita menopause PENDAHULUAN Menopause merupakan keadaan terhentinya menstruasi secara permanen, biasanya ditandai dengan tidak mengalami menstruasi lagi selama 12 bulan terakhir. Menopause disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan disertai dengan gangguan hot flashes, keringat malam, mukosa vagina kering, gangguan mood, dan lain-lain. Tekanan darah meningkat lebih drastis pada perempuan yang berumur di atas 60 tahun ketimbang pada pria. Pada perempuan resiko hipertensi (khususnya, TD sistolik) meningkat secara signifikan pada fase menopause. Tingginya tekanan darah secara terus-menerus merupaka suatu faktor resiko yng independen dan kuat terhadap penyakit jantung koroner (Baziad, 2009). Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan perhatian karena dapat menyebabkan kematian yang utama dinegaranegara maju maupun di negara-negara berkembang. Menurut World Health
Organization (WHO) dan International Society of Hypertention (ISH) saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng & Tuminah,2009). Prevalensi kejadian hipertensi berkisar antara 547% pada pria dan 7-38% angka kejadian hipertensi di Asia Tenggara juga tergolong cukup tinggi. Dimana Indonesia masuk dalam deteran 10 negara dengan prevalensi hipertensi tertingi di dunia. Penderita hipertensi di Indonesia prevalensinya terus meningkat. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Departemen Kesehatan tahun 2007 mencapai sekitar 31% dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memili hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat antihipertensi (Kemenkes RI, 2012). Pada tahun 2010 di Jawa Timur hipertensi menduduki angka 10 tertinggi penyakit terbanyak pengujung usia lanjut di 105
posyandu lansiayaitu sebesar 49.527 penderita, menyusul kemudan diabetes 42.576 penderita dan rematik 32.287 penderita. (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2010).Dari data survey Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2012 terdapat 45.937 penderita dan pada tahun 2014 mencapai 6333 penderita hipertensi yang diketahui (DinKes Kota Surabaya, 2014) Dari penelitian Rohendi (2008) tentang Efektifitas pemberian teh Rosella dan obat terhadap tekanan darah pasien hipertensi primer di panti Jompo Welas Asih kota Tasikmalaya dan RS umum Tasikmalaya, sampel terdiri dari 20 responden yang diberikan teh rosella dan 20 responden yang minum obat actrapin 5 mg sehari sekaali selam 7 hari, hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok yang dberikan teh rosella dan yang diberikan obat (actropin 5 mg). Artinya teh rosella dan obat sama efektifnya dalam menurunkan tekanan darah pada kedua kelompok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 20 Februari tahun 2016 di Puskesmas Gundih didapatkan bahwa hampir setengahnya mempunyai tekanan darah antara 160-179/100109 dengan klasifikasi hipertensi sedang sejumlah 9 orang (45,0%). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis di mana tekanan darah dalam arteri meningkat secara kronik. Bukan hanya aktivitas yang akan membuat tekanan arah menjadi berubah. Stress dan umur dapat memicu perubahan tekanan darahSemakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya (Katarina,2014). Pengurangan pada estradiol dan penuruan perbandingan rasio estrogen dan testosteron pada wanita menopause mengakibatkan disfungsi endothelial dan menambah BMI yang menyebabkan kenaikan pada aktivasi saraf simpatetik yang kerap kali terjadi pada wanita yang mengalami menopause. Aktivasi saraf simpatetik ini akan mengeluarjan stimulan renin dan angiotensin II. Disfungsi endothelialini akan meningkatkan kesensitifan terhadap garam dan kenaikan endothelin.tidak hanya itu kenaikan angiotensin danendothelin.dapat menyebabkan stres oksidatif yang akhirnya berujung pada hipertensi atau darah tinggi (Widanti, 2012). Hipertensi dapat disebabkan viskositas darah yang kental atau tinggi yang membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa,
sehingga tekanan darah akan naik. Jika tidak segera diatasi akan memicuserangan stroke, jantung, gagal jantung dan sebagainya, bahkan yang paling parah dapat terjadi kematian. Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat ditanggulangi dengan dua cara yaitu cara farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, beberapa jenis obat anti hipertensi yang beredar saat ini yaitu seperti diuretik, penghambat adrenergik, antagonis kalsium, penghambat enzim angiotensin. Penanganan farmakologi dianggap mahal oleh masyarakat, selain itu penanganan farmakologis juga menimbulkan efek samping (Adelia, 2012). Salah satu penanganan nonfarmakologis dalam mengatasi hipertensi adalah dengan terapi komplementer. Terapi komplementer bersifat alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal. Terapi herbal banyak digunakan oleh masyarakat dalam mengatasi penyakit hipertensi dikarenakan memiliki efek samping yang relatif kecil. Beberapa contoh tumbuhan herbal yang dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi antara lain bunga rosella (hibiscus sabdariffa linn), buah mengukudu, mentimun, bawang putih, daun seledri, dan sebagainya (Adelia, 2012). Bunga rosella (hibiscus sabdariffa linn) merupakan salah satu dari terapi herbal untuk mengatasi hipertensi. Dari beberapa kandungan yang terdapat pada rosella dikenal khasiatnya sebagai diuretik koleretik adalah anthocyanin, gossipetiin, dan glucoside hibicin yang berperan dalam penurunan viskositas darah, memperlancar peredaran darah serta mencegah tekanan darah tinggi (Maryani, 2008). Viskositas darah meningkat maka volume sentral juga akan meningkat akhirnya menyebabkan gangguan hemodinamik, gangguan hemodinamik ini akan menyebabkan hipertropi otot pembuluh darah dan kerusakan pembuluh darah, sehingga akan menjadi hipertensi menetap (Mardiah, 2009). Dari hasil penelitian Widhi S, dkk dilaporkan bahwa hipertensi mengalami penurunan karena menurunya viskositas darah dari pemberian teh bunga rosella. Selain itu, kandungan dari teh bunga rosella juga dapat menurunkan LDL, sehingga penyempitan pembuluh darah oleh plak oleh adanya penumpukan LDL yang tinggi akan berkurang. Lumen pembuluh darah yang menyempit 106
perlahan akan melebar, aliran darah lancar dan tekanan darah pun akan turun. Dari keterangan yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) terhadap hipertensi pada wanita menopause di wilayah kerja Puskesmas Gundih tahun 2016. METODE PENELITIAN Berdasarkan penelitian digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lingkup penelitian termasuk penelitian inferensial. Berdasarkan jenis data yang digunakan penelitian ini menggunakan data primer. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh wanita menopause yang mengalami penyakit hipertensi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih pada bulan April tahun 2016 sebanyak 20 orang. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Wanita Menopause di Posyandu lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih Tahun 2016. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih Tahun 2016 Usia Responden <40 tahun 40-50 tahun >50 tahun Total
Frekuensi 2 14 4 20
Presentase (%) 10,0 70,0 20,0 100,0
(Sumber : Data Primer Penelitian, 2016)
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diinterpretasikan bahwa bahwa sebagian besar (70,0 %)responden berusia 40-50 tahun sejumlah 14 orang. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Wanita Menopuse Di posyandu lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih Tahun 2016 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Posyandu LansiaWilayah Kerja Puskesmas Gundih Tahun 2016 Pekerjaan Ibu rumah tangga Petani Total
Frekuensi
Presentase (%)
8
40,0
12 20
60,0 100,0
tabel 2 di atas bahwa sebagian
Pendidikan Dasar Menengah Total
Frekuensi 11 9 20
Presentase (%) 55,0 45,0 100,0
(Sumber : Data Primer Penelitian, 2016)
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (55,0 %)dari responden berpendidikan sekolah dasar yaitu sejumlah 11 orang. Klasifikasi Hipertensi responden Sebelum Pemberian Teh Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn). Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan klasifikasi hipertensi Sebelum Pemberian Teh Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih Tahun 2016 Hipertensi Hipertensi ringan Hipertensi sedang Hipertensi berat Total
Frekuensi 7 9 4 20
Presentase (%) 35,0 45,0 20,0 100,0
(Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2016)
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengahnya (45,0%)mempunyai tekanan darah antara 160179/100-109 dengan klasifikasi hipertensi sedang sejumlah 9 orang. Klasifikasi hipertensi Sesudah Pemberian Teh Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan klasifikasi hipertensi Sesudah Pemberian Teh Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih Tahun 2016 Hipertensi Pre Hipertensi Hipertensi ringan Hipertensi sedang Total
Frekuensi 4 10 6 20
Presentase (%) 20,0 50,0 30,0 100,0
(Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2016)
(Sumber : Data Primer Penelitian, 2016)
Berdasarkan diinterpretasikan
(60,0%)dari responden pekerjaan petani yaitu sejumlah 12 orang. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita Menopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih Tahun 2016 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih Tahun 2016.
dapat besar
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diinterpretasikan bahwa setengahnya (50,0%)dari 107
responden mempunyai tekanan darah antara 140Analisa Tekanan Darah Sebelum dan 159/90-99 dengan klasifikasi hipertensi ringan Sesudah Diberikan Teh Rosella (Hibiscus sejumlah 10 orang. Sabdariffa Linn) Tabel 6 Distribusi Efektifitas Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Teh Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih Tahun 2016
Hipertensi ringan Tekanan darah sebelum perlakuan
Hipertensi sedang Hipertensi berat
Total
Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total
Tekanan darah setelah perlakuan pre Hipertensi Hipertensi Hipertensi ringan sedang 4 3 0 20.0% 15.0% 0.0% 0 5 4 0.0% 25.0% 20.0% 0 2 2 0.0% 10.0% 10.0% 4 10 6 20.0% 50.0% 30.0%
Total
7 35.0% 9 45.0% 4 20.0% 20 100.0%
(Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2016)
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diinterpretasikan bahwa Sebelum diberikan teh rosella (hibiscus sabdariffa linn)hampir setengahnyadari responden mempunyai tekanan darah sistolik/diastolik antara 160-179/100109sejumlah9 orang (45,0%), dan sesudah diberikan teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) setengahnya dari responden mempunyai tekanan darah sistolik/diastolik antara 140-159/90-99 sebanyak 10 orang (50,0%).Sedangkan pada tabel uji statistic dengan menggunakan uji Wilcoxondidapatkan nilai negative ranks yaitu 13 responden yang mengalami penurunan tekanan darah, positive ranks didapatkan tidak ada responden yang mengalami kenaikan tekanan darah, dan didapakan nilai tiens 7 responden yang tidak mengalami perubahan, maka didapatkan nilai ρ value :0,001 dimana nilai ρ<0,05 maka H0 di tolak H1 diterima. Jadi kesimpulannya didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) terhadap hipertensi pada wanita menopause di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Gundi Surabaya tahun 2016. PEMBAHASAN Identifikasi hipertensi pada wanita menopause Sebelum Pemberian teh rosela (hibiscus sabdariffa linn) di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Surabaya Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Surabaya tahun 2016 bahwa dari 20 responden didapatkan hampir setengahnya mempunyai tekanan darah di atas
batas normal yaitu antara 160-179 mmHg/100109 mmHg dengan klasifikasi hipertensi sedang. Hipertensi pada laki-laki dan wanita sama prevalensinya, tetapi wanita masih terlindungi dari kardiovaskuler oleh hormon estrogen sebelum menopause, perubahan kuantitas hormon estrogen ini secara alami umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Marliani, 2007). Seperti yang terdapat pada data umum tabel 5.1 menunjukkan sebagian besar (70,0 %)sebagian besarresponden berusia 40-50 tahun sejumlah 14 orang. Salah satu faktor usia juga berpengaruh dalam terjadinya hipertensi dimana system saraf simpatis yang dapat meningkatkan aktifitas saraf tersebut sehingga terjadinya hipertensi. Jika penyakit ini tidak terkendali dengan baik maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti stroke (perdarahan otak, penyakit jantung koroner dan gagal ginjal. Hipertensi pada seseorang cenderung meningkat dengan melakukan aktivitas berlebih, stres dan umur memicu perubahan tekanan darah (Katarina,2014). Wanita juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap hipertens. Hal ini dikarenakan aktifitas wanita lebih banyak dari pada laki-laki disamping menjadi seorang ibu rumah tangga,terkadang masih banyak yang ikut membantu suami mencari nafkah untuk keluarga. Seperti pada tabel 2 yaitu sebagian besar (60,0%) dari responden pekerjaan petani sejumlah 12 orang. Dari data di atasmenurut peneliti aktivitas yang berlebihan sehingga kurang waktu untuk istirahat, usia yang di atas 40 tahun dan konsumsi 108
makanan kemarin, hal inilah dapatmemicu terjadinya hipertensi Identifikasi hipertensi pada wanita menopause Sesudah Pemberian teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Surabaya Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Gundih tahun 2016,17 dari 20 responden mengalami perubahan tekanan darah. Rosella adalah sejenis tanaman bunga dengan tangkai panjang menjuntaike atas. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari 5 helai, panjangnya 3-5 cm. Tangkai sari yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mmdan lebar sekitar 5mm, putiknya berbentuk tabung, berwarna kuning atau merah (Maryani & Kristana, 2008). Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagaian tioksidan (Apriyanti, 2012). Senyawa aktif rosella tersebut dapat membantu melancarkan peredaran darah dengan cara mengurangi derajat viskositas (kekentalan) darah. Selanjutnya kerja jantung memompa darah semakin ringan dan otomatis tekanan darah menjadi rendah.(Asaad, 2009). Menurut peneliti sebagian besarhasil responden ada penurunan tekanan darah. Dengan pemberian teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) yang dikomsumsi 2 kali sehari selama 7 hari. Tekanan darah tinggi yang tidak ditangani akan menimbulkan resiko berbagai penyakit, hingga kematian. Analisa pengaruh Hipertensi pada wanita menopause sebelum dan sesudah Pemberian teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Surabaya Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian dari 20 responden di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Gundih tahun 2016, keseluruhan responden mengalami penurunan tekanan darah. Sebelum pemberian teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) tekanan darah responden yaitu antara160-179/100-109 mmHg dengan klasifikasi hipertensi sedang.sedangkan setelah pemberian teh rosella (hibiscus sabdariffa linn)tekanan darah responden yaitu antara 140159/90-99 mmHg dengan klasifikasi hipertensi ringan.
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon,diperoleh nilai signifikan ρ-value = 0,001 sehingga ρ < α yang berarti H0 di tolak H1 di terima artinya ada pengaruh pemberian teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) terhadap hipertensi pada wanita menopausedi wilayah kerja puskesmas Gundi Surabaya tahun 2016. Hipertensi atau darah tinggi merupakan kondisi dimana terjadi penyempitan arteri karena dinding arteri menebal dan kaku sebagai akibat arteriosklerosis. Kondisi ini akan menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Tekanan darah pada seseorang pada prinsipnya bisa berubah, bahkan bisa mengalami peningkatan di atas normal. Bila seseoranag melakukan aktivitas, maka tekanan darahnya akan menjadi tinggi. Sedangkan saat seseorang istirahat,tekanan darahnya akan turun. Bukan hanya aktivitas yang akan membuat tekanan arah menjadi berubah. Stess dan umur dapat memicu perubahan tekanan darah. Bahkan tekanan darah pada saat pagi, siang dan malam juga dapat berubah (Katarina,2014). Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagaian tioksidan (Apriyanti, 2012).Senyawa aktif rosella tersebut dapat membantu melancarkan peredaran darah dengan cara mengurangi derajat viskositas (kekentalan) darah. Selanjutnya kerja jantung memompa darah semakin ringan dan otomatis tekanan darah menjadi rendah.(Asaad, 2009). Pada penelitian ini terdapat 7 responden yang tidak mengalami penurunan tekanan darah disebabkan karena makanan yang dikonsumsi mengandung kadar garam tinggi tetapi sebagian besar mengalami penurunan dengan mengonsumsi teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) secara rutin pada pagi dan sore hari selama 6 hari. Dengan adanya penelitian ini menambah pengetahuan pada masyarakat khususnya wanita menopause dengan hipertensi dan menganjurkan untuk mengonsumsi sesuai dosis. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Pusekesmas Gundih adalah tekanan darahbsebelum diberikan the rosella pada responden hamper setengahnya mengalami hipertensi sedang dan tekanan darah yang sudah diberikan the rosella mengalmi setengahnya penurunan menjadi hipertensi ringan. 109
Saran Diharapkan dengan penelitian ini, responden dapat memanfaatkan pengobatan non farmakologis atau tradisional untuk mengatasi penyakit yang dialami khususnya dalam pencegahan, terlebih khusus pengobatan hipertensi dengan teh rosella (hibiscus sabdariffa linn) DAFTAR PUSTAKA Bobak, I.M et al., 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Dewi, A.B.F.K et al., 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hakimi, M. ed., 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica. Karkata, M.K., 2009. Perdarahan Pasca Persalinan. In: A.B. Saifuddin, ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. Kosim, M.S et al., 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.B.G.F. dan Manuaba, I.A.C., 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Martohoesodo, S. dan Marsianto, 2005. Perlukaan dan Peristiwa Lain pada Persalinan. In: H. Wiknjosastro, ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga University Press. Saifuddin, A.B. ed., 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP. Sofian, A. ed., 2012. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC. Sulistyoningsih, H., 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu. Varney, H. et al., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Wiknjosastro, G.H. et al., 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI
110