Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017
E-ISSN: 2549-1601
Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Adsorben Terhadap Karakteristik Fisikokimia Minyak Ikan Dari Hasil Samping Industri Pengalengan Tuna Madidihang (Thunnus Albacares) I Gusti Ayu Budiadnyani Politeknik Kelautan Dan Perikanan Sorong Email :
[email protected] Abstrak Penelitian ini mengkaji pemberian jenis dengan konsentrasi adsorben yang berbeda pada pemucatan minyak hasil samping yang berasal dari industri pengalengan ikan tuna. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap 2 faktorial yaitu jenis adsorben (Bentonit, zeolit dan arang aktif) dan konsentrasi adsorben (5%, 10% dan 15%). Parameter yang dianalisis yaitu tingkat kecerahan (Nilai L), asam lemak bebas (ALB) dan bilangan peroksida. Analisis komposisi asam lemak dillakukan pada minyak ikan dengan perlakuan terbaik. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan penggunaan bentonit, zeolit dan arang aktif pada berbagai tingkatan konsentasi dimasing-masing adsorben mampu untuk meningkatkan kualitas minyak, interaksi antara jenis dengan konsentrasi adsorben memberikan pengaruh nyata pada tingkat kecerahan (Nilai L) dan jumlah bilangan peroksida minyak ikan hasil pemucatan, dan tidak berpengaruh nyata pada kadar asam lemak bebas (ALB). Perlakuan terbaik pada minyak ikan hasil pemurnian MHS pengalengan adalah dengan adsorben zeolit konsentrasi 15%, memiliki rerata nilai L* 37.08, kadar ALB yaitu 0.13% (oleat), dan bilangan peroksida 2.44 meq/kg. Komposisi asam lemak dari minyak hasil samping pengalengan yaitu SFA sebesar 37.85, MUFA 31.77, PUFA yaitu 30.38 dan total asam lemak tak jenuh (MUFA + PUFA) yaitu 62.15. Oleh karena itu minyak ikan dari hasil samping pengalengan tuna yang dimurnikan dapat dianggap sebagai sumber asam lemak tak jenuh (PUFA) terutama EPA dan DHA. Kata Kunci : Pemucatan, adsorben, minyak ikan tuna, PUFA.
A. PENDAHULUAN Indonesia selain sebagai produsen tuna, juga sebagai negara pengolah tuna melalui industri pengalengan. Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur Tahun 2013, ekspor tuna kaleng mencapai 2.149.546 ton, sedangkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sorong Tahun 2013 mengatakan jumlah ekspor untuk tuna kaleng yaitu 2950 ton. Industri pengalengan tuna ini menghasilkan limbah sebesar 28.000 ton per tahun (1), berupa limbah padat yaitu kepala, sisik , isi perut dan limbah cair yang sebagian besar merupakan minyak hasil samping (2). Limbah padat dari proses pengalengan kemudian diolah menjadi tepung ikan dimana pada prosesnya juga menghasilkan limbah cair berupa minyak hasil samping (3). Minyak hasil samping proses pengalengan ikan merupakan sumber asam lemak omega-3 yang potensial dengan kapasitas produksi 120 ton/hari menghasilkan limbah sebesar 4.320 ton/tahun (4). Jika ikan yang dikalengkan mengandung asam lemak omega-3 maka minyak hasil samping pengalengan juga mengandung omega-3 (3), ikan tuna mengandung omega-3 sebesar 1,3g/100g (5), dan kadar DHA minyak ikan hasil samping pengalengan tuna sebesar 154 mg/g minyak tuna (6). Minyak ikan yang berasal dari hasil samping industri pengalengan masih mengandung bahanbahan non minyak berupa pengotor, fosfatida, warna yang gelap, kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida dalam jumlah tinggi menyebabkan kualitas minyak hasil samping dari kedua proses ini masih berada dibawah standar mutu minyak ikan (7;8). Untuk mendapatkan minyak ikan yang diterima sebagai makanan (edible oil), fraksi non minyak harus dihilangkan (9) dengan cara melakukan tahapan pemurnian yaitu degumming, netralisasi dan bleaching (10). Proses bleaching pada pembuatan minyak goreng komersil umumnya menggunakan bleaching earth sebagai adsorben dengan tujuan untuk menyerap warna yang tidak diinginkan seperti warna merah (11). Jumlah adsorben yang digunakan pada proses pemucatan beragam tergantung pada jenis minyak, intensitas warna minyak dan warna yang diinginkan dari minyak hasil pemucatan (12). Karakteristik minyak hasil samping proses pengalengan ikan lemuru mengalami peningkatan dan 119
Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017
E-ISSN: 2549-1601
penurunan jumlah asam lemak jenuh setelah pemurnian dengan menggunakan variasi bahan pemucat yaitu arang aktif dan zeolit sebanyak 5% (13), dan pemakaian bentonit dengan konsentrasi 5% (14). Bentonit dengan konsentrasi 5% efektif memperbaiki kualitas fisik dan kimia minyak bekatul (15), minyak goreng bekas (16 ; 17), dan minyak nilam. Pemucatan dengan zeolit teraktivasi HCL 25% dengan pemberian sejumlah 15% dari berat minyak (18), dan pemberian bahan pemucat berupa tanah liat yang diaktifkan pada kondisi suhu 90 0C sebanyak 5% dari bobot minyak selama 60 menit (12) mampu meningkatkan kualitas minyak ikan hasil samping proses penepungan lemuru. Oleh karena itu perlu dilakukan uji coba tiga jenis adsorben dengan konsentrasi yang berbeda pada tahapan bleaching (pemucatan) minyak ikan dari hasil samping pengalengan tuna agar diperoleh minyak ikan yang kualiatasnya sesuai dengan standar mutu minyak ikan. Penelitian ini mengkaji pemberian bentonit, zeolit dan arang aktif dengan konsentrasi yang berbeda pada pemucatan minyak hasil samping yang berasal dari industri pengalengan ikan tuna. Pada kajian pemucatan ini, diharapkan diperoleh jenis bahan pemucat dan konsentrasi yang tepat untuk meningkatkan kualitas minyak ikan hasil pemurnian limbah pengalengan tuna. B. METODE PENELITIAN 1. Bahan Dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi bahan baku dan bahan kimia. Bahan baku terdiri dari minyak ikan hasil samping pengalengan ikan Tuna Madidihang (Thunnus albacares ) yang diperoleh dari Industri Pengalengan Tuna dari daerah Muncar-Banyuwangi Jawa Timur. Zeolit aktif, arang aktif dengan ukuran 60 mesh yang diperoleh dari CV. Makmur Sejati. Bentonit aktif diperoleh dari CV. Sari Kimia. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah NaOH 0,1 N, alkohol 96%, indikator phenolphthalein, ammonium tiosianat, BaCl2, ferro sulfat, HCL 37%, FeCl36H2O, HCL 10 N, H2O2, benzene, methanol, dan aquades, Bahan untuk analisa komposisi asam lemak yaitu metilen klorida, NaOH 0.5 N, BF3 14%, heksana dan aquades. Peralatan yang digunakan adalah timbangan analitik “Denver Instrument M 310”, Magnetic stirrer, thermometer, alat sentrifugasi (Thermo Scientific/ SL 40), freezer “GEA”, spektrofotometer 20D Plus “LaboMed”, Color reader (Minolta CR 300) dan alat- alat gelas. Alat yang digunakan untuk analisa komposisi asam lemak adalah GC-MS “Shimadzu QP2010S, kolom AGILENT DB1, panjang 30 m, gas pembawa helium, pengion EI 70 Ev, pressure 12.0 kPa, column flow 0,54 ml/min, linear velocity 26,6 cm/sec”. 2. Rancangan Percobaan Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan Pola Faktorial 2 Faktor dengan 3 Ulangan. Faktor I adalah jenis Adsorben yaitu Zeolit, Bentonit dan Arang Aktif. Faktor II adalah konsentrasi adsorben yang terdiri dari 3 taraf yaitu 5 %, 10 % dan 15 %. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (anova) dan uji lanjut BNJ 5%. 3. Pelaksanaan Penelitian Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah bentonit aktif, zeolit aktif dan arang aktif. Ketiga jenis adsorben ini sudah dalam keadaan teraktivasi dan berbentuk serbuk dengan ukuran partikel 60-100 mesh, bentonit berwarna kuning kecoklatan, zeolit berwarna putih dan arang aktif berwarna hitam. Sebelum digunakan ketiga jenis adsorben dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan oven untuk mengurangi kadar air dalam adsorben. Proses bleaching dilakukan dengan cara menimbang minyak ikan setelah dinetralisasi, kemudian dipanaskan pada suhu 80oC selama 15 menit, setelah itu ditambahkan bahan pemucat aktif dan konsentrasi sesuai perlakukan. Pemurnian menggunakan adsorben dilakukan dengan cara mengaduk campuran minyak ikan selama 20 menit pada suhu 80oC menggunakan magnetic stirrer. Selanjutnya campuran minyak dan adsorben tersebut dipisahkan melalui sentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit pada suhu ruang (±29oC) untuk memperoleh minyak murni. Minyak yang telah dimurnikan dianalisis untuk mengetahui karakteristiknya, meliputi analisis kecerahan menggunakan metode color rider (19), asam lemak bebas (20), tingkat oksidasi berdasarkan bilangan peroksida (21) dan komposisi asam lemak minyak ikan dengan GCMS dari perlakuan terbaik menggunakan metode metilasi (22) 120
Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017
E-ISSN: 2549-1601
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian soda kaustik pada proses netralisasi menyebabkan minyak masih terlihat kusam dan keruh meskipun pada proses ini sudah terjadi proses pemucatan. Dengan adanya proses selanjutnya yaitu bleaching, diharapkan minyak menjadi jernih. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh (3) bahwa konsumen umumnya menghendaki minyak yang bening dan jernih sehingga perlu dilakukan proses pemucatan atau bleaching. 1. Tingkat kecerahan (Nilai L) Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa rerata tingkat kecerahan warna minyak hasil pemucatan untuk yang berasal dari minyak hasil samping pengalengan antara 30.76–37.08, sedangkan minyak setelah netralisasi atau sebelum dilakukan pemucatan adalah 25.70. Hal ini menunjukkan bahwa pemucatan dengan bentonit, zeolit dan arang aktif dengan tingkat konsentrasi 5%, 10% dan 15% mampu meningkatkan tingkat kecerahan minyak ikan baik dari hasil samping pengalengan tuna. Analisa ragam memperlihatkan, jenis dan konsentrasi adsorben serta interaksi keduanya memberikan pengaruh nyata (α=0.05) terhadap tingkat kecerahan minyak ikan hasil samping pengalengan tuna (tabel 1). Tabel 1. Pengaruh jenis dan konsentrasi adsorben terhadap rerata Nilai L (kecerahan) Minyak Ikan Dari Hasil Samping Pengalengan Jenis Konsentrasi Rerata Nilai L Adsorben (%) (Kecerahan) BNJ 5 % 5 30.79±0.12 A Bentonit 10 34.18±0.25 B 15 35.64±0.00 Bc 5 30.76±0.16 A Zeolit 10 34.68±0.70 Bc 2.857 15 37.08±0.08 C 5 33.41±0.17 Ab Arang Aktif 10 34.30±0.59 Bc 15 31.92±0.42 Ab
Minyak Komersil
35.77±0.52
40
Nilai Kecerahan (L*)
35 30 25 20
Bentonit
15
Zeolit
10
Arang Aktif
5 0 5
10
15
Konsentrasi Adsorben (%)
Gambar 1 Nilai L (tingkat kecerahan) pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan tuna. Gambar 1 menggambarkan bahwa pada bentonit dan zeolit, semakin tinggi konsentrasi adsorben yang ditambahkan pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan, semakin besar pula tingkat kecerahan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena bentonit dan zeolit mempunyai poripori yang besar dalam jumlah yang banyak sehingga kemampuannya untuk menyerap kotoran juga lebih besar. Konsentrasi 15% pada arang aktif yang ditambahkan pada minyak menyebabkan penurunan nilai tingkat kecerahannya. Hal ini disebabkan karena arang aktif memiliki pori-pori yang lebih besar dari zeolit dan bentonit sehingga konsentrasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Jika konsentrasi yang digunakan terlalu besar maka arang aktif yang digunakan tidak dapat bekerja
121
Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017
E-ISSN: 2549-1601
secara optimal, sehingga kemampuannya untuk menyerap partikel-partikel halus yang ada pada minyak berkurang. Sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa jumlah adsorben yang sangat banyak justru akan mengurangi luas permukaan adsorben untuk berinteraksi dengan adsorbat, karena arang aktif mempunyai berat molekul yang kecil (23). Penambahan jenis adsorben zeolit pada konsentrasi 15% mampu meningkatkan tingkat kecerahan minyak ikan dari hasil samping pengalengan lebih baik dari bentonit dan arang aktif.
Nilai Asam Lemak Bebas (% Oleat)
2. Asam lemak bebas (ALB) Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak (11). Rerata ALB minyak akibat perlakuan jenis adsorben pada berbagai konsentrasi berkisar antara 0.13-0.24% (oleat), dimana secara keseluruhan hasil ALB setelah pemucatan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan minyak dari hasil samping pengalengan sebelum pemucatan atau setelah netralisasi yaitu 0.325% (oleat). Penurunan nilai ALB pada tahap bleaching disebabkan oleh berkurangnya kandungan air yang terdapat dalam minyak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (12) yaitu adsorben dapat mengurangi kadar air dalam minyak ikan yang merupakan salah satu penyebab hidrolisis minyak, sehingga jumlah bilangan asam dan asam lemak bebas yang terbentuk juga berkurang. 0.60 0.50 0.40 0.30
Bentonit Zeolit
0.20
Arang Aktif
0.10 0.00
5
10
15
Konsentrasi Adsorben (%)
Gambar 2. Kadar asam lemak bebas pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan tuna. Jenis dan konsentrasi adsorben tidak berpengaruh nyata terhadap nilai bilangan asam minyak ikan dari hasil samping pengalengan dan penepungan tuna. Gambar 2 menggambarkan bahwa penambahan adsorben bentonit, zeolit dengan perbedaan tingkat konsentrasi pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan menunjukkan, semakin tinggi konsentrasi adsorben yang ditambahkan maka kadar asam lemak bebas juga akan semakin menurun, oleh karena itu, penggunaan adsorben dengan konsentrasi 15% menunjukkan penurunan kadar asam lemak bebas tertinggi dibandingkan 5 atau 10%. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi adsorben yang ditambahkan, semakin banyak pula pori-pori adsorben yang dapat menyerap asam lemak bebas sehingga kadar asam lemak bebas semakin menurun. Sependapat dengan yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi zeolit dan bentonit, maka penyerapan asam lemak bebas akan semakin tinggi pula karena bertambahnya jumlah pori-pori adsorben sehingga penyerapan menjadi maksimal (24;25) Konsentrasi yang semakin tinggi pada arang aktif yang ditambahkan pada minyak menyebabkan nilai ALB makin tinggi. Hal ini disebabkan karena arang aktif memiliki pori-pori yang lebih besar dari zeolit dan bentonit sehingga konsentrasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Jika konsentrasi yang digunakan terlalu besar maka arang aktif yang digunakan tidak dapat bekerja secara optimal, sehingga kemampuannya untuk menyerap air dan kotoran yang ada pada minyak berkurang. Sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa jumlah adsorben yang sangat banyak justru akan mengurangi luas permukaan adsorben untuk berinteraksi dengan adsorbat, karena arang aktif mempunyai berat molekul yang kecil (23).
122
Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017
E-ISSN: 2549-1601
3. Bilangan Peroksida Penentuan bilangan peroksida bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak ikan. Pengukuran bilngan peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Keberadaan peroksida dan aldehid yang merupakan hasil oksidasi primer dan sekunder dari minyak dapat menunjukkan derajat kerusakan minyak (25). Rerata bilangan peroksida minyak akibat perlakuan jenis adsorben pada berbagai konsentrasi berkisar antara 2.44-6.90 meq/kg, dimana secara keseluruhan nilai bilangan peroksida setelah pemucatan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan minyak dari hasil samping pengalengan sebelum pemucatan atau setelah netralisasi yaitu 7.38 meq/kg. Pada minyak ikan yang digunakan mengandung pigmen heme yang terkompleks pada hemoglobin dan myoglobin dan didalam pigmen tersebut terdapat mineral logam fe yang dapat memacu terjadinya oksidasi (26). Dengan adanya pemurnian dengan menggunakan adsorben pada proses bleaching atau pemucatan dapat menurunkan nilai peroksida pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan. Hal ini konsisten dengan fungsi dari adsorben yaitu menghilangkan kotoran, pigmen, produk oksidasi, logam sebagai senyawa katalisator dan senyawa bersulfur. Menghilangkan kotoran-kotoran, logam dan produk oksidasi dapat meningkatkan kualitas dan stabilitas oksidatif dari minyak ikan (27). Hasil analisa sidik ragam menunjukkan jenis dan konsentrasi adsorben memberikan pengaruh nyata (α=0.05) terhadap rerata bilangan peroksida, begitu juga interaksi antara jenis dan konsentrasi adsorben memberikan pengaruh nyata (α=0.05) terhadap bilangan peroksida pada masing-masing jenis minyak (tabel 2). Tabel 2. Pengaruh jenis dan konsentrasi adsorben terhadap rerata bilangan peroksida Minyak Ikan Hasil Samping Pengalengan Standar Mutu Jenis Konsentrasi Rerata Nilai Bilangan BNJ 5 IFOM Draf IFO Adsorben (%) Peroksida (Meq/Kg) % A CAC S 5 6.56±0.20 A Bentonit 10 6.01±0.15 A 15 5.59±0.12 Ab 5 4.25±0.22 Bc 1.319 3-20 <5 <5 Zeolit 10 3.28±0.32 Cd 15 2.44±0.39 D 5 4.11±0.01 C Arang 10 3.34±0.62 Cd Aktif 15 6.90±0.14 A Nilai Bilangan Peroksida (meq/kg)
8.00 7.00 6.00
5.00 4.00
Bentonit
3.00
Zeolit
2.00
Arang Aktif
1.00
0.00 5
10
15
Konsentrasi Adsorben (%)
Gambar 3. Nilai bilangan peroksida pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan tuna. Kisaran nilai bilangan peroksida yang diperoleh setelah pemucatan oleh semua perlakuan sebagian telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh International Fish Oil Standart (IFOS) 123
Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017
E-ISSN: 2549-1601
yaitu kurang dari 5 meq/kg. Penambahan adsorben bentonit, zeolit dengan perbedaan tingkat konsentrasi pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan menunjukkan, semakin tinggi konsentrasi adsorben yang ditambahkan maka nilai bilangan peroksida juga akan semakin menurun (Gambar 3), oleh karena itu, penggunaan adsorben dengan konsentrasi 15% menunjukkan nilai bilangan peroksida terendah dibandingkan 5 atau 10%. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi adsorben yang ditambahkan, semakin banyak pula pori-pori adsorben yang dapat menyerap komponen pigmen, asam lemak bebas serta komponen pengotor lainnya sehingga kadar peroksida semakin menurun. Sependapat dengan (24) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi zeolit dan bentonit, maka penyerapan peroksida akan semakin tinggi pula karena bertambahnya jumlah pori-pori adsorben sehingga penyerapan menjadi maksimal. Tingginya daya serap adsorben akibat banyaknya jumlah adsorben yang digunakan dipengaruhi oleh jumlah keberadaan pori-pori adsorben yang telah diaktivasi. Ketika jumlah adsorben semakin ditingkatkan, pori-pori yang ada untuk menyerap peroksida semakin banyak sehingga mampu menurunkan peroksida dengan maksimal (25). Konsentrasi yang semakin tinggi pada arang aktif yang ditambahkan pada minyak menyebabkan nilai bilangan peroksida makin tinggi. Hal ini disebabkan karena arang aktif memiliki pori-pori yang lebih besar dari zeolit dan bentonit sehingga konsentrasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Jika konsentrasi yang digunakan terlalu besar maka arang aktif yang digunakan tidak dapat bekerja secara optimal, sehingga kemampuannya untuk menyerap kotoran, asam lemak bebas dan komponen pengotor lainnya yang ada pada minyak berkurang. Sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa jumlah adsorben yang sangat banyak justru akan mengurangi luas permukaan adsorben untuk berinteraksi dengan adsorbat, karena arang aktif mempunyai berat molekul yang kecil (23). Secara keseluruhan penggunaan bentonit, zeolit dan arang aktif pada berbagai tingkatan konsentasi dimasing-masing adsorben mampu untuk meningkatkan kualitas minyak. Bentonit dan zeolit merupakan bleaching earth yang memiliki struktur yang berlapis tiga yang memungkinkan molekul trigliserida terserap melalui adanya interaksi dengan ion H+ aktif pada selubung yang terdapat pada struktur bentonit maupun zeolit (28). Sampel terbaik pada penelitian ini didapatkan pada sampel minyak ikan dari hasil samping pengalengan tuna yang mendapat perlakuan pemucatan dengan adsorben zeolit pada konsentrasi 15%. Setelah proses pemucatan, tingkat kecerahan minyak yaitu 37.08, kadar ALB yaitu 0.127% (oleat), bilangan peroksida 2.44 meq/kg, secara keseluruhan nilai parameter yang dihasilkan sudah memenuhi persyaratan standar mutu minyak ikan IFOS. 4. Komposisi asam lemak minyak ikan hasil pemurnian (bleaching) Analisa komposisi asam lemak dilakukan pada minyak ikan hasil pemucatan atau bleaching terbaik. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui komposisi asam lemak yang terkandung pada minyak ikan setelah proses pemucatan. Kromatogram komposisi asam lemak minyak ikan hasil pemucatan disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Kromatogram komposisi asam lemak pada minyak ikan hasil pemucatan (bleaching) 124
Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017
E-ISSN: 2549-1601
Tabel 3 menunjukkan jumlah Asam Lemak Jenuh (SFA, Saturated Fatty Acid) pada minyak dari hasil samping pengalengan setelah proses bleaching yaitu 37.85%. Jenis asam lemak yang mendominasi adalah asam palmitat yaitu 20.94%. Komposisi asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap tunggal (MUFA, Monounsaturated Fatty Acid) pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan pada tahap pemurnian ini adalah 31.77%. Jenis asam lemak yang mendominasi pada komposisi asam lemak tak jenuh tunggal adalah asam oleat yaitu 20.47%. Jumlah EPA (C20:5 ω3) dan DHA (C22:6 ω-3) pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan tuna adalah 10.81% dan 12.04%. Komposisi asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap lebih dari satu (PUFA, Polyunsaturated Fatty Acid) pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan adalah 30.38%. Komposisi asam lemak tak jenuh total (MUFA + PUFA) yaitu 62.15% pada minyak ikan dari hasil samping pengalengan. Asam lemak Omega-3 merupakan asam lemak yang paling penting bagi kesehatan. Tabel 3. Komposisi asam lemak pada minyak ikan hasil pemucatan (bleaching) JENIS ASAM LEMAK C14:0 (Miristat) C15:0 (Pentadeklat) C16:0 (Palmitat) C17:0 (Margarat) C18:0 (Stearat) C16:1ω-7 (Palmitoleinat) C16:3ω-3 (Heksadekatrienoat) C18:1ω-9 (Oleat) C18:2ω-6,9 (Linoleat) C18:3ω-3 (Α-Linolenat) C20:1ω-9 (Eikosenat) C22:1ω-9 (Erukat) C20:5ω-3 (EPA) C22:6ω-3 (DHA) SFA MUFA PUFA MUFA + PUFA
JUMLAH/KOMPOSISI (%) 10.73 0.65 20.94 0.58 4.46 9.18 0.61 20.47 6.92 0.63 1.37 0.75 10.81 12.04 37.85 31.77 30.08 62.15
D. KESIMPULAN Penelitian pengaruh jenis dan konsentrasi adsorben pada pemucatan (bleaching) minyak ikan hasil samping pengalengan tuna madidihang (Thunnus Albacares) dapat disimpulkan : 1. Secara keseluruhan penggunaan bentonit, zeolit dan arang aktif pada berbagai tingkatan konsentasi dimasing-masing adsorben mampu untuk meningkatkan kualitas minyak 2. Interaksi antara jenis dengan konsentrasi adsorben memberikan pengaruh nyata pada tingkat kecerahan (Nilai L) dan jumlah bilangan peroksida minyak ikan hasil pemucatan, dan tidak berpengaruh nyata pada kadar asam lemak bebas (ALB). 3. Perlakuan terbaik pada minyak ikan hasil pemurnian mhs pengalengan adalah dengan adsorben zeolit konsentrasi 15%, memiliki rerata Nilai L* 37.08, kadar ALB yaitu 0.13% (oleat), dan bilangan peroksida 2.44 meq/kg. 4. Komposisi asam lemak dari minyak hasil samping pengalengan yaitu SFA sebesar 37.85, MUFA 31.77, PUFA yaitu 30.38 dan total asam lemak tak jenuh (MUFA + PUFA) yaitu
125
Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017
E-ISSN: 2549-1601
62.15. Oleh karena itu minyak ikan dari hasil samping pengalengan tuna yang dimurnikan dapat dianggap sebagai sumber asam lemak tak jenuh (PUFA) terutama EPA dan DHA. E. DAFTAR PUSTAKA [1]. Feryana, I. W., Suseno, H. S & Nurjanah. 2014. Pemurnian Minyak Ikan Makerel Hasil Samping Penepungan Dengan Netralisasi Alkali. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 17 (3): 207-214. [2]. Purnomo E. 2005. Pemanfaatan Bahan Sisa Sebagai Upaya Minimasi Limbah Padat. Tesis. Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponogoro. Semarang. [3]. Estiasih T., Ahmadi, K., Nisa, C.N. Dan Kusumastuti, F. 2009. Optimasi Kondisi Pemurnian Asam Lemak Omega-3 Dari Minyak Hasil Samping Penepungan Tuna (Thunnus Sp) Dengan Kristalisasi Urea. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan. Vol. XX No. 3. [4]. Lianawati W. 2000. Studi Mikroenkapsulasi Minyak Ikan Hasil Samping Pengalengan Tuna (Tuna Precook Oil). Tesis. IPB. Bogor. [5]. Hilder M.H. 1997. ‘Oil Storage, Transport And Handling’. Dalam Gunstone, F.D And F.B. Padley (Ed). Lipid Technologies And Aplications. Marcel Decker. Inc. New York. [6]. Rossy A., 1998. Studi Mikroenkapsulasi Dan Stabilitas Minyak Kaya Asam Lemak Omega-3 Dari Limbah Minyak Pengalengan Ikan Tuna (Tuna Precook Oil). IPB Press: Bogor. [7]. Wardhani A.P. 2012. Optimasi Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah Pada Proses Pembuatan Konsentrat Asam Lemak Ω-3 Dari Minyak Hasil Samping Pengalengan Ikan Tuna (Thunnus Sp). Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang. [8]. Kusumastuti F. 2008. Optimasi Kristalisasi Urea Pada Pembuatan Konsentrat Asam Lemak Omega-3 Dari Minyak Hasil Samping Penepungan Ikan Tuna (Thunnus Sp). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. [9]. Bimbo AP. 1998. Guidelines For Characterizing Food-Gade Fish Oil. INFORM. International News On Fats, Oils And Related Material. Vol 9,Number 5.Pp 473-483 [10].Yulianti E., Nova D.P., Romaidi Dan Gahanim F. 2011. Pengaruh Konsentrasi Naoh Pada Proses Netralisasi Minyak Ikan Hasil Samping Industri Pengalengan Ikan Terhadap Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) Dan Komposisi Asam-Asam Lemak Tidak Jenuh. Jurusan Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. [11].Panagan AT., Hanity Dan Jujur VG. 2011. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 Dari Minyak Ikan Patin (Pangasius) Dengan Metode Kromatografi Gas. J. Penelitian Sains. 14 (4C) : 38-42. [12].Pedro J. Garcia-Moreno, Antonio Gudix, Luis Gomes-Robledo, Manuel Melgosa, And Emilia M. Guandix. 2003. Optimization Of Bleaching Conditions For Sardine Oil. Journal Of Food Engineering. 116 : 606-612. [13].Astutik S. 2012. Pengaruh Variasi Bahan Pemucat Terhadap Karakteristik Fisika, Kimia Dan Komposisi Asam Lemak Minyak Hasil Pemurnian Limbah Pengalengan Ikan. Skripsi. Universitas Jember. Jember. [14].Crexi, V.T., Grunennvaldt, F.L.,Soares, L.A.S., & Pinto, L. A. A. 2010. Production And Refinement Of Oil From Carp (Cyprinus Carpio) Viscera. Food Chemistry, 119 (1): 945-950. [15].Indahini D. 2011. Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Adsorben Pada Proses Pemucatan Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia Minyak Bekatul Padi. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. [16].Abdillah H. M. 2008. Pemurnian Minyak Dari Limbah Pengolahan Ikan. Skripsi. IPB. Bogor. [17].Andini D.F.V. 2007. Penjernihan Minyak Bekas Penggorengan Vakum Keripik Buah Apel Dengan Berbagai Jenis Dan Konsentrasi Adsorben. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. [18].Ahmadi K. 2009. Pemurnian Minyak Ikan Hasil Samping Penepungan Ikan Lemuru (Sardinella Longiceps) Menggunakan Zeolit Alam Teraktivasi. UPN Jatim Repository. 1(1): 93-102. [19].Aidos I. 2002. Production Of High-Quality Fish Oil From Herring Byproducts. Ph.D. Thesis, Wageningen University, The Netherlands. 126
Technology Science and Engineering Journal, Volume 1 No 2 June 2017
E-ISSN: 2549-1601
[20].AOAC. 1995. Official Methods Of Analysis Of The Association Of Official Analytical Chemist. AOAC Int., Washington. [21].Akoh C. And David, B. Min. 1998. Food Lipid Chemitry, Nutrition, And Biotechnology. Marcel Dekker. New York. [22].Park P.W. And R.E. Goins. 1994. In Situ Peraparation Of Fatty Acids Methyl Ester For Analysis Of Fatty Acids Composition In Food. J.Food Sci. 59:1262-1266. [23].Vaisya C.R And Gupta, K.S. 2002. Modelling Arsenic (III) Adsorption From Water By Sulfate-Modified. Iron Coated Sand (SMIOCS). Journal Of Chemical Technology And Biotechnology. Vol. 78. [24].Ahmadi K., Mushollaeni W. 2007. Aktivasi Kimia Zeolit Alam Untuk Pemurnian Minyak Ikan Dari Hasil Samping Penepungan Ikan Lemuru (Sardinella Longicepa). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 8 No. 2. P:71-79. [25].Palanisamy UD., Sivanathan M, Radhakrishanan AK., Haleagrahara N., Subramaniam T. And Chiew GS. 2011. An Effective Ostrich Oil Bleaching Technique Using Peroxide Value An Indicator. J. Molecules. 16:5709-5719. [26].Winarno F.G. 1993. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. [27].Rossy A., 1998. Studi Mikroenkapsulasi Dan Stabilitas Minyak Kaya Asam Lemak Omega-3 Dari Limbah Minyak Pengalengan Ikan Tuna (Tuna Precook Oil). IPB Press: Bogor. [28].Neuman TE. And Dunford NT. 2004. ‘Edible Oil Bleaching’. Dalam Dunford NT And Dunford HB (Ed.). Nutritionally Enhanced Edible Oil And Oilseed Processing. AOAC. Publishing
127