t
BAHAN PENYULUHAN BAHASA INDONESIA
TATA ISTILAH Editor
Anton M. Moeliono PERP USTArCAAN PU St'\ T BAHA SA OEPARTErlEN i'ENDlDIKAN NAS10NAL
PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA
2001
Editor Penyelia Anton M. Moeliono, A. Latief, Hasan Alwi Editor Anton M. Moeliono Penyusun Sri Su~esi Adiwimarta, Abdul Gaffar Ruskhan Amran Purba, Dad Murniah, Dedi Puryadi, Ellya lswati Penyunting Penyelia Alma Evita Almanar Penyunting Sukesi Adiwimarta Pewajah Kulit Dilan Gratis Pusat Bahasa Departt:men Pendidikan Nasional Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta 13220
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal penguupan untuk keperluan penulisan artikel aiau karangan ilmiah. Katalog dalam Terbitan (KDT) 413.028 ADI
ADIWIMART A. Sri Sukesi [et al] Taia lstilah. Editor: Anton M. Moeliono. Jakarta: Pusat Bahasa, 2001. xii, 80 him.; 21 cm. ISBN 979 685 211 X (Seri Pedoman Teknis Penyuluhan Bahasa 8) I. Istilah dan Ungkapan 2. Bahasa lndonesia-Peristilahan 3. Bahasa Indonesia-Pembinaan
KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT BAHASA
:.
Masalah kebahasaan dan kesastraan di Indonesia tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat pendukungnya. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru, seperti pemberlakuan pasar bebas dalam rangka globalisasi, akibat perkembangan teknologi informasi yang amat pesat maupun pemberlakuan otonomi daerah. Teknologi informasi mampu menerobos batas ruang dan waktu sehingga keterbukaan tak dapat dihindarkan. Kondisi itu telah mempengaruhi perilaku masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berbahasa. Oleh karena itu, masalah bahasa dan sastra perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan berencana supaya tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah dalam rangka peningkatan pelayanan kebahasaan di Indonesia dapat dicapai. Tujuan akhir pembinaan dan pengembangan itu, antara lain, adalah meningkatkan mutu penggunaan bahasa dan peningkatan sikap positif masyarakat terhadap bahasa serta peningkatan mutu daya ungkap bahasa. Untuk mencapai tujuan itu, dilakukan kegiatan kebahasaan dan kesastraan seperti ( 1) pembakuan ejaan, tata bahasa, dan istilah, (2) penyusunan berbagai kamus bahasa Indonesia dan kamus bahasa daerah serta kamus istilah dalam berbagai bidang ilmu, (3) penyusunan buku pedoman, (4) penerjemahan karya kebahasaan, kesastraan, dan buku acuan ke dalam bahasa Indonesia, (5) pemasyarakatan bahasa melalui berbagai media, antara lain televisi dan radio, '(6) pengembangan pusat informasi kebahasaan melalui inventarisasi, penelitian, dokumentasi, dan pembinaan jaringan informasi kebahasaan; serta (7) pengembangan tenaga, bakat, dan prestasi dalam bidang bahasa melalui penataran, sayembara mengarang, serta pemberian penghargaan. Untuk keperluan itu, Pusat Bahasa memiliki tugas pokok melaksanakan berbagai kegiatan kebahasaan dan kesastraan yang bertujuan meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia serta mendorong
iv
pertumbuhan dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap sastra Indonesia dan daerah. Dalam upaya peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia dan peningkatan apresiasi sastra Indonesia, Pusat Bahasa telah menyusun sejumlah pedoman dan bahan penyuluhan. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pedoman dan bahan penyuluhan tersebut, Pusat bahasa menerbitkan buku Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia: Tata lstilah. Penerbitan buku ini tidak terlepas dari kerja sama yang baik dengan berbagai pihak, terutama para penyusun dan editornya. Untuk itu, kepada Dr. Sukesi Adiwimarta, Ors. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum., Ors. S. Amran Tasai, M.Hum., Ora. Dad Muniah, Ors. Dedi Puryadi, dan Ora. Ellya lswati (penyusun) serta Prof. Dr. Anton M. Moeliono (editor) saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus. Demikian juga kepada Ors. Utjen Djusen Ranabrata, M.Hum., Pemimpin Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah-Jakarta, beserta stafnya yang telah menyiapkan penerbitan buku ini, saya ucapkan ~erima kasih. Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi peminat bahasa khususnya dalam penyediaan sarana pembinaan bahasa dan sastra. Jakarta, Oktober 2001
Dendy Sugono
UCAPAN TERIMA KASlli
Salah satu upaya pemasyarakatan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penyuluhan bahasa Indonesia kepada masyarakat pemakainya. Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta penyuluhan akan mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dengan menyadari tanggung jawab itu, Pusat Bahasa berupaya menyediakan bahan penyuluhan bagi peserta penyuluhan atau penyuluh sendiri agar mereka mempunyai pegangan dalam menerapkan pemakaian bahasa Indonesia secara efektif. Buku Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia: Tata lstilah merupakan hasil kerja anggota tim dalam Lokakarya Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Pusat Bahasa pada 16-29 Juni 1997. Penggarapannya dibimbing oleh Dr. Sri Sukesi Adiwimarta. Selanjutnya, naskah buku ini disempumakan lagi setelah diperoleh masukan dan catatan dari Penyelia, Prof Dr. Anton M. Moeliono. Penyajian dan contoh yang semula belum memadai dilengkapi dan dimutakhirkan, sesuai dengan masukan dan catatan penyelia sehingga memenuhi tuntutan peristilahan masa kini. Buku ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang tulus kepada (a) Dr. Dendy Sugono selaku Kepala Pusat Bahasa, yang telah memberikan arahan dalam mewujudkan buku ini, (b) Prof. Dr. Anton M. Moeliono selaku penyelia naskah buku ini, (c) Dr. Sri Sukesi Adiwimarta yang memberikan bimbingan dalam penulisan naskah buku ini, dan (d) Ors. Utjen Djusen Ranabrata selaku Pemimpin Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah menyediakan dana sehingga buku ini dapat diterbitkan.
vi
Akhimya, penyusun berharap agar buku ini dapat bermanfaat bagi pemakai, peminat, dan penyuluh/pembina bahasa Indonesia, khusus dalam tata istilahnya. Jakarta, Oktober 2001
Ketua Tim
DAFfARISI
:
Kata Pengantar . . . Ucapan Terimakasih Daftar Isi . . . . . . . . Daftar Singkatan . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
• . . .
• . . .
. . . .
. •. . . . . . •••. ....
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. •. . . . •• ...
iii . v vii xi
Bab I Pendahuluhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . l. l Sejarah Peristilahan Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1. 1. 1 Pakar Bidang Ilmu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . l. l. 2 Pakar Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.1.3 Masyarakat Umum .... . . . . . . . . . . .... . . . . . . . . . 1.2 Pengertian Dasar . .... ... ..... . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.2. l lstilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.2.2 lstilah Khusus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .... 1.2.3 lstilah Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
l l 4 4 4 4 4 5 5
Bab II Sumber lstilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . 6 2.1 Pemilihan Sumber Istilah . . . . . . .. ... . . . . . . ... ..... 6 2.2 Kosakata Bahasa Indonesia dan Melayu . . . . . . . . . . . . . . . . 6 2.2. l Unsur Kosakata Bahasa Indonesia yang Lazim . . . . . . . .. . 7 2.2.2 Unsur Kosakata Bahasa Indonesia yang Kurang Lazim ..... 7 2.2.3 Persyaratan lstilah yang Baik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 2.2.4 Pemberian Makna Baru . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 2.2.4. l Penyempitan Makna . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 2.2.4.2 Peluasan Makna Kosakata Bahasa Indonesia . . . . . . . . 11 2. 3 Kosakata Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah . . . . . . . . 11 2.3.1 Unsur Kosakata Bahasa Serumpun atau Bahasa· Daerah yang Lazim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 2.3.2 Kosakata Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah yang Kurang Lazim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
viii 2.3. 3 Pemberian Malena Baru Bahasa Serumpun Bahasa Daerah 2. 3. 3 .1 Penyempitan Malena Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.3.3.2 Peluasail Malena Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah 2. 3 .4 Persyaratan Kosakata Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4 Kosakata Bahasa Asing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4 .1 Dasar Umum Pemilihan Unsur Kosakata Bahasa Asing . 2.4.1 . 1 Bahasa Inggris sebagai Sumber Utama Bahasa Asing . . 2 .4 .1. 2 Penetapan Cara Penyerapan Istilah Inggris . . . . . . . . 2.4.1.3 Patokan Penyerapan Istilah Asing . . . . . . . . . . . . . 2.4.2 Penyesuaian Ejaan Inggris dan Bahasa Asing Lain . . . . . 2.4.2 .1 lstilah Inggris Mempermudah Pengalihan Antarbahasa . 2.4.2 .2 Istilah Asing Lebih Cocok . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4.2.2.1 Penyerapan dengan Penyesuaian Ejaan . . . . . . . . . 2.4.2 .2.2 Penyerapan secara Utuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4 .2.2.3 Istilah Asing Lebih Singkat . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4.2 .3.1 Penyerapan dengan Penyesuaian Ejaan . . . . . . . . . 2.4.2 .3.2 Penyerapan Secara Utuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4 .2.4 Istilah Asing Memudahkan Kesepakatan . . . . . . . . . . 2.4.2.4 .1 Penyerapan dengan Penyesuaian Ejaan . . . . . . . . . 2.4.2.4.2 Penyerapan Secara Utuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4.3 Penerjemahan Kata dan Ungkapan Asing . . . . . . . . . . . 2 .4 .4 Penyerapan dan Penerjemahan Sekaligus . . . . . . . . . . . 2.4 .5 Istilah Serapan yang Sudah Lama Dipakai . . . . . . . . . . 2.4 .5. 1 Bahasa Sanskerta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4.5.2 Bahasa Hindi , Tamil , dan Parsi . . . . . . . . . . . . . . . 2.4.5 .3 Bahasa Cina . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 .4. 5 .4 Bahasa Arab . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 .4. 5.5 Bahasa Portugis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.4.5 .6 Bahasa Belanda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 .4. 5.7 Bahasa Latin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab III Aspek Tata Bahasa dalam Peristilahan
13 . .
14 14
. . . . .
14 15 16 16 16 17 17 17 18 18 . 18 18 18 19 19 19 19 20 22 22 22 23 23 24 25 25 26
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.........
3. 1 Penggunaan Kata Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
28 28
ix 3.1.1 Nomina . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.1.2 Verba . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.1.3 Adjektiva . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.1.4 Numeralia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. 2 Pengimbuhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.2.1 Pembentukan Istilah dengan lmbuhan Bahasa Indonesia 3.2. l . l Penggunaan Awalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.2. l.2 Akhiran -an . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.2. l.3 Imbuhan Gabung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.2. l.4 Penggunaan Sisipan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.2. 2 Penggunaan lmbuhan Asing yang Lazim dalam Bahasa Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. 3 Pengulangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.3. l Pengulangan Utuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. 3. 2 Pengulangan Salin Suara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. 3. 3 Pengulangan Awai Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.3.4 Pengulangan Berimbuhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.4 Penggabungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.4.1 Penggabungan Bentuk Bebas . . . . . . . . . . . . . . . . 3.4. l. l Penggabungan Kata Dasar dengan Kata Dasar . . . . 3.4. l.2 Penggabungan Kata Dasar dengan Kata Berimbuhan 3 .4. l. 3 Penggabungan Kata Berimbuhan dengan Kata Berimbuhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.4.2 Penggabungan Bentuk Terikat dengan Bentuk Bebas . 3.4.3 Penggabungan Bentuk Terikat dengan Bentuk Terikat . 3. 5 Pemendekan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. 6 Analogi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bab IV Aspek Makna dalam Peristilahan . . . . . 4 . I Perangkat Istilah Bersistem . . . . . . . . . : . . . 4.2 Sinonim dan Kesinoniman . . . . . . . . . . . . . . 4.3 Homonim dan Kehomonirnan . . . . . . . . . . . . 4.3.1 Homonim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4.3.2 Homofon . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4.3.3 Homograf . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . ·. . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
28 29 29 29 29 29 30 32 32 34
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
35 36 36 36 37 37 37 38 38 38
. . . . .
. . . . .
. . . . .
39 39 46 46 46
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
48 48 51 55 55 57 58
x 4.4 4.5 4. 6 4. 7
Hiponim dan Kehiponiman . Polisem dan Kepolisemian . Taksonim dan Ketaksonim . Meronim dan Kemeroniman
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
58 59 60 61
Bab V Ejaan dalam .Peristilahan . . . . . . . . . . . • . . . . . . . 5. I Penulisan lstilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. I . I lstilah Singkatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. I . 2 lstilah Akronim . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. I .3 Satuan Dasar Sistem Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . 5. I .4 Tanda Desimal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. I .5 Penulisan Gabungan Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. 2 Penulisan Ejaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.2 . l Ejaan Fonemik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.2.2 Ejaan Etimologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.2.3 Transliterasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.2.4 Ejaan Nama Diri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. 3 Penyesuaian Ejaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. 3. I lmbuhan Awalan dan Akhiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. 3. 1. I Penyesuaian Akhiran Asing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.3.1.2 Penyesuaian Awalan Asing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. 3. 2 Vokal dan Konsonan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. 3. 3 Gugus Konsonan Asing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.4 Kaidah Pedoman Tambahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.4 . l Bidang Fisika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.4.2 Bidang Biologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.4.3 Bidang Kedokteran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5.5 Penulisan Unsur Serapan yang Benar dan yang Salah . . . . .
63 63 63 64 64 64 65 66 66 66 66 67 67 69 69 70 70 71 72 72 73 74 75
Daftar Ptlstaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
77
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Bidang Ilmu Ag Adm Ars Astron Bio Dik Dok ek Elt Ik Fis Fils Fisiol Geo! Graf Hid Hub Hubtel Huk Hut IPD Kes Kesmas Kim Korn Keu Ling Mat Met Min Mil
Agama Administrasi Arsitektur Astronomi Biologi Pendidikan Kedokteran Ekonomi Elektonik Elektrik Fisika Filsafat Fisiologi Geologi Grafika Hidrologi Perhubungan Perhubungan dan Telekomunikasi Hukum Perhutanan Ilmu Perpustakaan dan Dokementasi Kesenian Kesehatan Masayarakat Kimi a Komunikasi Keuangan Linguistik Matematika Metolurgi Mineralogi Militer
xii Man Olr Par Perk Pol Psi Pusdok Pri Stat Sas Sos Tan Tekpang Tekmin Zoo
Manajemen Olahraga Pariwisata Perkebunan Politik Psikologi Pusat Dokumentasi Pribumi Statistik Sastra Sosiologi Pertanian T eknik Pangan Teknik Mineral Zoologi
Singkatan Bahasa Ar Bid Bhs Ing Jm Jw JwK Mel Port Pr Skt
Arab Belanda Bahasa lnggris Jerman Jawa Jawa Kuno Melayu Portugis Prancis Sanskerta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Peristilahan Indonesia Pemikiran untuk membakukan istilah Indonesia oleh para tokoh bahasa dan budaya telah tumbuh sejak Kongres Pertama Bahasa Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 1938 di Solo. Akan tetapi, keinginan tersebut tidak dapat dilaksanakan karena adanya hambatan dari pemerintah Belanda. Usaha pembakuan istilah barn terwujud setelah Jepang rnasuk ke Indonesia pada tahun 1942. Usaha tersebut dapat berjalan berkat adanya larangan oleh penguasa Jepang bagi orang Indonesia untuk menggunakan bahasa Belanda. Sehubungan dengan itu, pada tahun itu juga dibentuklah Komisi Bahasa Indonesia, satu di Jakarta dan satu di Medan, yang tugasnya mengembangkan bahasa Indonesia, antara lain lewat pembentukan istilah keilmuan. Hasil karya komisi di Medan tidak ditemukan dalam kepustakaan . Komisi di Jakarta diketuai oleh Mori (orang Jepang sebagai pemimpin Kantor Pengajaran), sedangkan penulisnya ialah Suwandi dan Takdir Alisjahbana (Moeliono, 1985:17,18,33-34). Kerja komisi ini tidak dapat lancar karena penguasa Jepang tidak mendukung sepenuhnya. Pada tahun 1945, setelah ~epang meninggalkan Indonesia, komisi ini dibubarkan. Dalam waktu kurang lebih tiga tahun telah dihasilkan sekitar tujuh ribu istilah untuk · bidang hukum, kedokteran, kehewanan, kimia, administrasi, keuangan, fisika, dan pertanian. Sesudah proklamasi kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1947 membentuk Panitia Pekerja Bahasa Indonesia yang diketuai oleh Alisyahbana dengan salah satu tugasnya mengembangkan peristilahan. Akan tetapi, panitia ini tidak berumur panjang karena datangnya tentara Belanda ke Jakarta sehingga panitia ini menghentikan kegiatannya.
2
Setelah kegiatan peristilahan Indonesia terhenti selama tiga tahun, barulah pada tahun 1950 Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan membentuk sebuah panitia yang menyelenggarakan penyusunan istilah dalam bahasa Indonesia dengan nama Komisi lstilah . Komisi ini terdiri atas 19 seksi, yang anggotanya adalah para ahli dari berbagai Departemen. Kesembilan belas seksi itu ialah: I) Ilmu Bahasa dan Kesusastraan; 2) Psikologi; 3) Pendidikan; 4) Kesejahteraan Keluarga; 5) Agama; 6) Kesenian; 7) Ilmu Hukum; 8) Administrasi; 9) Ekonomi; 10) Sosiologi; 11) Sejarah, Civic , dan Politik; 12) Kehewanan; 13) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ; 14) Kedokteran ; 15) Kimia/Farmasi ; 16)Pasti/Alam; 17) Teknik ; 18) Pelayaran; dan 19) Geografi. Komisi ini bekerja hingga tahun 1967 dan dalam waktu kurang dari dua puluh tahun tel ah dapat dihasilkan kurang lebih 300.000 istilah Indonesia sebagai padanan dari istilah asing. Hasil tersebut secara kuantitatif sangatlah membanggakan, akan tetapi secara kualitatif kegunaannya masih perlu dikaji bagi keperluan dewasa ini. Teeuw (1961:70-73) yang dimuat dalam makalah, Moeliono (1991), mencatat adanya tiga keluhan yang ditujukan kepada komisi itu. Pertama, susunan anggota masingmasing seksi dianggap kurang muwakil karena ada anggota yang tidak dikenal sebagai pakar yang aktif atau yang keahliannya disangsikan. Kedua, tata cara kerjanya tidak menunjukkan sasaran yang jelas, baik mengenai cakupan bidang istilah maupun mengenai kelompok calon pemakainya. Ketiga, basil komisi itu yang diterbitkan, baik dalam bentuk daftar istilah sebagai lampiran majalah ataupun dalam bentuk buku kecilkecil, tidak disebarluaskan lewat pasar buku. Tugas Komisi Istilah pada tahun 1972 diambil alih oleh Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia yang dibentuk pada tahun itu juga dan yang kemudian, pada tahun 1979 berganti nama menjadi Panitia Kerja Sama Kebahasaan Indonesia-Malaysia (disingkat PAKIM). Dalam rangka tugas peristilahan, panitia itu mulai menyusun rencana kerjanya secara bersistem. Pada tahun 1975 dapat diterbitkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, yang meletakkan dasar yang kuat untuk menyusun istilah dengan cara yang bersistem. Panduan itu disusun dengan memanfaatkan anjuran International Organization for Standardization (ISO) dari
3
UNESCO yang termuat dalam bukunya Vocabulary of Terminology. Pada awal tahun 1978 oleh PAKIM disusun rencana kerja sepuluh tahun dengan prioritas kepada istilah-istilah ilmu-ilmu dasar, yaitu matematika, fisika, kimia, dan biologi yang sudah mulai diajarkan pada taraf pendidikan dasar dan menengah. Setelah rencana berjalan kurang lebih tujuh tahun (1985) temyata dirasakan oleh Panitia bahwa cara kerja belum efektif; maka pada tahun 1985--sejak Negara Brunei Darussalam secara resmi masuk menjadi anggota panitia kerja sama ini--pihak pengembang bahasa di Indonesia dan Malaysia, atas kerja samanya di dalam Maje/is Bahasa IndonesiaMalaysia, dalam perundingannya bersepakat mengambil keputusan untuk menyusun rencana pengembangan peristilahan berdasarkan strategi baru, yaitu berdasarkan klasifikasi ilmu dan taksonomi tiap cabang ilmu. Perencanaan awal ditujukan bagi klasifikasi ilmu-ilmu dasar. Cara kerja itu temyata lebih efektif dan lebih terarah, karena daftar istilah yang dibahas dan dihasilkan lebih komprehensif, dalam arti, memberikan gambaran yang menyeluruhi ranting, cabang, atau bidang ilmu yang dicakupinya. Dalam waktu kurang lebih tujuh tahun semua subbidang ilmu dasar, sesuai klasifikasinya masing-masing, telah selesai digarap. Hasil yang nyata dari kegiatan peristilahan tersebut ialah terbitnya glosarium keempat bidang ilmu dasar yang memuat sejumlah 40.000 istilah (tahun 1993). Dengan pola kerja tersebut Panitia melanjutkan kerjanya hingga sekarang. Setelah Panitia bekerja selama 25 tahun telah dihasilkan kurang lebih 200.000 istilah. Di samping menerapkan pola kerja yang bersistem, anggota panitia itu juga lebih muwakil karena mereka terdiri atas para pakar dalam bidang ilmu masing-masing dan yang berasal dari berbagai universitas dan/atau instansi yang terkait. Hasil kerjanya berupa senarai istilah berbagai bidang ilmu diharapkan dapat. digunakan dalam pengajaran tingkat sarjana di perguruan tinggi. Oleh karena itu, anggota panitia juga terutama para pengajar di perguruan tinggi dengan harapan, mereka dapat menyebarluaskan basil istilah itu di linglcungan pendidikan dan pengajaran, atau lewat jalan lain, seperti makalah, buku, terbitan berkala, atau terjemahan buku ilmiah asing. Sehubungan dengan itu, ada tiga kelompok yang berperan sangat besar dalam pembakuan istilah Indonesia. Ketiga kelompok itu adalah pakar bidang ilmu, pakar bahasa, dan warga masyarakat umum.
4
1.1.1 Pakar Bidang Ilmu Pakar bidang 'ilmu merupakan kelompok yang sungguh berwenang dalam pembakuan istilah. Hal itu dapat dipahami karena pakarlah yang mengenal dan menguasai konsep-konsep yang terkandung di dalam bidang ilmunya, seperti matematika, fisika, biologi, dan kimia. Keikutsertaan pakar ilmu secara langsung akan besar pengaruhnya atas pengembangan peristilahan.
1. 1. 2 Pakar Bahasa Pakar bahasa dapat banyak membantu dan memberikan sumbangannya dalam bidang peristilahan. Dengan menerapkan kaidah bahasa dan pedoman yang berlaku dalam pengindonesiaan istilah, pakar bahasa dapat menyarankan atau mereka cipta istilah untuk mempercepat pembakuannya. Pakar bahasa itu berasal dari lingkungan Pusat Bahasa, Jakarta .
1.1 .3 Masyarakat Umum Kelompok ketiga yang dapat menciptakan istilah adalah warga masyarakat umum. Tidak jarang wartawan dan pengarang buku mengusulkan istilah baru karena keperluan yang mendesak yang hams dipenuhi dengan segera.
1.2 Pengertian Dasar Sebelum pembahasan istilah ini dilanjutkan, akan diberikan keterangan dahulu tentang makna istilah, istilah khusus atau istilah teknis, dan istilah umum.
1.2.1 lstilah Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses , keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang pengetahuan tertentu . Konsep itu merupakan ide atau pengertian
5
yang diabstraksikan dari peristiwa konkret di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahaminya. Proses itu merupakan runtunan perubahan dalam perkembangan sesuatu yang berupa peralihan sifat, tindakan, pengolahan, atau pembuatan. Keadaan itu ialah situasi yang sedang berlaku berkenaan dengan benda atau sifat. Sifat itu ialah peri keadaan yang menurut kodratnya ada pada orang, hewan, tumbuhan, benda, atau zat. Jika dilihat dari segi maknanya, istilah itu bersifat monosemantis . Artinya, hubungan antara kata/ungkapan dan maknanya tidak bersifat ganda dan terikat kepada bidang ilmu yang memakainya. Jika ditinjau dari struktumya, istilah tidak selalu berbentuk satu kata saja. Selain itu, ada istilah yang bertalian bentuk dan makna seperti, peristilahan dan tata istilah . Peristilahan ialah ihwal beristilah dan tata istilah ialah perangkat peraturan pembentukan istilah, kumpulan istilah, dan terbitan yang dihasilkannya. Contoh lain ialah penghitungan 'tindakan mencari jumlah' , perhitungan 'perbuatan berhitung seperti menjumlahkan atau mengurangi' dan hitungan 'basil atau soal menghitung'
1.2.2 lstilah Khusus lstilah khusus ialah istilah yang maknanya terbatas pada bidang ilmu tertentu . Misalnya, istilah morfologi yang dipakai dalam bidang biologi, geologi, dan Iinguistik memiliki makna yang khusus berlaku di bidang ilmu itu masing-rnasing. Dengan kata lain, kemonosemantisannya hanya berlaku di dalam satu bidang.
1.2.3 Istilah Umum lstilah umum ialah istilah yang berasal dari bidang ilmu tertentu dan karena dipakai secara luas dalam kehidupan sehari-hari menjadi unsur kosakata bahasa umum. Contohnya ialah radio, listrik, ·anggaran belanja, takwa, nikah, dan ekonomi.
BAB II SUMBER ISTILAH
2.1 Pemiliban Sumber Istilah Pembentukan istilah dalam bahasa Indonesia bersifat terbuka. Artinya, pembentukan bahan istilah terse but dapat diambil dari berbagai sumber . Tidak ada satu bahasa pun di dunia ini yang sejak awal memiliki kosakata yang lengkap sehingga tidak memerlukan kata baru untuk mengungkapkan hal dan temuan baru. Sebagai contoh, bahasa Inggris yang dianggap bahasa internasional memiliki kata serapan dari bahasa Yunani, Latin, dan Perancis yang jumlahnya hampir tiga perlima dari keseluruhan kosakatanya. Oleh karena itu, bahasa Indonesia pun dapat diperkaya dan diperlengkapi dengan memanfaatkan sumber bahasa lain, seperti bahasa daerah Nusantara dan bahasa asing. Penyerapan kata di dalam suatu bahasa merupakan hal yang lazim berlaku. Sehubungan dengan itu, bahan istilah Indonesia dapat diambil dari tiga sumber yang memiliki urutan prioritasnya. Ketiga sumber itu adalah (1) kosakata bahasa Indonesia dan Melayu, (2) kosakata bahasa serumpun atau bahasa daerah, dan (3) kosakata bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
2.2 Kosakata Bahasa Indonesia dan Melayu Sumber pertama yang perlu dimanfaatkan dalam pencarian dan penciptaan istilah adalah kosakata umum bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1993) terdapat kurang lebih 73.000 kata, termasuk kosakata bahasa Melayu yang menjadi induk bahasa Indonesia. Jumlah kata yang banyak itu merupakan sumber yang kaya dalam penggalian bahan untuk merekacipta istilah . Kata-kata yang termuat dalam kamus tersebut dapat diperkenalkan kepada masyarakat
7
melalui pemanfaatannya sebagai ciptaan istilah baru . Unsur kosakata itu ada yang lazim dipakai dan ada yang sudah jarang dipakai.
2.2.1 Unsur Kosakata Bahasa Indonesia yang Lazim U nsur kosakata bahasa Indonesia yang lazim adalah kata atau ungkapan bahasa Indonesia yang masih dikenal dan dipakai orang banyak dalam kehidupan sehari-harinya. Contoh: Kata kedai dan kata kopi merupakan kata yang dikenal secara umum dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Gabungan kata kedai kopi telah dimanfaatkan untuk padanan istilah Inggris coffeeshop (Perh). Kata lumut merupakan kata yang dikenal secara luas oleh masyarakat. Berdasarkan konsep yang terkandung dalam istilah bryophyte (Bio) kata lumut dapat dimanfaatkan untuk padanan istilah tersebut. Contoh lain ialah: tambatan untuk padanan retention (Hid), acak untuk padanan random (Mat/Kim), pajak untuk padanan tax (Ek), dan petinju untuk padanan boxer (Olr). 2.2.2 Unsur Kosakata Bahasa Indonesia yang Kurang La,zim Unsur kosakata bahasa Indonesia yang tidak lazim lagi adalah unsur kosakata bahasa Indonesia yang pernah dipakai dalam bahasa Melayu, tetapi yang sekarang kurang dikenal orang Indonesia yang berbahasa daerah lain. Kata tersebut tersimpan dalam karilus bahasa Indonesia dan dapat dimanfaatkan dengan mengaktifkannya kembali atau memperkenalkannya lagi. Pemanfaatan unsur itu membawa keuntungan lain. Bentuk kata Melayu itu serasi benar dengan bentuk kata Indonesia yang masih lazim sehingga mudah dilafalkan dan dieja. Contoh: hara (Kim) untuk padanan nutrient mengimak (Hid) untuk padanan simulate
8
julat (Mat) untuk padanan range kakas (Fis) untuk padananforce lengai (Bio) untuk padanan inert pegun (Mat) untuk padanan stationary telus (Hid) untuk padanan percolate tenggat (Kom) untuk padanan deadline. · Semua contoh di atas dapat ditemukan dalam kamus bahasa Indonesia dengan atau tanpa perbedaan nuansa makna. Tentang perbedaan nuansa makna itu dapat dilihat nomor 2.2.4 yang membahas pemberian makna baru. 2.2.3 Persyaratan Istilah yang Baik Untuk menghasilkan istilah baru, hendaknya diperhatikan beberapa syarat dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut. a. Kata yang dipilih adalah kata yang paling cocok dan kena untuk konsep tertentu dan yang tidak menyimpang dari maknanya, seandainya ada dua kata, atau lebih, yang menunjukkan makna yang mirip. Contoh:
agung - besar - raya area - daerah - kawasan - wilayah asli - tulen - mumi bea - cukai - pajak got - lungkang - parit - serokan. Salah satu pada tiap rangkaian kata tersebut dapat dipilih sebagai istilah untuk konsep dalam bidang tertentu. b. Kata yang dipilih adalah kata yang paling ringkas di antara dua kata atau lebih, yang mempunyai rujukan yang sama.
9 Contoh: gambut (Tan) lebih singkat daripada tanah berlumut untuk padanan peat, kosakata (Ling) lebih ringkas daripada perbenda.haraan kata untuk padanan vocabulary, suaka politik (Pol) lebih singkat daripada perlindungan politik untuk padanan asylum. Contoh istilah lain yang singkat di bidang ilmu dasar ialah sebagai berikut. jelaga (Fis) lebih singkat daripada hitam arang untuk padanan soot atau carbon black, · timbel (Fis) lebih singkat daripada timah hitam untuk padanan lead, pakan (Bio) lebih singkat daripada makanan ternak untuk padanan feed. c. Kata yang dipilih adalah kata yang bernilai rasa (konotasi) baik dan yang sedap didengar (eufonik) Contoh: panti werda mempunyai nilai rasa lebih baik dan lebih sedap kedengarannya daripada rumah jompo, waria mempunyai nilai rasa lebih baik daripada banci, wisma tunanetra mempunyai nilai rasa lebih baik dan lebih sedap kedengarannya daripada rumah orang buta. · Di samping cara di atas, dapat juga dimanfaatkan bentuk terikat, seperti mala- 'buruk', pramu- 'pemberi jasa', atau tuna- 'kurang' untuk menghaluskan nilai rasa agar kata yang dipilih sedap didengar (keterangan lebih lanjut lihat butir 3.4.2). Contoh: malagizi lebih ringkas dan halus daripada gizi buruk, malapraktik lebih ringkas dan halus daripada praktik yang buruk (berkaitan dengan kesalahan cara pengobatan).
'\ 10
PUSf\ T BAHASA
. DEPA!i1'[i;';a~ rE:,mm!KANNASIONAL
pramuniaga lebih halus daripada penjual, pramusiwi lebih halus daripada penjaga anak, pramuwisma lebih halus daripada pembantu rumah tangga. tunanetra lebih halus daripada buta, tunarungu lebih halus daripada tuli, tunawisma lebih halus daripada gelandangan: 2.2.4 Pemberian Makna Baru Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan peluasan makna kata yang lazim dan yang tidak lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah jangkauan maknanya sehingga penerapannya menjadi lebih sempit atau lebih luas.
2.2.4.1 Penyempitan Makna Makna kata umum dipersempit atau dibatasi penerapannya untuk dijadikan istilah baru. Contoh: Kata gaya yang mempunyai makna 'kekuatan' dipersempit maknanya menjadi 'dorongan atau tarikan yang akan menggerakkan benda bebas (tak terikat)' dah menjadi istilah baru untuk padanan
force (Fis). Kata kendala yang mempunyai makna 'penghalang, perintang', dipersempit maknanya menjadi 'pembatas keleluasaan gerak', yang tidak perlu menghalangi atau merintangi, untuk dijadikan istilah baru bidang fisika sebagai padanan constraint (Fis). Kata tenaga yang mempunyai makna 'daya, kekuatan untuk menggerakkan sesuatu' dipersempit maknanya untuk dijadikan istilah baru sebagai padanan power (El).
11
2.2.4.2 Peluasan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Kata sehari-hari diperluas jangkauan maknanya dan berlaku sebagai istilah dengan pengertian khusus dalarn bidang tertentu. Contoh: Kata garam yang semula bermakna 'gararn dapur' (NaCl), diperluas maknanya sehingga mencakupi semua jenis senyawaan dalam bidang kimia. Kata canggih yang semula bermakna 'banyak cakap, tidak dalam keadaan yang murni' diperluas maknanya untuk dipakai di bidang teknik, yang berarti 'kehilangan kesederhanaan asli (seperti sangat rumit, ruwet, atau terkembang)'. Kata pesawat yang semula bermakna 'alat, perkakas, mesin' diperluas maknanya di bidang teknik menjadi 'kapal terbang'. Selain itu, kata pamer yang semula dalarn bahasa Jawa bermakna 'beraga, berlagak' diperluas maknanya dalarn bahasa Indonesia sehingga maknanya tidak sama lagi dengan makna semula. Makna memarnerkan dalam bahasa Indonesia menjadi 'mempertunjukkan dan membanggakan hasil karya'.
2.3 Kosakata Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah Sumber kedua yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan istilah Indonesia adalah kosakata bahasa serumpun atau bahasa daerah Nusantara. Yang dimaksud deng~n bahasa serumpun, atau bahasa daerah, antara lain bahasa Jawa dan Jawa Kuno, Sunda, Minang, Bali, Madura, bahasa Malaysia, dan bahasa Melayu Brunei. Bahasa tersebut di sarnping bahasa daerah lain berpotensi sebagai pemerkaya kosakata Indonesia. Di Indonesia terdapat beratus-ratus bahasa daerah dengan penutur yang berjutajuta banyaknya (seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda) hingga bahasabahasa yang jumlah penuturnya kecil (seperti bahasa-bahasa di Irian) . Hingga kini bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Minang yang banyak menyumbangkan unsur kosakatanya, khususnya untuk peristilahan Indonesia. Hal itu dapat dipahami karena ketiga bahasa tersebut termasuk yang memiliki jumlah penutur yang banyak.
12 2.3.1 Unsur Kosakata Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah yang
Lazim Unsur kosakata bahasa serumpun yang lazim adalah kata yang masih dikenal atau dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari bahasa Jawa: lugas 'yang bersahaja saja' untuk padanan to the point direct,
without much ado mapan 'mantap (baik, tidak goyah, stabil) kehidupan atau kehidupannya' untuk padanan established sulih 'ganti' untuk padanan substitute Contoh dari bahasa Sunda: agihan 'pembagian' untuk padanan istilah distribution nyeri 'rasa sakit' untuk padanan istilah pain marga 'kelompok kekerabatan' untuk padanan clan Contoh dari bahasa Minang: kiat 'seni; cara melakukan' untuk padanan art pantau, pantauan 'pengawasan dengan cermat' untuk padanan
monitor Contoh dari bahasa Bali: antasan 'sungai kecil, anak sungai' untuk padanan creek Contoh dari bahasa Banjar: gambut 'lapisan atas tanah gembur yang berumput dan berakar tumbuhan' untuk padanan peat Contoh dari bahasa Pasemah: mantan 'bekas pemangkujabatan' untukpadanan ex-... ,former... Contoh dari bahasa Bugis: gantole 'pesawat layang tanpa mesin' untuk padanan hangglider
13 Contoh dari bahasa Timor: sombar 'tempat teduh, naungan' untuk padanan shade. Di samping kosakata bahasa daerah tersebut di atas, dapat pula dimanfaatkan kosakata bahasa serumpun lain, seperti bahasa Malaysia atau bahasa Melayu Brunei. Contoh dari bahasa Malaysia : legih 'batas air' untuk padanan watershed radas 'al at' untuk padana_n apparatus aras 'permukaan' untuk padanan level Contoh dari bahasa Melayu Brunei: diangdangan 'cerita berirama' telimbu 'perunjung; linggis' untuk padanan crowbar.
2.3.2 Kosakata Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah yang Kurang Lazim Kosakata bahasa serumpun atau bahasa daerah yang tidak lazim ialah kosakata yang sekarang kurang dikenal. Unsur kosakata tersebut diaktifkan kembali atau diperkenalkan lagi. Contoh: luah (Minang) 'volume zat cair yang mengalir melalui permukaan per satuan waktu' untuk padanan discharge, kanjang·(Jawa) 'daya tahan' untuk padanan Ausdauer, andrawina (Jawa) 'jamuan makan resmi' untuk padanan banquet.
2.3.3 Pemberian Makna Baru Bahasa Serumpun Bahasa Daerah Istilah baru yang berasal dari bahasa serumpun atau bahasa daerah dapat dibentuk melalui penyempitan dan peduasan makna kata yang lazim dan yang tidak lazim.
14 2.3.3.1 Penyempitan Makna Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah Makna kata yang berasal dari bahasa serumpun atau bahasa daerah dipersempit atau dibatasi maknanya sehingga menghasilkan istilah baru. Contoh: Kata ranah dalam bahasa Minang yang mempunyai makna 'tanah rata, dataran rendah' dipersempit maknanya menjadi 'lingkungan yang memungkinkan terjadinya percakapan yang merupakan kombinasi antara partisipan, topik, dan tempat' sebagai padanan domain (Ling/Kim) Contoh kata rama dalam bahasa Jawa yang bermakna 'bapak' mengalami penyempitan makna menjadi 'pastor; panggilan untuk pastor'.
2.3.3 .2 Peluasan Makna Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah Makna kata yang berasal dari bahasa daerah ada yang mengalami peluasan maknanya sehingga menghasilkan istilah baru. Contoh: Kata luah yang berasal dari bahasa Minang dengan makna ' ( 1) rasa mual; (2) 'tumpah atau limpah (tentang barang cair), mengalami peluasan makna menjadi 'volume zat cair yang mengalir melalui permukaan per tahun per satuan waktu'
2.3.4 Persyaratan Kosakata Bahasa Serumpun atau Bahasa Daerah Apabila dimanfaatkan seusai kosakata bahasa serumpun atau bahasa daerah dalam penciptaan istilah, yang perlu diperhatikan ialah salah satu syarat atau lebih yang berikut. Kata yang dipilih adalah kata yang paling tepat untuk konsep tertentu dan yang tidak menyimpang maknanya, jika ada dua kata atau lebih yang menunjukkan makna yang mirip.
15 Contoh: gria pondok loka pura
-
graha saung sasana puri
- panti - wisma - gubuk - bumi - stana
'gedung, rumah' 'cottage' 'tempat' 'istana'
Salah satu di antara rangkaian kata tersebut dipilih sebagai istilah yang tepat untuk konsep tertentu. Kata yang dipilih adalah kata yang paling singkat jika ada dua kata atau lebih yang mempunyai rujukan yang sama. Contoh: Kata gayut (Lampung) lebih singkat daripada ketergantungan kepada untuk padanan dependent (Geofis). Kata peridi (Melayu) lebih singkat daripada bersifat beranak banyak; cepat berkembang biak untuk padanan prolific (Bio). Kata runjung (Melayu) lebih singkat daripada berbentuk kerucut untuk padanan conical (Mat). Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap didengar (eufonik). Contoh: Kata adimarga (Jw) untuk padanan boulevard. Kata adibusana (Jw) untuk padanan haute couture Kata renjana (Mel) untuk padanan longing, yearning. Kata narapidana (JwK, Skt) untuk padanan convict.
2.4 Kosakata Bahasa Asing Sekiranya bahan istilah baru tidak dapat ditemukan dalam bahasa Indonesia, bahasa serumpun, atau bahasa daerah, bahasa asing dapat menjadi sumber. Dewasa ini kita menghadapi kenyataan bahwa rnasyarakat Indonesia berinteraksi dengan rnasyarakat modern yang lain di dunia. Pertemuan antarbudaya terjadi di bidang ekonomi, politik, hukum, sains clan teknologi, serta bidang-bidang yang l~in. Produk teknologi dan
16 konsep baru yang modem memasuki alam pikiran orang Indonesia. Akibatnya, banyak istilah dalam bahasa asing memerlukan ungkapannya dalam bahasa Indonesia. Berikut ini diuraikan berbagai perkembangan dan cara penyerapan istilah asing ke dalam tata istilah Indonesia. 2.4.1 Dasar Umum Pemilihan Unsur Kosakata Bahasa Asing
Ada dua macam pertimbangan dalam penyerapan unsur kosakata bahasa asing yang perlu diperhatikan. 2.4.1.1 Bahasa lnggris sebagai Sumber Utama Bahasa Asing
Bahasa sumber asing utama yang ditentukan adalah bahasa lnggris, atas dasar pertimbangan bahwa bahasa itu dewasa ini yang paling luas daerah sebaran pemakainya di dunia. Tambahan lagi sebagian besar buku serta bahan informasi keilmuan dalam bahasa asing yang masuk ke Indonesia tertulis dalam bahasa Inggris. Bahasa Belanda yang pemah dipakai oleh kalangan masyarakat yang terbatas di Indonesia sudah hampir tidak dikenal lagi oleh angkatan muda yang sekarang mendapat pelajaran bahasa Inggris. 2.4". l.2 Penetapan Cara Penyerapan lstilah lnggris
( l) penyesuaian ejaannya dengan ejaan bahasa Indonesia (bentuk visualnya) (2) penerjemahan (3) penyesuaian dan penerjemahan sekaligus Contoh:
formeel (Bid) personeel (Bid) democratie (Bid) universiteit (Bid) actueel (Bid)
formal (Ing) personnel (Ing) democracy (Ing) university (Ing) actual (Ing)
formal personel demokrasi universitas aktual
17 2.4.1.3 Patokan Penyerapan lstilah Asing ( 1) serapan asing mempermudah pengalihan antarbahasa (2) serapan asing itu lebih cocok (3) istilah asing itu lebih singkat (4) istilah asing mempermudah kesepakatan 2.4 .2 Penyesuaian Ejaan lnggris dan Bahasa Asing Lain Ada dua macam penyesuaian ejaan, yaitu penyesuaian ejaan clan lafal, serta penyesuaian ejaan tanpa pengubahan sehingga penyerapan terjadi secara utuh. Uraian penyesuaian ejaan tersebut akan dikaitkan dengan beberapa patokan penyerapan istilah asing. Hendaknya disadari bahwa penyesuaian ejaan istilah asing juga relevan untuk transkripsi kata Jawa Kuno, Arab, clan Sanskerta yang menjadi bahan istilah. (Lihat juga 5.2.3, 5.2.4). Penyesuaian ejaan terutama berlaku untuk istilah asing (lnggris) yang semula diserap dari bahasa Latin clan Yunani yang lafal dan ejaannya berdekatan. Hal itu berbeda dari unsur kosakata yang berasal dari rumpun Anglo Sakson.
2.4.2.1 Jstilah lnggris Mempermudah Pengalihan Antarbahasa Istilah Inggris yang bersifat internasional diambil guna memudahkah pengalihan antarbahasa, mengingat keperluan alih teknologi. Hal itu berarti bahwa istilah baru yang dihasilkan itu akan mudah ditelusuri bentuk asalnya karena penyesuaian ejaannya. Contoh: eek (Ek) cheque expon ekspor (Ek) passpon paspor (Huk) satellite satelit (Korn)
18
2.4.2.2 lstilah Asing Lebih Cocok lstilah asing yang dipilih lebih cocok atau lebih tepat maknanya. Cocok karena dianggap tidak mengandung makna ganda.
2.4.2.2. l Penyerapan dengan Penyesuaian Ejaan Contoh: actor chlorophyll favorite system
aktor (Kes) klorofil (Bio) favorit (Kes) sistem (Pol)
daripada daripada daripada daripada
pelaku, lakon zat penghijau kesayangan, kegemaran tata susunan
2.4.2.2.2 Penyerapan Secara (Jtuh Contoh: atrium internal neon parameter
atrium (Ars) internal (Fis) neon (El) parameter (Fis)
2.4'.2.2 .3 lstilah Asing Lebih Singkat Istilah asing yang dipilih lebih singkat daripada terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
2.4.2.3. l Penyerapan dengan Penyesuaian Ejaan Contoh: diplomacy royalty latent troily
diplomasi (Pol) daripada penyelenggaraan hubungan resmi royalti (Keu) daripada uang jasa pengarang laten (Pol) daripada tersembunyi troli (Hub) daripada kereta dorong
19 2.4.2.3.2 Penyerapan Secara Utuh Contoh:
absurd bias transfer wig
absurd (Sas) daripada tidak masuk akal bias (Korn) daripada simpangan (Fis) transfer (Ek) daripada pemindahan wig (Kes) daripada rambut palsu sebagai penutup kepala (yang berbeda dari cemara)
2.4.2.4 lstilah Asing Memudahkan Kesepakatan lstilah asing dipilih jika padanan istilah lndonesianya terlalu banyak sinonimnya sehingga sulit dicapai kesepakatan di antara para pakar.
2.4 .2.4 .1 Penyerapan dengan Perryesuaian Ejaan Contoh:
camera detergent gallery
kamera (El) dip_ilih di antara alat foto, alat potret, tustel detergen (Kim) dipilih di antara bahan pembersih, sabun cuci , sabun serbuk galeri (Kes) dipilih di antara balai seni , balai budaya, toko seni
2.4 .2.4.2 Penyerapan Secara Utuh
Contoh:
ideal duet trauma teller
ideal (Sos) dipilih di antara idaman, teladan, cita-cita duet (Kes) dipilih di antara dua suara, permainan dua orang trauma (Psi) dipilih di antara goncangan jiwa, Iuka be rat teller (Keu) dipilih di antara juru bayar, juru hitung
20 lstilah dari bahasa asing pada dasarnya diambil dalam bentuk tunggal (singular), kecuali jika konteksnya condong pada bentuk jamak (plural). Beberapa contoh penyerapan kedua bentuk tersebut adalah sebagai berikut. 1) Bentuk tunggal yang umum digunakan dan bukan bentuk jamaknya Tunggal · Jamak Indonesia focus foci fokus laboratorium laboratoria laboratorium museum muse a museum 2) Bentuk jamak yang Tung gal alumnus/na datum stratum
umum digunakan Jamak alumni data strata
dan bukan bentuk tunggalnya Indonesia alumni data strata
3) Bentuk tunggal dan jamak yang kedua-duanya digunakan dengan makna yang berbeda. Perbedaannya dapat dilihat sebagai berikut. Tung gal Jamak hadir hadirin ruh arwah unsur anasir
2.4.3 Penerjemahan Kata dan Ungkapan Asing Istilah baru dapat juga diperoleh lewat penerjemahan. Yang diusahakan ialah penerjemahan makna isinya, bukan penerjemahan bentuk asing semata-mata. Yang diikhtiarkan ialah kesamaan dan kepadanan konsep, bukan hanya kemiripan bentuk luarnya atau makna harfiahnya. Beberapa patokan dalam penerjemahan istilah adalah sebagai berikut. a. Penerjemahan tidak harus berdasar pada asas satu kata diterjemahkan dengan satu kata. Contoh: pengobatan medical treatment
21 b. lstilah dalam bentuk positif diterjemahkan dengan bentuk positif, dan bentuk negatif dengan bentuk negatif. Contoh: bound form bentuk terikat ketakadilan injustice c. Kelas kata istilah sedapat-dapatnya sama, misalnya, nomina diterjemahkan dengan nomina, adjektiva dengan adjektiva, dan verba dengan verba. Contoh: merger pergabungan (usaha) bening, transparan transparent (to) filter menapis Penerjemahan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia menjadi keperluan yang mendesak apabila dijumpai kesulitan dalam menyerap istilah lnggris. Contoh: birefringence bias ganda daur cycle rumbai fringe tolok gauge ilmu, ilmu pengetahuan alam science lstilah dan ungkapan asing yang juga dipakai dalam konteks bahasa lain tidak perlu diterjemahkan atau ditranskripsikan ke dalam bahasa Indonesia. lstilah itu dapat langsung diterima tanpa pengubahan ejaan. Pengejaannya dalam bahasa Indonesia dilakukari dengan huruf miring. Contoh: an sich (Jm) 'pada dirinya; seben~ya' leghorn (Bid) 'jenis ayam piaraan' Weltanschauung (Jm) 'falsafah hidup'
22 2.4.4 Penyerapan dan Penerjemahan Sekaligus Istilah bahasa asing selanjutnya dapat diserap melalui penyesuaian secara utuh. Artinya, sebagian disesuaikan ejaannya dan sebagian lagi diterjemahkan. Contoh: antiparallel antisejajar infrared inframerah metastable metamantap pseudovector vektor semu quasi-equilibrium kekuasiimbangan semiconductor semipenghantar superjluid superzalir superjluidity kesuperzaliran ultraviolet ultraungu, lembayung
2.4.5 lstilah Serapan yang Sudah Lama Dipakai Istilah asing yang sudah lama diserap dan sudah lazim dapat digunakan selama tidak ada penggantinya yang lebih baik. Contoh: fikr (Ar) pikir. igreja (Port) gereja leiding (Bel) leding pijp (Bel) pi pa
2.4.5.1 Bahasa Sanskerta Bahasa Sanskerta tercatat sebagai bahasa yang pengaruhnya sudah tampak pada abad kedua dan ketiga Masehi di beberapa bagian Indonesia. Bahasa itu menjadi medium penyebaran agama Hindu dan Buddha, yang kemudian berkembang luas di Indonesia pada abad ketujuh dan kedelapan. Kata Sanskerta telah ditemukan dalam prasasti berbahasa Melayu Kuno dari abad keenam sampai dengan ketujuh, yang berasal dari kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan. Bahasa Sanskerta dianggap sebagai bahasa
23 klasik dan bemilai tinggi. Bahasa itu termasuk rumpun bahasa lndoEropa, seperti bahasa Latin, tetapi kosakatanya lebih banyak berasal dari bahasa-bahasa di India. Contoh istilah Indonesia modem yang bahannya diambil dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno: jasa boga .,. padanan .,. catering
mahaputra utama kuasa tunggal 2.4.5.2 Bahasa Hindi, Tamil, dan Parsi Bahasa lain yang memperkaya khazanah bahasa Indonesia adalah bahasa Hindi, Tamil, dan Parsi. Bahasa-bahasa tersebut dibawa masuk ke Indonesia oleh para pedagang dan para penyebar agama dari India (Selatan) dan Arab Contoh: cuk(a) (Hindi) cuka kuli (Hindi) kuli kovil (Tamil) kuil vilangu (Tamil) belenggu bazu (Parsi) baju saudagar (Parsi) saudagar 2.4.5 .3 Bahasa Cina
Kontak dengan penutur berbagai dialek bahasa Cina terjadi sejak abad ketujuh, ketika para saudagar Cina berdagang di Kalimantan, Riau, dan Maluku. Ketika Kerajaan Sriwijaya muncul dan .menjadi kuat, Cinajuga membuka hubungan diplomatiknya dengan Sriwijaya untuk rnengamankan usaha perdagangan dan pelayarannya. Pada tahun 922 musafir Cina berkunjung ke Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur. Sejak abad kesebelas beratus ribu perantau Cina meninggalkan tanah leluhumya dan menetap di beberapa bagian Asia Tenggara. Dengan demikian, bahasa Cina turut pula rnempengaruhi bahasa Indonesia.
24
Contoh:
mi taoge kuetiau siomai dimsum
2.4.5.4 Bahasa Arab Sejumlah ragam bahasa Arab digunakan di Indonesia mulai abad ketujuh oleh para pedagang dari Persia, India, dan Arab . Bahasa Arab klasikjuga menjadi sarana penyebaran agama Islam. Pengaruh bahasa Arab pada bahasa Melayu tercatat sejak abad kedua belas. Kata serapan bahasa Arab dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. lstilah lazim yang sudah disesuaikan dengan lafal dan ejaan Indonesia. Contoh: alamiah alamiyyah perlu fardu niyyat niat rezeki rizq tarikat tariqah abadi abadi akbar akbar iddah idah ilmu ilmu mahr mahar Istilah yang merupakan transliterasi bentuk Arabnya sesudah disesuaikan lafal dan ejaannya digunakan terutama di bidang keagamaan. Perhatikan contoh berikut.
istigasah tawakal
25 2.4.5.5 Bahasa Ponugis Bahasa Portugis mulai dikenal masyarakat penutur bahasa Melayu sejak bangsa Portugis berniaga rempah-rempah di Nusantara. Setelah orang Portugis dikalahkan oleh orang Belanda di Malaka mereka menyingkir ke daerah timur Nusantara, antara lain ke Flores. Pengaruh bahasa Portugis masih dapat ditemukan dalam berbagai istilah Indonesia rnasa kini. Contoh: armada armada bandeira bendera kemeja camisa pelouro peluru ronda ronda
2.4.5.6 Bahasa Belanda Bahasa Belanda mulai masuk pada pergantian abad keenam belas dan ketujuh belas. Dari rnasa VOC hingga Pemerintahan Hindia Belanda yang berakhir pada tahun 1942 pengaruh bahasa Belanda merasuki berbagai bidang kehidupan. Sesudah Indonesia merdeka, pengaruh bahasa Belanda terhadap bahasa Indonesia mulai berkurang. Kata serapan yang sesungguhnya berasal dari bahasa Belanda sekarang mulai tidak dikenal lagi. Kata tersebut antara lain adalah. Contoh: handdoek handuk schakelaar sakelar ventiel pentil winkel bengkel sekering zekering Ada kata serapan yang berasal dari bahasa Belanda yang kemudian dikenali kembali melalui bahasa Inggris. Karena kini bahasa Inggris diutarnakan sebagai bahasa sumber, pedoman ejaan membuka peluang
26 pengubahan ejaan kata serapan dari bahasa Belanda itu menjadi lebih dekat ke bentuk Inggris. Kata seperti strukturil yang berasal dari structureel (Bid) sekarang diubah menjadi struktural. Contoh: administrateur > administrator formeel > formal 2.4.5. 7 Bahasa Latin Bahasa Latin pernah menjadi bahasa keagamaan dan bahasa keilmuan di Eropa. Kata serapan dari bahasa Latin yang digunakan di bidang keagamaan masuk ke dalam bahasa Indonesia, baik melalui bahasa Portugis maupun bahasa Belanda. Kata serapan dari bahasa Latin yang digunakan di bidang ilmu pengetahuan umumnya lewat bahasa Belanda, dan sejak tahun lima puluhan juga melalui bahasa Inggris. Pelambangan bunyi dalam ejaan bahasa Latin rnirip dengan ejaan bunyi bahasa Indonesia. Oleh sebab itu , penyerapan kata dari bahasa Latin sering lebih mudah daripada penyerapan kata bahasa Inggris yang bercorak Anglo Sakson. Tidak jarang bentuk Latin-lab yang dipilih ketika dialami kesulitan dalam pilihan kata Inggris atau kata Belanda. Hal itu juga didorong oleh peristiwa sejarah ketika harus ditentukan pilihan antara kata universiteit (Belanda) dan university (lnggris) . Jalan keluar yang diambil adalah penyerapan universitas dari bahasa Latin. Bentuk imbuhan Latin itu pula yang kemudian diterapkan pada kata serapan Latin yang lain. Contoh berbagai istilah cabang ilmu adalah sebagai berikut. aqua aqua destilata causa prima causa prima 'sebab yang pertama (Tuhan)' honoris causa honoris causa 'karena alasan kehormatan' tabula rasa tabula rasa 'dalam keadaan belum dipengaruhi dunia luar' modus operandi modus operandi 'cara bergerak atau berbuat sesuatu'
BAGAN PROSEDUR PEMBENTUKAN ISTILAH
Langkah 1
..
Kata dalam bahaaa Indonesia yang lazim dipakai
ungkapan yang tepat
l·
Langkah 2
Kata dalam bahasa Indoneaia yang sudah t idak lazim dipakai
Langkah :;
Kata dalalft bahaaa ael'\11111)Un yang lazim di pakai
>--
Ungkapa:i yang paling s1ngkat
c. Ungkapan yang t idak
Cal on l•tilah l
Calon l•til&h
C&lon
berkonota•i buruk
Iatilah
Ungkapan yang aedap
C&lon
didengar
Iatilah 4
Langkah t
Kata dalam bah••• ael'Ulllpun yang audah tidak lazim dipakai
i--~~~~~~~->~--
a. Ungkapan asing de-
L&ngkah s Iatilah dalam bahaaa
(1) Penerjemahan (2)
Inggri•
dan lafal
Langkah 6 (l)
latilah dala• bahaaa Hing
Penyerapan dengan atau tan pa penye 1u.aian ejaan Penerj-""n dan penyarapan aekaligua
ngan arti wm.i• diterj emahltan dengan arti UBlm b. Ungk.apan aaing yang berhu.bungan di terj emahltan dengan yang ber•i•t•m
a. Ungkapan aaing - mud&hkan pengaliban antarbabaaa b. ungkapac Hing lebi~ cocok
cal on Iatilah
C&lon Iatilah
c. ungkapan aaing L&ngkah 7 Pilihan }'&ng terbaik di antara calon iatilah l- _,
lebih aingkat d. Ungkapan aaing - mudahkan keaepakatan
v
BAB ill
ASPEK TATA BAHASA DALAM PERISTILAHAN
Di dalam peristilahan, tata bahasa merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Aspek itu akan menentukan tepat tidaknya suatu konsep yang diungkapkan dalam bentuk istilah. Pembentukan istilah tidak hanya didasarkan pada keinginan pencipta istifah agar istilah itu enak didengar dan singkat, tetapi harus juga diperhitungkan apakah istilah yang dihasilkan itu sesuai dengan kaidah tata bahasa atau tidak. Dalam kaitannya dengan pembentukan istilah, ada enam cara yang meliputi (1) penggunaan kata dasar, (2) pengimbuhan, (3) penggabungan, (4) pengulangan, (5) pemendekan, dan (6) penganalogian.
3.1 Penggunaan Kata Dasar Kata dasar dapat dijadikan pilihan untuk menjadi istilah baru. Jika dilihat dari sudut pengelompokan kata, kata dasar dalam peristilahan berupa nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), atau numeralia (kata bilangan). Masing-masing akan dibicarakan sebagai berikut.
3. 1. 1 Nomina Contoh nomina dasar yang dijadikan istilah adalah bentuk yang berikut. kaidah rule (Mat) bow (Olr) busur sinar ray (Fis)
29
3.1.2 Verba Contoh verba dasar yang dijadikan istilah adalah bentuk yang berikut. keluar out (Olr) uji test (Mat) tekan press (Geo)
3.1.3 Adjektiva Contoh adjektiva dasar yang dijadikan istilah adalah bentuk yang berikut. elastic (Tekpang) kenyal acak random (Mat) anxious (Psi) cemas
3 .1.4 Numeralia Contoh numeralia dasar yang rikut. gaya empat (pukulan) satu-dua tiga tingkat
dijadikan istilah adalah bentuk yang be-
four-force (Fis) one-two (Olr) triple-decker (Tek)
3.2 Pengimbuhan Imbuhan dalam peristilahan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni imbuhan bahasa Indonesia dan imbuhan yang berasal dari bahasa lain (termasuk bahasa Jawa yang dianggap bahasa serumpun).
3.2.1 Pembentukan Istilah dengan lmbuhan Bahasa Indonesia Pengimbuhan sebagai cara pcmbentukan istilah meliputi pemberian awalan, akhiran, imbuhan gabung, sisipan, atau kombinasinya.
30 3.2.1.1 Penggunaan Awalan Awalan yang paling banyak digunakan dalam pembentukan istilah baru ialah
ber- (v) meng- (v) ter- (v) peng- (n) se(a) ke(n) per- (n) a. Awalan berBentuk yang berawalan ber- merupakan padanan istilah bahasa Inggris yang berakhiran -ing, -ic, -ent, atau -ablel-ible. Jika dilihat dari segi makna, istilah yang menggunakan awalan ber- mengandung makna 'memiliki'. systematic (Ling) Contoh: bersistem contingent asset (Ek) aset bersyarat security (Ek) surat berharga veiled light (Par) lampu bertirai stratified (Stat) berlapis
b. Awa/an mengBentuk yang berawalan meng- mengandung makna 'menjadi, melakukan'. blow-up (Fis) Contoh: meledak coogulate (Tekpang) mendadih radiate (Fis) menyinar dribble (Olr) menggiring (bola) attack (Olr/Mil) menyerang Contoh yang pertama sampai dengan yang ketiga memperlihatkan makna awalan meng- 'menjadi', sedangkan contoh keempat dan kelima mengandung makna 'melakukan'.
31
c. Awalan terBentuk yang berawalan ter- merupakan padanan istilah lnggris yang berakhiran -ed atau -en (past participle) yang maknanya sama dengan 'di-' Contoh: tereduksi reduced (Kim) siaran terbatas closed circuit (Korn) open-minded (Psi) berpikiran terbuka d. Awalan peng- don peAwalan peng- dan pe- dapat pula digunakan dalam pembentukan istilah. Bentuk nomina berawalan peng- diturunkan dari verba yang berawalan meng-, sedangkan bentuk nomina berawalan pe- berhubungan dengan verba berawalan ber-. Dalam pengindonesiaan istilah bahasa Inggris, awalan ini merupakan padanan -er, -or, -ant, atau -ist yang mengandung makna 'pelaku, yang meng-' atau 'alat', sedangkan yang kedua mengandung makna 'yang ber-' atau 'berprofesi ber-'. Makna yang terakhir dapat dilihat dalam pembentukan kata berdasarkan analogi pada butir 3.6. writer (Bhs) Contoh: penulis (menulis) penagih (menagih) collector (Keu) pegulat (bergulat) wrestler (Olr) petani (bertani) farmer (Tan)
Contoh pertama dan kedua mengandung makna 'pelaku' atau 'yang meng-', sedangkan contoh ketiga dan keempat mengandung makna 'alai' atau 'yang ber-'.
e. Bentuk terikat seBentuk terikat se- dapat pula digunakan dalam pembentukan istilah untuk memadankan awalan lnggris co-yang berati 'bersama' atau 'satu'. · Contoh: sekerja collabortJUJr (Ek) segaris colinear (Fis) coaxial (Tek) sesumbu senyawa compound (Kim)
32 3.2.1.2 Akhiran -an Akhiran yang dapat digunakan dalam pembentukan istilah adalah akhiran
-an. Akhiran -an mengandung makna 'basil', 'yang di', 'alat/tempat', dan 'kumpulan'. Contob: kawasan saluran siaran Iaporan
area (Geo) channel (El) broadcast (Korn) report (Pusdok)
Contob di atas memperlibatkan makna yang dimaksudkan, yakni kawasan 'kumpulan', saluran 'alat/tempat', siaran 'basil menyiarkan', dan laporan 'basil melapor (kan)'.
3.2.1.3 Imbuhan Gabung Imbuban gabung dapat pula digunakan dalam pembentukan istilah. Imbuban itu meliputi, ber--an, ter--kan, per--an, peng--an, ke--an, keter-an, dan kese--an. a. Imbuban ber--an Imbuban gabung ber-... -an men~andung makna 'banyak subjek atau objeknya'. ramentaceous (Bio) Contoh: berserutan aculate (Bio) beronakan fenestrade (Bio) berjendelaan strigose (Bio) bersusuban b. Imbuban ter--kan Imbuban gabung ter--kan dalam peristilahan digunakan sebagai padanan imbuhan Inggris -able atau -ible, yang berarti 'dapat di-'. Contoh: terserapkan absorbable (Fis) reductible (Fis) tereduksikan terbalikkan reversible (Fis) tertanggalkan demountable (Fis)
33 .~
lmbuhan per--an Imbuhan per--an dalam peristilahan dapat merupakan padanan dari imbuhan bahasa Inggris -ment, -ing, atau -tion. lmbuhan itu berarti 'perihal ber- atau memper-' Contoh: ... pergerakan (bergerak) movement (Dok) (memperlengkapi) perlengkapan equipment (IPD) (bermukim) permukirnan housing (Man) (mempersamakan) persarnaan equation (Mat) d. Imbuhan peng--an lmbuhan peng--an dalam peristilahan merupakan padanan imbuhan bahasa Inggris -ing. lmbuhan itu menyatakan 'proses, cara, atau perbuatan meng-'. Contoh: pengapalan shipping (Hub)
pemasaran perekaman penyiaran
marketing (Ek) recording (Tek) broadcasting (Korn)
e. Imbuhan ke--an Imbuhan ke--an dalam peristilahan digunakan untuk menyatakan makna 'perihal' atau 'segala yang berkaitan dengan'. lmbuhan itu adalah padanan -ity bahasa lnggris. Contoh: activity (Fis) keaktifan velocity (Fis) kecepatan ketaksaan ambiguity (Ling) rigidity (Bio) ketegaran fertility (Kesmas) kesuburan f. lmbuhan keter--an lmbuhan keter--an dalam peristilahan merupakan padanan dari imbuhan bahasa lnggris -ibility atau -ableness. lmbuhan keter-an itu merupakan gabungan imbuhan ter- dengan ke- ... -an. Dengan demikian,
34
maknanya adalah 'perihal ter-' atau 'berkaitan dengan ter-'. Contoh: keterbacaan readability /readableness (IPD) keterserapan absorbability (Min) keterbalikan reversibility (Fis) keterlarutan solubility (Kim) Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa keterbacaan, keterserapan, keterbalikan, dan keterlarutan mengandung makna ., 'perihal dapat dibaca, diserap, dibalik', dan dilarutkan'. g. Imbuhan Ga bung kese--an Imbuhan kese--an dalam peristilahan digunakan untuk inenyatakan makna 'perihal yang se-'. Imbuhan ini adalah gabungan dari iinbuhan ke-an dengan se-. Penggunaannya sebagai padanan imbuhan bahl1sa Inggris -ibrium, -ent, dan -ism . Contoh: equilibrium (Kim) kesetimbangan symmetry (Fis, Kim) kesetangkupan equivalence (Kim, Bio, Fis) kesetaraan parallelism (Fis) kesejajaran 3.2.1.4 Penggunaan Sisipan
Sisipan sebagai salah satu imbuhan dapat pula dimanfaatkan dalam peristilahan. Penggunaan sisipan ini tidak seproduktif imbuhan yang lain. Sisipan yang dapat digunakan adalah -el-, -em-, -er-, dan -in-. Sisipan el- mengandung makna 'kumpulan, aneka'; sisipan-em- bermakna 'sifat'; sisipan -er- bermakna 'mengandung'; sisipan -in- digunakan sebagai padanan akhiran asing -end, -ent, dan -and yang berarti 'yang di- ... -kan' atau -ence. Contoh: drape (Fis) gelembur echotic (Fis) gemaung thunderous (Fis) gemuruh
35
serabut kinandar tinambah
fibrous (Bio) operand (Fis) addend (Fis)
Contoh pertama memperlihatkan penggunaan s1s1pan -el- yang berarti 'kumpulan'. Contoh kedua dan ketiga adalah contoh sisipan -emyang maknanya 'bersifat'. Sementara itu, contoh keempat adalah sisipan -er- yang berarti 'mengandung', sedangkan contoh kelima dan keenam menggunakan sisipan -in- sebagai padanan akhiran asing -end (-and). 3.2.2 Penggunaan lmbuhan Asing yang Lazim dalam Bahasa Indonesia Ada dua imbuhan asing yang lazim dimanfaatkan dalam pembentukan istilah, yaitu imbuhan i- -iah dan imbuhan -isasi. Kedua imbuhan itu memang sudah digunakan di dalam bahasa Indonesia. Namun, kadangkadang sulit ditentukan apakah imbuhan itu diserap secara utuh bersamaan dengan kata dasarnya atau tidak. Pada umurnnya, kedua imbuhan itu diserap langsung. a. Akhiran -i, -iah Akhiran -i, -iah yang digunakan dalam pembentukan istilah mengandung makna 'berhubungan dengan, bersifat' yang berasal dari bahasa Arab dengan variasi -wi. Berkaitan dengan makna akhiran -i adalah -iah sebagai bentuk feminin. Contoh: alarni/alarniah natural kimia nabati/nabatiah vegetable chemistry animal protein · protein hewani kimiaw{ chemical b. Akhiran -isasi Akhiran -isasi dengan variasi -nisasi juga digunakan dalam pembentukan istilah. Namun, pembentukan kata baru yang menggunakan isasi perlu dicermati karena dapat dipadankan dengan peng--an.
36
Contoh:
elektrifikasi sepadan dengan pelistrikan nasionalisasi sepadan dengan penasionalan swastanisasi sepadan dengan penswastaan 3.3 Pengulangan Pembentukan istilah dapat pula dilakukan melalui pengulangan atau reduplikasi. Melalui proses itu, ada empat pengulangan, yakni (a) pengulangan utuh, (b) pengulangan salin suara, (c) pengulangan sebagian, dan (d) pengulangan berimbuhan.
3.3.1 Pengulangan Utuh Pemilihan bentuk ulang utuh merupakan salah satu cara penciptaan istilah barn. Kata ulang itu adalah kata ulang semu atau yang menyatakan jamak. Penggunaan kata ulang utuh ini adalah sebagai berikut. Contoh:
cuma-cuma kisi-/dsi (keldsi) lupa-lupa miju-miju ubur-ubur
en prise (Olr) lattice (Bio, Mat, Fis) air bladder (Zoo) lentils (Par) jelly fish (Bio)
3.3.2 Pengulangan Salin Suara Pembentukan istilah melalui pengulangan salin suara dapat juga dilakukan. Perubahan bunyi dalam pengulangan ini seperti pada contoh yang berikut. Contoh: balik ------- bolak-balik beras ------ beras-petas turbulent (Hidro) golak ------ golak-galik serta ------- serta-merta spontaneous warna ------- wama-warni
•
,
37 Dari segi makna, perulangan dengan cara ini mengandung makna 'bennacam-macam.'
3.3.3 Pengulangan Awai Kata Pembentukan istilah melalui pengulangan awal kata dapat dilihat pada contoh yang berikut. Contoh: network (Fis) jala ----- jejala network (Fis) jaring ---- jejaring jari ----- jejari dactylus (Bio) radius (Mat) kisi ----- kekisi lattice (Bio, Fis.Mat) grating (Fis) average (Fis,Stat) rata ----- rerata Kelima contoh di atas memperlihatkan pengulangan suku awal kata dasar dengan penyulihan vokal /e/.
3.3 .4 Pengulangan Berimbuhan Selain pengulangan seperti dikemukakan di atas, pengulangan dapat pula dilakukan dengan penambahan imbuhan pada kata ulangnya. Penggunaannya itu adalah seperti berikut. Contoh: dedaunan atau daun-daunan pepohonan atau pohon-pohonan rerumputan atau rumput-rumputan tawar-menawar (bargaining) (Ek)
3.4 Penggabungan Penggabungan dapat pula menjadi salah satu cara pembentukan istilah baru. Penggabungan kata, dapat berupa (1) penggabungan bentuk bebas dengan bentuk bebas, atau (2) bentuk bebas dengan bentuk terikat,
38 ataupun (3) bentuk terikat dengan bentuk terikat. Contoh penggabungan bentuk bebas adalah gabungan kata kerja sama, buku kas, bebas tugas, dan riwayat hidup. Contoh penggabungan bentuk bebas dengan bentuk terikat adalah gabungan kata biodata, dwibahasa, nonbaku, dan tunakarya. Contoh penggabungan kata yang kedua-duanya merupakan bentuk terikat adalah
caturwulan, dasawarsa, hastakona. 3.4:i Penggabungan Bentuk Bebas Penggabungan bentuk bebas meliputi penggabungan (a) kata dasar dengan kata dasar, (b) kata dasar dengan kata berimbuhan atau sebaliknya, dan (c) kata berimbuhan dengan kata berimbuhan.
3 .4.1.1 Penggabungan Kata Dasar dengan Kata Dasar Penggabungan kata dasar dengan kata dasar di dalam peristilahan adakalanya terdiri atas dua kata dan ada pula yang lebih. Penulisan gabungan kata akan dibicarakan pada Bab V, bagian penulisan gabungan kata. Contoh: go public (Ek) masuk bursa center service line (Olr) garis servis tengah emergency unit (Dok, Olr) unit gawat darurat free lift of a ballon (Met) gaya angkat bebas halon
3.4.1.2 Penggabungan Kata Dasar dengan Kata Berimbuhan Selain gabungan kata dasar dengan kata dasar, pembentukan istilah dapat juga dilakukan dengan penggabungan kata dasar dengan kata berimbuhan. Penggabungan itu mempunyai dua kemungkinan, yakni kata dasar pada posisi awal atau sebaliknya. Contoh: cut-off energy (Fis) tenaga penggalan cyclic process (Fis) proses berdaur digestive system (Dok) sistem pencemaran
-"
39
penerima hablur permukaan lengkung
crystal receiver (Elt) curved surface (Fis)
Contoh pertama sampai dengan ketiga memperlihatkan gabungan antara kata dasar dan kata berimbuhan. Sebaliknya, contoh keempat dan terakhir memperlihatkan kata berimbuhan lebih dahulu daripada kata dasamya.
3.4.1.3 Penggabungan Kata Berimbuhan dengan Kata Berimbuhan Gabungan kata dapat pula terdiri atas unsur yang berupa kata berimbuhan. Contoh: ability to produce (Perk) kemampuan berproduksi delivery vehicle (Fis) kendaraan pengantar environmental health (Kesmas) kesehatan lingkungan detailed balancing (Fis) perimbangan terinci perawatan kecelakaan accident care (Kesmas)
3.4.2 Penggabungan Bentuk Terikat dengan Bentuk Bebas Di dalam peristilahan ada sejumlah bentuk terikat yang dapat digunakan. Karena unsur-unsur itu merupakan bentuk terikat, penulisannya dirangkai dengan unsur yang mengikutinya. Bentuk terikat itu, antara lain, adalah adi-, antar-, awa-, bahu-, catur-, dwi-, eka-, fir-, maha-, nir-, panca-, para-, peri-, pasca-, pra-, puma-, serba-, su-, swa-, tak, tan- tri-, tuna-. Sementara itu, bentuk terikat seperti a-, ab-, alo-, bi-, de-, dia-, dis-, hiper-, hipo-, in-, inter-, ko-, kon-, mono-, multi-, neo-, non-, pan-, penta-, poli-, pro-, re-, semi-, super-, tele-, d.an trans- pada dasamya langsung diserap bersama-sama dengan kata lain yang mengikutinya. 1) Bentuk Terikat adiBentuk terikat adi- digunakan dalam peristilahan sebagai padanan awalan bahasa Inggris super-. Makna imbuhan ini adalah 'agung'.
40
Contoh: adibenang. adikodrati
adikuasa adipenghantar
adizalir
superstring (Fis) supernatural (Sos) superpower (Pol) superconductor (Fis) superfluid (Fis)
2) Bentuk Terikat antarBentuk antar- digunakan sebagai padanan awalan asing inter-. Bentuk terikat ini mempunyai makna 'di antara' . Contoh: antarbulan interlunar (Astron) antarmolekul intermolecular (Fis) interface (Fis) antarmuka antarpulau interisland (Geo) intercellular (Bio) antarsel 3) Bentuk Terikat awaBentuk awa- di dalam peristilahan digunakan sebagai padanan awalan bahasa Inggris de- dan dis- yang memiliki makna 'menghilangkan'. Contoh: deodorize (Kim) awabau defoam (Kim) awabusa detoxify (Kim) awaracun disarm (Mil) awasenjata disintegrate (Tek) awarangkun 4) Bentuk Terikat bahuBentuk bahu- di dalam peristilahan digunakan sebagai padanan awalan bahasa Inggris multi-, poly-, dan many- yang memiliki makna 'banyak, Contoh: multifl.orous (Bio) bahubunga multipolar (Fis) bahukutub polyvalent (Dok) bahuharkat
-
.
41 bahuwama bahubiji
polychromatic (Fis) manyseeded (Bio)
5) Bentuk Terikat durBentuk dur- digunakan sebagai padanan awalan bahasa lnggris ill-, dan mis-, yang merniliki makna 'jahat'. Contoh: malfaction (Sos) durkarya ill-will (Sos) durkarsa misdeed (Sos) durtindak 6) Bentuk Terikat dwi-
Bentuk dwi- digunakan sebagai padanan awalan bahasa lnggris bidi-, duum; atau kata two yang berarti 'dua'. Contoh: dwibahasa dwikutub dwinama dwitunggal dwilipat
bilingual (Ling) dipole (Fis) binomial (Geo) duumvirate (Pol) twofold (Sos)
7) Bentuk Terikat lir-
Bentuk lir- digunakan sebagai padanan akhiran bahasa Inggris -like, ous, -y, dan -ine. Bentuk terikat ini mempunyai makna 'seperti'. Contoh: lirbutir particle-like (Fis) gelatinous (Kim) liragar lirkaca glassy (Kim) lirintan adamantine (Kim) 8) BentukTerikat mahaBentuk maha- dapat digunakan dalam peristilahan sebagai padanan kata asing yang mengandung makna 'besar atau sangat'.
42 Contoh: maharaja mahatahu
emperor (Sej) omniscient (Ag)
9) Bentuk Terikat malaBentuk mala- digunakan sebagai padanan awalan bahasa Inggris ill, ma/-, dan mis- yang memiliki makna 'buruk'. Contoh: malanasi b ill-fated (Sos) ma/akelola mismanagement (Ek) malapraktik malpractice (Dok) malagizi malnutrition (Bio) 10) Bentuk Terikat naraBentuk nara- digunakan sebagai padanan kata asing yang mengandung makna 'orang'. Contoh: convict (Huk) narapidana resource person (Sos) narasumber 11) Bentuk Terikat nir-
Bentuk nir- digunakan sebagai padanan awalan bahasa lnggris a-, an-, e-, ill-, in-, un-, dan non- serta akhiran -less yang memiliki makna 'tanpa'. Contoh:
nirbangun nirair nirgigi niraksara niratma nirbatas
nirarti nirbentuk
amorphous (Kim) anhydrous (Kim) edentate (Bio) illiterate (Ling) inanimate (Sos) unlimited (Sos) nonsense (Sos) formless (Fisiol)
43
12) Bentuk Terikat pascaBentuk pasca- digunakan sebagai padanan awalan bahasa lnggris post- yang memiliki makna 'sesudah'. Contoh: pascalahir pascaperang pascasarjana
pascazigot
postnatal (Sos) postwar (Pol) postgraduate (Dik) postzyangote (Bio)
13) Bentuk Terikat peri-
Bentuk peri- digunakan sebagai padanan akhiran asing -wise yang memiliki makna 'secara'. Contoh: way of saying = language-wise (Ling) peribahasa perijam clockwise (Fis) periketam crabwise (Bio) peritakar batchwise (Tek) 14) Bentuk Terikat praBentuk pra- digunakan sebagai padanan awalan bahasa Inggris antedan pre- yang memilik makna 'di depan; sebelum'. Contoh: praperang antebellum (Pol) prarembang antemeridiem (Geo) pracampur premix (Tek) pranatal prenatal (Kes) 15) Bentuk Terikat pratiBentuk prati- digunakan sebagai padanan awalan bahasa lnggris anti-, counter-, dan contra- yang mempunyai makna ~1awan'. Contoh: pratibeku antifreeze (Tek) counterweight (Tek) pratibobot pratihamil contraception (Dok)
44 16) Bentuk Terikat serbaBentuk serba- digunakan sebagai padanan awalan bahasa Inggris omni-, all-, multi, atau bentuk lain yang mempunyai makna 'semua'. Contoh: serbaneka omnifarious (Sos) serbaguna multipurpose (Sos) serbabiji all-seed (Bio) serbaloka all-places (Tek) 17) Bentuk Terikat suBentuk su- digunakan untuk memadankan kata good dan well yang memiliki makna 'baik' . Contoh: sujana
susila
good-doer (Umum) moral (Fils)
susastra
literature (Sas)
18) Bentuk Terikat swaBentuk swa- digunakan untuk memadankan kata asing self- dan awalan auto- yang memiliki makna 'sendiri'. Contoh: swasembada selfsupporting (Tan) swatantra selfgovemment (Pol) swalayan self-service (Ek) swaligat autogyro (Tek) autolysis (Bio) swacerna 19) Bentuk Terikat takBentuk tak yang merupakan bentuk singkat dari tidak digunakan dalam peristilahan untuk memadankan awalan bahasa lnggris a-, ab-, in-, ii-, im-, ir-, un-, non-, de-, dan dis- yang memiliki makna 'tidak'. Contoh: indirect (Sos) taklangsung impure (Kim) takmurni
45 taberatur takpasti takswajalan taksetuju
i"egular (Sos) unsure (Sos) nonautomatic (Tek) disagree (Sos)
20) Bentuk Terikat tanUnsur tan merupakan bentuk singkat dari tanpa. Bentuk ini digunakan untuk memadankan awalan bahasa Inggris an-, in-, atau nonyang memiliki makna 'bukan'. Contoh : tanasam nonacid (Kim) tanlogam nonmetal (Kim) tanlemak nonfat (Kim)
tantunai
noncash (Ek)
21) Bentuk Terikat triBentuk tri- digunakan sebagai padanan awalan bahasa Inggris tridan kata three atau bentuk lain yang maknanya 'tiga' . Contoh:
tridaun tnlcaki triwama tnlapis
trifoliate (Bio) tripod (Tek) trichromatic (Fis) three-ply (Tek)
22) Bentuk Terikat tunaBentuk tuna- digunakan sebagai padanan awalan bahasa lnggris a-, under-, akhiran -less, atau bentuk lain yang maknanya 'kurang'. Contoh:
tunasusila tunagizi tunabudi tunarungu
immoral (Sos) undernourished (Bio) characterless (Sos) hard of hearing (Dok)
46 3.4.3 Penggabungan Bentulc Terikat dengan Bentuk Teri/cat Penggabungan yang unsur-unsurnya merupakan bentuk terikat dilakukan dengan merangkai unsur-unsur itu. Setiap unsur itu tidak dipisahkan penulisannya dan tidak diberi tanda hubung. omnifarious Contoh: serbaneka durjana malafactor, evildoer caturwulan quaner dasawarsa decade swasembada selfsupponing
3.5 Pemendekan Pemendekan kata (abreviasi) merupakan salah satu cara pembentukan kata, yakni dengan menyingkat kata menjadi huruf, bagian kata, atau gabungan sehingga membentuk sebuah kata. Pembentukan melalui proses ini meliputi singkatan, akronim, dan lambang. Perhatikan contoh berikut. a. Singkatan: GNB Gerakan Non-Blok DNA deoxyribonucleic acid PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa Akronim: lotion (Pri) cairan alir calir b. chan (Fis) gambar daftar gaftar drain (Hid) saluran air salir Lambang: sentimeter c. cm rupiah Rp Pembahasan lebih lengkap mengenai penulisan singkatan, akronim, dan penggunaan lambang terdapat pada Bab V.
3.6 Analogi Analogi dapat pula dijadikan dasar pembentukan istilah. Pembentukan istilah melalui analogi dilakukan dengan bertolak dari bentuk yang sudah ada dalam bahasa Indonesia. Dengan bentuk itu, diciptakan istilah yang diinginkan. Di antara analogi untuk pembentukan istilah adalah
47 penggunaan awalan pe- yang bermakna 'yang di-' sebagai kontras 'yang meng-' dan pe- yang bermakna 'yang ber-' , atau dapat pula dengan menggunakan kata tata dan juru .. Di dalam bahasa Indonesia, terdapat kata pesuruh yang berarti 'orang yang disuruh' di samping kata penyuruh 'orang yang menyuruh'; maka, dibentuk kata lain dengan beranalogi pada kata pesuruh itu . Contoh: 'orang yang disuluh' lawan penyuluh pesuluh 'orang yang menyuluh' 'orang yang ditatar' lawan penatar petatar 'orang yang menatar' Selanjutnya, pembentukan melalui analogi itu tampak khususnya di bidang olahraga; berdasar bentuk petinju dan pegulat diciptakan. Contoh: golfer (Olr) pegolf peselancar sulfer (Olr) pesenam gymnast (Olr) petenis tennis player (Olr) Beranalogi pada kata tata krama dan juru tulis, dibentuk istilah seperti berikut. Contoh :
tata istilah tata graha ~ tata letak; tata ruang tata rambut juru batu juru mesin pesawat juru masak juru pelumas jurupompa
terminology housekeeping layout (Graf, A~m) hair dressing leadsman (Hubtel) air mechanic (Tek) cook greaser (Hubtel) pumpman
BAB IV
ASPEK MAKNA DALAM PERISTILAHAN
4.1 Perangkat Istilab Bersistem Dalam bidang Fisika kita menjumpai seperangkat istilah berikut ini. Asing Indonesia a. sorb erap absorb serap adsorb jerap Tampak bahwa dua perangkat istilah itu berasal dari akar kata yang sama, yaitu erap dan sorb.Dapat dikatakan bahwa perangkat istilah tersebut bersistem dan membentuk paradigma istilah. Selanjutnya, dari kata dasar serap dan absorb kita dapat membentuk paradigma atau istilah bersistem ber~kut ini. Asing Indonesia b. absorb serap absorber penyerap absorbable terserapkan absorbability keterserapan Contoh istilah bersistem dari segi makna ialah sebagai berikut. Asing Indonesia disperse tebar c. dispersed tertebar disperser penebar dispersible tertebarkan dispersibility ketertebaran
49
d.
dispersing dispersion dispersive dispersivity dispersity
menebar tebaran; penebaran bertebar kebertebaran ketebaran
normal (to) normalize normalized normalizer normalizable normalization normality
normal menormalkan ternormal penormal ternormalkan penormalan kenormalan
Selanjutnya, kita dapat membentuk istilah bersistem dengan beranalogi pada perangkat (b) di atas sebagaimana contoh berikut ini. Indonesia Asing e. (to) analyze menganalisis analyzed teranalisis analyzable teranalisiskan analyzer penganalisis analysis analisis analysibility keteranalisisan Jika dilihat dari maknanya, istilah-istilah yang masuk dalam satu medan makna dapat dikelompokkan ke dalam satu perangkat istilah bersistem. Berikut ini contoh perangkat istilah gabungan dari berbagai bidang ilmu yang mirip arti atau masuk dalam satu medan makna. Asing Indonesia f. tool alat apparatus radas peranti device instrumen instrument perkakas appliance pesawat, mesin machine
50
g.
engine motor equipment
mes in motor perlengkapan
sketch scheme schedule agenda table chan
denah; sketsa skema jadwal agenda tabel gaftar (gambar dan daftar)
Perangkat istilah bersistem dapat juga dilihat dari bentuknya, seperti perangkat istilah Lingustik berikut ini. h.
Asing morpheme phoneme sememe taxeme
Indonesia morfem fonem semem taksem
Jika kita perhatikan, perangkat istilah memiliki bentuk yang sama, baik istilah Indonesia maupun istilah asingnya. Proses yang terjadi pada pasangan asing dan Indonesia adalah penyerapan istilah, yaitu pemungutan kata dengan penyesuaian ejaan bahasa Indonesia. Kesamaan bentuk itulah yang menunjukkan bahwa perangkat kata di atas bersistem. Dalam bidang ilmu Hukum kita menjumpai perangkat kata berikut ini. l.
Asing eigendomsrecht kiesrecht stakingsrecht
Indonesia hak rnilik hak pilih hak mogok
Berbeda dengan perangkat (h), pada (i) terjadi proses penerjemahan. Unsur recht diterjemahkan menjadi hak pada ketiga pasangan di atas . Jika recht pada eigendomsrecht diterjemahkan menjadi hak, kiesrecht dan stalcingsrecht juga harus diterjemahkan menjadi hak.
51 Perangkat istilah bersistem tidak selalu terdiri atas kata tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan kata.
Asing order of a group order of a pole order of a zero point order of accuracy order of an element
Indonesia tingkat tingkat tingkat tingkat tingkat
grup kutub titik nol kecermatan unsur
Dari perangkat istilah di atas tampak bahwa order dipadankan dengan
tingkat. 4.2 Sinonim dan Kesinoniman Sinonim adalah kata yang maknanya sama atau mirip dengan makna kata lain. Misalnya, kata taraf dan tingkat adalah dua buah kata yang sinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga kata yang sinonim; mati, wafat, mangkat, gugur, dan meninggal adalah lima kata yang sinonim. Dalam definisi dikatakan 'sama atau mirip maknanya'; artinya, kesinoniman itu tidak bersifat mutlak. Kesamaan itu ada pada informasinya. Contohnya, kata mati memiliki informasi yang sama dengan kata meninggal, wafat, gugur, mangkat, dan tewas, yaitu informasi atau komponen makna 'hilangnya nyawa'. Namun, dalam penggunaannya kelima kata itu tidak selalu dapat saling menggantikan. Misalnya, mati digunakan untuk binatang, tumbuhan, dan benda; meninggal digunakan untuk manusia; mangkat digunakan untuk raja;gugur digunakan untuk pahlawan di medan perang; wafat digunakan untuk orang yang dihormati; tewas digunakan untuk· korban kecelakaan atau peristiwa tertentu. Kesinoniman muncul dalam suatu bahasa karena beberapa hal berikut ini. · a. Penyerapan (borrowing) Kita seringkali menerima istilah asing, padahal dalam bahasa Indonesia sudah ada kata yang memiliki konsep yang sama dengan kata asing tersebut.
52 Contoh:
Indonesia
Asing
Kata serapan
basil karya jahat; kotor
production (Ing)
produksi maksiat
maksiat (Ar)
Di samping istilah asing, kita juga mengambil kata bahasa daerah yang dalam bahasa Indonesia juga sudah ada kata yang memiliki konsep yang sama. Contoh : Daerah Indonesia tambang (Sunda) tali lempung (Jawa) tanah liat b. Perbedaan Waktu Dalam cerita-cerita lama kita sering menjumpai istilah hulubalang. lstilah tersebut sekarang sudah tidak digunakan lagi. Sebagai penggantinya digunakan kata komandan. Jadi, hulubalang bersinonim dengan komandan. Namun, keduanya tidak dapat dipertukarkan . Kata hulubalang hanya cocok untuk situasi kuno, sedangkan kata komandan cocok untuk situasi sekarang . c. Perbedaan Tempat Kata saya dan beta bersinonim. Akan tetapi, kata beta hanya cocok untuk penggunaan di kawasan Indonesia timur, sedangkan kata saya dapat digunakan secara lebih umum. d. Jarak Sosial Kata saya dan aku bersinonim. Dalam penggunaannya, kata aku hanya digunakan jika orang berbicara kepada orang lain yang akrab dan sebaya, tidak pada orang yang lebih tua dan lebih dihormati. Penggunaan kata saya bersifat lebih umum. e. Nilai Rasa Dalam bahasa Indonesia ada kecenderungan orang menggunakan kata lain untuk mengganti kata yang dianggap bemilai rasa lebih kasar.
53 Contoh:
tunakarya dianggap lebih halus daripada penganggur. pramuwisma dianggap lebih halus daripada pembantu. mantan dianggap lebih halus daripada bekas. Dalam peristilahan, jika ada kesinoniman, perlu diusahakan seleksi terhadap pasangan istilah yang bersinonim tersebut. Seleksi itu didasarkan pada tiga patokan sebagai berikut. (i) lstilah yang diutamakan, yaitu istilah yang paling sesuai dengan prinsip pembentukan istilah, yang pemakaiannya dianjurkan sebagai istilah baku. Contoh: Sinonim Pilihan melandas; mendarat mendarat tumbuhan pengganggu; gulma gulma hutan bakau; hutan payau hutan payau partikel; zarah partikel tanggalan; penanggalan; kalender kalender (ii) Istilah yang diizinkan, yaitu istilah yang timbul karena adanya istilah asing dan istilah Indonesia yang diakui secara bersama. Baik istilah asing maupun istilah Indonesia itu dapat digolongkan ke dalam istilah yang diizinkan sebagai sinonim. Comoh : Asing Yang diizinkan comparative komparatif; bandingan physiology fisiologi; ilmu faal silviside silvisida; racun pohon physical rotation rotasi fisik; perputaran alami diameter diameter; garis tengah (iii) lstilah yang dijauhkan, yaitu istilah yang sifatnya bersinonim, tetapi menyalahi asas penamaan dan pengistilahan. Karena itu, pemakaiannya perlu segera ditinggalkan.
54 Contoh:
zat lemas digantikan dengan nitrogen zat asam digantikan dengan oksigen. ilmu pasti digantikan dengan matematika. Apabila ditemukan istilah asing yang sinonim, kita harus menerjemahkan atau menyerapnya dengan satu istilah Indonesia. Contoh:
Asing damp air; moist air auditory area; auditory center speech defea; speech disorder
Indonesia udara lembab pusat saraf pendengaran kelainan wicara
Apabila ditemukan seperangkat istilah asing yang maknanya bermiripan, hams diusahakan agar istilah Indonesia berlainan. Contoh:
Asing collection assemblage set group array assembling ensemble
Indonesia kumpulan perangkat gugus kelompok susunan perakitan kerakitan
Dalam bidang biologi ada seperangkat istilah yang maknanya bermiripan. Contoh:
Asing kernel pea seed
Indonesia biji polong benih
Contoh lain perangkat istilah yang rnaknanya bermiripan adalah sebagai berikut.
55 Asing
core nucleus
Indonesia teras inti
Kedua contoh di atas dapat juga digolongkan sebagai perangkat istilah bersistem yang telah dibicarakan sebelumnya.
4.3 Homonim dan Kehomoniman 4.3.1 Homonim Homonim ialah kata yang bentuknya (ejaan maupun lafal) sama dengan kata lain, tetapi maknanya berbeda. Misalnya, pasangan kata berikut ini. jarak 1 ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat; 2 jari-jari bulatan (lingkaran) jarak pohon perdu, tingginya dua meter, bergetah, berwarna putih, batangnya mudah patah, berbiji polong, bijinya terletak dalam pangsa sebesar kacang tanah, kalau tua berwama hitam dan dapat dipakai sebagai bahan pelumas pacar 1 tumbuhan kecil yang daunnya biasa dipakai untuk pemerah kuku; batang inai; 2 daun inai pacar teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih bala pasukan; prajurit bala bencana; kecelakaan; malapetaka; kemalangan; cobaan Homonim dapat juga terjadi antara tiga, empat, bahkan lima kata, seperti: hak yang benar hak telapak sepatu pada bagian tumit hak alat untuk merenda (yang ujungnya berkait) jamak lazim jamak bentuk kata yang menyatakan lebih dari satu atau banyak jamak wajar
56
jamak, -takdim,
penggabungan pelaksanaan salat lohor dan salat asar pada waktu salat lohor atau pelaksanaan salat magrib dan salat isya pada waktu salat mag rib mala (malapetaka) bencana; (ke)celaka(an); (ke)sengsara(an) mala air rembesan dari bangkai yang telah membus usk mala (termala) 'layu; merana mala kotor; cemar; noda; penyakit mala tanda larangan yang mempunyai kekuatan magis (di Timor)
Beberapa contoh di atas dapat dijelaskan. Jarak 'ruang sela' homonim dengan jarak 'pohon', kata hak 'yang benar' dengan hak 'telapak sepatu' homonim dengan hak 'alat merenda'. Di dalam kamus, kata yang homonim ada yang ditandai juga dengan angka Romawi yang diletakkan di belakang setiap kata (entri) yang homonim itu. Berikut ini penulisan homonim dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W .J .S. Poerwadanninta.
pacar I ... pacar II ••. mala mala mala mala
I. ..
II ••• III •.. IV •..
Di samping dengan angka Romawi, penulisan kata yang homonim ditandai dengan angka Arab yang diangkat setengah spasi dan diletakkan di depan kata tersebut. Penulisan seperti itu dapat dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1 bala •••• 2 bala ••..
57 lbak •••• 2bak•••• Jbak •••• Kata yang homonim terdapat dalam banyak bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia. Kehomoniman, antara lain, berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan. Misalnya, kata bisa 'racun ular' dalam bahasa Melayu dengan kata bisa 'sanggup' dalam bahasa Jawa. Contoh lain ialah bang 'azan' dalam bahasa Jawa dengan bang 'kakak laki-laki' dalam dialek Melayu Jakarta.
4.3.2 Homo/on Homofon ialah kata yang lafalnya sama, tetapi ejaan dan maknanya berbeda dengan kata lain. Contoh: tang alat untuk menjepit mobil berlapis baja yang beroda yang bergerak (berputank tar) di atas roda rantai yang melingkari roda-roda giginya, dilengkapi dengan senjata berat pada bagian atas tengah di atas ruang kemudi dan dapat digerakkan berputar ke arah sasaran
bang bank
azan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang
masa massa
waktu; ketika; saat 1 sejumlah besar benda (zat dsb) yang dikumpulkan (disatukan); 2 jumlah yang banyak sekali; sekumpulan orang yang banyak sekali (berkumpul di suatu tempat atau tersebar)
58
4.3.3 Homograf Homograf ialah kata yang ditulis sama tetapi lafal dan maknanya berbeda dengan kata lain. Contoh: 1 teras bagian kayu yang keras; inti kayu 2teras 1 semen yang dibuat dari serbuk tanah yang keras (tanah cadas); 2 batuan berbentuk silinder yang dipotong dengan mata bor khusus untuk mempelajari formasi tempat batuan itu diambil ; batu inti teras /teras/
1 bidang tanah datar yang miring; bidang tanah yang lebih tinggi; 2 tanah atau lantai yang agak tinggi di depan rumah, dsb
4.4 Hiponim dan Kehiponiman Hiponim ialah kata yang maknanya terangkum oleh makna kata yang lebih luas. Dengan kata lain, hiponim ialah kata yang maknanya dianggap lebih spesifik dari makna yang mencakupinya. Jika kita menyebut kata kambing, kucing, monyet, macan, kerbau, sapi, atau ayam tersirat bahwa acuan kata-kata itu masuk dalam kelompok hewan. Hubungan antara kata hewan dan kambing, kucing, monyet, macan, kerbau, sapi, ayam dapat dibagankan sebagai berikut. hew an kambing kucing
kera
macan
kerbau
sapi
ayam
Tampak dalam bagan bahwa makna kata kambing, kucing, kera, dan sebagainya, tercakup dalam makna kata hewan . Oleh karena itu, kata kambing, kera, macan, kerbau, dan sapi adalah hiponim kata hewan.
59
4.5 Polisem dan Kepolisemian Polisem ialah kata yang bermakna ganda yang masih berkaitan. Kepoliseman timbul karena adanya pergeseran makna suatu kata atau nilai suatu kata. Tanda kepoliseman dalam kamus ialah angka Arab yang terdapat dalam deskripsi makna. Contoh: kepala 1 bagian tubuh yang di atas leher (pd manusia dan beberapa jenis binatang merupakan tempat otak, pusat jaringan saraf, dan beberapa pusat indera); 2 bagian tubuh yang di atas leher tempat tumbuhnya rambut; 3 ki bagian suatu benda yang sebelah atas (ujung, depan, dsb); 4 ki bagian yang terutama (yang penting, yang pokok, dsb); 5 pernimpin; ketua (kantor, pekerjaan, perkumpulan, dsb); 6 ki otak (pikiran, akal budi) modul 1 standar atau satuan pengukur; 2 satuan standar yang bersama-sama dng yang lain dipergunakan secara bersa ma; 3 satuan bebas yang merupakan bagian dari strukt ur keseluruhan; 4 komponen dari suatu sistem yang berdiri sendiri, tetapi menunjang program dari sistem itu; 5 unit kecil dari suatu pelajaran yang dapat beroperasi sendiri Tampak dalam contoh bahwa kata kepala memiliki 6 makna, dan kata modul memiliki 5 makna. Di antara banyak makna itu ada satu makna asal. Makna asal itu mengandung beberapa unsur atau komponen makna. Sebagai contoh diambil kata kepala. Kata itu mengandung tiga komponen makna,yaitu (1) bagian yang terletak di sebelah atas atau depan; (2) merupakan bagian yang penting (tanpa kepala, manusia tidak dapat hidup); dan (3) bentuk yang bulat. Dalam perkembangan selanjutnya komponen makna itu berkembang menjadi beberapa makna. Pada gabungan kata kepala surat dan kepala susu komponen maknanya adalah komponen yang pertama; ga-
60 bungan kata kepala kereta api mengandung komponen makna yang kedua; gabungan kata kepala paku dan kepala jarum mengandung komponen makna y~g ketiga. lstilah asing yang berpolisemi padanannya dalam bahasa Indonesia harus sesuai dengan berbagai artinya. Karena medan maknanya yang berbeda, satu kata asing tidak selalu berpadanan dengan satu kata Indonesia yang sama. Contoh:
Asing base base address base angle determinate determinate cleavage determinate in florescence
Indonesia 1 alas; 2 dasar (Mat) alamat dasar sudut alas 1 tertentu; 2 terbatas (Bio) sibakan tertentu perbungaan terbatas
4.6 Taksonim dan Ketaksoniman Taksonim merupakan hiponim yang bertingkat-tingkat. Maksudnya, dalam ketaksoniman terdapat hubungan antara kelas bawahan dan kelas atasan. Berikut ini contoh bagan ketaksoniman makhluk. Yang dimaksud dengan hubungan antara kelas atasan dan kelas bawahan dalam bagan di atas ialah hubungan makhluk dengan manusia, hewan, dan tumbuhan atau hubungan hewan dengan mamalia, unggas, ikan, dan serangga. Setiap unsur kelas bawahan disebut taksonim
61 makhluk tumbuhan
hew an
manusia
mamalia
unggas
anjing
sapi burung
pudel
herder
serangga
ikan
tongkol semut
ayam teri
beo
capung
nuri
Yang dimaksud dengan hubungan antara kelas atasan dan bawahan dalam bagan di atas ialah hubungan makhluk dengan manusia, hewan, dan tumbuhan atau hubungan hewan dengan mamalia, unggas, ikan, dan serangga. Setiap unsur kelas bawahan disebut taksonim
4. 7 Meronim dan Kemeroniman Meronim adalah kata yang berhubungan dengan kata lain antara bagian dan keseluruhan. Berikut ini contoh kemeroniman tubuh manusia. badan (tubuh) lengan bahu
batang tubuh lengan atas siku
tangkai
lengan bawah pergelangan
kepala tangan
I jari
telapak
I
buku
ujung jari
kuku
punggung
62 Bagan di atas memperlihatkan kata yang mengandung makna keseluruhan yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada bagiannya atau makna keseluruhan dianggap meliputi makna bagian. Kata tubuh mengandung makna keseluruhan yang mencakupi makna kata bagiannya, yaitu tangan, kaki, kepala, dada, lengan dan tungkai. Hubungan antara tubuh dan bagiannya disebut hubungan kemeroniman. Hubungan kemeroniman dibedakan atas hubungan tubuh dengan bagiannya, hubungan kumpulan dengan anggotanya, serta hubungan antara massa dengan unsurnya. Tubuh adalah keseluruhan yang terjadi dari keutuhan seluruh bagiannya; kumpulan adalah suatu keseluruhan yang terjadi dari gabungan seluruh anggotanya; massa merupakan suatu keseluruhan yang terjadi dari peleburan seluruh unsurnya.
BABV
EJAAN DALAM PERISTILAHAN
5 .1 Penulisan Istilah Penulisan istilah meliputi penulisan singkatan dan akronim, satuan dasar Sistem lnternasional, tanda desimal, dan gabungan kata.
5 .1.1 lstilah Singkatan lstilah singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan . Ada tiga cara penulisan yang berikut. 1) lstilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih, tetapi yang bentuk lisannya sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya. cm yang dibaca penuh sentimeter Contoh: g yang dibaca penuh gram I yang dibaca penuh liter yang dibaca penuh kilogram kg cc yang dibaca penuh kubik 2) lstilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim dibaca seperti deret huruf dan/atau angkanya. Contoh: kVa (kilovolt-ampere) yang dibaca k-v-a 1L (tube luminescent) yang dibaca t-1 NaCL (sodium chloride) yang dibaca n-a-c-1 WO (walk over) yang dibaca w-o 3) Istilah yang dibentuk dengan menanggalkan sebagian unsurnya. Contoh: motor (yang berasal dari sepeda motor) ekspres (yang berasal dari kerl!ta api ekspres)
64
harian (yang berasal dari surat kabar harian) lab (yang berasal dari laboratorium) 5.1.2 Jstilah Akronim lstilah akronim ialah pemaduan dua kata atau lebih yang penulisannya dapat berupa singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata . yang diperlakukan sebagai kata. Contoh: amdal (analisis dampak /ingkungan) zadat (zat padat) (zat cair) zair ascun (asap beracun) radar (radio detecting and ranging) tilang (bukti pe/anggaran)
5.1.3 Satuan Dasar Sistem lnternasional Satuan Dasar Sistern Internasional (International System of Units) yang ditetapkan secara internasional dinyatakan dengan huruf lambang.
Besaran
Lambang
Satuan Dasar
ams listrik mass a panjang waktu kuantitas zat suhu termodinamika intensitas
A kg m s mol
ampere kilogram meter sekon, detik mol kelvin kandela
K cd
5.1.4 Tanda Desimal Satuan Dasar Sistem Intemasional rnenentukan bahwa tanda desimal dapat dinyatakan dengan tanda koma atau tanda titik. Di Indonesia dipilih tanda titik.
65 Contoh:
3,05 atau 3.52 1,05 atau 1.05
Di pihak lain, bilangan yang hanya berupa angka yang dituliskan dalam tabel atau daftar dibagi menjadi tiga kelompok angka yang dipisahkan oleh spasi tanpa penggunaan tanda desimal. Contoh: 5 075 422 17 081 500
bukan 5,075,422 bukan 17,081,500
atau 5.075 422 atau 17 .081.500
5.1.5 Penulisan Gabungan Kata Ada tiga cara penulisan gabungan kata, yakni dipisah, diberi tanda hubung, dan dirangkai. 1)
Gabungan Kata yang Dipisah
Sebuah istilah dapat berupa gabungan kata dasar dengan kata dasar yang penulisan unsur-unsumya terpisah. Pemisahan itu dilakukan karena setiap unsurnya merupakan unsur bebas. waiting list (Hub) Contoh: daftar tunggu nomor lari running event (Olr) free flight angle (Fis) sudut terbang tambang bijih lepas tambang run-of-mine ore (Min) free-drie vaccine (Kesmas) vaksin kering beku b. Gabungan Kata yang Diberi Tanda Hubung
Ada pula kelompok gabungan kata yang menjadi istilah yang penulisannya menggunakan tanda hubung . Pemberian tanda hubung itu dilakukan untuk mempertegas pengertian setiap unsur gabungan yang mendapat tanda hubung itu, di samping agar tidak terjadi ketaksaan maknanya. briddle path (Hut) Contoh: jalan enam-kaki eccentric gear (Tekmin) roda-gigi kelas tensor-empat kuat medan field strength four-tensor (Fis)
66 c. Gabungan Kata yang Dirangkai Gabungan kata di dalam peristilahan yang ditulis serangkai terdapat pada gabungan yang sudah dianggap sebagai unsur yang padu . Gabungan kata seperti itu tidak terlalu banyak. Contoh: bumiputra kiloliter olahraga segitiga
5.2 Penulisan Ejaan 5.2. l Ejaan Fonemik Di dalam peristilahan terdapat beberapa sistem ejaan yang dapat diterapkan. Penulisan istilah pada umumnya berdasarkkan ejaan fonemik. Artinya, hanya satuan bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf; yang tidak berfungsi dapat dihilangkan . Contoh: dominan bukan dominant ekspor bukan eksport laten bukan latent standar bukan standard
5.2:2 Ejaan Etimologi lstilah Japat ditulis dengan mempertimbangkan bentuk etimologinya sehingga bentuknya berlainan walaupun lafalnya mungkin sama . Contoh: autologi dengan otologi tang dengan tank paedologi dengan pedologi
5.2 .3 Transliterasi Pengejaan istilah dapat juga dilakukan menurut aturan transliterasi, yakni penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, terlepas dari lafal bunyi kata yang sebenamya. Hal ini, misalnya, diterapkan pada huruf Arab, Dewanagari (Sanskerta), Siril (Rusia), dan
67 huruf Romawi yang hendak dialihkan ke huruf Latin dengan memperhatikan kaidah yang berlaku jika sudah ada. mutlak (Ar) Contoh: mutlaq wassalam wasalam (Ar) dharma darma (Sanskerta) Moskva Moskwa; Moskou (Siril) 5.2.4 Ejaan Nama Diri Ejaan nama diri , termasuk merek dagang, yang di dalam bahasa aslinya ditulis dengan huruf Latin tidak diubah . Nama diri yang ditulis dengan huruf lain ditulis menurut ejaan lnggris dengan penyesuaian sepei:lunya pada abjad Indonesia. Conth: Baekelund Mitsubishi Daewoo
5.3 Penyesuaian Ejaan Bahasa Indonesia dalam perkembangannya menyerap unsur bahasa-bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing , seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, dan lnggris . Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas tiga golongan besar . Golongan tersebut adalah sebagai berikut. (a) Unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak perlu lagi diubah ejaannya, seperti napas, paham, otonomi, listrik, dan garasi. (b) U nsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti civitas academica, de facto , de . jure, in absentia, honoris causa, tetapi dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, yang tulisan serta pengucapannya masih mengikuti cara asing (digarisbawahi penulisannya), seperti dalam bahasa sumber.
68 (c)
Contoh:
Unsur asing yang pengucapannya disesuaikan dengan lidah bahasa Indonesia dan ejaannya diusahakan hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. real estate realestat design desain 11U2ll rnal villa vila
· Penyerapan itu dapat dilakukan sebagai berikut. Huruf ae jika tidak bervariasi dengan huruf e, ae tetap ae. Contoh: aerodynamic aerodinarnik aeromopel aerornopel Sebaliknya, ae jika bervariasi dengan huruf e, ae rnenjadi e. Contoh: anaemia, anemia anemia cohesion kohesi curve kurva Sebaliknya, huruf c berada di depan e, i, oe dan y, penyesuaiannya rnenjadi huruf s. Contoh: cent sen circuit sirkult cylinder silinder Huruf cc berada di rnuka o, u dan konsonan, penyesuaiannya rnenjadi huruf k. akuntansi Contoh: accountancy akurnulasi accumulation Sebaliknya, huruf cc berada di depan e, i dan konsonan, penyesuaiannya rnenjadi huruf ks. akseptor Contoh: acceptor vaksin vaccine
69 Penyerapan selanjutnya dapat dilihat dalam Pedoman Umum Pembentukan istilah.
5.3.1 lmbuhan Awalan dan Akhiran Unsur serapan yang berupa penyesuaian imbuhan asing, penyesuaian akhiran dan penyesuaian awalan.
yaitu
5. 3. 1. 1 Penyesuaian Akhiran Asing
Akhiran asing dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, aktivitas, dan sistematis diserap secara utuh di samping kata standar, aktif, dan sistem. Penyesuaian akhiran yang lain adalah sebagai berikut. Akhiran bahasa Belanda -air, dan Inggris -ary menjadi -er complementair, complementary komplementer primair, primary primer secundair, secondary sekunder Akhiran bahasa Belanda -eel, -aal, dan Inggris -al menjadi -al formeel, formal formal ideaal, ideal ideal structureel, structural struktural Akhiran bahasa Inggris -ive menjadi -if negative negatif relative relatif constructive konstruktif Penyerapan selanjutnya dapat dilihat dalam Pedoman Umum Pembentukan lstilah.
70
5.3.1.2 Penyesuaian Awa/an Asing Awalan asing yang bersumber dari bahasa Indo-Eropa pada umumnya dapat dipertimbangkan pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya. Awalan-awalan asing tersebut di dalam bahasa Indonesia disebut unsur terikat. Awalan bahasa lnggris yang utuh diserap: a-, an-, anti-, aut(o)-, sub-, super-, supra-, ultra- menjadi a-, an-, anti-
aut(o)-, sub-, super-, supra-, ultra-. Contoh: anemia aphasia antibiotic anticlimax automation autarchy substitution subordinate superordinate supervision suprasystem suprasegmental
anemia afasia antzbiotik antiklimaks
automasi autarki substitusi subordinat
superordinat supervisi suprasistem suprasegmental
Awalan asing yang disesuaikan dengan padanan unsur terikat bahasa Indonesia, antara lain, adalah: ekawarna monoekamonochrome dwikamar bidwi- : bicameral tripihak tritritrilateral catur- : tetragonal catursudut tetrapancalomba pentapanca-: pentathlon
5.3.2 Vokal dan Konsonan Berikut penulisan unsur serapan asing berdasarkan vokal dan konsonan. konstruksi Contoh: construction sentral central
..
71 accomodation accessory hydraulic technique check system energy team hierarchy aquarium frequency idealist
akomodasi aksesori hidraulik teknik eek sistem energi tim hieraki akuarium frekuensi ideal is
5.3.3 Gugus Konsonan Asing Gugus konsonan pada istilah asing yang tidak diterjemahkan dan diterirna ke dalam bahasa Indonesia sedapat-dapatnya dipertahankan bentuk visualnya. Gugus konsonan di awal dan di tengah cl-, chkl-, klclinic klinik chlorophyll klorofil
Gugus konsonan di akhir kata -mph, -nt -mf. -n lymph limfa patient pasien Gugus konsonan akhir yang memperoleh huruf a -ct : fact -kta : fakta -rb : verb -rba : verba -ns : lens -nsa : lensa -rm: norm -rrna : norrna
72 5.4 Kaidah Pedoman Tambahan Pada umumnya kaidah ejaan seperti yang tercantum dalam Pedoman Umum Pembentukan lstilah (PUPI) dapat dimanfaatkan oleh semua bidang ilmu pengetahuan di dalam pembentukan istilahnya. Akan tetapi, terdapat pula beberapa bidang ilmu yang memerlukan pedoman tambahan yang merupakan pelengkap ketentuan yang khusus di bidangnya. Di bawah ini dicantumkan seperangkat kaidah tambahan tersebut yang telah disetujui dalam pembentukan istilah bidang fisika, biologi, dan kedokteran.
5 .4 .1 Bidang Fisika Dalam penyerapan istilah asing bidang fisika diterapkan kaidah tambahan, antara lain, yang menyangkut imbuhan asing, terjemahan, transkripsi kata majemuk asing, dan penggunaan bilangan pokok Latin/ Yunani.
Akhiran Asing a. Akhiran -an, -ian, -ist Jika akhiran -an, -ian, -ist membawa yang disebut dalam akar katanya, -an, danjuru. Contoh: physicist stat is tic ia11 phonetician typist linguist
makna 'keahlian' dalam bidang -ian, -ist itu menjadi -wan, ahli, fisikawan ahli statistik ahli fonetik juru kecik ahli bahasa
b. Nama diri orang dengan akhiran lnggris -an, -ian yang bermakna 'bertalian dengan, bersifat, kepunyaan', diubah menjadi frasa dengan nama yang berkenaan. sifat Newton Contoh: Newtonian grup Abel Abelian group aljabar Boole Boolean algebra
73
Hamiltonian (/Unction) Jacobian determinant
fungsi Hamilton determinan Jacobi
Terjemahan clan Transkkripsi Gabungan Kata Majemuk Asing Gabungan kata yang berasal dari bahasa asing didefinisikan sebagai kata yang dibentuk dari beberapa kata. Biasanya gabungan itu yang menjadi satu kata baru komponen-komponennya masih dapat dikenal. Perlakuannya adalah sebagai berikut. Jika unsur yang Menerangkan atau Diterangkan, atau keduaduanya, dapat diterjemahkan, maka urutan M + D menjadi D + M. Contoh : speedometer meter laju equilateral triangle segitiga sama sisi Jika M atau D tidak dapat diterjemahkan, urutan M dipertahankan dan dua kata itu tetap dirangkai. elektrodinamika Contoh: electrodynamics voltmeter voltameter
+ D
Penggunaan Bilangan Pokok Latin dan Yunani Semua bilangan dari bahasa Latin dan Yunani yang berupa imbuhan seperti mono-, bi-, tri-, tetra-, penta- boleh tetap digunakan dengan pertukaran ejaan seperlunya. Bahasa Latin/ Yunani Indonesia monoeka: monolingual ekabahasa bidwidwibahasa : bilingual tri: triathlon tritrilomba tetracaturbidang catur- : tetrahedron pentapanca- : pentalateral pancasisi 5.4.2 Bidang Biologi Dalam pemungutan istilah asing, sebaiknya dipilih bentuk kata Latin atau Yunani yang lazim dipakai dengan penerapan transkripsi demi perubahan yang minimal.
74 Contoh: Bahasa lnggris
Bahasa Latin/Yunani
spore
spora
Bahasa Indonesia spora
lstilah dengan bentuk -phi/ dan -phyll banyak dipakai dalam bidang Biologi. Oleh karena itu, cara pembedaannya perlu dilakukan dalam transkripsi. Pembedaan itu adalah sebagai berikut . . Jika terdapat pada akhir kata, -phyll menjadi -ft/ dengan arti 'daun ·, sedangkan bentuk (-phi/, -phile, dan -philous) dirangkum menjadi filia dengan arti ' suka, kesukaan' .
5.4 .3 Bidang Kedokteran Beberapa hal yang dijadikan kaidah tambahan mengenai jenis kata istilah dasar, istilah gabungan, dan istilah yang menggunakan nama diri.
Kata Istilah Dasar Dalam pengambilan istilah asing perlu dipilih bentuk kata yang mudah dijadikan dasar pembentukan perangkat kata bahasa Indonesia dengan imbuhan yang tertentu . Co ntoh:
Bahasa lnggris
sacral bone femoral anery
Bahasa Indonesia tulang sakrum bukan tulang sakral arteri femur bukan arteri femoral
lstilah Gabungan Banyak terdapat penggabungan dua nama organ menjadi satu dengan menggunakan huruf "o" dalam bahasa Indonesia. Contoh: + medullary menjadi serebelo medula cerebello pancreatico + duodenal menjadi pankreo duodenum
75
lstilah yang Menggunakan Nama Diri Nama diri atau nama khas terutarna dalam istilah penyakit tetap ditulis dengan ejaan bahasa aslinya. Contoh:
Grave's disease Huschke 's Canal Erb's palsy
penyakit Grave kanal Huschke palsi Erb
5.5 Penulisan Unsur Serapan yang Benar dan yang Salah Betul apotek apoteker atmosfer aktif aktivitas analisis desain esai formal fr as a hipotesis ekspor impor jadwal klona kompleks kreatif kreativitas kualifikasi kualitas kuantitas koordinasi metode motif
Salah apotik apotiker atmosfir aktip aktifitas analisa disain esei forrnil frase hipotesa eksport import jadual kl on komplek kreatip kreatifitas kwalifikasi kwalitas kwantitas kordinasi metoda motip
Asing
apotlzeek apotlzeker atmosphere active activity analysis design essay formal phrase hypothesis expon impon jadwal clone complex creative creativity qualification quality quantity coordination methode motive
76 motivasi produktif produktivitas risiko sis tern sistematika sistematis standardisasi struktural teoretis transpor zona
motifasi produktip produktifitas resiko sistim sistimatika sistimatis standarisasi strukkturil teoritis transport zone
motivation productive productivity risiko/risk
system systematics systematical standardization structural theoretical transport zone
DAFTAR PUSTAKA
Adiwimarta, Sri Sukesi et al. 1978. Tata lstilah Indonesia . Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ali, Lukman, et al. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi I. Jakarta: Balai Pustaka Alwi, Hasan. et al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakkarta: Balai Pustaka. Basiroh, Umi. 1992. "Telaah Baru dalam Tata Hubungan Leksikal Kehiponiman dan Kemeroniman". Tesis S2 Program Studi Linguistik Universitas Indonesia. Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Pedoman Umum Pembentukan lstilah. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Felber, Helmut. 1984. Terminology Manual. Paris: International Information Centre for Terminology . -------. 1982. "lnfoterm". Austria: Austrian Standards Institute, Hadiwidjoyo, M.M. Purbo. 1987. "Peristilahan". Makalah pada Penataran Calon Penulis Buku Ajar Perguruan Tinggi. Cisarua 6--18 Januari.
78 1989. Kata dan Makna: Teman Penulis dan Penerjemah Menemukan Kata dan Istilah. Bandung: ITB. Johannes, Herman. Tanpa Tahun. "Perangkat Istilah Bersistem". 1983. "Perkembangan Pemanfaatan lmbuhan Lama dalam Menerjemahkan Istilah Asing." Yogyakarta: UGM. Jumariam, et al. 1995. Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kkebudayaan. 1996. Senarai Kata Serapan dalm Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Kerami, Djati dan Ellya lswati (Ed.) . 1993. Glosarium Matematika. Jakarta: Balai Pustaka. Kridalaksana, Harimurti. 1987. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. l 989 . Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Moeliono, Anton M. 1985. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa: Ancangan Alternatif di dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta: Djambatan. 1987. Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri. Jakarta: Sinar Harapan.
et al. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi I. Jakarta: Balai Pustaka,
79 -------. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
et. al. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi I. Jakarta: Balai Pustaka. Pudjaatmaka, A. Hadyana dan Meity Taqdir Qodratillah (Ed.) . 1993 . Glosarium Kimia. Jakarta: Balai Pustaka. Puryadi , Dedi, et. al. 1997. "Kemeroniman dalam Bahasa Indonesia". Laporan Penelitian, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
et. al. 1997. Pemeringkatan Makna Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1984. Pembinaan Bahasa Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Rampak Serantau. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Rifai, Mien A. dan Ermitati (Ed.). 1993. Glosarium Biologi . Jakarta: Balai Pustaka. Ruskhan , Abdul Gaffar. 1995. "Pungutan Bahasa Arab dalam Laras Keagamaan: Tinjauan Bentuk dan Makna". Tesis S2 Program Studi Linguistik, Universitas Indonesia . Wilardjo, Liek . 1988. "Merekacipta Istilah." Makalah pada Penataran Internship Penulisan Buku Teks. Yogyakkarta 22 Agustus--2 September. Wilardjo, Liek dan Dad Murniah (Ed.). 1993. GlosariumFisika . Jakarta: Balai Pustaka.
PERPUSTAKAAN PUSAT BAHASA OEPARTEftEN FENDIDIKAN NASIONAL