PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE STAD PADA MATERI GERAK LURUS MATA PELAJARAN IPA KELAS VII H SEMESTER GENAP MTs NEGERI KENDAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Taofikoh
NIP. 19680409 199303 2 003 MTs Negeri Kendal
[email protected] Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan aktivitas peserta didik atau siswa dengan penggunaan metode STAD pada materi gerak lurus mata pelajaran IPA kelas VII H MTs Negeri Kendal; dan (2) Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode STAD pada materi gerak lurus mata pelajaran IPA kelas VII H MTs Negeri Kendal. Metode STAD (Student Teams Achievemen Division) meliputi empat tahap, yaitu pengajaran, studi kelompok, dan ulangan atau tes, serta penghargaan. Subjek penelitian adalah siswa MTs Negeri Kendal kelas VII H sejumlah 34 peserta didik/siswa tahun pelajaran 2014-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan indikator: (1) Aktivitas bertanya sebesar 76%, (2) Aktivitas menjawab pertanyaan 74 %, (3) Aktivitas mengemukakan gagasan 67 %, (4) Aktivitas mengerjakan tugas 81 %, dan (5) Efektivitas kerjasama kelompok 75 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan tutor sebaya pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievemen Division) terbukti dapat meningkakan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi gerak lurus kelas VII H semester genap MTs Negeri Kendal tahun pelajaran 2014/2015. Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Metode STAD.
Penulis adalah Guru PNS pada Kementerian Agama Kabupaten Kendal. Saat ini mengajar bidang studi Keterampilan Tata Busana di MTs Negeri 1 Kendal. Penulis merupakan peserta Workshoop Penelitian dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi Guru yang diselenggarakan STIT Muhammadiyah Kendal bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal Tahun 2014. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 113 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Taofikoh
Pendahuluan Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup komplek, banyak faktor yang ikut mempengaruhinya, salah satu faktor di antaranya adalah guru. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan mengajar agar tujuan-tujuan pendidikan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Berdasarkan pengalaman guru mengajar, ternyata dari hasil test IPA cenderung memperoleh hasil yang masih rendah. Sebagai guru mata pelajaran IPA di kelas VII selalu merasa kurang puas dengan hasil belajar siswa tersebut, dari setiap hasil ulangan sebagian besar siswa cenderung belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 (tujuh puluh lima), sehingga belum mencapai ketuntasan klasikal. Baru setelah diadakan ulangan perbaikan, ketuntasan klasikal tercapai, dan itupun mesti dilakukan berulang kali, bahkan pada beberapa materi yang dianggap lebih sulit ulangan perbaikan (remedial) perlu diulang lagi. Padahal untuk melakukan ulangan perbaikan diperlukan tambahan waktu. Agar siswa tidak merasa sulit belajar IPA, supaya pemahaman konsep lebih mudah, dan siswa tidak jenuh karena harus menghafal banyak rumus maka digunakan metode Student Teams Achievement Devision (STAD). Dengan metode STAD tersebut diharapkan siswa atau peserta didik kelas VII H MTs Negeri Kendal semester genap tahun pelajaran 2014/2015 mampu melakukan penalaran dan mau berpikir untuk memudahkan pemahaman standar kompetensi memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah, dan juga identifikasi masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut apakah metode STAD efektif untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran gerak lurus dan apakah metode STAD efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran gerak lurus pada siswa kelas VII H semester genap MTs Negeri Kendal tahun pelajaran 2014/2015? Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan metode STAD dalam pembelajaran gerak lurus pada siswa kelas VII H MTs Negeri Kendal tahun pelajaran 2014/2015.
114 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan sedemikian rupa agar menciptakan peserta aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan”.1 Aktivitas belajar yang dimaksud merupakan aktivitas yang bersifat pisik ataupun mental pada proses pembelajaran baik di lingkungan sekolah maupun dalam keluarga atau masyarakat. Pada kegiatan belajar kedua aspek tersebut (fisik dan mental) sangat terkait. Sebagaimana dikemukakan Pieget bahwa:“Seseorang/peserta didik harus berpikir sepanjang berbuat”.2 Tanpa perbuatan berarti peserta didik itu tidak berpikir. Berpikir dalam taraf verbal baru dan timbul setelah anak itu berpikir dalam taraf perbuatan. Jika kedua aspek tersebut terkait, maka aktivitas belajar yang optimal akan timbul. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.3 prestasi belajar sebagai bentuk pengukuran dan penilaian sebagai usaha dari guru untuk mengetahui hasil yang telah dicapai siswa dengan kemampuan atau potensi dirinya seperti kecerdasan atau perbuatan yang mencerminkan penerimaan dan pemahaman terhadap materi yang diberikan.4 3. Metode STAD (Student Teams Achievement Devision) Student Teams Achievement Division atau yang disebut Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dkk dari Universitas John Hopkins (1995). Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Dalam model STAD kelompok terdiri atas empat siswa yang mewakili keseimbangan kelas dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras. Menyarankan peringkat para siswa dalam kemampuan akademik dibuat terlebih dahulu. Masing-masing kelompok terdiri dari seorang siswa dari kelompok atas, seorang siswa dari kelompok bawah dan dua orang siswa dengan kemampuan rata-rata.5 1 Hartono, PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inofatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan), (Pekanbaru: Zanata, 2008), hlm 11. 2 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), hlm. 60. 3 Nashar, Peranan Motifasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press, 2004), hlm 77. 4 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 130. 5 Koes Supriyono, Strategi Pembelajaran Fisika, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), hlm 54.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 115 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Taofikoh
Kerangka Berpikir Perubahan suasana belajar mengajar akan menimbulkan variasi bagi siswa, hal ini secara tidak langsung akan menumbuhkan semangat baru dari siswa untuk belajar, kerangka berpikir untuk penyelesaian masalah dalam penelitian ini dapat dilihat dalam diagram berikut : GURU Melakukan variasi Pengetahuan. Memberikan kesempatan tutor sebaya pada anak yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
KBM akan Optimal
SISWA Metode STAD dengan tutor sebaya: Menumbuhkan minat dan kerjasama dalam belajar Pemahaman materi lebih mudah Melatih kerjasama dan tanggungjawab
OUTPUT Kerjasama antar siswa di kelas meningkat Siswa terbiasa bekerjasama dengan penuh tanggungjawab Terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai di atas KKM
Gambar 1. Diagram Kerangka berpikir Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: dengan tutor sebaya pada metode STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada materi gerak lurus pada siswa kelas VII H MTs Negeri Kendal tahun pelajaran 2014/2015. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2015 sampai 31 Maret 2015. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik dan program semester genap mata pelajaran IPA kelas VII tahun pelajaran 2014-2015. Satu bulan pertama yaitu tanggal 5 Januari 2015 sampai 7 Februari 2015 digunakan mempersiapkan pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun lembar pengamatan, menyusun alat evaluasi untuk uji kompetensi.
116 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
Dalam hal ini disusun rancangan pembelajaran tiap siklus. Pada pelaksanaan akan direvisi pada setiap siklus berjalan. Tanggal 9 Februari 2015 sampai 28 Pebruari 2015 adalah pelaksanaan tindakan kelas untuk memperoleh data yang diperlukan. Di sini rencana pembelajaran untuk setiap siklus dilakukan revisi berdasar hasil siklus sebelumnya. Pada tiga bulan terakhir yaitu tanggal 2 Mart 2015 sampai 31 Maret 2015 untuk menganalisa data dan menyusun laporan hasil penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini subjek penelitian adalah siswa kelas VII H MTs Negeri Kendal tahun pelajaran 2014-2015 dengan jumlah 34 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Kelas ini merupakan salah satu dari 8 kelas VII di MTs Negeri Kendal. Pada Penelitian Tindakan Kelas ini, sumber data diperoleh dari data primer (utama) yang didapat dari nilai ulangan harian yang telah direncanakan dengan kompetensi dasar menganalisa data percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, data sekunder yang didapat dari pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, lembar pengamatan peserta didik/siswa digunakan untuk melihat bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran. Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik non tes. Sedangkan untuk menghitung nilai peningkatan individu dihitung berdasarkan nilai yang diperoleh siswa sebelum tindakan ( Prasiklus ) atau disebut nilai dasar. Kriteria nilai peningkatan individu dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 1. Nilai Peningkatan Individu No 1 2 3 4
Nilai Hasil Tes Melebihi 10 dibawah nilai dasar 10 sampai 1 nilai dibawah nilai dasar Nilai dasar sampai nilai 10 diatasnya. Lebih dari 10 nilai diatas nilai dasar
Nilai Peningkatan Individu 5 10 20 30
Sedangkan nilai peningkatan kelompok diperoleh dari jumlah nilai peningkatan individu dari masing-masing angggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok yang hadir. Empat tingkat penghargaan diberikan berdasarkan nilai rata-rata kelompok sebagai berikut: JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 117 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Taofikoh
Tabel 2. Nilai Peningkatan Kelompok No
Nilai Peningkatan Individu
1 2 3 4
< 16 16 – 20 21 – 25 >25
Penghargaan Kelompok Kurang Cukup Baik Terbaik
Keterangan
Teknik non tes digunakan untuk penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan (observasi) secara sistematis, melakukan wawancara (interview) berstruktur, menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen.6 Pengamatan digunakan untuk memperoleh data aktivitas dan kerjasama siswa dalam proses belajar mengajar. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru mitra sebagai observer untuk mengamati aktivitas dan kerjasama siswa dalam pembelajaran, apakah siswa tersebut aktif bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan gagasan, mengerjakan tugas, kerjasama dalam kelompok. Data hasil pengamatan meliputi penilaian aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran dengan menjumlahkan skor setiap aspek yang diamati yaitu aktivitas siswa bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan gagasan, mengerjakan tugas, kerjasama kelompok. Dalam penilaian aktivitas belajar digunakan skala dengan rentang dari 1 sampai 4. Dengan demikian jika dari penilaian ada 5 aspek yang harus diamati maka skor maksimal adalah 20 dan skor minimal adalah 5. Data hasil pengamatan aktivitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.7
Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran oleh guru adalah sebagai berikut: 1. 80 – 100 : pelaksanaan pembelajaran baik sekali 2. 66 – 79 : pelaksanaan pembelajaran baik 3. 56 – 65 : pelaksanaan pembelajaran cukup 6 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 76. 7 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1995), hlm. 186.
118 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
4. 40 – 55 : pelaksanaan pembelajaran kurang 5. 30 – 39 : pelaksanaan pembelajaran gagal.8 Angket (questionnaire) dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar.9 Data yang dapat dihimpun melalui angket atau questionnaire misalnya adalah data yang terkait atau berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti pelajaran, seperti cara belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap serta hubungan interaksi yang dibangun siswa dengan atau terhadap guru.10 Jurnal harian untuk mengetahui catatan-catatan kejadian khusus selama pelaksanaan tindakan berlangsung dalam proses pembelajaran di kelas. Hasil catatan tersebut digunakan sebagai bahan refleksi untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan temuan-temuan lain selama pelaksanaan tindakan. Hasil belajar peserta didik pada setiap siklus divalidasi dengan instrumen yang berupa: Soal tes, lembar jawab, kunci jawaban soal tes, hasil atau nilai tes, rencana pembelajaran pada setiap siklus. Proses penggunaan metode STAD divalidasi dengan lembar observasi siswa yang memuat aktivitas peserta didik bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan gagasan, mengerjakan tugas, dan kerjasama antar kelompok. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu: untuk analisis hasil belajar dengan membandingkan nilai tes, meliputi tes sebelum tindakan ( prasiklus ), siklus I dan siklus II dengan indikator kerja. Analisis penggunaan metode STAD dengan memaparkan hasil observasi dari lembar observasi dari lembar observasi dan hasil wawancara dengan siswa. Dari hasil jawaban angket dengan dihitung jumlah siswa yang menyatakan sangat setuju, setuju, tidak setuju, tidak tahu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju bahwa digunakannya metode STAD menarik, mudah, lebih baik, dan penggunaan dilanjutkan. Semua hal diatas untuk mengetahui aktivitas siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA materi gerak lurus. 8 Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 245. 9 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 84. 10 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 85.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 119 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Taofikoh
Indikator keberhasilan PTK ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat peningkatan aktivitas siswa kelas VII H MTs Negeri Kendal tahun pelajaran 2014/2015 sebagai dampak pembelajaran IPA dengan metode STAD pada materi gerak lurus. 2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas VII H MTs Negeri Kendal tahun pelajaran 2014/2015 sebagai dampak pembelajaran IPA dengan metode STAD pada materi gerak lurus. Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus) Hasil pengamatan peneliti pada saat prasiklus ditemukan adanya proses pembelajaran yang kurang mendukung terhadap penguasaan materi. Proses pembelajaran yang kurang mendukung tersebut adalah proses pembelajaran yang masih terfokus pada guru, rasa canggung untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, serta belum terbiasa dengan belajar kelompok yang dapat meningkatkan aktivitas, sehingga aktivitas belajar siswa kurang termotivasi. Berikut ini hasil pengamatan aktivitas saat prasiklus. Tabel 3. Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Prasiklus No 1 2 3 4 5
Aktivitas Bertanya Menjawab Pertanyaan Mengemukakan gagasan Mengerjakan tugas Kerjasama kelompok Nilai Rata-rata Kategori
Skor 75 78 67 106 81
Persentase 55 % 57 % 49 % 78 % 59 % Cukup
Berdasarkan dari data pada tabel 3 tentang Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Prasiklus di atas menunujukkan persentase rata-rata keberhasilan pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil dengan kategori cukup dan berdasar tabel 4. Analisis Hasil Belajar Pada Prasiklus dari hasil tes kompetensi dasar pada prasiklus diperoleh hasil yang rendah, dengan KKM 75 hanya 5 peserta didik yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 56,3. Berdasarkan hasil nilai rata-rata tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran pada prasiklus baik aktivitas maupun hasil belajar peserta didik belum memuaskan. Berdasarkan dari keadaan ini peneliti menduga bahwa aktivitas yang rendah ada kaitan dengan hasil belajar siswa yang rendah.
120 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
Tabel 4. Analisis Hasil Belajar Pada Prasiklus No 1 2 3 4
Kategori nilai Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Interval 91 – 100 81 – 90 75 – 80 0 - 74
Frekuensi 0 0 5 29 34
Persentase (%) 0 0 14, 7 85, 3 100
Supaya peserta didik tidak merasa sulit belajar IPA dan tidak canggung bertanya, sebagai upaya meningkatkan aktivitas belajar yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik, serta untuk membiasakan kerja kelompok maka dengan menerapkan atau menggunakan metode STAD (Student Teams Achiemement Division) diharapkan semua hal di atas dapat teratasi karena metode ini lebih menekankan pada kinerja kelompok. Diskripsi siklus I Pelaksanaan pembelajaran IPA materi gerak lurus pada tindakan siklus I menggunakan metode STAD (Student Teams Achiemement Division) pada kompetensi dasar menganalisis data percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan indikator: (1) menunjukkan konsep gerak lurus beraturan dalam kehidupan sehari-hari, (2) mendefinisikan percepatan sebagai perubahan kecepatan setiap setiap satuan waktu. Aktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran IPA materi garis lurus diukur dengan menggunakan lembar observasi aktivitas dalam pembelajaran. Dalam penilaian aktivitas digunakan skala pada tiap aspek berdasarkan hasil analisis lembar observasi aktivitas menghasilkan data sebagai berikut : Tabel 5. Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siklus I No 1 2 3 4 5
Aktivitas Bertanya Menjawab Pertanyaan Mengemukakan gagasan Mengerjakan tugas Kerjasama kelompok Nilai Rata-rata Kategori
Skor 94 91 79 108 86 91
Persentase 69 % 67 % 58 % 79 % 63 % 67, 4 % Baik
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 121 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Taofikoh
Berdasarkan tabel 5. Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siklus I di atas menunjukkan persentase rata-rata keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPA materi garis lurus adalah 67,4 % dengan kategori baik. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan kegatan pembelajaran pada siklus I aktivitas peserta didik sudah mengalami peningkatan dibanding pada pembelajaran prasiklus. Aktivitas peserta didik bertanya pada siklus I sebesar 69 %, berarti ada peningkatan 14 %. Adapun aktivitas peserta didik menjawab pertanyaan prasiklus menunjukkan persentase 57 %, pada siklus I aktivitas peserta didik menjawab pertanyaan adalah 67 %, hal ini menunjukkan ada peningkatan sebesar 10 %, mengemukakan gagasan ada peningkatan sebesar 9 % dan aktivitas mengerjakan tugas ada peningkatan sebesar 1 %. Aktivitas kerjasama kelompok pada siklus I sebesar 63 % sedang pada prasiklus belum ada. Dengan demikian dapat disimpulkan ratarata persentase aktivitas ada peningkatan sebesar 8,4 %. Dengan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa, terbukti dapat meningkatkan nilai hasil belajar. Dari data nilai hasil tes siklus I yang diikuti sejumlah 34 siswa, didapat distribusi nilai sebagai berikut: nilai terendah (minimum) 42, nilai tertinggi (maksimum) 92, dan ratarata nilai (mean) sebesar 73, 4. Analisis nilai hasil belajar pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Analisis Hasil Belajar Pada Siklus I No 1 2 3 4
Kategori nilai Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Interval 91 – 100 81 – 90 75 – 80 0 - 74
Frekuensi 2 11 10 11 34
Persentase 5, 9 32, 3 29, 4 32, 4 100
Berdasarkan hasil dari tabel 6 di atas, nilai hasil belajar pada siklus I diperoleh deskripsi sebagai berikut: Peserta didik dengan hasil belajar kategori kurang sebanyak 11 orang atau sebanyak 32,3 %. Sedang peserta didik dengan hasil belajar kategori cukup sebanyak 10 orang atau 29,4 %, kategori hasil belajarnya baik sebanyak 11 peserta didik atau 32,4 %, dan kategori hasil belajarnya sangat baik sebanyak 2 peserta didik atau 5,9 %. Dengan demikian dari sudut ketuntasan belajar yang mendapat nilai memenuhi KKM atau mendapat nilai sama dengan 75 atau lebih telah mengalami peningkatan walaupun belum seberapa yaitu dari 5 siswa setelah siklus I menjadi 23 siswa ( 67, 6 % ).
122 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
Nilai Kelompok Berdasarkan hasil tes siklus I dapat ditentukan nilai peningkatan individu pada lembar nilai peningkatan individu untuk menentukan nilai kelompok guna memberikan penghargaan kelompok sebagai bagian dari pelaksanaan metode STAD seperti terlihat berikut ini: Tabel 7. Penghargaan Kelompok Pada siklus I No 1 2 3 4
Kategori Kelompok Terbaik 8 Baik 1, 3, 5, 6, 7 Cukup Baik 2, 4 Kurang Baik Jumlah
Jumlah Kelompok 1 5 2 8
Persentase 12, 5 62, 5 25, 0 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat kelompok 8 mendapat penghargaan sebagai kelompok terbaik, sedang kelompok 1, 3, 5, 6, 7 mendapat penghargaan kelompok baik, dan kelompok 2, 4 mendapat penghargaan kelompok cukup baik, dan tidak ada kelompok yang mendapat penghargaan sebagai kelompok kurang baik. Deskripsi Siklus II Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode STAD pada siklus II pada kompetensi dasar menganalisis data percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan indicator : (1) menyelidiki gerak lurus berubah beraturan (GLBB), (2) menunjukkan konsep gerak lurus berubah beraturan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas siswa diukur dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas pembelajaran. Pada pengamatan aktivitas siswa menggunakan skor minimum 1 x 34 = 34 dan skor maksimum 4 x 34 = 136 poin. Berdasar hasil analisis pada lembar pengamatan aktivitas menghasilkan data sebagai berikut : Tabel 8. Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Pada Siklus II No 1 2 3 4 5
Aktivitas Bertanya Menjawab Pertanyaan Mengemukakan gagasan Mengerjakan tugas Kerjasama kelompok Nilai rata –rata Kategori
Skor 103 101 91 110 102 101
Persentase ( %) 76 % 74 % 67 % 81 % 75 % 74, 6 % Baik
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 123 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Taofikoh
Berdasar pada tabel di atas tentang analisis lembar pengamatan aktivitas pembelajaran IPA materi garis lurus menunjukkan bahwa persentase rata-rata keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah 74,6 % dengan kategori baik. Dengan demikian kegiatan pelaksanaan pembelajaran mulai dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 7, 2 %. Hasil pengamatan peneliti pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA materi garis lurus pada siklus II didapat bahwa peserta didik pada masing-masing kelompok sudah melaksanakan diskusi dengan aktif dan baik, aktivitas bertanya baik dan menjawab pertanyaan juga baik, peserta didik juga sudah berani mengemukakan gagasan dengan cukup baik dan semua peserta didik terlihat sudah mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik serta kerjasama kelompok sudah baik. Nilai hasil tes siklus II yang diikuti sejumlah 34 peserta didik, didapat distribusi nilai sebagai berikut: nilai terendah (minimum) 50, nilai tertinggi (maksimum) 96, dan rata-rata nilai (mean) sebesar 78,7. Distribusi nilai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Analisis Hasil Belajar Pada Siklus II No 1 2 3 4
Kategori nilai Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Interval 91 – 100 81 – 90 75 – 80 0 - 74
Frekuensi 2 8 17 7 34
Persentase (%) 5, 9 23, 5 50, 0 20, 6 100
Berdasarkan pada tabel 9. nilai hasil tes pada siklus II, diperoleh deskripsi hasil belajar peserta didik sebagai berikut: Hasil belajar peserta didik dengan kategori kurang sebanyak 7 orang atau sebanyak 20,6 %, sedang peserta didik dengan kategori cukup sebanyak 17 orang atau 50,0 %, kategori baik sebanyak 8 orang atau 23,5 %, dan kategori sangat baik sebanyak 2 orang atau 5,9 %. Dengan demikian dari sudut ketuntasan belajar (yang mendapat nilai sama dengan KKM atau lebih) telah mengalami peningkatan menjadi 27 peserta didik atau 79,4 %. Dari hasil tes siklus II dapat ditentukan nilai penngkatan individu pada lembar nilai peningkatan individu untuk menentukan nilai kelompok guna memberikan penghargaan kelompok sebagai bagian dari pelaksanaan metode STAD. Penghargaan kelompok dapat dilihat pada tabel berikut:
124 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
Tabel 10. Penghargaan Kelompok Pada siklus II No 1 2 3 4
Kategori Terbaik Baik Cukup Baik Kurang Baik
Kelompok 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8 2 Jumlah
Jumlah Kelompok 7 1 8
Persentase (%) 87, 5 12, 5
100
Berdasarkan rekapitulasi data penghargaan kelompok pada siklus II pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 mendapat penghargaan sebagai kelompok terbaik, sedang hanya kelompok 2 saja yang mendapat penghargaan kelompok baik. Pada siklus II ini tidak ada kelompok siswa yang kinerjanya cukup atau kurang baik. Berdasarkan dari data hasil wawancara dengan 34 peserta didik menggunakan pedoman wawancara pada siklus II sebanyak 20 peserta didik merasa santai, sebanyak 9 peserta didk kurang santai, sebanyak 5 peserta didik merasa tidak santai selama mengikuti pembelajaran. Kebanyakan peserta didik cenderung senang dengan kegiatan kerja kelompok karena lebih paham dan tidak malu bertanya teman. Hanya 5 siswa yang tidak merasa tergugah, 20 siswa merasa tergugah semangat belajarnya, 29 siswa menyatakan model pembelajaran yang diterapkan lebih enak hanya 5 siswa yang merasa terlalu serius. Hasil angket respon siswa terhadap penggunaan metode STAD dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 11. Hasil Angket Penggunaan Metode STAD N o
Pernyataan
1 Menarik 2 Mudah 3 Labih Baik Penggunaan 4 dilanjutkan Jumlah Persentase
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Tahu (TT)
Tidak Setuju (TS)
5 3 4
11 20 23
8 4 2
10 7 5
Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0
5
13
8
8
0
34
17 12, 5
67 49, 2
22 16, 2
30 22, 1
0 0
136 136
Jumlah 34 34 34
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 125 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Taofikoh
Berdasarkan dari hasil analisis hasil angket pada tabel 11 di atas, yang telah diisi oleh 34 peserta didik yang mengambarkan bahwa terdapat sebanyak 12,5 % peserta didik menyatakan bahwa proses pembelajaran IPA materi garis lurus dengan menggunakan metode cooperative learning tipe STAD dengan jawaban sangat setuju untuk dilanjutkan penggunaannya. Adapun sebanyak 49,2 % peserta didik menyatakan setuju, sebanyak 16, 2 % peserta didik menyatakan tidak tahu, dan hanya 22,1 % peserta didik yang menyatakan tidak setuju, serta tidak ada seorangpun dari peserta didik yang menyatakan sangat tidak setuju menggunakan atau menerapkan metode STAD pada pembelajaran selanjutnya. Pada siklus II siswa lebih semangat belajar mata pelajaran IPA dengan materi garis lurus. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa terlihat diskusi kelompok yang tampak serius, siswa tidak malu bertanya kepada teman, dan semangat maju ke depan baik untuk presentasi atau mengerjakan soal tampak tiap kelompok bersaing dengan kelompok lain untuk menyelesaikan hasil diskusi maupun menunjukkan hasilnya ke depan. Pembelajaran juga tepat waktu sesuai yang direncanakan, siswa lebih memahami arti kerja kelompok, sehingga kelas suasananya tenang. Pembahasan Antar Siklus 1. Pengamatan Aktivitas Berdasarkan dari hasil lembar observasi aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 12. Hasil Analisis Lembar Observasi Aktivitas Belajar Prasiklus, Siklus I dan Siklus II N o 1 2 3 4 5
Aktivitas Bertanya Menjawab Pertanyaan Mengemukaan gagasan Mengerjakan tugas Kerjasama kelompok Nilai rata –rata Kategori
Prasiklus Skor % 75 55 78 57 67 49 106 78 81 59 Cukup
Siklus I Skor % 94 69 91 67 79 58 108 79 86 63 91 67,4 Baik
Siklus II Skor % 103 76 101 74 91 67 110 81 102 75 101 74, 6 Baik
Deskripsi hasil analisis observasi aktivitas belajar pada tabel di atas dapat divisualisasikan pada grafik histogram berikut ini:
126 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
Gambar 3. Histogram Aktivitas Pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II Sebelum melaksanakan metode STAD aktivitas bertanya siswa sebesar 55 %, aktivitas menjawab pertanyaan sebesar 57 %, aktivitas mengemukakan gagasan 49 %, aktivitas mengerjakan tugas 78 % dan aktivitas kerjasama kelompok 0 %. Pada siklus I aktivitas bertanya 69%, aktivitas menjawab pertanyaan 67 %, aktivitas mengemukakan gagasan 58 %, aktivitas mengerjakan tugas 79 % dan aktivitas kerjasa kelompok menjadi ada yaitu 63 % . Pada siklus II aktivitas bertanya sebesar 76%, aktivitas menjawab pertanyaan 74 %, aktivitas mengemukakan gagasan sebesar 67 % dan aktivitas kerjasama kelompok mengalami peningkatan yaitu menjadi 75%. Peningkatan aktivitas siswa setelah menggunakan metode STAD dikarenakan siswa berani bertanya maupun menjelaskan kepada teman sehingga proses pembelajaran menjadi tepat waktu sesuai dengan rencana dan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Hasil Belajar Nilai Individu Dari hasil belajar dapat dilihat pada table berikut: Tabel 13. Hasil tes sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II N o 1 2 3 4
Kategori Sangat baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Jumlah
Pra Siklus Siklus I Jumlah % Jumlah % Siswa Siswa 0 0 2 5,9 0 0 11 32,3 5 14,7 10 29,4 29 85, 3 11 32,3 34 100 34 100
Siklus II Jumlah % Siswa 2 5, 9 8 23, 5 17 50 7 20, 6 34 100
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 127 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Taofikoh
100 80 Pra Siklus
60
Siklus I
40
Siklus II
20 0 Sangat baik
Baik
Cukup Baik Kurang Baik
Gambar 4. Histogram hasil tes prasiklus, siklus I, siklus II. Sebelum menerapkan metode STAD atau sebelum tindakan tidak ada siswa yang memperoleh kriteria sangat baik, pada siklus I hasil belajar individu sebanyak 5,9 % dengan kriteria sangat baik, dan pada siklus II hasil belajar individu dengan kriteria sangat baik sebanyak 5,9 %. Pada kriteria baik sebelum tindakan juga tidak ada, pada siklus I hasil belajar individu dengan kriteria baik sebanyak 32, 3% dan pada siklus II 23,5%. Sedangkan pada kriteria cukup baik sebelum tindakan 14,7% pada siklus I 29,4 % dan pada siklus II 50 %. Secara garis besar terjadi peningkatan hasil belajar individu peserta didik pada siklus I dan pada siklus II. Hasil Belajar Nilai Kelompok Penggunaan metode STAD dalam pembelajaran untuk kerja kelompok pada siklus II terjadi perubahan seperti pada penekanan kerja kelompok pada siklus II untuk mengatasi kelemahan yang terjadi pada siklus I, dan kinerja kelompok mengalami peningkatan terlihat pada penghargaan kelompok pada tabel berikut : Tabel 13. Penghargaan Nilai Kelompok Pada Siklus I dan Siklus II No 1 2 3 4
Kategori Terbaik Baik Cukup Baik Kurang Baik Jumlah
SIKLUS I Jumlah % kelompok 1 12,5 5 62,5 2 25,0 0 0 8 100
128 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
SIKLUS II Jumlah % Kelompok 7 87,5 1 12,5 0 0 0 0 8 100
PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
100 80 60
SIKLUS I
40
SIKLUS II
20 0 Terbaik
Baik
Cukup Baik Kurang Baik
Gambar 5. Histogram penghargaan nilai kelompok pada siklus I dan siklus II. Berdasarkan tabel 13 dan gambar histogram penghargaan nilai kelompok di atas menunjukkan bahwa kelompok dengan kategori terbaik pada siklus I sebanyak 12, 5 % pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87, 5 %, kategori baik pada siklus I sebanyak 62, 5 % pada siklus II menjadi12, 5 %, kategori cukup baik pada siklus I sebanyak 25 % pada siklus II menjadi tidak ada dan kategori kurang pada siklus II juga tidak ada. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode STAD (Student Teams Achievement Division) dapat ditingkatkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dapat meningkatkan aktivitas Peningkatan aktivitas belajar peserta didik yaitu dari sebelum tindakan dengan skor sebesar 81 (59 %) dengan kriteria cukup, pada Siklus I menjadi skor sebesar 91 (67,4 %) dengan kriteria baik dan pada Siklus II meningkat menjadi skor sebesar 101 ( 74,6 % ) dengan kriteria baik, karena terjadi peningkatan maka hipotesis tercapai. 2. Dapat meningkatkan hasil belajar Peningkatan nilai individu : (1)Kategori sangat baik sebelum menerapkan metode STAD sebesar 0 % setelah siklus I menjadi 5,9 % dan setelah siklus II 5,9 %. (2) Kategori baik sebelum menerapkan metode STAD 0 %, setelah siklus I menjadi 32,3 % dan pada siklus II menjadi 23%. (3) Kategori cukup baik sebelum menerapkan metode STAD dari 14,7 %, setelah siklus I menjadi 29,4 %, dan setelah siklus II JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 129 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Taofikoh
menjadi 50 %, sedangkan anak yang nilainya dalam (4) Katagori kurang baik sebelum menerapkan metode STAD jumlahnya sebesar 85, 3% setelah siklus I menjadi 32,3% dan setelah siklus II 20,6%. Dilihat dari uraian di atas tampak ada peningkatan jumlah siswa yang masuk dalam katagori Sangat Baik, Baik dan Cukup Baik sedang siswa yang masuk katagori Kurang Baik jumlahnya menjadi berkurang dengan pengurangan yang sangat besar yang berarti secara garis besar terjadi peningkatan nilai hasil belajar individu, karena terjadi peningkatan maka hipotesis tercapai. Saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan penelitian ini, yaitu: 1. Guru hendaknya melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan memperhatikan tingkat kesulitan kompetensi pelajarannya. Pemilihan pendekatan, metode dan media pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan aktivitas siswa, yang pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. 2. Bagi siswa, yang perlu diperhatikan bahwa belajar kelompok lebih baik dari pada belajar sendiri, karena dalam belajar kelompok dituntut kerjasama dan tanggung jawab mencapai hasil maksimal. 3. Bagi Kepala Madrasah hendaknya selalu memberi motivasi kepada para guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Dukungan berupa fasilitas dan kebutuhan yang diperlukan guru dalam melaksanakan inovasi pembelajaran tentu akan memperlancar proses. Sedangkan dukungan berupa peningkatan kemampuan dan mengembangkan profesinya sangat diperlukan dengan memberi kesempatan yang luas untuk mengikuti pelatihan (Diklat), baik di forum MGMP maupun ditingkat yang lebih tinggi.
Guru membimbing kerja kelompok Siklus I
130 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Guru membimbing kerja kelompok Siklus II
PTK: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Lurus Melalui Metode Cooperative Learning Tipe STAD
Daftar Pustaka Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1995. ______________, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2008 Arikunto, Suharsimi, dkk, Dasar-Dasar Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2002. _________________, Managemen Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Hartono, PAIKEM Pembelajaran Aktif Inofatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan, Pekanbaru: Zanata, 2008. Hizam, Zain, Pembelajaran Aktif, Jakarta: CTSD, 2011. Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press, 2004 Purwanto, Ngalim M, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. __________________, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. Suprijono, Agus, Cooperatif Learning, Jakarta: Kalamulia Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Supriyono, Koes, Strategi Pembelajaran Fisika, Malang: Universitas Negeri Malang (UNM Malang), 2003. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Model Pembelajaran Terpadu, Konsep Strategi, dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
______,
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 131 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
132 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015