AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.) dalam Polibag Oleh: Nurlaili Abstract The research aims to know response of some suggested clone and water drop period to rubber seed growth in polibag. This research done in February – May 2008, in Agriculture Faculty University of Baturaja. The research uses complete random design (RAL) factorial 9 combination of treatment and 3 times repetition. There are three showering: A1 (once in two days), A2 (once in three days) and A3 (once in four days) and three rubber clone types: K1 (clone GT.1), K2 (clone PB 260) and K3 (clone IRR 118). Variables in this research are plant height increase, leaves amount increase, leave width increase, dry weight crown increase, dry weight root increase and ratio of crown and root (S/R ratio). The result of F-test is water drop period influence the plant height, leave amount increase, leave width increase and dry weight crown, meanwhile the clone only influence the plant height. The conclusion is water drop once in two days give the best effect in plant height increase, leave amount increase, leave width increase and dry weight crown increase in polybag. Clone PB 260 (K2) usage give the best effect to rubber seed growth in polybag, followed by clone IRR 118 (K3) then clone GT.1 (K3). Water drop once in two days to clone PB 260 (A1K2) give the best effect to rubber seed growth in polybag. Key words: suggested clone, rubber seed, polybag, RAL
PENDAHULUAN Tanaman karet di Indonesia penanamannya telah meluas baik dalam bentuk perkebunan rakyat maupun dalam bentuk perkebunan besar. Karet alam didominasi oleh karet rakyat dimana luas areal karet rakyat tersebut meliputi 84% dari total areal dan produksinya mencapai 74% dari total produksi (Budiman, 2002). Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan pada tahun 2007 menjadi 3,5 juta ton. Pendapatan non-migas ini pada tahun 2007 mencapai US$ 6,65 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan non-migas (Bank Indonesia, 2007). Peningkatan produktivitas perkebunan karet Indonesia sejak tahun 1963 hingga sekarang sudah mulai membaik, hal ini diakibatkan dari adanya perhatian pemerintah terhadap peremajaan tanaman karet dengan menggunakan klon-klon unggul anjuran dan perbaikan ekonomi petani karet (Paimin dan Nazaruddin, 1992). Selanjutnya, upaya peningkatan kwalitas dan kuantitas karet yang optimal, juga harus ditunjang oleh ketersediaan bibit yang berkualitas dari klon-klon unggul (Chatib, 2007).
Dosen Tetap dan PD I FP Universitas Baturaja
Nurlaili, Hal; 48 - 56
48
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Berdasarkan rumusan Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet tahun 2005, klonklon karet yang direkomendasikan untuk priode tahun 2006-2010 terdiri atas dua kelompok yaitu klon anjuran komersial dan klon harapan. Klon anjuran komersial Klon harapan Untuk batang bawah dianjurkan menggunakan biji yang berasal dari klon
: BPM 24, IRR 104, PB.260, PB 330, PB 340, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118 : RR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR107, IRR 111, IRR144, IRR 211, IRR 220. : AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, RRIC 100 (Puslit karet, Sembawa, 2006).
Kemajuan produksi tanaman karet terus meningkat sejalan dengan ditemukannya beberapa klon karet unggul selama 3 (tiga) siklus priode seleksi. Diharapkan dengan penggunaan klon-klon karet unggul baru produksinya dapat ditingkatkan sampai 4 hingga 5 kali lipat yaitu dari bahan berupa seedling yang produksinya hanya 500 kg/ha/th menjadi 2000 kg/ha/th (Azwar dan Suhendry, 2007). Keberhasilan pembibitan karet tidak lepas dari ketersediaan air yang dibutuhkan oleh tanaman, karena air berfungsi sebagai ; (1) Pelarut dan medium untuk reaksi kimia, (2) Medium untuk transport zat pelarut organik dan anorganik, (3) Medium yang memberikan turgor pada sel tanaman, turgor menggalakkan pembesaran sel, struktur tanaman dan penempatan daun, (4) Hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul-molekul koloid, (5) Bahan baku untuk Fotosentesis, proses hidrolisis dan reaksi-reaksi kimia lainnya dalam tumbuhan, (6) Transpirasi air untuk mendinginkan permukaan tanaman (Gardner, 1985 dalam Nurlaili 2003 ). Kebutuhan air pada pembibitan karet dipolibag dalam sekala besar sering terjadi masalah, karena air tidak selalu tersedia dalam jumlah cukup. Menurut konsep klasik, air yang tersedia bagi tanaman berada dalam kisaran kapasitas lapang sampai pada titik layu permanen. Semakin rendah potensial matrik air tanah maka semakin sedikit air yang tersedia bagi tanaman (Siagian et al., 1994). Kestabilan dan kecukupan air tanah memungkinkan pertumbuhan dan bertahan hidupnya bibit karet yang disemaikan dalam polibag. Penggunaan media tanah jenis PMK sangat baik untuk persemaian bibit karet dalam polibag. Karena dapat mempertahankan dan memenuhi ketersediaan air dipolibag dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemberian air perlu diatur dengan sebaik-baiknya sampai memenuhi kapasitas lapang (Kartasapoetra dan Mulyani, 2003). Dengan banyaknya permasalahan-permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai periode pemberian air pada beberapa klon bibit karet di polibag. Tempat dan Waktu Pelaksanakan penelitian ini di rumah bayang Fakultas Pertanian Universitas Baturaja, Desa Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan. Pelaksanaan Penelitian dimulai pada Bulan Pebruari sampai dengan Bulan Mei 2008. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit klon karet GT.1, PB 260, IRR 118, polibag ukuran 20 x 30cm (30 cm tinggi dan 20 cm diameternya), tanah jenis PMK dan
Nurlaili, Hal; 48 - 56
49
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
plastik. Alat yang digunakan meliputi meteran kayu, gelas ukur, ember, pisau kecil, gerjaji, gayung air, kayu 5x5 cm, polibag, tali, alat-alat tulis dan timbangan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), faktorial dengan 9 (sembilan) kombinasi perlakuan dan 3 (tiga) kali ulangan, sehingga jumlah seluruh petakan menjadi 27 (dua puluh tujuh) petak kombinasi. Dua faktor perlakuan yang digunakan adalah faktor perlakuan A yaitu : periode pemberian air: A1 (dua hari sekali), A2 (empat hari sekali), A3 (enam hari sekali) dan faktor perlakuan B yaitu: beberapa klon karet: K1 (klon GT1), K2 (klon PB 260), K3 (klon IRR 118. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan luas daun, pertambahan berat kering tajuk, pertambahan berat kering akar dan rasio tajuk-akar HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Sidik Ragam Uji-F dari semua peubah yang diamati dalam penelitian ini tersaji pada Tabel di bawah ini: Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Pada Semua Peubah yang Diamati No.
Peubah
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pertb. Tinggi Tan. Pertb. Jumlah Daun Pertb. Luas Daun Pertb. BK. Tajuk Pertb. BK. Akar Rasio Tajuk-Akar
Faktor A (Periode pemb. air) 6,755 ** 9,886 ** 7,089 ** 15,186 ** 1,567 tn 1,412 tn
Faktor K (Klon Karet) 3,770 * 0,607 tn 0,375 tn 0,633 tn 0,060 tn 0,788 tn
Interaksi A.K 0,848 0,941 0,308 1,000 2,101 1,075
tn tn tn tn tn tn
KK % 12,44 8,55 6,25 9,17 9,47 7,29
Keterangan : KK = Koefisien Keragaman ** = Berpengaruh sangat nyata * = Berpengaruh nyata tn = Berpengaruh tidak nyata
Dari Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa interaksi periode pemberian air dan beberapa klon anjuran yang digunakan menunjukkan berpengaruh tidak nyata pada semua peubah yang diamati, ini menunjukkan bahwa respon semua klon yang digunakan terhadap periode pemberian air itu sama. Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) Pertambahan tinggi tanaman karet dipengaruhi oleh faktor periode pemberian iar secara sangat nyata, dan secara nyata juga dipengaruhi oleh faktor perlakuan berbagai jenis klon karet. Dengan demikian, Uji-BNT dapat dilakukan terhadap pengaruh utama dari masingmasing perlakuan.
Nurlaili, Hal; 48 - 56
50
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Tabel 2. Hasil Uji BNT 5% dan 1% pada peubah Pertambahan Tinggi Tanaman. Fak.K Fak. A A1 A2 A3
K1 8,90 5,80 5,40
K2 11,67 12,17 7,33
K3 10,80 8,17 3,10
PU.A 10,46 b B 8,71 b AB 5,28 a A
PU.K
6,70 a
10,39 b
7,36 a
Nilai BNT 5 % = 3,01dan Nilai BNT 1 % = 4,13
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pengaruh utama pemberian penyiraman pada ; A1 tidak berbeda nyata dengan A2, sedangkan A3 berbeda nyata dengan A2 pada taraf Uji BNT 5% tetapi berbeda tidak nyata pada taraf 1%, namun A3 berbeda sangat nyata dengan A1. sedangkan untuk perlakuan faktor klon menunjukkan bahwa perlakuan K1 berbeda tidak nyata dengan K3, tetapi K1 dan K3 berbeda nyata dengan K2. Perlakuan faktor periode pemberian air 2 hari sekali menunjukkan perlakuan tertinggi yaitu 10,46 cm kemudian diikuti perlakuan 4 hari sekali, sedangkan faktor klon menunjukkan klon PB 260 merupakan perlakuan tertinggi yaitu 10,39 cm. Pertambahan Jumlah Daun (Helai) Data pengaruh periode pemberian air terhadap pertambahan jumlah daun diajikan pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji- BNT 5% dan 1% Pada Peubah Pertambahan Jumlah Daun Bibit Karet Fak.K Fak. A
K1
K2
K3
A1
17,33
22,67
22,00
20,67
PU.A b
A2
17,33
20,00
18,33
18,56
b
A3
14,00
12,33
9,33
11,89 a
PU.K
16,22
18,33
16,56
B B A
Nilai BNT 5 % = 4,33 dan Nilai BNT 1 % = 5,95
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata
Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan pengaruh perlakuan periode pemberian air pada A1 menunjukkan pertambahan jumlah daun tertinggi yaitu 20,67 helai dari perlakuan lainnya, sedangkan pengaruh beberapa klon bibit karet menunjukkan bahwa perlakuan K2 secara tabulasi menunjukkan pertambahan jumlah daun yang tertinggi pada klon PB.260 (K2) yaitu 18,33 helai. Pertambahan Luas Daun (cm2 ) Data pengaruh pemberian penyiraman terhadap pertambahan luas daun dapat disajikan pada Tabel 4 dibawah ini :
Nurlaili, Hal; 48 - 56
51
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Tabel 4. Hasil Uji BNT 5% dan 1% Pada Peubah Pertambahan Luas Daun Bibit Karet. Fak.K Fak. A
K1
K2
K3
PU.A
A1
1007,16
1055,03
1096,48
1052,89 b
A2
881,23
1040,69
898,86
940,26
A3
755,50
757,94
740,95
751,46 a
PU.K
881,30
951,22
912,10
B
b AB A
Nilai BNT 5 % = 169,97 dan Nilai BNT 1 % = 232,83
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata
Berdasarkan Tabel 4 diatas bahwa pengaruh utama perlakuan berbagai klon terhadap pertambahan luas daun yang tertinggi adalah pada klon PB 260 (K2) yaitu 951,22 cm², sedangkan periode pemberian air 2 hari sekali merupakan perlakuan tertinggi yaitu 1052,89 cm². Pertambahan Berat Kering Tajuk (gr) Data pengaruh pemberian interval penyiraman terhadap pertambahan berat kering tajuk disajikan pada Tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Hasil Uji BNT 5% dan 1% Pada Peubah Pertambahan Berat Kering Tajuk Bibit Karet Fak.K Fak. A
K1
K2
K3
A1
12,40
11,95
12,15
12,17
PU.A
A2
8,36
10,06
12,60
10,34
A3
6,76
4,50
5,72
5,66
PU.K
9,17
8,84
10,16
b b a
B B A
Nilai BNT 5 % = 2,56 dan Nilai BNT 1 % = 3,51
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata
Pada tabel 5 terlihat bahwa penambahan pada periode pemberian air terhadap berat kering tajuk dari 2 hari sekali (A1) menjadi 4 hari sekali (A2) berbeda tidak nyata tetapi (A1) dan (A2) berbeda sangat nyata dengan (A3). Berdasarkan analisis keragaman pada perlakuan utama klon justru yang terbaik adalah klon IRR 118 pada perlakuan (A2K3) yaitu 12,60 gr. Untuk peubah berat kering akar dan rasio tajuk-akar secara statistik berpengaruh tidak nyata untuk faktor klon , faktor periode pemberian air dan interaksi kedua faktor, ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit karet yang digunakan mempunyai respon yang relatif sama terhadap ketiga faktor tersebut. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil Ansira pada Tabel 1, menunjukkan bahwa periode pemberian air secara umum mempengaruhi pertumbuhan bibit karet. Hal ini dibuktikan terutama terhadap peubah ; pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan luas daun dan pertambahan berat kering tajuk bibit karet yang secara
Nurlaili, Hal; 48 - 56
52
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
sangat nyata dipengaruhi oleh faktor perlakuan interval penyiraman, sedangkan untuk peubah berat kering akar, rasio tajuk dan akar tidak dipengaruhi secara nyata. Kemudian, pengaruh interaksi antara kedua faktor perlakuan (Interval Penyiraman dengan Berbagai Jenis Klon Karet) berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit karet dalam polibag, karena tidak satupun peubah parameter pengamatan yang nyata pengaruhnya. Keadaan tersebut diduga tanggap oleh klon-klon yang digunakan adalah sama terhadap periode pemberian air. Siagian et al.,1994) mengatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara jenis klon dengan tingkat stress air. Begitupun terhadap pengaruh faktor perlakuan berbagai jenis klon karet, yang mana secara umum tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan bibit karet, kecuali hanya pada peubah pertambahan tinggi tanaman. Untuk tinggi tanaman diduga bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman yang dalam penelitian ini menggunakan klon-klon yang unggul. Pertambahan tinggi tanaman karet dipengaruhi oleh faktor periode pemberian air, yang secara sangat nyata memberikan hasil nilai yang beragam dari berbagai pemberian perlakuan penyiraman air selang 2 hari adalah yang tertinggi reratanya yaitu 10,46 cm, kemudian diikuti pemberian air 4 hari yang reratanya 8,71 cm, dan yang terendah adalah pemberian air selang 6 hari, yang hanya menghasilkan tinggi tanaman rata-rata 5,28 cm. Keadaan ini diduga dengan ketersediaan air dalam polibag perhari pertanamannya pada A1 untuk pemenuhan kapasitas lapang sangatlah optimal, tetapi pada selang penyiraman 6 hari yang dibutuhkan tanaman dalam polibag sudah tidak lagi optimal untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Dan perlakuan penyiraman perlakuan 4 hari sekali sudah dapat mengoptimalkan pertambahan tinggi tanaman dengan suhu dan kelembaban tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Husny dan Daslin (1995) semakin rendah kadar air tanah dalam polibag, maka semakin tertekan pertumbuhan tanaman bibit karet. Pada Tabel 2 terlihat bahwa pertambahan tinggi tanaman bibit karet yang dihasilkan oleh perlakuan terhadap klon (K2) yaitu 10.39 cm adalah yang terbaik dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan klon IRR118 (K3) yaitu 7,36 cm dan klon GT.1 (K3) yaitu 6,70 cm. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap macam klon karet menghasilkan atau memiliki pertumbuhan dan pertambahan tinggi pada masa pembibitan yang berbeda-beda. Pernyataan ini didukung oleh Wijaya dan Lasminingsih (1994) kemampuan tanaman menyerap air dengan perakaran yang dalam dan intensif, namun kemungkinan ini kecil karena semua klon yang di uji menggunakan populasi batang bawah yang berbeda-beda. Jadi, respon setiap klon yang digunakan pada semua peubah termasuk pertambahan tinggi tanaman adalah relatif sama. Selanjutnya, pertambahan jumlah daun juga dipengaruhi oleh periode pemberian air 2 hari sekali (A1) dan 4 hari sekali (A2) mempunyai nilai yang berbeda tidak nyata. Untuk A1 menghasilkan jumlah helai daun rata-rata 20,67 helai dan A2 rata-rata18,56 helai, tetapi pada pemberian interval penyiraman 6 hari sekali (A3) mempunyai hasil yang sangat nyata dengan A1 dan A2 yaitu hanya 11,89 helai. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian air 6 hari sekali dapat menekan laju pertumbuhan tanaman termasuk pertambahan jumlah daun dan sekaligus mempengaruhi luas daun. Hal ini didukung oleh pendapat Amypalupy (1988) bahwa semakin diperjarang priode pemberian air terhadap tanaman, maka air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pengaruh interaksi interval penyiraman dan berbagai klon, bahwa klon PB 260 (K2) pada perlakuan penyiraman 2 hari sekali (A1) memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan jumlah daun yaitu rata-rata 22,67 helai, kemudian diikuti oleh klon IRR 118 pada perlakuan 2 hari sekali penyiraman yaitu dengan rata-rata 22,00 helai serta yang terkecil adalah perlakuan pemberian penyiraman 6 hari sekali Nurlaili, Hal; 48 - 56
53
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
pada klon IRR 118 (A3K3) dengan rata-rata 9,33 helai. Pernyataan ini didukung oleh Husni dan Daslin (1995) dalam penelitiannya bahwa turunnya kadar air tanah akan mempengaruhi penyerapan hara oleh akar tanaman yang selanjutnya akan mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan tanaman. Peubah pertambahan luas daun juga dipengaruhi periode pemberian air, dima na perlakuan pemberian air 2 hari sekali (A1) dan 4 hari sekali (A2) sama-sama menghasilkan pertambahan luas daun bibit karet yang relatif sama (berbeda tidak nyata), yang mana A1 memberikan nilai tertinggi yaitu 1052,89 cm2, A2 mempunyai nilai yaitu 940,46 cm2 dan selanjutnya pemberian air 6 hari sekali (A3) menurunkan pertambahan luas daun bibit karet secara nyata pada Uji-BNT 5 % dan tidak nyata pada pada Uji-BNT 1% bila dibandingkan dengan perlakuan A2 dan sangat nyata dengan perlakuan A1 (BNT 1%) yang hanya mempunyai nilai 751,46 cm2. Keadaan ini mengindikasikan bahwa pertambahan luas daun sudah dapat optimalkan dengan perlakuan interval penyiraman 4 hari sekali (A2) yaitu seluas 940,26 cm2 , sementara nilai tertinggi adalah pemberian 2 hari sekali (A1). Hal ini sejalan dengan penelitian dari Wijaya dan Tambunan (1986) yang mengatakan bahwa luas daun dipengaruhi oleh perlakuan periode pemberian air, sehingga luas daun semakin sempit dengan semakin diperjarangnya priode pemberian air. Selanjutnya, periode pemberian air pada peubah pertambahan berat kering tajuk berpengaruh sangat nyata hal ini terlihat pada Tabel 1. Dan penambahan interval penyiraman 2 hari sekali (A1), 4 hari sekali (A2) tidak memberikan pengaruh terhadap menurunnya pertambahan berat kering tajuk tanaman bibit karet. Dan bila penyiraman air dilakukan dengan interval 6 hari sekali (A3), dapat menurunkan pertambahan berat kering tajuk tanaman bibit karet. Keadaan ini menunjukkan bahwa interval penyiraman 2 hari sekali (A1) dengan berat kering rata-rata 12,17 gram dan 4 hari sekali (A2) yang berat keringnya mencapai 10,34 gram, merupakan perlakuan terbaik dan sudah cukup untuk mengoptimalkan pertambahan berat kering tajuk tanaman bibit karet. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian air yang cukup juga dapat meningkatkan pertambahan berat kering tajuk. Pernyataan ini didukung oleh Lubis (2008) mengatakan secara keseluruhan bahwa stress air yang ringan sekalipun pada suatu tanaman dapat mengakibatkan suatu pengurangan laju pertumbuhan dan gangguan proses fotosesis dan respirasi. Untuk pengaruh periode pemberian air terhadap berbagai klon pada peubah pertambahan berat kering tajuk tanaman bibit karet berpengaruh tidak nyata tetapi dapat dilihat bahwa yang terbaik adalah perlakuan pada klon IRR 118 (K3) dengan interval penyiraman 2 hari sekali menghasilkan rata-rata 12,6 gram. Pernyataan ini didukung oleh Sitompul dan Sugiyanto (1994) yang mengatakan bahwa pemberian air yang terbaik terhadap bibit karet dalam polibag adalah 3 hari sekali dan dikembalikan pada kapasitas lapang serta kebutuhan air untuk setiap klon karet adalah berbeda-beda. Pengaruh pemberian air yang terbaik untuk pertambahan berat kering akar adalah perlakuan periode pemberian air 2 hari sekali yaitu berat kering akar rata-rata 4,56 gram dan yang terendah adalah periode pemberian air 6 hari sekali dengan berat kering akar rata-rata 3,61 gram. Hal ini diduga bahwa pengembalian air tanah dengan jarak waktu 2 hari sekali menjadikan pertumbuhan menjadi lebih baik. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Husny dan Daslin (1994) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan bibit karet yang terbaik dalam polibag, maka kadar air tanah harus dipertahankan pada keadaan kapasitas lapang. Periode pemberian air 2 hari sekali pada klon IRR 118 dengan nilai 4 gram untuk tajuk tanaman. Kemudian nilai yang terendah terdapat pada perlakuan pemberian penyiraman selang 2 hari sekali pada klon PB 260 dengan nilai 2,66 gram untuk tajuk tanaman. Dan untuk Nurlaili, Hal; 48 - 56
54
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
rerata yang terbaik untuk perlakuan periode pemberian air 2 hari sekali (A1) dengan nilai 3,55 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Siagian et al.,(1994) bahwa dengan meningkatnya areal permukaan akar tanaman per satuan berat kering bagian atas tanaman, maka kemampuan akar tanaman dalam menyerap air dan hara akan meningkat, sehingga tanaman tidak terganggu pertumbuhannya. Artinya, periode pemberian air 2 hari sekali, 4 hari sekali, serta 6 hari sekali masih memungkinkan untuk pembentukan pertumbuhan tanaman bagian atas, karena nilai pembanding antara tajuk dan akar dalam setiap interval penyiraman mempunyai nilai yang sama yaitu 1:3 untuk akar tanaman. Berdasarkan rasio tajuk dan akar untuk faktor berbagai macam klon, klon IRR 118 (K3) adalah perlakuan yang terbaik karena mempunyai nilai yang tertinggi yaitu 3,53 gram dan klon GT.1 dan klon PB 260 mempunyai nilai yang sama yaitu 3,16 gram. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara jenis klon dengan tingkat stres air. Pernyataan ini juga didukung oleh Siagian, et al., (1994) bahwa tanaman yang mampu mempertahankan kandungan air di daun pada kekurangan air, berarti tanaman tersebut mampu mengadakan penutupan stomata pada kondisi kekeringan sehingga terjadi pengawetan air daun. Berarti hal ini menunjukkan bahwa respons ketiga klon terhadap penjarangan pemberian air pada peubah S/R tidak berbeda antara satu sama lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Periode pemberian air 2 hari sekali (A1) memberikan pengaruh terbaik dalam mengatasi tekanan terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan luas daun, dan pertambahan berat kering tajuk bibit karet dalam polibag. 2. Penggunaan klon yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet dalam polibag adalah klon PB 260 (K2), kemudian diikuti klon IRR 118 (K3), serta klon GT.1 (K1) 3. Secara tabulasi aplikasi periode pemberian air 2 hari sekali pada klon PB 260 (A1K2) memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet dalam polibag. Saran Disarankan bahwa periode pemberian air terhadap tanaman bibit karet sebaiknya dilakukan 24 hari sekali. Klon PB 260 dan IRR 118 merupakan klon unggul yang dapat digunakan untuk daerah Baturaja.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1997. Stastik Perkebunan Karet Sumatera Selatan. Palembang: Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Selatan Bank Indonesia. 2007. Sistem Informasi Pola Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil. Dalam (http://www.bi.go.id./sipuk/lm/ind/karet). Chatib, H.S.2007. Budidaya Tanaman Karet. Palembang: Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Selatan. Nurlaili, Hal; 48 - 56
55
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009
ISSN: 1979 – 8245X
Puslit Karet Sembawa, 2006. Rekomendasi Klon Karet Priode 2006-2010. Balai Penelitian Sembawa. Makalah, Jurnal, Tesis dan Laporan Penelitian Anwar, Ch.2001. “Managemen dan Teknologi Budidaya Karet”. Makalah, Tekno Ekonomi Agribisnis Karet, 18 Mei 2006. Medan: Puslit Karet Medan. PT. FABA Indonesia Konsultan. Azwar, Suhendry. 1998. “Karatristik Klon Anjuran”. Warta Pusat Penelitian Karet. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. 18 No. 1-3. Boerhendhy, I. 2003. “Penyadapan Tanaman Karet. Makalah Bimbingan Teknik Penyadapan Karet”. Balai Penelitian Sembawa. 14-17 Mei 2003. Puslit Karet. Sembawa Palembang. Budiman,A. 2002. “Penyakit Batang, Cabang dan Bidang Sadapan Pada Tanaman Karet Hevea dan Penanggulangannya”. Kerja Sama Puslit Karet Sembawa dan PTP. Mitra Ogan. Balai Penelitian Sembawa. Daslin, A. Azwar, R. Ginting,S. 2001. “Petunjuk Teknis Praktis Budidaya Tanaman Karet”. Lokakarya Karet 27-28 Oktober 2001. Medan. Husny. Z dan Daslin, A. 1995. “Pengaruh Kadar Air Tanah Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Dalam Polibag”. Dalam Buletin Karet .1995. 13(1) : 32-39. Siagian,N. Sitompul,D. Sugiyanto,Y.1994. “Kebutuhan Air dan Pertumbuhan Beberapa Klon Karet Pada Berbagai Kondisi Stres Air di Bibitan Polibag”. Dalam Buletin Perkaretan. 1994. 12(3) : 11-17. Proseding Seminar Ilmiah FP Unsri dalam Rangka Dies Unsri ke36. Palembang. Nurlaili, 2003. “Pengujian Ketahanan Beberapa Klon Anjuran Bibit Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) Terhadap Kekeringan”. Tesis UNSRI Palembang. (Tidak dipublikasikan). Sitompul, D dan Sugiyanto, Y. 1994. “Kebutuhan Air dan Pertumbuhan Beberapa Klon Karet Pada Berbagai Kondisi Stres Air Di Bibitan Polibag”. Buletin Perkaretan. 1994. Thomas, 1995. “Konservasi Air Dengan Penggunaan Mulsa untuk Meningkatkan Pertumbuhan Karet”. Buletin Puslit Karet, 1995. Wijaya,T dan Tambunan, D.1986. “Pengaruh Mulsa dan Priode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Klon AVROS 2037”S. Buletin Perkebunan Rakyat. 3(1).
Nurlaili, Hal; 48 - 56
56