"' •
TAMSIL DALAM AL-QUR' AN DAN AL-SUNNAH (Studi Pemahaman Al-Ghazali dalam Kitab Majmu'ah Rasail Tentang Kalam dan Tasawut)
Oleh: :2
Husein Aziz NIM.: 993147/SJ
'IC~.
~21
i
e. I
DISERTASI Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Untuk Memenubi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Doktor dalam Dmu Agama Islam
YOGYAKARTA
2006
-2.
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama NIM. Program
: Drs. Husein Aziz, M.Ag. : 993147/S3 : Doktor
Menyatakan bahwa disertasi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya
Yogyakarta,
0 Drs. Husein Aziz. M.Ag NIM.: 993147/S3
11
DEPARTEMEN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
PENGESAHAN DISERTASI berjudul : TAMSIL DALAM AL-QUR' AN DAN AL-SUNNAH (Studi Pemahaman Al-Ghazali dalam Kitab Majmu'ah Rasail Tentang Kalam dan Tasawuf)
Ditulis oleh
: Drs. Husein Aziz, M.Ag
NIM
: 993147 I S3
Telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam
DEPARTEMEN AGAMA RI U!'!I'!!:P'5ITA5 ISLAM NEGEP..I SUNAN KAUJAGA
YOGYAKAiiTA
DEWAN PENGUJI UJIAN TERBUKA I PROMOS!
Ditulis oleh
: Drs. Husein Aziz, M.Ag
NIM
: 99,1!t? I S3
DISERTASI berjudul : TAMSIL DALAM AL-QUR' AN DAN AL-SUNNAH (Studi Pemahaman Al-Ghazali dalam Kitab Majmu'ah Rasail Tentang Kalam dan Tasawuf Ketua Sidang
Prof Dr. H. M. Amin Abdullah
(
Sekretaris Sidang :
Prof Drs. H. Akh. Minhaji, M.A, Ph.D
(
Anggota
1. Prof Dr. H. Nashruddin Baidan, M.A ( Promotor I Anggota Penguji ) 2. Dr. Hamim Ilyas, M.A ( Promotor I Anggota Penguji ) 3. Dr. H. Sukamta, M.A ( Promotor I Anggota Penguji ) 4. Dr. Muhammad, M.Ag ( Anggota Penguji ) 5. Prof Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A. ( Anggota Penguj i ) 6. Prof Dr. H. Machasin, M.A ( Anggota Penguji )
( (
Diuji di Yogyakarta pada tanggal 8 April 2006 Pukul 13.00 s.d 15.00 WIB Hasil I Nilai ........................ . Predikat
: Memuaskan I Sangat memuaskan I Dengan Pujian *
*) Coret yang tidak sesuai
Dl'l'i\RTEMEN A
t::"'ill\'t:RSITAS ISl.Al\1 Nt:Gt:KI SlX\S KAl.IJAGA
PROGl~AM PASC ASAIUANA
)
Pro motor
Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan, M.A.
(
Promotor
Dr. Hamim Dyas, M.A.
(~J)
v
l' "IM~1 1 S3\1wt;1 Ji1ms'T"k.rtf
NOTA DINAS
Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu'alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan horrnat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul :
TAMSIL DALAM AL-QUR'AN DAN AL-SUNNAH (Studi Pemahaman Al-Ghazali dalam Kitab Majmu'ah Rasail Tentang Kalam dan Tasawut) yang ditulis oleh :
Nam a NIM. Program
: Drs. Husein Aziz, M.Ag. : 993147/S3 : Doktor
sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 26 Nopember 2005, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Dokior dalam bidang Ilmu Agama Islam. Wassalamu'alaikum wr. wb.
Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah \'I
NOTA DINAS Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu'alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul :
TAMSIL DALAM AL-QUR' AN DAN AL-SUNNAH (Studi Pemahaman Al-Ghazali dalam Kitab Majmu'ah Rasail Tentang Kalam dan Tasawut) yang ditulis oleh : Nama
NIM. Program
: Drs. Husein Aziz, M.Ag. : 993147/S3 : Doktor
Sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 26 Nopember 2005, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam. Wassalamu'alaikum wr. wb.
Yogyakarta,
!L
~ · )lt;JOb
NOTADINAS Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu'alaikum wr. wb. Disampaikan dengan honnat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul :
TAMSIL DALAM AL-QUR' AN DAN AL-SUNNAH (Studi Pemabaman Al-Gbazali dalam Kitab Majmu'ah Rasail Tentang Kalam dan Tasawut) yang ditulis oleh : Nama NIM. Program
: Drs. Husein Aziz, M.Ag. : 993147/S3 : Doktor
Sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (fertutup) pada tanggal 26 Nopember 2005, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam.
Wassalamu'alaikum wr. wb. Yogyakarta,
31 Januari 2oo6
Promotor/Anggota Penilai,
~
Dr. Hamim Ilyas, M.A. Vlll
NOTADINAS Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu'alaikum wr. wb. Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul :
TAMSIL DALAM AL-QUR' AN DAN AL-SUNNAH (Studi Pemahaman Al-Ghazali dalam Kitab Majmu'ah Rasail Tent~ng Kalam dan Tasawuf) yang ditulis oleh : Nama NIM. Program
: Drs. Husein Aziz, M.Ag. : 993147/S3 : Doktor
Sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 26 Nopember 2005, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam.
Wassalamu'alaikum wr. wb. Yogyakarta, 29 Janu8.ri 2006 Anggota Penilai,
Dr. H. Sukamto, M.A. lX
NOTADINAS Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu'alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul :
TAMSIL DALAM AL-QUR' AN DAN AL-SUNNAH (Studi Pemahaman AJ-Ghazali dalam Kitab Majmu'ah Rasail Tentang Kalam dan Tasawut) yang ditulis oleh : Nama
NIM. Program
: Drs. Husein Aziz, M.Ag. : 993147/S3 : Doktor
Sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tang,5al 26 Nopember 2005, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam. Wassalamu'alaikum wr. wb.
Yogyakarta, 3O J enu2.r i 2 006 Anggota Penilai,
--
Dr. Muhammad, M.Ag.
x
NOTADINAS
Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Assalamu'alaikum wr. wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul : TAMSIL DALAM AL-QUR' AN DAN AL-SUNNAH (Studi Pemahaman Al-Ghazali dalam Kitab Majmu'ah Rasail Tentang Kalam dan Tasawut)
yang ditulis oleh : Nama NIM Program
: Drs. Husein Aziz, M.Ag. : 993147/S3 : Doktor
Sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 26 Nopember 2005, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam. Wassalamu'alaikum wr. wb.
Yogyakarta, 1 Pe brue.r i 2 C06 Anggota Penilai,
ABSTRAK
Al-Qur'an dan al-Sunnah merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Oleh karena itu usaha memahami keduanya secara umum dan ayat-ayat dan hadis tamsil secara khusus menjadi perhatian sejak zaman sahabat. Dalam memahami ayat-ayat dan hadis tamsil yang berkaitan dengan teolo.gls metafisik ini terjadi perbedaan penafsiran, utamanya di kalangan ulama kalam yang pada perkembangannya menimbulkan banyaknya aliran keagamaan (madzhab) yang fanatik dalam Islam dan tidak jarang mengakibatkan adanya polemik dan bahkan konflik fisik. Perbedaan pemahaman ini bersumber dari perbedaan metodr dari masing-masing tokoh dan golongan. Melihat kenyataan ini, Al-Ghazali dengan kapasitas keilmuannya menawarkan penyelesaian yang bebas dari taklid dan fanatisme. Perbedaan pemahaman ini menarik untuk dikaji baik dari aspek teologi maupun scjarahnya. Disertasi ini menelaah penafsiran Al-Ghazali dengan pertimbangan ia berasal dari kalangan madzhab sunni, madzhab yang dianut oleh mayoritas umat Islam di samping otoritas kitab-kitabnya telah diakui dan diterima sccara luas di dunia Islam termasuk Indonesia di dalamnya. Pcnclitian ini menggunakan pendekatan sejarah dengan mengemukakan masalah -rnasalah pokok tentang pemahaman baru dari penafsiran Al-Ghazali terhadap ayat dan hadis tamsil, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi penafsirannya scrta ~ ebaran ide dan gagasannya pada tokoh-tokoh di masa sesudahnya. Peneli · n ini bertujuan untuk menjelajahi pemahaman baru dalam pcnafsiran Al-Oh ·Ii yang menjadi perkembangan dalam sejarah penafsiran alQur'an dan al-Sunnah dan pemikiran Islam mengenai ayat-ayat dan hadis tamsil secara khusus dan ayat al-Qur'an dan al-Sunnah secara umum Pcnclitian ini menghasilkan temuan bahwa pemahaman baru pada penafsiran Al-Ghazali itu memiliki perbedaan sentral dan periferal dibandingkan dengan pemahaman yang ada sebelumnya. Pemahaman pertama (sentral) berupa pcmahaman baru yang gagasan pokoknya berlainan dengan pemahaman yang dihasilkan scbelumnya, yang bcrarti ada perbcdaan subtansial. Pemahaman baru itu adalah menggunakan makna yang tcrsurat (makna lahir) dan makna yang tersirat (makna batin). Kcdua makna itu tidak bertcntangan danjustru makna yang tersirat melengkapi dan meyempumakan makna yang tcrsurat ibarat isi dan wadahnya atau seperti pandangan dari jarak dekat dan pandangan dari jarak jauh. Demikian itu karcna Al-Ghazali memahami ayat dan hadis tamsil dengan penafsiran ganda, takwil dan tasybih. Takwil, yaitu menggeser makna primer ke makna sekunder - dalam kaitannya dengan ilmu kalam - scbagai sarana menyucikan Allah swt. dari sifat-sifat makhluk. Tasybih - dalam kaitannya dengan tasawuf- scbagai sarana menyerupakan Allah S\vt. ~ccara batiniah dengan makhluk-Nya, sehingga manusia dapat mendekati sifat-sifat-Nya yang berarti bcrakhlak mulia, layak mcnjadi khalifah-Nya, dan mcncintai-Nya, di samping juga mcnjadikan ayat dan hadis tamsil sebagai (a) pcrmisalan yang menjclaskan Allah swt. dan apa yang ada di hadirat-Nya dengan Xll
apa yang ada di hadapan manusia. (b) pennisalan yang menjelaskan Allah yang dapat dilihat manusia di dunia dengan mata kalbu dan di akhirat dengan mata kepala. (c) pennisalan bahwa Allah memimpin alam dengan segala isinya seperti manusia memimpin dirinya. Adapun pada pemahaman ulama sebelumnya terdapat pengabaian salah satu dari dua makna: makna tersirat atau makna tersurat pada satu pihak, dan pada pihak yang lain kedudukan akal dan naqal tidak seimbang. Mu'tazilah dan para filusuf hanya mentakwil dengan mengedepankan akal atas naqal, Asy'ariyah mentakwil dengan mengedepankan naqal atas akal. Sementara golongan Hasywiyah hanya memahami makna lahir dan mengabaikan makna batin, sedangkan golongan Bathiniyah hanya memahami makna batin. Pemahaman kedua (periferal) berupa pemahaman dengan menyampaikan gagasan pokok yang sama dengan penafsiran dan pemikiran sebelumnya dan hanya berbeda dalam rincian penjelasan yang tidak berarti. Perbedaan periferal ini ditemukan di antaranya pada persoalan kalam Allah. Pemahaman Al-Ghazali yang mengandung perbedaan sentral ini, utamanya penafsiran gandanya mempunyai signifikansi intelektual yang cukup berarti dalam hubungannya dengan aliran-aliran keagamaan dalam Islam, karena semua unsur metodologi mereka secara tidak langsung telah digunakan dan difungsikan oleh AlGhazali sesuai dengan proporsinya setelah diurai dan ditata ulang. Pada pihak lain, penafsiran gandanya itu dapat mensintesakan ilmu kalam dan tasawuf. Adapun faktor yang melatarbelakangi penafsiran Al-Ghazali memiliki pemahaman baru sehingga menimbulkan perkembangan signifikan dalam dunia pemikiran Islam adalah semangat zaman yang mengitarinya. Semangat zaman itu berupa keberagaman aliran pemikiran keagamaan yang diakibatkan oleh perbedaan metode penafsiran atau jelasnya perkembangan pemikiran pada satu pihak dan perkembangan pengetahuan kebahasaan pada pihak yang lain. Selanjutnya mengenai persamaan ide penafsiran Al-Ghazali dengan tokohtokon lainnya dalam hubungannya dengan waktu sebelum dan sesudahnya, diketahui bahwa model penafsiran Al-Ghazali itu didapatkan pada model penafsiran Muhy alDin Ibnu Arabi dalam mentakwil dan mentasybih, Najm al-Din al-Dayah dalam menggabungkan makna lahir dan makna batin dan dan Sayyid Qutub dalam pandangannya bahwa makna lahir sebagai sarana menjelaskan dan memperindah bahasa penyampaian, sedangkan makna batin sebagai sarana taqdis. Kemudian tentang persamaan model penafsiran Al-Ghazali dalam hubungannya dengan ilmuwan--ilmuwan sebelumnya, diketahui bahwa konsep Al-Ghazali mempunyai persamaan dengan Al-Muhasibi tentang skeptisisme, dengan Al-Asy'ari tentang kalam Allah, dengan Plato, seorang filusuf Yunani mengenai ajaran tentang idea, dan dengan Aristoteles mengenai logika syllogisme.
xm
PEDOMAN TRANSLITERASI Konsonan
·--·- ---·-
I
..; =
y
-
u
=
b
...r' =
s
w - ts
.J =
sy
c= c=
J
./' = sh
h
dh .1 = th J;. = zh " -- ' 't. = gh .,j = f
t=
= d .5 =dz .; = r
~ok:I ;en~ek -
- u
-
I
.!l
= k
r=m =n
0
·=h .s = y Note: Untuk nama orang, antara huruf h dan h tidak dibedakan
Ta' Marhuthah
Ta· Marhuthah ( ditulis dengan h_bila mati, dan dengan t bila hidup. Contoh : ~1 - al-Maktabah 0)
Vokal panjang ( kccual i nama orang)
I
q
J=I
./ =
kh
.l
l
-- ----- ------·--- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,
Kata sandang al- (al-ta'rit)
._. -._ _,--~~"'-'----J-,-d-it_u_li_s_d_en_g_a_n_a_l,-ta_n_pa_a_d_a_pe_m_be-daa--n-a-nta_ra_a_I-~
1
_ ~
I
___
Qamariyah dan al-Syamsiyah.
l~---u _._c_o_n_to_h_:_0_U_.;il_~_, Diftong )1
Cata tan Untuk nama orang, diusahakan ditulis sesuai dengan tulisan yang sudah lumrah sebagaimana biasa ditulis, dan tidak harus mengikuti transliterasi ini.
=aw
._;I
'""
.;
=
_=_al_-F_u_r_q-an_ _ _ _ _ _ _ __,
ay i
(I pada akhir kata, kecuali
nama orang). Contoh : ~) ;.1 - al-mawrid ~1
s
.:;\:S ~
Contoh: Fazlur Rahman dan bukan Fadl al-Rahman
al-syaykh kitabi
'---------------~-------------------'
XIV
KATA PENGANTAR
Dengan selesainya penulisan disertasi ini, penulis menghaturkan syukur alhamdulillah ke hadirat Allah swt. karena atas rahmat dan taufik-Nya semata penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad saw., penutup para Nabi dan Rasul. Dalam perspektif penulis, pemilihan topik disertasi ini dilatarbelakangi olelt masih kurangnya penelitian tentang tokoh yang memiliki kapabelitas dalam berbagai disiplin keilmuan yang notabene masih relevan dengan persoalan-persoalan kontemporer. Kenyataan itu mengguga.h penulis untuk ambil bagian menutup kekurangan tersebut dengan harapan akan memberikan smnbangsih dalam menghadapi pennasalahan-permasalahan umat Islam di masa kini. Penulis tertarik mengangkat figur Abu Hamid, Muhammad lbnu Muhammad Ibnu lviuhammad Al•Gbaz.ali karena sikapnya yang inlduisif, menerima ilmu pengetahuan tanpa mempedulikan dari mana datangnya, dari kawan maupun lawa11, dari muslim atau pun non muslim asal pengetahuan itu benar dan ditunjang oleh argumentasi yang kuat dan meyakinkan. Penulisan disettasi ini tentu saja tidak akan lepas dari kelemahan-kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan, dan untuk itu penulis menyampaikan terima kasih. Pada kesempatan ini, penulis memberikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada Bapak promotor, Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan, M.A., dan Dr. xv
Hamim Dyas, M.A yang telah meluangkan waktunya, membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan masukan, saran, dan arahan yang sangat berharga sehingga penulisan disertasi ini berlangsung dengan lancar. Selanjutnya ucapan terima kasih juga dihaturkan kepada Bapak Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Prof. Dr. H. M.Amin Abdullah, mantan Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. H. Noeruzaman Ashidiqi, M.A., Prof vr. H. Musa Asy' arie, Bapak Direktur Program Pascasarjana, Prof. Dr. H. Machasin, M.A., serta Bapak asisten Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. H. Iskandar Zulkarnain yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan program Doktor kepada penulis dan atas dorongan, peringaum, dan kebijakankebijakannya untuk dapat menyelesaikan studi tepat waktu. Demikian pula, penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rektor dan Dekan Fakultas Adah IAIN Sunan Ampel Surabaya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan studi sampaijenjang program Doktor, juga penulis menyampaikan terima kasih kepada karyawan perpustakaan pusat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga serta perpustakaan pusat Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang telah membantu penulis dalam menelusuri referensi sehingga penulisan desertasi ini berjalan lancar. Tidak lupa, ucapan terima kasih yang tulus kepada istriku, dan anak-anakku, atas do' a, kesabaran, dorongan,
semangat dan pengertian mereka, untuk
menyelesaikan program yang penulis jalani.
XVI
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian penulisan ini. Akhirnya penulis berdo'a semoga mereka semua mendapatkan imbalan dan pahala yang sebesar-besamya dari Allah swt. yang tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang berbuat kebaikan.
Yogyakarta, 20 Januari 2006 Penulis
Husein Aziz
XVll
DAFTAR ISi HALAMAN IBDUL ................................................................... . PERNYATAAN KEASLIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
11
PENGESAHAN REKTOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
111
DEWAN PENGUJI .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
IV
PENGESAHAN PROMOTOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v NOTA DINAS . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
VI
ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
XII
PE DOMAN TRANSLITERASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xiv KA TA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xv DAFTAR ISi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BABI
XVII
PENDAHULUAN .......................................................... . A. Latar Belakang Masalah ................................................ .
B. Rumusan Masalah ......................................................... 16 C. Tujuan dan Kegunaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 D. Tinjauan Pustaka... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 18
E. Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 21 F. Konstribusi dalam Pengembangan Ilmu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27 G. Sistematika Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
BAB II
AL-GHAZALI DAN KARYA-KARY ANYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30 A. Kehidupan Awal Al-Ghazali . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 30
B. Pengembaraan Intelektual Al-Ghazali .................................. 34 C. Keadaan Sosial Politik Masa Al-Ghazali . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35 D. Karya-karya Utama Al-Ghazali ......................................... 37 E. Majmu'ah Rasail . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
xvm
•
BAB ill
PANDANGAN AL-GHAZALI TENTANG AL-QUR'AN DAN Al.-SUNNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48 A Perlunya Penafsiran al-Qur'an dan al-Sunnah . . . ... .. . . .. .. . .. . . . . . . . 48
B. Bahasa al-Qur'an dan al-Sunnah ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... ... .. . ... 55
BAB IV
KERANGKA METODOLOGI PENAFSIRAN Al.-GHAZALI ... 61 A Kritik Al-Ghazali Terhadap Penafsiran Sebelumnya ................. 61 B. Landasan Penafsiran AI-Ghaz.ali . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . . .. .. . . 76 C. Penafsiran Ganda Al-Ghazali ............................................ 80
1. Takwil .. . . . . . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . .. . 83 2. Tasybih .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. 86 3. Langkah-Iangkah Penafsiran Al-Ghazali ... ... ... ... ... ... ... ... .. 97
• BAB V
PEMAHAMAN AI.-GHAZALI TERHADAP AVAT DAN HADIS TAMSIL .. . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 99 A Pemahaman Melalui Takwil . .. .. . .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . .. . . . . .. ... 99 1. Ayat dan Hadis Tamsil (Antropomorfisme) ... ... ... ... ... ... ... . 99 2. Kalam Allah . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . . . . . .. . . . . .. . .. 109 3. Ru'yatullah ... . . . ... . .. . . . . . . . . . . . . . . . ... ... . .. .. . .. . ... .. . .. . .. . .. . .. . 120 B. Pemahaman Melalui Tasybih . . . .. . .. . .. . .. . . .. . . .. . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. 133
1. Penciptaan Adam ..................................................... 134 2. Sifat-sifat Allah .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. .
140
3. Allah Cahaya Langit dan Bumi . . . . . . . .. .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . .. 143
XIX
•
'
BAB VI
PEMBAHASAN TERHADAP PEMAHAMAN AL-GHAZALI TENTANG AYAT DAN HADIS TAMSIL ............................ 160 A Pemahaman Baru yang Menjadi Perkembangan . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 160
B. Semangat Zaman yang Melatarbelakangi Penafsiran Al-Ghazali ... 175 C. Penyebaran Ide Penafsiran Al-Ghaz.ali . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 192 BAB VII PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 211
A. Kesimpulan . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 1 B. Saran ........................................................................ 216 DAFTARKEPUSTAKAAN ............................................................ 218 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xx
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak zaman sahabat usaha memahami ayat-ayat dan hadis secara umum dan 1
tamsil secara khusus telah dilakukan meskipunjumlahnya sangat kecil. Demikian itu disebabkan sikap kehati-hatiannya pada satu pihak dan perasaan takut mentakwil dan takut berdosa pada pihak yang lain. Umar lbnu Khaththab misalnya, ia memukul Shabigh lbnu 'Asal
sampai berdarah ketika ia mendengar Shabigh
menanyakan pengertian ayat tamsil. Bahkan ia membuangnya ke kota Bahsrah sampai ia benar-benar yakin akan perubahan sikapnya. 2 Para sahabat mengambil sikap menerima apa adanya dari yang disampaikan al-Qur'an dan al-Sunnah.
3
Mereka tidak mempertentangkan teks satu dengan yang lainnya. Mereka juga tidak
1
Tamsil secara etimologis adalah: (a) menyerupakan sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya dengannya. (b) menggambarkan dengan tulisan atau semacamnya sehingga seolaholah dapat dilihat. Lihat Luwis Ma'luf, al-Munjidfi a/-Lughah, (Beirut:al-Maktabah al-Syarqiyyah, 1986), h 746 Lihat pula Sa' di Farhud, Asrar al-Balaghahfi al-Tasybih wa al-Tamtsil, (Cairo:Dar alThiba'ah al-Muhammadiyyah,1979, h 5 Tamsil menurut Al-Ghazali adalah menyampaikan makna dalam bentuk permisalan, menjelaskan persamaan antara keduanya berikut menjelaskan hakikat perbandingan antara alam nyata yang dijadikan permisalan dan alam malakut yang merupakan sumber makna. Lihat Al-Ghazali, Misykat al-Anwar,(Beirut:Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1994) h. 17 Lihat pula Ahmad Khalafullah, al-Fann al-Qashashyfl al-Qur 'an al-Karim, (Cairo: al- Anjilo, 1965) h, 155 Ayat dan hadis tamsil adalah ayat dan hadis yang menetapkan sifat-sifat manusia pada Allah yang meliputi: A sifat-sifat dzat seperti hayat (hidup), sama' (mendengar), bashar (melihat), ka/am (berbicara), al-jud (dermawan), al-quwwah (kekuatan), al-qudrah (kekuasaan), al-iradah (kehendak), al-izzah (keperkasaan), dan uzhmah (keagungan). B. menetapkan sifat-sifat qf'al (perbuatanperbuatan) Allah swt. seperti al-istiwa' (bersemayam), al-ityan (datang), al-nuzul (turun), al-ikram (memberi kemuliaan), al-in 'am (memberi ni'mat), al-taghayyur (berubah), dan al-ta 'aststur (terpengaruh). C. menetapkan sifat-sifat khabariyah sepertiyadani (dua tangan), al-wajhu (wajah) dan sifat-sifat fisik lainnya. Lihat Al-Syahrastani , al-Mila! wa al-Nihal (Beirut :Dar al-Fikr, tth. ), h. 92 2 Al-Suyuthi, Jalal al-Din, Shawn al-Manthiq wa al-Ka/am, (Mesir: Maktabah al-Khaniji 1947) h. 17-18 Lihat pula Ibnu Hajar, Fath al-Bari Syarh Shahihal-Bukhari, VIII (Cairo: Maktabah Mushthafa Muhammad, 1948) h. I 70 3 Abd al-Halim Mahmud, Nasy 'at al-Fikr al-Jslamy (Cairo : Dar al-Ma' arif, tth. ), h.115
2
mencari da1il-da.Jil yang menunjukkan wujud Allah swt. dan sifat-sifat-Nya. Begitu juga halnya dengan kebenaran Rasulullah saw., hari kiamat, hisab dan masalahmasalah akidah yang lain4 Mereka tidak mengkaji tentang sifat-sifat dan subtansisubtansi sebagaimana para ahli kalam pada masa berikutnya. Di antara pembahasan yang sedikit itu adalah penafsiran Ibnu Abbas terhadap hadis Nabi:
(~I
.
.. olJ;) l;y--i ~I;
.
Jill ~; ~I; J-
(Apakah anda
melihat Tuhanmu, Nabi berkata : Aku melihat cahaya. 5 Berdasarkan hadis ini, Ibnu Abbas berpendapat bahwa Tuhan dapat dilihat. Bahkan Nabi Muhammad melihat Tuhannya dua kali, sedangkan Aisyah menola.k pendapat yang menyata.kan bahwa Tuhan dapat dilihat. 6 Para sahabat enggan mentakwil ayat-ayat tamsil secara Jebih jauh, mereka mengambil sikap menyerah (tafwidh) dan menerima terhadap yang ada dan tidak menyibukkan diri menentukan makna yang dimaksud karena hal itu dianggap sebagai bid' ah yang tidak mereka sukai. 7 Pada masa tabi'in, para ulamanyajuga mengambil sikap yang sama dengan sikap para sahabat Nabi. Kebanya.kan mereka melarang memperdebatkan ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil yang tidak pernah dilakukan para sahabat. Sa'id Ibnu Musayyab rnisalnya, ketika ditanya suatu mengenai al-Qur'an ia mengata.kan:" Aku tidak akan berbicara sedikit pun tentang al-Qur'an". 8 Demikian juga Hisyam, 'Urwah Ibnu Zubair, ia rnengatakan:" Aku tidak pernah mendengar ayahku 4
Muhammad Adnan Zarzur, 'Ulum al-Qur 'an wa Manahij al-Tqfsir, Mutasyahih al-Qur 'an :
Dirasah Mawdhu'iyyah (Damaskus: Dar at-Fath, 1969). h. 90 5
Abu Huse.in, .Muslim Jbnu al-Hajjaj Tbnu Muslim, Shahih Muslim, m, (Reirut: Oar alFikr, 1981) h. 12 6 Ttmu Taymiyab, .Kita!> al-Asma' WQ 11!-Shifat, T(Be~mt: T>ar al-Kutub al-'Tlmiyyah, ! 988), h
323
7 8
..~nan•. Muta~th al-Qw' wi, It. 9J
·.
Ahmad Amin, Fajr al-Islam, (Cairo: Maktabab at-Nahdhah at-Mishriyyah, 1975) h. 300 Lihat pula Sayyid Qutub. aJ-T·1Shwir aJ-Fannyfi al&ur'an. (Cairo: Dar at-Ma'artt: 1980) h. 25
3
mentakwil satu ayat pun dari al..Qur'an". 9 Bahkan di antara mereka ada yang menuduh para pentakwil sebagai penurut hawa nafsu (ahlu ahwa '), dan menilai ahJi kalam sebagai kafir zindiq, sehingga masyarakat dilarang bergaul dengannya. 10 Hasan al·Bashri
misalny~
melarang membahas dan memperdebatkan ayat·
ayat dan badis tamsil dengan menyatakan bahwa hanya orang.orang yang ragu dalam beragama sajalah yang memperdebatkan ayat-ayat dan hadis tamsil tersebut. 11 Dari papa.ran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna yang dimaksud dari al·Qur'an dan al·Sunnah adalah makna lahir dengan bukti mereka tidak melakukan pentakwilan. Namun ketidakterlibatannya dalam mentakwil dan mengambil sikap menyerah serta menerima terhadap apa yang ada dalam ayat·ayat dan badis tamsil tersebut tidak berpengertian bahwa mereka meyakini ma.kna lahir yang mengacu pada pengertian bahwa Allah menyerupai sifat-sifat makhluk. 12 Adapun di antara tabi'in yang melakukan penta.kwilan adalah Mujahid. Ia mentakwil firman Allah: ( o "\ __,.. )1) 11 ~ :) ..:...1) ~
Js- ,_;r> ~ (Amat besar
penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah)1
13
dengan makna; Aku menyia·nyiakan perintah Allah, dan mengartikan finnan A11ah: (\ \ o
o~I) 11 ~ J ~ 1_,l_j ~ij (ke mana pun kamu menghadap, di sana wajah
Allah), 14 dengan makna; ke mana pun kamu menghadap di sana kiblat Allah. is Kata janbi/Jah menurut makna leksikalnya adalah di sisi Allah, sedangkan makna kata wajhullah adalah wajah Allah.
9
Ibid., h. 300 rn Al-Gbazali, I/jam al- 'Awwam 'an 'llm al-Ka/am, (Cairo : Maktabah al-Jundi, tth.), h. 93 11 Al-Suyuthy, Jalal al-Din.Shaun al-Manthiq, h.153 12 Al-Ghaz.ali. fl]am al- '.Awwam, h. 139 13 QS. a1-Zurnar(39): 56 14 QS. al-Baqarab (2): 115 IS Adnan, MuJasyabih a/-Qul',an, h. 130
4
Dengan kata lain, para sahabat dan tabi'in membawa ayat-ayat dan hadistamsil
tersebut
pada
makna
lahir dengan mengesampingkan "bagaimana"
(kayfiyyah) dan penyerupaan Tuhan dengan sifat makhluk. 16
Usaha memahami ayat-ayat dan hadis tamsil terus berkembang dan meluas mulai dari abad kedua hijriyah. Abu Hasan, Muqatil Ibnu Sulaiman al-Uzdi (w.150 H.) dan Malik Ibnu Anas (w.170 H. ), ketika memahami kata istawa (bersemayam)
dalam firman Allah : (O 41) 1.>y...-I if _,,JI
Js- .:.?")I
(Tuhan Yang Maha Pengasih
bersemayam di atas arasy), 17 dan kata yad (tangan) pada firman Allah: L. ~I \.; (Vo ...r') 1.$~ ,.
41:-:- Ll ~ 01 ~ (Wahai Iblis, Apa yang menghalangimu
bersujud kepada yang Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku), 18 dan kata ja 'a (datang) pada firman Allah : ('n' ~I) L...4..o ~.:Jill) ~J ~l>.- J (dan datang Tuhanmu, sedang malaikat berbaris), 19 mereka menyatakan bahwa istiwa ', yad dan maji, adalah jelas, bagaimananya tidak diketahui, mengimaninya adalah wajib dan
menanyakannya adalah bid'ah20 Dengan kata lain Muqatil dan Malik memahami secara lahiriah (literalistik). Namun begitu, mereka menolak pandangan bahwa Allah swt. menyerupai makhlukNya atau sebaliknya, makhluk menyerupai Allah swt." 21 Golongan Syiah dan golongan Hasywiyyah yang dipelopori Hisyam Ibnu Hakam (w.190 H.) memahami ayat-ayat dan hadis tamsil menurut makna lahiriah atau makna primer dan menolak makna majazi (takwil), sehingga Tuhan adalah
16
lbnu Taimiyyah, Majmu 'ah al-Rasail al-Kubra, I, (Mesir : Dar al-Ma'arif, tth.), h. 406 QS. Thaha (20) : 5 18 QS. Shad (38) : 75 19 QS. al-Fajr (89) : 22 20 Al-Syahrastani, al-Mila/, h. 92 - 93 21 Ibid., h. 92 17
5
berupa bentuk jasmani (fisik) dan memungkinkan untuk berpindah tempat, turun, naik, menetap dan bersemayam. 22 Adapun Ahmad Ibnu Hambal (w.24 lH. ), melakukan pentakwilan terbatas dan hanya pada tiga hadis23 dengan menggeser makna denotatifnya (hakiki) ke makna konotatif (majazi) karena ma.kna Jahir dari hadis-hadis tersebut menurutnya mustahil bagi Allah swt. Hadis pertama adalah hadis riwayat Abdullah Ibnu Umar : (.l..ti'-1 olJJ)
di bumi). ( ..L.....i"-I
24
.
'
.
J'J \II 4J Jil ~;,_,...,\II ~I (Hajar aswad adalah tangan kanan Allah Hadis kedua sabda Nabi: olJJ} i f )I ttt...Pi ~ ~~I ~ ~Jll ~
(Kalbu seorang mukmin berada di antara dua jari dari jari-jari Dzat Yang
Maha Pengasih).
25
Hadis ketiga sabda Nabi :
•
~I J.i ~if )I~ ~':J
v'
(..U--1 olJJ) (Alru mendapatkan Dz.at Yang Maha Pengasih di sisi kanan). 26
Hadis pertama diartikan bahwa tangan kanan, biasanya dicium sebagai pendekatan kepada pemiliknya dan hajar aswad dicium juga sebagai pendekatan kepada Allah swt. sebagaimana diciumnya tangan kanan Maksudnya hajar aswad itu bagaikan tangan kanan, dan sama sekali tidak mengacu pada dz.at, dan tidak pula pada sifat dzat-Nya. Bentuk bahasa semacam ini disebut oleh AJ-Ghazali sebagai
gaya bahasa simile (al-syibhi). 21 Hadis kedua dipahami bahwa yang dimaksud dengan dua jari adalah jari-jari rohaniah, bukan jari-jari fisik yang mustahil bagi Allah swt. Rohaniah jari-jari adalah alat yang memudahkan membolak-balik sesuatu. Kalbu seseorang berada di antara sentuhan malaikat dan sentuhan setan,
22
Ibid., h. 103. Al-Gbazali, Fayshal al-Tafriqah, (Beirut: Dar al-Kutub at-•Ilmiyyah, 1994), h. 84 24 Ahmad Ibnu Hambal, al-Musnad., ed. Ibnu Hajar at-• Asqalani, II, (Beirut: Dar al-Fikr, 23
1991). h 172 2~
!hid, n. h. ss2 Ibid, Il. h .. 142 27 AJ-Ohazali, Fayshal, h. 84
26
6
dengan keduanya Allah swt. membolak-balik kalbu manusia. 28 Adapun kata qibal al-yamin (sisi kanan) dalam hadis ketiga juga dipahami sebagai pendekatan bukan
dengan dz.at atau sifat-Nya, tetapi dengan salah satu dari accidents (al- 'awaridh)Nya.29 Ahmad lbnu Hambal hanya mentakwil tiga hadis, karena ia tidak melihat adanya hal-hal yang mustahil bagi Allah swt. selain pada hadis-hadis tersebut. Demikian itu karena ia tidak banyak memberikan porsi penalaran akal. Seandainya ia melihat dengan penalaran yang tajam, akan tampak kepadanya hal-hal lain yang mustahil bagi Allah swt. seperti kata yang menunjuk kata arah fawqa (di atas): (o •~I)~; i:r-
r-4J 4.J_,i\$; (Mereka
takut kepada Tuhannya di atas mereka),30
dan kata yang mengacu pada makna peralihan seperti kata nazala (turun) dalam hadis Nabi: (~}~~I olJ.J) t..,;..UI ~L......JI JI~ JS' iJ ~.J J.:M (Tuhan kita turun setiap malam ke langit dunia ),31 dan lain sebagainya yang tidak ia takwilkan. Sementara golonJ8D Bathiniah yang dipelopori 'Ubaidillah lbnu al-Husain al-Qirawany (w.322 H.) memahami al-Qur'an secara umum dan ayat-ayat-dan hadis-hadis tamsil secara khusus hanya memperhatikan pada makna batin yang nantinya mengakibatkan faham tidak perlunya beramal. Mereka mentakwil alQur'an dan hadis kepada makna yang tidak dikehendaki agama Islam dengan tanpa adanya aturan takwil yang menjadi pegangannya. 32 Sebagai misaL, mereka
28 29
30 31
Ibid., h. 84 Ibid., h. 83
QS. al-Nahl (16) : 50
At-Bukiwl, Abu A.bdilla.h Muhammad Ibnu Ismail, Shahih ai-iJukhari,II (Beirut: Dar alFikr, 1994) h. 66 32 . Al-Dzahaby, Muhammad Husain, al-Tqfsir wa al-Mrefassirun, II, (Mesir: Dar al-Kutub alHaditsah, tth. ), h. 240 -241. Lihat puJa AJ-Baghdady, a/-Farqu bayn a/-Firaq (Beirut : Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, tth.), h. 218
7
menafsirkan kata
rabb
(tuhan) dan al-bayt (rwnah) dalam firman AJJah :
(i .fa.}) 4.1 l.:U. y) 'J~
(Hendaknya mereka menyembah Tuhan Pemilik ka'bah ini). 33 dengan makna ruh untuk kata rabb dan makna badan untuk kata al-bayt. 34 Para filusuf muslim seperti Abu Nashr Muhammad lbnu Muhammad alFarabi (w.339H.) dan Abu
'Ali Husain lbnu Abdillah lbnu Sina (w.370 H.)
menafsirkan al-Qur'an dan hadis Nabi dengan penafsiran filsafat murni, suatu pemahaman bahwa hakikat al-Qur' an dan hadis Nabi sebagai simbol-simbol dan isyarat-isyarat yang tidak dapat dipahami oleh kebanyakan orang dan tidak dapat dimengerti
oleh orang-orang yang terbatas akalnya. Oleh karena itu Nabi
menjelaskannya dengan bahasa yang sesuai dengan daya tangkap mereka, yaitu dengan bahasa inderawi demi kemaslahatan mereka, meskipun tidak sesuai dengan apa yang sebenamya, dan itu menurut para filusuf tidak dianggap sebagai suatu kebohongan 35 Jelasnya adalah bahwa semua ayat-ayat al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi menurut para filusuf adalah tamsil yang harus ditakwil sesuai dengan filsafatnya, sehingga mereka menetapkan bahwa alam akhirat adalah bersifat aq/i dan rohani, tidak jasmaniah. Atas dasar itu mereka menolak konsep pemikiran yang menyatakan
adanya kebangkitan
jasmani, mengingkari kelezatan jasmani di sorga dan
penderitaan jasmani di neraka sebagaimana yang dideskripsikan al-Qur'an dan alSunnah.36
33 34
QS. Quraysy (106) : 3
Al-07.ahaby, al-Tajsir, h. 245 Ibid., h. 420-421 Lihat pula Al-Ghazali. Fayshal, h. 88 ~ Sulaiman .Dunya, Tohafut al-Falasifah Ji al-Imam al..(Jharali (Mesir : Oar al-Ma'arif,
3
'
1966), h. 287-293
8
Di antara takwil yang dilakukan al-Farabi adalah penafsiran kata al-Zhahir dan kata al-Bathin pada ayat : (i ~..iJ.-1) -::kWIJ ~11.JIJ .;>":tlJ JJ":tl y. (Dialah Yang Awai dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin). 37 Menurutnya ayat itu berpengertian bahwa Allah itu jelas, dan justru karena sangatjelasnya Ia menjadi tidak jelas. 38 Sementara contoh takwil yang dilakukan Ibnu Sina adalah penafsiran aljannah (sorga) sebagai alam akal, al-nar (neraka) sebagai alam imajinasi dan alam
konkret adalah alam kubur, sedangkan kata al-shirath diartikan sebagai jalan akal dalam membahas dari deduktif ke induktif 9 Bahkan dalam menafsirkan firman Allah:
LJIS' ~k- )I ~k- j iJ C ~I C ~ ~ o~ oJf j!.a uPJ ":}IJ ~::.>!_,_JI Jf ~\
t }J ~ ~j ~~ ~;:. ":t.J 9P":t
~
;\;fej
~)~ 0 ~ iY
-Aiy.
1.$)~ -.,.5'§'
(i o J_,jl) Jli
(Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan caha-Nya seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu ada di dalam kaca, dan kaca itu seakan-akan bintang yang becahaya seperti mutiara yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api). 40 Ibnu Sina mengatakan bahwa nur mempunyai makna ganda, denotatif dan konotatif Makna
denotatifnya
adalah
penerangan yang sempuma, sedangkan makna
konotatifnya adalah kebaikan dan faktor penyampai kepada kebaikan. Makna yang dimaksudkan di sini menurutnya adalah
kedua-duanya, yakni bahwa Allah swt.
adalah Dzat Yang Baik dan Penyebab dari semua kebaikan. Ungkapan al-samawati 37
QS. al-Hadid (57) : 3 Al-Dzahaby, al-Tafsir, h. 421 39 Ibid, h. 427 4-0 QS. al-Nur (24) : 35 38
9
wa al-ardhi merupakan ungkapan dari universalitas. Kata misykat (lentera)
merupakan ungkapan dari akal material (al- 'aql al-huyuly) dan jiwa yang berakal. Karena misykat itu dekat dengan dinding, maka daya pantulnya lebih kuat dan cahayanya lebih banyak Demikian juga halnya dengan akal, sebenamya menyerupai cahaya (nur). 41 Yang dilambangkan dengan misykat (lantera) adalah akal material yang kaitannya dengan akal mustafad (acquired intelect) adalah bagaikan kaitan misykat dengan cahaya. Sementara mishbah (lampu) sebenamya merupakan ungkapan dari akal mustafad itu sendiri. Hubungan akal mustafad dengan akal material adalah seperti hubungan mishhah dengan misykat. 42 Adapun kata ft zujajah· {kaca), ditafsirkan bahwa hubungan
antara akal
material dan akal mustafad pada sisi lain adalah seperti hubungan yang terjadi antara penerang dan mishbah. Hubungan ini tidak dapat dicapai kecuali melalui perantara sumbu. Dari sumbu itu muncul al-zujajah karena dia adalah penerang yang menerima cahaya. Kemudian ungkapan
•
c.f..;:> ~ fi' ~IS'
diartikan sebagai
sesuatu yang menjadikan sumbu-sumbu itu kac.a yang bersih dan terang. Adapun ungkapan ayat: 4-..i.fe.j ~-S)~.. ; ~ ~ .JJ~ diartikan sebagai daya berpikir yang merupakan aktivitas akal sebagaimana minyak sebagai bahan bakar sumbu. Pemahaman seperti paparan di atas merupakan gabungan antam pemikiran Plato dan Aristoteles. Ide tentang kebajikan dan universalitas merupakan pemikiran Plato dan ide tentang pembagian akal diambil dari pemikiran Aristoteles. 43 Adapun Mu'tazilah seperti al-Qadhi Abd al-Jabbar (w.415 H.) memahami ayat-ayat dan hadis tamsil itu dengan menggeser makna hakiki ke makna majasinya, 41
42 43
Al-Dzahab~ al-Tajsir, h. 428 Ibid, h. 428 Ibid., h. 420
10
karena ia menolak tasybih (penyerupaan) bagi Allah swt. dengan makhluk-Nya dalam bentuk apa pun. Sebab menurutnya Allah swt. itu mustahil mengambil tempat, bentuk materi, berpinda~ turun, berubah clan terpengaruh. 44 Abd al-Jabbar dan golongannya berlebih-lebihan dalam menyucikan Tuhan sehingga mengingkari sifat-sifat Tuhan (ta 'thil). Allah Maha Mengetahui dengan dzat-Nya, Maha Kuasa dengan dzat-Nya dan Hidup dengan dzat-Nya bukan dengan sifat ilmu, qudrat (kuasa) dan hayat (hidup). Sebab menurutnya banyaknya sifatsifat akan mengakibatkan faham banyaknya yang qadim atau yang kekal, dan ini bertentangan dengan konsep tawhid. 45 Berdasarkan tanzih dan taqdis yang berlebihan ini, ia dan golongannya menolak faham melihat Allah dengan mata kepala di akhirat 46 meskipun ada hadis yang diriwayatkan oleh perawi terpercaya (tsiqah) menyatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan dengan mata kepala di akhirat. Mereka juga menolak faham bahwa manusia dapat melihat Allah di dunia.47 Di tengah-tengah polemik pemahaman ayat-ayat dan hadis tamsil ini, muncullah pemahaman Al-Ghazali (450 - 505 H.) sebagai usaha meluruskan faham yang dianggapnya keliru, clan mengambil sikap jalan tengah (al-tawassuth) 48 di antara pandangan yang tampak ekstrem atas (al-ifrath), 49 mengedepankan akal atas naqal seperti Mu'tazilah dan para filusuf sehingga mentakwil semua ayat dan hadis 44
Al-Syahrastani, al-Mila/, h. 45 Lihat pula Adnan, Mutasyabih al-Qur 'an, h. 59-60 Al·Syahrastani, a/..Afilal, h. 45 Lihat pula Al-Ohazali, a/..Madhnun bih 'ala Ghayri Ahlihi, (Beirut: Dar al-Kutub al-·Ilmiyyah, 1994), h. 92 46 Al-Syahrastani, al-Mila/, h. 45 47 Al-Dzahaby, al-Tafeir, h. 295-296 48 Al-Ghazali, Qanun,al-Ta'wi/, (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1988) h. 124 Lihat pula Muhammad 'Imarah "al-Wasathiyyah Hajar al-Zawiyah fl Ru'yah al-Islamiyyah" dalam A/-Wa y alIslami. ed 373, Jariuari 1997, h. 26 4
'
49
Ibid. h. 27 Llhat pula AJ..Gbamli, Qanun,, h. 124
11
yang bertentangan dengan akal, dan ekstrem bawah (al-tafrith), 50 mengedepankan naqal atas akal seperti golongan Hanabilah sehingga tidak mentakwil ayat dan hadis meskipun bertentangan dengan akal. Sementara Al-Ghazali dengan sikapnya (tawassuth) mendudukkan akal dan naqal secara sejajar dan seimbang tidak saling
bertentangan. Ia memahami ayat-ayat dan hadis tamsil dengan c.ara menggeser makna hakiki ke makna majaznya (mentakwil) bila ada dalil kuat (qarinah) akan kemustahilan makna lahir bagi Allah swt. Akan tetapi konsep taqdis dan tanzih AlGhazali ini dalam memahami tamsil tidak sampai jatuh kepada faham ta 'thil (peniadaan sifat-sifat f Jlah swt. ). Karena sifat-sifat Allah swt. berikut mungkinnya melihat Allah (ru'yatullah) diakui dalam dalil naqal (al-Qur'an dan al-Sunnah). AlGhazali juga tidak mentakwil ayat-ayat dan hadis-hadis yang berkaitan dengan keadaan akhirat seperti kebangkitan jasmani, kelezatan jasmani di sorga dan penderitaan jasmani di neraka seperti yang dilakukan para filusuf, sebab hal itu menurutnya disebutkan dalam naqal sec.ara mutawatir pada satu pihak, dan pada pihak yang lain karena persoalan akhirat bukan termasuk wilayah akal karena tidak dapat dijangkau dan disentuh metode eksperimen dan observasi~ 1 Dengan sikapnya itu pula, Al-Ghazali juga tidak hanya mengambil makna yang tersurat (makna lahir) seperti golongan Hasywiyah dan Karamiyah, dan tidak pula mengambil makna yang tersirat
(makna batin) saja sebagaimana golongan Bathiniyah. Akan tetapi
mengambil kedua-duanya, makna yang tersirat (makna batin) dan makna yang tersurat (makna lahir).
0
'Imarah," al-Wasathiyyah" h. 26 ' Al·Ghazali, lhya' 'Ulum al~Din, L (Mesir : 'Isa al·Babi al·Halabi, 1956), h. 102 Lihat pula Al-Ghazali, Qanun al-Ta 'wil, h. 126 Lihat pula Al-Ghazali, Tahafut a/-Falasifah (Mesir :Dar al-Ma'arif, 1966), h. 287- 288 '
1
12
Sikap mengambil jalan tengah itu menurut Muhammad 'Imarah merupakan suatu konsep yang mencenninkan titik matematis di antara dua kutub. Jalan tengah merupakan sikap keseimbangan antara dua sisi yang ekstrem dan merupakan kebenaran di antara dua k.ebatilan. 52 Sebagaimana maklum bahwa keadilan dilambangkan dengan timbangan yang seimbang kedua sisinya. Ukuran keadilan tidak dapat ditegakkan kecuali dengan menghimpun keseimbangan dari pendakwa dan terdakwa. Bila rasionalitas lslami itu merupakan penggabungan naqal dan akal, maka rasionalitas Islami itu mempunyai hubungan dengan naqal dan akal. Membaca naqal dengan akal dan menilai akal dengan naqal. 53 Dengan demikian rasionalitas Islami merupakan sikap tengah yang seimbang, tidak lepas dari naqal dan juga tidak lepas dari akal. Lebih dari itu, sikap tengah merupakan karakteristik pemikiran dan pandangan Islami. Ajaran Yahudi berwatak materialistik, sedangkan ajaran Nasrani berwatak spiritualistik, kemudian Islam datang dengan sikap tengahnya mengambil aspek material dan aspek spiritual dan menyeimbangkan antara keduanya. Oleh karena itu Islam meningkatkan hubungan agama dengan dunia, dunia dan akhirat, rohani dan jasmani, ego dengan lainnya. 54 Jalan tengah dalam Islam merupakan paradigma dan merupakan sudut pandangnya baik dalaln menghadapi persoalan duniawi maupun keagamaan. Sikap jalan tengah merupakan keseimbangan, dan keseimbangan adalah hukum alam yang tanpanya tidak ada kehidupan. Seorang bila hilang keseimbangan
tubuhny~
ia merasa sakit. Alam, cuaca, dan udara bila rusak
keseimbangan-keseimbangan di dalamnya, maka akan terjadi kerusakan. Bila keseimbangan hubungan antara lapisan-lapisan dalam masyarakat itu rusak, maka akan timbul pertikaian dan kehancuran dan bila hubungan antar negara itu rusak 52 53
54
'lmarah, "al-Wasathiyyah" , h. 27 Ibid, h. 27 Ibid., h. 27
13
maka akan lahir pepenmgan. Dengan demikian konsep jalan tengah merupakan konsep pemikiran yang menclalam clan menyeluruh. 55 Konsep taqdis dengan cara mentakwil digunakan Al-Ghazali di saat memahami ayat-ayat clan hadis-hadis tamsil clalam kaitannya dengan ilmu kalam (akiclah).
56
Namun clalam kaitannya dengan ilmu tasawuf,57 ia menggunakan
konsep tasybih Tasybih sebagai konsep pemahamannya clalam kaitannya dengan ilmu tasawuf adalah bahwa ayat-ayat dan hadis tamsil itu dijadikan sebagai sarana memahamkan atau menjelaskan Allah swt. dan apa yang ada di hadirat-Nya dengan mengambil permisalan atau perumpamaan yang ada di hadapan manusia. Karena manusia bila tidak menemukan pennisalan dari dirinya, maka sulit baginya untuk mempercayai dan mengak.uinya~ Oleh karena itu, menurutnya Nabi Muhammad bersabda : ( ~L.-. ~I .,I; olJ.;) ~.; J
..r ~ J ..r ~
(Barang siapa mengenal
dirinya, maka akan mengenal Tuhannya). 59 Dengan demikian makna lahir dan makna batin dari ayat-ayat dan hadis tamsil tersebut sama-sama digunakan dan difungsikan dan tidak ada yang diabaikan sebagaimana yang telah dilakukan oleh selain Al-Ghazali.
Sebagai misal tentang finnan Allah :
<' Y~) c.>_,....I J-_,jl Js- ~)I
(Tuhan Yang Maha Pengasih bersemayam di atas arasy). 60 Ayat ini dipahami bahwa SS S6
Ibid., h. 28 llmu kalam, suatu ilmu yang menggunakan akal dalam menyelesai.kan persoalan-persoalan
teologi. Lihat Harun Nasutian, Teo/ogi Islam, (Jakarta: UI.Press, 1986) h. ISO Llhat pula Murtadha Muthahhari, al- '/rfan, '/Im al-Ka/am, a/-Hikmah al- 'Amaliyyah, (Beirut: Dar al-Mahajjah, 1993) h.
90 "Tasawuf adalah ajaran yang mengutamakan aspek ruhaniah dan rasa (drawq). Libat Abu alQasim, a/-Risalahal-Qusyayriyyah, ed. Abel al-Halim Mahmud, (Cairo: Mathba'ahHassan, 1972) h. 246 Lihat pula Harun Nasutian, Islam ditinjau dari berbagaii aspeknya, II (Jakarta : UI.Press, 1986) h. 71 Lihat pula Muthahhari, al-'lrfan, 'Jim al-Ka/am, h. 90 S8 Al-Ohazali, al.Madhnun bih, h. 92 9 s Hadis ini tidak: ada sumbernya (la ash/a lahu) Lihat Al-Ohazali, al-Ajwllxlh a/Ghazal~ takhrij badis Ah.aad Syam al-Din, (Beirut: Dar al-Kutub, 1994) h. 125 QS. Thaha (20) : 12
14
kekuasaan Allah swt. digambarkan dengan apa yang ada di hadapan manusia yang •
dalam hal ini adalah kerajaan. Begitu juga halnya mengenai sifat-sifat Allah swt. karena seandainya manusia tidak memiliki sifat-sifat seperti mendengar, mengetahui dan berbicara, ia tidak akan mengenal Allah swt. Namun demikian bukan berarti menyerupai Tuhan, karena penyerupaan menurutnya adalah menetapkan persamaan dalam sifat khusus-Nya. 61 Sebagai gambaran ia mengatakan bahwa hitam adalah sifat yang ada yaitu wa~ putih adalah sifat yang ada yaitu wa~ akan tetapi tidak berarti warna hitam dan putih itu sama. Konkretnya, permisalan dan perumpamaan (mitsal) dalmn arti menjelaskan Allah swt. dan apa yang ada di hadirat-Nya adalah
dibenarkan. Adapun persamaan (matsal) dalam arti menyamakan Allah swt. dengan makhluk adalah mustahil, sebab mitsa/ (perumpamaan) adalah bukan hakikat makna akan tetapi permisalan dari makna. Perbedaan pandangan dari berbagai tokoh dan golongan atau kelompok itu menarik untuk dikaji, baik dari aspek pemahaman dan metodologi maupun historisnya. Hanya saja karena alasan ideologis dan sosiologis, pemahamanpemahaman selain dari karya Al-Ghazali tidak begitu mendesak untuk dilakukan kajian. Yang strategis, penting dan mendesak untuk dikaji adalah pemahaman AlGhazali terhadap ayat-ayat dan hadis tamsil dalam Majmu'ah Rasai/, suatu kitab yang berisi himpunan jawaban-jawaban Al-Ghazali terhadap persoalan-persoalan tentang faham keagamaan di zamannya yang diajukan kepadanya. Karya Al-Ghazali ini berpengaruh besar di seluruh dunia Islam dan membentang beberapa abad hingga dewasa ini. Hal itu disebabkan oleh keindahan dan kejelasan argumentasi Al-Ghazali. Kejelasan itu menurut Yusuf al-Qardhawi 61
AJ-Ohazali, al-Madhnun bih, h. 93
I
15
tercennin dalam kemampuan berbahasa untuk menyederhanakan masalah yang sulit dengan menggunakan keterangan yang baik dan memberikan permisalan. 62 John L. Esposito menyatakan bahwa pengetahuan Al-Ghazali yang luas, pemikirannya yang sistematis dan jelas dan terutama ketulusan dan objektivitasnya membuat Al-Ghazali mempunyai khalayak yang sangat luas selama hidupnya. Tulisan-tulisannya dalam berbagai disiplin ilmu terus berpengaruh pada kaum muslimin. Pada masa sekarang, ia menjadi salah satu penulis yang mendapat perhatian kuat dari sarjana Barat maupun muslim. Karya tulisnya baik subtansi maupun metodenya bercirikan modem, dan karena itu sangat menarik para pembaca modem.63 Taj al-Subki dalam kitabnya mengatakan bahwa Al-Ghazali memiliki kedudukan yang agung dan banyak ilmunya, didengar kata-katanya, terkenal namanya, sering dijadikan teladan dan rujukan. 64 Salah seorang muridnya, Abu Bakar lbnu 'Arabi menceritakan bahwa ia pemah melihatnya di Bagdad menghadiri majlis ta'lim yang dihadiri 400 ulama yang belajar kepadanya. 65 Bahkan ia mendapat gelar sebagai Hujjat al-Islam (Pembela Islam) dan dianggap sebagai pembaru abad kelima hijriyah,66 Pengaruh Al-Ghazali tidak hanya terbatas pada dunia Islam saja, akan tetapi meluas ke dunia Barat. Palacois menjelaskan bahwa teolog Yahudi banyak merujuk kepada Al-Ghazali dalam berbagai pendapatnya. Palacois menyebutkan bahwa 62
Yusuf al-Qardhawi, al-Imam al-Ghazali bayna Madihihi wa Naqidihi (Al-Manshurah : Dar al-Wafa', 1988), h. 61 63 John L. Esposito,lhe Oxford Encyclopedia ofthe Modem Islamic World, (Oxford : Oxford Universitl Press, 1995), h. 107 6 Al-Subki, Taj al-Din Abu Nasr Abd al-Wahhab,Thahaqatal-Syafi'iyyahal-Kuhra (Mesir: 'Isa al-Babi al-Halabi, tth.), h.197 6 ~ Al-Qardhawi, a/- Imam a/-Gha:.a/i, h. 64 66 Al-Subki, Thabaqal, h.198
16
dalam buku-buku mereka (teolog-teolog Yahudi) terdapat banyak penukilanpenukilan dari karya Al-Ghazali seperti Jvfaqashid al-Falas{fah, al-Munqid::: min u/Dhalal, Ihya' 'U/um al-Din dan Mi:::an al- 'Amal. Penukilan itu berlangsung setelah
penerjemahan kitab-kitab tersebut di abad ke-tigabelas guna membantah pendapat para filusuf saat itu. Mereka mulai menyebarluaskan karya-karyanya di Eropa dan mendapat sambutan
cukup luas. 67 Bahkan seorang filusufberkebangsaan Jerman,
Descartes pemah menulis komentar pada naskah terjemahan kitab al-Munqid::: min al-Dhalal karya Al-Ghazali, khususnya yang berkaitan dengan masalah skeptisisme
dengan menyatakan:"Bagian ini (skeptisisme) telah ditransfer ke metodologi kita" r,x Di
samping melakukan pembatasan kitab yang dikaji, disertasi ini juga
membatasi bidang-bidang pandangan yang diteliti. Dalam bidang pemahaman yang berkaitan dengan ilmu kalam ada tiga pandangan yang dikaji : (a) ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil (antropomorfisme), (b) kalam Allah dan (c) konsep melihat Allah. Adapun dari pemahaman yang berkaitan dengan ilmu tasawuf, juga tiga pandangan yang akan diungkap sebagai kajian yaitu, (a) penciptaan Nabi Adam, (b) mengenai sifat-sifat Allah dan (c) Allah sebagai cahaya langit dan bumi.
B. Rumusan Masalah
Disertasi ini memfokuskan kajiannya pada sisi historis dari penafsiran AlGhazali dalam Maj mu 'ah Rasail tentang ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil. Sesuai dengan
itu, maka masalah-masalah pokok yang menjadi kajiannya dirumuskan
dalam tiga pertanyaan berikut 67
Abduh al-Syamaly, Dirasahfi Tarikhi al-Falscrfah al- 'Arahiyyah al-!s/amiyyah wa /?i;a!tf11 (Mesir: 'Isa al-Babi al-Halabi,tth.), h. 53 68 Muhammad Abd al-Hadi, Manha} al-Falascrfl cet II (Cairo: Maktabah al-Anjilo. 1967). h 76
17
1. Apa yang baru dari pemahaman
•
yang dikemukakan Al-Ghazali dalam
Majmu 'ah Rasai/ yang menjadi perkembangan signifikan dalam sejarah penafsiran al-Qur'an dan al-Sunnah dalam pemikiran Islam mengenai tamsil? 2. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi penafsiran Al-Ghazali dalam kitab
Majmu 'ah Rasai/ tersebut sehingga mengandung pemahaman baru ? 3. Bagaimana penyebaran gagasan pemahaman Al-Ghazali tersebut di kalangan
otoritas dan tokoh-tokoh sesudahnya dan persamaannya dengan ilmuwanilmuwan sebelumnya ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Disertasi ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemahaman baru yang menjadi perkembangan dalam pemahaman Al-Ghazali tentang ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil yang mengemukakan tentang pandangan ilmu kalam dan tasawuf. Di samping itu juga untuk mengembangkan basil penelitian yang bersifat umum dari Musthafa Jawwad mengenai semangat zaman yang melatarbelakangi pemahaman AlGhazali69 dan dari John L. Esposito mengenai persamaan pemahaman Al-Ghazali terhadap para tokoh dan ilmuwan sesudahnya dalam penelitian terhadap penafsiran Al-Ghazali mengenai ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil tersebut secara khusus. Lebih dari itu, melalui penelitian terhadap kitab Majmu 'ah Rasai/, sikap jalan tengah yang menjadi
cara pandang Al-Ghazali, toleransinya terhadap madzhab-madzhab,
keterbukaan dan keobjektivannya serta metode dan subtansi kitabnya yang bercirikan modem diharapkan akan diketahui.
69
Musbthafa Jawwad, "Ashr al-Imam Al-Ghazali" dalam Mahrajan al-Ghazali, (Cairo :Majlis al-A'la, 1962)
18
Melalui eksplorasi dan pengembangan itu tentunya bisa ditemukan beberapa penemuan
baru tentang dan dalam penafsiran Al-Ghazali. Penemuan baru
diharapkan tentunya bisa menjadi sumbangan ilmiah bagi pengembangan studi tafsir al-Qur' an dan hadis dan pemahaman baru diharapkan juga dapat berguna untuk menambah nuansa metodologis dalam kajian dan wawasan pemikiran Islam. Dengan demikian kajian mengenai pemahaman Al-Ghamli mengenai ayat-ayat dan hadishadis tamsil serta keterkaitannya dengan pemikiran kalam dan tasawuf akan memperkaya khazanah intelektual Islam.
D. Tinjauan Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis, cukup banyak sarjana atau orang yang telah melakukan penelitian dan kajian tentang Al-Ghazali. Namun dari sejumlah tulisan itu, penulis belum menemukan atau mendapatkan satu karya pun yang mengkaji dan membahas secara khusus, detail dan tajam tentang pemahaman AlGhazali terhadap ayat-ayat dan hadis tamsil yang berkaitan dengan pemikiran kalam dan tasawufiJ.ya Di antara yang menulis tentang pemahaman Al-Ghazali terhadap ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil itu adalah lbnu Taymiyyah (w.729 h./ 1329 M.) dengan kitabnya Bayan Muwafaqat Sharih al-Ma 'qui Ii Shahih al-Manqul. Kajian lbnu Taymiyyah tidak utuh dan menyeluruh dan hanya merupakan bagian kecil dari pembahasan kitabnya. Dalam kitabnya ini, ia menilai Al-Ghazali sebagai seorang mufassir yang mengedepankan akal atas naqal (al-Qur'an dan al·Sunnah). Hal ini. menurut lbnu Taymiyyah tampak dengan jelas ketika Al-Ghazali menafsirkan ayat-
19
ayat dan hadis·hadis tamsil yang makna lahimya bertentangan dengan akal dengan cara mentakwilnya sesuai dengan rasionalitasnya. 70 Senada dengan basil pembahasan Ibnu Taymiyah, Jalal Muhammad Abd alHamid
Musa dalam kitabnya yang berjudul Nasy 'at al-Asy 'ariyat wa
Tathawwuruha. Dalam kitabnya ini ia menyatakan bahwa Al·Ghazali dalam
penafsirannya terhadap ayat·ayat dan hadis-hadis tamsil selalu mengedepankan akal. Hal itu bila ia melihat admya makna lahir dari ayat dan hadis tamsil itu bertentangan dengan akal, meskipun Al-Ghazali dalam memahami pada selain ayat-ayat dan hadis tamsil selalu menggunakan dasar tekstual dan rasional secara seimbang. 71 Hasil penelitian kedua ilmuwan ini menunjukkan dengan jelas bahwa mereka berdua melihat penafsiran Al-Ghazali terhadap ayat-ayat dan hadis·hadis tamsil dalam kaitannya dengan konsep ilmu kalamnya yang notabene rasional dan sama sekali tidak melihat model pemahamannya terhadap ayat dan hadis tamsil dalam kaitannya dengan konsep ilmu tasawufnya. Berbeda · halnya dari basil penelitian
yang menitikberatkan pada
pemahaman Al-Ghazali yang berkaitan dengan konsep tasawufnya, seperti Carra de Voux dengan bukunya yang berjudul Al-Ghazali. Penelitian Voux ini difokuskan pada karya Al-Ghazali, lhya' 'Ulum al-Din. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
Al·Ghazali lebih mengarahkan perhatiannya pada
kalbu dari pada aka!,
mengedepankan dalil tekstual dari pada dalil akal. 72 Penemuan sebagai hasil penelitian Voux ini \vajar karena .melihat Al-Ghazali sebagai seorang sufl dalam 70
Ibnu Taymiyyah, Abu al-Qasim, al-Khadhr, Ibnu Muhammad, Boyan Muwafaqat Sharih al-Ma ·~11; Shahih al-Manqul, I, (Beirut : Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah. tth), h. 2-3 71 Jalal Muhammad, Abd al-Hamid Musa, NQ.f]' 'al al-Asy 'ariyyah wa Tathawwuruha, (Beirut : Dar al-Kitab al-Lubnany, 1975), h. 425 - 434 72
Carra de Voux, Al-Ghazali, diterjemahkn ke dalam bahasa Arab oleh •Adil Zu'aitir, (Cairo: Dar al-Ma'arit: 1950), h. 60
20
hubungannya dengan persoalan akhlak Islam dan sama sekali tidak melihat Al-
•
Ghaz.ali sebagai seorang ahli kalam . Pada dataran yang sama dengan basil kajian Vo~ Zakki Mubarak dengan kitabnya al-Ahk/aq Ind al-Ghazaly. la mengatakan dalam kitabnya bahwa penafsiran dan pemahaman Al-Ghaz.ali lebih mengedepankan dalil naqal dari pada dalil akal,
karena Al-Ghaz.ali menurutnya dalam menentukan baik dan buruk terhadap suatu sikap dan perilaku selalu didasarkan pada naqal bukan pada akal. 73 Hasil penelitian yang menyatakan bahwa Al-Ghaz.ali mengedepankan dalil naqal atas akal sebagaimana yang dikemukakan Voux dan Zakki Mubarak ini karena mereka berdua melihat karya Al-Ghaz.ali sebagai seorang suti dalam hubungan penafsirannya dengan etika Islam dan tidak melihat karya Al-Ohaz.ali yang berkaitan dengan konsep ilmu kalamnya yang notabene rasional. Semua
penelitian
terhadap
Al-Ghaz.ali sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas merupakan kajian tentang pemahaman Al-Ghaz.ali terhadap ayat-ayat dan hadis-hadis secara umum dan ayat dan hadis tamsil secara khusus. Namun karena penelitiannya tidak bersifat khusus dan tidak spesitik sehingga tidak utuh, mendalam dan tidak tajam. Oleh karena itu penelitian masalah pemahaman dan penafsiran Al-Ghaz.ali terhadap ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil perlu dilakukan
untuk mendapatkan gambaran pemahaman Al-Ohaz.ali terhadap ayat-ayat dan hadis tamsil tersebut dalam kaitannya dengan konsep ilmu kalam dan tasawufhya secara utuh, mendalam dan tajam.
73
Zakki Mubarak. al-Akhlaq Ind al-Ghazaly, (Cairo: Dar al-Sya'bi 1i al-Shabafah wa alThtl>a'ah wa al-Nasyr, 1970), b. 106
21
E. Metode Penelitian
...
Dalam studi agama, ada lima pendekatan yang diakui secara luas, di dunia akademik, yaitu sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi dan fenomenologi. Namun dalam praktiknya, studi agama di lembaga-lembaga pendidikan tinggi agama Islam di Indonesia, termasuk pasca sarjana Universitas Islam Negeri (UIN), penggunaan metode-metode itu belum menjadi satu keharusan. Akan tetapi, karena alasan-alasan tertentu yang tercermin dalam rumusan masalah dan berhubungan dengan tujuan penelitian sebagaimana yang disebutkan di atas, penulis memilih pendekatan yang pertama, yakni pendekatan sejarah. 74 Adapun pendekatan sejarah yang digunakan dalam disertasi ini adalah sejarah intelektual (ide). Pendekatan ini sesuai untuk mengkaji pandangan AlGhazali dalam Majmu 'ah Rasail karena pandangannya yang dikemukakan dalam penafsiran ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil telah mengekspresikan pengalaman keagamaan di wilayah pemikiran (thought). Wilayah ini, dalam pembagian yang dilakukan Wach, merupakan satu bagian dari ekspresi pengalaman keagamaan di sampmg
dua bagian yang lain, yakni perbuatan (action) dan persekutuan
(fellowship). Ekspresi pengalaman keagamaan dalam pemikiran, menurut uraian tokoh studi perbandingan agama berkebangsaan Jerman itu, sebagaimana yang telah dikutip oleh Hamim Ilyas dalam bukunya, Dan Ahli Kitab pun Masuk Sorga, di antaranya berbentuk doktrin. Doktrin menurutnya berfungsi untuk menjelaskan dan mengartikulasikan
..
iman,
sebagai
aturan
normatif untuk kehidupan dalam
peribadatan dan pelayanan, dan untuk membela dan mendefinisikan iman dalam
74
Hamim Ilyas, Dan Ahli Kitab pun Masuk Sorga: Pandangan Muslim Modemis Terhadap Keselamatan Non-Muslim, (Yogyakarta: Safiria lnsania Press, 2005), h. 19
22
hubungannya dengan pengetahuan. 75 Dilihat clari aspek ini, maka penafsiran AlGhazali terhadap ayat clan hadis-hadis tamsil dalam Majmu 'ah Rasail termasuk pemikiran di bidang doktrin. Untuk mencapai basil sesuai dengan klaim yang dikemukakan, penulis berusaha untuk menemukan karya yang telah menerapkan metode itu guna dijadikan cermin dan teman dialog. Dalam studi Islam dapat ditemukan karya-karya seperti itu, di antaranya karya Hamim Ilyas, dan penelitian Harun Nasution yang
dituangkan dalam bukunya
fl
'Jim al-Ka/am (Teologi Islam). Yang menjadi cermin
untuk berkaca dalam penulisan disertasi ini adalah buku karya Hamim Ilyas yang mengkaji tentang pemahaman Muhammad Abduh clan Rasyid Ridha terhadap Ahli Kitab clalam tafsir al-Manar. 16 Menyadari pentingnya sumber-sumber primer bagi penyajian riwayat hidup Al-Ghazali yang sangat dibutuhkan dalam causal explanation bagi penafsirannya, maka penulis menggunakan buku-buku, di antaranya a/-Munqidz min al-Dhalal karya Al-Ghazali, al-Imam al-Ghazaly wa Alaqat al-Yaqin bi al- 'Aq/i, karya Muhammad Ibrahim al- Fayumy, Thabaqat al-Syafi 'iyyah oleh Taj al-Subky. Aclapun sumber sekundemya diangkat dari al-Akhlaq ind al-Ghazaly, karya Zakky Mubarak. Qadhiyyah al-Tasawwuf, karya Abd al-Halim Mahmud clan Pengantar kitab lhya' 'Ulum al-Din oleh Badawy Thabanah. Untuk mendeskripsikan penafsiran Al-Ghazali terhaclap ayat-ayat clan hadishadis tamsil yang berkaitan dengan ilmu kalam, penulis menggunakan buku I/jam al- 'Awwam 'an 'Jim al-Ka/am, Fayshal al-Tafriqah, Qawa 'id 'Aqaidfi a/-Tawhid, ?S Ibid., h. 20 Lihat pula joachim Wach, The C()ltl{Jm'ative Study ofReligions, ed. Joseph M. Kitagawa (New York : Columbia University Press, 1969), h. 68 76 Batasan subyek kajian Hamim Ilyas ini dengan jelas dalam judul dan sub judul yang selengkapnya adalah Dan Ahli Kitab pun Masuk Sorga : Pandangan Muslim Modernis Terhadap Keselamatan Non-Muslim
23
Qanun al-Ta'wil, Jawahir a/-Qur'an, karya Al-Ghaz.ali sebagai sumber primer. ,.
Adapun sumber sekundemya diangkat dari buku al-Jbanah 'an Ushul al-Diyanah oleh Abu al-Hasan al- Asy'ari, al-Mila/ wa a/-Nihal oleh Abu al-Fath Muhammad Abd al-Karim, 'Ulum a/-Qur'an wa Manahij al-Tafsir, Mutasyabih a/-Qur'an: Dirasah Mawdhu 'iyyah karya Adnan Muhammad Zurzur, Min A 'lam al-Arab : Jbnu Taymiyyah oleh Muhammad Yusuf Musa, Kitab Jrsyad i/a Qawathi' al-Adil/ah fl Ushul a/-/'tiqad oleh Abu al-Ma'aly, Abdul Malik al-Juwainy, Fath al-Majid, karya
Abd. al-Rahman lbnu Hasan Ali Syeh, Tanzih al-Qur 'an 'an Matha 'in oleh Abd. alJabbar dan a/-Kasysyaf oleh Zamakhsyary, dan Tahafut a/-Fa/asifah oleh AlGhazali edisi Sulaiman Dunya. Untuk mengungkap penafsiran Al-Ghaz.ali terhadap ayat-ayat dan hadishadis tamsil yang berkaitan dengan ilmu tasawuf digunakan buku-buku Misykat a/Anwar, Si" al- 'a/amain wa al-Kasyf. Jhya' 'Ulum al-Din, Fadhaih a/-Bathiniyyah, Ma
fl
al-Daraini wa Durrah al-Fakhirah
fl
Kasyf 'Ulum al-Akhirah karya Al-
Ghazali sebagai sumber primer. Adapun sumber sekundemya diangkat dari buku alRamaziyyah al-Sufiyyah fl al-Qur 'an al-Karim oleh Sayyid Abu Tawwab, Abd al-
Hadi, Tafsir lbnu 'Araby, al-Futuhat al-Makkiyyah karya lbnu Arabi dan Talbisu lb/is oleh al-Juzi, Ta 'wilat al-Najmiyyah oleh Najm al-Din al-Dayyah, serta Tafsir a/-Qur 'an karya Sahl al-Tustary.
Semua sumber primer dan sekunder sebagimana telah disebutkan di atas dan selebihnya di daftar pustaka yang digunakan dalam disertasi ini adalah bentuk cetakan yang diterbitkan untuk umum. Sumber-sumber data itu ditulis dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia, dan telah diketahui dengan pasti penyusunnya, waktu,
tempat, dan bentuk buku atau kitabnya. Oleh karena itu pengujian terhadap otentisitas terhadap sumber-sumber itu tidak perlu dilakukan.
24
Untuk menghasilkan pemahaman yang objektif, semua data yang diperoleh •
dari sumber-sumber itu dikumpulkan
dan diklasiflkasikan sesuai dengan sifatnya
masing-masing. Kemudian diberi analisa sejarah dan diinterpretasikan. Dalam rangka analisa sejarah (interpretasi)
ini, selain dituntut untuk menguasai
pengetahuan mengenai personalitas penyusun Majmu 'ah Rasail, juga perlu merujuk pada kejadian dan iklim budaya yang di dalamnya penyusun itu hidup. 77 Analisa ini dilakukan dengan menguraikan dan mengelompokkan (sintesis) data itu sehingga diperoleh fakta dengan menggunakan bantuan teori. Selanjutnya pemahaman diarahkan secara holistik dan dikaitkan secara total dalam aspek intelektual, emosional dan moral yang ada pada pokok pembahasan yang akan dipahami, dengan memberikan analisisa terhadap semua unsur dan faktor penyebab yang melatarbelakangi gejala sejarah (causal explanation). 18 Untuk menjelaskan faktor penyebab dominan bagi penafsiran Al-Ghazali terhadap ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil dalam Majmu'ah Rasai/ digunakan interpretasi monistik berdasarkan teori Hegel. Teori itu menurut rumusan Gottchalk, sebagaimana yang telah dikutip Hamim Ilyas dalam bukunya Dan Ahli Kitab pun Masuk Sorga, menyatakan bahwa budaya baru bangkit sebagai ungkapan dari semangat z.aman baru dan menggantikan budaya lama yang tidak lagi representatif. 79 Teori ini dirasa tepat untuk digunakan dalam mengkaji penafsiran dan pemahaman Al-Ghazali dalam Majmu'ah Rasai/ karena peran pembaruannya dan hakikatnya
77
Jose( Bleicher, Contemporary Hermeneuticx: Henneneuticx as Methotk, Philosoph and Critique London: Routledge & Kegan Paul, 1980), h. 28 18 Hamim Ilyas, Dan Ahlf Kttab, h. 24 Lihat puJa Sartono Kartodidjo, Pendekatan llmu Sosial daJam Metodo/ogi Sejarah, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 3 Lihat pula Bleicher Contemporary, h. 32 19 Hamim llyas, Dan Ahli Kitab pun, h 24 - 25 Lihat pula Louis Gottcbalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugioho Notosusanto, (Jakarta: UI. Press, 1983), h.159
25
sebagai bagian dari dua unsur kebudayaan universal, sistem pengetahuan dan agama. 80 Sejarah intelektual di samping menjelaskan faktor penyebab, menurut Crane sebagaimana dikutip Hamim Ilyas, juga menjelaskan penyebaran ide dan gagasan dalam masyarakat.
81
Yang tentu saja ha! itu berkaitan kuat dengan pengaruh.
Pengaruh dalam konsep sejarah, diartikan sebagai efek yang tegar dan membentuk pikiran dan perilaku manusia, baik secara individual maupun secara kolektif. Dengan adanya batasan efek dan tegar, pengaruh dibedakan dari faktor-faktor yang mengenai satu kejadian tunggal, seperti dorongan atau bujukan, dan batasan membentuk pikiran dan perilaku, pengaruh dibedakan dari penerimaan secara fasif terhadap pemikiran yang berkembang. khususnya yang sedang menjadi mode dalam masyarakat. 82 Karena pengertian pengaruh itu agak abstrak dan tidak adanya pengukuran
yang
standar
dapat diterima secara umum,83 maka sejarah intelektual
menawarkan satu standar yang lebih mungkin untuk dilakukan, yaitu adanya pengakuan dalam bentuk kutipan dari karya tertentu atau referensi kepada karya itu yang tidak dimaksudkan sebagai retorika untuk merias ide yang dikemukakan. 84 80
Ada tujuh unsur kebudayaan yang oleh para ahli antropologi dianggap sebagai cultural unversal. Selain dari dua unsur di atas adalah peralatan, perlengkapan dan mata pencaharian hidup manusia, sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa dan kesenian. Lihat Hamim Ilyas, Dan Ahli Kitab, h.25. Lihat pula C. Kluchohn, "Categories ofCultur", dalam AL. Kroeber, ed. Anthropology Today, (Chicago University Press, 1953), h. 507-523. Dalam konteks ini, agama Islam yang menjadi unsur kebudayaan universal bukan Islam normatif atau orisinil, akan tetapi Islam historis dan kultural. Uraian tentang tiga kategori Islam ini dapat dilihat dalam Bemad Lewis, The Jews ofIslam, (London: Routledge & Kegan Paul, 1984), h. 4,6 81 Hamim Ilyas, Dan Ahli Kitab, h. 25 Lihat pula Crane Brinton," Sejarah Intelektual", dalam Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomiharjo (peny.) !/mu Sejarah dan Historiograft, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1985), h. 20 l 82 Hamim Ilyas, Dan Ahli Kitab pun, h. 26, Lihat pula Gottchalk, Mengerti Sejarah, h.170 83 Hamim, Dan Ahli Kitab, h.26 Lihat pula Gottchalk, Mengerti h. 171 84 Ibid., h. 176
26
Namun bila standar kedua ini pun sulit ditemukan, sementara di sana ada dugaan
.
kuat pengaruh itu ada, maka disertasi ini mempertimbangkan bentuk penyebaran ide yang ketiga yaitu inspirasi di samping pengaruh dan penerimaan ide. Bila ide yang ketiga ini sulit ditemukan maka disertasi ini mempertimbangkan bentuk penyebaran dalam bentuk persamaan Selanjutnya karena mempertimbangkan prinsip kesinambungan sejarah (historical continuity), analisisa eksplanasi yang perlu dilak.ukan dalam disertasi ini
tidak hanya menjelaskan faktor penyebab dan penyebaran ide penafsiran Al-Ghazali dalam Majmu 'ah Rasail saja, akan tetapi juga menjelaskan pemahaman baru yang menjadi perkembangannya dalam sejarah penafsiran al-Qur'an dan al-Sunnah dan pemikiran Islam tentang tamsil pada umumnya. Penjelasan ini dilakukan dengan memberikan kategori berdasar pada konsep polarisasi. Dalam penjelasan tentang perkembangan penafsirannya yang mengandung perbedaan dari penafsiran dan pemikiran sebelumnya, digunakan konsep polarisasi : sentral dan periferal. Mengenai hal yang berkaitan dengan tahapan metode sejarah yang terakhir, penyajian penelitian dalam tulisan,85 penulis menggunakan gabungan penulisan sejarah naratif dan sejarah analitis. Oleh karena itu dalam penyajian penelitian ini ada bagian tertentu yang menggunakan uraian deskriptif-naratif dan bagian yang lain berisikan uraian deskripif analitis. Pada uraian deskriptif-naratif disampaikan gambaran prosesual, uraian kejadian dan bagaimana perkembangan peristiwa mewujudkan prosesual tertentu,86 dan dalam uraian deskriptif-analits diangkat
85
Harnim Ilyas, Dan Ahli Kitab, b.28 Libat pula Kuntowijoyo, I/mu Sejarah, (Yogyakarta : Bentans,pudaya, 1997), h. 89 Sartono, Pendelralan //mu Sosial, (Jakarta : Gramedia Pust.aka Utama, 1993), h. S2 Lihat pula Hamim Dyas, Dan Ahli Kitah, h. 28
27
penjelasan tentang hal-hal yang menjadi fokus perhatian sejarah intelektual "
sebagaimana disebutkan di atas.
F. Kontribusi dalam Pengembangan Ilmu
Sesua.i dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, penulis lewat disertasi ini dihampkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu-ilmu keislaman sebagai basil eksplorasi dan pengembangan penelitian sebelumnya. Sumbangan basil eksplorasi itu berupa penemuan bahwa penafsiran AlGhazali
dalam Majmu'ah Rasail tentang ayat-ayat dan hadis--hadis tamsil
mengandung pemahaman baru yang secara kategoris sebagiannya memiliki perbedaan sentral dan yang lain mempunyai perbedaan periferal dari penafsiran dan pemikiran sebelumnya, dan penemuan bahwa dari segi tradisi interpretasi sosio religius, penafsiran Al-Ghazali telah mengembangkan teologi agama-agama rasional dengan paradigma inklusif kritis. Selanjutnya kontribusi yang merupakan hasil pengembangan penelitian sebelumnya adalah berupa penemuan dalam penelusuran mengenai faktor penyebab yang melatarbelakangi penafsiran Al-Ghazali dalam
Majmu 'ah Rasail dan penyebaran idenya tersebut. Berkaitan dengan yang pertama (causal explanation) ditemukan semangat pendamaian antar pandangan, dan
prinsip penafsiran dan metode penafsiran. Sementara keterkaitannya dengan yang kedua ditemukan otoritas, tokoh-tokoh dan golongan yang menjadi medan penyebaran ide Al-Ghazali tersebut.
28
G. Sistematika Penulisan •
Penulisan laporan penelitian dalam bentuk disertasi ini disusun dalam beberapa bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab sesuai dengan kebutuhan kajian yang akan dilakukan. Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan, tinjauan pustaka, metode penelitian, kontribusi dalam pengembangan ilmu dan kini sistematika penulisan. Bab kedua disampaikan uraian deskriptif-naratifmengenai riwayat hidup AlGhazali dan penyusunan Majmu 'ah Rasail. Uraian ini mempunyai arti penting sebagai pijakan bagi uraian dalam dua bab berikutnya. Dalam bab ini akan diangkat kehidupan awal Al-Ghazali, pengembaraan intelektualnya, keadaan sosial politik masa Al-Ghazali dan karya-karya utama Al-Ghazali serta Majmu 'ah Rasailnya. Bab ketiga diungkapkan uraian tentang pandangan Al-Ghazali tentang alQur'an dan al-Sunnah. Dalam bab ini dikaji perlunya penafsiran al-Qur'an dan alSunnah dan tentang bahasa al-Qur'an dan al-Sunnah Bab
keempat
dikemukakan
kerangka
metodologi Al-Ghazali dalam
menafsirkan ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil. Dalam bab ini diangkat uraian tentang kritik Al-Ghazali terhadap penafsiran sebelumnya dan landasan penafsirannya serta penafsiran ganda Al-Ghazali berikut langkah-langkah penafsirannya. Bab kelima disajikan uraian mengenai pemahaman Al-Ghazali sebagai hasil aplikasi· metodologi penafsirannya terhadap ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil dalam Majmu 'ah Rasail. Bab ini mengemukakan penafsiran Al-Ghazali melalui takwil dalam kaitannya dengan ilmu kalam yang meliputi ayat-ayat dan hadis tamsil (antropomorfisme), kalam Allah dan melihat Allah (ru 'yatullah). Diangkat pula pemahaman Al-Ghazali lewat tasybih dalam kaitannya dengan ilmu tasawufyang
29
meliputi penciptaan Nabi Adam, sifat-sifat Allah dan Allah swt. sebagai cahaya langit dan bumi. Bab keenam disajikan uraian tentang pembahasan penafsiran Al-Ghazali dalam Majmu 'ah Rasail. Bab ini meliputi kajian tentang pemahaman baru yang menjadi perkembangan dalam Majmu 'ah Rasail dan semangat zaman yang melatarbelakangi penafsiran Al-Ghazali berikut persamaan ide penafsiran AlGhazali
baik di kalangan otoritas dan tokoh-tokoh yang muncul sebelum, dan
sesudah Al-Ghazali dalam bidang penafsiran yang berkaitan dengan ilmu kalam maupun tasawuf. Terakhir kesimpulan yang menjadi bagian penutup dari disertasi. Sebagai penutup, kesimpulan itu mengemukakan generalisasi terhadap apa yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya dan signifikansi sosial dari penelitian ini.
BABVII PE NUT UP
A. Kesimpulan
Al-Ghazali adalah seorang ulama yang mendudukkan naqal (al-Qur'an dan al-Sunnah) dan aka! secara sejajar sebagai sarana untuk memahami ayat-ayat dan hadis tamsil secara benar. Ia telah memberikan penjelasan yang memadai tentang makna
dan maksud dari ayat-dan hadis tamsil tersebut. Penjelasannya itu
mengandung pemahaman baru yang menjadi perkembangan signifikan dalam sejarah penafsiran dan pemikiran Islam, utamanya dalam kaitannya dengan ilmu kalam dan tasawuf Pemahaman baru dalam penafsiran Al-Ghazali terhadap ayat dan hadis tamsil memiliki perbedaan sentral dan periferal dari pemahaman dan penafsiran ulama sebelumnya. Perbedaan sentral itu berupa pemahaman baru yang ide pokoknya berbeda dari pemahaman ulama yang ada dalam kitab-kitab sebelumnya. Perbedaan sentral ini meliputi lima bidang, yaitu~ metode penafsiran, konsep taqdis, konsep melihat Allah, penciptaan Adam dan Allah sebagai cahaya langit dan bumi. Pada bidang yang pertama, Al-Ghazali menggunakan penafsiran ganda; (a) takwil - dalam kaitannya dengan ilmu kalam - sebagai sarana taqdis dan tan:::ihnya, menyucikan Allah dari segala penyerupaan dengan makhluk. (b) tasybih - dalam kaitannya dengan ilmu tasawuf - sebagai sarana menjelaskan Allah dan sifat-sifat dan perbuatannya dengan bentuk permisalan. Atau dalam ungkapan pendek dapat dikatakan, mentakwil sekaligus mentasybih, atau sebaliknya mentasybih sekaligus mentakwil. Kedua makna itu tidak bertentangan akan tetapi justru makna batin
212
melengkapi clan menyempumakan makna lahir, ibarat kulit clan isi, atau seperti melihat dari kejauhan clan melihat clari jarak dekat. Cara pemahaman ini berbeda clari
model
pemahaman ulama
sebelumnya.
Golongan
Mu'tazilah hanya
menggunakan pemahaman melalui takwil (makna tersirat) dengan mengedepankan akal atas naqal, seclangkan Asy'ariyah mentakwil dengan mengedepankan naqal, sedangkan para filusuf menggunakan makna yang tersirat semata clan makna yang tersurat sebagai simbol inderawi yang menurutnya sebagai konsumsi orang awam. Golongan Hasywiyah hanya memahami makna lahir (tersurat) clan mengabaikan atau ticlak memfungsikan makna tersirat. Aclapun golongan Bathiniyah hanya memahami makna yang tersirat, sehingga di antara Al-Ghazali clan ulama lainnya terclapat perbedaan subtansial, yaitu, pada panclangan selain Al-Ghazali ada pengenyampingan atau pengabaian salah satu dari makna yang tersurat atau makna yang tersirat pacla satu sisi. Pada sisi yang lain kedudukan akal clan naqal ticlak seimbang clan ticlak pula sejajar. Dalam biclang kedua tentang konsep taqdis, konsep taqdis Al-Ghazali ticlak menafikan sifat Allah, dengan alasan sifat itu sebagai perumpamaan dan sarana menjelaskan ihwal dzat Allah kepada manusia, clan pacla sisi yang lain, dimaksudkan agar manusia clapat meneladani sifat-sifat-Nya sesuai dengan kemampuannya. Namun begitu, meskipun Allah bersifat, ticlak clapat disebut sebagai menyamai makhluk, karena yang disebut menyamai Allah aclalah bila menyamai sifat khusus Allah yaitu kemandirian (al-qayyum) clalam arti Allah ada bukan karena selain-Nya, seclangkan yang lain-Nya ada karena Allah. Aclapun taqdis Mu'tazilah menafikan sifat Allah. Panclangan Al-Ghazali ini juga berbecla dari taqdis Asy'ariyah, perbedaannya pada persoalan argumentasi,
argumentasi Asy'ariyah adalah
mengedepankan naqal clan menomorduakan argumentasi rasional.
213
Pada bidang yang ketiga tentang melihat Allah, Al-Ghaz.ali berpendapat bahwa Allah dapat dilihat di dunia dengan mata kalbu dan dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala, sedangkan objek yang dilihat adalah bukan hakikat Allah, akan tetapi misal-Nya (perumpamaan yang menjelaskan-Nya). Pandangan ini berbeda
dari Mu'tazilah yang meyakini bahwa Allah tidak dapat dilihat baik di dunia maupun di akhirat, karena Tuhan bukan materi. Berbedajuga dari Asy'ariyah dan Maturidiah yang meyakini bahwa Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala hanya di akhirat, meskipun begitu mereka tidak menjelaskan objek yang dapat dilihat apakah dzat Tuhan atau perumpamaan-Nya. Pada bidang keempat mengenai penciptaan Adam menurut bentuk rupa Tuhan, dan ayat serta hadis tamsil lainnya, Al-Ghazali memahami pertama sebagai bentuk permisalan-permisalan. (a) sebagai bentuk permisalan yang menjelaskan Allah dan apa yang ada di hadirat-Nya dengan apa yang ada pada diri manusia dan yang ada di hadapannya. (b) bahwa Allah merencanakan dan menciptakan Adam berikut alam semesta itu bagaikan seorang insinyur yang merencanakan dan merealisasikan berdirinya suatu bangunan. Demikian itu dimaksudkan agar manusia dapat meningkatkan pengetahuan dirinya untuk mengenal Tuhannya. (c) Allah mengatur dan mengelola alam dengan segala isinya
seperti manusia mengatur
dirinya. Kedua mengisyaratkan adanya kesesuaian dan persamaan batiniah antara Allah dan manusia, sehingga manusia layak menjadi khalifah-Nya di bumi. Ketiga adanya kesesuaian dan persamaan batiniah antara Allah dan manusia mengantarkan rasa cinta kepada Allah (mahabbah), karena makhluk berwatak mencintai sesuatu yang memiliki persamaan dan kesesuaian dengannya.
214
Selanjutnya dalam bidang yang kelima tentang Allah sebagai cahaya langit dan bumi, Al-Ghazali memahami bahwa alam dan isinya, utamanya manusia tidak dapat dipisahkan dengan Allah swt. bagaikan sesuatu benda tidak dapat dipisahkan dengan cahaya. Tanpa cahaya, suatu tidak akan tampak pada penglihatan mata dan akal yang berarti tidak ada. Pada sisi lain cahaya merupakan misal atau perumpamaan dari Allah yang dapat dilihat manusia di dunia maupun di akhirat. Pandangan ini berbeda dari pandangan Ibnu Sina yang berpendapat bahwa makna ganda dari kata nur; denotatif dan konotatif, difungsikan secara bersamaan. Yaitu bahwa Allah adalah dzat yang baik dan penyebab dari semua kebaikan. Adapun
pemahaman
yang mengandung
perbedaan periferal dalam
penafsiran Al-Ghazali adalah pemahaman dengan penyampaian ide pokok yang sama dengan pandangan ulama sebelumnya. Perbedaannya hanya terletak pada rincian penjelasan yang tidak penting. Perbedaan periferal ini terdapat pada persoalan kalam Allah, mereka sepakat bahwa kalam Allah yang berupa al-Qur' an yang dibaca dan terdiri dari huruf, kata, dan kalimat itu adalah baru. Pemahaman Al-Ghazali yang mengandung perbedaan sentral ini, utamanya penafsiran gandanya, memiliki signifikansi intelektual yang cukup berarti dalam hubungannya dengan aliran-aliran keagamaan dalam Islam (madzhab), karena semua unsur metodologi mereka secara tidak langsung telah digunakan dan difungsikan oleh Al-Ghazali sesuai dengan proporsinya setelah diurai dan ditata ulang. Faktor-faktor yang melatarbelakangi penafsiran Al-Ghazali terhadap ayat dan hadis tamsil dan memiliki pernahaman baru sehingga menjadi perkembangan •
signifikan dalam dunia pemikiran adalah semangat zaman yang mengelilinginya. Semangat zaman yang melatarbelakangi Al-Ghazali adalah fenomena keberagaman
215
aliran pemikiran keagamaan (madzhab) yang diakibatkan perbedaan metodologi pemahaman yang masing-masing meyakini bahwa pandangan alirannya merupakan sarana yang paling utama untuk mencari kebenaran. Atau dengan ungkapan lain karena adanya perkembangan pemikiran pada satu pihak, dan karena perkembangan pemahaman ilmu kebahasaan ('Jim al-Balaghah) pada pihak yang lain. Persamaan penafsiran Al-Ghazali terhadap ayat dan hadis tamsil dalam hubungannya dengan totoh-tokoh sesudahnya, diketahui bahwa model penafsiran Al-Ghazali ada pada model penafsiran Muhy al-Din lbnu Arabi dalam mentaqdis sekaligus mentasybih ayat dan hadis tamsil karena menurutnya hakikat itu berada di antara keduanya. Di samping lbnu Arabi adalah Najm al-Din al-Dayah dan Sayyid Qutub.
Persamaan Al-Ghaz.ali pada Najm al-Din al-Dayah itu ada dalam
menggabungkan makna lahir dan makna batin di samping persamaan konsep perbandingan antara alam nyata (a/am al-syahadah) dan alam gaib (a/am al-amri). Adapun
persamaan
penafsiran
Al-Ghazali
dengan
Sayyid
Qutub
dalam
pemahamannya terhadap ayat dan hadis tamsil adalah ada dalam pandangannya bahwa makna yang tersirat sebagai makna taqdis, menyucikan Tuhan dari sifat makhluk
sementara makna
lahir sebagai
sarana
untuk menjelaskan dan
memperindah bahasa penyampaian atau tepatnya sebagai penyampaian gagasan atau ide pemikiran dalam bentuk gambar. Adapun persamaan konsep penafsiran Al-Ghazali terhadap ayat dan hadis tamsil dengan tokoh-tokoh sebelumnya, diketahui bahwa konsep penafsiran AlGhazali mempunyai persamaan dengan Al-Muhasibi tentang skeptisisme, dengan Al-Asy'ari tentang kalam Allah, dengan konsep Plato, filusuf Yunani mengenai ajaran tentang idea. Di samping Al-Muhasibi, Al-Asy'ari dan Plato, Al-Ghazali juga mempunyai persamaan dengan Aristoteles mengenai logika Syllogisme.
216
B. Saran Dari uraian di atas diketahui bahwa perbedaan pemahaman terhadap ayat ayat dan hadis tamsil disebabkan karena persoalan-persoalan pemikiran pada satu pihak dan persoalan-persoalan kebahasaan pada pihak yang lain yang notabene kedua hal tersebut (pemikiran dan kebahasaan) senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Zaman sahabat dan tabi'in berbeda dari zaman AlRamani dan Al-Asy'ari, zaman keduanya berbeda dari zaman Al-Baqilani dan AlAbd Al-Jabbar, dan zaman keduanya berbeda dari zaman Abd al-Qahir al-
Qadhi
Jurjani dan Al-Ghazali, dan zaman keduanya berbeda dari zaman Sayyid Qutub. Dengan
demikian, wajar pemahaman Al-Ghazali berbeda dan mengandung
pemahaman baru bila dibandingkan dengan pemahaman-pemahaman sebelumnya karena perbedaan zaman, perbedaan pemikiran dan teori kebahasaan. Pada sisi lain dapat diketahui pula bahwa pemahaman terhadap al-Qur'an
dan al-Sunnah secara umum dan ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil secara khusus pada penggal sejarah tertentu akan berbeda hasilnya dari pemahaman terhadapnya pada penggal sejarah yang lain, karena tuntutan manusia dan masyarakat pada periode sejarah tertentu pasti berbeda dari bentuk tuntutan mereka pada penggal sejarah yang lain. Lebih dari itu telah disepakati bahwa Islam merupakan agama yang layak pada setiap ruang dan waktu, maka dengan demikian perubahan pemahaman terhadap al-Qur'an dan al-Sunnah dalam berbagai zaman yang nantinya melahirkan perbedaan peradaban-peradaban Islam dapat dipahami keabsahannya. Sejarah telah membuktikan bahwa pengetahuan keislaman sebagai hasil dari pemahaman terhadap al-Qur'an dan al-Sunnah itu tumbuh dan bekembang karena anasir-anasir eksternal utamanya keilmuan yang telah diterjemahkan dari Yunani
217
pada awal dinasti Abasiah pertama dan memuncak pada abad kelima dan awal abad keenam hijriah yakni di masa Al-Ghazali hidup. Oleh karena itu untuk kepentingan pemahaman terhadap al-Qur'an dan alSunnah pada umumnya dan ayat-ayat dan hadis-hadis tamsil secara khusus serta untuk pengembangan ilmu pengetahuan keislaman berikut untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
kemanusiaan yang terus bermunculan disarankan untuk
memahami al-Qur'an dan al-Sunnah dengan menggunakan metode baru dan modem. Sebab menggali dengan konsep-konsep dan metode-metode kuno hanya akan menghasilkan pemahaman yang kuno pula. Di samping itu, disarankan juga menggunakan puncak capaian pemikiran dan teori-teori kebahasaan termaju dan terkini sehingga pemahaman terhadap al-Qur'an dan al-Sunnah senantiasa baru dan segar sejalan dengan tuntutan zaman. Dengan demikian al-Qur'an dan al-Sunnah sebagai rahmatan (santunan) bagi alam semesta tidak terabaikan di sepanjang zaman. Adalah tidak rasional, manusia yang hidup di masa kini dipaksa harus berpikir dan berbahasa seperti pemikiran dan bahasa manusia yang hidup pada masa di beberapa abad yang silam. Memang Islam normatif (al-Qur'an dan al-Sunnah) itu seperti alam raya, tidak berubah dan itu-itu juga. Akan tetapi pemahaman kepada keduanya (al-Qur'an dan al-Sunnah serta alam) harus senantiasa berubah dan berkembang sejalan dengan perkembangan zaman.
218
DAFfAR PUSTAKA
Abd. al-Jabbar. Mutasyabih a/-Qur'an. Cairo: Dar al-Turats, 1969
./
- - . al-Mughnifl Abwab a/-Tawhid wa al- 'Adi. Mesir : Dar al-Mishriyy~ 1965 --------. Syarh al-Ushul al-Khamsah. Cairo: Maktabah Wahbah, 1965 Abd al-Salam, Ahmad Syeh. ''Nahwa
~nm
al-Lughah al-Khash bi al-'illum al-
syar'iyyah" dalam Journal Jami 'atu Umm al-Qura Ii 'Ulum a/-Syari 'ah wa
al-Lughah al-Arabiyyah wa Adabiha. jld 12, ed. 21, Desember, Makkah: Maktabah al-Jami' ah Umm al-Qura, 2000 Abduh, Syeh Muhammad. Risa/ah a/-Tawhid. Mesir: Dar al-Manar,1973 Adnan, Muhammad Zarzur. 'Ulum al-Qur 'an wa Manahij al-Tafsir, Mutasyabih al-
v
Qur 'an: Dirasah Mawdhu 'iyyak Damasqus : Maktabah Dar al-Fa~ 1969. Abu Dawud, Sulaiman Ibnu Ast'ats Sajasuuri. Sunan Ibnu Dawud, Beirut: Dar alFikr, 1994 Abu Husein, Muslim Ibnu al-Hajjaj Ibnu Muslim. Shahih Muslim. Beirut : Dar alFikr, 1981 Abu Ubaidab, Mu'ammar lbnu Mutsanna. Majaz al-Qur'an. Mesir: Maktabah al- . / Khaniji, 1997 Abu
Z~ Mubamm~d.
Tarikh al-Madzahib al-Is/amiyyah. cairo: Lajnah al-
Ta'lif wa al-Tarjamah, 1959
Abu Zaid, Nasr Hamid. Falsafat al-Ta 'wi/, Dirasahfi Ta 'wi/ al-Qur'an 'ind Muhyi al-Din Ibnu 'Arabi. Beirut: al-Markaz al-Tsaqafy al-Araby,1996 Amin, Ahmad. Dhuha al-Islam. Cairo : Maktabah al-Natrdhah al-Mismiyyah, 1964
--·-. Fajr al-Islam. Cairo : Maktabah al-Nahdhah al-Mishri~ 1975 -------. Zhuhr al-Islam. Cairo : Maktabab al-Nabdbah al-Misbriyy~ 1965
v
219
Al-Ahwani, Ahmad
Fuad. "al-Hassah al-Diniyyah 'ind al-Ghazali", dalam
Mahrajan al-Ghazali bi Dimisyqa, Abu Hamid al-Ghaza/i fl al-Dzkra alMi 'awiyyat al-Tasi'ah Ii Miladihi. al-Majlis al-'A'la Ii Ri'ayat al-Funun wa
al-Adah wa al-'Ulumal-Ijtima'iyyah. Cairo, 1962 Al-Amidi, Saif al-Din. Ghayah al-Maram fl 'Jim al-Ka/am. Cairo : Lajnah Ihya' alTurats al-Islamy, 1971 Abd al-Hadi,Mubammad. al-Manhaj al-Falsafy. Cairo: Maktabab Al-Anjilo, 1967 --------.Tarikh al-Falsafahfl al-Islam. Cairo: Dar al-Ma'arif, 1967
Assegaf, Ali Ahmad. al-Amtsalfl al-Qur 'an wa al-Hadits. Jakarta : Inayab, 1992 Al-Asy'ary, Abu al-Hasan Ibnu Ismail. Maka/at a/-lslamiyyin wa lkhti/af alMushal/in. Cairo : Maktabah al- Nahdbah al-Mishriyyab, 1969 -----. a/-Ibanah 'an Ushul a/-Diyanah. al-Azhar : Idarah al-Thiba'ah al-
Muniriyyab, tth. -------. Kitab al-Luma' Mathba'ahMis~
fl
al-Radd 'ala Ahli al-Ziyagh wa a/-Bida'. Mesir :
1955
- - - . Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhti/afal-Mushal/in. II. ed Hilmut Ritter, 2 vols,
Constantinople : Mathba'ah al-Dawlah, 1930, Al-Aqqad, Abbas Mahmud. a/-Lughah al-Syi 'riyyah, Mazaya al-Fan wa al-Ta 'bir fl al-Lughah al- 'Arabiyyah. Caito : Maktabah Al-Istiqlal al-Kubra, tth.
Badawi, Abd al-Rahman. Muallafat al-Ghazaly. Cairo: Maktabah 'Isa al-Babi alHalabi, tth. Badawi, Ahmad. Abd a/-Qahir a/-Jurjani wa Juhuduhu 'Arabiyyah. Cairo : Maktabah Mis~ 1962
fl
al-Balaghah al-
V'
220
Al-Bagdady, Abd al-Qabir lbnu Thobir. al-Farqu bayn al-Firaq. Beirut : alMak.tabab al- 'Ashriyyab, 1993. Al-Baghdady, Abu Manshur Abd al-Qabir lbnu Thahir al-Tamimi. Kitab Ushul a/Din.- Beirut: Maktabah al-Kutub al-'Ilmiyyab, 1980
Banna, Hasan. Muqaddimah fl al~Tafsir. Kuwait : Dar al-Qur'an al-Karim, 1971 Baird Walter, Forrest E. Philosophic Classic From Plato to Neitzshe. New Jersey: Printice Hall, 1997 Al-Bazdawi, Kitab Ushul al-Din. Cairo: 'Isa al-Babi al-Halabi, 1963 Beerling, Kwee,
Mooij Van Peutsen. Filsafat I/mu. alih babasa Soejono
Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1970 Bleicher, Josef.
Contemporary,
Hermeneutics:
Hermeneutics
as Methode,
Philosophy and Critique. London: Routledge & Kegan Paul, 1980
Brinton, Crane.
-~Sejarah
Intelektual" dalam Taufik Abditlab dan Abdurrahman
Saryomiharjo (peny.) //mu Sejarah dan Historiografi. Jakarta : PT . Gramedia Pustaka Utama, 1985
Brouwer M.A. W. Puspa Heryadi. Sejarah Filsafat Baral Modem dan Sezaman. Bandung : Penerbit Alumni, 1986 Al-Bukhari, Abi Abdillab, Muhammad lbnu Ismail, lbnu Ibrahim, Ibnu alMughirah.- Shahih al-Bukhari. Beirut : Dar al-Fikr, 1994 Bums, Edward McNall. Western Civilizations. New York : W.W. Norton & Company, 1955 Al-Buthy, Muhammad Said Ramadhan. Dhawabith al-Mashlahah fl a/-Syariah alIslamiyyah. Beirut : Muassasah al-Risalab, 1977
Corbin, Henry. History of Islamic Philosophy. London : Kegan Paul International, 1993
221
Desffer, Ahmad Von. Ulum al-Qur'an : An Introduction to the Sciences of the
Qur 'an. London : Islamic Foundation, tth. Dhayyit: Syawqi. al-Balaghah. Tathawwur wa Tari/ch. Cairo: Dar al-Ma'arif, 1965 Dunya, Sulaiman. Tahafut al-Falasifah Ii al-Imam Al-Ghazali. Mesir : Dar alMa' arll, 1966
Al-Dzahaby, Muhammad Husain. al-Tafsir wa al-Mufassirun. Cairo : Dar al-Kutub al-Haditsab.J916 Esposito, John L. The Oxford Encyclopedia of Modem Islamic World Oxford: Oxford University Press, 1995 Al-Fayumi, Muhammad Ibrahim. al-Imam al-Ghazaly wa 'Alaqatuhu bi al- 'Aqli. Mesir : Maktabah al-Anjilo, 1976 Al-Fakkar, Rusydi. Lamhat 'an Manhajiyyah al-Hiwar wa al-Tahaddy al-I'jazy Ii
al-Islam fl Hadza al- 'Ashr. Mesir : Maktabah Wahbah, 1982 Fakhri, Majid. A. History ofIslamic Philosophy. New York: Columbia University Press, 1983 Fawqiyyah, Husain Mahmud. al-Juwayni Imam al-Haramayn. Mesir : al-Muassasah al~Misbriyyah al-' Ammah,
1964
Gottchalk, Louis. Mengerti Sejarah. alih bahasa Nugroho Notosusanto. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1983 Goldziher, Ignaz. Introduction to Islamic Theology and Law. Princeton : Princeton Uneversity Press, 1981 Gharbal, Muhammad Syafiq. al-Mawsu 'ah al- 'Arabiyyah al-Muyassarah. Mesir : Dar al-Qawmiyyah, 1958
222
Al-Ghaz.aly, Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad lbnu Muhammad. al-Ajwibah Al-Ghazaliyyah fl al-Masai/ al-Ukhrawiyyah. Beirut : Dar al-
Filcr, 1996 ----------. al-Arba'ina,fl Ushul al-Din. Cairo: Maktabah al-Jundi
, 1970
--.Qanun al-Ta 'wil. Beirut : Dar al-Ktrtub al-' Ilmiyyah, 1988 ----------. Fadhaih al-Bathiniyyah wa Fadhaih al-Mustazhhiriyyah. Cairo : Dar al-
Qawmiyyah, 1964 --------. Faishal al-Tafriqah. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1994 ----. al-Hikmahfl Malchluqatillah. Beirut: Dar Ihya' al-'Ulum, 1978 -------. lhya' 'Ulum al-Din. Jld I dan IV. Cairo : Isa al-Babi al-Halabi wa Syirkah,
1957 ---------. I/jam al- 'Aww.lm 'an 'Jim al-Ka/am. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah,
1994 --------. Jawahir al-Qur 'an wa Durarahu. Beirut : Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1988 ---.Kimiya' al-Sa'adah.
ed. Muhammad Mushthafa, Abu al-'Ula dan
Muhammad Muhammad Shabir. Mesir : Maktabah at-Jundi
, 1973
----. Kitab al-Iqtishadfl al-l'tiqad. Beirut: Dar al-Kutub al-'Hmiyyah, 1983 ........... Khalashat al-Tashanif fl al-Tasawwuf. Beirut: Dar al-Fikr, 1996 · - - . al- Madhnun bih 'ala Ghayri Ahlihi. Beirut: Dar al-Fikr, 1996 --------. al-Maqshad al-Asna Syarh Asma' al-Husna. Mesir : Maktalrclh al-Jundi
1968 ----. Maqashid al-Falasifah. ed. Sulaiman Dunya. Cairo : Dar al-Ma'arif, 1960 -----. Mi 'raj al-Salikin. ed. Muhammad Mushthafa. Mesir : Maktabah al-Jundi
'1973 ---.Mi 'yar al- 'I/mi. ed. Sulaiman Dunya. Cairo : Dar al-Ma'arif, 1960
223
- - . Minhaj al-'Arifln. Beirut: Dar al-Fikr, 1996 --------. Misykat al-Anwar. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1994 ---·-. Mizan al- 'Amal. Cairo : Maktabah al-Jundi , 1973 -------. Mukasyafat al-Qulub al-Muqa"ib ila Hadhrat 'Allam al-Ghuyub fl 'Jim al- Tasawwuf. Beirut: Dar al-Fikr, 1990 ------. al-Mustashfa min 'Jim al-Ushul. Cairo : al-Maktabah al-Tijariyyah, 1956 ........... Qawa 'id al- 'Aqaidfl al-Tawhid. Beirut: Dar al-Fikr, 1996 ------. a/-Qisthas al-Mustaqim. Beirut : Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1994 - - - . Rawdhat al-Thalibin wa 'Umdat al- Salikin. Beirut: Dar al-Fikr, 1996 ........... al-Risa/ah al-Laduniyyak Beirut: Dar al-Fikr, 1996 • • --. Tahafut al-Falasifah. Mesir: Dar al-Ma'arif, 1966 Al-Ghuraby, Mushthafa Ahmad. Tarikh al-Firaq al-Islamiyyati wa Nasy 'at 'Jim a/-
Ka/am 'ind al-Muslimin. Cairo : Al-Azhar Muhammad 'Ali Shaby wa Awladuhu, 1958 Hamim Dyas. Dan Ahli Kitab pun Masuk Sorga. Yogyakarta : Safiria lnsania Press,
2005 Hanafi, Hasan. "Min al-Lughah ila al-Fikr" dalam Journal Majma' al-Lughah al-
'Arabiyyah. Damasqus, ed. Januari, 1996
Hasan 'Abbas. Fash/, I 'jaz al-Qur 'an al-Karim. Aman : Dar al-Furqan, 1991 Harbi, Ali. al-Nashshu wa al-Haqiqah: Naqd al-Nashshi. Beirut : al-Markaz al-
Tsaqafy al-'Araby, 1995 Harun Hadiwijono. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta : PenerbitKanisius, 1998
Harun Nasution. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1985
224
- - - . Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1973 -------. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1992 ---Js/am ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta : Universitas Indonesia
Press, 1985 --------. Pembaruan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1982 --------.Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta :
Universitas Indonesia Press, 1983 Al-Hasyimi, Ahmad. Jawahir al-Ba/aghah fl /Im al- Ma 'any wa al - Boyan wa alBadi'. Cairo: Mak.tabah Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyyab,1960
lbnu Arabi, Abu Bakar. al-Qawashim wa al- 'Awashim. Cairo : Dar al-Ma~arif, tth. lbnu 'Arabi, Muhy al-Din. al-Futuhat al-Makkiyyak Cairo : Dar al-Kutub al-Kubra, 1929 lbnu Faris, Abu al-Husein Ahmad. al-Shahib fl Fiqh al-Lughah. Cairo : Maktabah Al-Muayyid, 1928 lbnu Hajar. Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari. Cairo: Maktabah Mushthafa Muhammad, 1948 lbnu Hambal, Ahmad. al-Musnad, ed. lbnu Hajar al-' Asqalani. Beirut: Dar al-Fikr, 1991 lbnu Junaid, Muhammad. al-Amtsa/fl al-Qur 'an. Kuwait :t.n.p. 1970 lbnu al-Juzi. Talbisu /blis. Cairo: Dar al-Ma'arif, 1976 lbnu Katsir, Abu al-Fida' Ismail. Taftir al-Qur 'an al- 'Azhim. Cairo : Dar al-Hadits, 1988 lbnu Maijah. Sunan Ibnu Majjah. Beirut : Dar al-Fikr,1995 lbnu Rusyd, Abu al-Walid Muhammad lbnu Ahmacl Manha} al-Adil/ah fl Aqa 'id al-Mil/ah. ttp: Maktabah al-Anjilo al-Mishriyyab, 1964
225
-----.Fash/ al-Maqal wa Taqriru ma Bayna al-Syari 'ah wa al-Hikmah min a/lttishal. ed. Al-Hurani. Cairo: Maktabah al-Jundi , 1959
Ibnu Syarif, Mahmud. al-Amtsalfl al-Qur'an. Mesir: Dar al-Ma'arif, 1965 Ibnu Taymiyyah, Taqiyy al-Din. Kitab al-Shifat wa al-Asma'. ed. Mushthafa •Abd al-Qadir 'Atha. Beirut : Dar al-Kutub al-' Ilmiyyah, 1988 --------. Majmu 'ah al-Rasail a/-Kubra. Mesir : Dar al-Ma'arif, tth.
'Imarab, Muhammad. "al-Wasathiyyah Hajar
al-Zawiyah ti al-Ru'yah al-
Islamiyyah". dalam al-Wa'yal-Jslami. ed. 373, Januari 1997 Iqbal, Muhammad. The Reconstruction ofReligious Though in Islam. New Delhi : Kitab Bhavan, 1981 Al-Jabiri, Muhammad Abid Takwin al- 'Aql al- 'Araby. Beirut : al-Markaz alTsaqafy al-' Araby, 1992 Jawwad, Mushthafa '"Ashr al-Imam Al-Glmali", dalamMahrajan al-Ghaza/i bi Dimisyqa, Abu Hamid al-Ghazali fl al-Dzkra al-Mi 'awiyyat al-Tasi 'ah Ii Miladihi. al-Majlis al-'A'la Ii Ri'ayat al-Funun wa al-Adah wa al-'Ulum al-
Ijtima'iyyah. Cairo, 1962 Al-Jurjani, Abd al-Qahir. Asrar al-Ba/aghak Cairo: Maktabah al-Taraqqi, 1320 H. Al-Juwaini, Imam al-Haramain Abd Malik. Luma' al-Adil/ah fl 'Aqaid Ahl alSunnah wa al-Jama 'ak Mesir: Dar al-Mishriyyah, 1965 -----. al-Burhanfl Ushul al-Fiqh. ed Abd al-"Aziz al-Dhaif; tp. tth. --.Kitab al-Jrsyad i/a Qawathi' al-Adil/ah fl Ushul al-l'tiqad. ed. As'ad
Tamim. Beirut : Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah; 1985 Al-Khan, Mushthafa Said Atsar a/-//chtilaffl Qawaid al- 'Ushuliyyah fl Jlchti/af alFuqaha '. Beirut : Muassasah al-Risalah, 1985
226
Khalafullah, ·Muhammad Ahmad. al-Fan al-Qashashyfl al-Qur 'an al-Karim. Cairo ~
Maktabah al-Anjilo al-Mishriyyah, 1965
Kuntowijoyo. I/mu Sejarak Yogyakarta : Bentang Buday~ 1997 Larson, Mildred L. A.Guide to Cross-Language Equivalence. Boston: University
Press of Amerika, 1984
Mahmud, Abd al-Halim. al-Taj/cir al-Falsafy fl al-Islam. Cairo: Dar al-Ma'arif, 1989
-------.Qadhiyyab al-Tasawwuf. al-Munqidz min al-Dhalal. Cairo: Dar al-Ma'arif, 1998
Ma'luf, Luwis. al-Munjidfl al-Lughah wa al-A 'lam. Beirut : Dar al-Masyriq, 1986 Af.;Maragbi, Ahmad Mushtbafa. Tafeir al-Maraghi. Beirut : Dar al-Filer, 1974
Al-Maturidy, Abu Manshur Muhammad lbnu Muhammad. Kitab al-Tawhid lstambul : Maktabah Al-Islamiyyah, 1979 Mawardi, Abu al-Hasan. Amtsal al-Qur'an. Mesir: Dar al-Syuruq,1960 Mubarak, Mazin. Nahwa Wayin Lughawiyyin. Damasykus : Maktabah al-Farabi, 1970
Mubarak, Zakki. al-Ahldaq 'ind al-Ghazaly. Cairo : Dar al-Sya'bi, 1970 Al-Muhasibi. al-Washaya. Cairo: Maktabah Shabih, 1987 Muthahbari, Murtadha. al-I'rfan, 'Rm al-Ka/am, al-Hikmah al- 'Amaliyyah : al-
Ta 'rruf 'ala al- 'Ulum a/-lslamiyyah. Beirut: Dar al-Mahajjah al-Baidba', 1993 Musa, Muhammad Yusuf. A 'lam al- 'Arab : lbnu Taymiyyah. Mesir : Muassasah alMishriyyah al-' Ammah,1962 Nasbruddin Baidan. Metodologi Penafsiran Al-Qur 'an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
227
-----. Tafsir Mawdhu'i. Yogyakarta: PustakaPelajar, 2001
Nasr, Sayyid Husein, Living Sufism. London : Paperbacks, 1980 Nasysyar, Ali Syami'. Nasy'at Filer al-Fa/safah
fl al-Islam. Iskandariah: Dar al-
Ma'arif, 1965 al-Naysaburi, Muslim, Abu al-Husain al-Hajjaj al-Qusyairi. Shahih Muslim. Beirut : Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1993 Nicholson, RA The Mystics ofIslam. London : Routledge, 1974 Nurcholis Madjid. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1994 Al-Qard.bawi, Yusuf. al-Imam al-Ghazaly bayna Madihihi wa Naqidihi. AlManshurah: Dar al-Wafa', 1988 Al-Qusyairy, Abi al-Qasim Abd al-Karim. al-Risa/ah al-Qusyayriyyah. ed. Abd alHalim Mahmud. Cairo : Mathba' ah Hasan, 1974 Qutub, Sayyid Fi Zhilal al-Qur 'an. Beirut : Dar al-Syuruq, 1992 ----. Masyahid al-Qiyamah. Cairo : Dar al-Ma'arif, 1981 ----------. al-Tashwir al-Fannyfl al-Qur'an. Cairo: Dar al-Ma'arif, 198{)
Rahman, Fazlur. "Akal" dalam HAR Gibb et al. (eds) The Encyclopedia ofIslam. vol- Leiden E.J.Brill, 1979 Al-Razi, Fakhr. Asas al Taqdis. Mesir: Maktabah·al-Jundi , 1938
Al-Sabti, Abdullah. Tashhih 'Aqaid al-Muslimin : al-Rahmanu 'ala al-Arsy istawa. Mesir : Maktabah al-Jundi, 1976 Al-Sajastani, Abu Dawud Sulaiman, Ibnu al-As'ats. Sunan Abi Dawud. Beirut : Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1996 Sartono Kartodirdjo. Pendekatan I/mu Sosial dan Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993
228
Sa'di Farhud, Muhammad Asrar al-Ba/aghahfl a/-Tasybih wa a/-Tamtsil. Cairo: Dar al-Thiba'ah al-Muhammadiyyah, 1979 Al-Shabuni, Muhammad Ali. al-Tibyan fl 'Ulum a/-Qur 'an. Damaskus : Maktabah al-Ghaz.ali, 1990 Shalih, Muhammad Adib. Taftir a/-Nushush fl al-Fiqh a/-ls/amy. Cairo : Dar alMa'arif, 1996 Shalih, Shubhi. Mabahits 'Ulum al-Qur'an. Beirut: Dar al-'Ilmi Ii al-Malayin, 1977 SharifM M.A. History ofMuslim Philosophy. Wiesbaden-: Otto Harrassowitz, 1963 Syamali, Abduh. Dirasah Tari/ch al-Falsafah al- 'Arabiyyah al-Jslamiyyah wa Rija/ihi. Mesir : Isa al-Babi al-Halabi, tth
Al-Subki, Taj al-Din Abu Nasr. Thabaqat al-Syaji 'tyyah al-Kubra. Cairo : Dar alMa' arif, 1987 Al-Suyuthy, Imam Jalal al-Din. al-Jtqan fl 'Ulum al-Qur'an. Beirut: Dar al-Fikr, 1979 ----. Shawn a/-Manthiq wa al-Ka/am. Mesir: Maktabah al-Khaniji, 1947
Al-Syahrasytani, Abu al-Fattah Muhammad Abd al-Karim. al-Mila/ wa al-Nihal. ed. Abd al-Aziz Muhammad al-Wakil. Beirut: Dar al-Fikr, 1972 Syawkany, Ali. Fath al-Qadir. Cairo : Mathba'ah Mtisbthafa al-Halabi, 1929 Al-Tarmidzy, Abu 'Isa Muhammad Ibnu 'Isa, Ibnu Sawrah. Sunan al-Tarmidzy. Beirut: Dar al-Fikr, 1994 Al-Thabari, Ibnu Jarir. Jami' a/-Bayan 'an Ta'wil ayi a/-Qur'an. Cairo: Maktabah al-Jundi, 1986 Trueblood, David Philosophy ofReligion. alih bahasa RM Rasyidi. Jakarta : Bulan Bintang, 1965 Utsman, Abd al-Karim. Sirat al-Ghazali. Damaskus : Dar al-Fikr, tth
229
Wach, Joachim. The Comperative Study of Religion. New York : Columbia
University Press, 1968 Watt, William Montgomery. Bel/ 's Introduction to the Qur 'an. Chicago : Edinburg
University, 1970 ------.Islamic Philosophy and Theology. Edinburg: Edinburg University, 1987
Wensinck,A.J. al-Mu 'jam al-Mufahras Ii A/fazh al-Hadits al-Nabawy Leiden: E.J. brill, 1962 Valiuddin, Mir. "Mu'tazilism" dalam M.M. Syarif. ed A. History of Muslim Philosophy. Vol, Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1963
Al-Zamakhsyary, Mahmud Umar. al-Kasyfu 'an Haqaiqi Ghawamidh al-Tamtsi/ wa 'Uyun al-Aqawilfl Wujuh al-Ta'wil. Beirut: Dar al-Syuruq, 1976
Zarkasyi, Badr al-Din. al-Burhanfl 'Ulum al-Qur'an. Cairo: 'Isa al-Babi al-Halabi, 1972 Zarqany, Abd al-' Azhim. Manahil al- 'Irfan fl 'Ulum al-Qur 'an. Cairo : 'Isa al-Babi al-Halabi, 1972
230
Apendiks
Kutipan al-Qur'an Bab V Surat al-Baqarah (2) : SS
Surat al-Nisa' ( 4) : 153)
"
Bab VI Surat al-Imran(3):SS 1.J;s' ~..UI Lr !1~.J JI ~l.;.J
Surat al-Baqarah (2) : 255
i!.J.Jp
4)1 ~
lt Ji1 Jli ,)I
RIWAYATHIDUP Nama Lengkap
: Drs H. Husein Aziz, Mag.
Tempat dan Tanggal lahir: Malang, 3 Januari 1956 Nama Orang Tua
: H. Abdul Aziz ( w. 2004) Hj. Khairiyyati
Namaistri
: Masruroh
Nama Anak-anak
:1. Haris 2. Fahrni 3. Fathi Rabbani
Alamat
: Jalan Duyung, Nomor 35 Dermo, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur tip. (0343) 747951
Pendidikan Formal.
- Sekolah Dasar Negeri Klepu, Sumbermanjng Wetan, Malang, lulus tahun 1969 -. Madrasah Tsanawiyah Gondanglegi, Malang, 1972 - Madrasah Aliyah Gondanglegi. Malang, 1975 - lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Adab, Sarjana Muda 1978 - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Adab, Jurusan Bahasa Arab, Sarjana Lengkap, 1982 - Universitas Al-Azbar, Cairo, Mesir Fakultas Bahasa Arab, 1984 • Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Pascasarjana,
Strata Dua (Magister Ilmu Agama Islam) Aqidah dan Filsafat, 1999 • Institut Agama Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Pascasarjana masuk Strata Tiga (Program Dok.tor) Ilmu Agama Islam, 1999
Pekerjaan
- Staf Pengajar Tetap Fakultas Adah Institut Agama Islam Negeri Swuin Ampel Surabaya sampai sekarang. - Staf Pengajar Bahasa Arab pada Pascasarjana IAIN. Sunan Ampel Surabaya - Direktur Bahasa pada Lembaga Pendidikan Amanatul Ummah Surabaya. - Direktur Mu 'adalah (persamaan dengan madcasah-madrasah di Timur Tengah) Karya Tulis A. Buku
- Syair- syair Syafi'i (terjemahan) - Metodologi Penerjemahan Arab Indonesia. - Belajar Cepat Membaca al-Qur'an - Belajar Cepat Membaca Kitab
B. Skripsi dan Tesis - Ahammiyyat Harf al-Jarfl 'Im al-Nahwi, Skripsi Sarjana Lengkap, Jurusan Bahasa Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya. 1979
- Sastra Al-Qur 'an, Tesis Magister Ilmu Agama Islam, Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1999 C. Artikel - Islam dan Pluralisme, Studi tentang Kerukunan Beragama - Logika Bahasa dan Pengaruhnya terhadap Pemikiran Islam - Tasawuf dan Kehidltpan - Tarekat dan Pengalaman Kasyf - Membaca dengan Kacamata Balaghah
-Makna al-Qalbu dalam al-Qur'an. - Tawhid dan Pendidikan