SYLLABUS
SILABUS
I. SCIENCE OF THE STATE AS A PURE SCIENCE 1.1 Position in Curriculum 1.2 Connection with other subjects 1.3 Definition and Methods
I. ILMU NEGARA SEBAGAI ILMU MURNI 1.1 Kedudukan dalam Kurikulum FH 1.2 Hubungan dengan ilmu lain 1.3 Definisi dan Metode
II. DEFINITION OF STATE 2.1 The Essence and Characteristic 2.2 The Elements 2.3 The Purpose / Objective 2.4 The Function
II. PENGERTIAN NEGARA 2.1 Hakekat dan Sifat Negara 2.2 Unsur-unsur Negara 2.3 Tujuan Negara 2.4 Fungsi Negara
III. THE EMERGENCE AND EXTINCTION 3.1 Theory of Emergence 3.2 Theory of Extinction
III. TEORI TIMBUL DAN BERAKHIRNYA NEGARA 3.3 Teori Lahirnya Negara 3.4 Teori Berakhirnya Negara
IV. TYPES AND FORMS OF STATE AND GOVERNMENT 4.1Types : From Polis to State 4.2 Form of State 4.3 Form of Government
V. TIPE DAN BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN 4.1 Tipe : Mulai dari Polis sampai dengan Negara 4.2 Bentuk Negara 4.3 Bentuk Pemerintahan
V. THEORY OF SOVEREIGNTY 6.1 Types of Sovereignty Theory 6.2 State Justification Theory
V. TEORI KEDAULATAN 6.1 Teori Kedaulatan 6.2 Teori Pembenaran Negara
CHAPTER 1 SCIENCE OF THE STATE AS A PURE SCIENCE 1. 1. POSITION IN CURRICULUM Science of the State has significant position in Law Faculty as basic science in first semester. It has been considered as pure science which provides theoretical basis for applied science, such as Constitutional Law, Administrative Law, and other science which has state as its object. In the book entitled Statslehre, Prof. Herman Heller wrote that Science of the State is sociology, implied in realistic science. Having a similar perception, Elders Mr also wrote it in Staatsbegripen Institutionalisme. Law College (Rechtshogeschool) in the Netherland Indies era, delivered Historische Ont wikkeling der hedendaagsche staatsinstellingen (historical development of state institution) which considered as introductory subject to Positive State Law. 1 1. 2. METHODS Sjachran Basah wrote in his book, Ilmu Negara2: ”Science comes from knowledge, and knowledge comes from various ways. Therefore, for becoming science, knowledge should fulfill the certain criteria.” By F. Isjwara, certain methods to study Science of The State: 3 a. Induction Method General conclusion as result from specific / concrete phenomenon (from specific → general conclusion) b. Deduction Method General principle used to explain specific / concrete phenomenon (from general → specific conclusion) c. Dialectics Method Catechizing (asking & answering) process to find certain definition (Socrates) then developed by Frederich Hegel : These, e.g. state of power Anti These, e.g. constitutional state in narrow definition Synthese, e.g. constitutional state in broad definition
1
F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, 1974, Binacipta, hal. 28
2
Sjahran basah, Ilmu Negara, PT. Ichtiar Baru – van Hoeve, hal. 53
3
Op.cit , hal. 56-61
BAB I ILMU NEGARA SEBAGAI ILMU MURNI
Kedudukan Ilmu Negara dalam Kurikulum FH Ilmu Negara diberikan pada tingkat pertama (persiapan), sebagai mata kuliah pengantar untuk mata kuliah Hukum Tata Negara (Hukum Negara Positif). Ilmu negara dianggap sebagai Ilmu murni (pure science) yang menyediakan dasar-dasar teoritis bagi ilmu hukum negara yang dipandang sebagai ilmu yang praktis (applied science).
Metode Pembelajaran Ilmu Negara INDUKSI
Kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran, setelah mempelajari peristiwa khusu s/kongkrit
DEDUKSI
Penyelidikan berdasarkan asas-asas umum yang dipergunakan untuk menerangkan peristiwa khusus/kongkrit
DIALEKTIS
Proses dengan tanya jawab untuk mencari pengertian tertentu
d. Philosophical Method Observe fundamental problems, try to explain the essence and connect with abstract idea, then make deduction. This method acts deductive, speculative, and sometime metaphysic. e. Comparison Method Compare 2 or more objects to get similarity and difference based on description method, analysis and evaluation. f. Historical Method Based on analysis and historical facts. g. Systematic Method Descriptive and analytic process followed by qualifying in systematic groups. h. Judiciary Method Centre of gravity on juridical aspect, using Rechts Dogmatiek as research method to analyze law enforcement. i. Syncretism Method Hans Kelsen suggested norm logis method by combining juridical and non-juridical factors. Basically, the students are free to choose the proper method. But, dialectics methods more popular that the others based on several reasons : 1) Minimize the distance between researcher and his object 2) More objective and simple because it uses 2 sides (these and anti these) STATE AS THE OBJECT OF SCIENCE Administrative Law Collectivity of legal regulation which binding the institution to work under its authority (narrow meaning of constitutional law)
Constitutional Law Law to regulate state organization (Logemann)
Political Science Political activities in accordance with decision process and gain the purpose of the system (Miriam Budiardjo)
Metode Pembelajaran Ilmu Negara FILOSOFIS
Menyelidiki masalah yg fundamental & berusaha menjelaskan essensi & arti dari obyek yg diselidiki, dihubungkan dg idea abstrak yg menjadi pedoman dari penyelidikan, kemudian dibuat deduksi tentang gejala yg diselidiki.
PERBANDINGAN
Mendasarkan perbandingan antara 2 obyek penyelidikan atau lebih
SEJARAH
Didasarkan terhadap analisis dan kenyataankenyataan sejarah baik pertumbuhan & perkembangannya
Metode Pembelajaran Ilmu Negara SISTEMATIK
Dg cara menghimpun bahan yg sudah ada, selanjutnya dilakukan pelukisan & pengurai an & analisis, kemudian dilanjutkan dg klasifikasi ke dalam golongan secara sistematik
HUKUM
Titik berat segi hukum (yuridis) sedangkan non yuridis dikesampingka n
SINKRETIS
Dalam proses penyelidikan meninjau serta membahas obyek penyelidikan dengan menggabungkan faktor yuridis dan non yuridis
Miniature Theory of State, Constitutional Law, Administrative Law dan Political Science in a brief Theory of
KEILMUAN YANG BEROBYEK NEGARA ILMU POLITIK HAN HTN
State
Constitutional Law Political Science Administrative Law
THE IMPORTANCE OF STUDYING THEORY OF STATE Positional
Theoretical
Systematic
Interest
Sekumpulan peraturan hukum yg mengikat badan-2 yg melaksanakan wewenangnya (HTN Sempit)
Hukum yg mengatur organisasi negara (Logemann)
Mempelajari bermacam-2 keg. dlm suatu sistem politik (negara) yg menyangkut proses menentukan & melaksanakan tujuan-2 dari sistem itu (Miriam Budiardjo)
Miniatur Ilmu Negara, HTN, HAN & Ilmu Politik Dalam Satu Kesatuan Ilmu Negara
Basic science to study other subject which has state as its object
HTN
Various theories of state
Ilmu Politik
Studying the basic concept of state
HAN
As part of social science discussed social reality
MANFAAT MEMPELAJARI ILMU NEGARA
CHAPTER 2 DEFINITION OF STATE 2. 1. THE ESSENCE OF THE STATE (DAS WESEN DES STAATED) What is state ? To answer this philosophical question, please notify some overview as follows : a. Scholar b. Historical, Sociological, Judiciary Approach c. 1 Aspect Theory, 2 Aspects Theory, and 3 Aspects Theory d. Particular Characteristic of State e. Elements of State
Alasan Kedudukan
Alasan Teoritikal Alasan Sistematikal Alasan Ketertarikan
ilmu negara sebagai mata kuliah dasar, syarat utama menempuh mata kuliah berobyek negara ilmu negara memuat teori-teori yang memperjelas konsep-konsep kenegaraan untuk mempelajari sesuatu hal dimulai pada hal-hal kecil yang bersifat dasar Ilmu negara sebagai bagian dari ilmu sosial mempelajari realita sosial
A. SCHOLAR A. SCHOLAR 1. 1. GEORGE JELLINEK State State is is organized organized power power by group of people which which live live in in certain certain place. 2. KRANENBURG :: State State is is organization organization by by the the will will of of certain certain groups groups or or nations. nations. 3. LOGEMANN: LOGEMANN: State is social organization organization (working relation) relation) to to arrange arrange & maintain maintain certain certain society society with with its its authority. authority.
4. BELLEFROID : State is law society lived immutably in certain area, complete with highest authority to manage public interest. 5. MAX WEBER : State as monopolistic society in utilizing legal physical violence in certain territory. 6. KARL MARX dan F. ENGELS : State is exploitation device from the ruling class to the other.
7. Roger H Soltau : State as tool / authority to organize public issue in the name of society 8. Harold J Laski : State as integrated society having coercive authority and legally greater than individual / group whose part of the society. 9. Robert M Mac Iver : State as orderly society association in certain territory based on legal system held by government with coercive authority 10. Miriam Budiardjo : State as territory where the people governed by a number of officials whose successful in getting citizen’s loyalty towards regulation because of its legal monopoly b. 1. Historical Approach i) Ancient Greek Era : State = polis (city state) ii) Ancient Rome Era : State = Empiri, Empirio, Empirium Vast expanse of state region (country state) Emphasizing on governmental aspect (empire) State = belongs to a dynasty
BAB II PENGERTIAN NEGARA 2. 1. HAKEKAT NEGARA (DAS WESEN DES STAATED) Apakah yang sebenarnya disebut dengan negara itu ? Untuk menjawab pertanyaan filosofis tersebut, digunakan beberapa sudut pandang antara lain : A. A. PARA SARJANA A. DEFINISI DEFINISI PARA PARA SARJANA SARJANA 1. GEORGE JELLINEK Negara adalah organisaorganisa-si kekuasaan dari dari sekelom sekelompok pok manusia manusia yg yg telah telah berkediaman berkediaman yg tertentu tertentu.. 2. KRANENBURG : Negara adalah suatu organisasi organisasi yang timbul timbul karena karena kehendak kehendak dari dari suatu suatu golongan golongan atau atau bangsa bangsa itu itu sendiri. sendiri. 3. LOGEMANN LOGEMANN: : Negara Negara ialah ialah organisasi organisasi (ikatan (ikatan kerja) kerja) kemasyarakatan kemasyarakatan yg g bertujuan mengatur mengatur & memelihara masyarakat tertentu tertentu dgn dgn kewibawaannya kewibawaannya.
4. BELLEFROID : Negara adalah suatu masyarakat hukum yg scr kekal menempati suatu daerah ttt & yg dilengkapi dg kekuasaan tertinggi utk mengurus kepentingan umum . 5. MAX WEBER : Negara adalah suatu masyarakat yg mempunyai monopoli dlm penggunaan kekuatan fisik secara sah dalam suatu wilayah. 6. KARL MARX dan F. ENGELS : Negara hanya sbg alat pemeras / penindas semata-mata dari golongan yg berkuasa thd golongan yg dikuasai.
7. Roger H Soltau : Negara adalah alat / wewenang yg mengatur persoalan-2 bersama atas nama masyarakat. 8. Harold J Laski : Negara adalah suatu masyarakat yg diintegrasikan krn mempunyai wewenang yg bersifat memaksa & scr sah lebih agung drdp individu / kelompok yg mrpk bagian dari masyarakat itu. 9. Robert M Mac Iver : negara adalah asosiasi yg menyelenggarakan penertiban di dlm suatu masy dlm suatu wilayah yg bdsr sistem hukum yg diselenggarakan oleh suatu pemerintah yg utk maksud tsb diberi kekuasaan memaksa.
iii) Middle Age Theoretical approach : State = civitas Augustinus distinguished between civitas dei and civitas terrene / diaboli, known as Theory of Sun and Moon : King as reflection of divine / holly light of God. King as the God representative in earth. Secularism approach : Thomas Aquino : Two Swords Theory (Zwei Zwaarden Theory) differentiated between the power (sword) to govern the state (held by the King) and the power of God. iv) Nicolo Machiavelli : State = La Stato (Staat) State = bands of specific status Theory of Nature’s Law : State as status transition (from naturalis to civilis) v) Theory of State Sovereignty in German Terminology : Reich or Rijk Regne Regnum = to govern (regering) b. 2. Sociological Approach i) Based on the opinion that human tends to associate (form a group) – Aristoteles : Zoon Politicon, Human “in Concreto”. ii) The nature of State is social organization exist side by side with other organization. How to form a state : i) Simple grouping : State came from the family to state (Mc. Iver) ii) Complex grouping : State as groups of human who all feel the same faith and purpose : Mc. Dougall : natural & artificial states Ferdinand Tonnies Gemeinschaft (familiar community) : Family to Dynasty. Gesellschaft (profit community) : organization society - state. Kranenburg : criteria of local – different place, contain of 4 models : local–ordered : e.g. School / Education Institution local–dissordered : e.g. Traditional Market different place–dissordered : e.g Reading newspaper different place – ordered : State Rudolf Smena (politically) : State as integrated factor.
10. Miriam Budiardjo : negara adalah suatu daerah teritorial yg rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat yg berhasil menuntut dr WN ketaatan pd peraturan perundangan melalui penguasaan monopolitis dr kekuasaan yg sah. b. 1. Tinjauan Secara Historis. Perkembangan penggunaan istilah dan dasar pemakaian istilah negara. i) Masa Yunani Kuno : Negara = “ Polis “ (City State). ii) Masa Romawi Kuno : Negara = Empiri, Empirio, Empirium Wilayah negara sudah sangat luas (Country-State). Penekanan dari segi pemerintahan (Empire). Negara = milik suatu dinasti. iii) Masa Abad Menengah Tinjauan bersifat keagamaan : Negara = “ Civitas “.Oleh Augustinus dipisahkan atas “ Civitas Dei “ dan “ Civitas Terrena / Diaboli “ : Teori “ Matahari dan Rembulan “. Thomas Aquino -------- Sekularisme --------- Teori “ Dua Pedang “ (Zwei Zwaarden Theorie). iv) Niccolo Machiavelli Negara = “ La Stato “ (State, Staat). Negara = suatu ikatan tertentu / status tertentu. Teori Hukum Alam ------- Negara = Suatu peralihan status (Naturalis ke Civilis). v. Di Jerman : Teori Kedaulatan Negara Istilah “ Reich atau Rijk “. Asal kata “ Regne Regnum “ = memerintah (Regering). b. 2. Tinjauan Sosiologis i) Bertitik tolak atas anggapan bahwa manusia yang selalu bermasyarakat” (Aristoteles : Zoon Politicon, Manusia “In Concreto”). ii) Negara pada hakekatnya adalah semacam organisasi sosial yang ada dan berdampingan dengan organisasi yang lain. Bagaimana proses terjadinya negara ? i) Pengelompokan sederhana. “Negara – From The Family To State” (Mc. Iver). ii) Pengelompokan yang lebih kompleks. Negara merupakan pengelompokan manusia yang merasa dirinya senasib dan punya tujuan yg sama.
b. 3. Judiciary Approach i) Based on “Human In Abstracto” : from being free to status civilis. ii) Three various judiciary approaches : Property rights theory : State as the object of law (Rechts Object). State as the object of people with savoir faire (qualify to do legal act) Theory of Contract State in consequent of contract (Verhaltnis). Privat contract Perjanjian have dualism characteristic Public contract have social characteristic. iii) State as Rechts Subject State as law maker State as Rechts Persoon / Legal entity State as manifestation of national legal order State as organization of authority to impose their will – in the form of law iv) Hans Kelsen (Reine Rechts Lehre) The nature of state as some law and order (Normen Ordnung), because it is well-constructed and binding. The logic consequence is the state has power and higher position above people. c. One Side Theory, Two Sides Theory, Three Sides Theory i) One Side Theory (Eine Seiten Theorie) : Explain the nature of state only from 1 side (e.g. Sociological approach or juridical approach) ii) Two Sides Theory (Zwie Seiten Theorie) Explain the nature of state from 2 sides : Combine the sociological (soziale staatslehre) and juridical approach (Staatsrechtlehre) iii) Three Sides Theory (Drei Seiten Theori) Explain the nature of state based on : State as idea (der Staat als idee) State as social phenomena (der Staat als soziale yatsache) State as law (Der staat als recht begript)
Mc. Dougall : Terjadi secara natural atau buatan. Ferdinand Tonnies Gemeinschaft (Paguyuban) : Keluarga / Famili ------Dinasti. Gesellschaft (Pamrih) : Organisasi – Masyarakat ----Negara. Kranenburg : Kriteria setempat / tidak setempat, terdapat 4 model : Setempat – Teratur : misal. Sekolah Setempat – Tidak teratur : misal. Pasar Tidak setempat – Tidak teratur : misal. baca koran Tidak setempat – Teratur : Negara Rudolf Smena (bersifat politis) : Negara sebagai faktor pengintegrasi. b. 3. Tinjauan i) Bertitik tolak : “Manusia In Abstracto” : Dari status bebas menuju status civilis. ii) Tiga variasi pandangan : Teori Hak Milik : Negara sebagai obyek hukum (Rechts Object). Negara : obyek dari orang-orang yang telah bisa bertindak. Teori Perjanjian : Negara sebagai hasil perjanjian (Verhaltnis) Perjanjian perdata bersifat dualistis. Perjanjian publik bersifat kemasyarakatan. iii) Negara sebagai Rechts Subject Negara sebagai pembentuk hukum Negara sebagai Rechts Persoon / Badan Hukum. Negara sebagai penjelmaan Tata Hukum Nasional Negara sebagai organisasi kekuasaan atau jabatan yang dapat memaksakan kehendaknya ----- berupa hukum. iv) Hans Kelsen (Reine Rechts Lehre) Negara pada hakekatnya adalah suatu ketertiban normanorma hukum (Normen Ordnung) karena tersusun dari yang mengikat, maka sebagai konsekwensi logis negara punya kekuasaan. Akibatnya kedudukan negara lebih tinggi daripada rakyat.
d. Particular Characteristic of State (Prof. Miriam Budiardjo) Heavy-handed (to force) : state has an authority to force and enforce its policy (law) and impose sanction To monopoly : the authority of state implied in all matters To cover / include all : state’s law will be applied for everyone (without exception) 2. 2. THE ELEMENTS OF THE STATE : Requirements to form a state based on three views : a. Classical / Traditional View : i) Limited territory, people, sovereign goverment ii) Territorial border based on treaty b. Judiciary View : i) Territory of jurisdiction (shore-base, sea-base, air-base, people and its limited authority) ii) Persoonsleer (legal entity) iii) De leer van de rechtsbetrekking (legal relationship between leader and people, international relationship) c. Sociological View : i) Social Factor : society, economy, culture. ii) Natural Factor : territory & nation.
The Elements of State Constitutive : territory people Sovereign government
Declarative : acknowledgement
Montevideo Convention 1933 Permanent resident Limited territory Sovereign government Ability to do international relation
2. 3. THE PURPOSE / OBJECTIVE OF THE STATE In what direction the rulers will lead the state ? To live after life ? Power ?
c. Teori Satu Segi, Dua Segi & Tiga Segi i) Teori Satu segi (Eine Seiten Theorie) yaitu suatu pandangan tentang hakikat negara hanya dari satu sudut pandang saja (mis: secara sosiologis atau yuridis) ii) Teori Dua Segi (Zwie Seiten Theorie) suatu pandangan tentang hakikat negara yang dilihat dari dua aspek sosiologis (soziale staatslehre) dan aspek hukum (Staatsrechtlehre) iii) Teori Tiga Segi (Drei Seiten Theori) yaitu pandangan tentang hakikat yang di tinjau : Negara sebagai idea (der Staat als idee) Negara sebagai gejala sosial (der Staat als soziale yatsache) Negara sebagai hukum (Der staat als recht begript) d. Sifat-sifat khusus Negara (Prof. Miriam Budiardjo) Sifat Memaksa : Negara mempunyai kekuatan untuk memaksa, memberlakukan hukum dan menerapkan sanksi Sifat Monopoli : Kekuasaan negara mencakup semua hal Sifat Mencakup Semua : tidak ada perkecualian, tidak ada pihak yang tidak terkena hukum negara 2. 2. UNSUR-UNSUR NEGARA Adalah hal-hal yg menjadikan negara itu ada / hal-hal yg diperlukan utk terbentuknya negara berdasar 3 sudut pandang : a. Unsur-Unsur Negara Secara Klasik : i) Wilayah tertentu, Rakyat, & pemerintahan yg berdaulat ii) Batas wilayah (darat, laut, udara) ditentukan dg perjanjian b. Unsur-Unsur Negara Secara Yuridis : i) Wilayah Hukum (darat, laut, udara, orang & batas wewenangnya. ii) Persoonsleer (subjek hukum) iii) De leer van de rechtsbetrekking (hubungan hukum ), antara penguasa & yg dikuasai termasuk hubungan hukum ke luar dg negara lainnya secara internasional c. Unsur-Unsur Negara Secara Sosiologis : i) Faktor Sosial : masyarakat, ekonomi, kultur ii) Faktor alam : wilayah & bangsa.
The purpose of the state is the state itself : Hegel : state is such a legal entity having its own ability in implementing public ideas. Augustinus : the highest aspiration of human being is the eternal life (to live eternal after life (hell/heaven), inline with the God) Shang Yang : searching the ultimate power John Locke : By forming political or civil society, human will not release his/her basic rights. Human Rights : Right to live (leven) Physical rights (lijf) Property rights (vermogen) Right to be respected (eer) Right to be free (vrij heid) : Freedom from want (Rousevelt) Freedom from fear Freedom of speech Freedom of religion Freedom of doing mistake (Gandhi) Freedom to be free (Soekarno) 2. 4. THE FUNCTION OF THE STATE How to realize the state objective The duty of the state The function of the state related to : a. The function of the State in French in 16th century Diplomacy Defense Finance Justice Policy : residual function b. John Locke Legislative : draft the regulation Executive : implement the regulation & judgment Federative : International affairs, war & peace
Unsur-unsur / elemen-elemen Negara : Konstitutif : - wilayah - bangsa / rakyat - pemerintah yang berdaulat Deklaratif : pengakuan Konvensi Montevideo Tahun 1933 : Penduduk tetap Wilayah terbatas Pemerintah yang berdaulat Kemampuan berhubungan dengan Negara lain 2. 3. TUJUAN NEGARA Kemana arah organisasi negara itu akan dibawa oleh penguasanya ? Tujuan akhir manusia ? Tujuan kekuasaan ? Tujuan negara adalah negara itu sendiri : Hegel : negara adalah person yang mempunyai kemampuan sendiri dalam mengejar pelaksanaan ide umum Augustinus : cita-cita manusia hidup di alam kekal (sesuai yang diinginkan Tuhan) Shang Yang : mencari kekuasaan semata John Locke : Dengan pembentukan political / civil society, manusia tidak melepaskan hak asasinya Hak Asasi Manusia : Hak hidup / nyawa (leven) Hak atas badan (lijf) Hak atas harta benda (vermogen) Hak atas kehormatan (eer) Hak kemerdekaan (vrij heid) : Freedom from want (Rousevelt) Freedom from fear Freedom of speech Freedom of religion Freedom of doing mistake (Gandhi) Freedom to be free (Soekarno)
c. Montesquieu Legislative : draft the regulation Executive : implement the regulation & federative function Judicial : supervise the law-abiding (judgment) TRIAS POLITICA : Political rights (protection of human rights) will be realizable by ensuring the independency of judicial function. d. Van Vollen Hoven REGELING : Draft the regulation
BESTUUR : governmental function
Van Vollen Hoven (Catur Praja)
POLITIE : Defense & orderliness
RECHTSPRAAK : judgment
2. 4. FUNGSI NEGARA Apa yang menjadi tugas negara ? a. Fungsi Negara pada abad 16 di Perancis Diplomacie Difencie Finance Justicie Policie : fungsi residu b. John Locke Legislatif : membuat peraturan Eksekutif : melaksanakan peraturan & mengadili Federatif : urusan luar negeri, perang & damai c. Montesquieu Legislatif : membuat UU Eksekutif : melaksanakan UU + federatif Yudikatif : mengawasi semua peraturan ditaati (mengadili) TRIAS POLITICA : Kebebasan berpolitik (melindungi HAM) hanya dapat dicapai bila kekuasaan mengadili berdiri sendiri d. Van Vollen Hoven
e. Goodnow e. Goodnow
REGELING : membuat peraturan
BESTUUR : menyelenggarakan pemerintahan
MERIT SYSTEM – DWI PRAJA - DICHOTOMY
POLICY MAKING
Temporary policy for the people
Policy makers
POLICY EXECUTING
Implementing practical policy to ensure achievement of policy making Executors
Van Vollen Hoven (Catur Praja)
POLITIE : ketertiban & keamanan
RECHTSPRAAK : mengadili
e. Goodnow : Merit System (Dwi Praja – Dichotomy) Policy making : kebijakan negara untuk waktu tertentu, untuk seluruh masyarakat – dilakukan oleh policy makers Policy executing : kebijaksanaan yang harus dilaksanakan untuk tercapainya policy making – dilakukan oleh executors
CHAPTER 3 THE EMERGENCE AND EXTINCTION OF THE STATE 3.1. THE EMERGENCE OF THE STATE
BAB III TEORI TIMBUL & BERAKHIRNYA NEGARA 3.1. TEORI TIMBULNYA NEGARA TEORI TIMBUL / TERJADINYA NEGARA
THE EMERGENCE OF THE STATE Hutauruk & Solly Lubis 1.Theocracy Theory 2.Theory of Contract 3.Theory of Authority 4.Theory of Sovereignty
Hutauruk & Solly Lubis
Isjwara & Hassan Suryono 1.Theocracy Theory 2.Theory of Social Contract 3.Theory of Authority 4.Paternally & Maternally Theory 5.Organic Theory 6.Expire Theory 7.Theory of Nature 8.Idealistic Theory 9.Historical Theory (Theory of State Development)
a. Theocracy Theory (Scholars : Augustinus & Stahl) The state emerge by the grace of God (droit divin). Human was born in anarchy natural condition. They come close to the God and beg of king as the savior. Then King would be considered as a reflection of God and God’s Law as the source of every law. b. Theory of Contract Hugo de Groot : human being is willing to sacrifice for others. Thomas Hobbes : governmental concencus which everyone promisse to give their basic rights to the leader John Locke : contractual basis of state will not create the absolute leader, it is limited by the contract (the member still hold their basic rights) JJ Rosseau : state as cooperative legal entitiy declare the public accord which can do no wrong, not always progressive, public accord sovereign absolutely. c. Theory of Authority (Scholars : Laski & Leon Duguit) State as consequence of conquest d. Paternally & Maternally Theory : State as the power of paterfamilias Scholars : - Henry Summer Maine (Paternally) - HE Barners & Herbert Spencer (Maternally)
1. T. 2. T. 3. T. 4. T.
Teokrasi Perjanjian Kekuasaan Kedaulatan
Isjwara & Hassan Suryono
1.T. 2.T. 3.T. 4.T. 5.T. 6.T. 7.T. 8.T. 9.T.
Ketuhanan Perjanjian Masyarakat Kekuatan Patriakhal & Matriakhal Organis Daluarsa Alamiah Idealistis Historis (T. Pertumb.Neg)
a. Teori Ketuhanan (Tokoh : Augustinus & Stahl) Negara terjadi karena kehendak Tuhan (by the grace of God / droit divin). Manusia dlm keadaan alamiah yg anarkhis. Kemudian mereka menghampiri Tuhan & memohon kepadaNya utk menyediakan seorang raja yg dpt menolong dr keadaan kacau tsb. Raja dianggap bayang2 Tuhan di dunia. sumber dr segala sumber hukum adalah hukum Tuhan. b. Teori Perjanjian Hugo de Groot : manusia sedia berkorban jiwaraganya utk kepentingan orang lain, golongan & masyarakat Thomas Hobbes : perjanjian pemerintahan dmn segenap individu berjanji menyerahkan hak2 kodrat mereka pd seorang / sekelompok org yg ditunjuk mengatur kehidupan mereka & diberi kekuasaan John Locke : dasar kontraktuil dr negara bukan menjadikan penguasa scr mutlak berkuasa, tapi terbatas, krn dlm perjanjian, individu tdk menyerahkan seluruh hak2 alamiahnya JJ Rosseau : Negara / badan koporatif kolektif menyatakan kemauan umum yg tdk dpt khilaf, tapi tdk senantiasa progresif, Kemauan umum mutlak berdaulat c. Teori Kekuasaan (Tokoh : Laski & Leon Duguit) Negara terbentuk dg penaklukan & pendudukan dr klpk yg lbh kuat pd klpk yg lbh lemah d. Teori Patriakhal & Matriakhal : Negara terbentuk krn kekuasaan kepala keluarga (pater familias) kpd ayah / ibu
e. f. g.
Organic Theory (Scholars : Hegel & Fichte) : State as multi cellular living thing Theory of Expiry (Scholar : Loyseau) State as property right of the king. Theory of Nature (Scholar : Aristoteles) State as the nature’s creation. As zoon politicon, human’s nature justify the state existence & being a part of it. h. Idealistic Theory (Scholar : Immanuel Kant) State as an idea, perfect and luxurious symbol for human being. i. Historical Theory (Theory of State Development) Primary Development : no connection with the preexist state Phase of Genootschap : group of public interest headed by Primus Inter Pares. Nation became important. Phase of Rijk : group of freehold awareness, feudalism, leadership by landlord. Land became important.. Phase of Staat : From stateless to state. Nation became important. Phase of Democratie Natie (created by people sovereignty awareness) & Dictator (deviation of democracy). Secondary Development : connected to preexist state, necessary for acknowledgement. De facto : temporary acknowledgement for new state De jure : permanent acknowledgement & legal basis for state existence Historical Theory as causal system : Occupatie : expansion to terra nullius. Eg. Nigger slave in Liberia (1847) Fusion : merger for new state. Eg. German Federation (1871) Cessie : treaty on delivering territory to other state. Eg. Austria deliver territory of Sleeswijk to German Acessie : sedimentation land. Eg : Egypt. Tokoh : - Henry Summer Maine (Patriakhal) - HE Barners & Herbert Spencer (Matriakhal)
e. Teori Organis (Hegel & Fichte) : Negara dianggap sbg mahluk hidup. Terdiri dr sel2 yg mrpk bag dr tubuh negara. f. Teori Daluarsa (Loyseau) : Neg terjadi krn adanya milik yg tlh lama yg kemudian melahirkan hak milik. Akibat terbiasa, maka raja mjdkan negara mjd miliknya. g. Teori Alamiah (Aristoteles) : Krn mns makhluk politik, kodrat mns membenarkan adanya neg & ditakdirkan hidup bernegara h. Teori Idealis (Immanuel Kant) : Negara dianggap sbg ide. Neg terjadi krn hakekat2nya sendiri sbg lambang mns yg bentuknya megah & sempurna i. Teori Historis (Teori Pertumbuhan Negara) Secara Primer : Membahas terjadinya neg jika TIDAK dihubungkan dg neg yg tlh ada sebelumnya. Fase Genootschap : pengelompokkan orang2 yg menggabungkan diri utk kepent bersama. Pimpinannya dipilih scr Primus Inter Pares. Unsur bgs mjd unsur yg dipentingkan Fase Rijk : penggabungan orang2 yg tlh sadar akan pemilikan tanah. Muncul sist feodal, kepemimpinan tuan tanah thd penyewa tanah. Unsur wilayah mjd unsur yg dipentingkan. Fase Staat : kesadaran klpk2 masy dr tdk bernegara mjd bernegara. Unsur bgs mjd unsur yg dipentingkan. Fase democratie Natie & Diktator. Fase demokrasi terbentuk dr kesadaran kedaulatan rakyat. Fase diktator muncul krn perkemb / penyelewengan fase demokrasi Secara Sekunder : Membahas terjadinya neg jika DIHUBUNGKAN dg neg yg tlh ada sebelumnya, shg yg dipentingkan pengakuan. Pengakuan de facto : pengakuan sementara thd munculnya neg baru Pengakuan de jure : pengakuan bersifat tetap & bdsr hukum atas terjadinya negara Teori Historis Melahirkan Sebab Terjadinya Negara Occupatie : pendudukan wil tdk bertuan oleh klpk ttt (Liberia diduduki budak Negro, 1847)
Annexation : expansion to enlarge territory eg. Israel expansion to Palestina, Jordania, Egypt. Proclamation : proclamation of independence eg Indonesia Innovation : preexist state ploddingly disappear and changed into new state eg. Colombia change into Venezuela & New Colombia Separation : some territory separate from main territory and declare its independence Eg. Belgium separates from Dutch (1939) 3.2. THE EXTINCTION OF THE STATE a. Subjective Theory Organic Theory As multi cellular living things, every section of state has its own function. Malfunction of its section determine the emergence and extinction of state. Anarchic Theory State as forcible structure implemented in primitive social life, not suitable for modern and civilized society. Decrepit of state Theory State will disappear if its not comply with the objective requirements. b. Objective (Historical) Theory Natural Factor State can be disappear because of nature (disaster, illness, etc) Social Factor State can be disappeared because of conquest, revolution, treaty, merger.
Fusi : Neg kecil melebur dlm wil ttt & mjd negara baru (Federasi Jerman, 1871) Cessie : sebuah wil diserahkan pd neg lain bdsr perjanjian ttt (wil Sleeswijk diserahkan Austria pd Jerman) Acessie : wil yg terbentuk akibat penaikan lumpur sungai yg dihuni (Mesir) Anexatie : Penguasaan bgs lain pd beberapa wil utk dibentuk negara (pencaplokan wil Palestina, Yordania, Mesir oleh Israel). Proclamation : Pernyataan kemerdekaan oleh bgs pribumi krn berhasil merebut wilnya dr penjajah - Indonesia Inovation : Munculnya neg baru pd neg yg semula pecah / lenyap – lenyapnya neg Colombia berganti Venezuela & Colombia Baru Separation : wil yg memisahkan diri dr neg induknya & menyatakan kemerdekaan – Belgia memisahkan diri dr Belanda (1939) 3.2. TEORI BERAKHIRNYA NEGARA a. Teori Subyektif Teori Organis : Neg memiliki anggota2 & badan perlengk sesuai dg tugas & fungsinya. Warga negara diibaratkan sbg sel2 yg hidup sendiri berperan menentukan bg hidup matinya organisme negara Teori Anarkhis : Neg adl suatu bentuk susunan tata paksa sesungguhnya hanya sesuai jika diterapkan dlm tatanan kehidupan masy yg msh primitif, tdk bagi masy modern yg beradab & bertata krama Teori Mati Tuanya Negara : Keberadaannya sesuai hk lingk yg berlaku, neg datang / lenyap mnrt syarat obyektifnya sendiri, jika kriterianya sbg neg tdk terpenuhi lagi, neg akan hilang dg sendirinya & mjd tua b. Teori Obyektif (Historis) Faktor alam : Suatu neg yg tadinya sudah tercipta / ada, tapi krn faktor alam maka lenyap / hilang Faktor sosial : Suatu neg yg tadinya sudah ada & berdiri serta diakui oleh neg2 lain, tapi krn faktor2 sosial (penaklukan, revolusi, perjanjian, penggabungan) neg itu mjd hilang / runtuh.
CHAPTER 4 TYPES OF STATE
BAB IV TIPE – TIPE NEGARA
4.1. FROM POLIS TO STATE a. Historical Approach (Hisorische Hoofd Typen Van De Staats). Types of state is classified based on historical growth : i) Ancient East Type of state : tyranny Characteristic : theocratic (king as God) & absolute (king has absolute power)
4.1. MULAI DARI POLIS SAMPAI NEGARA a. Tipe Negara Menurut Sejarah (hisorische hoofd typen van de staats) meninjau penggolongan negara berdasar sejarah pertumbuhannya : i) Tipe Negara Timur Purba Tipe negara : tirani Ciri-ciri : teokratis (raja adalah dewa) & absolut (raja berkuasa mutlak)
ii) Ancient Greek Polis (city state) The state as wide as a city, rounded by fortress, only a few population. Implementing direct democracy, the people get encyclopaedie (science) in a place called acclesia. Solving problems together with philosopher as a leader.
ii) Tipe Negara Yunani Kuno Polis (negara kota) Negara seluas kota, dikelilingi benteng pertahanan, sedikit penduduk. Menerapkan demokrasi, rakyat mendapat encyclopaedie (ilmu pengetahuan) di suatu tempat yang disebut acclesia. Masalah diselesaikan bersama dengan ahli filsafat sebagai pemimpin.
iii) Roman Empire Imperium, Greek as Roman’s shadow-land Caesar as absolute leader hold authority to govern all people (this authority called caesarismus) based on lex regia (regulation).
iii) Tipe Negara Romawi Imperium, Yunani sebagai daerah jajaha Romawi Caesar berkuasa mutlak atas rakyat (kekuasaannya disebut caesarismus) berdasarkan lex regia (undang-undang).
iv) Middle Age Dualism conflict : government >< citizen land owner >< tenant farmer = feudalism statesman >< religionist = secularism Those conflicts created monarchomachen (group of anti absolute king) which had eager desire to limit the rights and duties of the king and the people. Their commitment was written as leges fundamentalis (bill, act, regulation).
iv) Tipe Negara Abad Pertengahan Konflik Dualisme : Pemerintah >< rakyat Pemilik tanah >< penyewa = feodalisme Negarawan >< agamawan = sekularisme Konflik ini melahirkan monarchomachen (golongan anti raja yang mutlak) yang ingin membatasi hak dan kewajiban raja dan rakyat. Kesepakatan mereka dituangakan dalam leges fundamentalis (undang-undang).
v) Modern State Democratic & Constitutional State (Rule of Law, Rechtstaat) United / Federated State : interstate combination (collectivity of federal state) Unitary state : central government as the highest authority
v)
Modern State Demokrasi & Negara Hukum (Rule of Law, Rechtstaat) Negara Serikat / federasi : gabungan Negara bagian Negara Kesatuan : pemerintah pusat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
The relation of central and local government : Centralization : In subordination, central government as initiator and local government as executor. Autonomous Relation : Type of Relation Officer Responsibility on Decentralization Local government Local Government Deconcentration Central government Central Government Supporting Local government Central Assignment Government (Medebewind) b. i)
Judiciary Approach Policie State (Polizei Staat) Nightwatcher State : law and order Absolute monarchy Policie means Welvaartzorg : Positive organized : bestuur (to govern) Negative organized : to refuse danger ii) Rule of Law Liberal State Passive State : citizen subject to state’s regulation. Government based on law. Liberalist requires the commitment of government and people in the form of law. Legal Formal State State’s legitimation by the people. According to Stahl (Denmark scholar), the Legal Democratic State should have: guaranty of human rights division of power government based on law / regulation (legality principle) administrative court / civil service arbitration tribunal Legal Material State Further development of legal formal state. In the pressing need for public interest, state allowable to disobey the law (opportunity principle) iii) Welfare State (Wohlfaart Staats) The only duty of state is actively maximizing the prosperity of the people
Hubungan antara pemerintah pusat & daerah : Sentralisasi : hubungan subordinatif negara diatur oleh pemerintah pusat, daerah tinggal melaksanakan Hubungan otonomi : Tipe Pelaksana Tanggungjawab Desentralisasi Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Dekonsentrasi Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat Tugas Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat Pembantuan (Medebewind) b. i)
Tipe Negara Ditinjau Dari Sisi Hukum Negara Policie (Polizei Staat) Negara Penjaga Malam bertugas menjaga tata tertib Monarki absolut Policie berarti Welvaartzorg : Penyelenggara Negara Positif : bestuur Penyelenggara Negara Negatif : menolak bahaya
ii) Rule of Law Tipe Negara Hukum Liberal Negara bersifat pasif, rakyat tunduk pada peraturan Negara. Pemerintahan berdasar hokum. Kaum liberal menginginkan kesepakatan pemerintah dan rakyat dituangkan dalam hukum. Tipe Negara Hukum Formal Negara mendapat pengesahan dari rakyat. Menurut Stahl (Denmark sarjana), Negara hokum demokratis harus mempunyai : Jaminan HAM Pemisahan kekuasaan Pemerintahan berdasar hokum (asas legalitas) Peradilan TUN Legal Material State Perkembangan dari Negara hokum formal. Dalam keadaan memaksa demi kepentingan umum, Negara boleh melanggar hokum (asas oportunitas) iii) Welfare State (Wohlfaart Staats) Satu-satunya tugas Negara adalah memaksimalkan kemakmuran rakyat.
secara
aktif
4. 2. FORM OF STATE Discussing about political manifestation of the element of state a. Niccolo Machiavelli in his book Il Principe (The King) distinguished between republic and monarchy. b. Jellinek in his book Allgemein Staatslehre differentiate republic to monarchy based on the way of forming state’s willingness. If the willingness is determined by one person means monarchy, whereas republic by council / board (more than 1 person) c. Leon Duguit in his book Traitede Droit Constitutionel Vol. II Page 607 determined the form of state by electing the head (leader) of state : monarchy (hereditary / from generation to generation) & republic (general election) d. Aristoteles observed the form of state by measuring quantity as ideal form and quality for the degeneration : If many of people led by one person for the sake of all, so it called MONARCHY. When he governs based on his self interest, the monarchy changed into DICTATOR / TYRANNY. If many of people led by numbers of people for the public interest, it called ARISTOCRACY. It became OLIGARCHY, if they govern only for their interest. It became PLUTOCRACY, if they govern only for the haves (plutocrat). If every person led everybody for all interests, it called POLITIEA. It became DEMOCRACY, if they create people’s representative Ideal Form Degeneration Form MONARCHY DICTATOR / TYRANY ARISTOCRACY OLIGARCHY PLUTOCRACY POLITEIA DEMOCRACY e. Polybios agreed on Aristoteles’ opinion with an improvement. He believed democracy as ideal form, whether OCHLOCRATIE / MOBOCRATIE as its degeneration. f. CF Strong declared 5 criteria to define form of state : The structure : unitary or united / federal state The constitution Responsibility of executive body People’s representative body The Positive Law (ius constitutum) and national law
4. 2. BENTUK NEGARA Membahas mengenai perwujudan politis dari unsur-unsur Negara : a. Niccolo Machiavelli dalam bukunya, Il Principe (The King) membedakan antara republic dan monarchy. b. Jellinek dalam Allgemein Staatslehre membedakan berdasarkan cara mewujudkan kemauan Negara. Jika kemauan Negara ditentukan oleh satu orang berarti monarchy, sedangkan republic kemauan Negara ditentukan oleh dewan (lebih dari 1 orang) c. Leon Duguit dalam Traitede Droit Constitutionel Vol. II Halaman 607 membedakan berdasarkan cara memilih Kepala Negara : monarchy (berdasarkan garis keturunan) & republic (Pemilu) d. Aristoteles menentukan berdasarkan jumlah (bentuk ideal) dan kualitas (bentuk kemerosotan) : Jika banyak orang dipimpin oleh 1 orang demi kepentingan semua, disebut MONARCHY. Jika 1 orang itu memimpin untuk kepentingannya sendiri terjadi DICTATOR / TYRANNY. Jika banyak orang dipimpin oleh beberapa orang demi kepentingan umum, disebut ARISTOCRACY. Berubah OLIGARCHY, jika beberapa orang memimpin bagi kepentingan golongannya. Menjadi PLUTOCRACY, jika mereka mempimpin demi kepentingan orang kaya (plutocrat). Jika semua orang memimpin semua orang demi kepentingan semua, disebut POLITIEA. Berubah menjadi DEMOCRACY, jika mereka membentuk badan perwakilan Ideal Kemerosotan MONARCHY DICTATOR / TYRANY ARISTOCRACY OLIGARCHY PLUTOCRACY POLITEIA DEMOCRACY e. Polybios adalah pengikut Aristoteles’ namun beranggapan democracy adalah bentuk ideal, sedangkan OCHLOCRATIE / MOBOCRATIE adalah kemerosotannya f. 5 kriteria CF Strong untuk menentukan bentuk Negara : strukturnya, konstitusinya, pertanggungjawaban lembaga eksekutif, lembaga perwakilan rakyat, hokum positif dan hokum nasionalnya
4. 3. FORM OF GOVERNMENT Confusing with governmental system, it discussed about juridical form of the state, means relations among state institutions in defining its policy as mentioned in constitution. a. Parliamentary System : Close relation between executive and parliament, which dependent to one another. Executive led by Prime Minister whose elected by Parliament from the majority parties. People didn’t elect the Prime Minister and the cabinet directly, but only the members of parliament. The cabinet responsible and submit to parliament. The cabinet could fail without supported by the majority in the parliament. In the other hand, the Head of the State could dismiss the parliament by the request of Prime Minister followed by general election to elect the new members of parliament. b. Presidential System / fixed executive : strict separation among legislative (parliament), executive and judicative. President as the Head of the state and government / executive at once. President unelected by the parliament, but together with parliament was elected by the people trough general election, so that the President and cabinet could not terminated by parliament. In the other hand, President could not terminate the parliament. Both bodies perform their duties based on constitution until the end their tenure, unless resigned by impeachment. c. Swiss System : legislative body had the immediate control by the people trough : Referendum : people’s political activity to declare against / for parliament policy or certain policy that need people’s approval : Obligator referendum : the regulation (bill, act) drafted by parliament which is valid after agreed-on by the people trough major vote, specifically for regulation related to people’s right Facultative referendum : groups of people request referendum to declare parliament’s ordinary regulation Consultative referendum : referendum for certain cases which people technically unknown People’s initiative : people has rights to draft bill to the parliament or government.
4. 3. BENTUK PEMERINTAHAN Rancu dengan system pemerintahan, akan dibahas bentuk yuridis Negara, artinya hubungan antara lembaga Negara dalam menetapkan kebijakannya berdasarkan konstitusi. a. Sistem Parlementer : Hubungan ketergantungan antara eksekutif dan parlemen. Eksekutif dipimpim oleh Perdana Menteri (PM) yang dipilih oleh Parlemen dengan mayoritas partai. Rakyat tidak memilih PM dan kabinetnya secara langsung, hanya anggota parlemen saja. Kabinet bertanggungjawab dan tuntuk pada Parlemen. Kabinet dapat dijatuhkan tanpa dukungan mayoritas suara dari parlemen. Sebaliknya, Kepala Negara dapat menjatuhkan parlemen berdasar permintaan dari PM yang diikuti dengan Pemilu untuk memilih anggota Parlemen yang baru. b. Sistem Presidensiil / fixed executive : pemisahan tegas antara legislative, eksekutif dan yudikatif. Presiden sekaligus menjadi Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh Parlemen, tapi bersama dengan Parlemen dipilih oleh rakyat lewat Pemilu, sehingga Presiden dan cabinet tidak dapat dijatuhkan oleh Parlemen. Sebaliknya, Presiden tidak dapat menjatuhkan parlemen. Kedua lembaga itu menjalankan tugas berdasar konstitusi sampai akhir masa jabatan, kecuali diberhentikan karena impeachment. c. Sistem Swiss : legislative diawasi langsung oleh rakyat melalui : Referendum : tindakan politis rakyat untuk menyatakan setuju / tidak terhadap kebijakan parlemen atau kebijakan tertentu yang memerlukan persetujuan rakyat : Obligator referendum : UU yang dirancang parlemen sah jika disetujui rakyat melalui suara terbanyak, khususnya regulasi yang berhubungan dengan hak rakyat Facultative referendum : kelompok tertentu meminta diadakan referendum untuk mengumumkan regulasi parlemen Consultative referendum : kasus tertentu yang teknisnya rakyat tidak tahu People’s initiative : rakyat berhak mengusulkan UU pada parlemen atau pemerintah
4. 4. STRUCTURE OF STATE a. Singular : Unitary State A state with central government as the highest authority and final decision maker b. Plural : United / Federated State Collectivity of federal states with effective cooperation having their own authorities but agreed on giving the certain authority to the federal government for the sake of common interest, such as financial affair, military service, international relationship, war and peace, etc. Type of government : Federal government : central government in the united state Government of federal state : each governmental institution in every federal state Georg Jellinek : United State : federal government sovereignty United Nation : federal state sovereignty Kranenburg : United State : the government’s regulation is direct legally binding the citizen United Nation : the government’s regulation is indirect legally binding the citizen CHAPTER 5 THEORY OF SOVEREIGNTY 5.1. TYPES OF SOVEREIGNTY THEORY a. God Sovereignty Theory As the oldest theory, theocracy theory explain that God hold the highest authority. b. King Sovereignty Theory According Marsilius, the king hold the highest authority, because of his position as the representative of God. The king has absolute power in the name of God. The golden era is in the renaissance. c. State Sovereignty Theory According Jellinek, the law as manifestation of the state, so that the state is the only source of every law.
4. 4. STRUKTUR NEGARA a. Tunggal : Negara Kesatuan : satu Negara memiliki pemerintah pusat sebagai kedaulatan tertinggi dan pembuat keputusan akhir b. Jamak : Negara Federas / Serikat Gabungan Negara-negara bagian dengan kerjasama efektif, memiliki kedaulatan masing-masing, tapi sepakat menyerahkan beberapa kedaulatan pada Negara gabungan (serikat) demi kepentingan bersama (Keuangan, militer, hubungan internasional, perang, damai, dll) Tipe pemerintahan : Pemerintah serikat : pemerintah pusat di Negara serikat Pemerintah Negara bagian : di setiap Negara bagian Georg Jellinek : Negara serikat : kedaulatan Negara serkita Perserikatan Negara : kedaulatan Negara bagian Kranenburg : Negara Serikat : kebijakan pemerintah langsung berlaku dan mengikat Perserikatan Negara : kebijakan pemerintah tidak langsung berlaku dan mengikat BAB V TEORI KEDAULATAN 5.1. TIPE TEORI KEDAULATAN a. Teori Kedaulatan Tuhan Sebagai teori tertua, teori theocracy beranggapan Tuhanlah kedaulatan tertinggi. b. Teori Kdaulatan Tuhan Menurut Marsilius, Rajalah kedaulatan tertinggi, karena merupakan perwakilan Tuhan di dunia. Masa keemasan pada jaman renaissance. c. Teori Kedaulatan Negara Menurut Jellinek, hukumlah penjelmaan Negara, sehingga negaralah sumber dari segala sumber hokum.
d. Legal Sovereignty Theory According Krabbe, sense of justice is above the state. State obey the law voluntarily
d. Teori Kedaulatan Hukum Menurut Krabbe, rasa keadilan diatas Negara. Negara harus sukarela tunduk pada hokum.
e. People Sovereignty Theory Immanuel Kant declared that the people hold the highest authority and sovereign in the state.
e. Teori Kedaulatan Rakyat Immanuel Kant menyatakan rakyatlah kedaulatan yang tertinggi
5.2. STATE JUSTIFICATION THEORY a. Based on Theocracy Theory State’s always right because God create state : Directly : men in powers by receiving divine revelation Indirectly : men in powers by God’s omnipotence / divine decree Augustinus in “De Civitas Dei” mentioned : Civitas terrana : worldly state hold the secular matters Civitas dei : heavenly state led by the God immutably Civitas diaboli : worldly state as empire of the evil b.
Based on Power Approach Physical Power Spiritual Power Material Power Political Power
c.
Based on Legal Approach Paternally Theory Patrimonial Theory Theory of Contract (Jhon Locke) : Pactum unions : contract of forming individuals collectivity Pactum subjektiones : contract of transferring authority between people and the king
5.2. TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA a. Teori Theocracy Negara selalu benar karena Tuhan menciptakan Negara : Secara langsung : raja mendapat wahyu dari Tuhan Secara tidak langsung : sudah kodrat Tuhanlah raja memimpin Augustinus dalam “De Civitas Dei” menyebutkan : Civitas terrana : Negara duniawi yang mengurusi masalah dunia Civitas dei : Negara surgawi yang kekal dipimpin oleh Tuhan Civitas diaboli : Negara duniawi adalah Negara setan karena dibentuk oleh setan b. Dari Sudut Kekuatan Kekuatan Fisik Kekuatan rohaniah Kekuatan Kebendaan Kekuatan Politis c.
Dari Sudut Hukum Teori Patriakhi Teori Patrimonial : hak milik Teori Perjanjian (Jhon Locke) : Pactum unions : kontrak untuk membentuk gabungan individu-individu Pactum subjektiones : kontrak untuk menyerahan kekuasaan antara rakyat dan raja
MODULE SCIENCE OF THE STATE IN A NUTS SHELL
READING MATERIALS DAFTAR BACAAN Abu Daud Busroh, 1990, Ilmu Negara, Bumi Aksara, Jakarta CF Strong, 1966, Modern Political Constitutional, The English Language Book Society and Sidgwick & Jackson Limited, London F. Isjwara, 1974, Pengantar Ilmu Politik, Binacipta Gwendolen M. Carter & John H. Herz, 1973, Government & Politics in the 20th Century, Praeger Publisher, NY-WashingtonLondon Isrok, Ilmu Negara, Slide Power Point Team Teaching, 2008 Kranenburg & Sabaroedin, 1995, Ilmu Negara Umum, Pradnya Paramita, Jakarta Moh. Kusnardi & Harmaily Ibrahim, 1988, Hukum Tata Negara Indonesia, PSHTN UI, Jakarta Muhammad Alim, 2001, Demokrasi & HAM dalam Konstitusi Madinah & UUD 1945, UII Press, Yogyakarta Sjahran basah, Ilmu Negara, PT. Ichtiar Baru – van Hoeve Soetomo, 1993, Ilmu Negara, Usaha Nasional, Surabaya Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, 2004, Sinar Grafika, Jakarta
By Riana Susmayanti, SH. MH Lecturer – Law Faculty Brawijaya University
Riana Susmayanti©2011
Read the Directions : Examinations (quiz, mid semester test, final test, etc) will be held in closed book
Malang Riana Susmayanti©2011
In the end of examination, questionnaire and answering sheets should be collected together. If it is not so, the lecturer will not evaluate the answering sheet Paper should be provided with citation (footnote, in note, bibliography)