[98] Tetap Lantang Meski Dikekang Thursday, 21 February 2013 12:42
Syeikh Ali Belhadj, Ulama Aljazair
Meski sudah berulang kali masuk bui, Syeikh Ali Belhadj tetap saja bersuara lantang mengecam kezaliman penguasa. Makanya, begitu mengetahui Prancis menyerang Mali, Belhadj langsung berunjuk rasa mengecam invasi militer Prancis terhadap negeri tetangganya, Senin (14/1) di depan Kedutaan Besar Prancis, Aljir, Aljazair.
“Usir Dubes Perancis!” pekiknya.
Selain mengecam penjajah Prancis, Ali Belhadj pun memprotes pemerintah Aljazair yang memberikan wilayah udaranya untuk pesawat tempur Prancis menyerang Gerakan Mujahid dan Gerakan Pembebasan Azwad di Mali Utara –lokasinya berbatasan dengan Aljazair.
"Sulit bagi seorang Muslim untuk melihat tentara Prancis menembaki saudara-saudara mereka seagama, dan sungguh menyakitkan menemukan penjajah kafir baru mendapat dukungan dari para pemimpin yang mengklaim bahwa mereka memimpin masyarakat Muslim," pekiknya di hadapan massa.
Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika pun langsung meresponnya dengan mengerahkan pasukan keamanan dan menangkap paksa Wakil Ketua Front Penyelamatan Islam (FIS) tersebut di lokasi unjuk rasa. Belhaj pun digelandang tanpa surat penangkapan dan entah dibawa ke mana. Hingga tulisan ini dibuat, belum diketahui ia ditahan di penjara mana.
1/5
[98] Tetap Lantang Meski Dikekang Thursday, 21 February 2013 12:42
Keluar masuk penjara memang merupakan makanan sehari-harinya. Pembebasannya dari penjara diizinkan pemerintah dengan syarat tidak boleh melakukan aktivitas politik dan publikasi media. Namun itu semua tidak digubrisnya, karena ia meyakini aktivitas politik menyeru umat untuk bangkit dan menerapkan syariah Islam secara kaaffah dalam bingkai khilafah adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi.
Tak aneh, bila setiap kali menghirup udara bebas, ia kembali keliling masjid di Aljazair. Setiap masjid yang disinggahinya, selalu penuh dengan jamaah yang haus akan pencerahan. Dan ceramahnya tidak sedikit yang direkam kemudian diunggah (upload) ke situs video Youtube. Kontan saja, baru beberapa jam bebas, ia kembali dicokok aparat.
Di salah satu masjid di Aljazair pada Oktober 2010 misalnya, di hadapan jamaah dengan lantang ia menyerang nasionalisme. “Tanah Islam itu satu, dan tidak boleh dipisahkan atau dibagi!” tegasnya seperti yang ditayangkan Youtube dalam video berjudul Testimoni Ulama tentang Khilafah Selama Pergolakan di Negeri Kaum Muslimin.
Ia pun membacakan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan jika dibaiat dua orang khilafah maka bunuhlah yang kedua. Ini berarti hukum awal bagi Muslim adalah seharusnya hanya mempunyai satu pemimpin di antara mereka dan jika ada orang lain yang hendak memerangi khalifah untuk mengambil kepemimpinan, Rasul SAW memerintahkan untuk membunuh orang tersebut untuk mencegah kekacauan dan permasalahan (yang muncul dari perpecahan, red).
Lihatlah saat ini di dunia Islam, pekiknya dengan lantang, berapa banyak presiden, berapa banyak raja, berapa banyak pemimpin bagi mereka, yang benar-benar mencintai Kitab Allah dan Sunnah Rasul SAW.
Kepada Media Umat, KH Muhammad Shiddiq Al Jawi menyatakan bahwa Ali Belhadj adalah orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. “Karena beliau tahu khilafah itu wajib dan ia memperjuangkannya,” ungkap penerjemah kitab karya Ali Belhadj yang berjudul Tanbih Al-Ghafilin wa I’lam Al-Ha`irin bi Anna I’adah Al-Khilafah Min A’zham Wajibat Hadza Al-Din (Mengembalikan Khilafah Kewajiban Terbesar dalam Islam, 2001).
2/5
[98] Tetap Lantang Meski Dikekang Thursday, 21 February 2013 12:42
Menurut Mudir Ma’had Hamfara Yogyakarta tersebut, Ali Belhadj pun pemberani, tidak takut pada penguasa zalim dan tidak takut pada kafir penjajah Prancis. Kitab Fashul Kalam fi Muwajahah Zhulm Al Hukkam (Kalimat yang Jelas dalam Menghadapi Penguasa) yang ditulisnya pada 1991 sebagai salah satu bukti tertulis kritiknya pada pemerintah Aljazair.
Ali Belhadj juga termasuk orang yang ikhlas. “Dalam berjuang tidak ada embel-embel ingin mendapat kekayaan atau selamat. Ia berjuang apa adanya walau pun harus menghadapi risiko,” ungkap penerjamah karya Ali Belhadj lainnya, Al-Damghah Al-Qawiyah li Nasf Aqidah Al-Dimuqrathiyah (Menghancurkan Demokrasi, 2002).
Ditipu Demokrasi
Ali Belhadj lahir di Tunisia pada 1965. Namanya menjadi terkenal di dunia pergerakan Islam setelah partai yang didirikannya Front Keselamatan Islam (Front Islamic du Salut/FIS) menjadi partai terlarang karena memenangkan Pemilu secara mutlak! Aneh bukan?
Tidak perlu aneh, sampai tahun 1988, di Ajazair hanya ada satu partai politik yaitu FLN. Namun ketika meletus penentangan terhadap pemerintah dan FLN, presiden Aljazair ketika itu, Chadli Bendjedid (sekaligus merangkap sebagai sekjen FLN), terpaksa mengizinkan pendirian berbagai parpol baru. Maka bermunculanlah berbagai parpol baru termasuk FIS yang berdiri sejak 1989. Hanya FIS lah satu-satunya partai berasaskan Islam dan kampanye terang-terangan akan menerapkan Islam secara total.
Meski warga Aljazair sudah lama hidup dalam belenggu dan suasana sekuler, tidak
3/5
[98] Tetap Lantang Meski Dikekang Thursday, 21 February 2013 12:42
disangka-sangka lebih memilih FIS. Walaupun rakyat mayoritas beragama Islam, namun kehidupan dan cara-cara masyarakat Aljazair hampir tidak beda dengan masyarakat Prancis atau Eropa lainnya. Dalam kehidupan keseharian mereka sangat hedonis, tapi untuk urusan pemerintahan, tampaknya rakyat Aljazair lebih percaya pada konsep Islam.
Karena Ali Belhadj dan ulama pendiri FIS lainnya memiliki konsep yang jelas dan tegas tentang Islam. Tidak berpura-pura sebagai partai yang demokratis, sekuler atau nasionalis demi meraih suara. FIS tetap konsisten dengan nilai dan prinsip Islam, baik di dalam partai ataupun sikap keluar (eksternal) terhadap partai atau golongan serta pemerintah. Nah, itulah yang dilihat rakyat.
Maka, pada pemilu 1991, artinya hanya dua tahun sejak berdirinya FIS, partai ini meraih 54 persen suara dan mendapat 188 kursi di parlemen atau menguasai 81 persen kursi. Suatu pencapaian yang fantastis! Pada pemilu putaran kedua, FIS dinyatakan menang telak.
Rakyat Aljazair menyambut gembira kemenangan FIS ini. Namun tidak dengan Benjedid antek penjajah Prancis itu. Presiden yang kemudian mengundurkan diri ini setelah kekalahan partainya segera berkonsolidasi dengan pihak-pihak yang tak ingin Islam tampil dengan berkuasanya FIS.
Maka Benjedid pun menggalang kekuatan militer. Militer dengan kekuatannya dan semena-mena, membubarkan parlemen Aljazair serta membatalkan hasil pemilu. Mohammed Boudiaf, mewakili militer, segera mendirikan Dewan Tinggi Negara, dan kemudian bertindak sebagai pemerintahan interim. Ia, entah dengan dasar apa, mengumumkan bahwa Aljazair berada dalam keadaan darurat.
Boudiaf menjadi penguasa baru di Aljazair. Ia merekayasa semua cara untuk memberangus FIS dan menyatakannya sebagai partai politik terlarang. Belhadj dan ribuan anggota dan pendukung FIS ditangkap dan dijebloskan ke penjara dan tak sedikit yang dibunuh.
Itulah salah satu bukti bahwa demokrasi memang hanyalah alat untuk mencegah syariah Islam diterapkan. Terlepas dari itu, memang ada satu thariqah (metode) Nabi Muhammad SAW yang terlewatkan dalam upaya menegakkan syariah Islam kaaffah, yakni thalabun nushrah
4/5
[98] Tetap Lantang Meski Dikekang Thursday, 21 February 2013 12:42
(meminta pertolongan untuk mendukung 100 persen penegakan syariah Islam tanpa syarat) terhadap ahlul quwwah (pemilik kekuatan/militer).
Dua belas tahun kemudian, tepatnya pada Juni 2003, Belhadj dibebaskan secara bersyarat. Syaratnya adalah tidak boleh melakukan aktivitas politik mau pun publikasi media. Namun syarat itu tidak pernah digubrisnya, sehingga ia berulang kali masuk penjara.
Karena setiap kali bebas dengan lantang tanpa rasa takut sedikit pun, ia terus mengkritik kezaliman penguasa Aljazair, penguasa Arab, penjajahan Barat di negeri-negeri Islam dan menyerukan agar kaum Muslim bersatu berjuang menegakkan khilafah Islam.[] joko prasetyo dari berbagai sumber
5/5