Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 6, No. 2, Januari 2007
SKRINING TUMBUHAN OBAT YANG MEMPUNYAI AKTIVITAS ANTIBAKTERI PENYEBAB KARIES GIGI DAN PEMBENTUK PLAK (Screening of Medicinal Plant on Antimicrobial Caused Caries and Plaque Forming Activity) Syarif Suwondo UNPAD Bandung Abstract For the purpose of preventing dental caries or dental plaque forming by traditional medicines, thirty kinds of test solution (1% w/v) derived from dried or concentrated (1:1) water-alcohols extracts of Indonesian crude drugs were assayed for antibacterial activity against a most cariogenic and dental plaque forming bacterium ~ Streptococcus mutans by paper disc method. The screening for antibacterial activity carried out by using the serotype-c and –d. of Streptoccus mutans. The (1:1) water-alcohols extracts of thirteen kinds of crude drugs Punica granatum, L. rinds showed appreciable antibacterial activity and among these, one kind of crude drugs showed antibacterial activity solely against the serotype-c of Streptococcus mutans (), and four kinds of crude drugs showed antibacterial activity against the serotype-c and –d of Streptococcus mutans namely Citrus aurantifolia (Christ.) (Swingle fruits), Syzygium aromaticum Merr. et Perry. leaves, Areca catechu L. seeds, and Piper betle L. leaves), whereas those of eight kinds of crude drugs showed activity solely against the serotype-d (Ageratum conyzoides L. leaves, Zingiber officinale Rosc. rhizomes, Nicolaia speciosa Horan. Leaves, Cymbopogon nardus, L. leaves, Alpinia galanga (L) Wild rhizomes, Zingiber aromaticum Val. rhizomes, Gardenia agusta Merr. leaves, and Boesenbergia pandurata Roxb. rhizomes. Keywords:crude drugs, antibacterial activity, Streptococcus mutans Naskah diterima tanggal 5 Oktober 2006, disetujui dimuat tanggal 1 Desember 2006 Alamat koresponden: Jl. Pasir Jaya XII Nomor 14, Bandung Jawa Barat PENDAHULUAN Penyakit karies gigi dan gingivitis merupakan dua penyakit gigi dan mulut yang paling tersebar pada masyarakat manusia. Penyebab utama kedua penyakit adalah kum-pulan bakteri yang terikat dalam suatu matriks organik dan melekat erat pada permukaan gigi yang dikenal sebagai plak(1,2,3). Hasil penelitian dalam dekade-dekade terakhir ini, menyebutkan bahwa bakteri spesifik penyebab karies gigi dan pembentuk plak adalah Streptococcus mutans (3,4). Streptococcus mutans merupakan salah salah satu jenis bakteri yang termasuk dalam kelompok Streptococcus Ü-haemolyticus yang terdiri dari 7 subspecies yaitu serotipe -a sampai serotipe – g. Di antara ketujuh subspecies tersebut, Streptococcus mutans serotipe –c merupakan salah satu galur yang paling tersebar pada populasi manusia dan sekitar 80% isolat plak berisi serotipe-c (5,6) . Dari beberapa hasil pengamatan epidemiologi, menunjukkan pula bahwa penyebaran serotipe Streptococcus mutans pada populasi manusia mempunyai taraf yang berbeda. Dikemukakan bahwa serotipe –c, -d dan -e umumnya dijumpai pada semua isolat plak dari seluruh wilayah penelitian, sedangkan serotipe –a dan –b hanya dijumpai, masing-masing pada 6 dan 9 wilayah dari 14 wilayah penelitian yang tersebar di berbagai penjuru dunia(5).
Di sisi lain, pada dekade terakhir ini banyak perhatian dunia dan para ahli dituju-kan kepada tumbuhan sebagai sumber bahan obat karena kenyataan menunjukkan bahwa untuk keperluan perawatan kesehatan dasar, diperkirakan sekitar 75%-80% penduduk desa di dunia menggunakan bahan obat yang berasal dari tumbuhan(7), dan sekitar 28 % dari tumbuhan yang ada di bumi telah dipakai sebagai bahan obat tradisional(8). Sekalipun belum banyak pakar yang menaruh perhatian terhadap pemanfaatan tumbuhan obat dalam bidang kedokteran gigi, namun laporan hasil penelitian mulai tampak menja-mur dan umumnya ditujukan untuk kepentingan dalam bidang pencegahan penyakit gigi dan mulut. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak simplisia tumbuhan obat dari berbagai negara, terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans, di samping potensi lainnya, seperti daya hambat terhadap aktivitas enzim glukosiltransverase, maupun pelekatan sel bakteri secara in vitro (9,13) . Suatu survai terhadap kepustakaan tumbuhan obat yang ada sementara ini, diperoleh informasi bahwa setidaknya terdapat 195 jenis tumbuhan yang berasal dari 74 suku atau 159 marga tumbuhan yang telah diindikasikan untuk berbagai keperluan yang ber-kaitan dengan kesehatan gigi dan mulut(14,15). Hasil survai eksploratif pada
65
Skrining Tumbuhan Obat
(Syarif Suwondo)
masyarakat pedesaan yang dilakukan pada delapan wilayah propinsi di Indonesia diperoleh keterangan bahwa setidaknya terdapat 89 jenis tanaman yang telah dikenal ataupun digunakan dalam pengobatan atau perawatan kesehatan gigi dan mulut(14,15). Sejauh ini, tidak banyak penelitian tentang tumbuhan obat Indonesia yang dikaitkan pada upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut. Keadaan demikian tentunya akan berdampak pula terhadap upaya untuk pemenuhan pelayanan kesehatan sebagai alternatif terhadap bahan kimia hasil sintesis. Selain itu, perlu pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat khususnya untuk keperluan perawatan kesehatan gigi dan mulut (fitofarmaka) sebagai pendamping obat ‘modern’ dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk maksud di atas, sebagai langkah awal, telah dilakukan penapisan terhadap sebanyak 40 jenis tumbuhan obat yang telah lama digunakan masyarakat dalam perawat-an kesehatan gigi dan mulut terhadap bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus yang diisolasi dari plak gigi. Bentuk sediaan uji
yang digunakan dalam penapisan awal tersebut adalah sediaan uji perasan (expessum), infus dan ekstrak airalkohol (1:1). Keempat puluh jenis tumbuhan tersebut dipilih di antara 89 jenis tumbuhan obat hasil survai di atas, berdasarkan luas penggunaannya di masyarakat serta penelusuran kepusta-kaan tumbuhan obat yang ada. Berdasarkan pengujian aktivitas antibakteri terhadap 40 jenis tumbuhan obat tersebut diperoleh informasi bahwa setidaknya terdapat 30 jenis tumbuhan obat yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus viridans dan/atau Staphylococcus aureus (16). METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Simplisia Simplisia yang digunakan dalam pengujian terhadap bakteri Streptococcus mutans berasal dari 30 jenis di antara 40 jenis tumbuhan obat yang memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus viridans dan/atau Staphylococcus aureus yang diisolasi dari plak gigi, pada penelitian sebelumnya(28).
Tabel I. Jenis, Kode Nama dan Bagian Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian aktivitas antibakteri berbagai Tumbuhan Obat No. Kode
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
AP AGC AA AS AG AC AB BB BP CA CD CX CZ CN GA JC MB NS OB PN PB PLI PI PG SR SA EA TI ZA ZO
Nama ilmiah (nama Indonesia) Tumbuhan Obat
Bagian Tumbuhan (Simplisia)
Abrus precatorius L (Saga) Ageratum conyzoides L (Bandotan) Allium ascalonicum L. (Bawang merah) Allium sativum L(Bawang putih) Alpinia galanga (L) Wild. (Lengkuas) Areca catechu L.(Pinang) Averrhoa bilimbi L (Belimbing wuluh) Blumea balsamifera DC. (Sembung) Boesenbergia pandurata Roxb.(Temukunci) Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle.(Jeruk nipis) Curcuma domestica Val (Kunyit) Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Temulawak) Curcuma zedoaria Rosc. (Temuputih) Cymbopogon nardus L (Sereh) Gardenia agusta Merr. (Kacapiring) Jatropha curcas L (Jarak pagar) Musa brachycarpa Backer. (Pisang biji) Nicolaia speciosa Horan. (Kecombrang) Ocimum bacilicum L. (Kemangi) Phyllanthus niruri L (Meniran) Piper betle L. (Sirih) Pluchea indica Less. (Beluntas) Pterocarpus indica Wild. (Angsana) Punica granatum L. (Delima) Sida rhombifolia L (Sidaguri) Spilanthes acmella Murr. (Legetan) Syzygium aromaticum Merr et Perry. (Cengkeh) Tamarindus indica L (Asem) Zingiber aromaticum Val. (Lempuyang) Zingiber officinale Rosc. (Jahe)
Daun Daun Umbi Umbi Rimpang Biji buah Buah Daun Rimpang Buah Rimpang Rimpang Rimpang Daun Daun Daun Buah muda Daun Daun Herba Daun Daun Getah (exudates) Kulit buah Daun Herba Daun Daun Rimpang Rimpang
Keterangan: Uji terhadap bakteri penyebab karies dan pembentuk plak Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) dan -d (OMZ-176)
66
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 6, No. 2, Januari 2007
Jenis tumbuhan obat, kode dan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan sediaan uji tertera pada Tabel I. Sediaan Uji Sediaan uji yang digunakan dalam penelitian terdiri atas sediaan simplisia dan sediaan kontrol (placebo). Sediaan yang digunakan adalah sediaan ekstrak air-alkohol (1:1) yang selanjutnya dibuat dalam bentuk ekstrak kental atau kering. Ekstraks kental atau kering tersebut dilarutkan dalam air sampai mencapai konsentrasi 1% (b/v) atau 1,0 g ekstrak kental atau kering dalam 100 ml air. Sediaan kontrol yang digunakan adalah air-alkohol (1:1).
Bakteri Uji Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian adalah Streptococcus mutans yang dikenal memiliki taraf penyebaran paling luas pada populasi manusia yaitu Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) dan Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176) yang diperoleh dari Prof. Dr. S. Kotani dan Prof. Dr. S. Hamada dari Universitas Osaka, Jepang. Media Perbenihan Media perbenihan yang digunakan adalah media perbenihan padat, agar Mueller-Hinton.
Tabel II. Aktivitas Antibakteri Sediaan Ekstrak Air-Alkohol (UBCA) berbagai Simplisia Tumbuhan Obat Indonesia)
Tumbuhan Obat/Kode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
CA EA AC PB PG AS AB SA CX PI CN AA CD JC AG AGC AP BB BP CZ GA MB NS OB PLI PN SR TI ZA ZO KO
UBCA-1 (Rank) UBCA-2 (Rank) UBCA-3 (Rank) Rata-rata Rata-rata UBCA Rank
3, 42 (91,0) 2, 53 (87,0) 1, 64 (72,0) 2,39 (81,0) 1, 20 (65,0) 1, 06 (60,0) 1, 45 (69,0) 1, 40 (68,0) 2, 07 (78,0) 0, 65 (55,0) 2, 44 (83,5) 1, 13 (63,0) 0, 73 (56,5) 0, 92 (57,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5)
3, 42 2, 53 2, 47 2, 39 1, 99 1, 27 0, 97 0, 93 0, 00 1, 31 0, 00 1, 13 1, 10 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00
(91,0) (87,0) (85,0) (81,0) (77,0) (66,0) (59,0) (58,0) (27,5) (67,5) (27,5) (63,0) (61,0) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5) (27,5)
3, 42 (91,0) 2, 53 (87,0) 3, 29 (89,0) 2, 39 (81,0) 1, 59 (71,0) 2, 11 (79,0) 1, 94 (75,0) 1, 86 (74,0) 4, 14 (93,0) 1, 96 (76,0) 2, 44 (83,0) 1, 13 (63,0) 1, 46 (70,0) 1, 84 (73,0) 0, 00 (27,5 0, 00 (27,5 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5) 0, 00 (27,5)
3, 42 2, 53 2, 47 2, 39 1, 59 1, 48 1, 45 1, 40 2, 07 1, 31 1, 63 1, 13 1, 10 0, 92 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00
91,00 87,00 82,00 81,00 71,00 68,33 67,67 66,67 66,17 66,00 64,83 63,00 62,33 52,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50 27,50
Keterangan: Uji terhadap bakteri penyebab karies dan pembentuk plak Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) dan -d (OMZ-176) Uji Kruskal-Wallis : T1 UBCA = 80, 881 (p < 0,01) ; RSK –UBCA = 22, 250 AP (Abrus precatorius L.); AGC (Ageratum conyzoides L.); AA (Allium ascalonicum L.); AS (Allium sativum L.); AG (Alpinia galanga (L.) Wild.); AC (Areca catechu L); AB (Averrhoa bilimbi L.); BB (Blumea balsamifera DC.); BP (Boesenbergia pandurata Roxb.); CA (Citrus aurantifolia (Christ) Swingle); CD (Curcuma domestica Val); CX (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ; CZ (Curcuma zedoaria Rosc.) ; CN (Cymbopogon nardus L.) ; GA (Gardenia agusta Merr.) ; JC (Jatropha curcas L.) ; MB (Musa brachycarpa Backer.) ; NS (Nicolaia speciosa Horan) ; OB (Ocimum bacilicum L.) ; PN (Phyllanthus niruri L.) ; PB (Piper betle L.); PLI (Pluchea indica Less) ; PI (Ptero-carpus indica Wild.) ; PG (Punica granatum L.) ; SR (Sida rhombifolia L.) ; SA (Spilanthes acmella Murr.) ; EA (Syzygium aromaticum Merr et Perry.) ; TI (Tamarindus indica L. ); ZA (Zingiber aromaticum Val.); ZO (Zingiber officinale Rosc.) ; KO (Kontrol) (Spilanthes acmella Murr.), rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), getah angsana (Pterocarpus indica Wild.), daun sereh (Cymbopogon nardus L.), umbi bawang merah (Allium ascalonicum L), rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dan daun jarak pagar (Jatropha curcas L.).
67
Skrining Tumbuhan Obat
(Syarif Suwondo)
Tabel III. Aktivitas Antibakteri Sediaan Ekstrak Air-Alkohol (UBDA) berbagai Simplisia Tumbuhan Obat Indonesia terhadap bakteri spesifik penyebab Karies gigi dan pembentuk Plak Streptococcus mutans serotipe-D (OMZ-176)
Tumbuhan Obat/Kode 1. CA 2. AC 3. AGC 4. ZO 5. NS 6. CN 7. AG 8. EA 9. PB 10. ZA 11. GA 12. BP 13. CD 14. OB 15. BB 16. PN 17. CX 18. SA 19. CZ 20. TI 21. PI 22. AA 23. AS 24. AB 25. PLI 26. JC 27. PG 28. AP 29. MB 30. SR 31. KO
UBDA-1 (Rank) 10, 27 4, 11 4, 78 5, 57 4, 06 3, 26 3, 18 2, 53 3, 59 2, 20 6, 21 4, 87 2, 56 2, 11 2, 47 2, 62 2, 07 1, 87 1, 92 0, 85 1, 31 1, 13 1, 06 0, 97 1, 14 1, 84 0, 80 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00
(92,0) (73,0) (77,0) (82,0) (71,0) (61,5) (59,5) (54,0) (65,0) (52,0) (84,5) (78,5) (56,5) (49,0) (53,0) (58,0) (46,0) (42,0) (44,0) (25,5) (36,0) (33,0) (31,0) (29,0) (35,0) (40,0) (23,0) (10,0) (10,0) (10,0) (10,0)
UBDA-2 (Rank) 11, 99 8, 22 7, 18 4, 76 4, 06 8, 14 3, 18 3, 80 3, 59 3, 30 0, 00 0, 00 1, 46 2, 11 0, 00 1, 57 0, 00 1, 87 0, 00 1, 69 0, 65 1, 13 0, 00 0, 97 0, 85 0, 00 0, 80 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00
(93,0) (90,0) (86,0) (76,0) (71,0) (89,0) (59,5) (67,0) (65,0) (63,0) (10,0) (10,0) (37,0) (49,0) (10,0) (38,0) (10,0) (42,0) (10,0) (39,0) (21,0) (33,0) (10,0) (29,0) (25,5) (10,0) (23,0) (10,0) (10,0) (10,0) (10,0)
UBDA-3 (Rank) 8, 56 7, 40 5, 98 3, 98 4, 06 3, 26 7, 96 5, 06 3, 59 4, 40 6, 21 4, 87 2, 56 2, 11 4, 95 2, 10 4, 14 1, 87 3, 84 2, 54 1, 97 1, 13 2, 12 0, 97 0, 57 0, 92 0, 80 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00
(91,0) (87,0) (83,0) (69,0) (71,0) (61,0) (88,0) (81,0) (65,0) (75,0) (84,5) (78,5) (56,5) (49,0) (80,0) (47,0) (74,0) (42,0) (68,0) (55,0) (45,0) (33,0) (51,0) (29,0) (20,0) (27,0) (23,0) (10,0) (10,0) (10,0) (10,0)
Rata-rata Rata-rata UBDA Rank 10, 27 6, 58 5, 98 4, 77 4, 06 4, 89 4, 77 3, 80 3, 59 3, 30 4, 14 3, 25 2, 19 2, 11 2, 47 2, 10 2, 07 1, 87 1, 92 1, 69 1, 31 1, 13 1, 06 0, 97 0, 85 0, 92 0, 80 0, 00 0, 00 0, 00 0, 00
92,00 83,33 82,00 75,67 71,00 70,67 69,00 67,33 65,00 63,33 59,67 55,67 50,00 49,00 47,67 47,67 43,33 42,00 40,67 39,83 34,00 33,00 30,67 29,00 26,00 25,00 23,00 10,00 10,00 10,00 10,00
Uji Kruskal-Wallis : T 1 UBDA = 67, 573 (p < 0,01) ; RSK –UBDA = 36, 615
Cakram kertas Cakram kertas yang digunakan sebagai penampung sediaan uji, dibuat dari kertas pengisap berukuran tebal 1,0 mm, diameter 5,5 mm dan berat sekitar 395,2 mg per 100 cakram kertas kosong. Pengisian cakram kertas dilakukan dengan dicelupkan sampai basah kemudian dikeringkan yang dibatasi sampai sebanyak 8 kali ulangan. Dengan demikian, pada setiap cakram dapat ditera rata-rata kandungan sediaan ujinya Bahan Kimia Pelarut Bahan kimia pelarut yang digunakan adalah airalkohol 1:1 Alat Penelitian Alat laboratorium farmakognosi : mesin pelumat (blender), lumpang dan alu porse-len, timbangan gram kasar, timbangan analitik (Bosch S-2000), penangas air, ayakan tepung, alat penguap (Rotapavor, Buchii RE-111), gelas ukur dan alat lain yang umum digunakan dalam laboratorium farmakognosi.
68
Alat laboratorium mikrobiologi : cawan petri, tabung reaksi, kaca pembesar, peng-garis milimeter dan alat lain yang umum dipakai dalam laboratorium mikrobiologi. Cara Pembuatan Sediaan Sediaan ekstrak air-alkohol dibuat dengan cara maserasi, yaitu dengan merendam simplisia sebanyak 10 g dalam 100 ml pelarut air-alkohol selama 24 jam sambil sekali-sekali diaduk. Setelah 24 jam, ekstrak disaring melalui kertas saring dan ampasnya diperas. Ampas ditambah cairan pelarut secukup-nya, diaduk kemudian disaring sehingga diperoleh cairan ekstrak sebanyak 100 ml. Setelah itu cairan ekstrak diuapkan dengan alat penguap (Rotavapor, Buchii RE-111) sampai berbentuk cairan kental, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan penangas air dengan suhu antara 500-600 sampai diperoleh ekstrak kental atau kering, dan hasilnya ditimbang. Cara Penelitian Aktivitas antibakteri sediaan uji terhadap Streptococcus mutans, ditetapkan berdasarkan metode
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 6, No. 2, Januari 2007
Tabel IV. Aktivitas Antibakteri Sediaan Ekstrak Air-Alkohol berbagai Simplisia Tumbuhan Obat Indonesia terhadap bakteri spesifik penyebab karies gigi dan pembentuk plak Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) dan serotipe-d (OMZ-176)
No.
Tumbuhan Obat
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle Syzygium aromaticum Merr. et Perry.) Areca catechu L. Piper betle L. Punica granatum L. Ageratum conyzoides L Zingiber officinalis Rosc. Nicolaia speciosa Horan Alpinia galanga (L) Wild. Zingiber aromaticum Val. Gardenia agusta Merr Boesenbergia pandutara Roxb. Cymbopogon nardus L. Curcuma domestica Val. Allium sativum L. Averrhoa balimbi L. Spilanthes acmella Murr. Curcuma xanthorrhiza Roxb. Pterocarpus indica Willd. Allium ascalonicum L. Jatropha curcas L. Ocimum basilicum L. Blumea balsamifera DC. Phyllanthus niruri L
difusi agar dengan cakram kertas (metode Bauer-Kirby). Terdapat 31 macam perlakuan yang atas sediaan uji larutan ekstrak air-alkohol yang berasal dari simplisia 30 jenis tumbuhan obat dan satu kelompok kontrol (plasebo), dikenakan ke pada dua jenis bakteri uji Streptococcus mutans serotipe-c dan –d dengan 3 kali ulangan perlakuan. Pengukuran aktivitas antibakteri diukur dengan cara pengukuran dan penilaian lebar daerah hambat (LDH) rata-rata pertumbuhan bakteri (mm) per unit kandungan sediaan dalam cakram (mg). Analisis Hasil Pengamatan Hasil pengamatan dianalisis dengan analisis varians non parametrik sesuai dengan rancangan yang dipakai untuk melihat ada tidaknya perbedaan efek antibakteri diantara 31 macam perlakuan tersebut di atas. Hasil pengamatan perlakuan yang dirancang meng-ikuti disain rancangan acak lengkap dianalisis dengan analisis varians satu arah non parametrik Kruskal-Wallis(17) dengan taraf signifikansi 0,01. Bilamana uji statistik analisis varians memberikan isyarat menolak Ho, pengujian diteruskan dengan statistik uji perbedaan multiple comparisons Kruskal-Wallis. Berdasarkan uji perbedaan multipel ini, dapat ditetapkan nilai rentang signifikansi terkecil Kruskal-Wallis (RSK), dan dapat ditentukan pula aktivitas antibakteri sediaan
Streptococcus mutans –c –d (MT-8148R) (OMZ-176)
+ + + + + ± ± ± ± ± ± ± ± ± -
+ + + + + + + + + + + + ± ± ± ±
uji simplisia tumbuhan obat yang berbeda nyata dan tidak dengan kelompok kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN a). Aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans serotipe-c (MR-8148R). Analisis data hasil pengamatan memberikan isyarat bahwa efek di antara ke-31 perlakuan terhadap Streptococcus mutans sangat berbeda nyata (T1 = 80, 881; p < 0,01). Melalui analisis rentang signifikasi terkecilnya (RSK UBCA = 22, 25), dari ke-30 sediaan uji tertapis sebanyak 14 sediaan yang berbeda sangat nyata dengan sediaan kontrol (KO) (Tabel II). Ke-14 sediaan uji yang aktif terhadap Streptococcus mutans serotipe-c, berturut-turut dari aktivitasnya yang paling tinggi ke rendah adalah sediaan uji berasal dari simpli-sia tumbuhan sebagai berikut: buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle.), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr et Perry.), biji buah pinang (Areca catechu L.), daun sirih (Piper betle L.), kulit buah delima (Punica granatum L.), umbi bawang putih (Allium sativum L.), buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), herba legetan. Berdasarkan hasil analisis rentang signifikans terkecil (RSK UBCA = 22,25) dapat ditetapkan kelompok
69
Skrining Tumbuhan Obat
(Syarif Suwondo)
sediaan uji yang memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi terhadap Streptococcus mutans serotipe-c (MT8148R), yaitu ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), biji pinang (Areca catechu L.) daun sirih (Piper betle L.), dan kulit buah delima (Punica granatum, L.). b) Aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176). Hasil pengamatan aktivitas antibakteri sediaan ekstrak yang berasal dari 30 jenis tumbuhan obat terhadap bakteri Streptococcus mutans serotipe-d disampaikan pada Tabel III. Dari sebanyak 30 jenis sediaan uji, terdapat 27 jenis sediaan ekstrak tumbuhan obat yang memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan baklteri Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176). Berdasarkan hasil analisis, ternyata aktivitas antibakteri antar perlakuan sediaan uji berbeda sangat nyata (T1 = 67, 573; p < 0,01). Melalui rentang signifikansi terkecil yang didapat (RSKUBDA = 36,61) tertapis sebanyak 16 jenis sediaan uji tumbuhan obat yang menunjukkan aktivitas antibakteri Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176) berbeda sangat nyata dengan sediaan kontrol (p < 0,01) Enambelas sediaan uji yang aktif terhadap Streptococcus mutans serotipe-d, berturut-turut berdasarkan aktivitasnya yang paling tinggi ke rendah adalah sediaan ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia(Christ.) Swingle), biji buah pinang (Areca catechu L.), daun bandotan (Ageratum conyzoides L.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), daun kecombrang (Nicolaia speciosa Horan.), daun sereh (Cymbopogon nardus L.), rimpang lengkuas (Alpinia galanga (L.) Wild.), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), daun sirih (Piper betle L.), rimpang lempuyang (Zingiber aromaticum Val.), daun kacapiring (Gardenia agusta Merr.), rimpang temukunci (Boesenbergia pandurata Roxb.), rimpang kunyit (Curcuma domestica Val), daun kemangi (Ocimum bacilicum L.), daun sembung (Blumea balsamifera DC.) dan herba meniran (Phyllanthus niruri L.). Di antara 16 sedian uji tumbuhan obat yang memberikan aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap Streptococcus mutans serotipe-d (OMZ-176) adalah ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle). Sediaan lain yang memiliki aktivitas setara dengan ekstrak buah jeruk nipis adalah sediaan ekstrak biji buah pinang (Areca catechu L.), daun bandotan (Ageratum conyzoides L.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), daun kecombrang (Nicolaia speciosa Horan.), daun sereh (Cymbopogon nardus L.), rimpang lengkuas (Alpinia galanga (L.) Wild.), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), daun sirih (Piper betle L.), rimpang lempuyang (Zingiber aromaticum Val.), daun kacapiring (Gardenia agusta Merr.), rimpang temukunci (Boesenbergia pandurata Roxb.). Berdasarkan kedua hasil pengamatan aktivitas antibakteri dari 30 tumbuhan obat telah tertapis sediaan uji yang berasal dari 24 jenis simplisia tumbuhan obat yang
70
aktif terhadap bakteri spesifik penyebab karies dan pembentuk plak Streptococcus mutans serotipe-c dan -d. Dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dari sebanyak 30 jenis tumbuhan obat yang aktif terhadap bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus, hanya sebanyak 24 jenis tumbuhan obat yang memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak semua jenis sediaan yang berasal dari tumbuhan yang aktif terhadap Streptococcus viridans juga aktif terhadap Streptococcus mutans. Selanjutnya, hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa di antara 24 jenis tumbuhan tersebut di atas, sebanyak 8 jenis sediaan tumbuhan obat yang hanya aktif terhadap Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R), 6 jenis sediaan yang aktif terhadap serotipe –c (MT-6148R) dan –d (OMZ-176) dan sebanyak 10 jenis yang hanya aktif terhadap Streptococcus mutans serotiped (OMZ-176) (Tabel 4). Delapan jenis sediaan ektrak air-alkohol yang hanya memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans serotipe-c (MT-8148R) adalah ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.), umbi bawang putih (Allium sativum L.), buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), herba legetan (Spilanthes acmella Murr.), rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), getah angsana (Pterocarpus indica Wild.), umbi bawang merah (Allium ascalonicum L.), dan daun jarak pagar ( Jatropha curcas L.). Sebanyak enam jenis sediaan yang aktif terhadap serotipe –c (MT-8148R) dan –d (OMZ-176), adalah sediaan ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle), daun cengkeh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), biji buah pinang (Areca catechu L.), daun sirih (Piper betle L.), daun sereh (Cymbopogon nardus L.), dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val). Selain itu, terdapat sepuluh jenis sediaan ekstrak tumbuhan obat yang hanya aktif terhadap Streptococcus mutans serotiped (OMZ-176) yaitu sediaan ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), daun kecombrang (Nicolaia speciosa Horan.), rimpang lengkuas (Alpinia galanga (L.) Wild.), rimpang lempuyang (Zingiber aromaticum Val.), daun kaca-piring (Gardenia agusta Merr.), rimpang temu-kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.), daun kemangi (Ocimum bacilicum L.), daun sembung (Blumea balsamifera DC.) dan herba meniran (Phyllanthus niruri L). Bila dianalisis berdasarkan rentang signifikansi terkecil (RSK) masing-masing, maka dari 24 jenis simplisia tumbuhan obat di atas tertapis sebanyak 13 jenis simplisia yang menunjukkan aktivitas antibakteri paling tinggi (+) terhadap Streptococcus mutans. Dari 13 jenis simplisia tersebut di atas, satu jenis sediaan simplisia tumbuhan obat yang hanya aktif terhadap Streptococcus mutans serotipe-c yaitu Punica granatum L., delapan jenis simplisia hanya aktif terhadap Streptococcus mutans.serotipe-d yaitu, sediaan ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), daun kecombrang (Nicolaia
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 6, No. 2, Januari 2007
speciosa Horan.), daun sereh (Cymbopogon nardus L), rimpang lengkuas (Alpinia galanga (L.) Wild.), rimpang lempuyang (Zingiber aroma-ticum Val.), daun kacapiring (Gardenia agusta Merr.), dan rimpang temukunci (Boesenbergia pandurata Roxb.) dan sebanyak empat jenis aktif terhadap serotipe –c dan –d, yaitu sediaan ekstrak buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christ.) Swingle), daun ceng-keh (Syzygium aromaticum Merr. et Perry.), biji buah pinang (Areca catechu L.), dan daun sirih (Piper betle L.). Perbedaan-perbedaan di atas, memberikan gambaran bahwa sensitivitas serotipe-serotipe Streptococcus mutans terhadap zat aktif tumbuhan yang berdaya antibakteri, tidak sama. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa serotipe –d relatif lebih sensitif dari pada serotipe-c. KESIMPULAN Hasil penapisan 30 jenis simplisia tumbuhan obat berdasarkan aktivitas antibakteri bakteri spesifik penyebab karies dan pembentuk plak-gigi, telah tertapis sebanyak 24 macam simplisia tumbuhan obat yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans. 6 jenis yang memperlihatkan aktivitas anti-bakteri terhadap kedua serotipe yaitu Streptococcus mutans serotipe-c (MT8148R) dan Strepto-coccus mutans serotype-d (OMZ-176), 8 jenis hanya aktif terhadap Streptococcus mu-tans serotipe -c (MT-8148R) saja dan 10 jenis simplisia tumbuhan yang hanya aktif ter-hadap Streptococcus mutan serotipe -d (OMZ-176) saja. Di antara 24 macam simplisia tersebut, tertapis sebanyak 13 jenis yang memperlihatkan aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap Streptococcus mutans. Selain itu, terlihat gambaran sensitivitas yang berbeda antara ke dua serotipe Streptococcus mutans terhadap zat aktif tumbuhan obat yang memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri ini dan tampaknya, serotipe -d lebih sensitif dibandingkan serotipe-c. SARAN Untuk membuka cakrawala baru dalam tahaptahap awal pengembangan obat tradisional menuju fitofarmaka ataupun sebagai alternatif terhadap obat kimia hasil sintesis, perlu dikembangkan kebijakan penelitian tumbuhan obat melalui sistem skrining baik terhadap efek farmakologik ataupun karakteristik lain. Skrining dapat dilakukan terhadap tumbuhan obat yang telah dikenal dan digunakan masyarakat maupun tumbuhan obat yang sampai saat ini belum terjamah oleh peneliti tumbuhan obat. Dalam rangka pengembangan dan pemanfaatannya dalam bidang Kedokteran Gigi Pencegahan, perlu segera ditindak lanjuti melalui penelitian lanjutan, khususnya menge-nai zat aktif berkhasiat, cara kerja atau efek farmakologik lain. Penelitian diutamakan yang berhubungan dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut, seperti daya hambat terhadap pelekatan sel bakteri, sintesis glucan, inhibisi terhadap enzim glukosiltrans-ferase maupun pembentukan polisakarida ekstraselular bakteri Streptococcus mutans.
ACKNOWLEDGEMENT The author gratefully wishes to acknowledge Prof Dr. R.M. Soelarko (RIP), Prof Dr. Rudy Syarif Sumadilaga and Prof. Dr. Sidik, for their advice, and to Prof. Dr. S. Kotani and Prof. Dr. S. Hamada (Osaka University Dental School) for providing Streptococcus mutans strains. Partial support for this study from W H O (Geneva) and Aji Dharma Foundation (Jakarta) are also acknowleged. DAFTAR RUJUKAN 1. World Health Organization. 1972. The Etiology and Prevention of Dental Caries Report of a WHO Scientific Group, WHO-TRS No. 144, WHO, Geneva 2. ———— . 1978. Epidemiology, Etiology and Prevention of Periodontal Disease. WHO-TRS, No. 621, WHO, Geneva. 3. Burnett, G.W. and B. M. Pennel . 1973 .Dental Integuments and Deposits as Etiology Factors in Periodontal Disease and Dental Caries. In: Lasslo, A and R.P. Quintana. (Eds.). Surface Chemistry and Dental Integuments. Charles C Thomas Publisher, Springfield, Illinois, USA, 3-73 4. Hamada, S. and H. D. Slade. 1980. Biology, Immunology and Cariogenicity of Streptococcus mutans. Microbiol. Rev. 44 (2) : 331-184 5. Bratthal, D. 1972. Demonstration of Streptococcus mutans Strains in Some Selected Areas of the World. Odontol. Rev. 23 : 401-410 6. Bright, J.S., S. Rosen and F. W. Chorpenning. 1977. Survey on the Seven Serological types of Streptooccus mutans in Six Year-Old Children. J. dent. Res. 56 (1) : 1421 7. Haman, O. 1991. The Joint IUCN – WWF Plants Conservation Progamme and Its Interest in Medicinal Plants. In: Akarele, O., V. Heywood and H. Synge. (Eds.). Conservation of Medicinal Plants. Cambridge University Press, Cambridge. 8. Farnswoth, N.R. and D.D. Soejarto. 1991. Global Importance oc Medicinal Plants. In: Akarele, O. , V. Heywood and H. Synge. (Eds.). Conservation of Medicinal Plants. Cambridge University Press. Cambridge. 25-51. 9. Namba, T., M. Taunezuka, K. H. Bae, and M. Hattori. 1981. Studies on Dental Caries Prevention by Traditional Chinese Medicine. I. Screening of Crude Drug for Antibacterial Action against Streptococcuc mutans. Shoyakugaku Zasashi, 35 (4) : 295-302. 10. Namba, T., M. Taunezuka, and M. Hattori. 1982. Dental Caries Prevention by Traditional Chinese Medicine. II. Potent Antibacterial Action of Magnoliae Cortex Extracts Against Streptococcus mutans . Planta Medica, 44 : 100-106 11. Namba, T., M. Taunezuka, D.M.R.B. Dissanayake, U. Pilapitiya, K. Saito, N. Kakiuchi and M. Hattori. 1985. Studies on Dental Caries Prevention by Traditional Chinese Medicine. VII. Screening of Ayurvedic Medicines for Anti – Plaque Action. Shoyakugaku, Zasashi. 39 (2) : 146-153.
71
Skrining Tumbuhan Obat
(Syarif Suwondo)
12. Konzai, K. Y. Mikaye, H. Kohda, K. Yamasaki, N. Nagasaka and H. Suginaka. 1984. Inhibition of Glucocyltransferase Activity from Streptococcus mutans by Various Crude Drug Extracts. Microbios Letters, 26 : 105-108 13. Kohda, H., K. Konzai, N, Nagasaka, Y. Miyake, H. Suginaka, k. Hidaka, and K. Yamasaki. 1986. Prevention of Dental Caries by Oriental Folk Medicine - Active Principle of Zizyphy Fructus for Inhibition of Insoluble Glucan Formation by Cariogenic Bacterium Streptococcus mutans. Planta Medica, 2 : 77-162 14. Suwondo, S., Sidik, R.S. Sumadilaga, dan R.M. Soelarko. 1985. Survai Tanaman Obat yang dipakai dalam Pengobatan Penyakit Gigi dan Mulut pada Masyarakat diberbagai wilayah pulau Jawa dan
72
Madura Proceeding-1 Seminar Pembudidayaan Tanaman Obat, Purwokerto : Universitas Soedirman. 31-41 15. Suwondo, S. dan R.M. Soelarko. 1986. Tanaman Obat yang dipakai dalam Penyakit Gigi dan Mulut pada Masyarakat di berbagai Wilayah Pulau Jawa dan Madura. Laporan Survai II. KPPKGI –VII, Jakarta: Universitas Indonesia. 16. Suwondo, S. 1988. Screening Aktivitas Antibanteri Tumbuhan obat Indonesia yang Banyak Digunakan Masyarakat untuk Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus yang diisolasi dari Plak Gigi (Tidak dipublikasikan) 17. Connover, W.J. 1980. Practical Nonparametric Statistic. Second edition. New York : John Wiley and Sons.