SYARAT-SYARAT TEKNIS Pasal 1 URAIAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN 1. Rencana Kerja a. Sebelum memulai dengan pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyusun Rencana Kerja secara terperinci termasuk jadwal pelaksanaan (time schedulle) dan diajukan kepada Pemberi Tugas/Direksi pekerjaan selambat-lambatnya satu minggu setelah penunjukan pemenang untuk disetujui. b. Setelah disetujui jadwal pekerjaan (time schedulle) tersebut harus dicetak dan cetakkannya diserahkan kepada Pemberi Tugas / Direksi pekerjaan, sedangkan cetakan lainnya harus selalu terpampang / ditempelkan ditempat pekerjaan (barak kerja/gudang) dan juga pada lampiran dokumen kontrak. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan alat-alat dan bahan bangunan, tenaga kerja, peralatan dan sebagainya yang pada umumnya langsung/tidak langsung termasuk dalam usaha penyelesaian dengan baik dan menyerahkan pekerjaan dlam keadaan sempurna / lengkap. Juga dimaksudkan disini adalah semua pekerjaan, selanjutnya harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk serta dalam pengawasan Direksi. c. Rencana Kerja ini akan dipakai oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas sebagai dasar untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan, kelambatan dan perpanjangan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pemborong. 2. Pelaksanaan dan Gambar Pelaksanaan a. Pemborong diwajibkan meneliti semua gambar dan RKS sebelum pekerjaan dilaksanakan. b. Apabila ada persyaratan yang tidak lazim dilaksanakan atau bila dilaksanakan akan menimbulkan bahaya, maka pemborong diwajibkan untuk mengadakan perubahan seperlunya dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Tugas / Direksi / Pengawas Pekerjaan. c. Apabila ada perbedaan antara Bestek (RKS) dengan gambar, maka pemborong diwajibkan menyampaikan kepada Direksi pekerjaan / Pengawas pekerjaan untuk diadakan perbaikan. d. Pemborong diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk menuju penyelesaian pekerjaan secara cepat, baik dan lengkap sesuai dengan gambar dan RKS. e. Pihak pemborong dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang mungkin terjadi akibat letak daerah proyek dan memperhitungkan harga satuan yang termuat dalam surat penawar, termasuk kehilangan dan kerusakan bahan dan alat. f. Kepada Pemborong akan diserahkan tanah bangunan/lapangan pekerjaan dalam keadaan sebagaimana pada waktu diadakan peninjauan lapangan, dan segala sesuatu yang berada ditanah bangunan selama penyelesaian pekerjaan menjadi tanggung jawab pemborong. g. Pemoborong harus menjaga ketertiban selama pekerjaan dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga lingkungan sekitarnya menjadi tertib. h. Pekerjaan harus diserahkan dengan lengkap, selesai dengan baik dan sempurna pada Pemberi Tugas / Direksi pekerjaan termasuk perbaikan-perbaikan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan termasuk pembersihan lapangan pekerjaan dari sisa bahan bangunan. 3. Ketentuan-ketentuan lainnya Selain Rencana kerja dan Syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain yang mengikat didalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
a. Gambar Gambar-gambar yang dilampirkan pada rencana Kerja dan Syarat-syarat. Gambar detail berikut penjelasan. b. Petunjuk-petunjuk Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan (Aanwijzing), yang tercantum dalam Berita Acara Rapat Penjelasan. Pasal 2 PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Barak kerja / Gudang bahan a. Pemborong harus membuat barak kerja / gudang bahan. b. Barak kerja harus disediakan kotak PPPK lengkap terisi obat-obatan menurut kebutuhan. c. Pembuatan gudang bahan harus sedemikian baiknya, sehingga bahan-bahan yang disimpan dan akan digunakan tidak rusak karena hujan, panas dan lain-lain. Lantai gudang dari papan dan mempunyai ketinggian minimal 30 cm dari permukaan tanah, serta dinding dan atapnya tidak boleh bocor. 2. Papan Nama Kegiatan Pemborong wajib memasang Papan Nama Kegiatan ukuran serta model tulisannya akan ditentukan kemudian. Biaya pembuatan Papan Nama Kegiatan menjadi tanggung jawab pemborong. 3. Gambar – gambar a. pemborong yang telah ditunjuk akan diberikan gambar-gambar revisinya dengan copy dan kekurangan-kekurangan gambar rencana. b. Pemborong harus membuat perubahan-perubahan gambar (revisi) bila mana pada saat pelaksanaan pekerjaan terjadi perubahan-perubahan untuk dimintakan persetujuan Direksi. c. Segala akibat dan kelalaian pemborong dalam ketelitian ukuran ini menjadi tanggung jawab pemborong. 4. Ukuran – ukuran a. Pemborong harus memeriksa dan meneliti ulang ukuran-ukuran satu sama lain yang tertera dalam gambar serta penyesuaian dengan keadaan dilapangan. b. Pemborong harus memberitahukan kepada Direksi, bilamana terdapat ukuran-ukuran yang tidak cocok, untuk dimintakan persetujuan Direksi. c. Segala akibat dari kelalaian pemborong dalam melaksanakan ketelitian ukuran ini menjadi tanggung jawab pemborong. 5. Ukuran Pokok Ukuran tinggi ditentukan dalam gambar, dan pemborong wajib memeriksa kembali ukuran-ukuran tersebut. Didalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran-ukuran yang keliru, pemborong harus bertanggung jawab sepenuhnya. Apabila terdapat ketidak cocokan ukuran menurut gambar, pemborong segera memberitahukan untuk mendapat persetujuan Direksi, demikian juga dalam penyimpangan terhadap perubahan-perubahan ukuran. Dalam hal ini Direksi akan memberitahukan suatu ukuran yang telah disesuaikan untuk pedoman pelaksanaan. 6. Peil / Titik Duga a. Sebagai peil atau titik duga (0.00) akan ditentukan kemudian pada waktu pelaksanaan dengan berpedoman muka jalan yang ada. Ukuran tinggi dan ukuran-ukuran dalam akan ditentukan dari ukuran pokok ini.
2
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
b. Pengukuran bangunan harus dikerjakan dengan teliti dan sesuai dengan ukuran menurut gambar atau menurut petunjuk Direksi. c. Semua pengukuran harus dilakukan dengan alat Waterpass atau Theodolit. Pasal 3 PEKERJAAN PONDASI 1. Pondasi batu kali Pondasi bangunan menggunakan pasangan batu kali dengan adukan 1 pc : 4 ps dilaksanakan pada dinding-dinding batu bata pembatas ruangan dengan posisi dan ukuran sesuai dengan gambar. a. Sebelum dilakukan penimbunan lapisan pasir, dasar galian harus bersih dari segala macam kotoran. b. Timbunan lapisan pasir harus disiram dengan air sampai mencapai kepadatan yang dipersyaratkan / kadar air yang optimum. c. Pengurugan tanah kembali, dilaksanakan setelah semua pekerjaan diatas selesai dikerjakan. Pasal 4 PEKERJAAN BETON 1. Uraian umum Ini meliputi pangadaan bahan, tenaga dan peralatan lain yang diperlukan pada pekerjaan dimaksud. a. Semua pekerjaan beton bertulang baik ukuran, bentuk dan penempatannya harus sesuai dengan gambar, rencana. b. Semua pekerjaan beton bertulang harus diawasi langsung oleh pelaksana dan didampingi oleh tenaga ahli yang telah berpengalaman pada pekerjaan ini. c. Bila terdapat kesulitan dalam pelaksanaan, sehingga diinginkan perubahan-perubahan yang menyangkut segi perencana, pelaksana lapangan wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada direksi. d. Direksi berhak merubah / membatalkan pekerjaan, bila pelaksanaanya tidak sesuai dengan gambar dan RKS. e. Pemakaian bahan-bahan harus memenuhi syarat-syarat kwalitas baik, seperti semen dan air kerja yang dipakai. f. Direksi barhak meneliti ukuran mauapun mutu dari bahan seperti : koral, pasir, besi beton dan lain-lainnya, juga berhak untuk menolak penggunaaan bahan tersebut, bila dianggap tidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam PBI 1971. g. Pengecoran dapat dilakukan setelah pemborong mengajukan laporan secara tertulis dan telah mendapat persetujuan dari Direksi. 2. Beton tak bertulang Beton tak bertulang adukan 1 pc : 3 ps : 5 krl, dilaksanakan pada lantai kerja untuk pondasi plat dan pada rabat keliling bangunan antara saluran air hujan dan dinding bangunan. 3. Beton bertulang Beton bertulang adukan 1 pc : 2 ps : 3 krl, dilaksanakan untuk sloof, kolom struktur, balok lantai, plat lantai, konsul beton, plat tangga, kolom praktis, ring balk, pondasi plat setempat dan pada pekerjaan lainnya yang ditentukan dalam gambar.
3
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
4. Bahan – bahan a. Besi beton Besi beton yang dipergunakan harus berkwalitas (KS TI ) baik tidak cacat, bebas dari karat, retak, gelombang dan tidak bias pakai besi banci (Medan). b. Krikil dan Spilit 1/2, 2/3 Krikil untuk semua pekerjaan beton bertulang dipakai ukuran 1 s/d 3 cm. Bersih dari segala kotoran dan debu, tanah, garam dan tidak keropos. c. Pasir coor Harus khusus untuk beton, bersih dari segala kotoran dan tidak boleh tercampur dengan bahanbahan lain (tanah, lumpur), pasir tersebut berbutir tajam. d. A i r Air yang digunakan haruslah air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, garam dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan yang dapat merusak beton. e. Ukuran Ukuran-ukuran konstruksi beton bertulang harus sesuai bestek dan gambar 5. Pedoman pelaksanaan a. Penempatan / pemasangan bekisting harus ditimbang dahulu dengan selang, sehingga mendapatkan pekerjaan yang vertikal dan horizontal seperti yang disyaratkan. b. Semua pekerjaan pembesian harus dikerjakan pada tempat pekerjaan, ukuran besi maupun teknis pemasangan harus sesuai dengan gambar dan petunjuk direksi. c. Mengaduk beton harus memakai alat pengaduk mekanik (mollen). d. Pengecoran dapat dilakukan, bila bekisting/steiger sudah siap, sisa kawat beton dan kotorankotoran lainnya sudah dibersihkan dan telah mendapatkan persetujuan direksi. e. Pada waktu pengecoran pemborong harus menggunakan alat penggetar (Vibrator). 6, Bekisting Beton a. Untuk bekisting kolom, sloof, ring balk, balok lantai, digunakan dari kayu kelas IV, yang dirancang sedemikian rupa sehingga kuat dan kokoh. b. Bekisting harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk yang nyata dan cukup dapat memikul beban-beban sementara, selama pembetonan berlangsung. c. Hasil beton yang kurang baik, seperti sarang-sarang koral, permukaan beton tidak mengikuti bentuk, munculnya pembesian / tulangan pada permukaan beton dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat-syarat harus dibongkar dan kemudian diperbaiki atas beban pemborong. 1. Pembesian 3.1
Besi yang digunakan adalah diameter 16 mm polos untuk tulangan memanjang dan diameter 10 mm untuk tulangan plat lantai
2. Pengecoran 4.1
Mutu beton yang digunakan adalah K 175. Adukan beton dibuat dengan molen (concrete mixer). Adukan tidak boleh terlalu encer dengan pertimbangan bahwa didalam lobang terdapat genangan air tanah.
4
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
PASAL 5. PEKERJAAN BETON KONSTRUKSI 1.
Ketentuan Umum. 1.1.
Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik atau syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan teknis ini. Dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai dengan standard yang berlaku yaitu : a. Tata Cara Perhitungan Kekuatan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-151991-03). b. Peraturan Umum Beton Indonesia (PUBI, 1982). c. Standard Industri Indonesia (SII). d. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983. e. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung (PPTGUG, 1983). f. American Society Of Testing Matrial (ASTM).
2.
3.
1.2.
Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan tepat dan mempunyai presisi yang tinggi dengan toleransi yang sekecil mungkin, sebagaimana tercantum dalam persyaratan ini dan sesuai dengan gambar kerja serta sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh Pengawas.
1.3.
Semua material yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, harus dari material yang mutunya telah teruji dan dapat dibuktikan dengan ketentuan-ketentuan yang telah disyaratkan.
1.4.
Kontraktor wajib melakukan pengujian terhadap beton-beton yang akan dipergunakan di dalam pekerjaan ini, guna mengetahui kekuatan, kondisi serta bentuk dan ukuran dari beton itu sendiri.
1.5.
Seluruh material yang tidak memenuhi ketentuan serta persyaratan yang berlaku, harus segera diangkut untuk dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak diperkenankan dipergunakan kembali.
Lingkup Pekerjaan. 2.1.
Lingkup pekerjaan diatur dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan beton/struktur yang sesuai dengan gambar rencana.
2.2.
Pekerjaan beton/struktur harus sesuai dengan gambar rencana, termasuk didalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
2.3.
Pengadaan detail, fabrikasi dan pemasangan semua kerangka (reinforcement) dan bagianbagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.
2.4.
Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pelaksanaan pekerjaan beton ini.
Bahan-bahan / Material. 3.1.
Semen : a. Semen yang digunakan adalah semen portland PCC dan merupakan hasil produksi dalam negeri, harus satu merek. Semen disimpan sedemikian rupa untuk mecegah terjadinya kerusakan pada bahan atau terjadinya pengotoran oleh bahan-bahan lain. 5
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
b. Penyimpanan semen harus didalam gudang tertutup, sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan-bahan atau material lain. 3.2. Agregat Kasar : a. Agregat untuk beton harus mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut, antara lain yaitu : b. Agregat beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang sesuai dengan standar SII 0052-80 tentang; “Mutu dan cara uji agregat beton”. Atau ketentuan dan persyaratan menurut ASTM C 23 “Specification For Concrete Aggregates”. c. Atas persetujuan Pengawas, diperbolehkan menggunakan agregat dengan standar lain, asal disertai dengan bukti berdasarkan pengujian khusus atau untuk pemakaian nyata, dimana kekuatan, keawetan dan ketahanannya dapat memenuhi persyaratan. d. Dalam segala pekerjaan, ukuran maksimum agregat kasar tidak melebihi ketentuan berikut :
3.3.
Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton. Sepertiga dari tebal pelat. 3 /4 Jarak bersih minimum antar batang tulang, atau berkas batang tulangan. Terjadinya toleransi ukuran dapat diperbolehkan menurut tenaga ahli, untuk kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah sedemikian rupa, sehingga kondisi beton dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau adanya rongga-rongga.
Air : a. Air yang digunakan pada campuran beton harus dengan ketentuan berikut : b. Jika mutunya meragukan harus di analisis kimia dan dievaluasi mutunya menurut tujuan pemakaiannya. c. Harus bersih dan tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara nyata. d. Tidak mengandung benda-benda yang tersuspensi lebih dari 2 gr/liter. Pasal 5 PEKERJAAN DINDING BATU BATA
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga dan saran lainnya. 1. Pasangan batu bata 1 pc : 2 ps (Trasraam). Pasangan dinding batu bata 1 pc : 2 ps dilaksanakan pada pekerjaan : a. Pasangan dinding trasraam yang dilaksanakan diatas sloof setinggi 30 cm diatas peil lantai. b. Bagian-bagian dinding lainnya yang ditetapkan dalam gambar. c. Pada pembuatan saluran air hujan keliling bangunan. 2. Pasangan batu bata 1 pc : 4 ps. Pasangan batu bata 1 pc : 4 ps, dilaksanakan pada seluruh dinding pembatasan ruangan, kecuali yang disebutkan dalam point 1 diatas. a. Untuk semua sisi tegak yang berhubungan dengan kolom beton harus dipasang angker besi 10 mm. Panjang angker minimal 30 cm dan dipasang dengan jarak 50 cm. b. Pemasangan batu bata harus dikerjakan waterpass lapis demi lapis. Setiap pertemuan sudut harus membentuk sudut siku ( 9o ). c. Semua pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas harus memenuhi persyaratan dari masing-masing pekerjaan atau menurut petunjuk Direksi. 6
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
Pasal 6 PEKERJAAN PLESTERAN 1. 2. 3.
4.
Plesteran kedap air dengan adukan 1 pc : 2 ps, dilaksanakan untuk plesteran dinding dan kolom, pada pekerjaan yang dipersyaratkanharus menggunakan adukan ini. Plesteran dengan adukan 1 pc : 4 ps dilaksanakan pada plesteran semua dinding bengunan kecuali yang telah disebutkan pada ayat 1 diatas. Semua plesteran harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga rata, datar dan licin. Semua plesteran harus rata-rata tebal tidak boleh lebih dari 2 cm, setelah plesteran selesai baru dilakukan pengacian. Pertemuan sudut plesteran dibuat sudut siku dengan adukan 1 pc : 2 ps. Semua bidang yang akan diplester harus disiram air secukupnya, sehingga gelembung udara yang berada dalam pori- pori batu bata atau adukan dapat keluar seluruhnya. Pasal 7 KOSEN PINTU, JENDELA, VENTILASI DAN PINTU(RUANG DALMAS)
1. Bahan – bahan 1. Pekerjaan kosen pintu, jendela, ventilasi harus menggunakan kayu yang berkwalitas baik, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat cacat-cacat kayu. 2. Pekerjaan kosen pintu, jendela dibuat dalam beberapa type sesuai dengan gambar. 3. Untuk pekerjaan kosen pintu jendela menggunakan kayu ukuran 6 x 13 cm (ukuran jadi). 4. Daun pintu panil menggunakan papan rangkanya dibuat dari papan klas II ukuran 3, 8/13 cm sesuai dengan gambar rencana. 2. Pedoman pelaksanaan 1. Semua ukuran kosen dan pintu dibuat sesuai dengan gambar, semua permukaan kayu yang tampak harus diketam halus, rata dan mempunyai ketebalan yang sama. 2. Setiap sambungan harus kuat, kaku dan siku dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ada. 3. Pada batang tegak harus dipasang angker dengan jarak 50 cm terbuat dari besi 10 mm. 4. Neut / sepatu kosen pintu harus memakai angker besi 10 mm. 5. Bagian yang berhubungan dengan tembok harus dicat menie. 6. Bingkai daun jendela ukuran dan bentuk disesuaikan dengan gambar.
7
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
Pasal 8 PEKERJAAN BAJA RINGAN 1. Lingkup Pekerjaan. 1.1.
1.2.
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga peralatan dan tenaga, perlengkapan serta pemasangan dari semua pekerjaan baja Ringan , untuk struktur dan rangka atap seperti yang tertera dalam gambar. Perkerjaan ini mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi baja pada atap sesuai dengan yang tertera dalam gambar dan persyaratan teknis ini.
2. Ketentuan Umum. 2.1.
Persyaratan-persyaratan konstruksi baja dan istilah teknik secara umum menjadi satu kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis maka semua pekerjaan baja harus sesuai dengan standarisasi dibawah ini : a. Peraturn Perencanaan Baja Indonesia (PPBBI) 1983. b. Peraturan Pembebanan Untuk Gedung Indonesia (PPUG) NI-3-1970. c. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia, d. American Society For Testing Indonesia (ASTM). e. Steel Structural Painting Council (SSPC). f. Standar Industri Indonesia (SII).
2.2.
kontraktor harus melaksanakan dengan ketepatan dan kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis, gambar rencana dan instruksi-instruksi dari Pengawas.
3. Material. 3.1.
3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
3.6.
Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik dan disetujui oleh Pengawas. Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian atas bahan-bahan tersebut dan Pelaksana harus bertanggung jawab atas biaya yang dikeluarkan. Baja struktur harus mempunyai mutu Struktur ST37 = fy = 2400 kg/cm2. Las yang dipakai jenis las listrik dengan mutu FE 360 atau E 6013 sesuai standar JIS. Semua baja yang digunakan harus sesuai dengan bentuk ukuran dan ketebalannya serta bebas dari karat, cacat, tertekuk, terpuntir, dengan berat sesuai dengan rencana. Semua material baja harus dari agen yang dapat dipertanggungjawabkan dengan disertai sertifikat dari pabrik. Jika dianggap perlu, pelaksana harus menyerahkan hasil pengujian yang behubungan dengan konstruksi baja disertai faktur pengiriman. Bahan untuk coating adalah cat, dengan warna yang akan ditentukan kemudian.
4. Fabrikasi. 4.1. Pelaksanaan Fabrikasi. a. Fabrikasi harus dilaksanakan dalam bengkel/workshop, yang memenuhi persyaratan untuk pekerjaan dan terlindung dari pengaruh cuaca, misalnya cahaya matahari dan hujan. Pelaksana harus membuat workshop dilapangan dan disetujui oleh Pengawas. Apabila fabrikasi dilakukan diluar lokasi, maka Pelaksana harus menanggung biaya/ongkos yang dikeluarkan oleh Pengawas, untuk mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan.
Sebelum pekerjaan las dimulai, Kontraktor wajib menyerahkan prosedur kerja cara-cara pengelasan yang akan dikerjakan, baik dibengkel maupun yang akan dikerjakan dilapangan. Usulan ini harus diperiksa dan disetujui Pengawas sebelum pekerjaan pengelasan ini dapat dimulai.
8
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
b.
Pemberian Tanda, Pengangkutan Dan Penyimpanan.
c.
Pekerjaan Pemasangan Baja Ringan Kuda-kuda.
4.2.
Sebelum erection dimulai, Pemborong harus memeriksa kembali kedudukan angker-angker baja Ringan dan mem-beritahukan kepada Pengawas mengenai metoda dan urutan pelaksanaan (erection). Perhatian khusus harus dilakukan dalam pemasangan angker-angker untuk kolom, dimana jarak/kedudukan dalam pemasangan angker-angker harus tepat dan akurat (presisi), maksudnya untuk mencegah terjadinya ketidakcocokan dalam erection. Semua peralatan dan steiger yang diperlukan untuk pemasangan konstruksi baja Ringan harus disediakan oleh Kontraktor dalam keadaan cukup baik di lapangan, walau secara khusus tidak diperlihatkan dalam gambar–gambar atau persyaratan teknis harus diadakan. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerjaan di lapangan. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan alat-alat keselamatan kerja misalnya, ikat pinggang pengaman, helmet, sarung tangan, pemadam kebakaran, dan lain-lain sebagainya.
Perubahan-Perubahan Dan Tambahan. a.
b.
4.3.
Setelah disetel dibengkel konstruksi, maka setiap komponen diberi tanda/nomor secara sistematis agar dilapangan nanti, bagian-bagian tersebut dapat disambung kembali dengan mudah. Setiap komponen harus dihitung beratnya agar dapat diatur pengangkutannnya, seperti truk-truk dan trailer sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Di lapangan komponen baja harus diletakkan sedemikian rupa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat memperlemah kondisi konstruksi tersebut.
Perubahan-perubahan dan bagian-bagain atau tambahan-tambahan pada detail, atau keduanya beserta uraian yang menyebabkan, harus diberikan beserta gambar kerja untuk disetujui. Perubahan-perubahan yang disetujui, penggantian dan penambahan yang perlu untuk bagian-bagian dari pekerjaan harus dikoordinasikan oleh kontraktor tanpa tambahan biaya.
Pengujian Mutu Pekerjaan. a. b. c. d.
e.
Pemasangan harus dengan toleransi yang dijinkan/diterima dalam standar-standar yang telah disetujui. Bila toleransi tersebut tidak tertera dalam standar, maka toleransi akan diberikan oleh Pengawas. Pemasangan baja ringan dengan toleransi yang tidak sesuai dengan gambar kerja dan tidak disetujui oleh Pengawas akan ditolak. Pengawas mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan dipabrik pada saat yang dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim kelapangan sebelum diperiksa dan disetujui oleh pengwas. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar atau spesifikasi akan ditolak, dan harus diperbaiki dengan segera, sedangkan biaya untuk kegagalan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
9
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
Pasal 9 PEKERJAAN LISTPLANK KAYU 1. Listplank dibuat dari kayu , bahan berkwalitas baik ukuran listplank disesuaikan dengan gambar. 2. Kayu yang digunakan harus baik, keras dan tidak cacat. pada saat penyambungan antara kayu yang satu dengan yang lainnya harus benar-benar rapat, sehingga tidak tampak sambungannya. 3. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi (masak). 4. listplank difinishing dengan cat, Pasal 10 PEKERJAAN ATAP 1. Penutup atap pada bangunan ini manggunakan atap Genteng Metal. 2. Sudut kemiringan atap atau tinggi atap dibuat sesuai dengan gambar. 3. Bubungan /Nok Atas, jurai luar menggunakan Genteng Metal. Pasal 11 PEKERJAAN RANGKA PLAFOND/LANGIT-LANGIT 1. Rangka plafond dan penggantung dipakai kayu yang berkwalitas baik, ukuran disesuaikan dengan gambar. 2. Balok penggantung harus kuat, sehingga tidak terjadi gelombang pada plafond, dan harus dilaksanakan sesuai dengan gambar serta harus mendapat persetujuan Direksi. 3. Bahan penutup langit-langit yang dipakai adalah plywood . 4 mm sesuai dengan gambar Pasal 12 PEKERJAAN KERAMIK LANTAI DAN DINDING 1. Pasangan lantai didalam ruangan dan selasar bangunan menggunakan lantai keramik 40 x 40 cm. 2. Sebelum pemasangan lantai, urugan pasir dibawah lantai harus sudah padat dan disiram air terlebih dahulu. 3. Untuk Lantai KM/WC pakai keramik 20x20 cm anti slip, dan dinding dipasang ukuran 20x25 cm nat tidak boleh lebih dari 3 mm. 4. Penggunaan keramik yang berkualitas baik, tidak cacat seperti retak, gumpil, apabila sudah terpasang ternyata retak pada waktu pemasangan harus diganti. 5. Permukaan lantai Keramik yang terpasang harus rata benar dan untuk keramik setiap sambungan harus lurus dan tidak bertonjolan. Pasal 12 PEKERJAAN KERAMIK DINDING KOLOM 1. Pasangan keramik didinding kolom dan selasar bangunan menggunakan l keramik Granit Salsa Brick 40 x 40 cm. 2. Sebelum pemasangan keramik harus sudah rata dan disiram air terlebih dahulu. 3. Penggunaan keramik yang berkualitas baik, tidak cacat seperti retak, gumpil, apabila sudah terpasang ternyata retak pada waktu pemasangan harus diganti. 4. Permukaan lantai Keramik yang terpasang harus rata benar dan untuk keramik setiap sambungan harus lurus dan tidak bertonjolan. 5. Pas.batu Andesit bergaris kombinasi dan batu andesit Susun sirih dipasang disesuiakan dengan gambar
10
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
Pasal 13 PEKERJAAN KACA, KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG 1. Kaca a. Bahan yang digunakan adalah kaca bening/polos dengan tebal 5 mm dipasang pada jendela kaca hidup dan jendela kca mati, ukuran dan bentuk sesuai dengan gambar. b. Pemasangan kaca tidak boleh goyang dan bergetar, list kaca terbuat dari kayu harus terpasang rapi, ukuran sesuai gambar. 2. Kunci / alat penggantung a. Pada pintu panil dipasang kunci yang berkwalitas baik, type 2 Slaag besar atau jenis lain yang berkwalitas baik b. Untuk daun pintu panil dipasang 3 (tiga) buah engsel ring nylon untuk setiap daun pintu, merk “ACCH”, sedang untuk daun pintu panil buka double dipasang 3 (tiga) buah engsel untuk setiap daun pintu. c. Sebelum pemasangan kunci, engsel pintu / jendela harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi. Pasal 14 PEKERJAAN PENGECETAN Pekerjaan pengecetan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan lain yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini antara lain : 1. Bahan – bahan a. Sebelum dicat mengkilap terlebih dahulu kayu diamplas, baru dicat menie. b. Pengecatan akhir cat kayu digunakan Kwalitas baik dan pengecatan dinding tembok digunakan cat kwalitas baik atau akan ditentukan kemudian, sebelumnya bidang plesteran dan bidang kayu didempul atau diplamir dengan kwalitas yang baik. c. Saluran bahan untuk keperluan pekerjaan ini harus didatangkan dalam kemasan resmi dari pabrik pembuat cat ini, cat dalam kemasan rusak atau terbuka tidak diperbolehkan dipakai lagi. 2. Syarat teknis a. Bidang kayu atau tembok yang akan dicat harus dalam keadaan kering, bersih dari segala kotoran dan tidak berminyak. b. Kayu harus dilindungi dari kerusakan akibat rayap atau bila kayu masih basah harus dilindungi dari kemungkinan rembesan air maupun getah (resin) yang terkandung dalam kayu. c. Pori-pori pada bidang plesteran atau kayu harus ditutup dengan plamir. Penggunaan plamir diusahakan setipis mungkin. d. Bidang kayu dan plesteran sebelum dicat akhir harus diamplas terlebih dahulu dan dibersihkan dari debu-debu. e. Pengecatan kayu kosen, sebaiknya dilakukan setelah daun pintu dan jendela terpasang. f. Dalam pelaksanaan pengecatan, setiap urutan atau tahapan pekerjaan harus dipenuhi dan tahapan berikutnya terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi. 3. Pengecatan kayu a. Sebelum dicat bidang kayu dimenie terlebih dahulu dengan cat menie yang berkwalitas baik. b. Pori-pori, serat kayu dan tekikan didempul dan diamplas dengan bahan yang berkwalitas baik. c. Lapisan akhir dikehendaki mempunyai lapisan yang rata, kuat dan mengkilap. Cat akhir digunakan cat Bee Brand atau setaraf, dengan pengecatan dilakukan 2 kali dengan selang waktu 16 jam atau lebih. 4. Pengecatan tembok 11
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
a. Bidang plesteran dicat dasar terlebih dahulu menggunakan bahan yang berkwalitas baik. b. Untuk meratakan, menutup pori-pori plesteran harus didempul terlebih dahulu. Bidang tersebut dibiarkan kering selama kurang lebih dari 1 (satu) minggu sebelum diamplas. c. Lapisan cat akhir dikehendaki warna yang rata dan kuat. Cat akhir digunakan cat kwalitas baik atau dengan pengecatan 2 (dua) kali. Sebelum lapisan berikutnya dilakukan, bagian plesteran yang belum rata harus didempul kembali sampai bagian tersebut menjadi rata. 5. Pengecatan plafond a. Permukaan plafond dicat dasar kemudian diplamir/dempul dan diamplas hingga rata serta dibersihkan. b. Lapisan cat akhir dengan cat kwalitas baik atau dilakukan dua kali sampai diperoleh lapisan yang rata dengan selang waktu 16 jam atau lebih. Pasal 15 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK 1. Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan instalasi listrik adalah : a. Instalasi penerangan, termasuk lampu-lampu, saklar-saklar, stop kontak pengabelannya. b. Pemasangan pengaman arus bocor, arus hubung singkat, dan arus lebih. c. Pekerjaan testing dan pengesahan instalasi dari PLN.
dan
sistem
2. Sistem instalasi listrik Sistem tegangan listrik dari jaringan PLN ke jaringan distribusi ialah 110 V / 220 V, 1 fase, dimana sentral (nol) dari sistem dihubung tanahkan (Grounded netral). Dari panel listrik utama, tenaga listrik didistribusikan secara radial ketempat-tempat yang memerlukannya, titik lampu, stop kontak dan peralatan-peralatan lain. Untuk tegangan 220 Volt maka semua peralatan-peralatan seperti panel-panel, stop kontak harus dihubung tanahkan sesuai dengan peraturan yang ada. 3. Sistem pengabelan Kabel-kabel primer, sekunder, maupun kabel yang titik-titik lampu, stop kontak harus dipilih dari produksi pabrik-pabrik yang telah mendapat sertifikat dari PLN atau dari laboratorium LMK di Jakarta. Kabel yang digunakan untuk instalasi penerangan adalah NYA 3 x 2,5 mm2, pemasang didalam tembok harus dengan pipa pelindung PVC 5/8 ” merk setaraf “MASPION” sedang instalasi pengabelan diatas plafond harus memakai cable rack, cable trays maupun peralatan lain yang diperlukan menggunakan kabel NYY 4 x 4 mm2 atau NYFGBY 4 x 4 diganti sesuai kebutuhan. 4. Lampu – lampu a. Lampu SL 18 VA merk setaraf Phillip, lengkap dengan fittingnya dipasang sesuai dengan gambar instalasi listrik. 5. Shaklar lampu dan stop kontak Shkalar lampu dan stop kontak dipasang pada tempat yang telah ditentukan dengan ketinggian antara 120 – 140 cm diatas lantai. Type shaklar lampu dan stop kontak terbenam dinding (inbouw) warna putih, mutu setaraf BROCO. 6. Alat-alat pengamanan Alat pengaman arus lebih, arus bocor dan arus hubung singkat dari jenis sekering konvensional lengkap dengan box sekeringnya dengan pembagian group sebagaimana tercantum pada gambar atau menurut petunjuk Direksi. Ampere meter diseesuaikan dengan kebutuhan. 12
Rencana Kerja & Syarat-Syarat
7. Untuk pekerjaan instalasi listrik harus dikerjakan oleh instalatur yang sudah mendapat izin menyelenggarakan pemasangan instalasi listrik dari PLN wilayah IV Cabang Bengkulu, menggunakan bahan & peralatan listrik yang standar (mutu terjamin), Instalatur yang bersangkutan harus mengadakan pengujian terhadap instalasi yang dipasangnya dam memberikan jaminan bahwa instalasi listrik tersebut telah siap untuk dialiri listrik dari PLN dengan daya sebagaimana dalam gambar.
Pasal 16 PEKERJAAN HALAMAN / PEMBERSIHAN Sebelum kontraktor meninggalkan tempat pekerjaan, halaman pekerjaan harus dibersihkan dari kotorankotoran bekas bongkaran atau sisa-sisa dari bahan bangunan setelah pekerjaan selesai. Pasal 17 PEKERJAAN LAIN-LAIN Guna mendapat kerja yang baik dan sempurna maka bagian-bagian pekerjaan yang nyata seharusnya termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan dalam RKS maupun gambar kerja tetap dilaksanakan oleh pemborong dan diterima sebagai hal yang disebutkan.Pelaksanaan dari bagian pekerjaan tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi. Dokumen Pasca Kualifikasi dan RKS merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pasal 18 PENUTUP Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada kenyataannya diperlukan akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
Menyetujui : Pengelola Teknis
Dibuat oleh : Konsultan Perencana CV. Utaka Essa Konsultan
MANSURI ST NIP.
YUZANO JAYA,BE Wkl.Direktur. Mengetahui/Menyetujui : WAKA POLRES LEBONG Selaku PPTK
AGUS DESRI SANDI.SIK.MM NIP. 77070662
13