STUDI KOMUNITAS TUMBUHAN AIR DI DANAU MANINJAU KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT Study of Aquatic Macrophyte Community at Maninjau Lake of Agam Regency of West Sumatra Province Susi Hardeni1, Hafrijal Syandri2 dan Elfrida2 (1)
Mahasiwa
(2)
Staf Pengajar Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Pesisir dan Kelautan (PSP2K) Pascasarjana Universitas Bung Hatta Padang
ABSTRACT Study of Aquatic Macrophyte community at Maninjau Lake has been conducted in Juny and December 2013.The method in determining the sample location is “Purpose Random Sampling”. The result of this research showed physical chemical nature in Maninjau Lake (temperature, TSS, TDS, pH and BOD), still in appropriate limitation for fishes, expert for N-NO2, COD and PO4, meawhile based on PP No. 82 year 2001 (water quality for type 2) and Storet Method, Maninjau Lake including low and middle pollutant. In Maninjau Lake Waterway have been found 8 species aquatic macrophyte such as Eichhornia crassipes, Panicum repens, Cyperus rotundus, Cyperus alternofolius, Polygonum barbatum, Ipomoea aquatica, Colocasia esculenta and Mimosa pigra. The analysis percentage of density and presentation frequency showed result that dominant species in Maninjau Lake is Eichhornia crassipes with Important Value Index about 51,58%-83,53%. The aquatic macrophyte diversity index get value for about 1,156-1,516. Key Words : Maninjau Lake, Water Quality, Aquatic Macrophyte, Diversity PENDAHULUAN Danau Maninjau terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat dan berada pada ketinggian 461,50 m diatas permukaan laut dengan luas sekitar 99,5 km2 (Wikipedia Indonesia, 2013) Danau Maninjau memiliki multifungsi selain sebagai PLTA, juga dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan (usaha karamba jaring apung/KJA dan penangkapan), kegiatan pariwisata, irigasi, dan lain-lain. Sehingga secara ekonomi masyarakat sekitar sangat tergantung pada danau baik langsung maupun tidak langsung (LIPI, 2008). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan di Danau Maninjau memberikan indikasi telah terjadi penurunan kualitas air Danau Maninjau akibat berbagai aktivitas manusia dalam
pemanfaatan Danau Maninjau. Penelitian yang telah dilakukan oleh Marganof (2007), menunjukan bahwa kualitas perairan Danau Maninjau semakin menurun akibat masuknya beban pencemar baik organik maupun anorganik yang berasal dari berbagai sumber pencemar. Beban pencemaran berupa limbah pakan dari aktifitas budidaya ikan pada keramba jaring apung (KJA) yang masuk ke perairan Danau Maninjau sejak tahun 2001-2012 adalah sebesar 111.889 ton (Syandri et al., 2012). Dalam Nasution et al., (2011), disebutkan bahwa berdasarkan data Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah Sumatera Barat, saat terjadinya kematian ikan secara masal pada awal Januari 2009, perairan Danau Maninjau mengandung Nitrit 0,07-0,21 mg/l melebihi dari
ambang batas yang diperbolehkan untuk kegiatan perikanan yaitu 0,06 mg/l dan kandungan amonia berkisar antara 0,2-1,07 mg/l atau jauh diatas batas toleransi untuk kegiatan perikanan yaitu 0,02 mg/l. Penurunan kualitas air Danau Maninjau menyebabkan terjadinya perubahan ekologis danau yang memberi pengaruh terhadap keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya. Keanekaragaman hayati merupakan suatu ukuran untuk mengetahui keanekaragaman kehidupan yang berkaitan dengan jumlah jenis dari suatu komunitas (Kottelat et al., 1993 dalam Sulastri dan Haryani, 2005). Bila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah dan itu menjadi indikasi bahwa suatu perairan telah tercemar (Barus, 2007). Keanekaragaman tumbuhan air yang terdapat pada pinggiran Danau Maninjau memberikan petunjuk tentang kualitas perairan danau tersebut. Tumbuhan air memiliki peranan penting pada ekosistem perairan yaitu sebagai penghasil O2 melalui proses fotosintesis, sebagai tempat berlindung bagi ikan, tempat melekat telur bagi ikan yang memijah serta sebagai pensuplai bahan makanan bagi ikan (Suraya et al., 2006). Namun keberadaan tumbuhan air pada tingkat kepadatan atau kelimpahan yang tinggi dapat memberikan dampak negatif terhadap ekosistem perairan seperti meningkatnya akumulasi bahan organik pada sedimen, meningkatkan pendangkalan dan kecepatan evapotranspirasi yang berpengaruh pada penurunan volume air (Sulastri dan Haryani, 2005). Secara kasat mata, di beberapa kawasan Danau Maninjau terdapat berbagai jenis tumbuhan air terutama dari spesies Eichhornia crassipes atau yang biasa dikenal dengan sebutan
Eceng gondok. Pertumbuhan masal Eceng gondok terjadi akibat penyuburan (eutrofikasi) perairan yaitu berlimpahnya unsur hara berupa nitrogen dan fospor. Penelitian tentang Studi Komunitas Tumbuhan Air di Danau Maninjau, Kabupaten Agam perlu dilakukan mengingat keanekaragaman tumbuhan air yang terdapat di sekitar pinggiran Danau Maninjau memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup organisme perairan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni dan Desember 2013. Penelitian dilakukan pada sekitar pinggiran Danau Maninjau di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi pengambilan sampel adalah metode Purposive Random Sampling. Berdasarkan rona lingkungan yang ada ditetapkan 4 stasiun pengamatan yang berbeda. Empat stasiun tersebut adalah daerah pemukiman, kawasan KJA dan persawahan yaitu Koto Malintang sebagai stasiun 1. Kawasan padat KJA dan pelabuhan adalah Koto Kaciak sebagai stasiun 2. Kawasan yang jarang KJA yaitu Bayur sebagai stasiun 3 dan kawasan PLTA yang jauh dari aktivitas kegiatan masyarakat sebagai stasiun 4. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah bingkai kayu berukuran 1m x 1m, pH meter, thermometer, GPS, botol winkler, pipet tetes, box pendingin, plastik 5 kg, kertas koran, gunting, selotip, kertas label, pensil, spidol, kamera digital dan meteran. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air sampel, sampel tumbuhan, formalin 10%, alkohol 10%, KOH-KI, MnSO4, H2SO4 dan es batangan. Untuk mengetahui kualitas air data fisika kimia air dianalisis dengan
2
menggunakan Metode Storet dan baku mutu air kelas 2 (PP No. 82 tahun 2001) Khusus untuk data biologi dianalisis komputerisasi program microsoft excel, yaitu data Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif dan dengan bertitik tolak dari data tersebut maka dilakukan analisis terhadap Indeks Nilai Penting (INP) dan spesies tumbuhan air yang mendominasi pada sekitar pinggiran Danau Maninjau. Menurut Rhuthena (2010), Perhitungan INP untuk tingkat tumbuhan bawah/tumbuhan air adalah menggunakan rumus : INP = KR + FR Selanjutnya dihitung juga Indeks Keanekaragaman (H’) dari spesies tumbuhan air yang terdapat pada sekitar pinggiran Danau Maninjau dengan rumus (Barus, 2002 ; Ruhena, 2010) s
H ' ( pi. ln . pi ) i 1
Tabel 4.1.
Parameter
Dimana : H’= Indeks Diversitas Shannon-Winner pi = Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis (ni/N) Ln = Logaritma nature Kriteria (Lesmana et al, 2010 ; Ruthena 2010), jika nilai : H’>3 menunjukan keanekaragaman spesies yang tinggi. 1≤H ’≤3 menunjukan keanekaragaman yang sedang. H’<1 menunjukan keanekaragaman spesies yang rendah. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Air Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia dari perairan Danau Maninjau disajikan pada Tabel 4.1. dibawah berikut :
Nilai rata-rata Parameter Fisika dan Kimia Air yang diukur pada MasingMasing Stasiun Pengambilan Sampel Satuan
Baku* Mutu
Stasiun I Koto Malintang
Stasiun II Koto Kaciak
Stasiun III Bayur
Stasiun IV Muko-Muko
Juni o Suhu C 24-30 26,50 27,00 29,00 TSS mg/l 50 25,94 24,60 17,02 TDS mg/l 1000 40,72 32,45 20,20 N-NO2 mg/l 0,06 0,130 0,106 0,128 pH 6-9 7,6 6,8 6,0 DO mg/l 4 5,55 5,69 6,77 BOD mg/l 3 2,27 2,18 1,79 COD mg/l 25 43,67 35,31 26,58 PO4 mg/l 0,2 0,30 0,30 0,33 Desember o Suhu C 24-30 28,69 28,65 29,00 TSS mg/l 50 9,15 8,90 9,10 TDS mg/l 1000 19,70 16,40 18,55 N-NO2 mg/l 0,06 0,110 0,090 0,102 pH 6-9 6,95 6,2 6,15 DO mg/l 4 6,74 7,10 6,98 BOD mg/l 3 1,98 1,60 1,72 COD mg/l 25 25,95 23,65 25,08 PO4 mg/l 0,2 0,16 0,24 0,20 Keterangan : * ) Baku Mutu Air Kelas 2, berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran Air.
27,00 4,22 13,70 0,043 6,5 6,39 2,60 8,94 0,45 28,65 4,02 9,79 0,027 6,20 6,89 2,95 7,02 0,15 Kualitas Air
3
Tinggi rendahnya nilai temperatur suatu perairan sangat mempengaruhi kehidupan organisme air. Hal ini disebabkan temperatur dapat memicu aktivitas fisiologis organisme air sehingga kebutuhan oksigen akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya laju metabolisme organisme air. Menurut hukum Van’t Hoffs bahwa kenaikan temperature sebesar 100C (hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir) dapat meningkatkan aktivitas fisiologis seperti respirasi dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Suhu perairan Danau Maninjau berdasarkan hasil pengukuran bulan Juni dan Desember menunjukan kisaran yang hampir sama pada setiap lokasi pengambilan sampel. Pada bulan Juni suhu berkisar antara 26,500C C-29,00C sedangkan pada bulan Desember suhu berkisar antara 28,650C-29,00C. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 kisaran suhu perairan Danau Maninjau masih memenuhi baku mutu air kelas 2 untuk aktifitas perikanan. Hasil pengukuran padatan tersuspensi total di perairan Danau Maninjau pada bulan Juni berkisar antara 4,22–25,94 mg/l dan bulan Desember berkisar antara 4,02-9,15 mg/l. Nilai TSS tertinggi ditemui pada Stasiun 1 berdasarkan hasil pengukuran bulan Juni yaitu sebesar 25,94 mg/l dan terendah pada Stasiun 4 dengan hasil pengamatan bulan Desember sebesar 4,02 mg/l. Menurut Alabaster dan Lloyd dalam Effendi (2003), nilai TSS < 25 mg/l tidak berpengaruh usaha perikanan sedangkan nilai TSS antara 25-80 mg/l sedikit berpengaruh terhadap usaha perikanan. Nilai TSS apabila dibandingkan dengan baku mutu air kelas 2 menurut PP No. 82 tahun 2001 yang mempersyaratkan konsentrasi padatan tersuspensi total (TSS) maksimum yaitu 50 mg/l, maka perairan Danau Maninjau belum melampaui baku
mutu yang diperbolehkan dan masih layak dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan. Hasil pengukuran padatan terlarut total (TDS) di perairan Danau Maninjau berkisar antara 13,70-40,72 mg/l, pada bulan Juni dan berkisar antara 9,7919,70 mg/l pada bulan Desember. Baku mutu kualitas air kelas 2 berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 untuk padatan terlarut total adalah maksimum 1000 mg/l. Nilai padatan terlarut total perairan Danau Maninjau masih di bawah batas baku mutu yang dipersyaratkan. Dengan demikian, perairan Danau Maninjau masih layak digunakan untuk aktifitas perikanan. Dari hasil pengukuran nitrit di Danau Maninjau kecuali Stasiun 1, berdasarkan pengamatan bulan Juni sudah tidak aman untuk kehidupan hewan air termasuk ikan yaitu berkisar antara 0,043 – 0,130 mg/l dan pada bulan Desember berkisar antara 0,027-0,110 mg/l. Berdasarkan pada PP No. 82 tahun 2001 dengan baku mutu air kelas 2 untuk nitrit yang diperbolehkan bagi aktifitas budidaya ikan adalah maksimum 0.06 mg/l dalam hal ini kadar nitrit perairan Danau Maninjau sudah melampai baku mutu. Kadar nitrit tertinggi dijumpai pada Stasiun 1 sebesar 0,130 mg/l untuk kondisi Juni sedangkan konsentrasi nitrit terendah terdapat pada Stasiun 4 berdasarkan pengamatan pada bulan Desember yaitu sebesar 0,027 mg/l. Tingginya konsentrasi nitrit pada Stasiun 1 saat pengukuran bulan Juni menunjukan tingginya proses dekomposisi bahan organik dari limbah domestik pada kondisi anaerobik (tanpa oksigen atau oksigen rendah) yang dapat menghasilkan senyawa beracun. Sebaliknya pada Stasiun 4 proses dekomposisi lebih rendah karena buangan limbah yang masuk lebih sedikit.
4
Derajat keasaman (pH) merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan sebagai faktor pembatas pada perairan (Michael, 1994). Dalam hal ini sebagian besar biota perairan sensitif terhadap perubahan nilai pH. Nilai pH yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal ikan pada perairan adalah sekitar 6,5-9,0 (Kordi dan Tancung, 2007). Hasil pengukuran pH di perairan Danau Maninjau pada bulan Juni berkisar antara 6,00-7,60 dan bulan Desember berkisar antara 6,15-6,95. Nilai pH pada Stasiun 1 saat pengukuran bulan Juni adalah yang tertinggi yaitu 7,6 dan terendah pada stasiun 3 yaitu 6,00. Sesuai dengan baku mutu air kelas 2 (PP No. 82 Tahun 2001) pH yang diperbolehkan untuk aktifitas budidaya ikan adalah antara 6-9, sehingga secara keseluruhan pH perairan Danau Maninjau masih layak untuk aktifitas budidaya ikan. Hasil penelitian kandungan oksigen terlarut perairan Danau Maninjau pada bulan Juni berkisar 5,55-6,77 dan berkisar 6,74-7,10 mg/l berdasarkan pengamatan bulan Desember. Nilai oksigen terlarut yang diperoleh sewaktu penelitian pada bulan Juni dan Desember di perairan Danau Maninjau masih tergolong sangat layak dalam mendukung kehidupan organisme perairan, sebab menurut Kodri dan Tancung (2007), kandungan oksigen terlarut yang baik untuk budidaya ikan adalah antara 5-7 mg/l. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan semakin besarnya bahan organik yang terdekomposisi menggunakan sejumlah oksigen di perairan (Effendi, 2003). Nilai rata-rata BOD perairan Danau Maninjau sewaktu penelitian bulan Juni berkisar antar 1,79 –2,60 mg/l dan berkisar antara 1,60-2,95 saat penelitian pada bulan Desember. Berdasarkan baku mutu air kelas 2, nilai BOD yang diperbolehkan adalah <3 mg/l. Dengan demikian, disimpulkan bahwa perairan Danau
Maninjau masih layak dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan di KJA. Effendi (2003), menggambarkan COD sebagai jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO2 dan H20. Adapun nilai COD di perairan Danau Maninjau yang diperoleh selama pengamatan bulan Juni adalah berkisar 8,94-43,67 mg/l dan berkisar antara 7,02-25,95 berdasarkan pengamatan bulan Desember. Dihubungkan dengan baku mutu air kelas 2 menurut PP No. 82 tahun 2001, nilai COD perairan Danau Maninjau kecuali Stasiun 1 dan 2 (kondisi Juni), belum melewati batas maksimum yang diperbolehkan untuk kualitas air kelas 2 yaitu 25 mg/l, dalam hal ini Danau Maninjau belum tercemar.
Nilai COD yang tertinggi adalah di lokasi Stasiun 1 berdasarkan pengamatan bulan Juni yaitu sebesar 43,67 mg/l dan terendah pada Stasiun 4 berdasarkan pengamatan bulan Desember yaitu 7,02 mg/l. Tingginya nilai COD pada Stasiun 1 menunjukan tingginya aktifitas mikroba pengurai dalam mendegradasi bahan pencemar pada perairan danau terjadi karena penumpukan bahan organik yang berasal dari tumbuhan air yang sudah mati di musim panas, sisa pakan dan kotoran ikan dari KJA, limbah domestik dari rumah tangga dan limbah pertanian sekitar lokasi danau. Sementara pada Stasiun 4 nilai COD paling rendah berdasarkan pengamatan bulan Desember karena lokasi ini jauh dari keberadaan tumbuhan air dan aktifitas masyarakat. Dalam perairan, fosfor (P) tidak ditemukan dalam keadaan bebas melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik berupa partikulat. Fosfat (PO4) merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan merupakan unsur 5
yang esensial bagi tumbuhan, sehingga menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi produktivitas perairan (Marganof, 2007). Hasil analisis kualitas air menunjukan, kadar ortofosfat di perairan Danau Maninjau pada bulan Juni berkisar antara 0,30-0,45 mg/l dan berkisar antara 0,15-0,24 pada bulan Desember. Kadar ortofosfat pada perairan Danau Maninjau sudah melebihi baku mutu yang dipebolehkan
untuk baku mutu air kelas 2 sesuai PP No. 82 tahun 2001 yaitu 0,2 mg/l namun pada Stasiun 1 dan 2 kadar ortofosfat saat pengukuran bulan Desember belum melampai baku mutu air. Sifat Fisika Kimia Perairan Danau Maninjau dengan Metode Storet Sifat fisika dan kimia perairan Danau Maninjau berdasarkan Metode Storet dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kondisi Fisika dan Kimia Air yang diukur pada Masing-Masing Stasiun Pengambilan Sampel menurut Metode Storet Parameter Juni Suhu TSS TDS N-NO2 pH DO BOD COD PO4
Satuan o
C mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
Baku Mutu Air Kelas II
1
2
3
4
1
2
3
4
24-30 50 1000 0,06 6-9 4 3 25 0,2 Jumlah Skor
0 0 0 -5 0 -10 0 -10 -10 -35
0 0 0 -5 0 -10 0 -10 -10 -35
0 0 0 -5 0 -10 0 -8 -10 -33
0 0 0 0 0 -10 0
0 0 0 -5 0 -10 0 -8 -2 -25
0 0 0 -4 0 -10 0 0 -10 -24
0 0 0 -5 0 -10 0 -8 0 -23
0 0 0 0 0 -10 0 0 0 -10
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada bulan Juni nilai fisika kimia perairan yang diukur dengan metode Storet pada stasiun 1,2,3 dan 4 secara berturut turut adalah -35, -35, -33 dan -20 sedangkan pada bulan Desember adalah -25, -24, -23 dan -10. Dari Tabel 4.2. diatas terlihat bahwa skor tertinggi terdapat pada Stasiun 1 dan 2 berdasarkan pengamatan bulan Juni yaitu -35 dan terendah pada stasiun 4 berdasarkan pengamatan bulan Desember yaitu -10. Stasiun 1 adalah nagari Koto Malintang dimana disekitar lokasi banyak dijumpai aktifitas masyarakat seperti KJA, persawahan dan pemukiman penduduk yang membuang limbah ke Danau sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas perairan Danau Maninjau. Masalah yang sama juga terjadi pada
Skor dengan Metode Storet Desember (Stasiun) Juni (Stasiun)
-10 -20
stasiun 2 yaitu Nagari Koto Kaciak dimana pada lokasi ini dijumpai KJA dengan jumlah yang lebih padat dan terdapat juga dermaga kapal, ditambah lagi dengan banyaknya tumbuhan air jenis eceng gondok yang sudah mati disekitar pinggiran danau, sedangkan pada Stasiun 4 merupakan lokasi pembanding dan bersifat lebih alami serta jauh dari pemukiman penduduk. Dihubungkan dengan baku mutu air kelas 2, nilai Storet yang diperoleh pada keempat stasiun penelitian yaitu Koto Malintang, Koto Kaciak, Bayur dan Muko-Muko saat pengukuran bulan Juni dan Desember termasuk kelas C (tercemar sedang) kecuali untuk Stasiun 4 saat pengukuran bulan Desember diperoleh skor-10 menunjukan kelas B (tercemar ringan).
6
Jenis Tumbuhan Air pada Perairan Danau Maninjau
Jenis tumbuhan air yang ditemukan pada sekitar pinggiran perairan Danau Maninjau berdasarkan penelitian yang Tabel 4.3. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jenis Tumbuhan Air Pada Semua Stasiun Pengamatan di Perairan Danau Maninjau
Spesies Eichhornia crassipes Colocasia esculenta Panicum repens Cyperus rotundus Polygonum barbatum Cyperus alternofolius Mimosa pigra Ipomoea aquatica
Nama local Eceng gondok Talas Rumput lampuyangan Rumput teki Mengkrengan Rumput payung Putri malu raksasa Kangkung air
Dari data pada Tabel 4.3. dapat dikemukakan bahwa ditemukan 8 spesies tumbuhan air yang pada tiga stasiun pengamatan yang berbeda di perairan Danau Maninjau berdasarkan penelitian yang berlangsung pada bulan Juni dan Desember. Tumbuhan air tersebut berdasarkan cara hidupnya terdiri dari tumbuhan air yang mengapung di permukaan air (Eichhornia crassipes, Colocasia esculenta), tumbuhan air yang berakar di dasar dan sebahagian tubuhnya muncul Tabel 4.4.
Spesies Eichhornia crassipes Panicum repens Cyperus rotundus Polygonum barbatum Cyperus alternofolius Ipomoea aquatica Colocasia esculenta Mimosa pigra
dilakukan pada bulan Juni dan Desember 2013 di tiga stasiun pengamatan yang berbeda yaitu Koto Malintang, Koto Kaciak dan Bayur dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tipe Habitat Free Floating (Terapung sempurna) Emergent (Tumbuhan berakar dengan daun tersembul) Rooted with floating leaves (Daun terapung dengan akar tenggelam)
di permukaan air (Panicum repens, Cyperus rotundus, Polygonum barbatum, Cyperus alternofolius) dan tumbuhan air yang akar tenggelam dan daunnya muncul di permukaan air (Mimosa pigra, Ipomoea aquatica) Kerapatan (K) dan Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan Air Adapun data kerapatan dan nilai penting dari kehadiran masing-masing spesies tumbuhan air dapat dilihat seperti pada Tabel 4.4.
Kepadatan Populasi dan Nilai Penting Tumbuhan Air di Perairan Danau Maninjau Stasiun I K INP 8,33 55,23 11,00 76,50 1,67 27,04 2,67 41,30
Pengamatan Juni Stasiun II K INP 11,33 70,30 3,00 36,97 9,00 60,97 1,67 31,64 -
Stasiun III K INP 6,00 52,16 7,00 67,52 1,67 28,95 1,00 15,37 3,00 36,09
Pengamatan Desember Stasiun I Stasiun II Stasiun III K INP K INP K INP 21,00 75,26 27,33 83,53 8,67 51,58 10,33 47,19 4,67 32,02 7,00 53,83 2,00 18,60 4,00 23,37 1,67 17,72 3,33 21,86 4,00 33,36 1,00 9,30 1,67 10,93 4,33 34,63 1,00 15,96 1,33 10,17 0,67 8,42 0,33 7,54 1,67 18,07 2,33 27,03
Keterangan : K(ind/m2) : Kerapatan, INP (%) : Indeks Nilai Penting
7
Berdasarkan Tabel 4.4. diatas dapat kita lihat bahwa kepadatan individu tumbuhan air lebih tinggi dan jumlah spesies tumbuhan air lebih banyak pada bulan Desember dibanding bulan Juni hal tersebut dipengaruhi juga oleh evelasi danau menunjukan nilai lebih tinggi pada bulan Desember yaitu 463,30 mdpl pada saat pengamatan bulan Desember sedangkan waktu pengamatan bulan Juni elevasi danau menurun pada angka 462,40 mdpl. Hal ini menunjukan zona litoral sebagai habitat tumbuhan air lebih luas saat bulan Desember dan berkurang saat bulan Juni. Menurut Ruthena (2010), Indeks Nilai Penting memberi gambaran tentang pengaruh dan dominasi dari suatu jenis tumbuhan air dalam suatu area. Besarnya nilai INP yang dimiliki suatu jenis tumbuhan air menunjukan jenis tersebut mampu berkembang dengan baik di perairan. Secara Tabel 4.5.
keseluruhan tumbuhan air Eichhornia crassipes (Eceng gondok) mendominasi bagian pinggiran dari permukaan Danau Maninjau dengan Indeks Nilai Penting tertinggi yaitu berkisar 51,58%-83,53%. Indeks Keanekaragaman (H’) Tumbuhan Air Komponen lingkungan, baik yang hidup (biotik) maupun yang mati (abiotik) akan mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman biota air yang ada pada suatu perairan. Perairan yang berkualitas baik biasanya memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dan sebaliknya pada perairan yang buruk atau tercemar keanekaragaman jenisnya rendah (Barus, 2007). Nilai dari indeks keanekaragaman (H’) tumbuhan air yang terdapat di tiga stasiun (Koto Malintang, Koto Kaciak dan Bayur) di Perairan Danau Maninjau dicantumkan pada Tabel 4.5.
Nilai Rata-Rata Indeks Keanekaragaman (H’) di Setiap Stasiun Pengambilan Sampel
Data Tumbuhan Air
Stasiun I Koto Malintang
Stasiun II Koto Kaciak
Stasiun III Bayur
1,156
1,161
1,399
1,278
1,301
1,516
Juni Indeks Keanekaragaman (H’) Desember Indeks Keanekaragaman (H’) Indeks keanekaragamaan tumbuhan air yang terdapat diperairan Danau Maninjau pada bulan Juni berkisar antara 1,156-1,399 dan pada bulan Desember berkisar antara 1,278-1,516 sebagaimana tabel 4.5. Sedangkan secara keseluruhan indeks keanekaragaman tumbuhan air berkisar antar 1.156-1,516. Nilai tersebut menunjukan bahwa keanekaragaman tumbuhan air di permukaan Danau Maninjau tergolong sedang. Menurut
Lesmana et al., (2010), kriteria penilaian indeks keanekaragaman Shannon Winner pada indeks 1≤H’≤3 menunjukan tingkat keanekaragaman spesies yang sedang Indeks keanekaragaman tertinggi dijumpai pada stasiun 3 berdasarkan pengamatan bulan Desember yaitu 1,516 dan terendah pada stasiun 1 berdasarkan pengamatan bulan Juni yaitu 1,156, hal ini menunjukan stasiun 3 dengan jumlah keramba sedikit, jauh
8
dari pemukiman penduduk dan aktifitas pertanian lebih stabil dibandingkan stabil dibanding stasiun 1 yang berada dekat kawasan pertanian dan pemukiman penduduk dan jumlah keramba juga lebih padat dibanding stasiun 3. Effendie (1997), menyebutkan bahwa dalam komunitas yang stabil komposisi spesiesnya tetap dan secara relatif sedikit fluktuasi jumlahnya
kandungan zat kimia dalam tumbuhan air. Danau Maninjau telah ditumbuhi oleh eceng gondok dengan dominasi tertinggi maka untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkannya perlu penanganan atau pengelolaan yang lebih serius seperti pemanfaat eceng gondok untuk untuk bahan pakan ternak.
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan Berdasarkan analisis kualitas air yang dilakukan dengan Metode Storet dan mengacu pada PP No.82 Tahun 2001 untuk kategori air kelas 2 dengan peruntukan air bagi aktifitas budidaya ikan, maka Perairan Danau Maninjau tergolong ke dalam perairan tercemar ringan (Muko-Muko) sampai dengan tercemar sedang (Koto Malintang, Koto Kaciak dan Bayur). Hasil penelitian di Perairan Danau Maninjau ditemukan 8 jenis tumbuhan air yaitu : Eichhornia crassipes, Panicum repens, Cyperus rotundus, Polygonum barbatum, Cyperus alternofolius, Ipomoea aquatica, Colocasia esculenta, dan Mimosa pigra. Analisis persentase dari kerapatan dan frekuensi kehadiran diperoleh hasil bahwa tumbuhan air yang mempunyai indeks nilai penting tertinggi dan dominan di perairan Danau Maninjau adalah Eichhornia crassipes dengan Indeks Nilai Penting (INP) berkisar antara 51,58%-83,53%). Indeks keanekaragaman (H’) tumbuhan air di permukaan Danau Maninjau tergolong sedang yaitu berkisar antara 1,156-1,516
Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Sungai dan Danau, Program Studi Biologi USU FMIPA, Medan Barus, T.A. 2007. Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba dan Upaya Pelestariannya, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Limnologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. LIPI, 2008. Ringkasan Kegiatan Danau Tahun 2008. Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kordi, M.G. dan A.B.Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta, Jakarta.
Saran Perlunya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat kualitas Perairan Danau Maninjau dari sisi yang berbeda, misalnya dengan menganalisis
9
Lesmana, H. Kembarawati, Aunufafik. 2010. Kelimpahan Keanekaragaman dan Dominasi Tumbuhan Air di Danau Teluk. Journal of Tropical Fisheries. 2010, Vol 5 (1) : 436-469. Marganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat. Tesis.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Nasution, Z, Y.D.Sari, H.M. Huda. 2011. Perikanan Budidaya di Danau Maninjau, Antisipasi Kebijakan Penanganan Dampak Kematian Masal. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Vol 1, No 1, Tahun 2011. Ruthena, Y. 2010. Struktur Vegetasi Tumbuhan Air Di Danau Lutan Palang Karaya. Jounal of Tropical Fisheries. 2010. Vol (5)1:470-475
Sulastri dan G.S.Haryani. 2005. Keanekaragaman Hayati Perairan Umum Status Dinamika Kehidupan dan Upaya Pelestariannya. Prosiding Forum Perairan Umum.
Suraya, U., S. Gadih, Adiwijaya. 2006. Kelimpahan dan Keanekaragaman Tumbuhan Air Di Perairan Danau Tabiri. Jounal of Tropical Fisheries. 2006. Vol (1)1:38-47 Syandri, H.N. Aryani, Azrita, Jafri. 2012. Laporan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Danau Maninjau dan Danau Singkarak. Kerjasama PT. PLN. Sektor Pembangkitan Bukittinggi dengan LPPM Universitas Bung Hatta (Tidak dipublikasikan Wikipedia Bahasa Indonesia, Eksiklopedia Bebas. Danau Maninjau diunduh 27 Maret 2014 http://www.agamkab.go.id
10