Supervisi Pada Zaman Sekarang dan Masa Depan
Slameto Universitas Kriten Satya Wacana Salatiga
[email protected]
Abstrak Kualitas pendidikan nasional masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, pendidikan kita harus terus menerus diperbaharui. Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk menjadi seorang guru profesional yang melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yang baik tidaklah mudah. Dari sudut pandang manajemen SDM guru, guru masih berada dalam pengelolaan yang lebih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma pendidikan, dengan demikian guru sangat perlu untuk disupervisi, untuk mengantar mereka memasuki suasana kerja yang selalu berubah dan diperbarui. Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: bagaimana supervisi pendidikan terutama guru masa sekarang dan bagaimana kecenderungannya dimasa yang akan datang? Hasil dari pembahasan tersebut sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka memberikan atau mengadakan perbaikan dikemudian hari, kelak supervisor benar-benar membantu usaha sekolah secara menyeluruh guna peningkatan mutunya. Perkembangan supervisi sudah ada pada sebelum abad 18 dan 19. Supervisi modern adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Penghargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi mereka sebagai pendidik, dilakukan dengan cara komprehensif. Supervisi pada zaman sekarang mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang berbobot: menciptakan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan diantara semua stake holder, demokratis, dan komprehensif. Kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang bisa di kemukakan dua macam, yang satu meninjau supervisi dari sudut professional guru (terpusat pada pengembangan profesi pendidik), sedang lain meninjau dari sudut politik negara (berpusat pada politik Negara). Kata Kunci: Supervisi Pendidikan: modern, zaman sekarang, masa yang akan datang, Profesi Pendidik, Politik Negara.
Pendahuluan Saat ini dunia pendidikan nasional Indonesia berada dalam situasi “kritis” baik dilihat dari sudut internal kepentingan pembangunan bangsa, maupun secara eksternal dalam kaitan dengan kompetisi antar bangsa. Fakta menunjukkan bahwa, kualitas pendidikan nasional masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Berbagai
kritikan tajam yang berasal dari berbagai sudut pandang terus ditujukan kepada dunia pendidikan nasional dengan berbagai alasan dan kepentingan. Bahkan ada beberapa pihak yang menuding bahwa krisis Nasional sekarang ini bersumber dari pendidik, kesalahan guru. Meskipun diakui guru sebagai unsur penting dalam pembangunan bangsa, namun secara ironis guru belum memperoleh penghargaan yang wajar sesuai dengan martabat serta hak-hak azasinya. Hal itu tercermin dari belum adanya jaminan kepastian dan perlindungan bagi para guru dalam pelaksanaan tugas dan perolehan hak-haknya sebagai pribadi, tenaga kependidikan, dan warga negara. Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ada dua hal penting yang melekat pada seorang guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan sebagai tenaga pendidik. Dalam Undang Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 butir 1 menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Makna guru yang dijelaskan dalam Undang-Undang tersebut adalah guru sebagai tenaga pendidik yang profesional, dengan tugas-tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi. Untuk menjadi seorang guru profesional yang melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yang baik tidaklah mudah, karena sasaran dari apa yang dilakukan oleh seorang guru adalah bukan saja sekedar seseorang itu mengetahui akan tetapi juga harus memahami apa yang ia ketahui dan selanjutnya secara sadar ia mampu berbuat dan dapat bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan itu baik terhadap dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan lebih jauh lagi ia mampu mempertanggung jawabkan semuanya kepada Tuhan. Pendidikan berurusan hal-hal yang terkait dengan pertumbuhan, perubahan, pembaharuan, dan juga hal-hal yang terus berlangsung. Karena hidup terus berlangsung, maka
menangani
pendidikan
sebetulnya
sama
dengan
menangani
masa
depan,
mengelola masa depan. Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaharui. Menjemput masa depan yang cerah membutuhkan sebuah proses yang cukup serius. Di situlah peran seorang pendidik untuk mengondisikan peserta didik, baik di tengah keluarga, masyarakat, ataupun secara formal sekolah. Sehingga orang pun tidak terlalu memilah-milah antara pendidikan disekolah dan pendidikan di rumah. Oleh karena itu, pendidikan tidak akan pernah berakhir.
Hingga saat ini masih banyak masalah dan kendala yang berkaitan dengan pendidik, dari aspek kuantitas, jumlahnya yang ada masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi pertambahan siswa serta tuntutan pembangunan. Kekurangan guru di berbagai jenis dan jenjang khususnya di sekolah dasar, merupakan masalah besar terutama di daerah pedesaan dan daerah terpencil. Dari aspek kualitas, sebagian besar guru-guru masih belum memiliki pendidikan minimal yang dituntut terutama guru SD. Dari aspek penyebarannya, masih terdapat ketidak-seimbangan penyebaran guru antar sekolah dan antar daerah. Dari aspek kesesuaiannya, di SLTP dan SM, masih terdapat ketidak sepadanan guru berdasarkan mata pelajaran yang harus diajarkan. Dari segi keadilan kesejahteraan guru, masih ada beberapa kesenjangan yang dirasakan sebagai perlakuan diskriminatif para guru. Di antaranya antara guru dengan PNS lainnya, serta dengan para birokratnya, kesenjangan antara guru dengan dosen, kesenjangan guru menurut jenjang dan jenis pendidikan, kesenjangan antara guru pegawai negeri yang digaji oleh negara, dengan guru swasta yang digaji oleh pihak swasta, kesenjangan antara guru pegawai tetap dengan guru tidak tetap atau honorer, kesenjangan antara guru yang bertugas di kota-kota dengan guru-guru yang berada di pedesaan atau daerah terpencil, kesenjangan karena beban tugas. Kesejahteraan mencakup aspek imbal jasa, rasa aman, kondisi kerja, hubungan antar pribadi, dan pengembangan karir. Dari sudut pandang manajemen SDM guru, guru masih berada dalam pengelolaan yang lebih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma pendidikan (antara lain manajemen pemerintahan, kekuasaan, politik, dsb.). Dari aspek unsur dan prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurang-terpaduan antara sistem pendidikan, rekrutmen, pengangkatan, penempatan, supervisi, dan pembinaan guru. Masih dirasakan belum terdapat keseimbangan dan kesinambungan antara kebutuhan dan pengadaan guru. Rerkrutmen dan pengangkatan guru masih selalu diliputi berbagai masalah dan kendala terutama dilihat dari aspek kebutuhan kuantitas, kualitas, dan distribusi. Pelaksanaan otonomi daerah yang “kebablasan” cenderung membuat manajemen guru menjadi makin semrawut. Pembinaan dan supervisi dalam jabatan guru belum mendukung terwujudnya pengembangan pribadi dan profesi guru secara proporsional. Dengan demikian guru sangat perlu untuk disupervisi untuk mengantar mereka memasuki suasana kerja yang selalu berubah dan diperbarui. Dengan memperoleh supervisi, guru-guru tersebut dapat menyesuaikan diri dengan situasi barunya. Semua situasi tersebut di atas memerlukan adanya pelaksanaan program supervisi pendidikan yang mantap dan terarah. Untuk melaksanakan program supervisi pendidikan yang mantap perlu adanya evaluasi yang
baik, yaitu dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip obyektif, kooperatif, integral, dan kontinyu.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan Berdasarkan paparan di atas, rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: bagaimana supervisi pendidikan terutama guru masa sekaran dan bagaimana kecenderungannya dimasa yang akan datang? Hasil dari pendalaman terhadap seluruh aspek permasalahan tersebut sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka memberikan atau mengadakan perbaikan dikemudian hari. Dengan demikian kelak supervisor benar-benar membantu usaha sekolah secara menyeluruh guna peningkatan mutunya.
Pembahasan Perbandingan supervisi tradisional dengan supervisi modern (Burton dan Brueckner, 1978) yaitu supervisi tradisional adalah (1) meginspeksi, (2) terpusat pada guru, (3) berkunjung dan berdiskusi, (4) perencanaan yang sederhana, (5) memergoki dan otoriter dan (6) biasanya satu orang. Sedangkan supervise modern ialah (1) pragmatis dan menganalisis, (2) terpusat pada tujuan, materi, teknik, guru, siswa, dan lingkungan, (3) melaksanakan beraneka ragam fungsi, (4) Perencanaan dan organisasi yang jelas dengan tujuan yang khas, (5) memotivasi dan bekerja sama, dan (6) oleh orang banyak. Perbandingan ini memperjelas apa yang dimaksud dengan supervisi yang bersifat komprehensif. Ini merupakan karakteristik terakhir dari supervisi modern menurut pandangan Neagley (1990). Sergiovani membedakan supervisi tradisional dengan supervisi modern dari segi perlakuan terhadap personalia sekolah yang dia sebut sebagai variable perantara (mediating variables). Supervisi tradisional tidak memakai variable ini sebaliknya supervisi modern menggunakannya dan lebih berhasil. Ada tiga variable dalam hubungan dengan supervisi pendidikan. Variabel-variabel tersebut ialah variable awal (initiating variables) yang mencangkup: 1. Supervisor yang memegang referensi untuk teman-temannya, para bawahan dan dirinya sendiri. 2. Pola-pola perilaku administrasi dan supervise. 3. Elemen-elemen struktur organisasi. 4. Sistem otoritas. 5. Tujuan sekolah dengan pola untuk mencapainya. Variabel kedua ialah variable perantara yang mencangkup: 1. Sikap guru dan personalia sekolah lainnya terhadap jabatan dan antar hubungan mereka. 2. Tingkat kepuasan bekerja. 3. Komitmen staf terhadap tujuan sekolah. 4. Gambaran tujuan sekolah yang dimiliki oleh guru-guru. 5. Tingkat kesetian guru-guru. 6. Kepercayaan dan keakraban antar
personalia sekolah. 7. Kemauan untuk mengontrol kepercayaan tersendiri. 8. Fasilitas untuk berkomunikasi. Variabel yang ketiga ialah variable kesuksesan sekolah yang mencakup: 1. Tingkat performan guru-guru dan personalia sekolah lainnya. 2. Tingkat performan para siswa. 3. Tingkat perkembangan dan pertunbuhan para siswa. 4. Peningkatan organisasi personalia sekolah. 5. Laju presensi dan absensi staf. 6. Laju absensi dan drop out para siswa. 7. Kualitas hubungan sekolah dengan masyarakat. 8. Kualitas hubungan personalia sekolah. Supervisi tradisional hanya mengejar kesuksesan jangka pendek saja, dengan bertitik tolak pada variable awal tanpa mengihiraukan variable perantara. Itulah sebabnya kesuksesan mudah lenyap sebab semangat pelaksana-pelaksananya mudah pudar. Menyadari kelemahan supervisi tradisional tersebut, maka supervisi modern meletakkan kunci penggeraknya pada organisasi personaliannya yaitu para pelaksana yang dikatakan sebagai variable perantara, walaupun diakui bahwa variable ini juga dipengaruhi dan ditentukan oleh variable awal. Variable yang terdiri dari sikap, kepuasan bekerja, komitmen, kesetiaan dan sebagainya merupakan dasar dedikasi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Menyadari hal ini, yang pertama-tama ditangani oleh supervisor modern adalah organisasi personalia sekolah yaitu orang-orang yang melaksanakan pendidikan itu. Dengan cara ini walaupun kesuksesan pendidikan tidak segera akan nampak tetapi secara berangsur-angsur dalam jangka panjang sangat mungkin akan tercapai. Kesuksesan seperti itu akan lama bertahan bahkan cara ini dapat dipandang sebagai strategi untuk melestarikan kesuksesan pendidikan. Supervisi modern lebih mengedepankan pendekatan manusiawi dalam melaksanakan evaluasi program supervisi pendidikan sehingga benar-benar dapat mencapai tujuan supervisi pendidikan. Tujuannya adalah untuk mendalami kebutuhan guru secara individual, membantu mereka secara individual pula, mendalami kebutuhan personal lain (staf non guru), meneliti sistem pengelolaan yang digunakan, dan meneliti sarana dan prasarana sekolah. Dengan demikian supervisi modern adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka masingmasing. Penghargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi mereka sebagai pendidik, yang dilakukan dengan metode intelegensi praktis yang bersifat demokratis. Supervisi dilakukan dengan cara komprehensif, yaitu dengan cara menyamakan prinsip-prinsip yang dipakai dalam proses belajar mengajar dan prinsip-prinsip materi dengan baik secara vertical maupun secara horizontal.
Supervisi Pada Zaman Sekarang Supervisi pada zaman sekarang mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang berbobot (Neagly, 1980), karakteristik supervisi modern dikatakan sebagai berikut. Pertama, menciptakan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan diantara semua anggota stake holder. Kondisi seperti ini merupakan dasar yang paling utama dalam melaksanakan supervisi. Sebab supervisi merupakan proses yang menyangkut aktivitasaktivas individu yang didasari oleh pengenalan dan hubungan yang akrab. Kedua demokratis, istilah demokratis dikatakan mencerminkan dinamika, dapat mengerti dan memahami, sensitif, dan memegang peranan kepemimpinan. Supervisi yang dinamis ialah supervis yang aktif, kreatif, dan banyak inisiatif dalam melaksanakan fungsinya. Supervisi seperti ini ikut merencanakan agar proses belajar mengajar memberi hasil yang baik, membantu menciptakan kondisi belajar yang baik, memonitoring guru-guru agar tidak sampai terlanjur jauh berbuat salah, mencari sebab sebuah kesalahan, memberi saran dan membimbing. Supervisor tidak hanya mencari kesalahan guru, tidak pula hanya memperbaiki kesalahan guru, tetapi juga berusaha mengadakan preventif agar guru-guru sedikit mungkin berbuat salah. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas, supervisor perlu mengerti atau memahami kepribadian setiap guru. Setiap guru dan personalia sekolah memiliki kepribadian yang unik. Supervisor harus memahami keunikan setiap individu yang dibinannya. Pemahaman terhadap individu merupakan strategi bagi supervisor dalam mempengaruhi, mengarahkan dan memotivasi individu tersebut. Setiap guru membutuhkan teknik pembinaan tersendiri
sesuai
keunikan
mereka
masing-masing. Supervisor
juga
membutuhkan
kesensitivan dalam berkomonikasi dengan guru dan cepat tahu apa permasalahan yang dihadapi oleh guru. Pengetahuan ini memberikan jalan baginya untuk mengatur strategi lebih lanjut. Supervisor berusaha mengadakan kerjasama dengan guru-guru dan personalia sekolah lainnya dalam usaha meningkatkan proses belajar mengajar disekolah. Supervisor berusaha menciptakan suasana kondusif, sehingga memungkinkan saling memberi dan saling menerima. Ketiga adalah komprehensif. Supervisi berlangsung dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas yang melingkupi beberapa sekolah untuk wilayah tertentu. Bentuk dan isi supervisi untuk tiap sekolah itu tidak boleh berbeda jauh. Kesamaan ini dimaksudkan untuk menjamin kontinuitas kurikulum sekolah dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas. Hal ini akan memudahkan para siswa mengembangkan diri melalui kurikulum tersebut. Selain komprehensif ditujukan kepada kurikukulum,
juga komprehensif terhadap personalia sekolah mencangkup kepalah sekolah, guru, para pegawai tatausaha dan para siswa diarahkan dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Kecenderungan Supervisi Pada Masa Mendatang Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang. Yang bisa di kemukakan dua macam yang satu meninjau supervisi dari sudut professional guru, sedang lain meninjau dari sudut politik negara. Atau yang satu melihat kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan profesi pendidik, yang lain melihat kecenderungan itu bertitik pusat pada politik negara. Marks (1978) menghubungkan pendidikan dengan situasi dunia sekarang, khususnya dalam bidang politik, Luci0 (1996) melihat kecenderungan-kecenderungan sekolah pada masa yang akan datang lebih banyak dikontrol oleh negara. Negara memandang pendidikan merupakan suatu alat yang vital untuk menegakkan serta memajukan nusa dan bangsa. Hal ini memang penting bila dihubungkan dengan situasi dunia yang penuh dengan usaha merebut pengaruh dan persaingan kekuatan di antara dua negara raksasa. Pemerintah memandang perlu untuk mengawasi usaha-usaha sekolah agar anggota masyarakat yang diproduksi mampu mempertahankan kedaulatan negara, berdiri sendiri, dan tidak hanyut oleh pengaruh negara lain. Bila demikian halnya, maka supervisor akan berada diantara sebagi alat Negara dan sebagai professional. Karena itu disarankan peranan supervisor sebagai berikut: 1. Sebagai perantara dalam menyampaikan minat para siswa, orag tua dan program sekolah kepada pemerintah dan badan-badan lain. 2. Memonitor penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar. 3. Merencanakan program untuk populasi pendidikan yang baru 4. Mengembagkan program yang baru untuk jabatan baru yang mungkin muncul mengkombinasikan program yang di ajukan pemerintah, perdagangan dan industri menilai dan meningkatkan pengertian gaya kehidupan. 5. Memilih inovasi yang konsisten dengan masa yang akan datang. Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang, yakni meninjau supervisi dari sudut professional guru, dan dari sudut politik negara. Atau yang satu melihat kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan profesi pendidik, yang lain melihat kecenderungan itu bertitik pusat pada politik negara. Untuk mencapai maksud di atas membutuhkan tipe supervisi yang baru (Marks, 1978). Supervisi tersebut lebih mememusatkan dari pada pengembangan profesi dan bakat guru serta
memanfaatkannya untuk kepentingan kemajuan pendidikan daripada memberi konsultasi langsung kepada guru-guru, membina agar mereka bisa memimpin diri sendiri, tidak bergantung kepada pengarahan dari luar, dan percaya kepada sumber-sumber pendidikan yang diperoleh sendiri. Supervisor juga menanamkan pengertian program sekolah yang baru kepada guru-guru dalam usaha menyiapkan para siswa menghadapi kehidupan yang semakin keras.
Penutup Ramalan yang sifatnya menjangkau terlalu jauh kepada masa yang akan datang seringkali tidak tepat. Maka dari itu membuat ramalan dalam bidang supervisi pendidikan, khususnya di Indonesia, tidak perlu menjangkau terlalu ke depan. Cukup setiap dekade (limasepuluh tahun) merumuskan model supervisi yang baru atau diperbaharui berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lampau dan antisipasi dua periode jabatan Pemimpin. Perkembangan Supervisi sudah ada pada sebelum abad 18 dan 19. Akan tetapi pada abad 19 tugas para supervisor sudah meningkat, yaitu tidak hanya mengontrol dan mencatat kesalahan guru, tidak lagi bersikap otoriter dan otokratis akan tetapi juga memperhatikan karakteristik individualitas masing-masing guru. Supervisi modern adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka masingmasing. Penghargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi mereka sebagai pendidik, dilakukan dengan cara komprehensif, yaitu dengan cara menyamakan prinsip-prinsip yang di pakai dalam proses belajar mengajar dan prinsip-prinsip materi dengan baik secara vertical maupun secara horizontal. Supervisi pada zaman sekarang mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang berbobot: menciptakan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan diantara semua stake holder, demokratis, dan komprehensif. Kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang bisa di kemukakan dua macam, yang satu meninjau supervisi dari sudut professional guru (terpusat pada pengembangan profesi pendidik), sedang lain meninjau dari sudut politik negara (berpusat pada politik Negara).
Daftar Pustaka Burton, W. H. and Brueckner, L. J. 1978. Supervision- A Social Process. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc. Departemen Agama RI, 2005.Kepengawasan Pendidikan Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta: Deptemen Pendidikan Nasional. Lucio, W. H.,& McNeil, J.D.1969.Supervision:A synthesis of thought and action (2nd ed.). New York: McGraw-Hill. Marks, J. R., Stoops, E., & King-Stoops, J.1978. Handbook of educational supervision: A guide for the practitioner(2nd ed.). Boston: Allyn and Bacon. Neagley, Ross L. and N. Dean Evans. 1980. Handbook for effective supervision of instruction, 3rd Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Ngalim, Purwanto, 1987, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Sagala, Syaiful, 2008. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta Sahertian, Piet A., 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta. Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.
-0-