Sumpah Profesi Bukan Sekadar Ucapan UNAIR NEWS – Sebanyak 84 dokter hewan baru dilantik dan diambil sumpahnya oleh Dekan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, pada Kamis (31/3). Prosesi pelantikan dan pengambilan sumpah dokter hewan yang dihadiri oleh jajaran pimpinan UNAIR dan Persatuan Dokter Hewan Indonesia cabang Jawa Timur I. Dekan FKH UNAIR Prof. Dr. Pudji Srianto, M.Kes., Ph.D., pada kesempatan pertamanya dalam melantik dokter hewan baru tersebut menuturkan, bahwa dari 84 lulusan, 17 diantaranya merupakan penerima bantuan pendidikan Bidikmisi dengan lima orang meraih predikat cumlade. mantan ketua Ikatan Alumni (IKA) FKH UNAIR tersebut juga menyampaikan bahwa sumpah yang diambil ini merupakan bentuk bukti agar ketenangan batin dalam melaksanakan tugas sebagai dokter hewan. “Dalam waktu singkat kalian harus bisa mengamalkan ilmu kalian, tanggung jawab sebagai dokter hewan ini harus benarbenar mampu dilaksanakan dengan baik dan melaksanakan sumpah yang baru saja diucapkan,” jelas Prof. Pudji dalam sambutannya. Wakil Rektor III UNAIR selaku Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., turut memberikan sambutan dalam prosesi pelantikan dan pengambilan sumpah dokter hewan ke-156 bahwa tantangan ke depan yang akan dihadapi para dokter hewan baru akan semakin besar. “Sumpah itu janji penting, jadikanlah pegangan yang dengan itulah kalian bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat,” ujar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR. Sunaryo
Hadi
Warsito.,
drh.,
MP.,
selaku
ketua
pantia
memberikan sambutan, bahwa menjadi dokter hewan tidaklah selalu harus menunggu adanya lapangan pekerjaan, bahkan ia menyarankan agar para lulusan ke depannya bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri. “Dunia kalian ini dekat dengan rezeki, lihatlah mulai dari kotoran, bulu, susu, daging semua jadi ladang rezeki, makanya saya akan lebih bangga kalau melihat kalian bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, buatlah piring untuk orang lain itu lebih baik dari pada berebut piring dengan orang lain,” ujarnya. Salah satu dokter hewan yang turut dilantik, drh. Andri Setiawan, turut memberikan kesempatan. Andri menuturkan tentang pentingnya kesiapan dokter hewan dalam memasuki dunia pekerjaan. Guna menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN, ia mengatakan agar para dokter hewan baru mampu memecahkan permasalahan di masyarakat. “Mari kita wujudkan kesehatan masyarakat melalui upaya kita untuk menjaga kesehatan hewan,” ujarnya yang dibarengi jargon andalan FKH UNAIR, “Viva Veteriner!”. Selamat untuk dokter hewan baru! Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Dokter Spesialis Harus Mengabdi ke Luar Jawa UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga kembali melantik 98 Dokter Spesialis – 1. Pelantikan yang
dilaksanakan pada Rabu (23/3), dihadiri oleh Wakil Direktur RSUD Dr. Soetomo, dr. Bangun Trapsila Purwaka, dr., Sp.OG-K., Dekan FK UNAIR, Prof. Dr. dr. Soetojo, Sp.U., Wakil Rektor III UNAIR, Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., manajemen RS UNAIR, Dekan FK UNAIR terdahulu, dan kerabat para lulusan. Pada pelantikan yang dilaksanakan di Aula FK UNAIR tersebut, Wakil Direktur RSDS menjelaskan bahwa menjadi dokter spesialis tidak sekadar memberikan perawatan sesuai keahlian, tetapi juga menumbuhkan rasa empati dan selalu mengedepankan etika kedokteran kepada pasien. “Rasa empati kemanusiaan ini harus dimiliki dokter spesialis saat mengobati pasien,” ujar Bangun dihadapan para dokter spesialis.
Suasana Khidmat Pelantikan Dokter Spesialis – 1 di Aula Fakultas Kedokteran UNAIR (Foto: UNAIR NEWS) Pada kesempatan yang sama, Dekan FK UNAIR menyampaikan
beberapa hal seputar kondisi dokter spesialis yang berada di luar Jawa. Dihadapan dokter spesialis angkatan ke 116 ini, ia mengajak agar para lulusan kelak mau mengabdikan dirinya ke luar Jawa. “Menurut data yang saya dapat, 70% dokter spesialis ini ada di Jawa, sisanya tersebar ke berbagai pulau. Nah, pentingnya para lulusan ini bisa mengabdikan diri ke sana, di NTT, Bangka Belitung, apalagi Papua ini sangat butuh tenaga-tenaga kalian,” ujarnya. Wakil Rektor III UNAIR Prof. Amin mengutarakan hal senada. Lulusan dokter spesialis baru ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat luas. “Dalam mengabdi, jangan pernah ragu dalam menjalin relasi. Tetap pegang teguh motto excellence with morality. Ingatlah untuk meneladani para pendahulu kita yang telah membawa nama baik alamamater,” pungkas Prof. Amin. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor
: Defrina Sukma Satiti
Komunitas Pengkaji Lingkungan Aesculap, Para Calon Dokter Penghobi Blakra’an Alam tidak akan pernah lelah memberikan pelajaran. Sebagai manusia, sedikit banyak kita harus mengerti keadaan lingkungan alam sekitar, sehingga kehidupan menjadi lancar dan aman. Itulah yang mengalir dalam jiwa setiap anggota Komunitas Pengkaji Lingkungan Aesculap (KPLA) FK UNAIR.
Komunitas ini berawal dari perkumpulan mahasiswa pecinta alam FK UNAIR, yang kemudian membentuk tim bantuan medis (TBM) KPLA FK UNAIR sejak 4 September 1989. “KPLA dulu dibentuk, salah satunya oleh dokter Eri Dewanto. Mereka menyalurkan kecintaan mahasiswa FK saat itu terhadap alam,” tutur dr. Prananda Surya Airlangga, M. Kes., Sp.An.KIC, pembina KPLA. Mereka menyalurkan hobi ke alam, melihat alam dengan mendaki gunung-gunung, melihat penambang belerang, dari sanalah mereka terpanggil untuk meneliti dan mengkaji lingkungan sesuai keahlian mereka dengan membentuk TBM. “Dalam mengkaji lingkungan, ketika mereka mau atensi terhadap lingkungan lain. Itu akan sangat melatih mereka untuk lebih matang untuk terjun ke masyarakat terpencil,” tambah dokter spesialis anestesi ini. Menjadi anggota KPLA adalah berlatih menjadi calon dokter yang kuat dan handal. Di samping berlatih survival di alam, setiap anggota KPLA akan dikenalkan banyak materi medis di awal, sehingga pengalaman dan ketrampilan mereka akan terasah sejak dini. “Mahasiswa FK pasti akan mendapatkan ilmu-ilmu yang kami ajarkan, cuma bedanya kami yang KPLA itu mendapatkannya lebih awal dan lebih sering. Otomatis pengalamannya kan lebih banyak dan lebih mahir,” tutur Rafaela Andira Ledyastatin, ketua KPLA periode 2015. KPLA adalah keluarga medis yang memiliki ikatan begitu kuat. Dengan empat pilar KPLA yaitu brotherhood, timwork, never give up, dan one goal, kelompok ini mengajarkan makna-makna kehidupan. Tidak hanya itu, kegemaran para senior yang telah menjadi dokter muda dan spesialis membina mereka lebih membuat KPLA kuat dan berkembang. “Mbaknya itu selalu bersedia mengajari kami. Sudah ada yang
spesialis dan dokter. Mereka senantiasa membina adik-adiknya. Saya bisa praktik khitan langsung,” ujar Anastasha Puspagita, anggota KPLA semester empat. Gelar bakti aesculap Setiap tahun, KPLA selalu mengadakan Baksos bertajuk Gelar Bakti Aesculap. Kegiatan ini merupakan bagian dari tahapan kaderisasi anggota KPLA. Dalam baksos tersebut anggota muda akan bertemu dengan dokter dari berbagai angkatan yang datang untuk menjadi tenaga medis. Baksos tahun lalu dilakukan di Desa Petung, Kecamatan Panceng, Gresik, salah satu desa pelosok yang jarang didatangi kegiatan baksos. “Masyarakatnya sangat antusias. Waktu pembukaan banyak yang datang dan waktu hari H kami sempat kewalahan karena banyaknya pasien yang datang,” ujar Ledy, sapaan akrab ketua KPLA. Desa tersebut dipilih berdasaran kriteria masih pelosok. Akses jalan yang tidak mudah, dilihat cukup membutuhkan, dan jarang digunakan sebagai tempat baksos. Ledy melihat di desa sekitar juga masih banyak yang membutuhkan. Kemungkinan tahun depan akan baksos di kota ini lagi. Ledy juga melihat dari banyaknya antusias warga yang datang bahwa kesadaran masyarakat akan kesehatan cukup baik, dan harus terus difasilitasi. Pada kegiatan tersebut juga, ia melihat KPLA memiliki kelebihan yang baru ia mengerti. “Hebatnya KPLA itu, yang saya kagum sendiri juga, anak-anak yang cuma belasan aja bisa mengkonsep baksos sebegitu bagusnya. Ada pengobatan gratis, khitan massal, screening katarak, screening kanker serviks, dan penyuluhan-penyuluhan,” ujar Ledy bangga. Di lingkungan kampus, TBM KPLA cukup dikenal baik. Hampir tiap bulan permintaan TBM datang dari berbagai kegiatan. Misalnya
pada kegiatan PPKMB, pertandingan olahraga, dan lain-lain. “Ini bagian dari kayanya KPLA. Pengalaman adalah ilmu yang paling berharga bagi saya. Kalau kita menangani pasien, itu untung kami, lebih banyak pengalaman,” tutur Ledy mengakhiri. (has/dss)