SUMMARY IN INDONESIAN Di zaman sekarang ini, banyak orang berpikir bahwa uang bisa membeli segalanya. Dengan uang, orang dapat membeli rumah mewah, mobil bagus, baju mahal, bahkan pasangan dan posisi. Mereka cenderung berpikir bahwa uang dapat membeli segalanya. Oleh karena itulah banyak orang giat untuk mencari uang. Untuk beberapa orang yang sangat bernafsu akan uang, mereka tidak peduli lagi akan hal-hal yang lain selama mereka bisa mendapatkan uang. Semakin banyak uang yang mereka dapat, semakin banyak uang yang mereka inginkan. Terlebih lagi, di era modern ini orang-orang cenderung melupakan nilai- nilai tradisi yang tidak masuk akal menurut mereka. Bahkan banyak orang tidak beragama dan tidak percaya kepada Tuhan. Mereka lebih percaya kepada diri mereka sendiri dan mengandalkan segala sesuatu berdasarkan pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan kekayaan. Itu semua membuat mereka terlihat berkuasa dan seolah-olah tidak memerlukan Tuhan. Mereka mulai menjadi sombong dan berpikir bahwa segala sesuatu ada di kendali manusia. Penulis sangat tertarik untuk membahas situasi sekarang ini. Ciri-ciri materialistis di dunia sekarang ini akan dianalisis oleh penulis dengan cara mengaitkan tema tersebut dengan suatu karya sastra yang mencerminkan materialisme. Karya yang dipilih penulis adalah film Evan Almighty yang disutradarai oleh Tom Shadyac. Cerita yang ditulis oleh Steve Oedekerk ini bertema religius komedi. Alasan mengapa penulis membahas film ini ke dalam analisa adalah banyaknya nilai-nilai materialistis di zaman sekarang yang ada pada film tersebut. Film ini bercerita di abad 21tentang seorang pembawa berita bernama Evan Baxter dengan kampanyenya yang terkenal “Mengubah Dunia”, baru saja terpilih sebagai anggota kongres. Karena posisi barunya, ia mendapat banyak fasilitas seperti: rumah besar di perumahan elit, mobil baru, kantor yang mewah, dan lain lain. Ia beserta istri dan ketiga anaknya segera pindah ke rumah baru tersebut dan menjalani hari yang baru sebagai anggota kongres. Hari pertama ketika ia mulai bekerja, ia sudah ditawarkan untuk bergabung ke dalam proyek milik seniornya, Congressman Long. Beberapa hari setelah itu banyak kejadian aneh yang Evan alami, diantaranya: ia melihat Tuhan menampakkan diri di depannya dan menyuruhnya membangun sebuah perahu besar untuk menyelamatkan umat manusia dari banjir besar. Segala perkakas yang
A1
dibutuhkan untuk membangun perahu besar tersebut dikirim ke alamat rumahnya. Terlebih lagi, tiap pasang dari semua jenis binatang terus mengikuti dia kemana pun dia pergi. Awalnya Evan tidak mau membangun perahu besar tersebut, tapi seiring berjalannya waktu ia membangun perahu besar tersebut besama keluarganya. Konflik pun dimulai ketika paras Evan berubah menjadi semakin mirip nabi Nuh dalam alkitab. Di sisi lain, ia juga sulit membagi waktu antara melakukan pekerjaanya sebagai anggota kongres dan membangun perahu besar. Ia juga sempat ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya dikarenakan mereka tidak percaya apa yang telah Evan katakan. Evan pun mengalami pergumulan dengan membangun perahu besar itu sendirian di tengah cemooh banyak orang yang mengatakan bahwa ia gila. Di akhir cerita diketahui bahwa tujuan pembangunan proyek Congressman Long berdampak pada kehancuran taman nasional di mana banyak hewan hidup di sana. Congressman Long yang kesal dengan Evan mengancam untuk merobohkan perahu besar tersebut, tapi Evan tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak mendukung proyek Congressman Long dan mempertahankan perahu besarnya. Ketika perahu besarnya ingin dihancurkan, hujan mulai turun. Evan mengira bahwa itulah awal mulanya terjadi banjir besar, tapi ternyata hujan tersebut hanya berlangsung sebentar. Evan pun kembali ditertawakan oleh orang-orang di sekelilingnya yang tidak mempercayai adanya banjir. Tiba- tiba Evan menyadari bahwa banjir tersebut bukan berasal dari hujan, melainkan luapan air sungai. Luapan air sungai itu pun berubah menjadi banjir yang dahsyat. Orang-orang di sekitar perahu tersebut segera masuk ke dalam perahu besar Evan. Mereka pun baru mempercayai Evan ketika banjir itu terjadi. Di bagian penghujung cerita, Evan dan keluarganya pergi bertamasya bersama. Di dekat bawah sebuah pohon ia melihat Tuhan berdiri. Ia pun segera menghampiri Tuhan dan mengevaluasi semua hal yang telah terjadi. Tuhan dan Evan pun berbincang bahwa untuk mengubah dunia hanya diperlukan satu aksi kebaikan secara acak. Berdasarkan cerita ini, penulis meneliti hal-hal yang berhubungan dengan materialisme dalam film ini. Skripsi ini terbagi dalam beberapa bab, yaitu bab satu yang menjelaskan latar belakang penelitian film ini, masalah – masalah yang akan dibahas, serta tujuan dan fungsi penelitian dalam film ini. Bab kedua berisi teori- teori yang dipakai penulis dalam mengadakan penelitian. Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang dipakai untuk menganalisa film ini. A2
Bab keempat berisi analisa film yang bersangkutan dengan teori-teori yang dibahas di bab kedua. Bab kelima berisi kesimpulan dari analisa dan saran dari penulis. Bab keenam berisi ringkasan penelitian dari bab satu sampai bab lima ke dalam bahasa Indonesia. Dalam bab pertama, penulis merumuskan permasalahan yang dibahas dalam penelitian, diantaranya: bagaimana film ini menggambarkan materialistis di masa sekarang, bagaimana kepercayaan modern digambarkan di dalam film secara materialistis, dan dampak- dampak materialistis terhadap alam dan tingkah laku manusia. Ruang lingkup penulisan ini akan difokuskan pada film berjudul Evan Almighty dan batasan analisisnya difokuskan pada tema materialistis dan kepercayaan modern. Skripsi ini ditulis untuk beberapa tujuan yang mana menjawab permasalahan yang dibahas dalam film ini. Sedangkan, fungsi dari penulisan ini adalah untuk membagikan hal- hal yang berhubungan dengan materialistis dan kepercayaan modern beserta dampak-dampaknya. Pada bab kedua, penulis menjabarkan teori- teori yang dipakai dalam menganalisis film Evan Almighty. Teori – teori tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur- unsur yang terdapat di dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik yang dibahas oleh penulis di dalam skripsi ini adalah tokoh, latar, tema, simbol, dan alegori. Penokohan menjelaskan tentang kepribadian tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut. Tokoh tersebut dibagi menjadi empat macam, yaitu tokoh utama, tokoh bawahan, tokoh statis, dan tokoh dinamis. Selanjutnya, penulis membahas latar cerita. Latar cerita adalah tempat, waktu, dan kondisi sekitar . Latar cerita dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Setelah penokohan dan latar, tema di dalam cerita juga akan dibahas penulis. Tema adalah pokok atau motif yang disampaikan oleh penulis cerita yang terdapat dalam cerita tersebut. Unsur intrinsik berikutnya yang dipakai dalam analisis adalah simbol. Simbol adalah hal-hal di dalam cerita yang mempunyai arti dan pesan tersembunyi. Unsur intrinsik yang terakhir adalah alegori. Alegori adalah cerita yang melambangkan sesuatu yang mengandung pesan inti dari suatu cerita. Unsur yang berikutnya adalah unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur di luar dari cerita yang berisi teori- teori yang berhubungan dengan nilai – nilai materialisme. Teori- teori ini dibagi menjadi empat bagian. Pertama adalah teori dasar dari Karl Marx, yaitu teori Marxism. Teori dasar yang dipakai penulis adalah teori yang mengatakan bahwa dunia material A3
mengendalikan dunia non-material. Teori kedua yang dipakai adalah teori dari Louis Althusser. Teori Althusser ini dibagi menjadi lima teori kunci, yaitu: overdeterminism, relative autonomy, decentering, state repressive apparatuses dan state ideological apparatuses, dan interpellation. Overdeterminism adalah teori yang mengatakan bahwa suatu hal terjadi bukan karena satu penyebab, melainkan banyak penyebab. Teori relative autonomy adalah teori yang mengatakan bahwa suatu karya sastra dapat berdiri sendiri tanpa pengaruh faktor ekonomi. Teori Althusser yang ketiga adalah decentering. Decentering adalah teori yang mengesampingkan faktor ekonomi dan menempatkan faktor budaya, agama, dan lain lain ke titik utama. Berikutnya adalah repressive structures dan ideological structures. Repressive structure adalah kekuasaan yang dapat memaksa dikarenakan adanya peraturan yang tertulis, contohnya: hukum, kepolisian, pemerintahan, dan lain lain. Sedangkan ideological structures adalah kekuasaan yang sifatnya tidak memaksa tetapi bersifat mempengaruhi, contohnya: gereja, agama, keluarga, dan lain lain. Teori Althusser yang terakhir adalah interpellation. Teori interpellation adalah teori yang memberikan gambaran bahwa seakan-akan manusia diberikan kebebasan, padahal sesungguhnya manusia bukan diberikan kebebasan, tetapi tidak diberikan pilihan. Setelah teori Karl Marx dan Louis Althusser, penulis juga mengangkat teori hegemony, dimana orang-orang dominan memimpin secara intelektual dan moral tanpa adanya paksaan. Teori yang terakhir adalah ideologi, yaitu ide atau pemikiran dibalik hal-hal yang dilakukan di kehidupan sehari-hari dengan maksud dan tujuan tertentu. Setiap hal yang dilakukan pasti ada maknanya. Pada bab ketiga, penulis menjabarkan metode penelitian yang dipakai dalam analisa. Metode yang dipakai adalah metode kajian pustaka. Penulis mengambil teori- teori untuk menganalisa film tersebut dari buku-buku mengenai materialism dan Marxism. Penulis menghubungkan teori-teori yang terdapat di bab kedua dengan film tersebut, sehingga permasalahan-permasalahan di bab pertama dapat terjawab dan kesimpulan dapat ditarik penulis. Pada bab keempat, penulis menganalisis film Evan Almighty berdasarkan teori-teori yang terdapat di bab kedua. Bab ini terbagi lagi menjadi dua bagian. Bagian pertama penulis menganalisis tokoh Evan Baxter, God, Joan Baxter, dan Congressman Long. Tokoh Evan Baxter disimpulkan penulis sebagai seseorang yang terbuka, angkuh, dan dapat diandalkan. Tokoh God disimpulkan sebagai pribadi yang sederhana, rendah hati, dan suka bercanda. Penulis juga menyimpulkan tokoh Joan Baxter sebagai seorang yang setia. Tokoh terakhir yang dibahas A4
dalam film ini adalah tokoh Congressman Long yang tamak. Selanjutnya, penulis menganalisis tempat dan waktu di dalam film tersebut, yaitu di New York dan pada abad ke 21. Kondisi orang-orang di dalam film tersebut diceritakan sebagai orang-orang yang mempunyai gaya hidup yang mewah dan berkuasa di dalam pemerintahan. Setelah penulis menganalisis tokoh dan latar cerita, penulis menarik kesimpulan tema pada film ini adalah satu aksi kebaikan secara acak dapat mengubah dunia. Selanjutnya, penulis menganalisis simbol dari tokoh God, perahu besar, tokoh Congressman Long, kota New York, dan binatang-binatang. Terakhir, penulis menarik kesimpulan bahwa cerita ini dapat dikategorikan sebagai alegori karena secara keseluruhan cerita Evan Almighty ini melambangkan sesuatu, yakni suatu hal kecil dapat berdampak besar. Bagian kedua dari bab keempat adalah menganalisa film Evan Almighty berdasarkan teori-teori di dalam unsur ekstrinsik yang terdapat dalam bab kedua. Melalui teori Karl Marx, penulis dapat membuktikan bahwa setelah penulis membedakan antara base structures dan super structures, dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan materialisme dapat mengendalikan hal-hal non materialisme. Selanjutnya, penulis mengaitkan teori-teori Althusser yang terdapat dalam Evan Almighty. Penulis menyimpulkan bahwa faktor ekonomi yang terdapat dalam film tersebut bukanlah faktor satu-satunya yang mengendalikan manusia. Penulis juga menambahkan hal-hal yang berkaitan erat dengan hegemony di dalam film tersebut, yakni bahwa manusia dipimpin secara moral dan intelektual oleh orang-orang yang termasuk dalam kelompok dominan. Terakhir, penulis menyebutkan bahwa ideology yang ingin disampaikan penulis cerita adalah hal-hal yang berhubungan dengan materialisme bukanlag faktor utama penentu kebahagaiaan, melainkan masih banyak faktor lainnya. Akhinya, kita bisa merubah dunia dengan cara melakukan kebaikan yang kecil dan sederhana secara acak di dalam kehidupan sehari-hari. Pada bab kelima, penulis mengambil kesimpulan dari analisis skripsi ini. Penulis mengambil kesimpulan bahwa pada akhirnya hal-hal yang berhubungan dengan material tidak dapat menguasai hal-hal yang berhubungan dengan non material. Penulis juga memberikan saran kepada pembaca untuk tidak hanya melihat dengan mata secara materialistis, tetapi melihat dengan mata hati.
A5