Sub Tema: KELUARGA HARAPAN
JUDUL ESAI: SOCIAL COMMUNITY BASED SOCIETY EDUCATION DALAM MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA
Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi LOMBA ESAI NASIONAL PENDIDIKAN NONFORMAL 2016
Diusulkan Oleh: Nur Inayah
Pendidikan Nonformal/ 2013
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG 2016
SOCIAL COMMUNITY BASED SOCIETY EDUCATION DALAM MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Nur Inayah Universitas Negeri Semarang email:
[email protected]
Abstrak Salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia saat ini adalah masih besarnya jumlah penduduk miskin. Program-program yang telah dilaksanakan dalam upaya pengentasan kemiskinan belum mampu memberikan dampak yang besar, sehingga tujuan dari pembanguanan nasional terkait masalah pemerataan kesejahteraan masyarakat masih menjadi masalah yang berkepanjangan. Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial bagi keluarga sangat miskin perlu adanya program Bantuan Sosial Berbasis Pendidikan Masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Berkaitan dengan hal tersebut pelaksanaan program Bantuan Sosial Berbasis Pendidikan Masyarakat ini didasarkan pada tingginya jumlah keluarga sangat miskin. Program ini bertujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia, sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungannya. Kata kunci: Pendidikan Masyarakat, Keluarga Harapan, Keluarga Sejahtera
PENDAHULUAN Tujuan negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (Apriyanti, 2011). Kesejahteraan umum atau kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan melalui pembangunan suatu negara. Pada umumnya pemikiran tentang pembangunan di negara-negara berkembang selalu meletakkan kemiskinan sebagai isu sentralnya, salah satunya Indonesia. Jebakan kemiskinan yang membelenggu penduduk miskin sebagai akar segala ketakberdayaan telah menggugah perhatian masyarakat dunia, sehingga isu kemiskinan menjadi salah satu isu sentral dalam Millenium Development Goals
atau MDGs (UNDP, 2003). Kemiskinan diyakini sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnnya keadilan, belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi, dan terjadinya degradasi lingkungan (Faturochman, dkk., 2007) Pada tahun 2015 jumlah penduduk indonesia sebanyak 255 461,7 Ribu Jiwa dengan presentase penduduk miskin per september 2015 sebesar 11,13 persen, jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan adalah sebesar 28,43 juta individu (BPS, 2015). Angka ini cukup besar khususnya jika dibandingkan dengan jumlah orang miskin di negara-negara tetangga. Selain perlambatan penurunan tingkat kemiskinan dan jumlah orang miskin, kerentanan kemiskinan juga merupakan masalah tersendiri. Kemiskinan merupakan permasalahan mendesak suatu bangsa dan harus segera dientaskan. Dalam megentaskan permasalahan tersebut
memerlukan
langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara, diperlukan langkah-langkah strategis yang komprehensif. Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha (sektor swata) dan masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan. (TNP2K) Banyak faktor penyebab kemiskinan, baik eksternal maupun internal. Kenaikan harga BBM, yang memicu inflasi sangat menekan taraf hidup sebagian besar masyarakat, lebih-lebih keluarga miskin. Mereka yang tadinya hampir miskin menjadi menurun taraf hidupnya sebagai akibat kenaikan harga-harga kebutuhan
pokok. Rendahnya kualitas sumber daya manusia pada keluarga miskin serta kondisi lainnya yang tak memungkinkan mereka meraih berbagai fasilitas yang tersedia di pasaran. Pola pengentasan kemiskinan yang cenderung kurang mendidik seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang banyak menuai koreksi masyarakat, juga diduga memberi andil terhadap banyaknya masyarakat terutama kelompok abu-abu (keluarga hampir miskin) yang ingin tetap sebagai keluarga miskin agar mendapat bantuan. Dari berbagai upaya yang dilakukan tidak akan maksimal jika tidak ada peran dari pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Untuk menunjang penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan mewujudkan percepatan penanggulangan kemiskinan, penulis memiliki gagasan sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut yakni melalui Social Community Based Society Education Dalam Memutus Rantai Kemiskinan Menuju Keluarga Sejahtera
PEMBAHASAN Social Community Based Society Education Community (Komunitas) menurut Kertajaya Hermawan (2008) adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. community is “ a feeling that members have of belonging, a feeling that members matter to one another and to the group, and a shared faith that members needs will be meet through their commitment to be together”. McMillan & Chavis (1986) McMillan dan Chavis (1986) mengatakan bahwa komunitas merupakan kumpulan dari para anggotanya yang memiliki rasa saling memiliki, terikat diantara satu dan lainnya dan percaya bahwa kebutuhan para anggota akan terpenuhi selama para anggota berkomitmen untuk terus bersama-sama. Social community (Kelompok sosial) menurut Soerjono Soekanto (2006) adalah himpunan atau
kesatuan-kesatuan yang hidup bersama karena adanya hubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Society Education (Pendidikan masyarakat) menurut Wartanto dalam Pengantar Direktur Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2013) merupakan suatu proses dimana upaya pendidikan yang diprakarsai pemerintah diwujudkan secara terpadu dengan upaya penduduk setempat untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih bermanfaat dan memberdayakan masyarakat. Dalam hal ini yang dimaksud penulis mengenai Social Community Based Society Education adalah kesatuan orang yang memiliki rasa saling peduli satu sama lain, mempunyai tujuan sama, dan terorganisir dalam bentuk komunitas sosial yang peduli terhadap pengentasan keluarga miskin melalui bantuan sosial yang disertai persyaratan berupa pemberian life skill yang bertujuan untuk memandirikan. Konsep Social Community Based Society Education Social Community Based Society Education ini berbentuk komunitas peduli sosial dengan memberikan bantuan sosial, baik berupa uang tunai maupun lainnya kepada keluarga sangat miskin dan bagi anggota keluarga penerima bantuan diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh komunitas. Program dari komunitas ini memiliki tujuan jangka pendek yakni, mengurangi beban keluarga sangat miskin dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan serta mendukung pembangunan MDGs. Penerima manfaat dari program ini adalah keluarga yang terdata sangat miskin menurut negara. Hal ini mengingat keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988). Keluarga memiliki peran dan tanggung jawab terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anaknya, karena itu
keluarga adalah unit yang sangat relevan dengan aanya usaha peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dalam upaya memutus rantai kemiskinan antar generasi. Program development)
ini
berisi
disamping
kegiatan
pemberian
pengembangan bantuan
sosial.
masyarakat Program
(social kegiatan
pengembangan masyarakat itu sendiri berisi penyuluhan, pelatihan, seminar, atau kegiatan pengembangan masyarakat lainnya. Adapun mekanisme pemberian bantuan sosial dari program ini melalui pemberian bantuan tunai setiap tiga bulan sekali. Bulan pertama pemberian bantuan adalah proses pencairan bantuan dan perencanaan program, bulan kedua adalah pelaksanaan dan monitoring program, dan bulan ketiga adalah evaluasi program. Hak-hak yang dimiliki penerima manfaat selain menerima bantuan uang tunai, diantaranya menerima pelayanan kesehatan (ibu dan bayi) di Puskemas, Posyandu, Polindes dan lain-lain, serta menerima pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun sesuai ketentuan yang berlaku. Penerima manfaat juga berkewajiban untuk berperan aktif dalam kegiatan pendidikan anak dan kesehatan keluarga, serta mengikuti seluruh rangkaian kegiatan lainnya. Bagi penerima bantuan yang tidak memenuhi kewajiban yang telah disyaratkan akan diberikan sanksi berupa pengurangan jumlah bantuan yang diterima bahkan bantuan dapat dihentikan.
PENUTUP Kemiskinan akan tetap menjadi diskusi dan perdebatan di masa datang karena secara global telah ada kesepakatan untuk membangun dunia dengan memerangi kemiskinan guna menciptakan perdamaian dunia sesuai tujuan yang dicanangkan melalui Millenium Development Goals (MDGs). Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan peran aktif masyarakat pun harus sangat dibutuhkan. Masih diperlukan kebijakan yang komprehensif dan terus menerus (konsisten) untuk memerangi kemiskinan dalam berbagai dimensi, termasuk dimensi pendidikan, kesehatan dan lain-lain yang bertujuan untuk memandirikan menuju keluarga sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA Apriyanti, Liyana. 2011. Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang Badan Pusat Statistik. (online) http://www.bps.go.id/QuickMap?id=0000000000 [diakses pada 20 Mei 2016] Faturochman, dkk. 2007. Membangun Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada Kertajaya, Hermawan. 2008. Arti Komunitas. Bandung : Gramedia Pustaka Indonesia McMillan, D., & Chavis, D. (1986). Sense of community: A definition and theory. Journal of Community Psychology, Vol. 14, p. 6-23. Morsillo, J. E. (2006). Soekanto, Surjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Sekilas Strategi Percepatan.
(online)
http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-
percepatan/strategi-percepatan-penangulangan-kemiskinan/sekilas-strategipercepatan/ [diakses pada 20 Mei 2016] Wartanto. 2013.Pengantar Direktur Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. (online)
http://www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id/bindikmas/site-
page/pengantar-direktur-direktorat-pembinaan-pendidikan-masyarakat [diakses pada 21 Mei 2016]