SUARA SATWA www.profauna.org
Media Informasi ProFauna Indonesia
ProFauna Conference 2011 From the Ocean to the Jungle Kesan-Kesan Peserta ProFauna Conference 2011 Berkeliling ke-3 kota, Untuk Selamatkan Primata
SSN 1411-4879
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Dari Redaksi
P
embaca Suara Satwa yang budiman, dipertengahan tahun 2011 ini, ProFauna kembali melaksanakan salah satu gawe besarnya yaitu ProFauna Conference 2011. ProFauna Conference adalah ajang pertemuan supporter ProFauna yang dilaksanakan setiap 2 tahun. ProFauna Conference yang dilaksanakan pada tanggal 3-5 Juni ini mendapat perhatian yang luar biasa dari supporter. Tercatat beragam latar belakang supporter ProFauna yang hadir. Dari aktivis sampai ibu rumah tangga. Dari mahasiswa sampai pegawai. Pun demikian dari Sumatera hingga Maluku. Dengan mengambil tema: “From the Ocean to the Jungle” , acara ProFauna Conference ini memberi gambaran bahwa bidang kegiatan ProFauna semakin beragam. Dari menangani penyu sampai dengan menangani issu-issu hutan. Materi yang disampaikan para “ahlinya” pun tidak kalah menariknya. Mulai dari penanganan orangutan Sumatera (Pongo abelli) yang disampaikan Ian Singleton dari Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) hingga teori dan praktek singkat pembuatan film documenter yang disampaikan oleh Joe Yaggi yang dari Jungle Run Production. Setelah ProFauna Conference berakhir, beberapa peserta terutama yang berasal dari luar daerah mengikuti pelatihan tentang “Animal Welfare”. Dari pemaparan materi yang disampaikan selama ProFauna Conference berlangsung, diharapkan dapat menjadi bekal maupun tambahan pengetahuan bagi peserta yang hadir yang digunakan ketika para peserta kembali ke tempat asalnya masing-masing. Pada bulan Juni dan Juli, Kegiatan yang cukup penting yang dilakukan ProFauna yaitu mengkampayekan tentang pelestarian primata Indonesia. Program kampanye publik ini dilakukan di 3 kota besar yaitu
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Jakarta, Malang dan Denpasar. Kampanye ini dilatarbelakangi semakin terancamnya berbagai jenis primata di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Kampanye yang dikemas dengan unik dan menarik ini banyak mendapat perhatian dari media massa dan masyarakat. ProFauna mengajak segenap masyarakat untuk turut berperan serta dalam program pelestarian primata dengan yang paling sederhana yaitu “tidak membeli primata”.
Tim Redaksi Darmanto Yuniar Laksitasari Tandiyo Utomo Kirimkan artikel, kritik dan saran ke Redaksi Suara Satwa Email :
[email protected] Fax. (0341) 569506
Surat Pembaca Tanya : Selamat pagi, Saya ingin menanyakan tentang bagaimana saya bisa mendapatkan produk kaos yang terdapat dalam katalog tahun 2010? Lalu, apakah dengan membeli salah satu dari produk tersebut saya sudah turut menyumbang? jika saya ingin menyumbang, apakah formulir sumbangan juga disertakan dalam lampiran foto copy bukti transfer, yg akan dikirimkan melalui pos? Terima kasih Jawab: Dear Rani, Memang dengan membeli produk ProFauna berarti Anda sudah ikut serta menyumbang untuk kelesetarian satwa liar, untuk m e n d a p a t k a n p ro d u k k a o s ProFauna tinggal menyebutkan saja desain dan ukuran bajunya, tetapi produk terbaru dari kami adalah T-Shirt seri Hutan, bisa di lihat di FB ProFauna. Jika Anda ingin menyumbang/berdonasi, saya sarankan untuk beragbung terlebih dahulu dengan Supporter ProFauna silahkan kunjungi link http://www.profauna.org/content/id /supporter/join_supporter.html Tanya: Saya, Mariamah Achmad (Mayi). saat ini bekerja di Yayasan Palung. Saya ingin menjadi member ProFauna dan ingin mengikuti kegiatan untuk member ProFauna pada 2-3 Juni 2011. Mohon informasinya tentang apa yang harus saya lengkapi untuk menjadi member ProFauna dan ikut dalam kegiatan tersebut. Jawab: Dear Mbak Mariamah untuk pendaftaran sebagai Supporter ProFauna culup dengan donasi Rp 60.000,- seumur hidup dan
1 te r mas uk KTS( K art u Tanda Supporter) jika Anda berminat silahkan kunjungi link ini: http://www.profauna.org/content/i d/supporter/join_supporter.html. Dan untuk acara yang anda maksut tersebut akan dilakukan pada tanggal 3-5 Juni 2011, jika benarbenar berminat akan segera saya kirim undanganya. Dan mohon untuk segera mendaftar mengingat pendaftaran sudah ditutup tanggal 21 Mei kemarin. untuk itu saya berikan kesempatan hingga besok untuk pendaftaran dan pengiriman iurannya. Terima kasih Tanya: Salam Lestari, saya berminat untuk memiliki kaos bermotif penyu produk dari ProFauna, kalau ada berwarna biru atau yang berkerah dengan motif penyu saya akan pesan satu dengan ukuran L, (mohon dikirimkan katalog kaos motif penyu) saya ini terlibat dalam project pemantauan lokasi pantai/ pulau di kalimantan barat yang menjadi tempat peneluran penyupenyu, semoga dengan saya memakai kaos dari profauna dapat membantu dalam hal kampanye penyelamatan penyu di Kalimantan Barat. mohon diberitahukan cara pemesan produk kaos profuana. Jawab: Untuk kaos motif penyu hanya tersedia dalam bentuk t-shirt dan hanya berwarna hitam dengan harga Rp 70.000,-. Jika berminat silahkan transfer ke rekening Bank Mandiri a.n Made Astuti 144-000307021-3, mohon untuk bukti transfer di kirim ke email ini atau fax 0341-569506. Terima kasih. Tanya: Saya barusan membaca webnya ProFauna dan sangat menarik sekali
kegiatan yang di lakukan dalam perlindungan hewan liar da perlindungan hutan. Saya juga berkerja LSM Riak Bumi yang bergerak di bidang konservasi di Taman Nasional Danau Sentarum di Kalimantan Barat dan ingin sekali bergabung menjadi supporter ProFauna, selain yang terlampir di web mengenai supporter apa saja yang bisa di dapatkan ? Hanya itu yang dapat saya sampaikan dan saya tunggu konfirmasi berikutnya. Terima kasih Jawab: Te n t u n y a S u p p o r t e r d a p a t mengikuti kegiatan ProFauna, dan Supporter dapat melakukan kegiatan Mandiri seperti pemutaran film atau yang lainnya, nantinya film dan media edukasi kami akan menfasilitasinya. Trim's Perjuangan ProFauna Terus di dukung oleh Supporter ProFauna di seluruh Indonesia dan Mancanegara. Berikut ini Supporter baru yang bergabung selama bulanAprilJuni 2011. Kami mengucapkan Selamat bergabung dalam keluarga besar ProFauna, kepada : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Ferlin Sugiri Mochtar Asroni Dessy Deliyanti Galih Surya Waskita Erika Gustiaar Tommy Djohan Kemal Iqbal Prilya Dewi Fitriasari Maulana Imanul Hasan Fitri Amalia Riska Bayu Risky Aditya Ari Tri Sewaras hati M. Syamsuri Farid Agus .P Priono SP Didit Wijaya Mariamah Ahmad Khalimatus Sa'diyah Abdi Winoto Yosia Arauma Anja Yuanda Imam Aditya Putra Selvia Rosy EOR Silvia Heppy Octaviani Renee Mckie
Bandung Malang Malang Malang Jakarta Jakarta Malang Malang Malang Malang Malang Malang Pontianak Ponorogo Jakarta Malang Pontianak Malang Malang Malang Malang Malang Malang Malang Australia
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Cover Story
2
2011
3-5 Juni
From the Ocean to the Jungle
Suasana ProFauna Conference 2011
S
ore itu, perwakilan supporter ProFauna dari seperti Malang, Jakarta, Yogyakarta, Medan, Kalimantan, Padang, Bali, bahkan hingga Maluku dan Kendari berdatangan ke P-WEC (Petungsewu Wildlife Educaton Center) mereka tidak lain adalah peserta ProFauna Conference 2011, acara ini diselenggarakan pada awal bulan Juni tanggal 3-5 Juni 2011, sebanyak 78 peserta hadir untuk membicarakan perlindungan satwa liar dan hutan. Sesuai dengan tema kali ini “From the Ocean to the Jungle”, pembicara yang hadir dalam acara ini pun juga sangat berkompeten di Volume XV No. 2/April-Juni 2011
bidang nya dan tak mau ketinggalan juga KH. Azizi Abdullah yang merupakan Kyai dari Ponpes Lirboyo Kediri juga memberikan materi mengenai konservasi satwa dalam pandangan Islam. Tak hanya materi saja yang disajikan di pertemuan kali, ini tetapi juga ada pelatihan jurnalistik sebagai media kampanye perlindungan satwa liar dan hutan. Sejak penyelenggaraan ProFauna Conference yang sebelumnya bernama PMM, salah satu daya tarik bagi peserta untuk ikut ambil bagian adalah hadirnya para akitvis perlindungan satwa dan hutan yang kapasitasnya tidak diragukan lagi, bahkan dalam
acara ProFauna Conference 2011 di dalamnya juga di selipkan materi pelatihan dasar pembuatan film kampanye atau film documenter yang langsung di ajarkan oleh sang ahli yaitu Joe Yaggie yang merupakan kontibutor BBC, National Geographic. Para peserta di bagi dalam 3 kelompok besar yang masingmasing akan membuat film tentang penyadar tahuan mengenai betapa pentingnya satwa liar dan hutan yang ada di sekitar kita. Tema film dari setiap kelompok berbeda seperti Bahaya Merokok di Hutan, Tersiksanya Satwa Jika Ada Dalam Kandang, dan Nafasku Nafasmu.
Cover Story Sebelumnya Joe Yaggie memberikan materi teorinya terlebih dahulu step by step dalam pembuatan film kemudian para peserta juga mempratekkan di sekitar P-WEC kemudian hasil dari pembuatan tersebut dipresentasikan dan di evaluasi oleh sang ahli. Dari 3 film tersebut hasilnya sangat memuaskan meski dengan peralatan yang seadanya. ProFauna Conference ini diadakan sebagai wadah untuk saling bertemu dan berkenalan langsung antara supporter dan juga staf ProFauna yang berlatar belakang yang berbeda dan juga saling bertukar informasi tentang perlindungan satwa liar dan hutan. Diantara kepadatan dalam acara pertemuan ini, panitia penyelenggara dan peserta wajib berterima kasih kepada beberapa orang. Mereka adalah tim P-WEC. Dalam upaya menyegar suasana dalam kejenuhan karena padatnya materi yang membuat pusing kepala, saat pergantian sesi materi tim dari P-WEC dengan sigap memberikan permainanpermainan yang menarik dan membangkitkan semangat peserta, dalam game ini tim dari P-WEC memeberikan permainan seperti jempol ajaib, suara gamelan, dan hujan gerimis. Kreatifitas dari tim P-WEC memberikan ice breaking selama berlangsungnya ProFauna Conference layak diberikan jempol, hal ini menjadikan penyelenggaran ProFauna Conference 2011terasa hidup. Sebagai penutup acara pertemuan ini, di akhir acara juga dimeriahkan oleh band indie dari Malang yaitu Apache Band yang membawakan lagu-lagu SLANK
yang merupakan Duta ProFauna Indonesia, semua peserta larut dalam acara ini, sambutan dari perwakilan Supporter tiap-tiap daerah pun juga dihadirkan disini. Banyak pengalaman dan harapan mereka seteleh mengikuti acara ProFauna Conference 2011. Dan tak lupa juga berbagai hadiah door prize dari ProFauna Indonesia dan Cartenz Adventure juga dibagikan tentunya dengan pertanyaanpertanyaan seputar dunia ProFauna Indonesia. RELA merogoh kocek lebih banyak dan meninggalkan pekerjaan. Peserta ProFauna Conference yang hadir pada saat itu banyak dari latar belakang maupun berbagai macam profesi seperti Security, PNS, Pelajar, Mahasiswa, Wiraswasta bahkan aktivis dari LSM pun juga hadir dalam acara ini. Satu persatu peserta membicarakan usaha mereka untuk hadir di ProFauna Conference. Salah satu peserta
3 ProFauna Conference yang juga sangat aktif dalam kegiatan ProFauna di Jakarta yang bernama Marsudi rela meninggalkan pekerjaan nya demi ikut hadir dalam ProFauna Conference, tak hanya Marsudi tetapi Risky juga rela ' dipecat' dari pekerjaannya. Resiko yang diambil pun sangat lah berat demi mendapatakan pengetahuan yang lebih di banding pengorbanannya. Lain halnya dengan Rustam Fahmi , salah satu advisory board ProFauna yang tinggal di Jepang juga meluncur ke P-WEC, rela merogoh kocek lebih banyak dan terbang ratusan kilometer untuk sharing dan bertemu dengan Supporter ProFauna. Advisory board yang lain Pak Daniel juga tak mau ketinggalan hadir dengan keluarganya berbondongbondong ke P-WEC. Hal ini juga dilakukan oleh puluhan aktivis ProFauna lainnya, yang rela meninggalkan aktivitasnya masing-masing selama beberapa hari.
Salah satu pemateri ProFauna Conference 2011 Volume XV No. 2/April-Juni 2011
4
Cover Story
INI DIA…. Kesan-Kesan Peserta ProFauna Conference 2011 Avent (Supporter Jakarta): Incredible agendanya, native speakernya, credible dibidangnya & focus, delicious menunya di café primata dikompilasi dengan suasana alam yang pure pegunungan Kawi, Arjunowelirang, tampak juga siluet Semeru dan Bromo, Semoga ajang silahturahmi antar Supporter sambil berakrab ria saling share untuk menambah wawasan kita.
Praktek pelatihan pembuatan film Bayu Risky (Supporter Malang): Pertemuan ini memberikan kesan yang begitu berate bagi saya, bagi masa depan saya nantinyasebagai pemangku kebijakan. Tahun depan pasti lebih menarik.
Arif Rahman (Supporter Probolinggo):
Siska (Supporter Bali):
Saya sangat senang bisa mengikuti pertemuan ini, wawasan mengenai arti penting kelestarian satwa liar dan habitatnya bagi kehidupan sangat bermanfaat bagi saya yang bekerja di perkebunan, mengingat bidang perkebunan bersentuhan langsung dengan kondisi alam disekitarnya. Kini kami telah menerapkan beberapa aturan seperti Dilarang berburu di areal perkebunan. Sekali lagi, terima kasih ProFauna Indonesia!!
Seruuuuuu…. Pembicara Top Abis!!!!! Bayu Sandi (Supporter Malang): Berkenalan dengan peserta ProFauna Conference membuka mata saya terhadap betapa seriusnya perhatian para pejuang satwa dalam memberikan kontribusi terbaik mereka dalam isu pelestarian satwa liar dan hutan Ini 'mengompori' saya untuk terus mendukung ProFauna!!peace, love and brotherhood. Isma (Supporter Malang):
Nirmala (SupporterYogyakarta): Sangat bagus rangkaian acaranya, narasumber jga. Pengetahuan saya juga semakin bertambah baik mengenai apa dan bagaimana cara kerja LSM, penanganan terhadap satwa liar dan terutama dalam pembuatan film documenter. Terima kasih. Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Tentunya secara pribadi acara ini sangat luar biasa dalam pengembangan pengetahuan saya. Dalam acara tersebut saya melakukan hal-hal yang belum saya lakukan sebelumnya. Seperti halnya saya menjadi produser sekaligus sutradara suatu film yang berjudul “ Nafasku nafasmu” sangat luar biasa sekali
Cover Story Hamka (Supporter Makasar): Pertemuan ini buat perasaan 'cenat cenut', bayangkan dari pemateri awal semua mengkritisi 'oknum' pemerintah BKSDA yang kurang berani menegakkan aturan konservasi satwa. Secara saya orang BKSDA. Tapi acara yang sangat bagus. Memang harus ada golongan yang mendorong aturan itu. Toni (Supporter Malang): Pengalaman yang tak pernah terlupakan dalam berorganisasi, bagaimana tidak, dengan diadakannya ProFauna Conference mampu menyatukan seluruh anggota dari penjuru nusantara yang memiliki keanekaragaman kebudayaan, bahasa, dan suku yang berbeda dan dapat bersatu dalam bendera proFauna Indonesia..,sungguh luar biasa… tetap semangat kawan dan semoga konsisten dalam jalan ini… amiin,,, Salam lestari…
5 Drh. Sugi Winarsih (Supporter Sleman): Kebersamaan yang begitu indah. Terima kasih untuk kawan Supporter.
Ida Nurmala (Supporter Sidoarjo): Acara yang sangat inspiratif, inovatif dan bermakna dalam membuka cakrawala pemikiran saya untuk sadar akan pelestarian alam. Keep fighting ProFauna!!!
Zamroni (Supporter Sidoarjo): Unforgettable moment, di pertemuan ini telah membuka mata saya untuk bisa bebuat lebih banyak lagi untuk konservasi dunia satwa Indonesia yang lebih baik dan amazing experience I had ever.
Peserta ProFauna Conference 2011 Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Cover Story
6
Berkeliling ke-3 kota, Untuk Selamatkan Primata
ProFauna melakukan kampanye simpatik di Jakarta
D
i dunia terdapat sekitar 200 jenis primata dan 40 jenis atau hampir 25 % diantaranya hidup di Indonesia. Sayangnya meskipun kaya akan jenis primata, 70% primata Indonesia tersebut terancam punah akibat berkurang atau rusaknya habitat primata dan penangkapan illegal untuk diperdagangkan. Perdagangan primata tersebut masih dengan mudah kita temukan disejumlah pasar burung baik itu yang dilindungi maupun yang belum dilindungi.
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Primata yang diperdagangkan kebanyakan masih bayi atau anakanak, karena masih terlihat lucu dan ada banyak kemiripan dengan manusia. Walaupun seringkali ketika beranjak dewasa primata yang dipelihara oleh masyarakat tersebut kemudian akan ditelantarkan atau bahkan dibunuh. Di pasaran harga primata itu bervariasi, semakin langka maka harganya akan semakin mahal. Seekor lutung jawa dijual seharga Rp 200.000, kukang Rp 200.000 hingga Rp 300.000, owa Rp 1 juta dan orangutan diatas Rp 2 juta.
Di beberapa tempat perburuan primata tersebut selain untuk diperdagangkan juga ada yang dikonsumsi. Beberapa jenis primata masih diburu untuk diambil dagingnya misalnya lutung jawa, monyet ekor panjang, lutung sumatera dan beruk. Daging primata dipercaya juga sebagai obat penyakit seperti asma, walaupun sama sekali tidak ada bukti ilmiah yang mendukung hal ini.Terancam punahnya primata (bangsa kera dan monyet) Indonesia, mendorong ProFauna Indonesia dan International
Cover Story Primate Protection League (IPPL) melakukan kampanye pelestarian primata Indonesia di beberapa kota, antara lain Malang, Jakarta d a n D e n p a s a r. K a m p a n y e pelestarian primata itu dilakukan dengan cara unik. Beberapa orang terlihat dikurung di dalam kandang yang sempit, sementara itu diluar kandang ada banyak orang memakai topeng bergambar primata. Itu adalah cermin bahwa sebetulnya antara primata dan manusia mempunyai kesamaan, yaitu punya rasa sakit dan bisa menderita akibat perlakuan buruk. Perdagangan primate itu sarat dengan kekejaman dan penderitaan primate. Selain membawa kandang berisi manusia yang dikeliling “primata”, aktivis ProFauna juga membawa aneka poster bergambar aneka jenis primata seperti orangutan, lutung jawa, bekantan, kukang dan monyet ekor panjang.
Aktivis ProFauna itu juga membagi-bagikan brosur dan sticker ke masyarakat. Salah satu jenis primata yang sering diperdagangkan adalah kukang (Nycticebus coucang), padahal kukang itu termasuk jenis pri mat a ya ng dilindungi” . Perdagangan primata yang dilindungi itu adalah tindakan kriminal dan sarat dengan kekejaman terhadap primata. Menurut UU nomor tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pelaku perdagangan termasuk yang memelihara satwa dlindungi itu bisa diancam hukuman pidana penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta. ProFauna Indonesia akan terus melakukan kampanye untuk menghentikan perdagangan primata yang bukan hanya menyebabkan primata tersebut semakin terancam punah, tetapi
7
Kukang (Nycticebus coucang)
juga karena perdagangan primata itu penuh dengan kekejaman dan penderitaan primata. Salah satu seruan ProFauna kepada masyarakat adalah membantu pelestarian primata Indonesia dengan cara tidak membeli primata. Dengan tidak membeli primata, maka akan membantu memutus rantai perdagangan primata.
Gabung ProFauna dengan menjadi Supporter ProFauna agar terus mendapat majalah Suara Satwa online dan Anda tidak ketinggalan informasi seputar ProFauna , pelestarian satwa liar dan hutan.
Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi
[email protected] +62 8990517433
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Global News
8
Dari Beijing ke New York:
Sisi Gelap Obat Tradisional China
S
ebuah suara melengking menembus kebisingan dari salah satu toko obat tradisional terbesar di Cina dengan papan peringatan "Buyao Zhaoxiang!" (Dilarang memotret!). Dengan muka masam, seorang pekerja yang mengenakan jubah putih mengacungkan jarinya ke arah tanda silang merah di atas gambar sebuah kamera pada papan peringatan yang tertempel di atas deretan kaca etalase transparan. Di dalam etalase tersebut, terletak di atas bantalan satin berwarna kuning dan merah, terpajanglah satwa-satwa yang sudah dikeringkan dan beberapa bagian tubuh lainnya: teripang, kadal, beberapa sarang burung, dan tanduk rusa. Sementara itu di tempat lain, Tong Ren Tang, sebuah department store obat tradisional di Beijing, para apoteker dengan cepat mengusir turis-turis usil yang menenteng kamera dan menyelinap untuk mengajukan pertanyaan tentang pajangan satwa kering tersebut. Liu Ning, seorang ahli ekologi muda Cina berbisik kepada kami bahwa para turis asing tersebut "seakan-akan menantang urat saraf para apoteker" atas foto-foto dan Volume XV No. 2/April-Juni 2011
“
Obat-obatan tradisional jaman dahulu mendorong perdagangan satwa langka dan mengakibatkan penderitaan satwa, meskipun pengobatan alternatif (bukan berbahan satwa) sudah ditemukan.
pertanyaan yang kami ajukan. Obat tradisional Cina menghadapi pengawasan yang lebih ketat pada saat ini daripada sebelumsebelumnya, dan para pekerja berjubah putih itu mengetahui hal ini. Dua kebudayaan Bagian-bagian tubuh satwa yang berasal lebih dari 1.500 spesies tersebut merupakan bahan-bahan dalam pengobatan tradisional Cina, antara lain seperti tulang harimau dan tanduk badak. Hal ini telah memberikan dampak pada penurunan yang signifikan dalam jumlah spesies. Tetapi banyak para praktisi pengobatan tradisional Cina yang menganggap bahwa bahan-bahan dari satwa tersebut tidak dapat digantikan dengan bahan lain (bukan dari satwa): "Apa pun bisa digunakan dalam pengobatan," kata Jun Zhou, seorang spesialis
”
pengobatan Cina di rumah sakit Kedokteran Tradisional Cina Dalian Shengu di daerah Dalian. Setelah kami mengunjungi tiga klinik pengobatan Cina yang berbeda, Zhou adalah praktisi pertama yang setuju untuk menjawab pertanyaan. Saat diwawancara ia tengah melakukan pemijatan kepada seorang pasien yang baru saja menjalani terapi bekam panas. Zhou mengatakan ia menganggap bahan apa pun diperlukan dalam pengobatan Cina, termasuk yang berasal dari spesies yang terancam punah. Mayoritas masyarakat Cina tampaknya setuju tentang hal ini. Permintaan untuk obat tradisional Cina meningkat sejalan dengan semakin langka status sebuah satwa sebagai bahan-bahannya. Tetapi tidak semua orang Cina menyetujui praktek ini. Yao Zhong Gong, seorang profesor sejarah dan ilmu filsafat di Universitas Tengah Selatan di
Global News Hunan, berada di barisan terdepan untuk menentang obat tradisional Cina. Zhong menyatakan pengobatan Cina sebagai "kebohongan yang telah dibuat tanpa ada bukti ilmiah" dalam tulisannya di sebuah makalah tahun 2006 yang berjudul "Selamat tinggal pada Pengobatan Cina," yang diterbitkan dalam jurnal Filsafat Kedokteran Cina. Zhong tahu bahwa pandangannya menginspirasi beberapa orang yang mendukungnya di negara tersebut, dan ide-idenya tersebut telah menyebabkan “kontroversi yang besar dan kegemparan publik." Meskipun ia percaya bahwa ideologi di balik pengobatan Cina tradisional tidak benar, ia menjelaskan bahwa hal itu merupakan praktek yang telah
dilakukan selama berabad-abad, sehingga tidak mudah untuk diubah. Orang-orang yang menentang Zhong mendasarkan argumennya secara emosional daripada sudut pandang ilmiah, ia menambahkan, "[Banyak] orang Cina yang tidak memiliki kemampuan untuk melihat permasalahan ini secara obyektif." Berdasarkan pengobatan tradisional Cina, semua penyakit diyakini ada obatnya (dari bahan apa pun). Ada sup yang terbuat dari janin trenggiling yang juga dipercayai bisa meningkatkan kejantanan pria. Karapas kurakura darat dijadikan resep untuk mengatasi demam, menghentikan keringat pada malam hari, atau untuk memelihara yin dan menundukkan yang. Kuda laut
9 kering digunakan untuk mengobati penyakti seperti asma, impotensi dan penyakit jantung, sementara minyak ular digosokkan untuk persendian yang pegal. Banyak dari hewan-hewan ini yang berstatus di ambang kepunahan akibat perburuan dan hilangnya habitat. Meningkatnya permintaan akan satwa tersebut dan bagian-bagian tubuhnya untuk pengobatan Cina, para ahli mengatakan bahwa hal ini membuat situasi menjadi lebih buruk. Di Cina, badak sudah punah. Produk-produk dari badak yang digunakan untuk pengobatan Cina saat ini semuanya diimpor dari negara lain, ungkap Zhong, sementara itu populasi harimau juga berkurang, dan serigala Tibet
Trenggiling biasa (Manis javanica) Volume XV No. 2/April-Juni 2011
10 yang terancam punah pun diburu sebagai bahan obat. Dan situasi ini semakin parah dari hari ke hari, katanya.
Toko obat tradisional Cina di pedesaan Vietnam Rachel Nuwer Pengobatan Cina memperlakukan tubuh sebagai satu keseluruhan yang utuh, kata Ye Chen, seorang manajer proyek di Universitas Kedokteran Pengobatan Cina Zhejiang di Hangzhou. Pada prakteknya, pengobatan Cina mengacu pada metafisis daripada prinsip-prinsip ilmiah dan sering meleset ketika diuji secara klinis atau pun validasi ilmiah konvensional. Ketika diteliti hasilnya menunjukkan bahwa kebanyakan obat tidak terbukti efektif secara ilmiah dan tidak terjamin keamanannya. Tapi Chen berpendapat bahwa menjadi tidak adil jika pengobatan tradisional Cina disejajarkan dengan pengobatan Barat yang telah dibuktikan secara ilmiah. "Filosofi masing-masing pengobatan begitu berbeda," katanya. Bagi banyak pasien, nyeri yang diobati bukanlah secara fisik tapi psikologis, Zhong mengatakan, dan banyak obat penyembuh yang Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Global News didasarkan pada keyakinan budaya yang tidak logis. Sebagai contoh, praktisi pengobatan Cina sering meramu obat untuk penyakit dengan menghubungkan antara simbol-simbol Cina yang ditulis untuk hewan tertentu dan penyakit tertentu. Di Cina, penulisan untuk kulit pohon mapel adalah Fong, sementara itu, nyeri arthritis adalah tong fong. Kebetulan seperti ini membentuk dasar keyakinan bahwa kulit kayu mapel dapat menyembuhkan nyeri artritis. Jika dari pengucapan kata saja sesuai, Zhong mengatakan, maka mereka percaya bahwa mereka telah menemukan obat untuk penyakit tertentu. Bukti p a ling aw a l d a ri pengobatan Cina tradisional yang digunakan saat ini yakni pada Dinasti Shang, 1600-1100 SM. Praktek ini sangat bergantung pada uji coba obat yang dibuktikan oleh waktu dan diturunkan selama berabad-abad. Sering diresepkan untuk penyakit kronis, bukan yang akut atau untuk situasi darurat. Pengobatan Cina tradisional didasarkan pada filosofi Taois tentang keseimbangan antara yin dan yang. "Pengobatan Cina agak sedikit rumit," kata Zhou saat ia sedang memasukkan jarum akupunktur ke lengan seorang pasien di kliniknya di Dalian, "tidak semua orang memiliki keterampilan ini." Memang, pengobatan Cina tradisional tidak memiliki formula yang tepat dan sejajar dibandingkan dengan pengobatan Barat, masing-masing resep untuk pasien siap untuk dipesan, menggunakan metode yang tampaknya seram-pangan di mata Amerika. Di apotek, para pekerja sibuk sana-sini,
melemparkan sesuatu dari lemari yang terbuka, melemparkan segenggam ramuan dan sejumput lagi ke nampan perak. Ramuan ini akan dikirim ke rumah pasien untuk mengatasi berbagai penyakit. Chen mengakui bahwa penggunaan bagian-bagian satwa liar yang terancam punah - seperti penis harimau untuk mengobati kejantanan, atau cula badak untuk "mendinginkan darah" dan mengurangi demam - adalah suatu masalah. Zhong sependapat: "Ini menyia-nyiakan sumber daya alam untuk membunuh hewanhewan langka tersebut tanpa memperoleh apapun." Meskipun pemerintah China telah membentuk undang-undang yang melarang penggunaan hewan langka seperti harimau dan badak untuk pengobatan, "Perlu waktu yang lama untuk mendidik masyarakat," kata Chen. Cerita beruang Salah satu cara untuk mendidik masyarakat adalah mengunjungi peternakan beruang, menurut Jill Robinson, pendiri Animals Asia Foundation berbasis di Hong Kong. Pada tahun 1993, Robinson mengunjungi salah satu fasilitas peternakan beruang yang banyak bermunculan di Cina pada tahun 1980-an untuk memperoleh empedu beruang yang digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Robinson mengingat pengalaman tersebut dengan emosional:. "Saya benar-benar hancur melihat penderitaan beruang-beruang tersebut." Memisahkan diri dari rombongan tur, ia menjumpai seekor beruang
Global News yang menyendiri dan "seperti meminta pertolongan saat kateter sepanjang tujuh inci menonjol dari perutnya (untuk memeras empedu beruang dalam keadaan hidup)." Ditempatkan dalam kandang kawat selama 30 tahun sepanjang jangka hidup mereka, beruangberuang di peternakan diperah empedunya melalui lubang permanen yang dipotong ke dalam tubuh mereka. Luka terbuka ini mengakibatkan infeksi bakteri dan sering menimbulkan pertumbuhan kanker ganas. Saat ini, panen empedu beruang masih diperbolehkan secara hukum di Cina. Kunjungan-kunjungan wisata seperti yang Robinson pernah lakukan masih terjadi, dan kondisi beruangnya masih sama persis sebagaimana mereka diperlakukan pada tahun 1993, Robinson mengatakan. Ribuan kilo empedu dipanen dari 10.000 hingga 20.000 ekor beruang peternakan dengan menggunakan metode yang sama setiap tahunnya, Robinson melaporkan dalam sebuah artikel tahun 2009 dari jurnal Animal Welfare, dan metode ini dianggap manusiawi oleh kedua pejabat pemerintah Cina dan para peternak beruang. Sekitar 180
produsen di Cina menghasilkan 123 jenis produk yang mengandung empedu beruang, yang efektif digunakan untuk menyembuhkan penyakit batu empedu dan membantu keluhan hati kronis, meskipun obat sintetis yang mirip dengan empedu beruang ternyata menunjukkan hasil yang lebih baik dari empedu beruang itu sendiri. Membela kelanjutan panen empedu dalam argumennya, Feng Lei, seorang jurnalis Cina, menulis pada Maret 2011 bahwa "Penghentian penggunaan bedak empedu beruang adalah tidak realistis" karena akan merugikan "pasien yang sakit kritis" dan akan berdampak secara ekonomi pada industri obat Cina (volume total perdagangan melebihi 2 miliar dolar Amerika). Lei juga mengklaim bahwa empedu beruang "tidak dapat tergantikan," meskipun hal ini adalah pernyataan yang salah: ada lebih dari 50 pengobatan alternatif selain menggunakan empedu beruang. Bahan aktif dalam empedu, yakni asam ursodeoxycholic , dapat dengan mudah disintesis di laboratorium. Lei tidak dapat menunjukkan bukti ilmiah yang mendukung pendapatnya (Arti-
Apoteker menyiapkan ramuan tradisional Cina/Rachel Nuwer
11 kelnya ditulis dalam bahasa Cina). Seperti bahan-bahan lainnya yang diambil dari satwa liar, sebenarnya ada banyak obat pengganti yang bisa menyembuhkan. Banyak dokter, bagaimanapun juga, yang mempromosikan produk-produk seperti empedu beruang setelah "diyakinkan" oleh para peternak untuk menjual produk mereka, Robinson menjelaskan, di lain pihak, seperti para pengusaha kaya, memberikan hadiah empedu beruang para kolega dan teman-temannya sebagai hadiah mahal. Empedu beruang kebanyakan mengandung kotoran, menurut Robinson. Analisis sampel empedu yang dilakukan Animals Asia menunjukkan adanya kandungan serpihan karat, urin, nanah, kotoran, sel-sel kanker, bakteri dan antibiotik, katanya. Di Vietnam, Dr. Huong Xuan Nguyen, ketua Asosiasi Pengobatan Tradisional Vietnam, menemukan bukti awal yang menghubungkan konsumsi empedu yang terkontaminasi dengan penyakit liver dan kerusakan ginjal. Kebudayaan Vietnam terkait erat dengan tetangga mereka di utara yakni Cina, dan masyarakat Vietnam memiliki kecenderungan yang sama dalam hal pengobatan tradisional berbahan produk satwa liar. Sejak tahun 1985, Nguyen telah merawat sepuluh pasien karena keracunan empedu - dua di antaranya meninggal - dan dia telah melakukan kampanye di Vietnam untuk penghentian penggunaan empedu beruang meskipun di satu sis ia menganjurkan penggunaan obat tradisional lainnya. Volume XV No. 2/April-Juni 2011
12 Tren kedaerahan Konsumen empedu beruang dan bagian tubuh binatang lainnya - baik legal maupun ilegal - terjadi tidak hanya di Cina tetapi di seluruh Asia dan sekitarnya, kata Chris Shepherd, wakil direktur regional di TRAFFIC, organisasi pemantauan perdagangan satwa, berbasis di Malaysia. Diresepkan selama berabad-abad, permintaan tulang harimau - sering digiling menjadi bubuk untuk diseduh seperti teh untuk mengobati nyeri sendi, kelumpuhan, dan lutut lemah - adalah ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup satwa liar tersebut, Shepherd menjelaskan. Untuk badak, diambil tanduknya. Hewan seperti tokek dan kuda laut juga diperdagangkan dalam berton-ton banyaknya untuk pengobatan tradisional Cina, kata Shepherd, tetapi cenderung lolos dari pengawasan petugas karena hewan-hewan kecil ini tidak menarik perhatian seperti satwa-satwa besar yang seksi. Menurut Shepherd, "sudah ada banyak pembicaraan tentang usaha menghentikan perdagangan satwa ilegal, tetapi pembicaraan tersebut perlu direalisasikan dalam tindakan nyata." Permintaan Vietnam untuk obat tradisional Cina pertama kali terjadi pada tahun 2006 ketika seorang pejabat pemerintah Vietnam mengumumkan bahwa cula badak telah menyembuhkan kanker seorang warga. Hal ini langsung memicu lonjakan permintaan cula badak dan berakibat pada lonjakan besar dalam perburuan badak - lebih
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Global News dari 330 ekor badak terbunuh- di Afrika Selatan untuk diekspor ke Vietnam. Sementara itu, populasi badak terakhir di Vietnam sendiri yang sangat langka adalah badak Jawa, diburu pada Mei 2010, yang berarti spesies ini sekarang kemungkinan besar telah punah di negara ini. Doug Hendrie, seorang pelestari lingkungan yang membantu mendirikan organisasi nirlaba Education for Nature berbasis di Hanoi, Vietnam, percaya bahwa generasi muda Vietnam lebih sadar tentang lingkungan, namun perubahan ini mungkin terlambat bagi banyak spesies satwa liar di Asia, termasuk badak Jawa. "Kepercayaan tradisional sulit untuk diubah," kata Hendrie. Kondisi badak yang memprihatinkan ini menginspirasi TRAFFIC untuk melakukan program pertukaran antara polisi, polisi hutan, dan petugas departemen lingkungan di Vietnam dengan petugas di Afrika Selatan pada bulan Oktober 2010 dalam upaya untuk membangun saling pengertian dan mengurangi masalah. Tapi pada titik ini, masih terlalu dini untuk mengukur keberhasilan upaya mereka. Kebudayaan yang berbaur Negara-negara Barat juga memainkan peran penting dalam perdagangan satwa liar tersebut. Pada tahun 2004, TRAFFIC melakukan survei penyamaran di beberapa toko obat tradisional Cina di San Fransisco dan New York. Survei tersebut berhasil menemukan produk-produk ilegal seperti tulang harimau dan macan tutul, cula badak, tanduk rusa, dan
empedu beruang di rak-rak tokotoko tersebut. Leigh Henry; agen TRAFFIC yang melakukan survei itu dan sekarang menjadi petugas kebijakan senior di World Wildlife Fund di Washington, DC; menemukan bahwa hanya satu dari 33 toko yang disurvei di San Francisco yang mengakui menjual tulang harimau, penurunan yang drastis dibandingkan temuan survei tahun 1999, yakni tujuh dari 22 toko. Sementara itu di New York lebih buru - 11 dari 27 toko menjual produk dari tulang harimau - meskipun demikian Henry percaya bahwa program menyadaran masyarakat yang lebih gencar di San Fransisco yang menyebabkan perbedaan tersebut. Tapi belum ada tindak lanjut dari survei ini, dan Henry berpendapat bahwa tidak ada organisasi lain yang memantau perdagangan obat tradisional Cina pada saat ini. Mengunjungi pecinan di New York akhir-akhir ini, para pelanggan bisa menemukan produkproduk seperti "organ sanggama rusa jantan" dan "Anjing Laut Harpa Utuh" di rak, tetapi setiap produk yang ada gambar harimaunya pada kemasan, secara khusus diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Cina yakni dalam tulisan "Tidak Mengandung Harimau." Sebuah pemilik toko di Perusahaan Perdagangan Ewa di Jalan Mulberry, ketika ditanya apakah menjual produk yang mengandung harimau atau badak, menjawab, "Tidak, sudah lama sekali saya tidak pernah melihatnya lagi." Jeffery Chen, pemilik sebuah toko akupunktur dan herbal di Jalan Baxter,
Global News mengatakan produk-produk tersebut semuanya dilarang dan "Anda harus kembali ke [Asia]" untuk mendapatkan mereka. Apakah ditanyakan dalam bahasa Cina maupun Inggris, pemilik di toko-toko lain yang juga membantah menjual produk berbahan badak atau harimau, meskipun beberapa dari mereka mengatakan secara sederhana bahwa produkproduk itu sulit untuk ditemukan dan seorang apoteker menyarankan untuk "cek daerah East Broadway" untuk memperoleh produk tersebut. Kemenangan kecil ini bisa dikaitkan dengan kerja keras TRAFFIC dan US Fish and Wildlife Service (Badan Pelayanan Ikan dan Satwa Liar Amerika), meskipun Henry menegaskan bahwa penegakan hukum yang masih belum memadai untuk bisa mencegah penjualan produk satwa liar sebagai bahan obat tradisional Cina. "Hal ini bukan karena kurangnya dedikasi para petugas," katanya, "tetapi faktanya adalah hanya sedikit kasusnya." Dari tahun 2000 hingga 2009, US Fish and Wildlife Service menyita ratusan hewan impor ilegal dan bagian tubuh mereka, sebagaimana dilaporkan pada database perdagangan CITES (Konvensi Perdagangan Internasional Satwa Liar dan Tumbuhan). Penyitaan tersebut menghasilkan di antaranya 243 beruang, 141 harimau, dan 85 trenggiling (data terpecah di sini). Angka-angka ini berasal dari apakah merujuk pada setiap ekor utuh hewan atau bisa mewakili ratusan bagian-bagian tubuh seperti tulang, sisik, atau
cakar. Untuk presentase asal negara: 42 persen harimau, 41 persen beruang, dan 28 persen trenggiling berasal baik dari Cina atau pun Vietnam. Perlindungan secara hukum sudah dibuat, seperti undangundang spesies satwa langka dan undang-undang pelabelan produk yang mengandung harimau dan badak. Adalah ilegal untuk memasang labelnya saja yang mengklaim sebuah produk mengandung komponen badak atau harimau. Tapi Henry menyesalkan bahwa perlindungan satwa tidak menjadi prioritas utama bagi pemerintah AS. "Anggaran untuk konservasi telah dipotong banyak," ia menjelaskan, mengacu pada usulan pimpinan DPR untuk memotong anggaran US Fish and Wildlife Service untuk dana konservasi spesies multinasional sebanyak 32 persen. "Hal ini sama saja dengan serangan habis-habisan untuk konservasi satwa liar," kata Henry. Tidak dapat disangkal bahwa AS memainkan peran sebagai konsumen dan pemasok produk obat tradisional Cina, seperti bagian tubuh dari satwa beruang hitam Amerika dan ginseng Amerika, kata Craig Hoover, kepala operasi CITES di Fish and Wildlife Service. Dia mencatat, bagaimanapun juga, bahwa "kita bukan konsumen terbesar di dunia dan kita memiliki sejumlah undang-undang yang benar-benar memungkinkan kita untuk mengatasi masalah ini secara cukup efektif." Dengan 120 inspektur satwa liar bekerja di pelabuhan barang masuk di AS
13 dan 200 agen khusus yang melakukan penyelidikan di seluruh negeri, Hoover memiliki keyakinan jika gabungan antara penyadaran masyarakat, pendidikan, dan penegakan hukum, akan efektif untuk menutup perdagangan ilegal ini. H e n r y, b a g a i m a n a p u n memperingatkan untuk tidak menyetujui jika ada yang mengatakan perdagangan ilegal satwa liar sudah diatasi. Meski hasil survei pasar pecinan yang pertama pada tahun 1999 menunjukkan penurunan. Sebaliknya, di bagian penyelidikan US Fish and Wildlife Service angkanya menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2000, 23 beruang disita; tahun 2009, jumlah itu naik menjadi 38 ekor, jauh di atas rata-rata tahunan yakni 24 penyitaan dalam kurun waktu sepuluh tahun. Sama halnya, dari tahun 2000 hingga 2009, penyitaan harimau melompat dari 13 hingga 24 (ratarata 14 penyitaan per tahun), dan untuk trenggiling meningkat tajam dari 5 hingga 19 (rata-rata 8,5 penyitaan per tahun). Sulit untuk menyimpulkan angkaangka ini. Di satu sisi, penguatan penegakan hukum bisa berarti meningkatnya operasi penyitaan, atau justru berarti bahwa pasar gelap satwa liar mulai menemukan tempatnya Amerika Serikat. Sumber: Scienceline.org oleh Rachel Nuwer 29 Juni 2011 http://scienceline.org/
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
News
14
Konflik Beruang Madu dan Manusia di Kalimantan K
onflik satwa liar dan manusia tampaknya belum akan berhenti, dan kecenderungannya terus berlangsung seiring terus terjadi-nya deforestasi dan degradasi hutan alami habitat satwa liar. Sering kita mendengar bagaimana harimau sumatera menerkam penduduk kampung di Sumatera, demikian pula dengan gajah yang merusak ladang dan perkebunan penduduk. Terakhir adalah kasus diserangnya pekerja kebun karet di Kalimantan Selatan oleh beruang madu (Helarctos malayanus). Hingga akhir bulan Juni 2011 ini tidak kurang 7 kasus
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
yang telah terjadi, walau tidak sampai memakan korban nyawa namun sudah menyebabkan korban luka berat, keresahan pada masyarakat dan juga kebingungan di kalangan aparat Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Selatan. “Masyarakat mendemo kantor kami hingga minta santunan untuk berobat, kami tidak punya dana untuk itu kecuali sedikit bantuan untuk berobat”, begitu ungkap Kepala BKSDA Kalimantan Selatan Ir. Bambang Sambodo. Laporan terakhir menyebutkan, satu lagi pekebun karet yang
diserang oleh (kemungkinan) beruang yang sama di desa Mandikapau Timur, Kecamatan Karangintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (25/6). Sejak awal bulan Mei lalu tim BKSDA Kalimantan Selatan berusaha menangkap beruang yang sama dengan membentuk tim sejak penyerangan pertama di desa Kiram di kecamatan yang sama, namun belum berhasil. Sebenarnya di lokasi terjadinya penyerangan manusia oleh beruang berdekatan dengan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam atau ada yang men-
News
15
Beruang madu (Helarctos malayanus) di alam/suma.ui.ac.id
yebut Tahura Mandi Angin dengan luas total 120.000 ha. Taman hutan raya adalah satusatunya kawasan konservasi yang dikelola oleh daerah kabupaten/ kota. Namun karena terlantar karena kurang perhatian daerah, sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusah di daerah BKSDA biasanya mengambil alih pengelolaan Tahura di daerah. Sama halnya dengan kawasan lindung atau kawasan konservasi lain di Indonesia, kawasan ini terus terdesak terfragmen serta terisolir menjadi kawasan yang sempit yang terpisah dari kawasan
hutan di sekitarnya. Sekarang seluas 40.000 ha Tahura Sultan Adam telah menjadi lahan kritis. Sebagian besar kawasan kritis di Tahura ini masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Karangintan, tempat di mana warga diserang oleh beruang madu. Penyebab utama rusaknya kawasan Tahura Sultan Adam ini adalah karena illegal logging, penambangan liar dan kebakaran hutan. Kerusakan hutan alami tampaknya menjadi trend di daerah setelah era otonomi daerah. Perkebunan kelapa sawit dan karet, juga pertambangan batu
bara yang marak di Kalimantan terus mendesak kawasan konservasi yang sebelumnya aman-aman saja. Padahal hanya kawasan konservasi dan kawasan lindung yang relative lebih aman untuk habitat satwa. Di Kalimantan sendiri tidak kurang 6,8 juta ha kawasannya telah menjadi perkebunan, dan 7,9 juta ha adalah tambang batu bara. Bahkan beberapa perkebunan dan ijin tambang berada dalam kawasan hutan, baik yang ijinnya dikeluar-kan oleh kepala daerah maupun yang dikeluarkan oleh departemen terkait di pusat. Volume XV No. 2/April-Juni 2011
News
16 Beruang Madu Beruang madu adalah mamalia yang masuk dalam ordo karnivora, family ursidae. Walaupun karnivora, pada kelas makan beruang madu adalah omnivora, sehingga daging bukanlah makanan utama. Makanannya berupa buah, umbut, cacing, semut, serangga kecil, mamalia kecil, burung kecil, telur burung, kadal, juga sarang lebah madu sehingga lebih dikenal dengan beruang madu. Nama ilmiah hewan ini adalah Helarctos malayanus. Status konservasi beruang madu adalah vulnerable dalam IUCN redlist data book, tercatat dalam appendix I CITES, dan terdaftar sebagai jenis yang dilindungi berdasarkan peraturan pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Jika dibandingkan dengan 8 jenis beruang yang ada di dunia, beruang madu adalah beruang terkecil dari sisi ukuran tubuh. Sebarannya beruang madu dari daratan Asia (Banglades, Timur laut India, Utara-Selatan Provinsi Yunan China hingga Asia Te n g g a r a ) , S u m a t e r a d a n Kalimantan (Sundaland region). Beruang madu di Kalimantan berbeda dengan yang ada pada
daratan Asia dan Sumatera yang bernama ilmiah Helarctos malayanus malayanus, untuk yang di Kalimantan merupakan sub species lain dengan nama ilmiah Helarctos malayanus euryspilus. Biasa hidup pada hutan dataran rendah dan sangat tergantung dengan keberadaan hutan. Hasil penelitian di Hutan Lindung Sungai Wain menyebutkan bahwa beruang madu memakan buah atau bagian tumbuhan lebih dari 50 jenis tumbuhan dan memakan lebih dari 100 jenis serangga (insect). Jadi tampak sekali bahwa keberadaan hutan sebagai penyedia makanan dengan tingkat keragaman jenis vegetasi yang tinggi sangat diperlukan oleh hewan ini. Pada penelitian keragaman satwa di empat tipe hutan di hutan dataran rendah di Kalimantan Timur menyatakan bahwa beruang madu tidak ditemukan pada hutan sekunder muda, apalagi tempat terbuka untuk perkebunan sawit dan karet. Di Kalimantan catatan perburuan satwa ini juga tinggi. Bagian tubuh beruang madu dipercaya sebagai obat yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit, seperti penyakit asma dan penyembuh luka. Catatan literature menyatakan 10 – 20 beruang madu setiap tahunnya
ditangkap di daerah utara Kalimantan Timur antara tahun 2000-2003 di setiap kampung untuk dimanfaatkan sebagai obat dan hiasan. Ancaman utama beruang madu di Kalimantan dan Sumatera adalah kehilangan habitat sehingga pergerakannya (home range) semakin terbatas dan perubahan kebiasaan makan, penurunan akses terhadap tempat makanan dan habitat, populasi terfragmentasi dan terisolasi. Beruang madu juga diburu untuk dimakan, dikoleksi bagian tubuhnya, digunakan untuk obat dan kosmetik. Anak beruang madu juga diambil dari induknya untuk diperdagangkan dan dipelihara sebagai hewan peliharaan. Keluarnya beruang madu dari habitat aslinya pertanda bahwa habitat asli sudah tidak bisa menyediakan kebutuhan dasar yang layak bagi beruang madu. Masuk ke perkampungan dan kebun masyarakat merupakan pilihan terakhir untuk mempertahankan hidup. Habitat yang rusak maupun terisolir merupakan ulah manusia yang tak pernah ramah dengan alam. Sehingga terjadinya konflik tak akan terselesaikan dengan sekadar menangkap dan memindahkan (translokasi) individu beruang madu. Menyediakan habitat yang layak untuk satwa liar merupakan tanggungjawab manusia sebagai khalifah di muka bumi (dari berbagai sumber). Rustam Supporter ProFauna di Kaltim/ Staf pengajar di Fahutan Universitas Mulawarman Samarinda
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
News
17
Penyelendupan Daging Trengiling
Rp 2,3M Digagalkan
P
enyelundupan daging dan kulit trenggiling yang merupakan hewan yang dilindungi senilai Rp 2,3 miliar melalui Cargo Bandara, pada Minggu (10/7) malam gagal. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Soekarno-Hatta yang berhasil menggagalkan. Empat pelaku yang berhasil diamankan yakni EO sebagai pemilik gudang penampungan trenggiling di daerah Bandengan, Jakarta Utara. K sebagai supir, serta I dan N sebagai karyawan. Pelaku mencoba mengelabuhi petugas dengan mencatumkan Pemberitahuan Ekspor Barang (BEP) sebagai ikan segar. Pengungkapan tersebut berdasarkan analisa intelijen yang mencurigai barang ekspor dengan PEB nomor 107943 atas nama DL pada tanggal 9 Juli 2011, yang akan diekspor menggunakan pesawat Air Asia nomor penerbangan QZ-7782 tujuan Singapura. Atas dasar kecurigaan tersebut, petugas langsung melakukan pemeriksaan fisik. "Kecurigaan kita benar, kita menemukan trenggiling tanpa sisik dalam keadaan beku sebanyak 523 kg yang dikemas dalam 20 box. Barang ini diekspor tersangka berinisial DL dan akan
Trengiling yang sudah dikuliti diterima ACE Singapura," ungkap Kepala Kantor Dirjen Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta, Oza Olavia, Senin (11/7/2011). Dari pengungkapan tersebut, petugas Bea Cukai bersama Balai Koservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jaya melakukan pengembangan ke gudang penampungan di daerah Bandengan, Jakarta Utara dan berhasil menemukan trenggiling sebanyak 4 box freezer dengan berat 1.200 kg dan sisik trenggiling sebanyak 19 karton dengan berat 380 kg. "Total nilai estimasi barang adalah 2,3 miliar," tambah Oza. Direktur Penyidikan dan Pengamanan Hutan Kementerian Kehutanan, Rafles Panjaitan, mengatakan trenggiling merupakan salah satu hewan yang dilindungi. Hewan ini banyak
diburu untuk diambil daging dan kulitnya yag berkhasiat untuk menambah kesehatan dan stamina. "Trenggiling ini banyak terdapat di daerah Sumatera, Kalimantan, Pontianak dan Palembang. Tujuan ekspornya banyak ke dataran China," katanya. Rafles menambahkan, pelaku telah melanggar pasal 21 ayat 2 UU RI No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan ancaman 5 tahun penjara dan denda Rp 100 juta. Pelaku juga melanggar pasal 102 a UU No 17/2006 tentang Kepabeanan dengan ancaman pidana penjara 10 tahun dan denda Rp 5 miliar. Sumber : detik.com (11 Juli 2011) Volume XV No. 2/April-Juni 2011
FORMULIR SUPPORTER ProFauna Indonesia
Headquarters: Jl. Raya Candi II No. 179 Klaseman, Karangbesuki, Malang, Indonesia 65146 No. Telp. (0341) 570033, No. Fax. (0341) 569506, email:
[email protected], website: www.profauna.org
Ya, saya ingin membantu pelestarian satwa liar dan habitatnya, karena itu saya mendaftarkan diri menjadi Supporter ProFauna Indonesia.
Biodata: Nama: Tanggal lahir: Jenis kelamin: Pendidikan terakhir: Alamat lengkap:
Telpon: Fax: HP: Email: Pekerjaan: Alamat kantor/universitas/sekolah:
Kode pos:
Kode pos:
Biaya Pendaftaran atau Donasi Sukarela: * Rp 50.000,-
Diatas Rp 50.000, yaitu Rp _______________
Cara Pembayaran: Langsung di Kantor ProFauna Indonesia Transfer ke rekening nomor 011-3125273 BCA Malang, Atas nama: Perkumpulan ProFauna Indonesia **
Keahlian/Skill: Komunikasi Lisan Komunikasi Tertulis/Jurnalistik Fotografi Film Disain grafis
Fund Raising Pendampingan Masyarakat Bahasa Inggris Edukasi Menggambar/Illustrator
Bidang Minat: Kampanye Edukasi Pendampingan Masyarakat Lainnya ___________________
Isu Perdagangan Satwa Liar Isu Hutan Fund Raising
Dari Mana Anda Tahu ProFauna: Teman, _____________ Suara Satwa
Internet Lainnya _____________
Radio/TV
Demikian formulir ini saya isi dengan sebenarnya dan dengan ini saya menyatakan bahwa saya bukanlah seorang exploitator satwa liar.
*
Biaya pendaftaran tidak termasuk biaya pengiriman KTS (Kartu Tanda Supporter) dari Malang ke alamat supporter ** Untuk pembayaran lewat bank, bukti transfer dan formulir ini harap dikirim via pos, fax atau email ke ProFauna Indonesia *** Formulir ini bisa di foto copy sendiri
Tgl. _________________
____________________
Suara Supporter
19
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)
Melihat
Elang Jawa di Hutan Cangar Supporter ProFauna melakukan WAW di Hutan Tahura . R. Sorjo
B
erkumpul di ProFauna HQ sebanyak 13 Supporter dari Malang Raya seperti Toni, Didik, Asti, Isma, Hafidz, Didin, Syauqi, Jefri, Furqon, Alex, Kohar, Ghazali, dan Pak Sutriyat berserta 3 staf dari ProFauna HQ melalukan kegiatan WAW (Wild Animal Watching) di Hutan Tahura . R. Soerjo atau yang lebih dikenal dengan Hutan Cangar yang letaknya di antara 2 Kota yaitu Kota Batu dan Pacet Mojokerto, dengan luas hutan sekitar 25.000 hektar yang di kelilingi oleh Gunung Arjuno dan Gunung Wilis, Hutan ini banyak menyimpan satwa liar yang masih benar – benar liar hidupnya. Rute kali ini kita menyusuri hutan menuju tempat wisata Coban Teyeng, dengan cuaca yang mendung para peserta yang berbekal binokuler dan fieldguide sangat antusias mengikuti pengamatan kali ini, melakukan perjalanan sekitar 3 km peserta
tetap bersemangat dan mengenal lebih dekat dengan hutan ini, burung-burung kecil pun banyak juga disekitar sini meski cuaca tetap tidak mendukung untuk melakukan pengamatan. Dengan pemandu birdwatching dari staf ProFauna para peserta juga belajar mengidentifikasi satwa yang ditemukan. Tak hanya burung-burung saja yang kita amati, 2 kelompok Lutung Jawa juga kita amati, nampak 1 kelompok lengkap dengan anak Lutung nya yang mempunyai warna khas yang berbeda dengan induknya sedang melompat dan mencari makan dedaunan. Saat kita mengamati Lutung banyak burung-burung kecil yang melewati rombongan kami, tak hanya itu seekor Elang Ular Bido ber soaring dan memamerkan kepakkan sayapnya. Elang Jawa pun yang dikatakan akan punah dari alam juga tak mau ketinggalan memamerkan sayapnya. Benar
keberuntungan bagi kami untuk bisa melihat Elang Jawa di hutan yang masih perawan ini. Perjalanan kembali dilakukan dengan memasuki hutan alami jalan tembus menuju Coban Teyeng, disana kita menemukan berbagai jenis tumbuhan aneh yang tidak biasa kita lihat di perkotaan, untung saja ada salah satu Supporter yang beraktivitas sebagai guru Biologi di SMU swasta di koa Malang yang bisa menjelaskan tumbuhan jenis apa itu? Sesekali kita mengenal jenis tumbuhan Nampak burungburung kecil berterbangan dengan kelompoknya. Tidak hanya itu saja kita juga menemukan seekor Jelarang yang hidup bebas di alam. Setelah melakukan serangkaian pengamatan, para peserta melakukan evaluasi untuk berdiskusi satwa apa saja yang ditemukan selama pengamatan berlangsung. Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Suara Supporter
20
Pelatihan Animal Welfare bagi Supporter ProFauna
Peserta Pelatihan Animal Welfare (PAW)
K
egiatan supporter ProFauna usai P r o F a u n a Conference 2011 ternyata belum berakhir. Setelah mengikuti Kampanye Stop Perdagangan Primata di Malang pada pagi hari (6 Juni 2011), malam harinya beberapa supporter yang masih memiliki waktu luang tetap tinggal di P-WEC untuk mengikuti Pelatihan Animal Welfare (PAW). Para supporter tersebut adalah Abas, Aven, Risky, Muthia, Riffa, Sri, Asti, Toni, Arif, Zainal, Hamka dan Mustafa. Usai makan malam, keduabelas peserta berkumpul di Balai Kancil. Acara dimulai dengan permainan “Cap cip cup” oleh staf P-WEC. Permainan ini cukup membantu kami untuk mengendorkan urat syaraf yang kaku akibat dinginnya udara di Balai Kancil malam itu. Selanjutnya acara dibuka dengan sambutan oleh Pak Rosek Nursahid. Beliau menyampaikan bahwa tujuan dari pelatihan ini Volume XV No. 2/April-Juni 2011
adalah untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman guna menambah wawasan mengenai pemahaman akan konsep animal welfare. Diharapkan para peserta nantinya dapat menyebarkan ilmu yang didapat ke komunitasnya masing-masing. Itulah sebabnya, perbedaan latar belakang peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, aktivis partai & organisasi, pegawai kelurahan dan staf BKSDA dari berbagai daerah seperti Jakarta, Malang dan Sulawesi turut membantu kesuksesan dari PAW kali ini. Seperti yang Pak Rosek juga sebutkan bahwa PAW ini adalah Training for trainers. Malam itu tidak ada pemberian materi yang terlalu berat, mengingat lelahnya aktivitas yang sudah dilakukan pada pagi hari. Hanya pemutaran film dan diskusi ringan mengenai kekejaman terhadap sirkus satwa dan pembantaian anjing di Korea yang dilakukan saat itu. Film tersebut cukup menggugah nurani
peserta, ada yang tertegun sedih melihat betapa kejamnya gajah dilatih untuk duduk atau bagaimana sadisnya para harimau tersebut dibiarkan kelaparan berhari-hari dan dipukuli agar mau mengikuti perintah sang pawang untuk beraksi. Ekspresi ngeri juga terlihat saat diperlihatkan bagaimana anjinganjing di Korea dibantai. Potongan-potongan tubuh anjing yang dibiarkan tertumpuk begitu saja cukup membuat peserta merasa mual. Berbagai komentar dituangkan saat diskusi dibuka, ada yang mengutuk keberadaan sirkus satwa dan ada juga yang terheran-heran mengenai manusia yang mengonsumsi satwa seperti anjing dengan pemotongan yang tidak layak. Yang jelas saat itu para peserta tidur dengan membawa sejumlah pertanyaan dan pemiki-ran di benak masingmasing yang dapat diungkapkan pada saat materi diberikan esok hari.
Suara Supporter
21
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
Animal Welfare VS
Eksploitasi Komersial
D
i era yang serba maju seperti sekarang ini apapun bisa diperjual belikan, dari barang-barang rumah tangga, baju, alat elektronik bahkan satwa. Tidaklah sulit menemukan pasar hewan di Indonesia. Lebih dari 95 % satwa dapat kita jumpai di pasar hewan. Te r l i n t a s d i p i k i r a n b a h w a sekarang satwa sudah banyak bermigrasi ke pasar-pasar hewan yang ada di seluruh Indonesia. Aktifitas perdagangan satwa
merupakan salah satu bentuk eksploitasi komersil yang hanya menguntungkan beberapa pihak. Dengan senapan mereka dipaksa meninggalkan habitatnya untuk tinggal di dibalik jeruji, menunggu datangnya seorang pembeli yang akan membebaskan meraka dari penderitaan. Namun sayangnya seperti kata pepatah lepas dari mulut harimau masuk mulut buaya, meraka tetap tinggal dalam kurungan. Lantas sampai kapan itu akan terjadi? Dipenjara
seumur hidup bukanlah hal yang menyenangkan, tidak sepantasnya sebagai mahluk paling sempurna kita bahagia melihat penderitaan satwa. Jika kita mempunyai Komnas HAM (Hak Asasi Manusia) untuk memperjuangkan keinginan kita maka para satwa juga mempunyai A n i m a l Wa l f a r e untuk memperjuangakan kebebasan m e r a k a . A n i m a l Wa l f a r e (Kesejahteraan Hewan) adalah expresi yang berkenaan dengan Volume XV No. 2/April-Juni 2011
22 moril. Dalam teori Kesejahteraan hewan ada ajaran tentang kepedulian dan perlakuan manusia terhadap masing-masing hewan dan bagaimana masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup hewan itu. Setiap jenis satwa liar dan hewan harus dibiarkan hidup bebas di alam atau hidup yang berkualitas di lingkungan yang disesuaikan dengan pola perilaku, kebutuhan serta karakteristik habitat alamnya di kandang. Lagi pula, manusialah yang bertanggungjawab untuk mewujudkannya. Dalam animal walfare kita sering mendengar sebutan “Five Freedom” yakni : Freedom from Hunger and Thirst, Freedom from Discomfort, Freedom from Pain, Injury and
Suara Supporter Disease, Freedom to Behave Normally, dan Freedom from Fear and Distress. Five Freedom merupakan metode Internasional yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan hewan. Antara Manusia dan Hewan merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang saling mempengaruhi terutama dalam kelestarian alam dan Keanekaragaman hayati di Indonesia. Salah satu hubungan mereka tampak dari akibat eksploitasi komersil satwa. Di Indonesia perdagangan satwa ilegal memegang peringkat tertinggi, menurut pemerintah, dengan adanya perdagangan satwa ilegal ini membawa kerugian yang sangat besar di sektor ekonomi. Kerugian
ekonomi tidak sebanding dengan kerugian akibat kehilangan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Untuk itu sebagai bangsa Indonesia yang mencintai negaranya marilah kita mulai dari hal yang kecil dengan tidak melakukan perburuan satwa, menyayangi binatang dan memperlakukan hewan dengan baik. Seperti yang disampaikan Filsuf terkenal dari India (Mahatma Gandhi) : “ The greatness of a nation and it's moral progress can be judged by the way it's animal are treated”. Isma Supporter di Malang
Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang tertangkap camera trap di kaki Bromo Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Suara Supporter
23
Maleo
Burung Endemik Sulawesi yang Terancam
P
ulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari Kepulauan Sunda Besar bila ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh karena garis Wallace berada di sepanjang Selat Makassar, yang memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok Kepulauan Sunda Besar di zaman es. Pulau Sulawesi merupakan gabungan dari 4 jazirah yang memanjang, dengan barisan pegunungan berapi aktif memenuhi lengan jazirah, yang beberapa di antaranya mencapai ketinggian diatas 3.000 meter diatas permukaan laut, tanah subur ditutupi oleh hutan tropik lebat (primer dan sekunder). Sulawesi dilintasi garis katulistiwa di bagian seperempat utara pulau sehingga sebagian besar wilayah pulau Sulawesi berada di belahan bumi selatan. Di bagian utara, Sulawesi dipisahkan dengan pulau Mindanao - Filipina oleh Laut Sulawesi dan di bagian selatan pulau dibatasi oleh Laut Flores. Di bagian barat pulau Sulawesi dipisahkan dengan pulau Kalimantan oleh Selat Makassar, suatu selat dengan kedalaman laut yang sangat dalam dan arus bawah laut yang kuat. Di bagian timur, pulau Sulawesi dipisahkan dengan wilayah geografis Kepulauan Maluku dan Irian oleh Laut
Banda. Pulau Sulawesi merupakan habitat banyak satwa langka dan satwa khas Sulawesi di antaranya Anoa yang terdiri dari Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis ) Babi Rusa (Babyrousa babirussa), Tarsius (Tarsius tarsier) dan berbagai jenis burung, salah satunya yaitu Maleo. Maleo yang dalam nama ilmiahnya di kenal dengan Macrocephalon maleo termasuk dalam keluarga Megapodidae (Megapoda=khaki besar), sementara Macrocephalon itu sendiri berarti kepala besar. Satwa ini termasuk satwa endemik Sulawesi yang masuk dalam keluarga Megapodidae. Sedangkan di Sulawesi sendiri maleo hanya dapat dijumpai di Sulawesi bagian Utara (termasuk Gorontalo), Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Secara umum burung maleo ini dapat ditemukan di daerah hutan dataran rendah dekat pantai atau pegunungan yang mempunyai sumber air panas. Mengapa demikian? Berbeda dengan burung-burung lainnya yang akan mengerami telurnya untuk menetaskan keturunannya, seperti halnya penyu, maleo akan
meletakkan telur dalam pasir sebagai media untuk penetasan. Saat ini populasi maleo di alam terus menurun akibat hilangnya habitat dan aktivitas pencurian telur. Telur maleo ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi bila dibandingkan dengan telur ayam. Bahkan di pasar gelap telur maleo ini bisa dihargai lima puluh ribu rupiah perbutirnya. Gangguan dari predator alaminya yaitu babi hutan dan biawak turut menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan hidup maleo. Burung maleo termasuk burung yang setia pada pasangannya/monogami. Umumnya induk maleo hanya menghasilkan satu butir telur. Setelah bertelur dalam lubang berpasir, telur akan menetas dengan sendirinya dalam kurun waktu antara 75-90 hari. Setelah menetas anak burung maleo ini dapat langsung terbang dan mencari makan sendiri. Pakan burung maleo ini adalah bijibijian, buah, semut dan serangga kecil lainnya. Ditingkat nasional burung telah dilindungi oleh pemerintah Republik Indonesia. Sedangkan berdasarkan red list IUCN burung maleo ini masuk kategori terancam punah. Diolah dari berbagai sumber Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Suara Hati
24
Oleh: Rosek Nursahid
Ma, Kenapa Orangutan itu?
Founder and Chairman ProFauna Indonesia
Orangutan (Pongo Pygmaeus) oleh:ProFauna Indonesia
S
eorang gadis kecil duduk di atas meja. Matanya yang jernih menatap tajam layar lebar yang menampilkan adegan orangutan yang meregang ajal. Dengan polos dia bertanya kepada mamanya yang berada di Volume XV No. 2/April-Juni 2011
sampingnya, “ma, kenapa orangutan itu?” Gadis kecil itu adalah seorang dari seratus orang yang menghadiri acara ProFauna Conference 2011 yang diadakan pada tanggal 3-5 Juni 2011. Gadis
kecil bernama Nana itu adalah putri dari Mas Daniel, seorang dosen ekonomi yang juga salah satu advisory board ProFauna. Selama 3 hari, Nana dan supporter ProFauna lainnya yang berasal dari berbagai daerah secara
Suara Hati kompak datang ke Petungsewu Wildlife Education Center (PWEC) untuk menghadiri ajang pertemuan dua tahunan Supporter ProFauna itu. ProFauna Conference bukan sekedar ajang reuni Supporter ProFauna, namun juga wadah untuk mengasah ilmu dan kepekaan terhadap alam. Dengan tema 'from the ocean to the jungle', berbagai narasumber berbagi pengalaman di ProFauna Conference 2011. Ian Singleton, Joe Yaggi, Djuna Everiegh, KH Azizi Chasbullah dan saya adalah sebagian dari narasumber yang sharing pengalaman soal upaya pelestarian huatn dan satwa liar di acara itu. Saya sangat gembira bertemu dengan banyak Supporter ProFauna dari daerah yang berbeda. Ada Imanche dari Sulawesi, Sri dari Padang, Musthafa dari Madura, Hafid dari Kalimantan, Siska dari Bali dan masih banyak lagi. Mereka penuh dengan semangat dan mungkin juga perjuangan untuk bisa menghadiri acara ProFauna Conference yang menampilkan berbagai pembicara dari luar negeri itu. Maklum untuk menghadiri ProFauna Conference itu mereka harus membayar biaya akomodasi, termasuk biaya transportasi mereka sendiri dari daerah mereka ke Malang yang menjadi markas besar ProFauna. Acara ProFauna Conference itu memang spesial, bukan hanya karena ada banyak pembicara 'asing' yang berbagi ilmu dan pengalaman mengenai dunia pelestarian alam, namun juga karena acara ini bisa berlangsung karena dukungan 100% Supporter
ProFauna. Tidak ada sponsor atau donor untuk acara ini. Tidak ada uang transport untuk peserta yang hadir, juga tidak ada amplop berisi uang yang dibagikan ke peserta. ProFauna Conference 2011 murni swadaya Supporter ProFauna! Bisa direka-reka berapa biaya yang harus dikeluarkan Imanche, supporter ProFauna asal Kendari Sulawesi, untuk sampai di Malang guna menghadiri ProFauna Conference. Juga Mayi dari Ketapang Kalimantan atau Hamzah dari Palopo Sulawesi. Riski, Abas. Muthia, Riffa dan pasukan dari Jakarta lainnya juga harus 'berjuang' untuk sampai ke Malang. Ada juga yang butuh aksi “tipu menipu” untuk bisa dapat ijin cuti dari kantornya. Ada yang “terpaksa” bolos kuliah agar tidak melewatkan acara spesial ini. Kenapa semuanya rela meluangkan waktu, uang dan tenaga 'hanya' untuk menghadiri ProFauna Conference? Semua itu karena kepedulian terhadap pelestarian alam dan kecintaan terhadap ProFauna. ProFauna yang saya dirikan bersama Made Astuti pada tahun 1994, tidak akan berkembang seperti sekarang jika tanpa dukungan yang luar biasa dari Supporter ProFauna. Dukungan dan semangat yang membara dari Supporter ProFauna yang hadir di ProFauna Conference itu membuat saya terharu. Saya terharu, gembira dan juga sedih. Saya terharu dengan perjuangan Supporter ProFauna untuk menghadiri acara tersebut. Saya gembira dengan semangat luar biasa dan kesetiaan mereka. Saya sedih karena tidak semua Supporter ProFauna bisa hadir karena keterbatasan tempat dan
25 waktu. Saya juga sedih melihat dan mendengar presentasi narasumber yang berujung pada kesimpulan bahwa masalah pelestarian satwa liar dan hutan Indonesia itu masih jauh dari selesai. Masih banyak masalah dan benang ruwet yang harus kita urai bersama. ProFauna Indonesia memang organisasi yang unik. ProFauna adalah organisasi yang “kecil” dari sudut uang. ProFauna bukanlah organisasi kaya raya yang bisa membayar orang belasan atau puluhan juta rupiah untuk bekerja di ProFauna. Namun dengan bangga saya mengatakan bahwa ProFauna adalah organisasi “besar” karena ProFauna didukung oleh ribuan anggotanya yang tergabung dalam Supporter ProFauna. Supporter ProFauna ini tersebar mulai dari Papua hingga Aceh, dan juga luar negeri. ProFauna menjadi organisasi grass root dengan jaringan individu yang sangat kuat di Indonesia. Ini bisa menjadi gerakan yang dahsyat untuk pelestarian alam Indonesia, karena upaya pelestarian alam itu idealnya adalah melibatkan banyak pihak. ProFauna menjadi contoh kecil bagaimana orang dari berbagai latar belakang berbeda bisa bersatu karena kecintaan terhadap satwa liar dan hutan Indonesia. Salah satu bukti kecintaan mereka itu adalah dengan ramai-ramai menghadiri ProFauna Conference 2011 dengan biaya mereka sendiri. Terima kasih atas dukungan anda, para Supporter ProFauna! Tetap semangat untuk satwa liar dan hutan Indonesia! Volume XV No. 2/April-Juni 2011
26
Habitat
Taman Nasional
Sembilang
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
27
T
aman Nasional Sembilang merupakan Ta m a n N a s i o n a l pertama yang ada di propinsi Sumatera Selatan, terdiri dari beberapa tipe habitat, yaitu hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar dan hutan riparian (tepi sungai). Sebagian besar wilayah Taman Nasional ini terletak dipesisir timur daratan Sumatera Selatan. Secara administratif pemerintahan wilayah Taman Nasional Sembilang ini terletak di desa Sungsang IV, kecamatan Banyuasin II, kabupaten Banyuasin. Secara geografis terletak antara 1˚38'-2˚25'LS d a n 1 0 4 ˚ 1 2 ' - 1 0 4 ˚ 5 5 ' B T. Sebelah barat Taman Nsional Sembilang ini berbatasan dengan Taman Nasional Berbak – Jambi. Kawasan Nasional Sembilang dibentuk dari penggabungan beberapa Hutan Suaka Alam,yaitu Hutan SuakaAlam Sungai Sembilang, Hutan Suaka Alam Sungai Sembilang II, Hutan Suaka Alam Pulau Alang Gentang, Hutan Suaka Alam Terusan Dalam, Hutan Lindung Sungai Sembilan dan kawasan perairan disekitarnya. Luas kawasan Taman Nasional Sembilang mencakup 205.750 ha, yang sebagian besar mencakup hutan mangrove di sekitar sungai-sungai yang bermuara di teluk Sekanak dan teluk Benawang, Pulau Betet, Pulau Alagantang, Semenanjung Banyuasin serta
Beruang Madu (Helarctos malayanus) Sumber: animalworld.com.ua
perairan di sekitarnya. Secara geografis, kawasan yang ditunjuk sebagai Taman Nasional Sembilang berbatasan - di sebelah Utara dengan Sungai Benu dan batas Provinsi Jambi - di sebelah Timur dengan Selat Bangka, Sungai Banyuasin - di sebelah Selatan dengan Sungai Banyuasin, Sungai Air Calik, dan Karang Agung - di sebelah Barat dengan Hutan Produksi wilayah ex HPH PT Riwayat Musi Timber dan PT. Sukses Sumatra Timber (saat ini termasuk wilayah INHUTANI V); dan juga kawasan transmigrasi (Karang Agung Tengah, KarangAgung Ilir). Taman Nasional Sembilang yang sebagian besar ekosistemnya merupakan
vegetasi mangrove keberadaannya juga sangat penting untuk menjaga keseimbangan iklim dunia. Berbagai macam tumbuhan yang ada di Taman Nasional ini antara lain : gajah paku (Acrostichum aureum), nipah (Nypa fruticans), cemara Laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus tectorius), Laut waru (Hibiscus tiliaceus), Nibung (Oncosperma tigillaria), jelutung (Jelutung), menggeris (Koompassia excelsa), Gelam tikus (Syzygium inophylla), Rhizophora sp , Sonneratia alba, dan gimnorrhiza Bruguiera. Kawasan ini juga merupakan habitat bagi sejumlah spesies penting /terancam seperti Harimau Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Habitat
28
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) Sumber: apiluka.wordpress.com
Sumatera ( Panthera tigris sumatrae ), Macan Dahan (Neofelis nebulosa), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Lumba-lumba Tanpa-sirip Punggung ( Neophocaena phocaenoides), Buaya Muara (Crocodylus porosus), gajah Asia (Elephas maximus sumatranus), Malayan tapir ( Tapirus indicus ), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), kucing emas ( Catopuma temminckii temminckii ), rusa sambar (Cervus unicolor equinus), ikan Sembilang ( Plotusus canius ), penyu air tawar
raksasa (Chitra indica), lumbalumba air tawar (Orcaella brevirostris) dan lebih dari 32 spesies burung air, termasuk spesies yang status populasinya rentan yaitu seperti Bangau Bluwok (Mycteria cinerea), Bangau Tontong (Leptoptilos javanicus), dan Trinil-lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus). Di beberapa kawasan Taman Nasional Sembilang juga merupakan habitat persinggahan bagi ribuan burung air migran terutama pada bulan Oktober hingga April. Secara umum topografi
wilayah Taman Nasional Sembilang mempunyai kontur yang datar dengan ketinggian antara 0 – 500 m dpl, dengan suhu antara 22˚C - 33˚C. klim tropis dengan rata-rata curah hujan pertahun sebesar 2.455 mm (1989-19 melingkupi kawasan TN Sembilang. Musim kering biasanya terjadi di bulan Mei hingga Oktober, sedangkan musim hujan dengan angin barat daya yang kuat terjadi di bulan November hinggaApril. Dikawasan Taman Nasional Sembilang ini juga menyimpan potensi wisata yang sangat menarik, antara lain: Semenanjung Banyuasin, Sembilang, Benawan Bay, Teluk Sekanak, Pulau Betet: menjelajahi sungai dan hutan mangrove dengan perahu, memancing, dan hewan menonton, burung migran dari Siberia dan atraksi lumbalumba .Festival air tawar di luar Taman Festival Krakatau termasuk setiap Juli di Bandar Lampung dan Festival Danau Ranau pada bulan Desember di Ogan Komering Ulu. Waktu terbaik tahun untuk mengunjungi: Juni hingga Agustus.
Aksesibilitas Jalur utama menuju Dusun Sembilang dapat dicapai dengan transfortasi air dari Palembang - Sungsang - Dusun Sembilang ± 3,5 jam dengan speed boat 40PK. Kawasan TN Sembilang juga dapat dicapai dari mentok Pulau Bangka via Sungsang.
Volume XV No. 2/April-Juni 2011
Pendiri ProFauna Indonesia : Rosek Nursahid Made Astuti Advisory Board: Prof. David Pinault, Ph.D Prof. Herawatie Susilo, Ph.D Dr. Stewart Metz Hiltrud Cordes, Ph.D Joe Yaggi Herlina Agustin, S.Sos, MT Rustam, M.P Bibin Bintariadi Daniel Sugama, MM, MSA, Ak. Arief Setyanto, S.Pi, M.App, Sc drh. Wita Wahyudi Dr. Endang Arisoesilaningsih Ketua/Chairman: Rosek Nursahid Sekretaris/Secretary: Darmanto Bendahara/Finance: Made Astuti Profauna Indonesia: Jl. Raya Candi II No. 179 Klaseman, Karangbesuki, Malang, Indonesia 65146 Tel 0341-570033, Fax 569506, Email:
[email protected] Website: www.profauna.org Profauna Bali Office: PO. Box 3435 Denpasar 80034, Tel/Fax. (0361) 424731, Email:
[email protected]
BANTU KAMI MENGHENTIKAN EKSPLOITASI SATWA LIAR INDONESIA Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan kepedulian kita terhadap pelestarian alam dan satwa liar, salah satunya adalah dengan menjadi Supporter ProFauna Indonesia. Sebagai Supporter ProFauna kita dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan ProFauna, baik dalam program kampanye perlindungan satwa liar, pendidikan dan lain sebagainya. Kita juga memperoleh majalah Suara Satwa, publikasi-publikasi lainnya yang diterbitkan oleh ProFauna dan memperoleh potongan harga dalam pembelian suvenir ProFauna. Syarat menjadi Supporter ProFauna Indonesia adalah dengan donasi minimal sebesar Rp 50.000,-* berlaku selamanya dan calon supporter bukanlah seorang eksploitator satwa liar. Pendaftaran Supporter ProFauna terbuka setiap waktu, formulir pendaftarannya dapat dicopy di halaman 30 dari majalah Suara Satwa ini. Anda juga Formulir Online di website www.profauna.org
Jakarta Representative: Email:
[email protected] Maluku Representative: Email:
[email protected] Australia Representative: Email:
[email protected] ProFauna UK: PO. Box 264 Northwood HA6 9AP, UK ProFauna International: Email:
[email protected] Website: www.profauna.org Petungsewu Wildlife Education Center (P-WEC): Jl. Margasatwa No. 1 Ds.Petungsewu, Kec.Dau, Kab. Malang, Tel. 0341-7040564, Email:
[email protected] Website: www.p-wec.com
Satwa liar tidak bisa bicara, kita bisa bicara dan berbuat untuk mereka *) Bonus t-shirt Supporter ProFauna bila persediaan masih ada
KATALOG PRODUK www.profauna.org PROFAUNA 2011
Rp 60.000,-
Rp. 60.000,-
Rp 60.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
T-shirt Logo ProFauna (Hitam) Reg XL dan XXL Rp 70.000,-
T-shirt Logo ProFauna (Pink) Reguler S,M, L, XL
T-shirt Logo ProFauna (Biru) Reguler S,M, L, XL
T-shirt Logo ProFauna (Kuning) Reguler S,M, L, XL
Kemeja Batik ProFauna Reguler S,M, L, XL
(TS101)
(TS119b)
(TS118)
(TS119a)
(KM117)
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
Kaos Polo ProFauna (Merah) Reguler S, M, L, XL
Kaos Polo ProFauna (Biru Muda) Reguler S, M, L, XL
T-shirt Stop Illegal Login Reguler S, M, L, XL
T-shirt Save Our Forest Reg XL dan XXL Rp 70.000,-
T-shirt Save Rain Forest Lady S, M, L
(KP-L124)
(KP-L123)
(TS222)
(TS218b)
(TS223)
Rp. 70.000,-
Rp. 70.000,-
Rp. 45.000,-
Rp. 40.000,-
Rp. 7.000,-
T-shirt Bali Island let's save Sea Turtle Lady S, M, L
T-shirt Keep Orangutan In the Wild Lady S, M, L
T-shirt Sudah Punah Reguler S, M, L, XL
T-shirt Keep Parrot In the Wild Reguler S, M, L, XL
(TS224)
(TS225)
(TS304)
(TS305)
Rp. 30.000,Boneka Lutung (BN701)
Rp. 20.000,Boneka Burung Nuri (BN702)
Rp. 500,Stiker Logo ProFauna
Rp. 6.000,Beberapa Koleksi Pin ProFauna
Gantungan Kunci ProFauna