www.profauna.org
SUARA SATWA Media Informasi ProFauna Indonesia
A Day in The Jungle Belajar Mengenal Hutan Hujan Alam di Cangar Patroli Bersama Pamhut, Mencegah Perburuan Lutung Jawa di Tahura R. Soerjo ProFauna Kunjungi Sekolah Disekitar Tahura R. Soerjo Ledakan Populasi = Kiamat Kecil Ekosistem
SSN 1411-4879
Volume XV No. 1/Januari-Maret 2011
Dari Redaksi
P
embaca yang terhormat, generasi muda adalah asset bangsa yang sangat penting. Di tangan merekalah kelak kehidupan di muka bumi ini akan mereka jalankan. Mengingat bahwa kedudukan generasi muda dipandang penting, maka ProFauna tergerak untuk mengajak kalangan generasi muda khususnya yang masih dalam usia sekolah mulai dari tingkat dasar sampai dengan menengah atas untuk lebih peduli terhadap lingkungan hidup melalui berbagai macam kegiatan. Kegiatan yang dilakukan ProFauna ini bervariasi, tergantung tingkat pendidikan. Untuk anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, kegiatan yang dilakukan adalah kunjungan sekolah dengan materi pemutaran film pendek tentang konservasi hutan dan game interaktif. Kegiatan ini lebih diutamakan kepada sekolah-sekolah dipinggir hutan Cangar, karena merekalah setiap hari yang ada interaksinya dengan hutan. Khusus untuk siswa-siswa Sekolah Menegah Atas ada program khusus yang diberi nama “A Day in The Jungle”. Dalam program A Day in The Jungle itu ProFauna mengundang siswa dari berbagai sekolah di Malang Raya untuk mengikuti rangkaian kegiatan edukasi tentang hutan yang diadakan di Hutan Cangar yang berada di Kabupaten Mojokerto dan Batu. Dalam program A Day in the Jungle itu para siswa diajak masuk ke dalam hutan untuk mengenal secara langsung keanekaragaman hayati dan juga mengamati perilaku lutung jawa di alam. Harapannya kegiatan ini akan menanamkan kecintaan generasi muda terhadap hutan dan juga satwa liar. Sementara itu, di penghujung bulan Maret ini, berita tentang serbuan ulat bulu di beberapa daerah di Indonesia juga menjadi topik perbincangan di sejumlah media massa. Beberapa pakar menuding bahwa pemanasan global (global warming) adalah penyebabnya. Pergantian musim yang
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
tidak menentu tersebut memungkinkan perkembangan beberapa jenis serangga menjadi tidak terkendali. Namun demikian di balik serbuan ulat tersebut ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam hal ledakan populasi ulat, yaitu hilangnya predator alami. Belajar dari bencana ekologi ini, sudah seharusnya kita segera merehabilitasi rusaknya mata rantai ekosistem disekitar kita. Apabila tidak segera kita benahi, bukan tidak mungkin di masa mendatang kita juga akan mengalami ledakan-ledakan populasi spesies lain, semoga tidak......
Tim Redaksi Darmanto Yuniar Laksitasari Tandiyo Utomo Kirimkan artikel, kritik dan saran ke Redaksi Suara Satwa Email :
[email protected] Fax. (0341) 569506
Surat Pembaca Tanya:
Tanya:
Mbak Yuniar... mau tanya...saya baru ikut supporter ProFauna minggu lalu... bulan Juni kan ada ProFauna Conference 2011... dan syarat mengikuti kegiatan tersebut yang berkesempatan harus punya Kartu Tanda Supporter (KTS)... saya berminat ikut acara tersebut... tapi saya belum punya KTS... itu dapatnya bagaimana? Terima kasih
Halo Niar, Salam jumpa, maaf menggangu. Boleh minta informasi mengenai ProFauna Conference bulan Juni yah? Saya Sepus Fatem, pernah menjadi anggota ProFauna dan tinggal di Manokwari, Papua Barat Beberapa waktu terakhir ini saya putus kontak karena studi jadi kuran mengetahui perkembangan ProFauna. So, Bolehkah kami terlibat dalam kegiatan ini? Untuk pembiayaannya gimana? apa panitia menyediakan dana untuk perjalanan dan sebagainya.
Jawab: Dear Yohanes, Silahkan kirim foto ukuran apa saja ke alamt email ini dengan biaya pengganti cetak Rp 10.000,Jika Anda berdomisili di Malang silahkan datang ke kantor kami Jl Raya Candi II No. 179 klaseman, karang besuki. Trims Tanya: Mau tanya nih untuk t-shirt orangutan ukutan XXL ada ga ????? trus kalau ongkos kirim ke Samarinda berapa ? Terimakasih infonya Jawab: Dear Erwin, Untuk T-shirt orangutan ukuran XXL tersedia harga Rp 60.000,ongkos kirim ke Samarinda Rp 25.000,- menggunakan jasa tiki, jika berminat silahkan transfer ke Bank Mandiri 144-00-0307021-3 a.n Made Astuti. mohon untuk bukti transfernya dikirim kembali ke
[email protected]. Trim's
Salam Dari Manokwari Sepus Fatem Jawab: Dear Sepus Fatem, Hai, salam jumpa kembali, nama Anda masih terdaftar di database k a m i , u n t u k kegiatan ProFauna Conference 2 0 11 p i h a k p a n i t i a t i d a k menyediakan biaya perjalanan bagi peserta, jika Anda berminat silahkan meregistrasi kembali keanggotaan Anda dan mengurus KTS (Kartu Tanda Supporter) dengan biaya ganti cetak Rp 10.000,-. Trim's. keep contact ya. Tanya: Salam, Mau tanya untuk jadi supporter ProFauna pendaftarannya 50rb ya? kalau pembayaran via transfer bisa? Ke rek mana? Utk biaya pengiriman kaos ProFauna ke Jakarta juga ditambahkan ke
1 transfer ya? Kaosnya yg warna hitam? Jawab: Untuk Supporter donasinya Rp 50.000,- dan untuk biaya pengiriman Rp 10.000,- /kg nya. Jika beminat silahkan transfer ke rekening Bank BCA 011-3125273 a.n Perkumpulan ProFauna. Perjuangan ProFauna Terus di dukung oleh Supporter ProFauna di seluruh Indonesia dan Mancanegara. Berikut ini Supporter baru yang bergabung selama bulan Januari-Maret 2010. kami mengucapkan “Selamat bergabung dalam keluarga besar ProFauna” kepada : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Bambang Triono Nur Hidayati Intan Ari Rahmawati Bambang Saputra Sugi Winarsih Imbang Ru Bedo drh. Sugeng hendro Cipto drh. Kristiyanti Widyanuswantoro Nafia Kaftiani M. Aulia Maharlika Abas Supriadi Risky Bhadahck Cici Tubagus Zainuddin Gusti Ayu Fransiska Tri Krisna Putrianti Tri Iwan .W. Dwi Haryanto Young Sinatra M. Musthafa Rudi Juhanto Phoebe Sudargo Parulian Situmorang Tjahaja Sugiri Slamet Arief Billah Yohanes Pudya .M. Tri Sulihanto Putra Meila Kurniawati P. Nandeta Paramitha D. Jatmiko Wiwoho Lely Puspitasari Rezki Dwiyani Putri Lukasz Romju .W Adnin Damarraya Smyrna LPS Misbhakul Munir Cipto Hadi Wibowo Rony Irawanto
Yogyakata Surabaya Jakarta Batam Sleman Yogyakarta Yogyakarta Sleman Sleman Sleman Klaten Jakarta Jakarta Jakarta Kediri Bekasi Bali Jakarta Blitar Kediri Kep. Riau Sumenep Malang Surabaya Medan Magelang Probolinggo Malang Malang Malang Denpasar Denpasar Yogyakarta Jakarta Malang Wonosobo Malang Tulungagung Lamongan Surabaya
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
2
Cover Story
A Day in the Jungle Mengenalkan Konservasi Hutan dan Lutung Untuk Siswa SMU se-Malang Raya
K
egiatan ini adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk memperke-nalkan konservasi hutan dan lutung jawa kepada pelajar SMU se-malang raya. Dengan kegiatan ini dihapkan dapat memperkenal-kan keanekaragaman hayati yang berada di dalam hutan hujan tropis yang ada di kawasan Hutan Cangar, Tahura R Soerjo. Sehingga memberikan pemahaman tentang hubungan manusia, hutan dan satwa liar khususnya lutung jawa bagi pelajar SMU se-Malang Raya. Selain itu kegiatan ini juga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran bagi pelajar untuk menjaga kelestarian hutan di Tahura R. Soerjo. Kegiatan ini Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
merupakan suatu kegiatan belajar dengan pendekatan eksperiential learning dengan mengajak peserta langsung melakukan kunjungan ke hutan melihat langsung habitat hutan dan perilaku lutung jawa yang hidup liar di alam. Kegiatan edukasi ini dikoordinir oleh Radius Nursidi ( F o re s t c a m p a i g n o f f i c e r ProFauna) yang dibantu oleh beberapa Supporter ProFauna, dan beberapa fasilitator edukasi dari P-WEC yang sudah sangat berpengalaman dalam melakukan kegiatan edukasi mengenai konservasi hutan dan satwa liar khususna lutung jawa. Selain dari kegiatan edukasi berupa pengamatan langsung di hutan, kegiatan ini juga diisi
dengan kegiatan diskusi interaktif antara peserta dan beberapa orang narasumber yaitu Chairman ProFauna dan Pihak pemerintah pengelola kawasan Hutan Tahura R. Soerjo. Sehingga selain mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dari proses edukasi lapangan, peserta juga mendapatkan pengetahuan mengenai konseravasi hutan dan satwa liar dari pembicarapembicara yang juga merupakan ahli dalam konservasi hutan dan satwa liar. Kegiatan yang diwarnai dalam cuaca yang mendung tersebut diikuti oleh peserta sebanyak 100 orang dari 21 sekolah setingkat SMU se Malang Raya.
Cover Story
3
Patroli Bersama Pamhut,
Mencegah Perburuan Lutung Jawa di Tahura R. Soerjo
“
S
è Masih terjadi perambahan di
Kegiatan ini penting dilakukan sebagai upaya mencegah perburuan lutung jawa dan satwa liar lainnya
alah satu kegiatan kampanye Hutan dan Lutung jawa yang dilakukan ProFauna adalah dengan melakukan Patroli kawasan bersama dengan rangers yang ada di tahura R. Soerjo. Kegiatan ini adalah salah satu upaya mendorong para rangers untuk lebih aktif melakukan patroli. Kegiatan ini penting dilakukan sebagai upaya mencegah perburuan lutung jawa dan satwa liar lainnya. Selama ini rangers sangat jarang melakukan patroli karena alasan keterbatasan dana.
”
Kegiatan patroli gabungan antara ProFauna dan rangers yang ada di kawasan Tahura direncanakan dapat dilaksanakan secara rutin sehingga segala gangguan terhadap satwa liar dan hutan dapat diminalisir. Patroli bersama ini dilakukan pada tanggal 24-25 Februari 2011 dengan kawasan yang menjadi pilihan patroli adalah kawasan Tahura R. Soerjo wilayah Gunung Arjuno. Dari patroli yang dilakukan ini didapati beberapa temuan gangguan terhadap kawasan diantaranya:
Brakseng, pabrik jamur dan Kebun 15 è Ancaman utama wilayah Cangar adalah kebakaran hutan yang rutin terjadi pada bulan Juni-Agustus tiap tahunnya è Menemukan satu ekor jutung yang mati yang diduga karena perburuan è Menggali informasi mengenai Harimau jawa Perambahan Perambahan ini terjadi karena semakin bertambahnya jumlah penduduk sementara luasan jumlah lahan pertanian semakin berkurang karena kebutuhan pemukiman. Akhirnya sebagian masyarakat merambah untuk mendapatkan lahan pertanian, selain itu adapula kawasan tahura yang telah beralih fungsi menjadi pabrik jamur yang sampai saat ini terus diperjuangkan untuk dihutankan kembali. Adapun kawasan tahura yang di rambah oleh masyarakat adalah wilayah yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat diantaranya adalah wilayah Brakseng dan Kebun 15. Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Cover Story
4 Kebakaran Hutan Kebakaran hutan juga adalah salah satu gangguan utama bagi kawasan tahura R. Soerjo yang akan menggangu kelestarian hutan dan satwa liar khususnya lutung jawa. Kebakaran hutan ini biasa terjadi pada musim kemarau yaitu pada bulan Juni-Agustus tiap tahunnya. Kebakaran ini secara sengaja dilakukan oleh para oknum pemburu yang mencoba
mendesak satwa liar terutama rusa untuk memudahkan pemburu untuk memburu satwa-satwa ini. Mengingat tingginya potensi kebakaran hutan yang akan dialami oleh kawasan Tahura R. Soerjo ini akan sangat penting kiranya jika kegiatan patroli ini dilakukan secara rutin pada bulanbulan rawan kebakaran yaitu bulan Juni – Agustus sehingga dapat meminimalisir kebakaran hutan dikawasan tahura R. Soerjo.
ProFauna
Kunjungi Sekolah Disekitar Tahura R. Soerjo
Pentingnya anak-anak sebagai cikal bakal generasi menerus di masa yang akan datang dipandang penting oleh ProFauna, terutama berkaitan dengan kelestarian lingkungan terutama hutan dan satwa. Untuk itu kemudian ProFauna melakukan kunjungan Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
ke sekolah yang ada di sekitar Ta h u r a R S o e r j o u n t u k mempromosikan tentang pelestarian lutung dan hutan. Dalam kunjungan tersebut ProFauna melakukan pemutaran film konservasi lutung dan hutan, permainan edukasi, diskusi dan
Perburuan Dalam patroli ini tim menemukan bangkai satu ekor lutung yang diyakini menjadi korban perburuan. Lutung Jawa merupakan target yang sangat mudah untuk diburu karena tubuhnya yang besar. Orang yang melakukan perburuan lutung jawa ini biasanya adalah oknum tentara.
pembagian kalender. Sekolahsekolah yang dikunjungi diprioritaskan yang lokasi berada di desa-desa sekitar Cangar yang masuk kawasan Tahura R. Soerjo. Kegiatan edukasi ini mendapatkan respon yang sangat baik, baik dari para siswa maupun dari para pengajar disekolahsekolah tersebut. Dalam setiap kunjungan sekolah rata-rata kelas yang dikunjungi mencapai 2- 3 kelas dengan jumlah setiap kelasnya rata-rata 40 orang. Kunjungan ke sekolah-sekolah tersebut, selain melakukan pemutaran film pendek tentang konservasi hutan da lutung juga ada pembagian stiker dan kalender. Dalam setiap sesi tanya jawab, rata-rata ada 15 orang yang bertanya atau mengemukakan pendapatnya. Hal ini terlihat dengan adanya ketertarikan dari pihak sekolah untuk bekerja sama dengan ProFauna untuk dapat memberikan edukasi secara berkala. Selain itu beberapa sekolah juga meminta ProFauna untuk dapat menjadi guru bantu dalam mendidik siswanya khususnya dalam konservasi hutan dan satwa liar.
Cover Story
5
Ledakan Populasi
= Kiamat Kecil Ekosistem
Kasus terjadinya ledakan populasi ulat bulu di Kabupaten Probolinggo terjadi hingga saat ini, serangan ulat bulu terjadi di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Leces, Kecama-tan Tegalsiwalan dan Kecamatan Bantaran. Hal ini menjadi satu contoh ketidak seimbangan populasi yang disebabkan multi factor. Dari hasil analisa sementara menunjukkan penye-bab utama populasi yang tidak terkontrol adalah terjadinya ketidak seimbangan populasi di alam. Hilangnya predator alami menjadi satu penyebab utama populasi ulat bulu kian menyebar ke berbagai Kecamatan di Probolinggo.
“
Dari hasil analisa sementara menunjukkan penyebab utama populasi yang tidak terkontrol adalah terjadinya ketidak seimbangan populasi
”
di alam Sejak pertama ditemukannya koloni ulat bulu yang begitu banyak dengan pertumbuhan yang cepat hingga sekarang mengalami penyebaran kian meluas. Pertama ditemukan hanya tersebar di tiga Kecamatan. Dalam kurun waktu dua minggu penyebarannya hingga mencapai lima Kecamatan di wilayah kabupaten Probolinggo.
Dari sisi perekonomian hingga sekarang masih belum ditemukan terjadinya kerusakan pertanian yang disebabkan serangan ulat bulu ini, tetapi secara sosiologi, pertumbuhan ulat yang kian tidak terkontrol inimengakibatkan banyaknya aktifitas masyarakat yang terganggu karena sengatan ulat ini menyebabkan rasa gatal dan pedih jika mengenai kulit yang disebabkan racun pada bulu ulat tersebut, oleh karena itu banyak aktivitas masyarakat yang terhambat seperti banyaknya siswa yang tidak masuk sekolah karena takut sengatan golongan serangga ini. Dari sisi pertanian, Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
6 masyarakat dirugikan karena serangan ulat memakan daun pohon mangga yang baru tumbuh dan tanaman semusim. Iklim Pendukung Sebagai contoh kasus ledakan populasi belalang yang terjadi di Kupang NTT. menurut IW Mudita (2004), dosen program studi ilmu hama dan penyakit tumbuhan Undana menyatakan, ledakan populasi serangga belalang yang terjadi di Kupang Nusa Tenggara Timur tidak akan menetas jika suhu terlalu tinggi atau hujan tidak turun sampai 30 hari sejak diletakkan. Nimfa berbeda dengan larva dalam hal morfologi yang sangat menyerupai serangga dewasa. Teori Andrewartha-Birch menyatakan bahwa perubahan populasi hama yang menimbulkan ledakan justeru dipengaruhi oleh iklim. Faktor iklim yang berpengaruh bukan hanya sekadar perubahan dari musim hujan ke musim kemarau dan sebaliknya, tetapi faktor iklim global yang dikenal dengan fenomena El Nino dan La Nina. Fenomena iklim global ini menyebabkan suatu wilayah menjadi lebih kering atau lebih basah dari keadaan iklim normal. Keadaan iklim yang tidak normal tersebut memungkinkan belalang berbiak secara lebih aktif dan berubah dari fase soliter menjadi gregaria. Menurut Beritahabitat (29/07/07) Di Sumba, jenis-jenis satwa pendatang (migran), baik dari utara khatulistiwa (sekitar November-Maret saat utara musim dingin), maupun dari selatan khatulistiwa (sekitar Mei Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Cover Story Agustus saat selatan musim dingin). Mereka datang ke daerah tropis untuk mencari makan dan sebagian berbiak. Jika suhu di daerah asal mereka makin menghangat, secara naluriah mereka akan mempersingkat masa
dataran rendah, sedangkan burung-burung pemakan serangga lokal makin memilih naik ke pegunungan, maka ketidakseimbangan ekosistem akan terjadi. Perkembangan serangga di dataran rendah
Jalak suren (Sturnus contra), salah satu jenis burung pemakan serangga
migrasi. Padahal banyak di antara mereka merupakan jenis-jenis pemakan serangga hama pertanian, seperti jenis-jenis burung layang-layang ( Hirundinidae ), kirik-kirik ( M e ro p i d a e ) , r a j a u d a n g (Halcyonidae), ataupun alap-alap dan elang (Accipitridae). Jika kehadiran mereka berkurang di
menjadi sangat tidak terkendali. Sebagai akibatnya, akan lebih banyak tanaman pertanian manusia musnah oleh serangan hama serangga. Tidak hanya itu, karena terjadinya perubahan iklim yang tidak menentu berdampak musnahnya satwa yang tidak mampu untuk melakukan migrasi.
Cover Story Misalnya burung yang hanya mampu terbang jarak pendek dan tidak mampu untuk melakukan migrasi jauh menyebrangi lautan dan benua akan musnah lebih awal. Disini sudah terjadi seleksi secara paksa dan ketidak
pertumbuhan suatu spesies. Menurut beberapa lembaga konservasi, ledakan populasi yang terjadi di Probolinggo disebabkan semakin menurunnya jumlah spesies predator alami serangga termasuk kupu-kupu ulat bulu.
sumber:upload.wikimedia.org
seimbangan ekosistem terjadi secara merata. Tak ada predator alami Sudah menjadi hal yang lumrah jika terjadi ketidak seimbangan dalam ekosistem akan mendukung dan mempercepat terjadinya
Setelah telur berhasil diretaskan, populasinya kian tidak terkontrol karena secara lami mereka akan dikendalikan predator. Terganggunya keseimbangan alam itu akibat predator ulat bulu, yakni burung liar pemakan serangga, menghilang di Probolinggo. Sehingga terjadi ledakan populasi hama tersebut.
7 Menurut Agung Pramana Dosen Jurusan Fisiologi Hewan Unibraw Malang mengatakan terjadinya serangan ulat bulu karena musuh alaminya sudah tidak ada. Kalaupun masih ada, jumlahnya tidak seimbang. Itu sebabnya terjadi ledakan populasi kupukupu dan ulat bulu di daerah setempat. Serangan ulat bulu di Probolinggo bukti bahwa musuh alami ulat dan kupu-kupu, yaitu burung, sudah tidak ada (Media Indonesia, 2011). Perburuan burung secara besar-besaran terjadi pada jenis burung-burung berkicau di antaranya Prenjak, Cinenen dan Jalak. Keberadaan burung jenis itu, diburu secara liar untuk dijual di pasar burung demi memenuhi hasrat penghobi. Kalau dilakukan dalam jumlah besar maka akan menyebabkan ketidakseimbangan alam. Penangkapan burung di alam secara besar-besaran akan memicu terjadinya bencana ekologi. Agar bencana ekologi tak terjadi sebaiknya perburuan liar harus dihentikan, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan agar mata rantai ekosistem tidak terputus akibat perburuan liar. Bila nanti wabah itu muncul maka penyebabnya adalah putusnya mata rantai makanan yang tak seimbang. Dari kasus di atas terjawab sudah bahwa anomali cuaca dan menurunnya jumlah populasi predator alami menjadi penyebab utama terjadinya ledakan populasi satu spesies. Entah sampai kapan kasus seperti ini akan terus berulang jika kesadaran masyarakat kian rendah. Suwarno (fasilitator P-WEC) Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Global News
8
Singa-Singa Afrika
Terancam JOHANNESBURG, Afrika Selatan-Ma di Tau adalah nama seekor induk Singa yang bertarung melawan kerbau liar Afrika yang berbahaya, buayabuaya yang lapar, kebakaran hutan dan persaingan antar singa serta berusaha menyelamatkan anakanaknya. Semua hal yang mengerikan ini terjadi di Delta Okavango di Botswana. Jika Ma d i Ta u d a n a n a k - a n a k n y a menghadapi berbagai ancaman alamiah, ancaman terbesar bagi Singa-singa di Afrika adalah manusia. Beberapa ahli mengatakan bahwa singa akan punah di alam dalam 10 tahun ke depan. Kisah mengenai Ma di Tau dan populasi singa Afrika yang terus menuraun diceritakan dalam sebuah film dokumentari National Geographic yang berjudul “The Last Lions” atau “Singa-singa Terakhir”. Film yang baru saja diluncurkan di Amerika baru-baru ini tersebut telah menarik cukup banyak penonton yang menunjukkan perhatian baru pada krisis singa ini. “Film ini mengisahkan tentang singa-singa yang tersisa dan jumlah-nya sangat memprihatinkan,” tutur Dereck Joubert, si pembuat film yang bersama istrinya Beverly telah meng-habiskan lebih dari Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
“
Beberapa ahli mengatakan bahwa singa akan punah di alam dalam 10 tahun ke depan.
dua tahun berada di semak-semak untuk mendokumentasikan kisah tersebut. “Banyak orang sehabis menonton film ini menyampaikan bahwa mereka tidak habis pikir kenapa hal ini bisa terjadi,” tambah Dereck. Populasi Singa Afrika di alam telah menurun hingga 450.000 ekor, atau sekitar 20.000 ekor penurunan semenjak 20 tahun terakhir. Hal ini terjadi terutama karena kerusakan habitat, perdagangan bagianbagian tubuh singa, olahraga berburu, penyakit yang sitularkan dari hewan ternak dan konflik hewan dan manusia dimana singasinga dibunuh karena dianggap mengganggu aktifitas manusia. Masalah yang menarik perhatian adalah penurunan populasi ini terjadi kemungkinan dikarenakan jumlah singa yang menurun secara drastis dan keragaman genetik yang terpengaruh. Sebuah usaha baru sedang diupayakan untuk menghadapi permasalahan utama, seperti yang diungkapkan oleh aktifis satwa liar sebagai ancaman bagi singa Afrika, yakni olahraga berburu yang dilakukan terutama oleh para
”
pemburu Amerika. Sebuah koalisi yang terdiri dari kelompokkelompok perlin-dungan satwa liar telah mengirimkan petisi kepada Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat untuk memasukkan singa sebagai spesies kategori terancam punah. Ini akan berarti bahwa impor singa ke Amerika sebagai target olahraga berburu menjadi dilarang. “Kami tahu bahwa olahraga berburu turut berperan dalam penurunan populasi singa ini,” ungkap Jeff Flocken, Direktur International Fund for A n i m a l We l f a r e ( I FAW ) , organisasi pendanaan internasional untuk kesejahteraan hewan kantor Washington, D.C.. IFAW merupakan salah satu penggagas dari koalisi kelompok yang mengirimkan petisi tersbut.“Saya rasa masyarakat terkejut menge-tahui betapa cepatnya penurunan populasi singa ini terjadi,” imbuhnya. Menurut IFAW, antara tahun 1998 dan 2008, 64% dari 5.663 ekor singa di alam menjadi korban olahraga berburu di Afrika dan kemudian diekspor ke Amerika. “Jika warga Amerika tahu bahwa
Global News mereka tidak bisa membawa pulang hasil buruannya ke rumah mereka, mereka tidak akan lagi mau berburu singa karena biayanya sangat mahal,” kata Steve Smit, juru bicara organisasi Animal Rights Africa (Hak-hak HewanAfrika). Seorang turis harus membayar hingga 220 juta rupiah untuk bisa menembak seekor singa jantan, belum termasuk biaya safari dan pengiriman hasil buruan ke negara asal. Yang biasanya menjadi target buruan dan terbunuh adalah singa pejantan dominan (pemimpin) dan ini mempunya dampak yang sangat besar bagi singa-singa lainnya, yakni memicu pertarungan antar singa untuk menjadi singa pejantan dominan pengganti. Seekor pejantan dominan yang
9
berhasil mengambil alih peran akan membunuh anak-anak atau keturunan dari singa pejantan dominan sebelumnya yang telah diburu, ujar Dereck dan Beverly Joubert, si pembuat film “Singasinga Terakhir” yang juga seorang penjelajah untuk National Geographic. “Saya pikir kebanyakan pemburu tidak mengetahui ketika mereka tlah menembak satu ekor singa jantan, maka ini berarti sebuah peringatan kematian untuk 20 hingga 30 ekor singa lainnya dalam perebutan kekuasaan untuk menjadi pejantan dominan pengganti,” kata Beverly Joubert. “Untuk satu ekor singa jantan yang berhasil diburu, banyak singa lainnya yang ikut terbunuh,” t a m b a h B e v e r l y. N a m u n
Singa Afrika (Panthera leo) yang terancam...
demikian, petisi dari koalisi kelompok perlindungan satwa liar tersebut telah ditentang oleh kelompok pemburu internasional atau Klub Safari Internasional (Safari Club International) yang mengatakan bahwa dengan memasukkan singa ke dalam kategori terancam punah maka tidak saja akan “secara efektif mengakihiri olahraga perburuan” tetapi juga akan menyebabkan mengakihiri keuntungan ekonomi bagi masyarakat Afrika dari olahraga perburuan ini yang pada akhirnya akan memicu lebih banyak konflik manusia dan singa. “Pemburu dan olahraga berburu sebenarnya menguntungkan bagi Singa-singa Afrika dan juga bagi masyarakat Afrika. Keuntung-an yang
sumber:cahayatenban.wordpress.com Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
10 diperoleh dari kegiatan ini mencapai 2 trilyun rupiah per tahun untuk di daerah-daerah terpencil di Afrika. Keuntungan ini bermanfaat bagi satwa liar dan masyarakat karena dimanfaatkan untuk usaha perlindungan satwa liar,” kata Larry Rudolph, Presiden klub safari internasional tersebut dan Joe Hosmer, presiden yayasan amal dari klub yang sama. Berdasarkan data South African Predator Breeders Association atau asosiasi penangkar hewan predator Afrika Selatan, ada 4.000 hingga 5.000 ekor singa dalam kurungan di Afrika Selatan dan terpisah dari populasi singa liar di alam yang terancam punah. Asosiasi ini mewakili para penangkar singa untuk dijadikan target berburu yang juga disebut sebagai “berburu singa kalengan” (seperti makanan kaleng, red). Jika singa-singa dimasukkan dalam kategori terancam punah di Amerika Serikat, maka hal ini akan mempengaruhi para penangkar singa di Afrika Selatan, sebuah industri yang disebutkan mempekerjakan 5.000 orang. “Status perlindungan ini akan berdampak besar pada industri kami,” kata ketua asosiasi, Carel van Heerden. Pada bulan Desember tahun lalu, asosiasi penangkar ini telah memenangkan kasus peradilan yang memperbolehkan perburuan untuk singa hasil penangkaran yang dilepaskan ke alam untuk beberapa saat sebelum akhirnya mereka diburu dan dibunuh. Asosiasi ini berhasil mengalahkan dan menakhiri perundangan yang mewajibkan bahwa singa hasil penangkaran Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Global News tersebut harus dilepaskan dan dibiarkan di alam selama dua tahun terlebih dahulu sebelum akhirnya diburu. Namun demikian, Dereck Joubert mengatakan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan akan jauh lebih besar jika singa benar-benar punah dibandingkan jika perburuan singa dihentikan karena punahnya singa akan mempengaruhi pariwisata, industri besar di negara-negara A f r i k a . Wa l a u p u n D e r e c k menyetujui bahwa singa-singa hasil penangkaran dipisahkan dari singa liar di alam, dia mengatakan bahwa ada alasan etika dan spiritual untuk menentang “perburuan singa kalengan”. “Perburuan singa kalengan ini tetap saja merupakan sebuah industri pembantaian,” kata Dereck. “Sama saja dengan pergi ke tempat penyembelihan hewan dan menembak seekor sapi, semudah itu,” tambahnya. Pasangan Joubert ini juga menentang bahwa perburuan singa kalengan ini turut berperan dalam memicu perdagangan bagian-bagian tubuh singa, untuk digunakan sebagai “muti” yakni istilah obat-obatan
tradisional Afrika seperti halnya pada praktek pengobatan Cina. Animal Rights Africa mengatakan bahwa mereka prihatin pada perburuan baik bagi singa liar yang bebas di alam di tamantaman nasional dan juga yang ada di cagar alam milik pribadi. “Kami akan sangat bergembira jika undang-undang untuk melindungi singa sebagai hewan yang terancam punah diterbitkan,” kata Smit, juru bicara Animals Rights Africa. Semua keuntungan dari film “ The Last Lions" atau “Singa-singa Terakhir” akan disumbangkan ke inisiatif kucingkucing besar atau Big Cats Initiative yang digagas National Geographic untuk mendukung proyek konservasi di Afrika. “Tanpa ada perburuan, kehidupan singa di alam itu sudah cukup sulit,” kata Beverly Joubert. “Saatnya setiap orang untuk mengambil tindakan, jika tidak, kita akan kehilangan singa selamanya,” kata Dereck Joubert. “Kita hanya punya lima tahun lagi untuk melakukan ini dan butuh bantuan semua orang.” Sumber: Global Post, 23 Maret 2011
sumber:hewandunia.blogspot.com
Global News
11
Populasi Harimau India Meningkat N
EW DELHI, (PRLM).Populasi harimau India meningkat untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, demikian laporan surat kabar "The Indian Express" mengutip hasil sensus harimau nasional yang akan diumumkan minggu depan. Menurut laporan sensus harimau 2009-2010, jumlahnya telah melonjak 1.510-1.550 dari 1.411 di tahun 2004-2005. seperti ditulis . Laporan surat kabar itu dibuat menjelang konferensi konservasi harimau internasional yang akan dibuka pada Senin (28/3) di New Delhi, India. Para pendukung konservasi harimau menyambut berita ini dan
mengatakan peningkatan populasi ini disebabkan pihak berwenang telah mensurvei kawasan yang lebih luas untuk melakukan sensus dan menciptakan suaka baru untuk harimau. Tito Joseph, direktur program Masyarakat Perlindungan Satwa Liar India, mengatakan "sensus terakhir termasuk beberapa kawasan yang terlewat karena akses medan, seperti hutan mangrov Sunderbans yang merupakan rumah bagi ratusan harimau. "Mereka juga telah mempersiapkan suaka harimau lainnya. Pada tahun 2004 hanya ada 28-33 suaka harimau, sekarang ada 39 lokasi, jadi itu
Gabung ProFauna dengan menjadi Supporter ProFauna agar terus mendapat majalah Suara Satwa online dan Anda tidak ketinggalan informasi seputar ProFauna , pelestarian satwa liar dan hutan.
Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi
[email protected] +62 8990517433
jelas membantu," kata Joseph kepada "AFP". "Ini merupakan strategi yang baik, karena harimau membutuhkan ruang hidup, dan jika Anda dapat menciptakan ruang yang aman jumlah mereka secara alami akan naik," katanya. Populasi harimau saat ini masih jauh dari angka yang terdaftar pada tahun 2002 ketika sejumlah 3.700 harimau diperkirakan hidup di negara ini. Diperkirakan sekitar 40.000 harimau hidup di India saat kemerdekaan dari Inggris tahun 1947. Sumber: Pikiran Rakyat Online
Global News
12
Penyu dan Pemasan Global (Global Warming)
Penyu, kelangsungan hidupnya terancam akibat pemanasan global
su ini mungkin sudah tidak asing ditelinga kita saat ini, dimana banyak kampanye tentang hal ini sedang gencargencarnya dilakukan. Jargon “Go Green” berkumandang dimanamana seolah kurang lengkap rasanya kalau tidak Nampak mendukung gerakan hijau ini.
I
berdampak juga pada penyu yang memiliki siklus hidup yang panjang dan unik ini. Apakah penyu akan bertahan hidup kali ini? Bagaimana caranya? Banyak pertanyaan tentang hal ini melihat catatan penyu adalah salah satu jenis satwa purba yang masih bertahan hidup sampai saat ini.
Mungkin saja saat ini sudah terasa dampaknya, ketika seorang kawan dari USAmemposting photo lewat Facebook yang menunjukkan salju turun ditempatnya padahal hal ini sangatlah jarang terjadi. Menurutnya pernah terjadi hanya sebentar di sebuah malam pada tahun 2000. Dan kini telah turun salju setebal 4 Cm ditempatnya.
Menurut para ahli dan beberapa sumber, perubahan iklim ini akan membawa dampak besar bagi penyu, diantaranya: Dengan semakin panasnya suhu permukaan bumi sudah tentunya akan mengakibatkan es akan mencair di kutub dan mengakibatkan permukaan air laut akan bertambah tinggi. Naikknya permukaan air laut ini sudah tentunya akan merendam bahkan menenggelamkan pantaipantai tempat penyu bertelur
Pemanasan global akan mengakibatkan perubahan iklim dunia, sudah tentunya akan Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Foto: Kurt Armsler
sehingga tidak ada tempat untuk penyu meletakkan telurnya. Ataupun jika berhasil meletakkan telurnya, makan ada kemungkinan besar telur-telur penyu tersebut akan terendam saat pasng tertinggi air laut sehingga mengakibatkan embrio dalam telur akan mati. Karena jenis kelamin penyu bergantung pada suhu saat telur tersebut di dalam pasir maka dengan semakin meningkatnya panas di permukaan bumin kita ini maka akan cenderung prosentase menetas betina akan tinggi, atau bahkan embrio dalam telur mati karena terlampau panas. Perubahan iklim ini sudah tentunya akan banyak berdampak pada arus dan suhu air laut yang sudah tentunya akan berdampak bagi penyu sebagai satwa yang bermigrasi ribuan kilo meter.
News
13
80 Persen Populasi Orangutan Sumatera di Aceh
S
ekitar 80 persen dari berkisar 6.000 ekor populasi orang utan (pongo abelii) di Pulau Sumatera, mendiami kawasan hutan di Provinsi Aceh, kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Aceh Abubakar Cekmad. "Populasi itu kami khawatirkan akan terus menyusut jika aksi perburuan tidak segera dihentikan. Orang Utan banyak yang ditangkap, kemudian menjadi binatang peliharaan masyarakat," katanya di Jantho,Aceh Besar, Senin. Hal itu disampaikan disela-sela pelepasan empat ekor orang utan di stasiun reintroduksi orang utan di kawasan hutan Jalin, Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Empat orang utan yang dilepaskan kembali ke habitatnya merupakan bagian dari 36 ekor orang utan yang selama ini berada dalam perlindungan di Sumatera Utara. Pelepasan empat ekor orang utan ke habitatnya itu dilakukan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf didampingi Bupati Aceh Besar Bukhari Daud, Yayasan Ekosistem Lestari (Pan Eco), serta BKSDAAceh . Gubernur Irwandi Yusuf mengakui masih banyak orang utan yang dikurung masyarakat di dalam kerangkeng besi, dirantai sebagai binatang peliharaan di rumah-rumah. "Mulai saat ini saya berharap tidak ada lagi warga mengurung atau merantai binatang dilindungi, terutama orang utan dan kami berharap masyarakat menyerahkannya kepada kami untuk dilepas kembali kehabitatnya," kata dia. Sebab, tambah Gubernur, memelihara orang utan di rumah jauh lebih berbahaya karena kedekatan magnetis, misalnya kalau ada penyakit pada hewan ini dengan cepat dapat menular ke manusia. "Genetik orang utan
nyaris sama dengan manusia, maka sangat ditakutkan jika menular akan lebih ganas," katanya. Orang utan harus dilestarikan, tidak boleh ditangkap atau diperdagangkan berdasarkan UU No 5 tahun 1990, dengan pidana lima tahun penjaran dan denda Rp100 juta. sumber: antaranews.com
Foto: www.realadventures.com Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
News
14
Macan Tutul Jawa Di Kaki Gunung Bromo
Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang tertangkap camera trap di kaki Bromo
M
eletusnya Gunung Merapi baru saja berlalu. Banyak masalah yang ditimbulkan setelahnya, dari kehilangan orang-orang tercinta karena tidak sempat menyelamatkan diri, kehilangan tempat tinggal, rusaknya lahan pertanian hingga beberapa dampak yang ditimbulkan akibat lahar dingin merapi. Tentu kejadian ini tidak sekadar dijadikan sejarah dan
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
berlalu begitu saja, dan sudah tentu banyak pelajaran yang dapat ditarik dari meletusnya Gunung Merapi. Salah satunya adalah tentang status keragaman satwa liar sebelum merapi meletus. Dalam sebuah wawancara di salah satu tv swasta, warga sekitar menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda yang sangat meyakinkan kalau merapi akan meletus dengan hebatnya. Secara
vulkanologi tentu sudah ada tanda, karena gunung merapi merupakan gunung berapi yang paling aktif di dunia, namun tanda lain yang mudah dan sangat dipercaya oleh warga seperti adanya satwaliar yang masuk ke perkampungan tidak tampak (mungkin di beberapa tempat ada, namun di tempat wawancara tv swasta ini dinyatakan tidak tampak). Sang responden juga
News menjelaskan bahwa, kemungkinan satwa liar ini sudah rusak habitatnya karena ulah manusia atau karena perburuan, sehingga tentu tidak akan ada lagi satwa yang memberikan tanda ini, seperti halnya cerita pada letusanletusan sebelumnya. Tentu ini informasi baik, sekaligus informasi buruk bagi peneliti dan pecinta satwa liar. Pulau Jawa adalah bagian dari paparan Sunda bersama Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan yang secara bersama memiliki 381 jenis mamalia, yang 173 jenis diantaranya adalah mamalia endemik di ketiga pulau besar Indonesia itu. Namun seiring kerusakan hutan (deforestasi) yang begitu cepat, sebesar 1,6 juta hektar per tahun pada periode tahun 1985-1997, dan 3,8 juta hektar pertahun dalam periode tahun 1997-2000, membuat satwa liar terutama mamalia begitu terdesak, menetap pada lahan terisolir dan berstatus sebagai satwa langka (endangered atau vulnerable species). Diantara ketiga pulau besar di paparan sunda ini, Pulau Jawa merupakan pulau yang paling tidak bersahabat dengan satwa liar, terutama untuk mamalia besar. Data mutakhir menyatakan bahwa lahan yang tertutup oleh hutan alam di pulau jawa kurang dari 7% dari luas total pulau Jawa atau sekitar 0,97 juta hektar yang tersebar terutama pada kawasan konservasi dan kawasan lindung. Jika di Sumatera dan Kalimantan memiliki satwa langka seperti Orangutan, Gajah, Beruang, dan jenis lain, di Jawa beberapa jenis yang sangat langka merupakan jenis endemik yang
15 dijadikan penciri dari pulau Jawa, yaitu Elang Jawa, Owa Jawa dan Macan Tutul Jawa. Jenis yang terakhir ini terkadang sering dihubungkan dengan klenik, namun jenis ini masih tercatat hadir pada daerah-daerah pegunungan di pulau Jawa. Catatan secara ilmiah dilaporkan paling banyak ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat, bahkan dijadikan satwa identitas Provinsi Jawa Barat. Terakhir pada tahun 2009 lalu, Macan Tutul Jawa tertangkap oleh kamera otomatis (camera trap) di kawasan hutan di kaki gunung Bromo Jawa Timur oleh peneliti dari Pusat Penelitian Hutan Tropis, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Macan Tutul Jawa secara ilmiah bernama Panthera pardus melas merupakan subspecies dari macan tutul (Panthera pardus), termasuk dalam famili Felidae dan ordo Carnivora. Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil, dan mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam. Hewan ini soliter, kecuali pada musim berbiak. Ia lebih aktif berburu mangsa di malam hari. Mangsanya yang terdiri dari aneka hewan herbivora, seperti rusa, monyet, kancil dan terkadang hewan ternak dari perkampungan terdekat, yang biasanya diletakkan dulu di atas pohon. Macan tutul merupakan satusatunya kucing besar yang masih tersisa di Pulau Jawa. Populasinya di alam turun secara drastis dari 350-700 individu menjadi sekitar 100-250 individu saja pada tahun 2005. Penyebab utamanya adalah hilangnya habitat hutan,
kurangnya hewan yang dimangsa (prey) dan penangkapan/ perburuan liar. Oleh karena daerah dan populasi dimana hewan ini ditemukan sangat terbatas, macan tutul dievaluasikan sebagai “kritis” sejak 2007 dalam IUCN Red List data book dan didaftarkan dalam CITES Appendix I. Satwa ini dilindungi di Indonesia, yang tercantum di dalam UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 7 tahun 1999. Keberadaan satwa dengan posisi tingkat tinggi dalam tropic (kelas makan) ini tentu menjadi indikator positif kualitas suatu kawasan hutan yang dijadikan sebagai habitat. Macan tutul tentu mengiindikasikan bahwa satwa lain sebagai hewan yang dimangsa juga hadir dalam kawasan ini. Sudah menjadi kewajiban para penanggngjawab kawasan untuk menjaga kawasan ini dari perburuan dan perambahan. Satwa liar di alam sangat tergantung terhadap sumberdaya alam sebagai sumber pakan dan bertahan hidup. Di beberapa tempat di dunia karnivora besar seperti Macan Tutul Jawa ini bahkan dijadikan umbrella species. Semoga kehadirannya di Bromo memang menandakan kualitas hutan di Bromo masih bagus. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kawasan hutan yang masih relative bagus ini sangat diperlukan. Tentu bukan hanya sekadar slogan setelah bencana terjadi, karena kawasan hutan yang baik adalah kebutuhan. (dari berbagai sumber) Rustam Supporter ProFauna Indonesia di Kalimantan Timur Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
News
16
NASIONALISME GAJAH
K
etika isu pencurian budaya nasional, Ambalat, pulau Jemur, lagu nasional dan banyak lagi kasus dengan tetangga serumpun Malaysia, banyak dari kita seperti tersengat listrik. Seperti bangun dari mimpi indah, pada kompak mengobarkan semangat konfrontasi dengan yel ganyang Malaysia. Kasus yang berulang dan tampaknya akan terus berulang, seperti terbangun dari mimpi yang satu untuk memulai mimpi yang lain. Tampak tak kan pernah selesai. Apa hubungannya dengan gajah? apakah juga ada hubungannya dengan “sepakbola gajah”?, mungkin iya dan mungkin tidak. Ada gajah asia dan gajah afrika, kedua mamalia raksasa ini adalah satwa lintas terrestrial tak kenal batas negara. Tak kenal pasport, visa apalagi
NPWP (wajib ditunjukkan ketika ingin keluar negeri). Namun Gajah Kalimantan tidak melintasi perbatasan.. ah masa? Banyak perdebatan sebelumnya yang mempertanyakan tentang keberadaan Gajah (Elephas maximus) di Kalimantan. Apakah memang ada?. Di Kalimantan memang tercatat ada 222 jenis mamalia termasuk Gajah, namun juga dikatakan bahwa keberadaan Gajah di Kalimantan bukan “asli” Kalimantan, tetapi hadiah dari British East India Company kepada kerajaan Sulu pada tahun 1750 yang kemudian lepas dan menjadi liar (Payne, 2000 dan Mc.Kinnon, 2000). Informasi lain menyebutkan Gajah hanya berada di kawasan sempit Sabah dan wilayah barat dan utara Kalimantan Timur. Mungkin
4
2 3
2
4
gajah memang berasal dari pulau Kalimantan, karena ada fosil gigi gajah dikenal dari Kalimantan (MacKinnon, 2000). Data mutakhir, dari hasil uji DNA, gajah Kalimantan memiliki perbedaan genetik dengan gajah Srilangka, India, Bhutan, Bangladesh, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, semenanjung Malaysia dan Sumatera (WWF dan BKSDA Kaltim, 2006). Gajah Kalimantan dinilai termasuk satwa paling langka untuk spesies gajah karena memiliki perbedaan dengan satwa sejenis yang terdapat di belahan dunia yang lain. Disebutkan pula gajah kalimantan memiliki ukuran paling kecil di antara seluruh species gajah. Ya, sekecilkecilnya gajah tetap besar... (perbedaan spesifik ada pada tabel)
5
3
3
1 6
6
1
8
9 Gajah Asia (Elephas maximus)
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
7
7 9
Gajah Afrika (Loxodonta Africana)
8
News
Di Utara Kalimantan Timur, terutama daerah perbatasan antara Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan dengan Sabah Malaysia didiami oleh suku Dayak Agabag. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 No 1 2 3 4 5
Gajah Asia Gading Kepala dengan dua bonggol Telinga yang tidak menutupi bahu dan lebih kecil Bagian badan yang paling tinggi Tidak ada lekukan Kulit tidak kendur dan berkedut Satu bibir pada ujung belalai Empat jari kaki Lima Jari kaki Gajah Sumatera Ukuran tubuh lebih besar dari Gajah Kalimantan Telinga lebih kecil Bentuk tubuh lebih ramping Ekor tidak lebih panjang dan tidak nyaris menyentuh tanah Gading melengkung
dituakan dan dihormati keberadaannya. Ada kebiasaan menghindari jika bertemu jejak (foot print) gajah, dan menganggap pamali mengganggu kebiasaan sang gajah. Dari rasa takut ini terkadang muncul legenda dan cenderung mendekati cerita mistis. Sehingga mendapatkan bangkai atau gading gajah merupakan suatu keberuntungan yang luar biasa. Melamar seorang gadis dengan memberikan gelang dari gading gajah sebagai mas kawin merupakan suatu prestise. Keberadaan gajah di Utara Kaltim sedikit lebih aman dari masayarakat lokal karena tidak adanya kebiasaan berburu gajah untuk kepentingan kegiatan manusia seperti halnya di beberapa tempat, yang kemudian dijinakkan dan dilatih untuk membantu pekerjaan manusia, seperti mengangkat kayu dan muatan berat lainnya.
Perbandingan antara Gajah Asia dan Gajah Afrika
Konservasi Gajah oleh Masyarakat Setempat
Suku ini biasa tinggal dekat dengan sungai, dengan makanan pokok yang berbeda dengan makanan pokok suku Dayak lainnya di Kalimantan Timur. Masyarakat Dayak umumnya menanam padi gunung dengan cara perladangan berpindah (shifting cultivation), dari sini dihasilkan “beras baru” yang dikonsumsi sendiri. Sedangkan Dayak Agabag makanan pokoknya ada Illo, makanan yang terbuat dari tepung/sari singkong, mungkin mirip tiwul di jawa. Karena budidaya singkong sedemikian rupa, tentu dapat meminimumkan pembukaan lahan baru yang dapat merusak keragaman hayati. Selain itu, hubungan langsung dengan konservasi gajah adalah bahwa suku Dayak Agabag di U t a r a K a l i m a n t a n Ti m u r menyebut gajah dengan sebutan Nenek . Kata tersebut dapat disinonimkan dengan sebutan Nenek (ibu dari ibu), seorang yang
Gajah Afrika Gading Kepala dengan satu bonggol Telinga yang menutupi bahu dan seperti Benua Afrika Tinggi badan yang paling tinggi Adanya lekukan Kulit yang kendur dan berkedut Dua bibir pada ujung belalai Tiga jari kaki Empat jari kaki
Perbandingan Morfologis Gajah Kalimantan dan Gajah Sumatera
Isu gajah di Kaltim termasuk isu baru yang mungkin dimulai awal tahun 2000an. Dibanding beberapa species lain yang selama ini menjadi isu seksi di bidang konservasi, seperti Orangutan, Gajah sedikit terlambat dibicarakan. Namun jangan sampai setelah menjadi isu seksi, menjadikan species ini sebagai obyek sebuah proyek yang justru membahayakan keberadaan satwa itu sendiri. Isu konservasinya semakin kuat diangkat, tetapi keberadaannya tidak semakin membaik dari sisi ekologi dan konservasi. Itu yang terjadi pada kasus konservasi dan rehabilitasi Orangutan.
17
Gajah Kalimantan Ukuran tubuh lebih kecil daripada Gajah Sumatera Telinga lebih besar Bentuk tubuh lebih membulat Ekor lebih panjang dan nyaris menyentuh tanah Gading Lurus Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
News
18 Nasionalisme Gajah
Klasifikasi Gajah Kalimantan
Semakin banyak orang yang mengetahui informasi tentang gajah Kalimantan. Semakin banyak pula keinginan untuk mengetahui pola ekologi dan seluruh informasi keberadaannya. Namun seiring informasi yang berusaha dikumpul-kan, habitat Gajah Kalimantan sendiri terus mengalami degradasi sedemikian cepatnya. Sejak sekitar puluhan tahun lalu kawasan Kecamatan Sebuku adalah kawasan Hutan Tanaman Industri dan perkebunan sawit. Bahkan dalam rencana pemerintah, kawasan perbatasan ini dijadikan Kawasan Strategis Nasional atau sering disingkat dengan KSN dengan rencana pembukaan kawasan yang kemudian ditanami sawit sebagai batas negara. Padahal sebelumnya kawasan ini telah dibuka sebagai kawasan transmigrasi. Pembukaan lahan untuk kawasan transmigrasi di Kalimantan sudah umum akan merusak hutan selamanya. Belum
Regnum Sub Regnum Super Phylum Phylum Sub Phyllum Classic Sub Class Infraclassic Ordo Sub Ordo Infra Order Familia Sub Familia Genus Species Sub-Species
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
: : : : : : : : : : : : : : : :
ada contoh program transmigrasi yang tidak merusak hutan dengan segala sumberdaya alam di dalamnya. Bahkan kecenderungan semakin rusaknya hutan dengan segala akses penghidupan yang diperoleh dari alam. Sampai terakhir ini semakin santer diberitakan bagaimana konflik Gajah dengan manusia bukan hanya terjadi di Sumatera. Di Kalimantan gajah dianggap hama yang merusak perkebunan sawit masyarakat. Masyarakat yang memiliki kebun sawit di Sebuku menyebutkan seekor gajah dapat menghabiskan 1-3 hektar tanaman sawit yang baru ditanam dalam satu malam. Bahkan bukan sekadar merusak perkebunan penduduk, kadangkala gajah juga merusak rumah penduduk. Jumlah populasi gajah Kalimantan pun masih simpang siur. Ada beberapa data yang dapat dijadikan sumber jumlah populasi gajah Kalimantan di Kalimantan Timur. Ada angka yang menyata2 kan 1 ekor per 330 km , namun ada
Animalia (Metazoa) Eumetazoa Bilateria : Deuterostomia Chordata Vertebrata Mamalia Theria Placentalia Proboscidea Ruminantia Pecora Elephantidae Elephantidae Elephas Elephas maximus Elephas maximus borneensis
pula angka lain menyebutkan bahwa jumlah populasi gajah Kalimantan Timur adalah 45-50 ekor. Tentu memerlukan metode tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan tentang jumlah populasi mamalia besar ini. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah mengikuti jalur jelajah gajah atau dengan menggunakan colar (kalung elektronik) yang dapat menghitung kisaran populasi gajah dengan perkiraan daya jelajah yang terekam. Tetapi semua cara tersebut mahal dan memerlukan waktu dan tenaga. Gajah punya rasa nasionalisme? yang benar, para tentara dan orang sipil yang diperbantukan untuk menjaga perbatasan menyatakan bahwa tidak ada jejak gajah yang melintasi jalur perbatasan Indonesia - Malaysia. Jadi gajah yang ada di Kaltim utamanya di kecamatan Sebuku penyebarannya hanya di sekitar kawasan hutan sebuku, sedangkan yang di Sabah demikian pula, tidak ada yang melintas hingga masuk ke dalam kawasan hutan sebuku. Hal ini menarik untuk diketahui lebih jauh, mengapa terjadi demikian. Memang informasi tentang jalur lintasan mamalia besar adalah tetap. Sehingga di beberapa negara tertentu, jalur dan waktu lintasan satwa dicatat sebagai sesuatu yang bisa dikembangkan untuk ekowisata. Jadi gajah memang punya nasionalisme?, wallahualam… Rustam Supporter ProFauna di Kaltim/Staf pengajar Fahutan Universitas Mulawarman
3-5 Juni
2011
From the Ocean to the Jungle
Pertemuan akbar Supporter ProFauna yang di helat 2 tahunan kini kembali hadir di tahun 2011, acara yang dulu diberi nama PMM (ProFauna Members Meeting) kini berganti nama ProFauna Conference 2011dilaksanakan di P-WEC pada awal bulan Juni 2011, yang akan menyajikan kegiatan yang lain dari tahun sebelumnya. Masih tetap dengan mengundang 100 orang Supporter dalam acara ini akan menghadirkan para pembicara ahli dari dalam negeri bahkan luar negeri. Apa saja syaratnya? Cukup terdaftar sebagai Supporter ProFauna dan memiliki KTS (Kartu Tanda Supporter) ProFauna, anda sudah berhak mengikuti pertemuan akbar ini. Untuk itu bagi Supporter yang belum memiliki KTS ProFauna segera mengurusnya hanya dengan mengganti biaya cetak Rp 10.000,- dan bagi yang sudah expired segera memperpanjang masa berlaku KTS. Info lebih lanjut hubungi
[email protected] . Sampai jumpa di ProFauna Conference 2011 !! (YL)
Suara Supporter
21
“Panasnya” Pengamatan Burung Pantai di Curah Sawo Tak hanya itu saja, tim mendapatkan 10 jenis burung yaitu :
M
inggu Pagi tepat pukul 06.00 WIB Supporter yang tersebar di Jawa Timur yang datang dari Kediri, Pandaan, Probolinggo diantaranya Yusuf, Alex, Didik, Ghazali, Zainal, Toni, Isma, Ari, Arif, Affan, Dwi, Maman, dan tidak mau ketinggalan Supporter dari UK berkumpul ke Curahsawo Probolinggo, untuk melakukan birdwatching burung pantai. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ProFauna sekitar 5 tahun lalu, populasi burung pantai di Curahsawo masih banyak ditemukan berbagai macam burung pantai, sekarang berkurang drastis akibat perburuan.
Menurut Supporter dari Probolinggo yaitu Maman, tahun 2007 masih terlihat Elang Laut (Haliaetus leucogaster) yang sesekali terbang dan bertengger di kawasan Curahsawo yang merupakan hutan mangrove sekitar Pantai Utara pulau Jawa tersebut. Mulai keberangkatan hingga kedatangan 'diiringi' panasnya matahari tak menyurutkan langkah kita untuk mengamati populasi burung pantai tersebut. Terdapat sekawanan burung pantai yang memiliki bulu berwarna putih dengan paruh berwarna kuning terbang dari pohon mangrove satu ke pohon mangrove yang lain. “betapa indahnya mereka hidup di alam”.
´ Kuntul kerbau (Bubulcus ibis) ´ Trinil Pantai (Trinaga hypoleucos) ´ Kipasan belang (Rhipidura javanica) ´ Cekakak sungai (Todirhampus chloris) ´ Raja Udang Biru (Alcedo coerulescens) ´ Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis) ´ Kacamata Biasa (Zosterops palpebrosus) ´ Bondol Peking (Lonchura punctulata) ´ Kokoan Laut (Butorides striatus) ´ Cipoh Kacat (Aegithina tiphia)
Ta k h a n y a p e n g a m a t a n burung pantai saja yang dilakukan di Curahsawo, di bawah pohon kami berisitirahat dan berdiskusi tentang hasil apa yang kita dapatkan dalam kegiatan kali ini kemudian dilanjutkan sharing bersama Supporter dari UK, Phillips yang berlatarbelakang sebagai ahli ekologi. Terima kasih kepada Supporter ProFauna yang di Jawa Timur yang mendukung kegiatan ini. Sampai Jumpa di Petualangan selanjutnya. Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
22
Suara Supporter
Mobil Baca:
Mengantar Anak Mengenal Alam
S
iapa bilang melestarikan alam hanya bisa dilakukan dengan menanam pohon, membersihkan sungai, dan berhenti mengeksploitasi satwa liar?. Ternyata kita juga bisa Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
melestarikan alam dari halaman rumah atau sekolah kita, yaitu melalui kegiatan Mobil Baca PWEC. Kegiatan mobil baca adalah program rutin P-WEC dibawah
komando comunity development yang dilaksanakan sekali setiap bulan, biasanya pada hari minggu dan berlokasi di halaman rumah warga atau SD yang ada di sekitar P-WEC. Kegiatan ini bertujuan
Suara Supporter untuk mendidik anak-anak sebagai generasi penerus masa depan tentang dasar-dasar pelestarian alam. Tentu saja pengetahuan itu diberikan secara tidak langsung menyesuaikan dengan usia dan tingkat pendidikan. Secara santai dan mengibur baik melalui percakapan, buku-buku cerita, maupun kuis yang dibantu oleh supporter secara berlahan menggugah rasa ingin tahu anakanak tentang alam. Biasanya, tim P-WEC datang ke sekolah pada hari minggu pagi. Seperti mobil baca yang dilaksanakan di SDN Selorejo beberapa waktu lalu (26/09/10). Saat itu, dapat dipastikan anak-anak sudah mandi dan beramai-ramai berkumpul di pinggir jalan, menunggu datangnya seekor lutung. Lhoh, kok lutung? Iya, untuk menyemarakkan suasana dan menghibur anak-anak, tim PWEC selalu membawa maskot mobil baca, yaitu si lutung. Begitu si lutung ini keluar dari mobil, langsung saja si lutung diserbu oleh anak-anak kecil yang berebut ingin memeluknya. Sebagai pemanasan, anakanak diberi permainan terlebih dahulu. Tentu saja, permainan yang dilakukan selalu berhubungan dengan alam, misalnya ”Hutan dan Pemburu” atau ”Kelelawar dan Ngengat”. Dengan demikian, sambil tertawa dan berlarian pun anak-anak dengan sendirinya akan menyerap konsep kehidupan di alam, terutama tentang hubungan antar makhluk hidup. Si lutung, yang sebenarnya hanya seorang staff atau supporter yang mengenakan
kostum, juga tak kalah aktifnya berlarian dan melompat bersama anak-anak dan tim mobil baca agar suasana lebih meriah. Baru setelah sedikit berkeringat, buku-buku bacaan mulai digelar. Buku-buku yang disuguhkan sebagian besar adalah fabel kaya warna yang pasti disukai oleh anak-anak, apalagi buku-buku tersebut memiliki ilustrasi yang menarik sehingga anak-anak pun dapat membaca dengan penuh minat dan konsentrasi. Selain buku-buku fiksi, ada juga buku tentang pengetahuan alam, seperti buku tentang reptil, hutan, atau air. Tim P-WEC dan supporter pun tidak tinggal diam. Mereka ikut bergabung dengan anak-anak, terkadang juga membacakan cerita untuk anak-anak yang belum lancar membaca, berbincang tentang isi buku, dan tak lupa si lutung pun ikut duduk manis mendengarkan anak-anak yang mau membacakan cerita untuknya. Setiap perjuangan pasti menemui kesulitan. Tak jarang kami harus ekstra bersabar menghadapi anak-anak yang mengganggu temannya, ”mengeroyok” si lutung, atau tidak punya motivasi untuk membaca. Tapi namanya juga anak-anak, kalau terus-menerus diajak dan melihat sebagian besar temannya membaca, lama kelamaan mereka juga ikut duduk dan tenggelam dalam petualangan ”Kancil dan Buaya”. Setelah cukup lama membaca, tibalah waktu yang dinantinantikan, kuis. Beberapa anak yang mau menceritakan kembali buku yang telah dibaca akan maju
23 dan bercerita di depan temantemannya, dan sebagai p e n g h a rg a a n m e r e k a a k a n mendapat hadiah berupa alat tulis. Tentu saja ada yang kecewa karena tidak terpilih untuk maju, pasalnya hampir semua anak mengacungkan tangan ketika ditanya, tapi hanya 2-3 saja yang akan terpilih. Pertanyaannya tentu saja sederhana dan berkaitan dengan hutan dan satwa liar, dan lagi-lagi sulit sekali memilih siapa yang berhak menjawab dan mendapat hadiah karena puluhan tangan langsung teracung saat pertanyaan diberikan, termasuk tangan si lutung. Melestarikan alam memang tak harus dilakukan secara langsung. Salah satu hal terpenting untuk mewujudkan lingkungan yang lestari adalah dengan membangun pola pikir yang menghormati alam. Dengan mendidik anak-anak untuk menghargai alam dan seisinya, diharapkan mereka akan tumbuh menjadi orang yang peduli pada lingkungan, menyebarkan pemahaman itu pada orang-orang di sekitar mereka, dan menciptakan lingkungan yang lebih baik di masa depan. Asti Swasti Suporter ProFauna Malang
Kunjungi website ProFauna di www.profauna.org untuk mendapatkan berita seputar ProFauna, satwa liar, dan hutan. Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
24
Suara Supporter
Kelinci Belang Sumatera:
Punah Tanpa Pernah Dikenal
K
elinci Sumatera, atau Kelinci Belang Sumatera ( Nesolagus netscheri) adalah satu-satunya spesies kelinci asli Indonesia. Satwa ini sangat langka karena hanya terdapat pada hutan di gunung-gunung di Sumatera, antara lain Gunung Barisan, Gunung Kerinci, dan Gunung Leuser, pada ketinggian 6001600 mdpl. Saking langkanya, satwa langka ini hanya pernah terlihat dengan mata telanjang pada tahun 1972 saja, sedangkan pengamatan lainnya pada tahun 2000 dan 2007 dilakukan menggunakan kamera pengintai. Karena jarang dapat ditemui inilah maka penghitungan populasi dan perlindungan sulit dilakukan, apalagi penduduk lokal pun tidak sadar akan keberadaannya dan juga tidak memiliki
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
nama khusus bagi satwa ini. Panjang tubuh Kelinci Belang Sumatera berkisar antara 35-40 cm, dengan berat sekitar 1,5 kg. Warna dasar bulu tubuh kelinci ini adalah kuning kecoklatan, dengan garis-garis hitam yang membujur sepanjang tubuhnya. Bulu bagian bawah bertekstur lembut dan rapat berwarna putih, sedangkan bagian pantat dan ekor berbulu kemerahan. Yang semakin membedakan spesies ini dari kelinci lainnya adalah telinga dan ekornya yang berukuran lebih pendek (sekitar 2 cm). Satwa lucu ini beraktivitas pada malam hari (nocturnal), dan pada siang hari mereka bersembunyi di tempat-tempat gelap seperti lubang yang digali oleh hewan lain di bawah pepohonan. Karena ukuran
tubuhnya yang kecil, maka menu makanan utama mereka adalah ranting dan daun dari tanaman-tanaman yang tumbuh dekat dengan tanah. Hingga saat ini, belum ada pihak yang mendanai program konservasi bagi Kelinci Belang Sumatera. Meski perburuan bukanlah ancaman utama, pada kenyataannya hidup mereka sedang terancam oleh tingginya laju deforestasi. Habitat, atau hutan, yang semakin berkurang telah mempersempit ruang gerak mereka dan juga meniadakan sumber makanan. Walaupun pernah dikategorikan dalam “Critically Endangered” (kritis) pada tahun 1996, pada tahun 2008 IUCN memperbarui status Kelinci Belang Sumatera menjadi “Vulnerable” (rentan). Asti Prawidya Mukti
Suara Hati
25
Berbagi dengan Tekukur...
Oleh: Rosek Nursahid Founder and Chairman ProFauna Indonesia
T
ak salah jika sebagian orang mengatakan bahwa “orang kuno” itu lebih arif dan bijaksana. Paling tidak itu yang saya tangkap ketika lebih dari 20 orang penduduk Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, berkumpul di P-WEC di awal tahun 2011. Mereka berkumpul di P-WEC yang berada di kaki Pegunungan Kawi itu untuk menambah wawasan tentang pelestarian satwa liar. Maklum Desa Kucur sudah mengeluarkan peraturan desa yang melarang penangkapan semua jenis satwa liar. Sebuah peraturan desa yang ramah terhadap alam. Penduduk desa yang berkumpul di P-WEC itu akan menjadi semacam “satgas” penegakan peraturan desa itu. Untuk itu dirasa perlu mereka “dikuliahi” tentang persoalan pelestarian satwa liar, dan saya yang mendapatkan sampur untuk memberikan kuliah kepada penduduk desa yang sebagian besar petani itu. Namun dalam pertemuan itu justru saya merasa bahwa sayalah yang banyak belajar dari petani yang lugu itu. Saya merasa bahwa mereka telah melakukan suatu tindakan nyata yang berbau kental soal animal welfare. Mereka yang tidak pernah mendapatkan ilmu animal welfare, justru telah menerapkan prinsip kasih sayang terhadap binatang dalam keseharian mereka. Saya dibuat kagum dan tertegun. Apa yang dilakukan oleh petani itu yang membuat saya berkesimpul-an bahwa
mereka adalah 'aktivis penyayang binatang sejati'? Ada seorang petani yang bertanya kepada saya, “bagaimana cara menangani burung tekukur yang selalu memakan benih tanaman yang kami tanam tanpa harus membunuh tekukur itu?” Terus terang saya kebingungan menjawab pertanyaan tersebut, karena ini menjadi dilema. Jika tekukur tidak dibunuh maka tanaman petani itu rusak, jika tanaman rusak otomatis petani menjadi gagal panen dan ini menjadi bencana buat anak istri petani itu. Sementara kalau tekukur itu dibunuh tentu akan melanggar kaidah “animal welfare”. Sebuah pertanyaan sederhana, namun jawabannya rumit. Untuk orang yang berpikiran pendek dan tidak punya etika, akan menjawab secara sederhana, “bunuh saja tekukur itu dengan diracun”. Atau jaring saja tekukur itu, kemudian dijual di pasar burung, lumayan akan dapat tambahan penghasilan. Atau yang pikirannya lebih ngawur akan bilang undang saja orang kota yang gemar membunuh binatang, lalu suruh mereka menembaki burung itu atas nama hobby. Pasti orang kota itu akan girang mendapat 'obyek” buruan untuk dibunuh dengan keji. Heran, koq ada hobby membunuh mahluk hidup lain untuk sebuah tujuan yang hanya sekedar memuaskan nafsu belaka. Di tengah kebimbangan itu tibatiba ada petani lain yang mengangkat tangan dan berbagi tips dalam menangani 'hama' burung tekukur itu. Petani itu bilang bahwa selama ini dia tidak ada masalah dengan tekukur. Tanamannya tetap bisa panen dan tekukurpun tetap bisa hidup berdampingan dengan petani itu. Apa yang dilakukan oleh petani itu? Apakah dengan ilmu klenik atau pergi ke dukun untuk mengusir burung tekukur itu?
Ternyata petani itu menerapkan ilmu berbagi dengan alam. Agar tekukur itu tidak memakan tanaman, dia sengaja memberi makan tekukur itu dengan butiran jagung. Petani itu memberi jatah makanan kepada tekukur dengan harapan pasukan tekukur tidak menyerbu tanaman yang lagi ditanam. Anehnya setelah burung tekukur itu diberi makan, mereka tidak memakan tanaman petani itu. Mungkin ini sebuah bentuk toleransi. Sulit dimengerti secara logika, karena memang tidak ada perjanjian tertulis antara petani dan burung tekukur itu, yang ada adalah 'ikatan batin' sebagai sesama mahluk yang sama-sama memanfatkan bumi ini. Memang petani itu akan mengeluarkan biaya untuk membeli jagung untuk makan tekukur,namun dia masih bisa panen karena tanamannya tidak habis dimakan tekukur. Daripada serakah, tidak mau mengeluarkan uang untuk membeli jagung, namun justru semakin bangkrut karena panennya akan gagal total. Petani itu juga sadar bahwa sebelum mereka membuka ladang di tepi hutan itu, para tekukur itu sudah duluan ada disana. Justru pada dasarnya petani itulah yang mengusik kehidupan tekukur dan satwa liar lainnya. Saya tercenung dengan kearifan berfikir dan bertindak dari petani yang tidak pernah mengeyam bangku kuliah itu. Hari itu saya mendapatkan ilmu dari para petani, padahal acara formalnya pada awalnya merekalah yang akan”:berguru” kepada saya. Para petani itu dalam kesehariannya telah menerapkan kaidah-kaidah animal welfare. Mereka telah dengan rela berbagi kehidupan ini dengan satwa, mereka rela berbagi dengan tekukur. Akankah kita rela seperti petani itu untuk berbagi dengan satwa? Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Para peserta pelatihan yang berasal dari aparat desa Kucur
Pelatihan Penegak PEDES Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang Sebagai desa yang tidak terlalu jauh jarak dari kota Malang kurang lebih 13 Km dan memiliki luas 5.831.963 Ha yang terbagi dalam 7 dusun antara lain: Ü Dusun Krajan Ü Dusun Klaseman Ü Dusun Sumberbendo Ü Dusun Klampok Ü Dusun Turi Ü Dusun Godehan Ü Dusun Ketohan Dengan kondisi alam yang masih alami dengan didukung aneka satwa liar yang ada di desa,
memungkinkan orang dari luar desa untuk datang dan merusak kondisi alam yang ada. Untuk melindungi dari kegiatan tersebut, Desa Kucur telah menerbitkan Peraturan Desa (PERDES) Nomor 03 tahun 2009 tentang perlindungan satwa liar desa Kucur pada tanggal 26April 2009. Perlindungan satwa liar desa Kucur tidak akan bisa maksimal ketika perangkat pendukungnya tidak dilengkapi salah satunya adalah penegak peraturan desa. Pada tanggal 19 Feb 2011 P-WEC
bekerjasama dengan pemerintah desa Kucur telah mengadakan pelatihan penegak peraturan desa Kucur yang diikuti oleh unsur perangkat desa dan Linmas desa Kucur. Pada pelatihan ini lebih dimantapkan lagi tentang pemahaman para peserta tentang peraturan desa Kucur Nomor 03 tahun 2009 dan pemahaman tentang definisi satwa liar. Dengan adanya pelatihan penegak perdes ini perlindungan satwa liar di desa Kucur bisa lebih optimal
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011 - Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar
Aktivitas P-WEC
27
Outbound for kid dan Gathering Keluarga Pak Setiawan
M
inggu tanggal 2 Januari 2 0 1 1 P - W E C kedatangan tamu lagi, tamu P-WEC kali ini adalah keluarga P Setiawan dari Malang. Kegiatan utama dari keluarga Pak Setiawan di P-WEC adalah gathering keluarga besar. Untuk menambah keakraban diantara anggota keluarga paket program yang dipilih di P-WEC adalah outbound for kid. Sebanyak 20 orang anak yang berusia mulai 3 tahun sampai usia kelas 3
SMP ikut hanyut dan berbaur mengikuti game dan high ropes yang dipandu oleh fasilitator PWEC yang memang sudah terbiasa dan profesional memandu kegiatan. Beberapa permainan yang diikuti anak-anak keluarga Pak Setiawan diantaranya: A so go, katak-katak ular, lutung dan hutan sedangkan permainan high ropes yang diberikan oleh P-WEC dalam program ini adalah: jembatan tarzan, jembatan elvis
dan flying fox. Selama satu hari di P-WEC keluarga Pak Setiawan terlihat wajah ceria dan akrab diantara satu sama lain. Kegiatan keluarga Pak Setiawan di P-WEC berakhir sekitar pukul 14.00 wib dan diakhir kegiatan fasilitator PWEC mengucapkan terima kasih kepada Pak Setiawan yang telah memilih P-WEC sebagai tempat gathering keluarga besarnya dan semoga masih bisa bekerjasama lagi di waktu yang akan datang.
Wartawan Lingkungan Training di P-WEC
K
epedulian terhadap lingkungan dapat muncul dari siapa saja tak terkecuali para jurnalis. Seperti yang ditunjukkan oleh beberapa jurnalis yang tergabung dalam SIEJ (society of Indonesian Environmental Journalists), 12 Maret 2011, di P-WEC, mereka berkumpul untuk melakukan training peliputan tentang konservasi alam dan satwa liar. Event yang digagas bersama P-WEC dan SIEJ ini bertujuan untuk mengajak para jurnalis muda terutama di Jawa Timur untuk bersama-sama menunjukkan kepedulian
terhadap lingkungan hidup melalui hasil liputannya. Acara ini diawali dengan peluncuran buku Jurnalis dan Perubahan Iklim. Buku yang menggunakan 2 bahasa, Indonesia dan Inggris, ini berisi tentang liputan-liputan para jurnalis SIEJ yang bertemakan global warming. Dengan menghadirkan pembedah IGG Maha Adi (Ketua SIEJ) dan Ir. Didik Suprayogo, Msc.PhD. (Pengamat Perubahan Iklim, PD I Faperta Universitas Brawijaya). Sekitar 25 orang jurnalis muda ini juga mendapatkan pelatihan tentang konservasi satwa liar dan
informasi tentang perburuan dan perdagangan illegal satwa-satwa dilindingi di Indonesia. ProFauna yang diwakili oleh Asep R. Purnama memaparkan tentang kondisi perdagangan satwa illegal yang masih terjadi di Indonesia yang dibutuhkan juga peran para jurnalis untuk mengungkap kejahatan lingkungan ini. Sementara itu, wartawan senior yang juga Ketua SIEJ, IGG Maha Adi juga memberikan pelatihan tentang teknik peliputan satwa liar. Rangkaian kegiatan ini diakhiri dengan kunjungan ke pusat rehabilitasi lutung jawa.
Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar - Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Aktivitas P-WEC
28
Meeting Internal UKM Universitas Ma Chung-Malang
P
ukul 19.00 wib malam tanggal 25 Februari 2011 PWEC kembali kedatangan 30 mahasiswa Universitas MaChung Malang. Kedatangan mahasiswa Ma-Chung kali ini adalah untuk melakukan kegiatan meeting internal Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Setelah istirahat sejenak di Café Primata P-WEC yang asri, semua tamu langsung menyantap hidangan makan malam yang disajikan P-WEC.
Keesokan harinya, mahasiswa Universitas Ma-Chung itu berkumpul di area parkir P-WEC untuk melakukan olah raga ringan. Usai olahraga, mahasisiwa dari universitas ternama di Kota Malang itu jalan-jalan ke Desa kucur dengan dipandu oleh fasilitator P-WEC. Sepanjang perjalanan peserta bernyanyinyanyi kecil sambil menikmati sejuknya embun pagi di sekitar lereng Gunung Kawi. Peserta begitu menikmati keindahan alam sepanjang perjalanan.
Setelah jalan-jalan sekitar Desa Kucur, mereka langsung menuju Café Primata untuk kemudian menikmati makan pagi yang sudah disediakan oleh crew P-WEC. Puas dengan hidangan makan tradisional yang disajikan, mahasiswa itu langsung melakukan kegiatan internal meeting. Lokasi P-WEC yang tenang dan asri sangat cocok untuk kegiatan internal meeting, sehingga meeting menjadi lebih produktif.
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011 - Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar
Aktivitas P-WEC
29
MAN I Malang Mengasah Kemampuan Diri dan Organisasi di P-WEC Outbound adalah salah satu dari pembentukan karakter ( character building ) dalam berorganisasi. Oleh karena itu, tak jarang beberapa perusahaan, lembaga pemerintahan, bahkan organisasi di lingkup sekolah pun mempercayakan pada metode ini (outbound) untuk mendidik mental keorganisasian dan kepercayaan diri (self confidence) kepada para anggota lembaga tersebut. Banyak organisasi siswa di sekolah melakukan kegiatan outbound baik untuk upgrading kemampuan berorganisasi atau dalam recruitment anggota baru. Seperti yang dilakukan oleh Kader Kesehatan Remaja (KKR) Magesa, sebuah organisasi ekstrakulikuler dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Malang (Magesa) yang melakukan kegiatan outbound dalam diklat penerimaan anggota baru pada 27 Februari 2011 di P-WEC. KKR Magesa bekerjasama dengan P-WEC telah berpengalaman dalam dunia outbound itu mengenalkan manajemen keorganisasian dalam diklat yang diikuti oleh sekitar 25 anggota baru itu dengan gamegame yang menarik. Selain games untuk team building, mereka juga ditanamkan rasa percaya diri dengan permainan high ropes.
Awalnya para siswa yang masih kelas 7 ini ceria saat melakukan permainan-permainan kekompakan. Namun, wajahwajah ceria mereka berubah menjadi tegang dan terlihat nervous saat akan melakukan permainan high ropes yang menguji andrenalin itu. Satu persatu siswa berjalan di jembatan tali pada ketinggian 10 meter dan meluncur dengan gaya flying fox..
Beberapa siswa malah tidak berani melangkah karena ketakutan. Dengan panduan dari fasilitator P-WEC dan semangat yang diberikan oleh teman-temannya, akhirnya keberanian mereka pun muncul dan berhasil menyeesaikan permainan dengan baik. Selamat untuk anggota baru KKR Magesa dan terima kasih telah bekerja sama denganP-WEC.
Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar - Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Habitat
30
Taman Nasional Kerinci Sebelat Habitat Berbagai Satwa Langka Sumatera
T
aman Nasional Kerinci Seblat merupakan taman nasional yang terdiri berbagai macam tipe ekosistem, dari ekosistem hutan hujan dataran rendah, rawa gambut, rawa air tawar, danau dan ekosistem sub alpin, yang terletak di empat propinsi yaitu Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Sebagian besar wilayah taman nasional ini masuk jajaran pegunungan Bukit Barisan. Di taman nasional ini juga terdapat gunung tertinggi di Sumatera yaitu gunung Kerinci yang mempunyai ketinggian 3.805 m dpl. Luas keseluruhan wilayah taman nasional ini adalah 1.368.000 ha. Dibentuknya taman nasional ini berawal dari penyatuan cagar
alam Inderapura dan Bukit Tapan, suaka margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu Embun dan Gedang Sebelat. Hutan-hutan di kawasan taman nasional ini mempunyai arti yang penting, tidak hanya karena kekayaan flora dan faunanya, akan tetapi yang lebih penting adalah fungsi hidrologisnya. Tercatat ada 2 DAS (DaerahAliran Sungai) yang besar dan vital yang ada di wilayah taman nasional ini, antara lain DAS Batanghari dan DAS Musi. Mengingat begitu pentingnya peranan kawasan-kawasan tersebut akhirnya pada tanggal 14 Oktober 1999, kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui SK.No.901/Kpts-II/1999.
Selain fungsi ekologis, taman nasional Kerinci Sebelat juga menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa. Tercatat ada 42 jenis mamalia, 10 jenis retilia, 6 jenis amphibian, 306 jenis aves yang mana 8 jenis diantaranya merupakan burung endemik. Dari sekian jenis satwa yang mendiami taman nasional Kerinci Sebelat, ada beberapa satwa langka, antar lain : harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), b e r u a n g m a d u ( H e l a rc t o s malayanus) dan kucing emas (Felis temminckii). Selain itu di kawasan ini juga ditemukan sekitar 4000 jenis tumbuhan. Beberapa tumbuhan langka yang
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) salah satu penghuni Taman Nasiona Kerinci Seblat Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011 - Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar
Habitat
31
bisa ditemui adalah berbagai jenis kantong semar (Nepenthes sp.), pinus kerinci (Pinus merkusii strain kerinci ), kayu pacat ( Harpullia arborea ), bunga rafflesia ( Rafflesia arnoldii ). Selain itu juga ditemukan berbagai jenis tumbuhan obat. Di lokasi ini juga diyakini menjadi tempat hidup sejenis primata yang bisa berjalan cepat dan tegak yang oleh sebagian masyarakat dikenal sebagai “orang pendek”. Mengingat kekayaan taman nasional Kerinci Seblat sedemikian tingginya, tingkat keterancamannya juga tidak kalah tingginya. Beberapa kasus yang terjadi adalah masih adanya illegal logging di beberapa kawasan penyanggah, belum lagi ancaman perburuan terhadap satwa-satwa yang di dalamnya. Perburuan harimau di kawasan ini disinyalir masih terjadi. Ini tidak terlepas dari tingginya harga harimau di pasar gelap. Seperti diketahui bahwa semua bagian tubuh harimau laku untuk dijual, mulai dari tulang, kulit bahkan kumisnya sekalipun. Secara umum topografi taman nasional Kerinci Sebelat bergelombang, lereng yang
curam, dan tajam dengan ketinggian antara 200 m dpl sampai dengan 3.805 m dpl. Topografi yang relative datar terletak di daerah enclave kabupaten Kerinci – Jambi dengan ketinggian rata-rata 800 m dpl. Sedangkan curah hujan di kawasan ini cukup tinggi, berkisar 3.000 mm. Suhu udara bervariasi antara 9˚C sampai 28˚C. Di kawasan taman nasional Kerinci Seblat ini juga menyimpan berbagai macam potensi wisata. Beberapa tempat wisata yang patut dikunjungi di kawasan ini antara lain : l Gunung Kerinci (3.805 m dpl) : gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam. l Danau Gunung Tujuh (1.996 m dpl) : merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha (panjang 4,5 km dan lebar 3 km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan merupakan danau air tawar tertinggi di Asia, dapat dicapai melalui jalan setapak dari Pelompek selama 3 jam. l Bukit Tapan, padang satwa
Inum Raya : merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar (gajah, harimau, rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat. Dari Sungai Penuh ke lokasi selama 6-10 jam dengan kendaraan bus dan jalan setapak. l GunungSeblat (2.383 m dpl) : memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya p a d a n g - p a d a n g penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga raksasa Raflesia arnoldi, dapat dicapai dari MuaraAman ke lokasi dengan jalan kaki selama 12 jam. l Bukit Gedang Seblat dan Bukit Kayu Embun : merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Mukomuko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam. l Letter W . Melihat bunga Rafflesia dan bunga bangkai, serta kelinci sumatera. l Rawa Ladeh Panjang. Penelitian dan Pengamatan Satwa Di sadur dari berbagai sumber
Aksebilitas l Padang-Tapan-Sungai Penuh l l l l
(angkutan darat), 278 km, 7 jam Padang-Muaralabuh-Kersik Tuo, (angkutan darat), 211 km, 6 jam Jambi-Sunga Penuh, (angkutan darat), 500 km, 10 jam Bangkulu-Muara Aman, (angkutan darat), 4 jam Bengkulu-Argamakmur, (angkutan darat), 2 jam
l Bengkulu-Lubuk Linggau,
(angkutan darat), 3 jam l Palembang-Lubuk Linggau, (angkutan darat), 6 jam l Lubuk Linggau-Muara Rupit-Sarolangun-Napal Licin, (angkutan darat), 4 jam l Muara Rupit-Napal Licin, (angkutan air), 2 jam
Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar - Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011
Agenda P-WEC
32
Januari 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tanggal 01 02 04 08 15 15 - 16 23 23 27 30
Nama Kegiatan Family Gathering UB Malang Outbound For Kids Bapak Setiawan Malang Kegiatan Internal SMPN 02 Batu Fun Outbound YBDM Malang Mobil Baca di SDN Petungsewu 01 Dau - Malang Menginap Gathering AROS Surabaya Fub Outbound 1 hati STIEKMA Malang Kegiatan internal UM Malang Mobil Baca di SDN Selorejo 01 Dau - Malang Fun Outbound Gereja St. Albertus - Malang
Februari 2011 No 1. 2.
Tanggal 03 03-04
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
07-08 15 17 19 20 17 - 21 25 - 26 27
Nama Kegiatan “A Day in The Jungle” di Tahura R. Soerjo Menginap dan Fun Outbound PonPes Al-FahFudz SeblakJombang Meeting Carstenz Malang One Day Nature PPA IO 186 Malang Kegiatan Internal Fakultas Kedokteran UB Malang Pelatihan Penegak Perdes No. 03 Desa Kucur, Dau - Malang Mobil Baca di Balai Dusun Princi, Gading Kulon - Dau2 Meeting GEF SGP Indonesia Kegiatan Internal Universitas Ma Chung - Malang Fun Outbound MAN 1 Malang
Maret 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tanggal 04 - 06 12 - 13 12 - 13 18 - 19 26 26 26 - 27
Nama Kegiatan Menginap dan Fun Outbound GKI Bromo Malang Pelatihan Konservasi Alam dan Satwa Liar Wartawan Malang Fun Outbound 2 hari MTS Negeri 01- Malang Menginap dan Fun Outbound SMAK Santa Maria Malang Kunjungan dari Pariwisata Universitas Merdeka Malang Mobil Baca di SDN Petungsewu 02 Dau - Malang Menginap dan Fun Outbound Psikologi Fakultas FISIP UB Malang
Volume XV No. 14/Januari-Maret 2011 - Zona Komunikasi P-WEC untuk Konservasi Alam dan Satwa Liar
Pendiri ProFauna Indonesia : Rosek Nursahid Made Astuti Advisory Board: Prof. David Pinault, Ph.D Prof. Herawatie Susilo, Ph.D Dr. Stewart Metz Hiltrud Cordes, Ph.D Joe Yaggi Herlina Agustin, S.Sos, MT Rustam, M.P Bibin Bintariadi Daniel Sugama, MM, MSA, Ak. Arief Setyanto, S.Pi, M.App, Sc drh. Wita Wahyudi Dr. Endang Arisoesilaningsih Ketua/Chairman: Rosek Nursahid Sekretaris/Secretary: Darmanto Bendahara/Finance: Made Astuti Profauna Indonesia: Jl. Raya Candi II No. 179 Klaseman, Karangbesuki, Malang, Indonesia 65146 Tel 0341-570033, Fax 569506, Email:
[email protected] Website: www.profauna.org Profauna Bali Office: PO. Box 3435 Denpasar 80034, Tel/Fax. (0361) 424731, Email:
[email protected]
BANTU KAMI MENGHENTIKAN EKSPLOITASI SATWA LIAR INDONESIA Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan kepedulian kita terhadap pelestarian alam dan satwa liar, salah satunya adalah dengan menjadi Supporter ProFauna Indonesia. Sebagai Supporter ProFauna kita dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan ProFauna, baik dalam program kampanye perlindungan satwa liar, pendidikan dan lain sebagainya. Kita juga memperoleh majalah Suara Satwa, publikasi-publikasi lainnya yang diterbitkan oleh ProFauna dan memperoleh potongan harga dalam pembelian suvenir ProFauna. Syarat menjadi Supporter ProFauna Indonesia adalah dengan donasi minimal sebesar Rp 50.000,-* berlaku selamanya dan calon supporter bukanlah seorang eksploitator satwa liar. Pendaftaran Supporter ProFauna terbuka setiap waktu, formulir pendaftarannya dapat dicopy di halaman 30 dari majalah Suara Satwa ini. Anda juga Formulir Online di website www.profauna.org
Jakarta Representative: Email:
[email protected] Maluku Representative: Email:
[email protected] Bengkulu Representative: Email:
[email protected] ProFauna UK: PO. Box 264 Northwood HA6 9AP, UK ProFauna France: Website: www.profauna.org/france ProFauna International: Email:
[email protected] Website: www.profauna.org Petungsewu Wildlife Education Center (P-WEC): Jl. Margasatwa No. 1 Ds.Petungsewu, Kec.Dau, Kab. Malang, Tel. 0341-7040564, Email:
[email protected] Website: www.p-wec.com
Satwa liar tidak bisa bicara, kita bisa bicara dan berbuat untuk mereka *) Bonus t-shirt Supporter ProFauna bila persediaan masih ada
Katalog Produk ProFauna 2010
Rp 60.000,T-shirt Satwa Liar lebih Indah di Alam Reguler S, M, L, XL
(TS212)
Rp. 70.000,Kaos Logo ProFauna Warna Abu-Abu Reg S,M,L Rp 70.000 Reg XL dan XXL Rp 80.000,-
(SH121)
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
Rp 60.000,T-shirt Forest Not Just The Trees Reguler S, M, L, XL
(TS219)
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
T-shirt Friend Of Wildlife Warna Hijau Reg S,M,L Rp 60.000,Reg XL dan XXL Rp 70.000,-
T-shirt Logo ProFauna Lady Pink Medium Lady S, M, L
(TS215)
(TS119b)
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
T-shirt ProFauna “Keep Wildlfe In The Wild” Biru Reg S,M,L Rp 60.000,Reg XL dan XXL Rp 70.000,-
T-shirt Logo ProFauna Warna Hitam Reguler S,M, L, XL
T-shirt “Keep Wildlife In The Wild” Warna Hitam Reguler S, M, L, XL
T-shirt Logo ProFauna Lady Lemon Light Lady S, M, L
(TS214)
(TS101)
(TS217)
(TS119a)
Rp. 60.000,T-shirt Logo ProFauna lady Daun Kuning Lady S, M, L
(TS120)
Rp. 80.000,Kaos Polo ProFauna Warna Hitam Reguler S, M, L,Dan XL
(SH122)
Rp. 60.000,-
Rp. 60.000,-
T-shirt Logo ProFauna Ice Light Warna Biru Reg S,M,L Rp 60.000,Reg XL dan XXL Rp 70.000,-
(TS118)
Rp. 45.000,-
T-shirt Wildlfe In the Wild Warna Putih Reguler S, M, L, XL
Batik Logo ProFauna Warna Abu-abu Reguler M, L, XL
T-shirt Anak-anak “Sudah Punah“ Jangan ada Lagi Satwa yang Punah Ukuran S, M
(TS211)
(SH117)
(KD304) Rp. 6.000,-
Rp. 20.000,1
2
Rp. 60.000,T-shirt Save Our Forest Warna Putih Reguler S, M, L, dan XL
(TS218)
Rp. 140.000, -
Rp. 60.000,-
Jaket Logo ProFauna warna Abu – abu T-shirt Parrot Liar lebih Indah di Alam L, XL, dan XXL Reguler S, M, L, XL
(JK116)
(TS220)
Rp. 30.000,1. Boneka Burung Nuri (BN702) 2. Boneka Lutung (BN701)
1
2
Rp. 7.000,Beberapa Koleksi 1. Pin ProFauna 2. Gantungan Kunci ProFauna