WAHAM
Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk.
1. Pengertian Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang
Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang
salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak
(Keliat, BA, 1998). Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak
berguna ataupun tidak berdaya.
konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlins, 1993). Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak
3. Tanda dan Gejala
mau melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif
Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan Keperawatan
tentang kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau
Jiwa RSJP Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu:
keinginan-keinginan dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk
a. Waham dengan perawatan minimal
memberikan gambaran dari berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam
1) Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.
kepribadian penderita biasanya:
2) Bersosialisasi dengan orang lain.
a. Keinginan yang tertekan.
3) Mau makan dan minum.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
4) Ekspresi wajah tenang.
c. Perasaan rendah diri.
b. Waham dengan perawatan parsial
d. Perasaan bersalah.
1) Iritable.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.
2) Cenderung menghindari orang lain. 3) Mendominasi pembicaraan.
2. Faktor Predisposisi dan Prespitasi
4) Bicara kasar.
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham (Stuart adn Sundeen,
c. Waham dengan perawatan total
1995.dikutip oleh Keliat, B.A.1998) adalah:
1) Melukai diri dan orang lain.
a. Biologis
2) Menolak makan / minum obat karena takut diracuni.
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSp. yang menimbulkan.
3) Gerakan tidak terkontrol.
1) Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik.
4) Ekspresi tegang.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-
5) Iritable.
kanak.
6) Mandominasi pembicaraan.
b. Psikososial
7) Bicara kasar.
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari
8) Menghindar dari orang lain.
klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
9) Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.
c. Sosial Budaya
10) Perilaku bazar.
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan.
4. Jenis-Jenis Waham
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
a. Waham Kebesaran
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang
menentukan masalah keperawatan.
kaya.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3
b. Waham Berdosa
kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita
diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber
percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim
c. Waham Dikejar
kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang
mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara
bermaksud berbuat jahat padanya.
dan pemeriksaan fisik.
d. Waham Curiga
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap
pengkajiannya meliputi:
sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara
a. Identifikasi klien
dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas
Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan
b. Keluhan utama / alasan masuk
tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya)
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
mempunyai hubungan dengan dirinya.
Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan
e. Waham Cemburu
yang dicapai.
Selalu cemburu pada orang lain.
c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
f. Waham Somatik atau Hipokondria
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
membusuk, otak yang mencair.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
g. Waham Keagamaan
gangguan:
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
1) Psikologis
h. Waham Nihilistik
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
klien.
i. Waham Pengaruh
2) Biologis
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan
kekuatan.
individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham
1. Pengkajian
3) Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan
yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
d. Aspek fisik / biologis
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi
h. Masalah psikososial dan lingkungan
badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
e. Aspek psikososial
i. Pengetahuan
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
disimpulkan dalam masalah.
pengambilan keputusan dan pola asuh. 2) Konsep diri a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai. b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan. c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut. d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya. e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah. 3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat. 4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah. f. Status mental Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri. g. Kebutuhan persiapan pulang 1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan. 2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan pakaian. 3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
c)
HALUSINASI
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi adalah keadaan dimana
atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola diri stimulus yang mendekat yang
otopsi (post-mortem).
diperkasai secara internal atau eksternal disertai dengan suatu pengurangan berlebihan distarsi/ kelainan berespon terhadap stimulus. (Mary C.T, 1998). Halusinasi adalah
2)
gangguan sensori/persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. (Maramis, 1998). Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksterna, persepsi palsu. (Lubis, 1993). Halusinasi merupakan
Psikologis
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
3)
Sosial Budaya
Suatu pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu.
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang
Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus,
terisolasi disertai stres.
salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien.
b.
Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah 2.
Etiologi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat
a.
Faktor Predisposisi
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor
1)
Biologis
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitianpenelitian yang berikut : a)
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. b)
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
1)
Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. 2)
Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. 3)
Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.
Merasa mengecap seperti rasa darah, urine atau feses. 3.
Tanda dan Gejala
e.
a.
Merasa tidak mampu (HDR)
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa
b.
Putus asa (tidak percaya diri)
c.
Merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan ketrampilan diri)
d.
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
e.
Merasa mempunyai kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut
f.
Merasa malang (tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual)
g.
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan
h.
Rendahnya kemampuan sosialisasi diri
i.
Perilaku agresif
j.
Perilaku kekerasan
k.
Ketidakadekuatan pengobatan
4.
Jenis-jenis Halusinasi
a.
Pendengaran
Mendengarkan suara-suara/ kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien, disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
b.
Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. c.
Penghirup
Perabaan
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain. f.
Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Halusinasi Dengar/suara
Data Objektif Data Subjektif Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau Marah-marah tanpa sebab kegaduhan. Menyedengkan telinga ke Mendengar suara yang arah tertentu mengajak bercakap-cakap. Menutup telinga Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya. Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar, tertentu bentuk geometris, bentuk Ketakutan pada sesuatu yang kartoon, melihat hantu atau tidak jelas. monster Halusinasi Penghidu Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti membaui bau-bauan tertentu. bau darah, urin, feses, kadangMenutup hidung. kadang bau itu menyenangkan. Halusinasi Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti darah, Muntah urin atau feses Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan ada serangga di kulit permukaan kulit Merasa seperti tersengat listr 2. Isi halusinasi Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas). 3. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, umumnya bau-
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghirup sering akibat stroke, tumor, kejang
atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau
atau demensta.
hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian d.
Pengecapan
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi. 4. Respons halusinasi Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.