BAB II KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN
1.1
Film
1.1.1 Pengertian Film Film pertama kali lahir dipertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton. 1 Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, karena berbentuk pita seluloid atau hanya sekeping compact disc (CD). Tapi di sisi lain, pengertian kedua memberikan gambaran yang lebih kompleks, sebagai perekam sejarah yang baik.2 Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar (audio video) yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan
1
Heru Effendy. Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser. Jakarta : Erlangga. Edisi Kedua. 2009. hal. 10 2 Anton Mabruri KN. Penulisan Naskah TV : Program Acara Televisi – Format Acara Televisi Drama. Depok : Mind 8 Publishing House. 2011 hal. 2
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik, atau lainnya.3 Pengertian diatas jelas mengungkapkan bahwa film adalah sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan dalam bentuk gambar hidup. Sebagai sebuah proses, banyak aspek yang tercakup dalam sebuah film. Mulai dari pemain atau artisnya, produksi, bioskop, penonton, dan sebagainya. Film juga identik sebagai hasil karya seni kolektif yang melibatkan sejumlah orang, modal, dan manajemen. Dalam proses pembuatannya, pada dasarnya film merupakan komoditi jasa kreatif untuk dinikmati masyarakat luas. Dinilai dari sudut manapun, film adalah acuan otentik tentang berbagai hal, termasuk perkembangan sejarah suatu bangsa. Film merupakan karya cipta manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan.4
1.1.2 Film Sebagai Media Massa Film bermula pada akhir abad ke 19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung musik, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi popular. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu luang, waktu libur 3 4
ibid ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat. Film memberikan keuntungan budaya bagi kelas pekerja yang telah dinikmati oleh kelompok sosial mereka yang cukup baik. Di nilai dari pertumbuhannya yang fenomenal, permintaan yang dipenuhi oleh film sangatlah tinggi.5 Film merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat besar pengaruhnya kepada komunikan, dampak yang ditimbulkan bisa positif dan negatif. Jadi fungsi media massa dan tugas media massa harus benar-benar diperhatikan oleh komunikator, apalagi komunikator yang menggunakan media massa elektronik. Film misalnya dalam penyampaian pesan-pesan komunikasi sangat berpengaruh terhadap komunikan.6
1.1.3 Jenis-Jenis Film Fim dibedakan menurut sifatnya, yang umumnya terdiri dari jenis-jenis film, sebagai berikut :7
1.
Film Cerita (story film) Film cerita adalah film yang mengandung suatu cerita, yaitu film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan
5 6 7
Denis McQuail, Op. cit. hal. 35 James Monaco. Cara Menghayati Sebuah Film. Jakarta : Yayasan Citra. 1977 hal. 35 Onong Uchjana Effendy. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Op.cit. hal. 210
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur cerita.
2.
Film Berita (newsreel) Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta. Peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Sebenarnya kalau dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio sifat “newsyfact” nya film berita tidak ada. Sebab sesuatu berita harus aktual, sedang berita yang dihidangkan oleh film berita tidak pernah aktual. Ini disebabkan oleh proses pembuatannya dan penyajiannya kepada publik yang memerlukan waktu yang cukup lama. Akan tetapi dengan adanya TV yang juga sifatnya auditif visual seperti film. Maka berita yang di filmkan dapat dihidangkan kepada publik melalui TV lebih cepat dari pada kalau dipertunjukan di gedung-gedung bioskop mengawali film utama yang sudah tentu film cerita.
3.
Film Dokumenter (documentary film) Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah bahwa film berita harus mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita (news value) untuk dihidangkan kepada penonton apa adanya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Film berita sering dibuat dalam waktu yang sangat tergesa-gesa. Karena itu mutunya sering tidak memuaskan. Sedangkan untuk membuat film
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang. Berbeda pula dengan film cerita yang dapat diolah dengan unsur kejahatan
dan
seks,
film
dokumenter
tidak
demikian.
Dalam
merencanakan suatu film dokumenter diperlukan usaha keras dalam imajinasi, karena sering sekali mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari hal-hal yang menjemukan. Sedang publik yang akan dihidangi film tersebut harus tertarik, bahkan mereka harus dihibur.
4.
Film Kartun (cartoon film) Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan kepada mereka untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis. dan lukisan-lukisan itu bisa menimbulkan hal yang lucu dan menarik, karena dapat “disuruh” memegang peranan apa saja, yang tidak mungkin diperankan oleh manusia. Tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tiba-tiba dan lain-lain.
1.1.4 Unsur-Unsur Film Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif
dan
sinematik.
Dua
unsur
tersebut
saling
berinteraksi
dan
berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
sinematik atau juga sering di istilahkan gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film : a. Unsur Naratif Setiap cerita apapun bentuknya dan seberapapun pendeknya pasti mengandung unsur naratif. Dalam film yang termasuk dalam unsur naratif yaitu : 8 1. Cerita dan Plot Cerita adalah seluruh rangkaian peristiwa baik tersaji dalam film maupun tidak. Plot adalah rangkaian peristiwa baik yang disajikan secara visual maupun audio dalam film.
2. Hubungan naratif dengan ruang Hukum kausalitas merupakan dasar dari naratif yang terikat dalam sebuah ruang. Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang. Ruang adalah tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan beraktifitas.
3. Hubungan naratif dengan waktu Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya unsur waktu. Terdapat beberapa aspek waktu yang berhubungan dengan naratif sebuah film, yakni urutan waktu, durasi waktu, dan frekuensi waktu.
4. Batasan informasi cerita Batasan informasi cerita dalam sebuah film terbagi menjadi dua jenis yakni : 8
Himawan Pratista.Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, Hal. 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
a. Pencitraan terbatas (Restricted Narration) informasi cerita dibatasi dan terikat hanya pada satu orang karakter saja. b. Pencitraan tak terbatas (Omniscient Narration) informasi cerita yang tidak terbatas hanya pada satu karakter saja.
5. Elemen pokok naratif Elemen pokok naratif terdiri dari pelaku cerita, permasalahan dan konflik, serta tujuan.
6. Pola struktur naratif Pola struktur naratif dalam film secara umum di bagi menjadi tiga yakni, permulaan, pertengahan, dan penutup.
7. Struktur tiga babak Model stuktur naratif yang paling lama, popular, serta berpengaruh sepanjang sejarah film. Yang terdiri dari persiapan, konfrontasi, resolusi.
8. Alternatif struktur tiga babak Pola struktur naratif memiliki kemungkinan yang tak terbatas. Struktur tiga babak hanyalah satu dari sekian banyak metode yang bisa ditepatkan dalam struktur naratif film, diantaranya adalah multi-plot, naratif realistik, serta pola non linier.
b. Unsur Sinematik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Unsur sinematik dalam film terdiri dari : 9 1. Mise-en-scene : Hal – hal yang ditampilkan atau terlihat di layar film. Elemen yang termasuk dalam mise en scene adalah :
a. Setting Setting adalah seluruh latar bersama segala propertinya. Properti dalam hal ini adalah benda tidak bergerak seperti perabot, pintu, jendela, kursi dan sebagainya
b. Kostum dan tata rias wajah (Make-up) Kostum adalah segala hal yang dikenakan pemain bersama seluruh aksesorisnya. Sedangkan tata rias wajah memiliki fungsi untuk menunjukkan usia dan untuk menggambarkan wajah non-manusia.
((Lighting) c. Pencahayaan (Lighting) Cahaya dalam film berfungsi untuk membentuk sebuah benda serta dimensi ruang.
d. Performance para pemain dan pergerakannya (Acting) Karakter merupakan pelaku cerita yang memotivasi naratif dan selalubergerak dalam melakukan sebuah aksi dengan memunculkan ekspresi. Hal ini lebih ditekankan pada hal body language atau komunikasi non verbal yang ditampilkan pemeran dalam film tersebut. 9
Nathan Abrams, Ian Bell, and Jan Udris. Studying The Media: Studying Film, New York: Oxford University Press, Inc.. 2001. Hal. 93-112
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2.
Mest En Shot (Sinematografi) : memfokuskan pada teknis pengambilan gambar sebuah film. Hal – hal yang termasuk dalam mest en shot :
a. Framing Framing merupakan kunci utama dalam sinematografi, yaitu bagaimana sebuah gambar itu terlihat baik dalam pembingkaian di layar kamera atau film. Framing memiliki hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wajah wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya.
b. Shot Size (ukuran pengambilan gambar) Shot size tidak terlepas dari peran framing. Shot size juga memiliki kedekatan hubungan dengan unsur naratif yang ada dalam sebuah film. Macam-macam shot size antara lain : extreme long shot (ELS), long shot (LS), close up (CU), dan lainnya.
c. Durasi gambar Mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera.
d. Pergerakan Kamera Hal-hal yang termasuk dalam pergerakan kamera : crane shot (pergerakan kamera menggunakan crane), pan shot (pergerakan kamera secara horizontal, ke kanan dan kiri dalam lokasi yang tetap), tilt shot (pergerakan kamera secara vertical, ke atas dan bawah, dalam lokasi yang sama), tracking shot (pergerakan secara horizontal juga,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
tetapi berpindah lokasi dengan menggunakan alat dolly yang berjalan di atas rel.) e. Sudut kamera (camera angle) dan ketajaman gambar (depth of field)
3.
Editing Proses pemilihan serta penyambungan gambar-gambar yang telah diambil. Mencakup teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shotnya.
4. Suara (Sound) Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indra pendengaran baik dialog, musik, dan efek suara. Sebuah audio akan memberikan banyak informasi, membantu penonton mengikuti alur cerita dan menjelaskan apa yang ditampilkan di dalam layar film. Dengan harapan apa yang ingin diberikan di dalam film bisa sampai ke penonton. Secara teori suara dalam film terbagi menjadi dua, yakni :
a.
Diegetic sounds adalah suara utama atau suara asli dalam film, yaitu dialog pemeran dan suara atmosfer dalam film
b. Non Diegetic sounds adalah suara yang berasal dari luar unsur narasi film, yakni musik (backsound), efek suara, dan narasi (voice over).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
1.2
Drama
1.2.1 Pengertian Drama Drama berasal dari kata yunani, draomai yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Dapat dikatakan bahwa drama berupa cerita yang diperagakan para pemain di panggung.10 Pada umumnya, drama mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas pengertian drama adalah sebuah bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan didepan orang banyak. Dalam arti sempit, pengertian drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung. Berikut ini macammacam drama berdasarkan isi kandungan cerita : 11
1.
Drama romantis atau romance (melodrama) Drama romantis adalah drama yang sangat menyentuh perasaan, mendebarkan hati, dan mengharukan. Umumnya menggambarkan percintaan antara manusia, dua orang atau tiga orang. Tokoh-tokoh dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa yang terjadi. Contohnya, film “Ayat-Ayat Cinta”, “Ada Apa dengan Cinta”.
10
Andi Fachruddin. Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi. Yogyakarta : ANDI. 2015 hal. 195
11
ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2.
Drama komedi Drama komedi adalah drama yang sifatnya menghibur/ lucu, dialog kocak dan menggelitik penuh keceriaan, biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Bagi penonton yang pernah mengalami peristiwa yang diceritakan dalam drama komedi dan mengerti alur ceritanya akan tertawa menyaksikannya. Contohnya, film “Mister Bean”.
3.
Drama tragedi Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan atau drama percintaan yang bersifat sedih. Tokoh-tokohnya terlibat bencana atau masalah besar, yaitu pertentangan antara tokoh protagonis dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainnya. Pertentangan ini berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh protagonis. Contohnya, drama “Romeo and Juliet” film “Titanic”.
4.
Drama tragedi komedi Drama tragedi komedi adalah drama yang dalam ceritanya ada bagian sedih dan ada lucunya.
5.
Lelucon/ dagelan Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah polah jenaka merangsang gelak tawa penonton. Isi ceritanya bisa kasar, lentur, dan vulgar. Dagelan tidak memiliki kesetiaan terhadap alur cerita, iramanya bisa melantur, dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokohnya dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
berubah watak secara tiba-tiba dari awal hingga akhir cerita. Contohnya, “Teater Srimulat’, “ketoprak Humor”.
Penampilan cerita drama biasa diwujudkan dalam setting dan media yang beragam. Drama juga memiliki beberapa macam berdasarkan cara penyajiannya di atas pentas pertunjukan, seperti berikut : 12
1.
Drama teatrikal (drama yang dipentaskan) Drama teatrikal adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan di atas panggung.
2.
Drama radio Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui radio. Drama radio mementingkan dialog/ audio yang diucapkan melalui radio. Drama radio menonjolkan variasi dialog, nuansa cerita dengan selingan music, sound effect, dan jenis suara, biasanya direkam melalui kaset. Adegan dan babak bisa diiubah sebanyak mungkin karena tanpa pergantian set dekorasi. Contohnya : “Butir-butir Pasir di Laut”, Tutur Tinular”.
3.
Drama televisi Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui televisi. Keunggulan drama televisi mampu mendramatisir ketika
12
ibid. hal 197
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk scenario certa ditampilkan dalam film, sinetron, atau telenovela.
1.2.2 Unsur-Unsur Drama Drama sebagai salah satu seni pertunjukan yang merupakan karya cipta seniman dimanfaatkan sebagai hiburan dan pelestarian budaya masyarakat. Drama sebagai karya seni akan terbentuk atau berjalan sukses karena dalam drama terdapat dua unsur yang bersifat umum, yaitu : 13
1.
Unsur ekstrinsik Merupakan budaya dan adat istiadat yang berlaku di sekitar kehidupan pengarang, biografi penulis, sehingga menjiwai alur cerita sebuah karya atau bisa juga akibat kritik sosial dan pengaruh pementasan drama terhadap kehidupan masyarakat luas.
2.
Unsur intrinsik adalah a.
Naskah drama
b.
Pemain atau tokoh drama
c.
Sutradara drama adalah orang yang memimpin dalam pementasan atau pengaturan adegan drama.
d.
Tata rias dalam drama
13
ibid. hal 198-199
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
adalah bagian yang terpenting terutama bagi pemain, sesuai dengan watak dan peran di dalam pertunjukan drama. e.
Tata busana adalah unsur drama yang mengatur busana atau kostum para pemain, mulai dari jenis pakaian, model, sampai cara pemakaian.
f.
Tata panggung adalah penataan arena atau panggung (set desain) untuk pementasan/ adegan drama.
g.
Tata lampu (lighting) adalah pengaturan pencahayaan dalam panggung pada waktu pengadegan atau pementasan drama.
h.
Tata suara adalah pengaturan terhadap suara-suara yang berhubungan dengan pementasan.
1.3
Teori Editing
1.3.1 Pengertian Editing Editing dalam produksi film cerita untuk bioskop dan televisi adalah proses penyusunan atau perekonstruksian gambar dan dialog berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan untuk membentuk rangkaian penuturan cerita sinematik yang memenuhi standar dramatik, artistik dan teknis.14 Editing adalah pekerjaan memilih gambar (shot) dan menyesuaikan gambar itu dengan 14
Sam Sarumpaet, (ed). Job Description Pekerja Film. Jakarta : FFTV-IKJ. 2008 hal. 143-144
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
gambar berikutnya sehingga menjadi suatu sekuen yang memiliki cerita yang logis dan saling berkaitan. 15
1.3.2 Pengertian Editor Editor
adalah
sineas
profesional
yang
bertanggung
jawab
mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah film cerita yang utuh. Seorang editor dituntut memiliki sanse of story telling (kesadaran/ rasa/ indera penceritaan) yang kuat, sehingga tentunya dituntut sikap kreatif dalam menyusun shot-shot yang ada. Kekuatan yang dimaksud bahwa seorang editor harus mengerti akan konstruksi struktur cerita yang menarik, serta kadar dramatik yang ada dalam shot-shot yang disusun dan mampu membuat kesinambungan aspek emosionalnya, serta bisa membentuk irama adegan/ cerita tersebut secara tepat dari awal hingga akhir film.16
1.3.3 Sistem Editing Secara umum proses editing video dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung dari teknologi mana yang akan digunakan oleh editor. Dua teknologi tersebut, adalah : 17 1.
Linier Editing / Analog
15
Morisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta : Prenada Media Group. 2008 hal. 217
16
Sam Sarumpaet, (ed). Job Description Pekerja Film. Op. cit., hal. 143-144
17
M Bayu Widagdo, Winastwan Gora S. Bikin Sendiri Film Kamu. Yogyakarta : PD Anindya. 2004, hal. 115
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Linier editing secara sederhana dilakukan dengan pola kerja menata gambar satu demi satu shot secara urut dari awal hingga akhir sehingga tercipta kesinambungan. Secara teknis jika seorang editor melakukan kesalahan, maka harus mengulanginya kembali dari titik tempat dia melakukan kesalahan itu. Artinya jika kesalahan berada di titik awal dari seluruh adegan film, maka proses editing harus diulangi dari titik tersebut dan meneruskan kebelakang persis seperti apa yang telah dikerjakan, dengan sistem linier ini editor harus hati-hati dan teliti mengatur susunan shot.
2.
Non Linier Editing / Digital Non linier editing secara teknis edit gambar dapat dilakukan secara acak, maksudnya tidak mutlak harus dikerjakan dari awal hingga akhir secara urut. Oleh karena itu digital editing dipandang lebih mudah dan mengenal kompromi. Karena apabila terjadi kesalahan editing, maka tidak harus mengulangi dari titik kesalahan kebelakang, namun cukup memperbaiki kesalahan dititik itu dengan tidak mengubah bentuk hasil edit yang ada di belakangnya.
1.3.4 Tahapan-Tahapan Editing Tahapan-tahapan editing yang harus dilakukan adalah : 18 a.
Logging
18
ibid. hal. 115-116
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Logging, yaitu proses editor memotong gambar, mencatat waktu pengambilan gambar dan memilih shot-shot yang ada disesuaikan dengan camera report. Proses logging ini diperlukan sebagai antisipasi penuhnya kapasitas hard disc, sehingga dengan memilih gambar yang paling baik, maka hard disc tidak terlalu penuh.
b.
Digitizing Digitizing adalah proses merekam/ memasukan gambar dan suara yang telah di logging tadi. Disini editor mulai mengontrol kualitas gambar dan suara disetarakan sesuai dengan konsep film dan konsep edit yang telah disetujui sutradara.
c.
Offline editing Offline editing merupakan sebuah proses menata gambar digitized sesuai dengan scenario dan urutan shot yang telah ditentukan sutradara. Dalam proses offline editing ini ada aktifitas memanggil file gambar yang telah dilogging dan digitized untuk diurutkan sesuai konsep cerita.
d.
Online editing Online editing adalah proses editing ketika seorang editor mulai memperhalus hasil offline, memperbaiki kualitas hasil dan memberi tambahan transisi serta effect khusus yang dibutuhkan.
e.
Mixing
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Mixing, berkaitan dengan proses synchronizing audio dan juga memberi ilustrasi musik maupun audio effect. Yang harus di mixing pada proses ini yaitu dialog, effect, dan musik. Dialog adalah suara yang berasal dari dialog adegan, atau narasi yang direkam di studio atau dubbing. Effect suara digunakan untuk mempertegas suasana dan memberi informasi benda, misal pesawat, mobil melaju, atau suara gelas pecah yang jatuh ke lantai.
((Software) Editing 1.3.5 Perangkat Lunak (Software) Penggunaan software merupakan loncatan besar teknologi dalam video editing. Jika pada zaman dahulu, editor melakukan editing dengan pemotongan film secara langsung, dengan berkembangnya teknologi personal computer (PC) berkemampuan tinggi, seorang editor tidak saja mampu melakukan pemotongan dan penyambungan gambar, tetapi juga menambah berbagai macam transisi dan visual effect yang sudah disediakan oleh pembuat software.19 Pada dasarnya, hampir semua program video editing mempunyai pola yang sama. Masing-masing bisa melakukan proses capture menjadi format digital, pemotongan dan penyambungan gambar, penambahan transisi, teks/ judul, efek, dan perekaman ke media baik tape, CD maupun DVD, asal PC yang digunakan dilengkapi dengan peralatan-peralatan khusus. Untuk
19
Bambang Semedhi. Sinematografi-Videografi : Suatu Pengantar. Bogor : Ghalia Indonesia. 2011, hal. 87
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
melakukan editing dengan menggunakan software, spesifikasi computer minimum yang diperlukan adalah, sebagai berikut : 20 •
PC dengan processor minimal 500 MHz, 512 Mb RAM, dan 128 Mb VGA card.
•
Harddisk dengan space minimal 40 GB. Video berkualitas DV memerlukan kapasitas penyimpanan 12 GB per jam.
•
Software video editing
•
CD atau DVD RW untuk penyimpanan hasil akhir
1.3.6 Teori Editing Montage Sergei Eisenstein Eisenstein merupakan sineas kunci yang kedua di Rusia. Sebagai sutradara, ia mungkin yang terbesar. Ia juga menulis secara luas tentang ide-ide film dan mengajar suatu generasi sutradara muda Rusia saat itu. Di awal tahun 1920-an, ia menjadi sineas muda yang sangat berkomitmen. Dengan latar belakang teater dan desain, Eisenstein mencoba menterjemahkan pelajaran dari film-film -film Griffith dan pelajaran dari Karl Marx ke dalam pengalaman tunggal penonton. Dimulai dengan film Strike (1924), Eisenstein mencoba menteorikan editing film sebagai perbenturan antara imaji-imaji dan ide-ide. Prinsip dialektika sesuai dengan subyek-subyek yang dihubungkan kepada masalah atau peristiwa pra revolusi dan revolusi. Pemogokan, baik pada revolusi 1905 maupun revolusi 1917, merupakan subyek paling awal yang Eisenstein buat.
20
ibid, hal 87-88
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Eisenstein berhasil menemukan lima komponen teori penting dalam editing, yakni : Metric montage, Rhythmic montage, Tonal montage, Overtonal montage, dan Intellectual montage.21 1. Metric montage Metric montage mengacu pada panjang shot yang berhubungan dengan shot lain. Dengan mengabaikan isi, kita memanjang-pendekan shot untuk menyingkatkan waktu yang penonton harus serap informasi setiap shotnya. Hal ini meningkatkan tensi (ketegangan) yang terjadi dalam adegan. Penggunaan close up dengan shot-shot yang makin pendek menciptakan adegan yang makin intense.
2. Rhythmic montage Rhythmic montage mengacu pada kesinambungan yang muncul dari pola visual di dalam shot. Kesinambungan yang didasarkan kesinambungan aksi dan screen direction adalah contoh rhythmic montage. Montage jenis ini benar-benar berpotensi untuk memperlihatkan konflik, karena kekuatan yang berlawanan dapat di perlihatkan berkenaan dengan screen direction yang berlawanan seperti halnya masalah frame.
3. Tonal montage Tonal montage mengacu kepada keputusan-keputusan editing yang dibuat untuk membentuk karakter emosional dari sebuah adegan yang bisa berubah
21
Aris Hardhianto, “The Technique of Film an Video Editing-History, Theory, and Practice”, Diakses dari http://arishardhianto.blogspot.co.id/2010/10/technique-of-film-and-video-editing.html?m=1pada tanggal 21 april 2017 pukul 18.15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
selama berlangsungnya adegan tersebut. Nada (tone) atau suasana (mood) digunakan sebagai pedoman untuk menginterpretasi tonal montage. Walaupun teorinya mulai terdengar intelektual, namun tidak ada bedanya pernyataan Ingmar Bergman bahwa editing sama dengan musik. Suatu permainan emosi dari adegan-adegan yang berbeda. Ketika emosi berubah, demikian juga dengan nada scene.
4. Overtonal montage Overtonal montage adalah montage dengan saling mempengaruhi antara metric, rhythmic, dan tonal montage. Saling mempengaruhi itu juga menggabungkan antara ide-ide dan emosi yang menyebabkan efek emosional pada diri penonton.
5. Intellectual montage Intellectual montage mengacu pada pengenalan ide adegan yang sangat dibentuk emosinya. Contoh intellectual montage adalah sebuah adegan dalam film October (1928). George Kerensky, pemimpin Menshevik dari Revolusi Rusia pertama, naik tangga secepat seperti ia mendaki ke sebuah kedudukan setelah jatuhnya Tsar. Shot naiknya ia itu disambung selang seling dengan shot-shot burung merak sedang memamerkan bulu-bulunya (bersolek).
http://digilib.mercubuana.ac.id/