STUDY PERILAKU SUBGRADE TANAH LEMPUNG TERSTABILISASI DENGAN PONDASI RAKIT KAYU Behavioral Study of Stabilized Clay Subgrade with Timber Raft Foundation
S. A. Adisasmita, T. Harianto dan Fahrizal
ABSTRACT This study aims to: (1) evaluate the parameter behavior of clay that is mixed with trass and lime; and
(2) evaluate the behavioral model of timber raft foundation in the subgrade
stabilized by using trass and lime. The research was conducted in the soil Mechanic Laboratory of Civil Enginering Department, Hasanuddin University, Makassar. The scope of the research included the physical and mechanical properties of clay that was stabilized with lime and trass. The variations of lime level were 2.5%, 5%, and 7.5%, while the variations of trass level were 5%, 10%, and 15%. The next step was to combine trass. The modeling of timber raft foundation was conducted by using the field CBR method, and the loading test evaluation. The biggest increase of clay parametric was found in the combination of trass (10%) and lime (5%), and then there was a decrease due to the addition of trass and lime. In the compact testing of free compressive strength and CBR, the CBR immersion significantly increased, while the maximum dry density values had an increase of 10%. This reveals that stabilization using trass and lime can be used as subgrade. In the assessment of timber raft foundation in the clay subgrade, the lime-trass stabilization reveals a good performance by reducing deformation rate up to 30%, so this may be an alternative in the improvement of subgrade.
Keywords: lime-trass stabilization, timber raft foundation.
1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengevaluasi (1) Perilaku parameter-parameter tanah lempung yang dicampur dengan trass kapur, (2) perilaku model pondasi rakit kayu pada subgrade yang distabilkan dengan menggunakan trass dan kapur. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil Universitas Hasanuddin meliputi penelitian sifat pisik dan sifat mekanis tanah lempung yang sudah distabilisasi dengan trass dan kapur. Pemodelan pondasi rakit kayu dilakukan dengan metode CBR lapangan dan pengujian loading test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi parametrik tanah lempung terdapat pada kombinasi tanah lempung 10% trass dan 5% kapur, selanjutnya mengalami penurunan seiring penambahan kadar trass dan kapur. Pengujian kompaksi kuat tekan bebas dan CBR, CBR rendaman mengalami peningkatan yang signifikan, sedangkan untuk nilai kepadatan kering maksimum mengalami peningkatan 10%. Hal ini menunjukkan bahwa stabilisasi menggunakan trass dan kapur dapat dimanfaatkan sebagai tanah dasar (subgrade). Pengujian penggunaan pondasi rakit kayu pada subgrade lempung stabilisasi trass kapur menunjukan kinerja yang baik dengan mengurangi tingkat deformasi sampai 30% dapat dijadikan alternatif perbaikan tanah dasar.
Kata kunci : stabilisasi trass kapur, pondasi rakit kayu PENDAHULUAN Secara umum tanah dasar atau subgrade adalah lapisan tanah setebal 50 cm – 100 cm yang merupakan permukaan terbawah suatu konstruksi perkerasan jalan raya atau landasan pacu pesawat terbang. Tanah dasar harus mempunyai kapasitas dukung yang baik serta mampu mempertahankan perubahan volume selama masa pelayanan, walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan. Subgrade dapat berupa tanah asli yang dapat di padatkan jika tanah aslinya tergolong baik dan tanah yang didatangkan dari tempat lain kemudian dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan bahan tambah (additve). Fungsi subgrade adalah menerima tekanan akibat beban lalu lintas yang ada di atasnya sehingga harus mempunyai kapasitas dukung yang optimal dan mampu menerima gaya akibat beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan dan kerusakan yang berarti. Apabila suatu tanah yang terdapat dilapangan bersifat sangat lepas atau sangat lunak sehingga tidak sesuai untuk suatu pembangunan, maka tanah tersebut sebaiknya distabilikan. Stabilisasi itu sendiri dapat berupa satu atau gabungan pekerjaan secara mekanis, seperti menambah kepadatan tanah dengan cara digilas, peledakan, atau dengan menjatuhkan bendabenda berat. Selain itu dengan menambah material lain agar dapat mengadakan perubahanperubahan alami dan kimiawi material tanah yang akan distabilkan. Salah satu jenis tanah yang dianggap kurang baik sebagai subgrade pada konstruksi jalan adalah tanah lempung, karena mempunyai sifat sangat dipengaruhi gaya-gaya permukaan serta sangat mudah mengembang oleh tambahan kadar air, sehingga dapat 2
merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya. Untuk itu tanah tersebut perlu di stabilkan dengan cara dipadatkan atau menginjeksi bahan lain yang sifatnya dapat menguatkan struktur tanah. Tanah lempung merupakan partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi di dalam tanah yang kohesif (Bowles, 1991). Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Untuk itu tanah tersebut perlu di stabilkan dengan cara dipadatkan atau menambahkan bahan lain yang sifatnya dapat menguatkan struktur tanah. Salah satu jenis material pada beberapa penelitian sebelumnya yaitu trass, menunjukan bahwa material tersebut dapat membentuk material yang kokoh ketika bereaksi dengan kapur dan air. Berdasarkan hal tersebut, trass dapat dijadikan alternatif lain sebagai bahan stabilisasi tanah, yang dianggap tidak memenuhi persyaratan teknis. Trass adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan. Umumnya trass dimanfaatkan untuk bahan baku batako, industry semen, campuran bahan bangunan dan semen alam Trass sebagai hasil lapukan batuan gunung berapi yang banyak mengandung silika, yang dalam keadaan halus bila dicampur dengan kapur dan air setelah beberapa waktu akan membentuk masa yang padat, keras dan tidak larut dalam air .Trass merupakan bahan pozolan alam karena sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silika dan atau aluminat yang reaktif. Penyusun kimia trass yaitu : SiO2, P2O5, AI2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, SO3. Oksida-oksida tersebut dapat bereaksi denga kapur ketika bereaksi dengan air. Salah satu daerah di Sulawesi yang mengandung tras, terdapat di. didaerah Bulu Lakapala, Desa Kupa, Kecamatan Mallusetasi, Kab. Barru dengan sumber daya hipotetik 964.370.000 ton, dimanfaatkan oleh Pabrik Semen Bosoa sebagai bahan pengganti atau pengibuh batu pasir kuarsa, oleh masyarakat secara temporer, tradisional dan kecil-kecilan digunakan sebagai pasir timbunan. Trass yang berada pada Kabupaten Barru memiliki akses yang baik karena terdapat di jalan poros Kabupaten Barru menuju Pare-pare. Trass berfragmen batu apung berwarna putih hingga abu-abu kekuningan, bersifat sarang dan getas, bentuk menyudut, diameter hingga 50 cm, masadasar pasir tufa mengandung obsidian dan gelas volkanik, ketinggian perbukitan lebih dari 175 m, sebaran teramati 4.500 m x 1.500 m, kualitas cukup baik untuk bahan bangunan. Tanah milik rakyat dan tanah adat, sebagian masuk areal hutan suaka. Trass di Indonesia sampel sekarang belum dipasarkan secara luas, dikarenakan belum meluas informasi tentang trass, hanya terbatas pada kalangan tertentu. Sementara dari sudut pandang keteknikan trass memiliki manfaat serta nilai jual yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan dalam konstruksi-konstruksi bangunan. Kapur yang digunakan dalam penelitian ini, jenis kapur tohor yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan. Unsur pokok dari kapur adalah kalsium oksida (CaO), Magnesium oksida (MgO), dengan sejumlah kecil Alumina Oksida dan Silika Dioksida (SiO2). Kapur telah banyak di teliti dalam pemanfaatannya sebagai bahan stabilisasi tanah, dan hasilnya dapat meningkatkan kekuatan tanah. Namun dari beberapa penelitian yang ada, mendapatkan kekurangan-kekurangan kapur sebagai bahan stabilisasi dengan tanah. Sehingga perlu ditambahkan material lain yang sifatnya dapat mengokohkan tanah dalam kondisi jenuh air.
3
TINJAUAN PUSTAKA Tanah lempung diangap kurang baik sebagai subgrade pada konstruksi jalan, karena mempunyai sifat sangat dipengaruhi gaya-gaya permukaan serta sangat mudah mengembang oleh tambahan kadar air, sehingga dapat merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya. Untuk itu tanah tersebut perlu di stabilkan dengan cara dipadatkan atau menginjeksi bahan lain yang sifatnya dapat menguatkan struktur tanah. Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Dalam keadaan kering sangat keras, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah. Pelapukan kimiawi menghasilkan pembentukan kelompok-kelompok partikel yang berukuran koloid (<0,002 mm) yang dikenal sebagi mineral lempung. Sifat yang khas dari tanah lempung adalah dalam keadaan kering bersifat keras, dan jika basah bersifat lunak plastis, dan kohesif, mengembang dan menyusut dengan cepat, sehingga mempunyai perubahan volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh air. Lempung merupakan tanah berbutir halus koloidal yang tersusun dari mineral-mineral yang dapat mengembang. Lempung ekspansif memiliki sifat khusus yaitu kapasitas pertukaran ion yang tinggi yang akan mengakibatkan lempung jenis ini memiliki potensi pengembangan yang cukup tinggi apabila terjadi perubahan kadar air. Jika kadar air bertambah, tanah lempung ekspansif akan mengembang disertai dengan kenaikan tekanan air pori dan tekanan pengembangannya. Sebaliknya, jika kadar air turun sampai dengan batas susutnya, lempung ekspansif akan mengalami penyusutan yang cukup tinggi. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan riset experimental kemudian ditunjang dengan berbagai literatur yang erat hubungannya dengan pokok masalah. Semua pengujian dilakukan dilaboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasnuddin Makassar. Beberapa pengujian yang dilakukan meliputi : 1. Pengujian sifat fisik (kadar air, berat jenis, batas konsistensi, analisis saringan, dan hidrometer). 2. Pengujian sifat mekanik tanah (Kekuatan Tekan Bebas (UCS), Proktor standar, CBR, CBR rendaman Dalam penelitian ini sampel uji terdiri dari masing-masing material asli dan campuran yang dibuat berdasarkan variasi penambahan trass dan kapur. Adapun variasi tersebut yaitu : Sampel pertama, tanah lempung + 2,5% kapur + trass (5%, 10%, 15%). sampel kedua, tanah lempung + 5% kapur + trass ( 5%, 10%, dan 15%). Sampel ketiga 7,5% kapur + trass ( 5%, 10%, dan 15%).
4
Gambar 1. Bagan Alur Penelitian Tabel 1. Standar Pengujian No
Percobaan
No. Standar
1 2 3 4 5 6 7
Analisa Saringan Liquit Limit Plastic Limit Density Test Kuat Tekan Bebas Permeability CBR
SNI-0301968-1996 ASTM D-423-66/AASHTO T-8974 ASTM D-424-74/AASHTO T-90-74 ASTM D-898-661/AASHTO T-99 ASTM D-2166-66/AASHTO T-208 ASTM D-2434-651 ASTM D-1883-73/AASHTO 1-193
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian karakteristik sifat fisis dan mekanis diperoleh parameterparameter tanah lempung : Tabel 2. Rekapitulasi Karakteristik Tanah Lempung Sifat –Sifat Indeks Tanah Berat Jenis (GS) Batas Batas Atterbegr (%) Batas Cair Batas Plastis Indeks Plastis Ukiran Butir (%) Pasir Lanau Lempung Klasifikasi UCS AASHTO
Nilai 2,661 60,87 49,05 12,81 19,44 28,10 62,64 MH-OH A-7-5
5
Pengujian Kompaksi Tabel 3. Hasil Pengujian Kompaksi Tanah Lempung + Kapur 2,5% +Trass (5%, 10%, 15%) Kapur + Trass 0% 2,5% + 5% 2,5% + 10% 2,5% + 15%
OMC (%) 35,28 33,392 32,70 32,49
γ dry (gr/cm3) 1,216 1,220 1,254 1,272
Gambar 2. Kurva Kompaksi Kombinasi Kapur 2,5%+ Trass (5%, 10%, 15%) Pengujian kombinasi awal dilakukan pada komposisi tanah lempung tercampur 2.5% kapur dikombinasikan dengan tiga variasi trass (5%, 10%, dan 15%). Kombinasi ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai kepadatan terbaik pada kombinasi ini, sehingga dapat dijadikan acuan dalam stabilisasi tanah lempung dengan kadar kapur 2.5%.
Gambar 3. Kurva Kompaksi Kombinasi Kapur 5% + Trass (5%, 10%, 15%). Tabel 4. Hasil Pengujian Kompaksi Tanah Lempung + Kapur 5% +Trass (5%, 10%, 15%) γ dry (gr/cm3)
0%
OMC (%) 35,28
5% + 5%
31,98
1,267
5% + 10%
31,21
1,323
5% + 15%
30,81
1,29
Kapur + Trass
1,216
6
Gambar 4. Kurva Kompaksi Kombinasi Kapur 7,5% + Trass (5%, 10%, 15%). Tabel 5. Hasil Pengujian Kompaksi Tanah Lempung + Kapur 7,5% +Trass (5%, 10%, 15%) γ dry (gr/cm3)
0%
OMC (%) 35,28
5% + 5%
31,49
1,246
5% + 10%
30,93
1,192
5% + 15%
29,34
1,258
Kapur + Trass
1,216
Pengujian Kuat Tekan Bebas. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya kekuatan tekan bebas contoh tanah dan batuan yang bersifat kohesif dalam keadaan asli maupun buatan (modifikasi dengan kapur dan trass).
0,70
Grafik Gabungan Hubungan Antar Tegangan Dan Regangan 0,60
qu = 0.58 g/cm2 qu = 0.51 g/cm2
T egangan (g/cm2)
0,50
qu = 0.47 g/cm2
Tanah Asli 2,5%kapur
0,40
qu = 0.39 g/cm2
5% kapur
0,30
7,5% kapur
0,20
0,10
0,00
Gambar 5. Grafik Kuat Tekan Beas (Tanah Lempung+Kapur) 0
1
2
3
4
5
6
7
8
Regangan (%)
7
Tabel 6. Hasil Pengujian Tekan Bebas Sampel Tanah Lempung + Kapur Qu (gr/cm2) 0,39 0,47 0,51 0,58
Kadar Kapur 0% 2,5% 5% 7,5% 1,20
Grafik Gabungan Hubungan Antar Tegangan Dan Regangan 1,10
qu = 0.99 g/cm 2
1,00
Tanah Asli
qu = 0.93 g/cm 2 0,90
5% trass
qu = 0.78 g/cm 2
0,80
) 2 0,70 m c/ g( n a 0,60 g n a ge 0,50 T
trass 10% 15%trass
qu = 0.39 g/cm 2
0,40 0,30 0,20 0,10 0,00
0
1
2
3
4
5
6
7
Regangan (%)
Gambar 6. Grafik Kuat Tekan Beas (Tanah Lempung+Trass) Tabel 7. Hasil Pengujian Tekan Bebas Sampel Tanah Lempung +Trass Kadar Trass Qu (gr/cm2) 0% 0,39 5% 0,78 10% 0,93 15%Grafik Gabungan Hubungan Antar Tegangan Dan0,99 Regangan 1,20
qu = 1,14g/cm 2
1,10 1,00
qu = 0.94g/cm2
0,90
qu = 0.91 g/cm 2
Tanah Asli
0,80
2,5%kapur+15%trass
) m 0,70 /c g( n a 0,60 g n a ge 0,50 T
2
5%kapur+10%trass 7,5%kapur+5%trass
qu = 0.39 g/cm2
0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0
1
2
3
4
5
6
7
Regangan (%)
Gambar 7. Grafik Kuat Tekan Beas (Tanah Lempung+Kapur + Trass)
Tabel 8. Hasil Pengujian Tekan Bebas Sampel Tanah Lempung +Trass Kadar Trass Qu (gr/cm2) 0% 0,39 2,5% kapur +5% trass 0,94 5% kapur + 10% trass 1,14 7,5% kapur + 15% trass 0,91
8
Pengujian CBR (California Bearing Ratio)
Gambar 8. Kurva CBR untuk sampel tanah asli dengan tiga kombinasi terbaik Tabel 9. Data Pengujian CBR untuk sampel tanah asli dengan tiga kombinasi terbaik Sampel 2,5% kapur + 15% trass 2,5% kapur + 15% trass 2,5% kapur + 15% trass 2,5% kapur + 15% trass
Penurunan 0,1 639,268
Penurunan 0,2 860,036
CBR rata-rata 20,05
1077,373
1516,555
34,14
1512,891
2038,415
47,86
1273,415
1738,089
40,54
Pengujian CBR Rendaman
Gambar 9. Kurva CBR Rendaman untuk sampel tanah asli dengan tiga kombinasi terbaik
9
Tabel 10. Pengujian CBR Rendaman untuk sampel tanah asli + tiga kombinasi terbaik Kadar Kapur dan Trass 0% 2,5% kapur + 15% trass 5% kapur + 10% trass 7,5% kapur + 15% trass
CBR rata-rata (%) 4,45 15,22 21,32 17,84
Pengujian CBR rendaman adalah pengujian yang di lakukan didalam Laboratorium mekanika tanah yang bertujuan untuk mencari besarnya nilai CBR, dan nilai pengembangan CBR didalam keadaan jenuh air, sehingga tanah mengalami pengembangan yang maksimum, yang berarti tanah dan cetakan direndam didalam air selama 4 hari. Analsisi Hasil pengujian CBR Rendaman. Dari tabel dan kurva di atas diperoleh nilai CBR rendaman tanah asli hanya 4,43% dimana tidak memenuhi spesifikasi kekuatan tanah dasar jalan raya yang dipersyaratkan (persyaratan nilai CBR >6%). Dengan stabilisasi kapur dan penambahan trass diperoleh nilai CBR untuk setiap kombinasi yaitu; 2,5%kapur+15%trass 15,22 %, 5%kapur+10%trass 21,32, 7,5%kapur+5%trass 17,84% sudah sesuai spesifikasi kekuatan tanah dasar. Pengujuian Free Swell (Pengembangan)
Gambar 10. Kurva Swell untuk variasi tiap kadar kapur trass Hasil dari pengujian CBR rendaman. Dari melihat hasil gambar grafik diatas didapatkan hasil pengembangan rata-rata terjadi peningkatan dari jam awal sampai jam terakhir. Berdasarkan hasil tabel dan grafik diatas maka nilai pengembangan dapat diplotkan kedalam rumus pengembangan dibawah ini :
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tanah asli lempung memiliki nilai tingkat pengembangan sebesar 4,495 %. Dengan Nilai CBR = 4,43%. Pembesaran volume tanah lempung akibat bertambahnya kadar air. Jadi potensi pembesaran volume ini tergantung pada komposisi mineral, peningkatan kadar air, indeks plastis, kadar lempung dan tekanan tanah 10
penutup. Dari penelitian yang dilakukan menujukan pada saat diberi campuran penyusutan yang terjadi tidak terlalu besar sehingga dapat disimpulkan penambahan kapur dan trass mengurangi pengembangan yang terjadi pada tanah lempung. Pemodelan Fisik Penelitian Untuk mendapatkan nilai kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dengan nilai modulus reaksi tanah dasar (k), maka dilakukan pengujian Plate Beering Test. Untuk subgrade tanah lempung nilai modulus reaksi tanah (k) yaitu, 6.72 kg/cm 3. Sedangkan untuk grafik deformasi pada subgrade tanah lempung + kapur 5% + trass 10% nilai modulus reaksi tanah (k), 13.46 kg/cm3. Pengujian CBR Lapangan
Gambar 11. Hubungan Penurunan dan Baban (Tanah asli) Tabel 11. Data hasil Pengujian CBR Lapangan Tanah Lempung Penurunan, x (mm) 2,5 5
Beban (lbs) 550 830
CBR (%)
Rata-Rata
18,33 18,44
18,39 %
Gambar 12. Hubungan Penurunan dan Baban Tanah asli + 5% Kapur + 10% Trass.
11
Tabel 12. Hasil Pengujian CBR Lapangan Tanah Lempung + 5% Kapur + 10% Trass Penurunan, x (mm) 2,5 5
Beban (lbs) 1180 1850
CBR (%)
Rata-Rata
39,33 41,11
40,22 %
Analisa Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR lapangan sesuai dengan SNI 03- 1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989, masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %. Sebagai catatan CBR hanya untuk jalan saja dimana beban kendaraan adalah beban sementara (bukan beban tetap). CBR tidak untuk gedung, rumah dan lain-lain (beban hidup), karena beban tetap juga menyebabkan settlement. CBR hanya untuk mengukur daya dukung tanah saja tetapi tidak untuk penurunannya. Jadi CBR tidak cocok untuk beban tetap. Nilai daya dukung tanah atau kekuatan tanah dapat diukur dengan salah satu cara diantaranya dengan nilai CBR yang diwujudkan dalam bentuk persen hasil perbandingan antara beban yang diperlukan untuk menembus suatu jenis bahan terhadap beban yang diperlukan untuk menembus beban standart. Berdasarkan nilai daya dukung suatu bahan jalan akan dipengaruhi oleh kualitas tanah, ikatan antara butir dan kepadatannya. Sesuai dengan grafik pada pengujian di atas maka didapatkan nilai k seperti pada table berikut : Tabel 13. Hubungan Nilai CBR dan Nilai k CBR Lap (%) 18.39 (asli) 40.22 (variasi 5% kapur + 10% trass
Nilai K Kg/cm2 RataPerhitungan Rata 6.72 6.61 6.50 12.50 12.98 13.46
Teori 6.20 12.00
Secara teoritis nilai Modulus Reaksi Tanah (k) juga dapat ditentukan dari nilai CBR tanah dasar berdasarkan dari petunjuk perkerasan kaku Bina Marga.
Gambar 13. Kurva Hubungan CBR dengan Modulus Reaksi Tanah dasar. Hasil Modulus reaksi perkerasan lama (k) diperoleh dengan melakukan pengujian pembebanan pelat (plate bearing test) menurut AASHTO T.222-81 di atas permukaan perkerasan lama yang selanjutnya dikorelasikan terhadap nilai CBR menurut Gambar 4.25
12
Bila nilai k lebih besar dari 120 kPa/mm (12 kg/cm3), maka nilai k dianggap sama dengan 120 kPa/mm (14 kg/cm3) dengan nilai CBR 50%. Analisa dalam perencanaan permukaan jalan raya, kita perlu tahu kapasitas daya dukung tanah di bawahnya. Plate Bearing test dilakukan di lapangan untuk melayani tujuan ini. Hasil dari pengujian dapat digunakan sebagai parameter desain atau digunakan untuk mengkonfirmasi asumsi desain. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pondasi rakit kayu terhadap penurunan maka dilakukan pengujian Loading test yang dilakukan seperti pada gambar berikut :
Gambar 14. Pengujian Loading Test. Adapun data nilai deformasi yang terjadi setiap penambahan beban pada setiap pengujian loading test dapat dilihat pada hubungan antara penambahan beban dan deformasi yang dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 15. Grafik Subgrade.
Hubungan
Antara Penambahan Beban Terhadap Deformasi Pada
Dari kesemua grafik (terlampir) maka didapatkan nilai rata-rata dari deformasi untuk setiap jenis subgrade pada jarak dial tertentu. Nilai deformasi elastis rata-rata untuk setiap variasi dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
13
Gambar 16. Grafik Deformasi Elastis Pada Subgrade. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan dari hasil pengujian serta analisis adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan tertinggi parametrik tanah lempung stabilisasi trass-kapur terdapat pada kombinasi tanah lempung (10% trass dan 5% kapur), selanjutnya mengalami penurunan seiring penambahan kadar trass dan kapur. Untuk nilai qu, CBR, CBR rendaman mengalami peningkatan yang signifikan, sedangkan untuk nilai kepadatan kering maksimum mengalami peningkatan 10%. Hasil tersebut menunjukan trass dan kapur dapat dijadikan solusi perbaikan tanah lempung sebagai subgrade. 2. Dari hasil pengujian Loading Test pada model skala kecil Pondasi Rakit Kayu dengan subgrade tanah lempung yang distabilkan dengan 10% trass dan 5% kapur, dapat meminimalisasi tingkat deformasi hingga 30%. Hasil tersebut menunjukan kinerja yang baik, sehingga dapat menjadi alternatif perbaikan subgrade tanah lempung distabilisasi trass-kapur. SARAN 1. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses stabilisasi tanah lempung dengan menggunakan trass-kapur, perlu diterapkan dengan teknik konstruksi yang tepat sesuai spesifikasi yang dibutuhkan Penggunaan material trass yang diperoleh dari daerah lain sebaiknya terlebih dahulu dilakukan pengujian unsur kimia, mengingat terdapat kemungkinan adanya perbedaan unsur kimia. Peningkatan tertinggi penggunaan trass-kapur sebagai bahan stabilisasi berada pada kombinasi 10% trass + 5% kapur, tetapi pada kombinasi 5% trass + 7,5% kapur juga menunjukan kinerja yang baik sesuai spesifikasi kekuatan tanah dasar, sehingga dapat diterapkan sesuai ketersediaan material. 2. Dalam pengujian penggunaan pondasi rakit kayu, masih terdapat beberapa persoaalan yang belum diteliti, sehingga perlu dikembangkan lagi mengingat informasi mengenai penggunaan pondasi rakit kayu masih minim.
14
DAFTAR PUSTAKA Bowles, Joseph E,1993, Sifat-sifat Fisik dan Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta. BSN, SNI 03-6417-2000, Spesifikasi tanah-semen untuk bendungan urugan Craig , R.F, 1989, Mekanika Tanah, Erlangga, Jakarta. Das, Braja M, 1988, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I, Erlangga, Jakarta. Das, Braja M, 1994, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid II, Erlangga, Jakarta. Dunn, I.S, Anderson, L.R, Kiefer, F.W, 1992, Dasar-dasar Analisis Geoteknik, IKIP Semarang Press, Semarang. Hardiyatmo, C.H, 1955, Mekanika Tanah 1 dan Mekanika Tanah 2, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Jhon D Nelson and Deborah J Miller, 1991, Expansive Soil ”Problems and Practice in Foundation and Pavement Engineering, Courier Companies.Inc,USA Manual Pemeriksaan Bahan Jalan . 01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjan Umum dan Tenaga Listrik Direktorat Jenderal Bina Marga Jakarta. 1997 Manual Pemeriksaan Badan Jalan. Dir. Jen. Bina Marga, Jakarta. 1976 Nanang H.E dan Yosika Alinsari, 2004, Peningkatan Kuat Geser tanah Lempung dengan Variasi campuran Kapur Karbit dengan Clean Set Cement. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. D. Ari Catur Krisma Ismawan, 2009 Pengaruh Kapur Sebagai Bahan Stabilisasi Terhadap Kuat Dukung dan Potensi Pengembangan Tanah Lempung (study kasus tanah lempung tanon, sragen). Tri wibowo, 2007. Pengaruh Trass Mutiara Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Serapan Air Pada Mortar. http://www.garut.go.id/static/sda/ pertambangan. Onidel S dan Yedidi YT, 2008, studi karakteristik Deformasi Perkerasan Soil Cement pada Subgrade sebagai pondasi elastis. Universitas Hasanuddin, Makassar Pedoman perencanaan stabilisasi tanah dengan bahan serbuk pengikat untuk konstruksi jalan adalah revisi dari SNI 03-3437-1994. Departemen Pekerjaan Umum. 2007 Pedoman Kimpraswil No.Pt M-01-2002-B, Panduan Geoteknik 3 Penyelidikan Tanah Lunak Pengujian Laboratorium. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Petunjuk Perencanaan Tebal Pekerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen. SKBI-2.3.26.1987 UDC:625.73(02). Departemen Pekerjaan Umum.1987 Puslitbang Pemukiman 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982), Bandung. Sudjianto (2006), perbaikan sifat kembang susut dengan bahan tambah dikaitkan dengan pengukuran tekanan pengembangan secara langsung Soedarsono, Djoko Untung Ir. (1987), Konstruksi Jalan Raya, Jakarta : Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum. Tommy Ilyas, Wiwik Rahayu dan Donny Sofyan Arifin Maret 2008, penambahan bahan aditif terhadap tanah gambut untuk mengkaji kekuatan geser dan perubahan struktur mikroskopiknya Wesley, L. D., 1977, Mekanika Tanah, Badan Penerbit Percetakan Umum, Jakarta. Tambaru. 2010, Studi Perbaikan Tanah Dasar Jalan Raya Dengan tabilisasi Campuran TanahSemen Dan Penambahan Aditif.
15