JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7
1
Study Penggunaan Atribute Assessment Agreement pada Pembacaan Film Radiografi untuk Mengurangi dan Mengendalikan High Weld Rejection Sumarlin, Yoyok Setyo Hadiwidodo, Santi Wulan Purnami Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak—Proses dan hasil lasan menjadi hal penting dalam menentukan kaulitas bangunan laut yang sebagian besar disambung dengan lasan. Oleh karena itu, berbagai uji dilakukan untuk mendapatkan hasil lasan terbaik , salah satunya adalah uji radiografi yang Sebuah simulasi dengan menggunakan metode Atribute Agreement Analysis dilakukan untuk menentukan nilai dan tingkat kesepakatan dalam membaca hasil uji Radigrafi. Dengan sample 30 film dalam 3 kali pembacaan secara acak, operator menginterpretasi film hasl uji tersebut untuk diterima atau ditolak serta cacat dan ketidaksempurnaan las yang ada. Dengan bantuan software minitab 15 dan juga MS. Office Excel, Analysis of Varians dan Atribute Assessment Agreement Analysis dapat dilakukan. Dari Hasil ANOVA, P value dan Ftest menunjukkan keputusan gagal tolak H 0 yang berarti tidak ada pengaruh faktor operator dan waktu pengambilan data (shift) terhadap kemampuan operator dalam membaca dan meng- interpretasikan film hasil uji radiografi. Sedangkan, dengan Atribute Assessment Agreement Analysis didapat hasil untuk Result Interpretation pada kategori within appraisers, operator yang tingkat konsistensi tertinggi adalah SPY, SYN dan SCP yang terendah. Sedangkan, Kategori each appraisers vs standard, tingkat akurasi dan kesesuian dengan standard yang paling tinggi adalah SYN, SPY dan SCP yang terendah. Selanjutnya, untuk Type of Defect, pada kategori within appraisers dan each appraisers vs standard, tingkat konsistensi tertinggi dan tingkat akurasi serta kesesuian dengan standart yang paling tinggi adalah operator SYN, SCP dan SPY yang terendah. Dan yang terakhir hasil untuk keduanya pada kategori between appraisers dan all appraisers vs standard tingkat kesepakatan antara operator satu sama lainnya tertinggi dan tingkat kesepakatan seluruh operator terhadap standart tertinggi pada Project II dan III, kemudian Project I dan IV yang lebih rendah. Solusi yang didapat untuk mengurangi dan mengendalikan High Weld Rejection adalah dengan memberikan pelatihan yang sama pada seluruh operator dengan dua pokok pelatihan yakni Acceptance Criteria for Welding dan Pengenalan Pola dan ciri cacat las dalam film hasil uji radiografi sesuai atandart yang sedang digunakan oleh perusahaan. Kata-Kata Kunci : lasan, film uji radiografi, high weld rejection, Analysis of Varians, Atribute Assessment Agreement Level
U
I. PENDAHULUAN
ntuk keperluan eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas bumi, maka perlu dibangun bangunan lepas pantai untuk memudahkan proses tersebut. Salah satu masalah yang selalu mengikuti berkembangnya aplikasi perancangan bangunan laut adalah permasalahan pada proses dan hasil pengelasan[1]. Masalah tersebut dapat timbul dikarenakan pada bangunan laut atau jacket structure hampir seluruh bagiannya dalam penyambungannya menggunakan proses pengelasan. Dari kaki
jacket sampai sambungan brace nya menggunakan proses pengelasan. Setiap proses pengelasan perlu dilakukan pengecekan atau test untuk memastikan bahwa hasil lasan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan rencana desain las. Ada beberapa macam tes yang dilakukan pada proses pengelasan salah satunya adalah radiographic test. Metode pengujian Radiografi menggunakan sinar–sinar elektromagnetik (sinar – χ atau sinar - γ) yang ditembuskan kepada bahan uji lalu direkam dalam film khusus. Dari hasil rekaman film akan dapat diamati diskontinuity bahan juga dapat diperoleh hasil rekaman yang permanen.Dan hasil rekaman inilah yang selanjutnya dibaca oleh operator untuk menentukan cacat tidaknya suatu material atau hasil lasan. Sedangkan kemampuan operator radiografi untuk menginterpretasikan cacat dalam radiografi dipengaruhi kondisi penerangan dalam ruang pengamatan, dan tingkat pengenalan berbagai pola atau ciri-ciri dalam citra. Keahlian seseorang dalam melakukan interpretasi film sangat dipengaruhi oleh pengalaman dilapangan dan pengalaman yang diperoleh dari literatur standar cacat radiografi[2]. Sehingga, pada proses pembacaan hasil rekaman ini terdapat beberapa variasi hasil pembacaan dari para welding inspector dan ini akan berpengaruh dalam menentukan nilai kesempurnaan pengelasan dan penentuan cacat las yang terjadi yang akan berpengaruh pada hasil lasan yang ditolak atau weld rejection proses produksi perusahaan. Maka diperlukan analisa tingkat konsistensi dan ketepatan operator dalam pembacaan film hasil radiografi untuk menentukan cacat tidaknya suatu material dan juga untuk menentukan diterima tidaknya hasil lasan tersebut. Dan tujuan dari dilakukannya penelitian ini diantaranya adalah untuk mengetahui pengaruh faktor operator dan waktu pengambilan data berpengaruh terhadap hasil pembacaan dan interpretasi film hasil uji radiografi, serta menentukan assessment agreement level operator pembaca film untuk Result Interpretation dan Type of Defect dalam berbagai kategori : a. Assesment Agreement Level masing-masing operator sendiri b. Assesment Agreement Level masing-masing operator dengan standart c. Assesment Agreement Level setiap operator dengan operator lainnya d. Assesment Agreement Level keseluruhan operator dengan standart Dan akhirnya didapat solusi untuk mengurangi dang mengendalikan High weld rejection.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7 II. METODE Berikut ini adalah alur dari kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam Penelitian ini: A. Tahap Telaah Berbagai literature digunakan dalam menunjang Penelitian ini beserta dasar teori yang berhubungan dengan penelitian. Mulai dari definisi pengelasan yang merupakan satu rangkaian dari komponen-komponen yang disambung dengan pengelasan[3]. Hasil lasan atau sambungan yang ada dilakukan pengujian, salah satunya dengan uji radiografi yang bertujuan untuk mengetahui kualitas lasan. Uji radiografi menggunakan sifat sinar X dan gamma serta fungsi fotografis radiasi untuk mendeteksi benda asing dan perubahan ketebalan materialnya, sehingga dapat mengidentifikasi kerusakan pada bagian dalam[4]. Selain memproduksi film radiografi berkualitas tinggi, radiografer juga harus terampil dalam interpretasi radiografi. Interpretasi radiografi berlangsung dalam tiga langkah dasar: (1) deteksi, (2) interpretasi, dan (3) evaluasi. Semua langkah-langkah ini memanfaatkan ketajaman visual radiografer itu. Ketajaman visual adalah kemampuan untuk menyelesaikan pola tata ruang dalam gambar. Kemampuan individu untuk mendeteksi diskontinuitas dalam radiografi juga dipengaruhi oleh kondisi pencahayaan di tempat melihat, dan tingkat pengalaman untuk mengenali berbagai fitur dalam gambar[5]. B. Pengumpulan Data Selanjutnya, data dikumpulkan dari sampale film sebanyak 30 dan dibaca 3 kali oleh masing-masing dari ketiga operator. Interpretasi pembacaan meliputi Result Interpretation yang menjelaskan accepted atau rejected hasil lasan dan type of defect yang menjelaskan cacat dan ketidaksempurnaan las yang ada dalam lasan tersebut. Dan untuk kriteria penerimaan hasil lasan dengan uji radiografi untuk boiler dan pressure vessel [6] dapat dibedakan menjadi 2 yakni: 1. Linear indication, Crack, incomplete fusion, inadquate penetration and slag ditunjukkan pada radiografi sebagai indikasi linear yang panjangnya lebih dari 3 kali lebarnya. 2. Rounded Indication, Porosity and inclusions seperti slag atau tungsten ditunjukkan pada radiograph sebagai indikasi pembulatan dengan panjang 3 kali lebarnya atau kurang dari itu. Indikasinya berupa circular, elliptical atau bentuk yang tidak beraturan seperti berekor dengan berbagai kepadatan. C. Pengolahan Data Data yang telah didapat dan dikumpulkan kemudian diolah dengan bantuan minitab dan microsoft office Excel menggunakan metode ANOVA dan Atribute Asessment Agreement Analysis. Penjelasan dari metode yang dipakai dapat dilihat dibawah ini. Permasalahn yang ada tersebut, untuk membuat analisis dan penyelesaiannya digunakan statistika sebagai alatnya dengan metode ANOVA dan Assessment Agreement Analysis. Untuk analisis varians dapat dibuat dalam bentuk tabel seperti dibawah ini[7]:
2 Tabel 1. Format umum Tabel ANOVA Degree of Freedom (D.o.F)
Sum of Square (S.S)
Mean of Square (M.S)
r–1
SSR
SSR/r -1 = s 1 2
c–1
SSC
SSC/c -1 = s 2 2
Interaction
rc - r – c + 1
SS(RC)
Error
rcp – rc
SSE
TOTAL
rcp – 1
SST
Source of variation Between Rows Between Columns
SS(RC) 𝑟𝑐 – 𝑟 – c + 1
= s32
F s 1 2/ s42 s 2 2/ s42 s 3 2/ s42
SSE = s42 𝑟𝑐𝑝 – 𝑟c
Total variasi dapat dibagi menjadi empat bagian yang dapat ditulis sebagai persamaan berikut ini: SST = SSR + SSC + SS(RC) + SSE (1) dengan SST adalah Sum of Square Total . Dan perhitungan dari sum of square lainnya sebagai berikut: 𝒑
SST = ∑𝐫𝒊=𝟏 ∑𝒄𝒋=𝟏 ∑𝒌=𝟏 𝒙𝒊𝒋𝒌 𝟐 –
𝑻…𝟐
(II)
𝒓𝒄𝒑 ∑𝐫𝒊=𝟏 ∑𝒄𝒋=𝟏 ∑𝒑𝒌=𝟏 𝒙𝒊𝒋𝒌
dengan, T… = (3) Seperti persamaan sebelumnya, dengan pengkuadratan setiap pengamatan dan kemudian penambahan sedikit dari faktor koreksi dari total keseluruhan pengamat yang dibagi dengan jumlah pengamatan SSR =
∑𝑟𝑖=1 𝑇𝑖… 2
–
𝟐 ∑𝒌𝒄 𝒋=𝟏 𝑻𝒋…
–
𝑐𝑝
𝑇…2
(4)
𝑻…𝟐
(6)
𝑟𝑐𝑝
dengan, SSR adalah Sum of Square Rows dan 𝒑 𝑻𝒊…. = ∑𝒄𝒋=𝟏 ∑𝒌=𝟏 𝒙𝒊𝒋𝒌 (5) demikian halnya, 𝑇𝑖…. adalah jumlah seluruh pengamatan pada baris atau row SSC =
𝒓𝒑
𝒓𝒄𝒑
dengan, SSC adalah Sum of Square Columns dan 𝒑 𝑻𝒋…. = ∑𝒓𝒊=𝟏 ∑𝒌=𝟏 𝒙𝒊𝒋𝒌 (7) T j… adalah jumlah dari seluruh pengamatan pada kolom ke-j SS(RC) =
∑𝒓𝒊=𝟏 ∑𝒄𝒋=𝟏 𝑻𝒊𝒋𝟐 𝒑
−
∑𝒓𝒊=𝟏 𝑻𝒊… 𝟐 𝒄𝒑
−
∑𝒄𝒋=𝟏 𝑻𝒋… 𝟐 𝒓𝒑
+
𝑻…𝟐 𝒓𝒄𝒑
(II.1) dengan, SS(RC) adalah interaksi sum of square antara Row dengan Column dan T ij adalah jumlah seluruh observasi pada sel ke-ij SSE = SST – SSR – SSC – SS(RC) (8) dengan, SSE adalah Sum of Square Error. Banyak sistem rating yang dapat mengevaluasi bagian tertentu dari project untuk diterima atau tidak diterima dan untuk melihat nilai konsistensi serta akurasi dari operator dilakukan dengan menggunakan Atribute Agreement Analysis dalam Software Statistik Minitab untuk menilai peringkat para penilai atau operator[8]. Oleh karena itu, study dilanjutkan dengan metode Assessment Agreement Analysisdengan output berupa nilai Kappa dan persentase Agreement. Untuk interpretasinya menggunakan dasar-dasar berikut ini. Koefisien Kappa digunakan untuk menilai tingkat kesesuaian 2 data dengan jumlah kelas yang sama. Kappa mengukur sejumlah kesesuaian antar atribut, dan mengkoreksi untuk menduga sejumlah kesesuaian. Kappa melihat hanya pada kelas kategori dalam prinsip diagonal matriks proporsi.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7
3
Nilai koefisien Kappa ini berada antara 0 (mengindikasikan tidak ada korelasi) sampai 1 (sangat berkorelasi)[9]. Maka, digunakan rumus di bawah ini untuk menghitung nilai dari Koefisien Kappa: 𝐊=
𝐏𝟎 – 𝐏𝐞 𝟏 – 𝐏𝐞
(9)
6T
Untuk P 0 yang merupakan proporsi operator setuju sebanyak k kali dapat ditentukan dengan melalui nilai rata-rata dari P i dalam rumus berikut ini: 𝟏 𝐏𝐢 = ��∑𝐤𝐣=𝟏 𝐧𝐢𝐣 𝟐 � − (𝐧)� (10) 𝐧(𝐧−𝟏)
Dengan, P i sebagai nilai kesepakatan yang sesuai untuk subjek ke-i dan, 𝟏 𝐏𝐨 = ∑𝐍𝐢=𝟏 𝐏𝐢 (11) 𝐍 Sehingga, 𝟏 𝐏𝟎 = �∑𝐍𝐢=𝐥 ∑𝐤𝐣=𝐥 𝐱 𝟐𝐢𝐣 − 𝐍𝐧� (12) 𝐍𝐧(𝐧−𝟏)
6T
Sedangkan, Pe yang merupakan proporsi yang diharapkan dari penilai sebanyak k kali persetujuan dapat ditentukan dengan penjumlahan dari proporsi yang diharapkan dari setiap kategori atau dapat ditulis dengan persamaan : (13) 𝐏𝐞 = ∑𝐤𝐣=𝟏 𝐏𝐣 𝟐 Untuk p j sendiri dapat ditentukan dengan: 𝟏 𝐏𝐣 = ∑𝐍𝐢=𝟏 𝐱 𝐢𝐣 (14) 𝐍𝐧 Keterangan: N : Jumlah subyek yang diamati (sample film) n : jumlah penilai (operator) k : jumlah kategori skala (objek khusus yang diamati) x ij : jumlah nilai yang sesuai pada subjek ke-i dengan kategori ke-j
Kappa berkisar antara -1 sampai +1. Semakin tinggi nilai kappa, semakin kuat kesepakatan antara penilaian dan standar. Jika kappa = 1, maka kesepakatan yang sempurna ada. Jika kappa = 0, maka kesepakatan adalah sama seperti yang diharapkan secara kebetulan. Nilai negatif terjadi ketika kesepakatan lebih lemah dari yang diharapkan secara kebetulan, tapi ini jarang terjadi. Kappa kurang dari 0,7 menunjukkan sistem pengukuran perlu perbaikan dan Kappa di atas 0,9 menunjukkan sangat baik[10]. Ketika hasil interpretasi film dan standar diketahui, Minitab juga menampilkan tabel Assessment Agreement, yang menunjukkan persen masing penilai tentang kesesuaian penilaian dengan standar yang ditentukan. Semua tabel Agreement mencantumkan jumlah film yang diperiksa atau dibaca, jumlah kecocokan atau matched, persentase agreement, dan interval kepercayaan 95%. Persentase agreement = 100 (m) / N, di mana m adalah jumlah yang cocok atau matched dan N adalah jumlah yang diperiksa atau jumlah film yang dibaca. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dilakukan dalam dua hal yakni dengan ANOVA untuk mencari hubungan variabel dan juga Asessment Agreement dalam menentukan konsistensi operator Berikut ini adalah hasil dari penelitian yang dilakukan: 1 Two Way Analysis of Varians
Analisis Varian digunakan sebagai metode untuk mengetahui pengaruh variabel terhadap hasil dengan menggunakan uji hipotesis. Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan diantaranya: a. Hipotesis nol (H 0 ) ; tidak ada pengaruh faktor operator dan waktu pengambilan data terhadap kemampuan operator dalam membaca dan menginterpretasikan film hasil uji radiografi b. Hipotesis alternaif (H 1 ) ; ada pengaruh faktor operator dan waktu pengambilan data terhadap kemampuan operator dalam membaca dan menginterpretasikan film hasil uji radiografi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tinjauan yang digunakan dalam Penelitian ini meliputi dua hal yakni meliputi: a. ANOVA untuk Result Interpretation Untuk Result Interpretation dari hasil running Minitab ditunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Analisis Varians untuk Result Interpretation. Source OPERATOR SHIFT Interaction Error Total
DF 2 2 4 27 35
SS 45.5 1.17 2.33 3158 3207
MS 22.75 0.583 0.583 116.963 -
F 0.19<2.73 0 < 2.73 0< 2.73 -
P-value 0.824 > 0.05 0.995 >0. 05 1 .000 >0.05 -
Tabel diatas menunjukkan Ftest > F tabel dan juga P value< 0.05, maka dapat diambil kesimpulan untuk gagal tolak H 0 yang berarti tidak ada pengaruh faktor operator dan waktu pengambilan data (shift) terhadap hasil Result Interpretation. b. ANOVA untuk Type of Defect Untuk Type of Defect dari hasil running Minitab ditunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Analisis Varians untuk Type of Defect OPERATOR SHIFT Interaction Error Total
DF 2 2 4 27 35
SS 165.39 0.39 7.78 2276 2449.56
MS 82.6944 0.1944 1.9444 84.2963 -
F 0.98<2.73 0 < 2.73 0.02< 2.73 -
P-value 0.388 > 0.05 0.998 > 0.05 0.999 > 0.05 -
Tabel diatas menunjukkan Ftest > F tabel dan juga P value< 0.05, maka dapat diambil kesimpulan untuk gagal tolak H 0 yang berarti tidak ada pengaruh faktor operator dan waktu pengambilan data (shift) terhadap hasil Type of Defect. 4.2 Assessment Agreement Level Analysis Analisis yang dilakukan dengan metode Assessment Agreement ini untuk mengeteahui tingkat konsistensi dan kesesuaian interpretasi operator baik terhadap dirinya sendiri, operator lain maupun standart yang digunakan oleh perusahaan. Berikut ini adalah Hasil Persentase Agreement dan Nilai Kappa dalam 2 tinjauan dan 4 ketegori. a. Analisis Persentase Agreement Analisis Persentase Agreement dilakukan dalam dua tinjauan yakni Result Interpretation dan juga Type of Defect yang akan dijelaskan dengan grafik dibawah ini.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7
Gambar 1. Grafik Nilai Persentase Agreement dalam Empat Kategori untuk Result Interpretation Gambar 1. diatas menunjukkan grafik nilai persentase Agreement dalam empat kategori yang telah dijelaskan diatas dalam Result Interpretation yang menjelaskan penilaian Accept dan Reject dari hasil lasan. Dari gambar diatas, untuk kategori pertama within appraisers tingkat agreement masingmasing operator menunjukkan project 1 SYN dan SPY memiliki persentase Agreement yang sama yakni 100% untuk SCP hanya 90 %. Untuk project 2 dan 3 ketiganya memiliki persentase Agreement yang sama yakni 100%. Pada project ke-empat dengan variasi sample berbeda persentase Agreement masing-masing operator mengalami penurunan kembali yakni SYN 83.33%, SPY 100% dan SCP 96.67%. Pada kategori ke-dua, Each Appraisers vs Standart tingkat Agreement masing-masing operator dengan standart pada gambar 4.1 project pertama hasilnya adalah SYN 93.33%, SPY 93.33% dan SCP 90.00%. Untuk Project kedua dan ketiga hasilnya 100%. Sedangkan, project ke-empat mengalami penurunan yakni SYN dengan 43.33%, SPY 30.00%, dan SCP 6.67% Selanjutnya, kategori ke-tiga Between Appraisers Pada project pertama menunjukkan nilai 83.33%, kemudian mengalami peningkatan di project kedua dan ketiga dengan nilai 100% dan turun kembali di project empat sebesar 40.00%. Kategori terakhir, yakni All Appraisers vs Standard menunjukkan nilai 83.33% untuk project 1, kemudian naik persentasenya menjadi 100% di project 2 dan 3, serta yang terakhir di project ke-empat mengalami penurunan menjadi 6.67%.
4
Dari Gambar 2. diatas dapat dilihat grafik nilai persentase Agreement dalam empat kategori yang telah dijelaskan diatas dalam tinjauan Type of Defect yang menjelaskan interpretasi operator tentang macam cacat atau ketidaksempurnaan dari hasil lasan. Dari gambar diatas, untuk kategori pertama within appraisers yang menujukkan nilai pada project 1 operator SYN 80.00% SPY 56.67% dan SCP 73.33 %. Untuk project 2 peningkatan terjadi dengan nilai yakni 96.67% untuk SYN, 100% SPY dan 83.33% SCP . Pada project ke-tiga operator SYN dan SPY mengalami penurunan menjadi 73.33% dan 70.00 sedangkan oerator SCP mengalami peningkatan menjadi 86.67%. Selanjutnya, fluktuasi semakin terlihat pada project ke-empat dengan variasi sample yang berbeda dalam kategori sebelumnya ini persentase Agreement masing-masing operator mengalami penurunan kembali yakni SPY 50.00% dan SCP 53.33% namun SYN meningkat menjadi 76.67%. Pada kategori ke-dua, Each Appraisers vs Standart tingkat Agreement masing-masing operator dengan standart menunjukkan hasil yang fluktuatif. Untuk project pertama hasilnya adalah SYN 70.00%, SPY 40.00% dan SCP 60.00%. Kategori kedua terjadi peningkatan menjadi 93.33% SYN, 86.67% SPY dan 70.00% SCP. Kemudian pada kategori ketiga di Type of Defect ini penurunan untuk masing-masing operator terhadap standart yakni menjadi 73.33% SYN, 70.00% SPY, dan SCP meningkat menjadi 86.67%. Sedangkan, project ke-empat mengalami penurunan yang signifikan yakni SYN dengan 30.00%, SPY 13.33%, dan SCP 10.00%. Selanjutnya, kategori ke-tiga Between Appraisers yang menggambarkan tingkat Agreement antara ketiga ketiga operator menunjukkan grafik yang selaras dengan kategori sebelumnya yakni tertinggi ada di project 2 dengan penurunan di project 1, 3 dan 4. Pada project pertama persentase Agreement diantara ketiganya menunjukkan nilai 30.00%, kemudian mengalami peningkatan di project kedua menjadi 73.33% dan menurun lagi di project ketiga dengan nilai 63.33% dan turun kembali secara signifikan di project empat dengan persentase Agreement diantara ketiganya sebesar 20.00%. Kategori terakhir, yakni All Appraisers vs Standard menunjukkan persentase Agreement antara keseluruhan operator dengan standart yang digunakan menunjukkan nilai 30.00% project I, kemudian naik menjadi 70.00% di project II dan menurun lagi di project III menjadi 63.33%, serta di project IV mengalami penurunan menjadi 6.67%. b.
Analisis Nilai Kappa Analisis Nilai Kappa dilakukan dalam dua tinjauan juga yakni Result Interpretation dan juga Type of Defect.yang akan dijelaskan dengan grafik dibawah ini.
Gambar 2. Grafik Nilai Persentase Agreement dalam Empat Kategori untuk Type of Defect
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7
Gambar 3. Grafik Nilai Kappa dalam Empat Kategori untuk Result Interpretation Grafik.3 diatas menunjukkan Nilai Kappa yang berarti nilai tingkat kesesuaian dan korelasi interpretasi operator terhadap type of defect atau cacat las yang ditunjukkan pada film yang dibaca secara acak sebanyak 3 kali pengulangan. Analisis yang didapat dari gambar 4.3 tersebut dibagi dalam empat kategori seperti diatas. Untuk kategori within appraisers, nilai yang diperoleh di project 1 adalah SYN dan SPY 1.00, SCP 0.588, Project 2 dan 3 nilai ketiganya sama 1.00 dan project IV SYN 0.772, SCP -0.011, dan untuk SPY 1.00. Sehingga dari kategori dan dalam tinjauan ini dapat dilihat kesepakatan yang paling konsisten diantara ketiganya terhadap interpretasi masing-masing adalah operator SPY.Kategori kedua, Each Appraisrs vs Standard pada project I nilai SYN dan SPY sebesar 0.464 dan SCP sebesar 0.676, Project II dan III nilainya sama 1.00. Project IV kespakatan terhadap standart menurun dengan nilai SYN dengan -0.171, SPY -0.440, dan SCP -0.851. Kategori ketiga Between Appraisers, tingkat kesesuaian atau korelasi antara ketiga operator menunjukkan hasil 0.514 di project I, 1.00 di project II dan III serta turun menjadi 0.293 di project IV. Sedangkan pada kategori keempat alurnya hampir sama dengan sebelumnya dengan nilai 0.535 di project I, naik menjadi 1.00 di project II dan III, kemudian turun menjadi -0.487 di project IV.
5 Grafik 4.diatas menunjukkan persenatase Nilai Kappa yang sesuai atau memenuhi (>0.70) sebagai nilai tingkat kesesuaian dan korelasi interpretasi operator terhadap type of defect atau cacat las yang ditunjukkan pada film yang dibaca secara acak sebanyak 3 kali pengulangan. Analisis yang didapat dari gambar 4.4 tersebut dibagi dalam empat kategori seperti diatas. Untuk kategori within appraisers, nilai yang diperoleh di project 1 adalah SYN dan SPY 39%, SCP 28%, Project 2 mengalami peningkatan menjadi 100% untuk SYN dan 86% untuk SPY dan SCP, untuk project 3 mengalami penurunan menjadi 50% SYN, 25% SPY dan 75% SCP, yang terakhir untuk project 4 penurun terjadi sehingga nilainya semakin kecil yakni SYN 26%, SPY 7%, SCP 15%. Kategori kedua, Each Appraisers vs Standard nilai Kappa yang memenuhi kriteria atau ≥ 0.70 pada project I nilai SYN 22%, SPY 11% dan SCP 17%. Project II mengalami peningkatan nilai menjadi 100% SYN, 86% SPY dan 29% SCP. Untuk project III fluktuasi nilaipun terjadi sehingga menjadi 88% SYN dan SCP, 75% SPY. Project IV kesepakatan terhadap standart menurun dengan nilai SYN dengan 4%, SPY dan SCP 0%. Kategori ketiga Between Appraisers, tingkat kesesuaian atau korelasi antara ketiga operator menunjukkan hasil persenatase nilai Kappa yang memenuhi sebanyak 17% di project I, 85% di project II , 75% di project III serta turun menjadi 4% di project IV. Sedangkan pada kategori keempat alurnya hampir sama dengan sebelumnya dengan nilai 17% di project I, naik menjadi 86% di project II dan naik lagi enjadi 88% di project III, kemudian turun menjadi 0% di project IV. c. Scoring Analysis for Conclusion Analisis global yang telah dilakukan diatas sudah menggambarkan kesimpulan atau menjawab permasalahan sebelumnya, namun untuk mempermudah penarikan kesimpulan dilakukan sistem skoring pada masing-masing operator dan juga project dari setiap nilai yang ditunjukkan. Dari persentase Agreement dan nilai Kappa diurutkan nilainya untuk mendapatkan ranking dari masing-masing kategori dengan acuan nilai tertinggi adalah ranking I dan seterusnya. Selanjutnya, dari ranking yang ada dilakukan skoring atau pembobotan dengan acuan: - Ranking I, nilai skornya 3 - Ranking II, nilai skornya 2 - Ranking III, nilai skornya 1 Dan hasil dari ranking serta skoring yang dilakukan ditunjukkan pada tabel dan gambar dibawah ini dalam dua tinjauan yakni result Interpretation dan type of defect. Tabel 4. Hasil Ranking Project pada Result Interpretation Project Rank Result on Result Interpretation Between Appraisers All Appraisers vs Standard
Gambar 4. Grafik Persentase Nilai Kappa yang Memenuhi dalam Empat Kategori untuk Type o Defect
Percent of Agreement Project II, Project III, Project I, Project IV
Kappa Value Project II, Project III, Project I, Project IV
Dari Tabel 4. diatas dapat dilihat ranking project dalam dua kategori yakni between appraisers dan all appraisers vs standard, keduanya menunjukkan hasil terbaik di project II,
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7 project III, project I dan project IV terendah. Dan untuk ranking operator dapat dilihat dari gambar dibawah ini.
Total Score
Appraiser's Score for Result Interpretation 30 25 20 15 10 5 0
SYN
SPY
SCP
Within Appraisers
21
24
18
Each Appraisers vs Standard
23
21
18
Gambar 5. Appraiser’s Score for Result Interpretation Gambar 5. tentang nilai skor operator pada Result Interpretation dapat dilihat pada dua kategori within appraisers jumlah skor tertinggi ditunjukkan oleh SPY, SYN dan SCP terendah. Dan untuk each appraisers vs standard nilai tertinggi ditunjukkan oleh SYN, SPY dan SCP terendah. Untuk tinjauan selanjutnya dari type of defect, hasilnya dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini. Tabel 5. Hasil Ranking Project pada Type of Defect Project Rank Result on Type of Defect Between Appraisers
Percent of Agreement Project II, Project III, Project I, Project IV
All Appraisers vs Standard
kappa value Project II, Project III, Project I, Project IV
Tabel 5. menunjukkan hasil yang sama dengan tabel 4. sebelumnya dari result interpretation, ranking project terbaik sama dengan type of defect.
Total Score
Appraiser's Score for Type of Defect 25 20 15 10 5 0
SYN
SPY
SCP
Within Appraisers
21
13
16
Each Appraisers vs Standard
23
12
15
Gambar 6. Appraiser’s Score for Type of Defect Gambar 6. tentang nilai skor operator pada tinjauan type of defc dapat dilihat pada dua kategori within appraisers dan untuk each appraisers vs standard jumlah skor tertinggi ditunjukkan oleh SYN, SCP dan SPY terendah. IV. KESIMPULAN Dari hasil Analisis data, pembahasan dan dilanjutkan dengan scoring untuk penarikan kesimpulan, dalam penelitian ini didapat kesimpulan diantaranya: 1. Hasil Analisis Varian menunjukkan untuk Result Interpretation dan Type of Defect, P value > 0.05 dan
6 F.uji < F tabel yang berarti didapat keputusan gagal tolak H 0 dan kesimpulannya tidak ada pengaruh faktor operator dan waktu pengambilan data (shift) terhadap kemampuan operator dalam membaca dan menginterpretasikan film hasil uji radiografi. 2. Hasil Assessment Agreement Level operator pembaca film untuk Result Interpretation dan type of defect baik dari nilai Kappa maupun persentase agreement adalah sebagai berikut: a. Kategori masing-masing operator sendiri (within apparaisers), tingkat konsistensi tertinggi ditunjukkan oleh operator SPY, kemudian SYN dan SCP yang teredah untuk Result Interpretation, dan tingkat konsistensi tertinggi ditunjukkan oleh operator SYN, kemudian SCP dan SPY yang terendah untuk type of defect. b. Kategori masing-masing operator dengan standart (each appraisers vs standard), tingkat akurasi dan kesesuian dengan standard yang paling tinggi ditunjukkan oleh operator SYN, kemudian SPY dan SCP yang terendah untuk Result Interpretation. Dan tingkat akurasi dan kesesuian dengan standard yang paling tinggi ditunjukkan oleh operator SYN, kemudian SCP dan SPY yang terendah untuk type of defect. c. Kategori setiap operator dengan operator lainnya (between appraisers), menunjukkan tingkat kesepakatan antara operator satu sama lainnya tertinggi pada Project II dan III, kemudian Project I dan IV yang lebih rendah. d. Kategori keseluruhan operator dengan standart (all appraisers vs standard) menunjukkan tingkat kesepakatan seluruh operator terhadap standart tertinggi pada Project II dan III, kemudian Project I dan IV yang lebih rendah. 3. Solusi yang didapat untuk mengurangi dan mengendalikan High Weld Rejection adalah dengan memberikan pelatihan yang sama pada seluruh operator dengan dua pokok pelatihan yakni Acceptance Criteria for Welding dan Pengenalan Pola dan ciri cacat las dalam film hasil uji radiografi sesuai atandart yang sedang digunakan oleh perusahaan. UCAPAN TERIMA KASIH Para penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan data, motivasi dan semangat sehingga Penelitian ini dapat diselesaikan. Untuk keluarga penulis, untuk keluarga Jurusan Teknik Kelautan ITS dan juga keluarga besar PT. ALSTOM Power ESI-Surabaya. DAFTAR PUSTAKA [1] Musaikan, “Teknik Las.” Jurusan Teknik Mesin- Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 1997. [2] Muhtadan, “Ekstraksi Ciri Cacat Pengelasan pada Citra Digital Film Menggunakan Geometric Invariant Moment Statistical Texture,” JFN, vol. 3 No. 2, Nov. 2009. [3] N. Syahroni, “Modul 2 : Jenis-Jenis Proses Las.” Proyek DUE-Like ITS Surabaya, 2001.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7 [4]
H. Sunaryo, Teknik Pengelasan Kapal, Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. [5] NDT Resources Center, “Radiograph InterpretationWeld,” 2013. [Online]. Available: www.ndt-ed.org. [6] The American Society of Mechanical Engineering, ASME Boiler & Pressure Vessel Code IX Qualification Standard for Welding and Bracing Procedure, Welders, Blacers, and Welding and Bracing Operator. New York: Three Park Avenue, 2010. [7] Kemp, J.F. Goodwin, E.M., Marine Statistic Theory and Practice. Great Britain: William: Clowes (Beccles) Limited Beccles and London, 1979. [8] K. Bower, “Measurement System Analysis with Atribute Data,” Trainers Corner, 2010. [9] S. Rahmawati, “Analisis Konsistensi Pola Pemanfaatan Ruang dengan Rencana Tata Ruang (Study Kasus Kota Palu),” Inst. Peratanian Bogor, 2008. [10] J. L. Fleiss, Statistical Methods for Rates and Proportions, 2nd Edition. John Willey and Sons, 1981.
7