PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
STUDI VULKANISME DAN STRUKTUR GEOLOGI UNTUK EKSPLORASI AWAL PANAS BUMI DI KOMPLEKS GUNUNG API ARJUNO WELIRANG Hari Wiki Utama1* Agung Harijoko1 Salahuddin Husein1 1
Departmen Teknik geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, *Email :
[email protected]*
SARI Kompleks Gunung api Arjuno Welirang (KGAW) terletak di Provinsi Jawa Timur merupakan kompleks gunung api Kuarter yang tersusun oleh beberapa tubuh gunung api, yaitu Arjuno, Welirang, Kembar, Bulak, Bakal dan Pundak. Kerucut atau tubuh gunung api tersebut membentuk kelurusan berarah utara – selatan menunjukkan adanya kontrol struktur geologi dalam pembentukan KGAW. Daerah ini merupakan daerah prospek panas bumi ditandai dengan kemunculan manifestasi panas bumi seperti mata air panas Cangar dan mata air panas Padusan dengan variasi suhu 39.50C 46.50C, pH netral serta fumarol di puncak Gunung Welirang. Untuk melengkapi data awal eksplorasi panas bumi perlu pemahaman mengenai vulkanisme dan struktur geologi. Oleh karena itu dalam studi ini dilakukan dengan survei geologi lapangan yang didukung dengan studi penginderaan jauh dan pekerjaan laboratorium berupa pengamatan sayatan tipis petrografi untuk memahami petrologi batuan yang sangat berguna untuk studi vulkanisme. Kondisi geologi yang merupakan batuan berumur Kuarter terdiri dari lava andesit, lava andesit basaltik, breksi vulkanik dan batuan piroklastik bertipe aliran yang bersumber dari hasil erupsi KGAW. Struktur geologi berupa sesar disekitar mata air panas Padusan mengindikasikan adanya hubungan erat antara keberadaan manifestasi panas bumi terhadap vulkanisme dan struktur geologi. Kata kunci : vulkanisme, struktur geologi, panas bumi, Arjuno-Welirang
I.
dari Van Bemmelen (1949). KGAW termasuk ke dalam rangkaian kompleks Andjasmoro-Ardjuno-Welirang-KeludKawi-Butak (Duyejes, 1938 dalam Van Bemmelen, 1949).
PENDAHULUAN Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) merupakan bagian dari rangkaian gunung api aktif berumur Kuarter di pulau Jawa yang berada di Jawa Timur (Gambar 1). Keberadaan gunung api ini berasosiasi dengan prospek sistem panas bumi oleh Wahyuningsih (2005). Arjuno Welirang juga merupakan salah satu dari sekitar 50 gunung api aktif di pulau Jawa berumur Kuarter, di mana gunung api ini berhubungan dengan sistem subduksi oleh Setijadji (2010).
KGAW termasuk ke dalam sistem panas bumi bermedan terjal yang berasosiasi dengan sistem vulkanik. Manifestasi panas bumi yang ditemukan, seperti fumarol Kawah Plupuh dijumpai pada bagian atas, dan mata air panas dijumpai merupakan tipe bikarbonat, seperti mata air panas Padusan dan Cangar, serta alterasi argilik dan argilik lanjut pada Gunung Pundak menurut Hadi dkk., (2010).
Secara fisiografi KGAW termasuk ke dalam sabuk vulkanik Kuarter Zona Solo yang terletak antara Zona Pegunungan Serayu Utara-Kendeng dan Pegunungan Selatan
Keberadaan vulkanisme dan struktur geologi KGAW sangat tercermin dari hasil 83
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA pengamatan melalui penginderaan jauh berupa citra digital elevation model (DEM) yang menunjukkan bahwa lebih dari sebagian daerah penelitian merupakan gunung api Kuarter yang dikontrol oleh struktur-struktur tektonik maupun vulkanik. Fenomena ini sangat menarik untuk diketahui lebih detil, karena keberdaan dari sistem panas bumi sangat berhubungan dengan gunung api aktif Kuarter dan kontrol dari struktur geologi.
II.
KONDISI REGIONAL
tahun lalu-sekarang (Oligosen Akhir-Resen) menurut Sribudiyani dkk., (2003). Vulkanisme dan struktur geologi utama di pulau Jawa, keberadaannya sangat dikontrol oleh kondisi tektonik sehingga berdampak rangkaian gunung api aktif berasosiasi dengan sistem panas bumi (Katili, 1975; Hamilton, 1979; Simandjutak dan Barber, 1996; MarcPherson dan Hall, 2002, dalam Setijadji, 2010) pada (Gambar 2). Produk vulkanik baru dari Welirang dan Arjuno Muda, Gunung Kembar I-II, dan Gunung Bakal, yang juga dipengaruhi oleh sesar mendatar di permukaan (Sesar Dekstral Padusan) yang berarah baratlauttenggara sebagai antitetik dari Sesar Sinistral Welirang yang berarah baratdayatimurlaut menurut Hadi dkk., (2010). Struktur geologi Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) memiliki arah kelurusan pola struktur yaitu arah utaraselatan, baratlaut-tenggara, baratdayatimurlaut, dan barat-timur. Selain itu terbentuk beberapa stuktur vulkanik seperti ring fracture dan zona amblasan Hadi dkk., (2010).
GEOLOGI
Kepulauan Indonesia merupakan suatu wilayah tektonik komplek secara geologi yang dipengaruhi oleh interaksi lempeng konvergen Eurasia yang berada dibagian utara yang relatif tetap, lempeng IndoAustralia dibagian selatan yang bergerak relatif ke utara, serta lempeng Pasifik dibagian timur yang bergerak relatif ke barat menurut Hall (1996). Pulau Jawa terdapatnya Zona gunung api Kuarter yang mencerminkan hubungan antara tektonik dan vulkanisme oleh Van Bemmelen (1949). Vulkanisme Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) diindikasikan dengan kehadiran batuan beku, batuan piroklastik, dan batuan vulkanik klastik yang berumur Kuarter. Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang berada pada tatanan tektonik jalur magmatik Jawa Bagian Selatan dengan susunan berupa batuan vulkanik Kuarter. Pembentukan erupsi samping yang diiringi dengan erupsi besar mengeluarkan material vulkanik Arjuno-Welirang tua sehingga membentuk kekosongan pada produk Arjuno-Welirang Tua, hal tersebut terlihat dengan nampaknya bentukan ring fracture berupa zona amblesan Hadi dkk., (2010).
Stratigrafi regional daerah KGAW dan sekitarnya disusun oleh batuan yang bersumber dari Gunung api Anjasmoro (Plistosen Awal), Gunung api Ringgit – Pundak - Butak (Plistosen Tengah), Gunung api Arjuno – Welirang - Kembar I dan II (Plistosen Akhir), Gunung api Penanggungan (Holosen) pada (Gambar 3).
III.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengolah data peta topografi dari Peta Rupa Bumi Digital 1:25,000 yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Pengolahan menggunakan software ArcGis 10.3 dan Global Mapper 17 dengan kontur digital interval 12.5 meter, sehingga menghasilkan digital elevation model (DEM) beresolusi 25 meter. Dengan citra DEM dapat
Jawa Timur memiliki dua pola struktur utama yaitu pola Meratus berarah timurlautbaratdaya terbentuk 80-53 juta tahun lalu (Kapur Akhir-Eosen Awal) dan pola Jawa berarah timur-barat terbentuk sejak 32 juta 84
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA menginterpretasikan kelurusan baik itu berupa struktur vulkanik, struktur tektonik, dan satuan dari morfologi mengacu pada klasifikasi Verstappen (1985) dan pola aliran sungai oleh Howard (1967), Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) secara manual dan prinsip dasar geologi mengacu pada Sandi Stratigrafi Indonesia oleh Ikatan Ahli Geologi Indonesia (1996). Pemetaan geologi lapangan dilakukan untuk mengetahui struktur geologi mengacu pada klasifikasi Rickard (1972) dan struktur geologi daerah vulkanik/gunung api menurut Nakamura, K., (1977) dan Tibaldi, A., (2008), sistem vulkanisme oleh Schmincke, H.U., (2004), manifestasi panas bumi menurut Hochstein, M.P., Browne, P.R.L. (2000), data mengenai alterasi hidrotermal batuan mengacu pada Rose, A.W., dan Burt, D.W., (1979), dengan cara mengambil dan mengukur data tersebut termasuk pengambilan sampel batuan secara representatif.
penyinaran tersebut maka didapatkan peta DEM dari Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW). Dari data DEM memperlihatkan tekstur permukaan dari KGAW, sehingga dapat dilakukan pembagian satuan vulkanostratigrafinya yang bersifat tentatif. Pemetaan geologi lapangan untuk menghasilkan peta geologi daerah KGAW berdasarkan prinsip dasar geologi meliputi litologi batuan, geomorfologi, struktur geologi, dan stratigrafi. Pola Kelurusan dan Struktur Geologi KGAW Pola kelurusan dan struktur geologi KGAW diinterpretasi menggunakan citra DEM berdasarkan prinsip geologi. Dengan menginterpretasi pola kelurusan KGAW kombinasi dari beberapa hillshade dengan empat arah penyinaran yang berbeda, maka didapatkan arah-arah kelurusan hasil interpretasi secara visual menggunakan prinsip dasar geologi, yaitu berarah tenggara-baratlaut, utara-selatan, timurbarat, dan dominan berarah timurlaubaratdaya. Dari kelurusan tersebut beberapa membentuk pola radial terhadap penggungan, lembah sungai, dan gunung api. Pola radial pada gunung api tersebut mengindikasikan bahwa terdapat adanya vulkanisme aktif di KGAW.
Pengamatan sayatan tipis petrografi menggunakan klasifikasi Williams, H., Turner F.J., dan Gilbert C.M., (1982), batuan dilakukan di laboratorium Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, yaitu beberapa sampel yang digunakan untuk mengetahui komposisi mineralogi batuan, tekstur, dan struktur batuan produk KGAW. Pengukuran dan analisis struktur geologi untuk mengetahui kontrol struktur geologi terhadap kemunculan manifestasi panas bumi dan hubungannya dengan vulkanisme yang ada pada KGAW.
IV.
Struktur geologi berupa sesar dapat diidentifikasikan menggunakan citra DEM dengan skala sesuai yang tercantum didalam metode penelitian, maka dapat diinterpretasikan sesar pada bagian utara KGAW meliputi : sesar yang berarah utaraselatan (Sesar Nogosari) membentuk pola relatif lurus dimulai dari puncak Welirang hingga kebagian utara, kemudian adanya pola timurlaut-baratdaya (Sesar Trawas) yang dimulai dari bagian bawah morfologi gunung Penanggungan sampai ke pola stuktur utara-selatan Welirang yang memotong gunung Pundak, dan sesar
ANALISIS DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN Analisis data digital elevation model (DEM) yang beresolusi 25 meter merupakan hasil interpolasi kontur peta topografi digital skala 1:25,000. Interpretasi citra DEM dilakukan dengan cara overlay dari hillshade dengan arah penyinaran dari 3150, 00, 450, dan 900. Kombinasi dari empat arah 85
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA dengan arah dan pola yang sama timurlautbaratdaya (Sesar Prigen) terletak dibagian bawah sesar Trawas. Sesar yang berarah tenggara-baratlaut yang berdekatan terhadap kemunculan mata air panas Padusan (Sesar Padusan), berada pada bagian baratlaut Welirang. Sesar bagian selatan KGAW diwakili oleh pola keluran struktur dari Welirang-Kembar I-Kembar II-Arjuno yang membentuk pola relatif utara-selatan. Pada bagian tenggara KGAW terdapat sesar berarah tenggara-timurlaut (Sesar Tegalrejo) yang diinterpretasikan sebagai pengontrol adanya zona longsorang yang cukup besar pada bagian tubuh gunung api Arjuno.
di Kali Dlundung (Gambar 4) dan Trawas yang mewakili Sesar Trawas. Kemudian sesar berarah timurlaut-baratdaya di bawah Sesar Trawas diwakili oleh pengukuran struktur geologi di Air Terjun Kakek Bodo. Sesar berarah tenggara-baratlaut pengukuran dilakukan struktur geologi di Air Terjun Coban Cangu dan Air Terjun Grejengan. Pada bagian selatan KGAW diwakili oleh pengukuran struktur geologi di Tegalrejo Barat berarah tenggara-baratlaut, dimana kemenerusan sesar sampai pada zona longsoran bagian tenggara dari gunung api Arjuna. Adanya zona longsoran yang cukup besar ini sangat memungkinkan adanya kontrol struktur geologi berupa sesar. Pada kemunculan mata air panas Cangar dan mata air panas Padusan struktur geologi bersifat interpretatif berarah utara-selatan yang dicirikan adanya kemunculan manifestasi panas bumi.
Pada bagian barat dari KGAW ini merupakan gunung api Anjasmoro, dimana pola kelurusannya relatif membentuk radial hingga trellis pada slope yang terjal. Morfologi Anjasmoro ini dibatasi oleh kelurusan berupa struktur geologi yang berarah relatif utara-selatan yang membatasi terhadap KGAW. Pada morfologi KGAW ini muncul manifestasi panas bumi berupa mata air panas Cangar dibagian barat KGAW dan mata air panas Padusan dibagian baratlaut KGAW.
Mineralogi dan Petrologi KGAW Analisis petrografi sayatan tipis batuan dari KGAW menunjukkan lebih dari sebagian sampel merupakan batuan andesit hingga andesit basaltik, dengan hasil deskripsi umunya berwarna abu-abu; hipokristalin, fanerik halus-sedang, dengan bentuk kristal subhedral-anhedral; memiliki hubungan antar kristal inequigranular porfiritik; memiliki tekstur umur berupa porfiritik, vitroverik dengan fenokris plagioklas dan mikrolit berupa plagioklas, mineral mafik lainnya, dan masa dasar gelas; sebagian memperlihatkan tekstur khusus berupa pilotaksitik yaitu tekstur aliran sebagai penciri lava, dimana plagioklas fenokris dan mikrolit plagioklas membentuk pola aliran; komposisi mineral umumnya plagioklas, klinopiroksen, ortopiroksen, hornblende, mineral opak, dan masa dasar gelas.
Pada pengamatan geologi lapangan ditemukan adanya indikasi struktur geologi berupa bidang sesar dan gores garis sesar. Pengambilan dan pengukuran data geologi berupa struktur diambil pada lokasi-lokasi seperti ini. Interpretasi struktur geologi berupa sesar berdasarkan citra DEM serta dilengkapi dengan pengukuran aspek struktur geologi sebagai data lapangan, mengindikasikan bahwa dari penelitian dikontrol oleh sesar-sesar berarah utaraselatan, timurlaut-baratdaya, tenggarabaratlaut. Pengukuran struktur geologi berupa sesar bagian utara KGAW yaitu pada data struktur di Kali Gembulu yang mewakili sesar berarah relatif utara-selatan yaitu Sesar Nogosari. Sesar berarah timurlaut-baratdaya
Kondisi Geologi dan Manifestasi Panas Bumi KGAW Kondisi geologi KGAW tercermin dari pengamatan citra DEM dan pengamatan 86
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA geologi lapangan. Dari citra DEM memperlihatkan produk batuan dihasilkan dari gunung api Arjuno - Welirang - Kembar I - Kembar II – Bulak – Bakal – Pundak – Pananggungan - Anjasmoro. Dari beberapa produk ataupun sumber dari gunung api tersebut menghasilkan batuan berupa lava andesit-andesit basaltik, aliran piroklastik, dan breksi vulkanik.
dapat membentu dalam menentukan morfologi suatu gunung api yang memiliki karakteristik berupa gunung api aktif yang memperlihatkan bentuk kerucut yang relatif lancip/sempurna, kondisi dan pola kelurusan dapat teramati dari suatu gunung api ataupun lembah dengan membentuk pola relatif radial. Dari pola kelurusan ini sangat membantu di dalam menentukan struktur geologi berupa sesar dan kontrol sesar terhadap kemunculan manifestasi panas bumi yang ada.
Kemunculan manifestasi panas bumi, seperti mata air panas daerah Cangar dan mata air panas Padusan dengan variasi suhu 39.50C 46.50C, pH netral, fumarol di puncak gunung api Welirang dengan bau belerang begitu menyengat, fumarol di Kembar I dan Kembar II, alterasi di kawah Plupuh gunung Pundak – Kembar I dan Kembar II sangat mencerminkan adanya hubungan antara vulkanisme dan struktur geologi terhadap kemunculan manifestasi panas bumi di KGAW (Gambar 5).
Pengamatan lapangan mengindikasikan adanya kontrol struktur geologi berupa sesar dan vulkanisme terhadap kemunculan manifestasi. Kemunculan mata air panas daerah Cangar dan Padusan yang terdapat pada bagian dari tubuh gunung api/vulkanisme Welirang yang disertai dengan adanya indikasi sesar di Air Terjun Coban Cangu dan Air Terjun Grejengan. Fumarol di puncak Welirang dan alterasi di kawah Plupuh dengan kelurusan berupa struktur relatif utara-selatan dari gunung api Welirang – Kembar I – Kembar II – Anjarmoro. Alterasi hidrotermal di gunung Pundak pada bagian utara gunung api Welirang dan adanya struktur sesar berarah timurlaut-baratdaya dari Sesar Trawas yang dipotong oleh Sesar Nogosari dengan pola relatif utara-selatan yang berada di bagian utara gunung api Welirang sudah cukup menjadi bukti data bahwa studi vulkanisme dan struktur geologi di dalam eksplorasi awal panas bumi sangatlah penting untuk menentukan daerah yang berpotensi untuk dilakukan peneltian lebih lanjut.
Pengamatan geologi lapangan dengan mengamati ciri fisik batuan, struktur geologi, dan hubungan stratigrafi, maka produk dari KGAW tersebut dapat diamati sehingga sangat membantu dalam menentukan sejarah ataupun proses pembentukan dari Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW). Setiap satuan stratigrafi memiliki karakteristik khusus baik itu dari morfologinya maupun batuan penyusun yang ada. Kondisi geologi KGAW ini sangat dikontrol oleh vulkanisme dan struktur geologi yang berdampak pada kondisi stratigrafi dari KGAW (Gambar 6). Diskusi Berdasarkan penjelasan diatas di dalam eksplorasi awal panas bumi, pemahaman mengenai vulkanisme dan struktur geologi merupakan kondisi utama yang perlu diketahui. Studi vulkanisme dan struktur geologi dapat dilakukan melalui foto udara dalam kasus ini menggunakan citra DEM dan pengamatan ataupun observasi geologi lapangan. Pengamatan dengan citra DEM
V.
KESIMPULAN Studi vulkanisme dan struktur geologi untuk ekslporasi awal panas bumi merupakan langkah awal untuk menentukan daerah potensi sebagai rekomendasi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Studi vulkanisme dan struktur geologi sangat membantu dalam mengetahui sumber dari
87
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA munculnya manifestasi panas bumi dan jenis struktur geologi, arah serta kemenerusan dari keterdapatan manifestasi panas bumi yang ada di Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang.
VI.
Agung Harijoko, S.T., M.Eng., dan Salahuddin Husein, S.T., M.Sc., Ph.D yang telah memberikan materi serta berdiskusi di dalam pembuatan makalah ini, terima kasih juga penulis ucapkan kepada Program Studi Pascasarjana Teknik Geologi, Department Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada atas dana penelitian yang diberikan.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan adik-adik, kepada Dr.
DAFTAR PUSTAKA Hadi, M.N., Kusnadi, D., Rezky, Y., 2010, Penyelidikan Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Arjuno-Welirang, Kabupaten Mojokerto dan Malang, Provinsi Jawa Timur, Pusat Sumber Daya Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pp. 405 – 412. Hall, R. (1996) : Reconstructing Cenozoic SE Asia. In: Hall, R. and Blundell, D. J. (eds.), Tectonic Evolution of Southeast Asia. Geological Society, Special Publication, 106, 152 – 184. Hamilton, W., 1979, Tectonic of Indonesian Region, U.S. Geological Survey Professional Paper 1078, United States Government Printing Office, Washington, USA, pp. 345. Howard, A.D., 1967, Drainage Analysis in Geologic Interpretation: A Summation, AAPG Bulletin, vol. 51, pp. 2246-2259. Hochstein, M.P., Browne, P.R.L. (2000), “Surface manifestations of geothermal systems with volcanic heat sources” in: H. Sigurdsson (Ed.), Encyclopedia of Volcanoes, Academic Press. Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Jakarta : Ikatan Ahli Geologi Indonesia. International Geothermal Conference, 2014, Geothermal Power Generation in the World 2010-2014, http://international-geothermal-conference.co.id (diakses April 2016). Nakamura, K., 1977, Volcanoes as possible indicators of tectonic stress orientation – principle and proposal, Journal of Volcanology and Geothermal Research 2, pp. 1-16. Rickard, M.J., 1972, Fault Classification Discussion: Geological Society of America Bulletin, vol. 83, pp. 2545-2546. Rose, A.W., dan Burt, D.W., 1979, Hydrothermal Alteration, in H.L. Barnes, Geochemistry and Hydrothermal Ore Deposits, 2nd edition: John Wiley and Sons, New York, pp. 173-235. Santosa, S. dan Suwarti, T., 1992, Peta Geologi Lembar Malang, Jawa Timur, skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Setijadji, L.D., 2010, Segmented Volcanic Arc and its Association with Geothermal Fields in Java Island, Indonesia, Proceedings World Geothermal Congress 2010, Bali, Indonesia, 25-29 April 2010, pp. 1 – 12. Schmincke, H.U., 2004, Volcanism, Springer-Verlag, Berlin, Germany, 324 pp. Simandjuntak, T.O., Barber, A.J., 1996. Contrasting tectonic styles in the neogeneorogenic belts of Indonesia. In: Hall, R., Blundell, D.J. (Eds.), Tectonic Evolution of Southeast AsiaGeol. Soc. Spec. Publ. 106, 185–201. 88
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA Sribudiyani, Muchsin, N., Ryacudu, R., Kunto, T., Astono, P., Prasetya, I., Sapiie, B., Asikin, S., Harsolumakso, A.H., dan Yulianto, I., 2003, The Collision of The East Java Microplate and Its Implication for Hydrocarbon Occurences in The East Java Basin, Proceeding of Indonesia Petroleum Association, Jakarta. Tibaldi, A., 2008, Contractional tectonics and magma paths in volcanoes, Journal of Volcanology and Geothermal Research 178, pp. 291-301. Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia Volume 1A, Government Printing Office, The Hague, Netherlands. pp. 732. Verstappen, 1985, Geomorphological Surveys for Eviromental Development, Elsevier Science Publishing Company Lnc, Amsterdam. Wahyuningsih, R., 2005, Potensi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Indonesia, Kolokium Hasil Lapangan Pusat Survei Geologi, Bandung, Indonesia. Williams, H., Turner F.J., dan Gilbert C.M., 1982, Petrography, An Introduction to Study of Rock in Thin Section, University of California, Barkeley, W.H, Freeman and Company, San Fransisco, pp. 406.
GAMBAR
Gambar 1. Peta kesampaian lokasi daerah KGAW
Gambar 2. Struktur geologi utama dan vulkanisme di pulau Jawa. Keberadaan gunung api aktif yang berasosiasi dengan sistem panas bumi, mengacu pada peta (Katili, 1975; Hamilton, 1979; Simandjuntak dan Barber, 1996; MacPherson dan Hall, 2002, dalam Setijadji, 2010)
89
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 3. Peta geologi regional Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) dan sekitarnya pada lembar Malang skala 1 : 100.000, terbitan Direktorat Geologi Bandung, dengan modifikasi (Santoso dan Suwarti, 1992)
Gambar 4. Indikasi sesar pada air terjun Dlundung
90
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 5. Mata air panas Padusan yang merupakan salah satu manifestasi panas bumi di KGAW
91
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 6. Peta geologi Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW), modifikasi dari hasil penelitian Pusat Sumber Daya Geologi (Hadi dkk, 2010), serta korelasi citra digital elevation model, peta geologi regional KGAW (Santoso dan Suwarti, 1992) dan kelurusan (lineament) tektonik dan vulkanik, berdasarkan citra satelit digital elevation model. 92