perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PESAT TIRTA LAWU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2010
`
SKRIPSI
OLEH JOKO RUSTANTO X.4608529
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PESAT TIRTA LAWU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2010
Oleh: JOKO RUSTANTO X.4608529
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Pembimbing I
Pebruari 2011
Pembimbing II
Drs. H. Agus Margono, M.Kes. NIP. 19580822 198403 1 002
Drs. H. Sunardi, M.Kes. NIP. 19581121 199003 1 004
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Senin Tanggal
: 7 Pebruari 2011
Tim Penguji Skripsi : (Nama Terang)
(Tanda Tangan)
Ketua
: Drs. Agus Mukholid. M. Pd
Sekretaris
: Drs. Waluyo. M. Or
Anggota I : Drs. H. Agus Margono. M. Kes Anggota II : Drs. H. Sunardi. M. Kes
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Joko Rustanto. STUDI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PESAT TIRTA LAWU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi kasus. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 berjumlah 34 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan tes dan pengukuran kebugaran jasmani dengan tes lari multitahap (multistage fitness test). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan: tingkat kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 memiliki kategori kebugaran jasmani yang cukup, sebanyak 22 siswa dari 34 siswa Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar, dengan pesentase 64,71 %.
commitvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
JOKO Joko Rustanto
v Lebih baik berburu di lapangan, karena kesehatan tidak dapat dibeli, daripada membayar dokter untuk selembar resep. (John Dryden) v Anda tidak akan menemukan waktu untuk apa pun. Jika anda menginginkan waktu anda harus meluangkan. (Charles Buxton)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kusunting skripsi ini untuk: v Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan v Istriku yang selalu memberi semangat dan memotivasi v Teman-teman ku Angkatan ’08 FKIP JPOK UNS Surakarta v Alamamater
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sebagai pembimbing I yang telah memberi pengarahan dan bimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik. 3. Drs. H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sebagai sebagai pembimbing II telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi. 4. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis. 5. Pembina dan Pelatih Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di klub yang dipimpinya. 6. Siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Karanganyar tahun 2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semogra skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2011 commit to user
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ................................………………………………………………… i PENGAJUAN ...............................………………………………………….
ii
PERSETUJUAN .........................…………………………………………..
iii
PENGESAHAN ..............................………………………………………..
iv
ABSTRAK .................………………………………………………………
v
MOTTO .....................………………………………………………………
vi
PERSEMBAHAN .............................………………………………………. vii KATA PENGANTAR ..................................……………………………… viii DAFTAR ISI ......................................……………………………………… ix DAFTAR GAMBAR ...................................………………………………. xii DAFTAR LAMPIRAN ...............................………………………………. xiii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………...
1
B. Identifikasi Masalah ..…………………………………………...
5
C. Pembatasan Masalah ...................……………………………..…
5
D. Perumusan Masalah ......…………………………………………. 5 E. Tujuan Penelitian .....…………………………………………….
6
F. Manfaat Penelitian .....……………………………………………
6
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
7
A. Tinjauan Pustaka ...…………………………………………….
7
1. Permainan Sepakbola…………………………………………
7
a. Pengertian Permainan Sepakbola…………………………
7
b. Kondisi Fisik dalam Permainan Sepakbola………………
9
2. Kebugaran Jasmani………………………………………….. 11 a. Pengertian Kebugaran Jasmani…………………………… 11 b. Unsur-Unsur Kebugaran Jasmani………………………… 12 c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani… 21 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Manfaat Kebugaran Jasmani……………………………… 22 e. Usaha Meningkatkan
dan
Memelihara Kebugaran
Jasmani…………………………………………………… 23 3. Latihan Sarana untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani…… 25 a. Latihan Fisik……………………………………………… 25 b. Hal-Hal yang harus Diperhatikan dalam Latihan Fisik…… 25 c. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan Fisik………………………. 28 d. Komponen-Komponen Latihan…………………………… 32 e. Perubahan-Perubahan Tubuh Akibat Latihan…………….. 34 4. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani……………………. 36 a. Cara Pengukuran Kebugaran Jasmani……………………. 36 b. Macam-Macam Tes Kebugaran Jasmani…………………. 38 B. Penelitian yang Relevan………………………………………… 39 C. Kerangka Pemikiran .......……………………………………….
40
BAB III METODE PENELITIAN .............………………………………. 42 A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……………………………….. 42 B. Bentuk dan Strategi Penelitian…………………………………. 42 C. Sumber Data……………………………………………………. 42 D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 42 E. Teknik Analisis Data…………………………………………… 43 BAB IV HASIL PENELITIAN ...................……………………………… 44 A. Deskripsi Data ...............……………………………………….. 44 B. Mencari Reliabilitas……………………………………………. 44 C. Hasil Analisis Data……………………………………………… 45 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........……….………. 48 A. Simpulan………………………………………………………. 48 B. Implikasi ....................………………………………………… 48 C. Saran .........................………………………………………….. 49 DAFTAR PUSTAKA .............................………………………………….. 50 LAMPIRAN………………………………………………………………… 53 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Unsur-Unsur Kebugaran Jasmani…………………………..
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Norma Prosentase Lemak Tubuh…………………………….
18
Tabel 2. Ambang Denyut Jantung dalam Berbagai Tingkat Usia dan Denyut Nadi Basal………………………………………….
38
Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Tes dan Re-Test Kebugaran Jasmani Siswa Uisa 11 - 15 Tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010…………………
44
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Data…………………………………..
44
Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas…………………………………
45
Tabel 6. Rekapitulasi Klasifikasi Hasil Tes Kebugaran Jasmani Siswa Usia 11 - 15 Tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010…………………
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani………….
54
Lampiran 2. Tabel Prediksi Ambilan Konsumsi Oksigen Maksimal dengan Tes Lari Multitahap…………………………….
56
Lampiran 3. Tabel Penilaian Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan
Konsumsi Oksigen Maksimal
Siswa
Putra Usia 11-15 Tahun…………………………………
58
Lampiran 4. Formulir Catatan Lari Multitahap……………………….
59
Lampiran 5..Daftar nama Siswa Sekolah SepakBola Pesat Tirta Lawu yang berusia 11 – 15 tahun pada tahun 2010…..
60
Lampiran 6. Data Hasil Test dan Re - Test Kebugaran Jasmani Siswa SSB Pesat Tirta Lawu Karanganyar Tahun 2010
61
Lampiran 7. Data Hasil Tes Kebugaran Jasmani Siswa SSB Pesat Tirta
Lawu Karanganyar Tahun
2010 Berikut
Klasifikasinya…………………………………………..
62
Lampiran 8. Uji Reliabilitas dengan Anava…………………………..
65
Lampiran 9. Rekapitulasi Klasifikasi Tes Kebugaran Jasmani Siswa SSB Pesat Tirta Lawu Karanganyar Tahun 2010……….
66
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta………………………………………………..
67
Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian dari SSB Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar…………………………
68
Lampiran 12. Pengajuan judul Skripsi ………….…………………..
69
Lampiran 13. Validasi Proposal Skripsi……………………………..
70
Lampiran 14. Surat Ijin penyusunan Skripsi…………………………
71
Lampiran 15. Dokumentasi …………………………………………
72
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan olahraga permainan yang populer di dunia, dan bahkan telah menjadi permainan Nasional bagi setiap Negara di Eropa. Di Indonesia, permainan sepakbola cukup memasyarakat dan berkembang pesat sampai di pelosok-pelosok desa. Bahkan sekarang ini permainan sepakbola dalam gedung atau dikenal dengan futsall muncul dimana-mana, baik di kota-kota besar maupun di perkotaan, bahkan di pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa, bermain sepakbola mudah dilakukan, cukup sederhana dan mendatangkan rasa senang dan kebugaran jasmani bagi pelakunya. Munculnya klub-klub sepakbola atau Lembaga Pendidikan Sepakbola di berbagai daerah menunjukkan perkembangan sepakbola di Indonesia cukup pesat. Di Kabupaten Karanganyar telah muncul dan berkembang beberapa sekolah sepakbola yang cukup eksis, salah satunya Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu. Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar telah beberapa kali mengikuti pertandingan antara sekolah sepakbola, baik tingkat daerah maupun tingkat Karisidenan Surakarta. Dari berbagai pertandingan yang telah diikuti prestasinya kurang stabil. Terkadang mampu memenangkan pertandingan dengan skor yang telak, tetapi terkadang juga mengalami kekalahan. Prestasi yang naik turun dari Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar perlu ditelusuri faktor penyebabnya. Seringkali kekalahan yang dialami para pemain Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar disebabkan kebugaran jasmaninya kurang baik. Karena kebugaran jasmani yang kurang baik, sehingga para pemain Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar mudah lelah sehingga seringkali kehilangan bola. Upaya meningkatkan keterampilan bermain sepakbola seharusnya memiliki fundasi kebugaran jasmani yang baik. Sudarno SP. (1992: 59) menyatakan, “Kapasitas aerobik maksimal merupakan faktor penting bagi penampilan dalam olahraga yang memakan waktu, dan merupakan indikator bagi kesegaran jasmani seseorang. Semakin besar kapasitas aerobik maksimal seseorang semakin besar kemungkinan mencetak prestasi pada nomor-nomor yang memerlukan ketahanan”. Aktivitas olahraga termasuk bermain sepakbola dilakukan dalam waktu yang cukup lama, sehingga dibutuhkan commitkebugaran to user jasmani yang baik, agar selama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
permainan penampilannya tetap fit dan tidak cepat lelah serta keterampilan yang dimiliki tidak berkurang akibat kelelahan. Untuk melakukan tugas atau bermain sepakbola sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, maka kebugaran jasmani sangat penting. Agar seorang pemain sepakbola memiliki penampilan yang baik selama bermain, maka kebugaran jasmani harus dipersiapkan sebaik mungkin. Harsono (1988: 201) menyatakan “Setiap atlet harus dipersiapkan fisiknya (termasuk daya tahan aerobik) sebaik mungkin agar dalam pertandingan-pertandingan dia (1) tidak kehabisan tenaga dan (2) tidak semakin menurun keterampilan yang disebabkan karena semakin berkurangnya cadangan energi fisiknya”. Memiliki kebugaran jasmani yang baik sangat penting dalam bermain sepakbola. Oleh karena itu, kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan keterampilan harus ditingkatkan. Dengan kebugaran jasmani yang baik, maka akan memiliki banyak manfaat, di antaranya mendukung penguasaan teknik, taktik dan mental. Sudjarwo (1993: 41-42) menyatakan: Mempelajari teknik dalam cabang olaharga tertentu tidak mungkin dilakukan sebelum atlet memiliki kemampuan fisik yang menunjang gerakan teknik tersebut. Taktik yang telah direncanakan dalam pertandingan tidak akan terlaksana tanpa didukung kemampuan teknik yang memadai. Dan secara mental seorang atlet yang memiliki kemampuan teknik akan lebih mantap dan optimis dalam pertandingan. Kebugaran jasmani yang baik memiliki keterkaitan dengan penguasaan teknik, taktik dan mental. Seorang pemain sepakbola yang memiliki kebugaran jasmani baik akan mudah dalam menguasai teknik dasar bermain sepakbola, mampu menjalankan strategi permainan dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan optimis dalam pertandingan. Untuk meningkatkan kebugaran jasmani para pemain sepakbola, maka harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. Melatih dan mengembangkan unsur-unsur kebugaran jasmani para pemain sepakbola merupakan langkah penting yang harus diberikan dalam pelatihan sepakbola.
Komponen-komponen
kebugaran
jasmani
yang
mendukung
keterampilan bermain sepakbola harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal dengan bentuk latihan yang tepat. Timo Scheunemann (2005: 26) menyatakan, “Pembinaan fisik pemain tidak boleh diabaikan karena andil stamina itu sendiri begitu besar di dalam bermain sepakbola”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hal tersebut, maka mengetahui tingkat kebugaran jasmani pemain sepakbola sangat penting. Latihan yang dilakukan secara rutin tanpa ada evaluasi tidak dapat dijadikan kontrol terhadap tingkat kebugaran jasmaninya apakah dalam kondisi baik atau kurang baik. Selama ini belum pernah dilakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani para pemain sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar. Belum pernah dilakukannya tes dan pengukuran kebugaran jasmani para pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar tersebut merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti. Salah satu kendala belum pernah dilakukannya tes dan pengukuran kebugaran jasmani para pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar karena belum mengetahui cara melakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani yang baik dan tepat. Tidak mengetahui cara melakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani merupakan salah satu kendala, sehingga tingkat kebugaran jasmaninya tidak diketahui. Tidak diketahuinya tingkat kebugaran jasmani tersebut, sehingga para pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar tidak mengetahui apakah kebugaran jasmaninya sudah baik atau belum, bahkan belum dapat mengukur apakah latihannya sudah cukup ataukah masih perlu ditingkatkan lagi. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, masih banyak dijumpai saat latihan berlangsung yaitu, ada beberapa pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar setelah melakukan latihan masih bersemangat dan mampu melakukan aktivitas selanjutnya, tetapi ada juga merasa lelah, sehingga kurang mampu menjalankan aktivitas selanjutnya. Kondisi semacam ini perlu ditelusuri faktor penyebabnya. Selain itu, masih banyak para pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar latihannya kurang maksimal. Banyak diantara dari waktu latihan yang telah dijadwalkan tidak rutin masuk, bahkan kalau masuk tidak maksimal dalam mengikuti latihan yang telah diprogramkan pelatih. Selain permasalahan tersebut, dari latihan yang telah dilaksanakan tidak pernah dilakukan kontrol terhadap ambang rangsang latihan. Hal ini maksudnya, dalam pelaksanaan latihan tidak pernah dilakukan kontrol commit to user denyut nadinya sebelum latihan dan sesudah latihan. Hal ini sangat penting untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengetahui apakah latihannya sudah mencukupi untuk meningkatkan kebugaran jasmaninya ataukah belum. Rasa lelah setelah melakukan latihan hendaknya perlu ditelusuri faktor penyebabnya. Rasa lelah setelah melakukan latihan kebanyakan para pemain/ siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar tidak memahaminya. Hal ini karena, tingkat kebugaran jasmani tidak hanya dipengaruhi oleh latihan saja. Selain latihan yang baik dan teratur, faktor pendukung lainnya harus juga diperhatikan, misalnya makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani. Kegiatan olahraga yang dilakukan dalam waktu cukup lama tentu dibutuhkan energi yang cukup. Jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup, maka akan berpengaruh pada tingkat kebugaran jasmaninya. Oleh karena itu, latihan secara baik dan teratur dan faktor-faktor
yang
mendukung
kebugaran
jasmani
harus
diperhatikan.
Bagaimanakah dengan tingkat kebugaran jasmani para pemain sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar apakah dalam kondisi baik ataukah tidak baik. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Studi Tingkat Kebugaran Jasmani pada Siswa Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010 belum diketahui. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Para siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010 belum mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani. 3. Para siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010 belum mengetahui bagimana cara melakukan tes dan pengukuran tingkat kebugaran jasmani. 4. Belum pernah dilakukan tes dan pengukuran kebugaran jasmani pada siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010. 5. Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010 belum teruji.
C. Pembatasan Masalah Banyaknya masalah yang diidentifikasi, maka perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010”.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: Tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu commit to user Kabupaten Karangayar tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini penting dilakukan dengan harapan memiliki manfaat antara lain: 1. Bagi siswa sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar tahun 2010 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat mengetahui tingkat kebugaran jasmaninya. 2. Sebagai masukan kepada pelatih sekolah sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karangayar cara melakukan tes kebugaran jasmani yang baik dan tepat. 3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Sepakbola a. Pengertian Permainan Sepakbola Sepakbola
merupakan
olahraga
permainan
yang
hampir
seluruh
permainannya menggunakan kaki, dan kadangkala menggunakan dada dan kepala. Bagi penjaga gawang bebas menggunakan seluruh anggota badannya untuk memainkan bola. Sepakbola adalah olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan dalam satu lapangan. Tujuan dari masing-masing kesebelasan adalah berusaha untuk memasukkan bola ke gawang lawannya sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga agar gawangnya tidak kemasukkan bola. Seperti dikemukakan Jef Sneyers (1988: 3) bahwa, “Prinsip dalam sepak bola sederhana sekali yaitu membuat gol dan mencegah jangan sampai lawan berbuat sama terhadap gawang sendiri”. Untuk mencapai kemenangan dalam permainan sepakbola, maka suatu tim sepakbola harus memiliki kerjasama tim yang kompak. Seperti dikemukakan Soedjono (1985: 16) bahwa, “Apa yang dilakukan pemain-pemain secara perorangan harus bermanfaat bagi kesebelasannya. Kesebelasan tanpa koordinasi atau kerjasama dalam satu regu, maka penampilan yang sempurna dari setiap pemain hanya akan mempunyai arti kecil”. Hal senada dikemukakan Remmy Muchtar (1992: 56) bahwa: Permainan sepakbola adalah permainan beregu. Sebelas orang pemain mempunyai tujuan yang sama, yakni memenangkan pertandingan. Keterampilan individu baru akan besar manfaatnya jika digunakan untuk kepentingan tim. Dalam sepakbola, seorang pemain tidak ada artinya walaupun memiliki kemampuan yang baik, jika tidak dapat menjalin kerjasama dengan teman seregunya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pengertian permainan sepakbola yang dikemukakan oleh dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, sepakbola merupakan olahraga beregu yang menuntut kualitas teknik dan taktik serta kerjasama yang kompak dalam satu tim untuk memperoleh kemenangan. Sebaik apapun teknik dan taktik yang dimiliki suatu tim, tanpa kerjasama yang kompak akan sulit memenangkan suatu pertandingan. Oleh karena itu, sebagai dasar agar terampil bermain sepakbola, maka harus menguasai teknik dasar bermain sepakbola. Menurut Soekatamsi (1995: 16) teknik dasar bermain sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Teknik tanpa bola yaitu: teknik badan atau teknik tanpa bola pada dasarnya bertujuan mengembangkan kemampuan fisik untuk mencapai kesegaran jasmani (physical fitness) agar dapat bermain sepakbola dengan sebaik-baiknya. Teknik tanpa bola terdiri: lari cepat dan merubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu tanpa bola yaitu gerakan tipu dengan badan dan, gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang. 2) Teknik dengan bola yaitu: cara-cara memainkan bola, yang akan digunakan untuk mendukung keterampilan teknik bermain sepakbola. Unsur-unsur teknik dengan bola meliputi: (1) Mengenal bola. (2) Menendang bola. (3) Menerima bola: (a) Menghentikan bola (b) Mengontrol bola (4) Menggiringbola. (5) Menyundul bola. (6) Melempar bola. (7) Gerak tipu dengan bola (8) Merampas atau merebut bola. (9) Teknik-teknik khusus penjaga gawang. Unsur teknik tanpa bola dan unsur teknik dengan bola pada prinsipnya memiliki keterkaitan yang erat dalam pelaksanaan bermain sepakbola. Kedua teknik dasar tersebut harus mampu diperagakan atau dikombinasikan di dalam permainan menurut kebutuhannya. Banyak manfaat yang diperoleh, jika seorang pemain sepakbola menguasai teknik dasar bermain sepakbola, baik secara individu maupun kolektif. Josef Sneyers (1990: 24) menyatakan, “Dilihat dari segi taktis, mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar”. Menurut Remmy Muchtar (1992:27) commitbahwa, to user“Untuk dapat bermain sepakbola
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan baik perlu menguasai teknik dengan baik pula. Tanpa penguasaan teknik yang baik tidak mungkin dapat menguasai atau mengontrol bola dengan baik”. Menurut A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun (1992: 47) bahwa, “Dalam usaha meningkatkan mutu permainan ke arah prestasi maka masalah teknik merupakan salah satu persyaratan yang menentukan”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut menunjukkan bahwa, hal yang mendasar dan harus dikuasai agar dapat bermain sepakbola dengan baik yaitu menguasai teknik dasar bermain sepakbola. Dengan menguasai teknik dasar bermain sepakbola akan dapat mendukung penampilannya dalam bermain sepakbola baik secara individu maupun tim. Semakin baik seorang pemain menguasai teknik dasar bermain sepakbola, maka ia akan memiliki keterampilan teknik bermain sepakbola. Selain itu, penguasaan teknik seorang pemain akan mempengaruhi penerapan taktik dan strategi permainan, sehingga hal ini akan dapat mempengaruhi kualitas tim, bahkan dapat mempengaruhi menang atau kalahnya suatu tim. Oleh karena itu, melatih teknik dasar bermain sepakbola adalah langkah awal yang harus dilakukan seorang pemain sepakbola. Upaya menguasai macam-macam teknik dasar bermain sepakbola harus didukung kondisi fisik yang baik. Seperti dikemukakan Sudjarwo (1993: 41) bahwa, “Mempelajari teknik dalam cabang olaharga tertentu tidak mungkin dilakukan sebelum atlet memiliki kemampuan fisik yang menunjang gerakan teknik tersebut”.
b. Kondisi Fisik dalam Permainan Sepakbola Sepakbola merupakan cabang olahraga permainan yang menuntut skill yang baik. Setiap pemain sepakbola harus menguasai macam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan harus memperagakannya dalam permainan. Dalam pelaksanaan permainan sepakbola, pemain selalu dituntut bergerak sambil memainkan teknik dasar bermain sepakbola dalam waktu yang cukup lama (90 menit). Untuk melakukan hal tersebut, maka setiap pemain sepakbola harus memiliki kemampuan fisik yang prima. Sadoso Sumosardjuno (1986: 274-275) menyatakan: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kondisi fisik pemain sepakbola harus betul-betul prima. Sepakbola merupakan olahraga yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dan dalam gerakan yang cepat. Oleh karena itu, sepakbola memerlukan pemantapan kondisi lokomotor, untuk mendapatkan ketahanan otot. Juga pula, bahkan sangat perlu pemantapan ketahanan jantung dan pernapasan (circularespiratory endurance), kelenturan dan relaksasi yang dinamis. Kondisi fisik yang prima sangat dibutuhkan dalam permainan sepakbola. Oleh karena itu perlu dilakukan latihan kondisi fisik yang baik dan teratur. Sedangkan dalam latihan kondisi fisik sepakbola mencakup aspek kondisi fisik secara umum dan latihan kondisi fisik secara khusus yang berkaitan dengan permainan sepakbola. Menurut Ozolin (1971) yang dikutip Bompa (1990: 52) bahwa, pada setiap pengaturan program latihan persiapan fisik dikembangkan secara bertahap sebagai berikut: “Pada tahap yang pertama akan mencakup persiapan fisik umum, selanjutnya diikuti oleh suatu tahap persiapan fisik khusus asalkan sebagai dasar untuk membangun tingkat kemampuan biomotor yang tinggi”. Sedangkan Nossek (1982) yang dikutip Remmy Muchtar (1992: 82) menyatakan bahwa latihan kondisi fisik dalam permainan sepakbola dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Kondisi fisik umum (general physical condition) yakni kondisi fisik hasil latihan yang belum ada kaitannya secara khusus dengan cabang olahraga tertentu. 2) Kondisi fisik khusus (specific physical condition) yakni kondisi fisik hasil latihan yang ditujukan untuk mencapai kondisi fisik tertinggi sesuai dengan tuntutan cabang olahraga tertentu. Kondisi fisik yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola mencakup kondisi fisik secara umum dan kondisi fisik secara khusus yang berkaitan dengan permainan sepakbola. Kondisi fisik umum merupakan merupakan bentuk fisik yang bersifat umum atau dasar yang belum dikaitkan dengan teknik suatu cabang olahraga. Komponen-komponen kondisi fisik seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan, power, kelincahan, keseimbangan, kelentukan, kecepatan reaksi dilatih berdasarkan metode latihan yang tepat sesuai dengan komponen kondisi fisik apa yang dikembangkan. Sedangkan kondisi fisik secara khusus merupakan commit to user dengan cabang olahraga tertentu, kemampuan kondisi fisik yang telah dikaitkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam hal ini permainan sepakbola, seperti latihan dribbling dengan kecepatan tinggi. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan dan penguasaan dribbling atau menggiring bola. Contoh lain latihan kelincahan atau kelentukan dengan dribbling melewati pancang dan lain sebagainya.
2. Kebugaran Jasmani a. Pengertian Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani pada hakikatnya merupakan hal yang rumit dan kompleks, sehingga untuk memberikan batasan kesegaran jasmani dengan tepat tidaklah mudah. Banyak ahli mendefinisikan kesegaran jasmani sesuai dengan tinjauan masing-masing. Namun demikian beberapa pengertian kesegaran jasmani dari para ahli perlu dikemukakan. Sudarno SP. (1992: 9) berpendapat, “Kesegaran jasmani adalah kapasitas fungsional total seseorang untuk melakukan kerja tertentu dengan hasil baik/memuaskan tanpa kelelahan yang berarti”. Iskandar Z. Sapoetra dkk., (1999: 3) menyatakan, “Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat dan waspada tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta masih memiliki cadangan energi untuk mengisi waktu luang dan menghadapi halhal yang darurat yang tidak diduga sebelumnya (emergency)”. Sementara Marta Dinata (2003: 16) ahli senam aerobik menyatakan, “Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan tenaga untuk melaksanakan kegiatan itu”. Hal senada dikemukakan Djoko Pekik Irianto (2004: 2) bahwa, “Kebugaran fisik (physical fitness) yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya”. Berdasarkan pengertian kesegaran jasmani yang dikemukakan oleh keempat ahli tersebut dapat disimpulkan, kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan tugas sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dalam articommit masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk kegiatan selanjutnya. Tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilihat dari kemampuannya melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
b. Unsur-Unsur Kesegaran Jasmani Baik tidaknya kesegaran jasmani yang dimiliki seseorang tergantung dari baik dan tidaknya dari unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pada dasarnya unsurunsur kesegaran jasmani merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Unsur kesegaran jasmani dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kesehatan fisik (health related fitness) dan dari aspek keterampilan (skill related fitness). Iskandar Z. Sapoetra dkk. (1999: 4) menyatakan, “(1) Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi : (a) daya tahan jantung paru (kardiorespirasi), (d) kekuatan otot, (c) daya tahan, (d) felksibilitas, dan (e) komposisi tubuh. (2) Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan ketrampilan meliptui : (a) kecepatan, (b) power, (c) keseimbangan, (d) kelincahan, (e) koordinasi dan (f) kecepatan reaksi”. Menurut Mulyono B. (2009: 54-56) menyatakan komponen kesegaran jasmani dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1) Komponen khusus kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan meliputi: kesegaran kardiovaskuler, kekuatan, dan daya tahan otot, kelenturan punggung bagian bawah dan komposisi tubuh. 2) Komponen khusus kesegaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan meliputi: kelincahan, keseimbangan, koordinasi, power, waktu reaksi dan kecepatan. Hal senada dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 155) bahwa, “Tipe kebugaran jasmani terdiri atas (1) kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dan (2) kebugaran yang berkaitan dengan performa”. Secara skematis unsur-unsur kesegaran jasmani digambarkan sebagai berikut:
Unsur-unsur Kebugaran Jasmani
Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan · · · · ·
Kapasitas aerobik Kekuatan otot Daya tahan otot Fleksibilitas Komposisi tubuh
Kebugaran yang berkaitan commit to user dengan performa · · · · ·
Agilitas Keseimbangan Koordinasi Kecepatan Power
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1. Unsur-unsur Kesegaran Jasmani (Rusli Lutan dan Adang Suherman, 2000: 155) Berdasarkan pendapat tersebut diketahui, unsur kesegaran jasmani dikelompokkan menjadi dua yaitu: kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan kesegaran jasmani yang berhubugan dengan keterampilan. Kesegaran jasmani seseorang sangat ditentukan oleh berfungsinya kerja komponen-komponen yang ada. Unsur-unsur kesegaran jasmani tidak dapat dipisahkan baik dalam peningkatan maupun pemeliharaannya. Untuk lebih jelasnya unsur-unsur kesegaran jasmani dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Kesehatan Kesehatan merupakan unsur dasar bagi kehidupan manusia. Dalam menjalankan aktivitas fisik sehari-hari kesehatan merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang. Derajat kesegaran jasmani yang baik dapat dicapai, jika tubuh seseorang terbebas dari gangguan kesehatan. Tubuh dikatakan sehat apabila proses fisiologis dan organ jasmani berfungsi secara normal tanpa ada gangguan. Y.S. Santoso Giriwijoyo dalam Seri Bahan Kuliah Olahraga FPOK IKIP Bandung (1992: 49) menyatakan, “Jasmani dikatakan sehat bila seluruh proses fisiologis atau seluruh fungsi organ pada jasmani dalam keadaan normal”. Kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan pada dasarnya meliputi aspek-aspek fungsi fisiologis. Berfungsinya aspek fisiologis secara baik dan normal akan menunjukkan derajat kesehatan yang optimal. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dapat ditingkatkan dan atau dipertahankan commit to user melalui latihan aktivitas jasmani yang teratur dan didasarkan prinsip-prinsip
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
latihan yang benar. Wahjoedi (2000: 59) menyatakan, “Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi: daya tahan jantung paru, daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan dan komposisi tubuh”.
a) Daya Tahan Jantung Paru (Kardiorespirasi) Daya tahan paru jantung (kardiorespirasi) merupakan unsur pokok dari kondisi fisik seseorang. Daya tahan kardiorespirasi dapat pula disebut daya tahan kardiovaskuler, tenaga aerobik maksimal, aerobik power atau kapasitas aerobik. M. Sajoto (1995: 8) menyatakan, “Daya tahan kardiovaskuler atau daya tahan jantung paru-paru adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama”. Menurut Wahjoedi (2000: 59) bahwa, “Daya tahan jantung paru adalah kapasitas sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanap mengalami kelelahan yang berarti”. Sedangkan Mulyono B. (2001: 55) berpendapat, “Kesegaran kardiovaskuler adalah kemampuan untuk melatih seluruh tubuh dalam waktu agak panjang tanpa merasa lelah”. Daya tahan paru jantung ini menyangkut efisiensi kemampuan kerja sistem jantung, pernapasan dan peredaran darah dalam mensuplai energi ke dalam otot untuk melakukan kerja secara kontinyu. Dengan kata lain, daya tahan paru jantung adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus-menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas relatif tinggi dalam waktu yang cukup lama. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jika beban pekerjaannya relatif rendah, pada umumnya seseorang akan mampu mengatasinya tanpa kekurangan energi. Tetapi, apabila beban pekerjaannya lebih berat dan menuntut adanya usaha terus menerus dalam waktu yang relatif lama, belum tentu seseorang dapat mengatasinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari mutlak diperlukan suplai energi dan oksigen ke otot-otot yang aktif. Tanpa adanya suplai energi dan oksigen yang cukup maka orang tidak akan dapat melakukan aktivitas dengan baik. Dalam hal inilah daya tahan paru jantung berperanan penting untuk mendukung aktivitas yang dilakukan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 19) menyatakan, “Dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjalankan aktivitas, peredaran darah kita harus dapat mensuplai oksigen yang cukup kepada otot-otot agar dapat menjalankan fungsinya. Semakin baik ketahanan jantung dan peredaran darah kita, otot-otot semakin dapat bertahan lebih lama menjalankan fungsinya”. Dalam menjalankan aktivitas yang relatif berat dalam waktu yang relatif lama, menuntut adanya kemampuan menyalurkan oksigen ke dalam otot yang aktif. Dalam hal ini mutlak diperlukan daya tahan paru jantung yang tinggi. Daya tahan paru jantung merupakan unsur penting dalam aktivitas fisik manusia terutama dalam menyelesaikan tugasnya sehari-hari. Daya tahan paru jantung yang tinggi memungkinkan seseorang melakukan aktivitas fisiknya dengan penampilan yang baik, sehingga akan meningkatkan prestasi menjadi lebih baik.
b) Daya Tahan Otot Daya tahan merupakan kapasitas melakukan kerja secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama. Daya tahan otot merupakan kemampuan seseorang mempergunakan otot-nya untuk berkontraksi secara berulang-ulang dan terus menerus dengan beban tertentu dalam waktu yang relatif lama. Daya tahan otot sangat erat hubungannya dengan kekuatan otot. Iskandar Z. Adisapoetra, dkk. (1999: 6) menyatakan, “Pada dasarnya daya tahan otot merupakan rentangan antara daya tahan dan kekuatan otot”. Dengan demikian daya tahan otot merupakan gabungan atau perpaduan antara kekuatan otot dan daya tahan secara umum. Daya tahan otot sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, daya tahan otot perlu dimiliki dan ditingkatkan. Untuk memiliki daya tahan otot yang baik harus melakukan latihan berbeban dengan beban ringan, tetapi dilakukan dengan pengulangan yang banyak.
c) Kekuatan Otot Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang dibutuhkan setiap aktivitas fisik. Kekuatan otot merupakan unsur kondisi fisik yang sangat penting dalam meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Berkaitan dengan kekuatan, commit to useradalah kemampuan otot-otot atau Sudjarwo (1993: 25) menyatakan, “Kekuatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan aktivitas". Menurut Andi Suhendro (1999: 4.3) bahwa, “Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga maksimal dalam menahan beban tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas”. Kekuatan otot berperanan penting untuk penampilan fisik seseorang. Pada saat menjalani aktivitas sehari-hari seseorang selalu menghadapi beban tertentu. Untuk dapat mengatasi beban yang dihadapi, mutlak diperlukan kekuatan otot yang memadai. Kekuatan otot juga mempengaruhi berfungsinya komponenkomponen fisik yang lain seperti daya tahan, daya ledak, kecepatan dan kelincahan. Untuk menunjang aktivitas fisik sehari-hari, kekuatan otot yang dimiliki harus dikembangkan. Pengembangan kekuatan otot terutama pada usia anak-anak dan remaja sebaiknya bersifat menyeluruh yang melibatkan semua otototot tubuh.
d) Kelentukan Kelentukan merupakan keleluasan gerak pada persendian tubuh saat melakukan aktivitas atau berolahraga. Kelentukan atau fleksibilitas merupakan persyaratan yang diperlukan secara otomatis bagi berlangsungnya gerak dalam kehidupan sehari-hari. Russel R. Pate dkk., (1993: 301) menyatakan, “Kelenturan adalah batas rentang gerak maksimal yang mungkin pada sendi atau rangakian sendi”. Menurut Andi Suhendro (1999: 4.41) bahwa, “Kelentukan (fleksibilitas) adalah kemampuan suatu persendian beserta otot-otot di sekitarnya melakukan gerakan secara maksimal tanpa menimbulkan gangguan pada bagian-bagian tersebut”. Dalam melakukan aktivitas atau berolahraga, kelentukan biasanya mengacu pada ruang gerak sendi atau sendi-sendi tubuh. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Dengan demikian, kelentukan merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen. Dengan demikian orang yang fleksibel adalah orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang memiliki ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot yang elastis.
e) Komposisi Tubuh Komposisi tubuh (body composition) berkaitan dengan jumlah lemak tubuh pada diri seseorang. Berkaitan dengan komposisi tubuh Iskandar Z. Adisapoetra, dkk. (1999: 6) menyatakan, "Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan sebagai dua komponen yaitu lemak tubuh dan massa tanpa lemak". Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4) bahwa, “Komposisi tubuh adalah perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dalam persentase lemak tubuh”. Berdasarkan perbandingan antara berat tubuh dengan lemak dan berat tubuh dengan tanpa lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri dari masa otot, tulang dan organ-organ tubuh. Wahjoedi (2000: 60) menyatakan, “Besarnya masa otot yaitu 40-50%, tulang 16-18% dan organ-organ tubuh 29-39%”. Sedangkan berat lemak dinyatakan dalam persentasenya terhadap berat badan total. Depdikbud. (1994: 15) menjelaskan, “Prosentase lemak tubuh tergantung pada jenis kelamin, usia, keturunan dan aktivitas seseorang”. Berikut ini disajikan tabel prosentase lemak berdasarkan usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 1. Norma Prosentase Lemak Tubuh Usia s.d – 30
Pria Prosentase Lemak Tubuh 9 – 15%
Wanita Prosentase Lemak Tubuh 14 – 21%
tahun 30 – 50
11 – 17%
15 – 23%
50 – 70
12 – 19%
16 – 26%
tahun tahun (Sumber: Depdikbud: 1994: 15) commit to user dengan Keterampilan 2) Kesegaran Jasmani yang Berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesusksesan atau berprestasi yang tinggi dalam olahraga diperlukan lebih dari sekedar suatu tingkat optimal kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, tetapi perlu dukungan dari kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan. Kesegaran jasmani yang berhubungan keterampilan ini sangat bergantung keadaan dan berfungsinya kondisi fisik. Kesegaran ini merupakan gabungan dari berbagai faktor kondisi fisik seperti, kecepatan, daya ledak (power), keseimbangan, kelincahan, koordinasi dan kecepatan reaksi. Unsurunsur kesegaran jasmnai yang berhubungan dengan keterampilan diuraikan sebagai berikut:
a) Kecepatan Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seseorang olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila diransang dan untuk menampilkan atau melakukan gerakan secepat mungkin. Berkaitan dengan kecepatan Andi Suhendro (1999: 4.20) menyatakan, “Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Jadi, kecepatan
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mengerjakan
gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Kecepatan dapat pula didefinisikan sebagai laju gerak yang berlaku untuk tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian tubuh. Seseorang yang memiliki kecepatan maka tingkat mobilitas dalam kerjanya akan lebih baik. Bagi anak usia sekolah kecepatan yang dimiliki juga memegang peranan penting untuk melakukan aktivitas belajar, bermain baik di sekolah maupun dirumah. Anak pada dasarnya adalah individu yang cukup dinamis. Untuk mempertahankan tingkat mobilitasnya, anak memerlukan kecepatan gerak yang baik.
b) Power Power disebut juga kekuatan eksplosif yaitu menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran commit to user kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat mungkin. Power
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan perpaduan dari dua unsur utama yaitu kekuatan dan kecepatan. Kualitas power akan tercermin dari unsur kekuatan dan kecepatan yang dalam pelaksanaannya dilakukan dalam waktu yang singkat. KONI (1993: 26) menjelaskan, “Power adalah kemampuan otot untuk menggerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Menurut Imam Hidayat (2003: 280) bahwa, “Daya ledak.power ialah besarnya kekuatan yang dikerahkan dengan kecepatan”.
c) Keseimbangan Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan sistem neuromuscular dalam kondisi statis atau mengontrol sistem neuromuscular tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi bergerak. Berkaitan dengan keseimbangan Suharno HP. (1993: 66) menyatakan, “Keseimbangan adalah kemampuan atlet untuk mempertahankan keseimbangan badan berbagai keadaan tetap seimbang”. Menurut M. Sajoto (1995: 9) bahwa, “Keseimbangan (balance) merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot”. Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organorgan syaraf otot selama melakukan gerakan-gerakan cepat, baik dalam keadaan statis maupun dinamis. Keseimbangan juga dapat diartikan kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan. Keseimbangan yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indra penglihatan, kanalis, semi sirkularis pada telinga dan receptor otot.
d) Kelincahan Kelincahan merupakan komponen yang sangat penting dalam penampilan seseorang. Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di arena tertentu. Menurut Iskandar Z. Adisapoetra, dkk. (1999: 6) bahwa, "Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya". Seseorang yang memiliki kemampuan merubah arah dari satu posisi tertentu ke posisi yang berbeda dengan commityang to user kecepatan tinggi dan dengan koordinasi baik, berarti memiliki kelincahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang cukup tinggi. Kelincahan tidak hanya diperlukan dalam olahraga tetapi juga situasi kerja dan kegiatan rekreasi. e) Koordinasi Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Karakteristik koordinasi sangat unik. Koordinasi memainkan peranan yang khusus terhadap mobilitas fisik. Koordinasi bukan merupakan kemampuan fisik tunggal, akan tetapi tersusun dari dan saling berinteraksi dengan kualitaskualitas fisik yang lain. Bompa dalam Harsono (1988: 219) menyatakan “Koordinasi sangat erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut M. Sajoto (1995: 9) bahwa, “Kordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif”. Koordinasi merupakan kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacammacam gerakan tunggal secara efektif. Koordinasi menyatakan hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan.
Kemampuan
koordinasi merupakan unsur dasar yang baik dalam menyelesaikan tugas dalam kehidupan sehari-hari.
e) Waktu Reaksi Waktu reaksi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi rangsangan yang diterima oleh indera. Semua informasi yang diterima indera baik dari dalam atau dari luar disebut rangsang. Indera akan mengubah informasi tersebut menjadi impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak. Berkaitan dengan waktu reaksi Ismaryati (2006: 72) menyatakan, “Waktu reaksi adalah periode antara diterimanya rangsang (stimuli) dengan permulaan munculnya jawaban (respon)”. Sedangkan Mulyono B. (2009: 57) berpendapat, “Waktu reaksi adalah lamanya waktu antara perangsangan dan respon”. Secara umum, waktu reaksi dikenal sebagai latensi respons (respone latency) yaitu waktu yang berlalu diantara pemberian stimulus dan munculnya respon. Dengan kata lain, waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan suatu respon yang tampak (overt) commituntuk to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk memulainya. Waktu reaksi menggambarkan kecepatan seseorang untuk dapat merasa dan memberi respon terhadap lingkungan, yaitu waktu reaksi yang pendek dapat disamakan dengan suatu kecepatan reaksi yang tinggi.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani Menurut Junusul Hairy (1989: 56) bahwa, “Kebugaran jasmani bergantung pada dua faktor dasar, yaitu kebugaran organik dan kebugaran dinamik. Kedua faktor tersebut sangat penting di dalam kebugaran jasmani secara keseluruhan, dan interaksi di antara keduanya menentukan tingkat kebugaran jasmani seseorang” Kebugaran organik adalah kekhususan yang dimiliki seseorang yang bersifat keturunan, yang diwarisi dari orang tuanya, dipengaruhi oleh umur, dan mungkin keadaan sakit yang menetap atau kecelakaan. Keadaan yang berhubungan dengan organisme ini sifatnya statis, dan sulit bahkan tidakmungkin untuk
diubah mislanya: tinggi badan, panjang lengan, bentuk tubuh secara
keseluruhan, atau cacat tubuh yang dibawa sejak lahir maupun karena sakit yang menahun. Tingkat kebugaran organik menentukan potensi kebugaran jasmani keseluruhan. Kebugaran dinamik, istilah ini biasanya digunakan untuk hal-hal yang mengarah kepada kesiapan dan kapasitas tubuh untuk bergerak dan bertindak dalam tingkatan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi. Banyak variabel yang terkait dengan kebugaran dinamik ini di antaranya adalah jantung, paru dan otot. Kebugaran dinamik ini dapat dikembangkan atau ditingkatkan dengan melakukan latihan. Pada dasarnya kebugaran jasmani tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor. Dangsina Moeleok dan Arjatmo Tjokronegoro (1984: 1-4) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu: “ (1) keturunan (genetik), (2) usia, (3) jenis kelamin, (4) aktivitas fisik”. Menurut Sarwono, Ismaryati dan M. Mariyanto (2000: 10) bahwa: Kebugaran jasmani tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktorfaktor: (1) kesehatan perorangan, (2) diet makanan, (3) pemeliharaan gigi, (4) latihan, (5) jenis pekerjaan, (6) permainan dan rekreasi, (7) istirahat dan commit to user tidur, (8) penghindaran dari penyakit, (9) intelektual (10) emosi dan sosial,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(11) umur dan jenis kelamin, (12) kedewasaan, dan (13) daya tahan terhadap penyakit”. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jamsani tersebut penting untuk diperhatikan dalam usaha menjaga dan memelihara kebugaran jasmani seseorang. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan untuk mencapai kebugaran jasmani secara total.
d. Manfaat Kesegaran Jasmani Kebugaran jasmani mutlak dibutuhkan bagi setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan unsur dasar yang harus dimiliki siswa dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Seseorang yang memiliki kebugaran jasmani yang baik, dapat melakukan tugasnya sehari-hari dengan baik pula, sebaliknya siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang kurang baik, maka ia tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik pula. Santoso Giriwijoyo (1991: 63) menyatakan, “Dihubungkan dengan kegiatan studi yang cukup berat dan pencapaian prestasi akademis yang memerlukan dukungan kemampuan kerja fisik, maka rendahnya kapasitas kerja fisik dapat menjadi penghambat untuk mencapai sukses. Disinilah antara lain sumbangan olahraga bagi para siswa atau mahasiswa yaitu untuk meningkatkan kemampuan kerja fisiknya”. Pendapat lain dikemukakan Mulyono Biyakto Atmojo. (1997: 64) bahwa, “Berdasarkan fungsinya, physical fitness ternyata merupakan kebutuhan bagi pelajar, yang berarti menjadi masalah sekolah dan para pendidiknya, khususnya guru olahraga”. Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa, kebugaran jasmani memiliki manfaat yang besar. Dengan kebugaran jasmani siswa akan mampu melaksanakan tugas dalam belajar tanpa ada kelelahan yang berarti dan masih mampu melakukan aktivitas lainnya. Selain itu, dengan tubuh yang bugar siswa mampu berfikir secara jernih, penuh kreativitas dan memiliki semangat yang tinggi untuk menyelesaikan segala tugas studinya, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi belajarnya lebih optimal. commit to Kebugaran user e. Usaha Meningkatkan dan Memelihara Jasmani
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebugaran jasmani merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap orang. Kualitas kebugaran jasmani yang dimiliki seseorang akan sangat berpengaruh terhadap penampilan geraknya dan produktivitas kerjanya. Upaya menjaga kebugaran jasmani adalah melakukan kegiatan olahraga secara teratur. Djoko Pekik Irianto (2004: 8) menyatakan, “Berolahraga adalah salah satu alternatif paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran. Berolahraga secara teratur mempunyai multi manfaat antara lain manfaat fisik (meningkatakan komponen kebugaran), manfaat psikis (lebih tahan terhadap stress, lebih mampu berkonsentrasi) dan manfaat sosial (menambah percaya diri dan sarana berinteraksi)”. Kegiatan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani yaitu dengan memberikan pembenan pada jantung dan paru. Hal ini karena, tingkat kebugaran jasmani seseoragn akan tercermin dari kemampuan kerja jantung dan paru-paru. Jika kerja jantung dan paru-paru baik maka akan diperoleh tingkat kebugaran jasmani yang baik pula. Cooper yang dikutip Sudarno SP. (1992: 64) menyatakan, "Untuk membina kesegaran jasmani, kita harus memberi beban kepada sistem kardiorespirasi. Latihan yang kita lakukan harus memberi beban kepada sistem jantung dan paru". Latihan yang sangat efektif untuk memberikan beban jantung dan paru adalah latihan aerobik. Latihan aerobik merupakan bentuk latihan yang memberi beban kepada sistem jantung dan paru, sehingga kapasitas jantung dan paru akan menjadi lebih baik. Marta Dinata (2003: 10) berpendapat: Bentuk latihan aerobik dilakukan dengan intensitas rendah, sehingga dapat menimbulkan efisiensi kerja dari organ-organ tubuh, yaitu jantung dan paru-paru, serta sistem pernafasan. Dengan meningkatkan kapasitas aerobik maka cadangan tenaga menjadi lebih besar sehingga tubuh lebih mampu mempertahan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Hal ini disebabkan pada latihan aerobik, sistem pamasukan oksigen berlangsung terus menerus dan seimbang dengan kebutuhan pembetukan energi. Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam latihan kebugaran jasmani adalah adanya tekanan terhadap jantung dan paru-paru untuk bekerja dalam waktu yang relatif lama pada suasana aerobik. Bentuk dan jenis olahraga yang efektif untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, di antaranya jogging, commit to user sepeda santai, dan jalan santai. Di samping melakukan jenis olahraga tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat pula dengan melakukan olahraga seperti sepakbola, bolabasket, renang, tenis, bulutangkis dan lain sebagainya. Latihan aerobik yang dilakukan dengan intensitas rendah dalam waktu relatif lama dapat mendorong kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru, sehingga dapat merangsang kemampuan kerja jantung, peredaran darah dan paruparu ke arah yang lebih baik. Latihan aerobik yang dilakukan secara baik dan teratur akan memberikan perubahan-perubahan secara fisiologis. Latihan yang dilakukan secara teratur dan sistematis dapat meningkatkan kapasitas total paruparu dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang diberikan terhadap tubuh. Dengan demikian latihan olahraga yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan kesegaran jasmani, sehingga penampilannya akan kelihatan selalu bugar.
3. Latihan Sarana untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani
a. Latihan Fisik Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung kebugaran jasmani atau pencapaian prestasi olahraga yang optimal. Latihan fisik merupakan latihan yang menekankan pada komponen kondisi fisik tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Andi Suhendro (1999: 4.1) menyatakan, “Kondisi fisik merupakan salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlet, dan bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga”. Latihan fisik pada prinsipnya memberikan beban fisik pada tubuh secara teratur,
sistematik,
berkesinambugan
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, to user sistematik dan berkesinambungancommit yang dituangkan dalam suatu program latihan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan dengan latihan fisik Harsono (1988: 153) menyatakan “Latihan fisik merupakan usaha untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”. Menurut Andi Suhendro (1999:3.5) “Latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, latihan fisik merupakan salah satu unsur latihan olahraga secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu misalnya, daya tahan kardiovaskuler, maka latihan fisik harus ditekankan pada peningkatan unsur-unsur kondisi fisik daya tahan kardiovaskuler. Latihan yang dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik komponen kondisi fisik yang dikembangkan. b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan Fisik Cara yang paling efektif untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani melalui latihan fisik atau olahraga secara teratur. Peningkatan derajat kesehatan fisik manusia dapat dicapai melalui proses latihan olahraga, secara sistematis dan terprogram dengan baik. Tujuan latihan fisik menurut Harsono (1988:153) yaitu "Untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai prestasi yang lebih baik". Secara umum tujuan dari latihan kondisi fisik yaitu, untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh dalam melakukan kerja fisik. Latihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani bersifat aerobik. Menurut Cooper yang dikutip Sudarno SP. (1992: 64) bahwa, "Untuk membina kesegaran jasmani, kita harus memberi beban kepada sistem kardiorespirasi. Latihan yang kita lakukan harus memberi beban kepada sistem jantung dan paru". Latihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani terutama ditujukan pada sistem kardiorespirasi dengan melakukan aktivitas fisik dalam waktu yang relatif lama. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, salah satu ciri latihan untuk commit to user meningkatkan daya tahan kardiovaskuler yaitu memberi pembebanan pada jantung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan paru-paru. Bentuk latihan yang baik dan efektif untuk memelihara dan meningkatkan daya tahan karduiovaskuler adalah dengan latihan aerobik. Latihan aerobik merupakan bentuk latihan yang memberi beban kepada sistem jantung dan paru, sehingga kapasitas jantung dan paru akan menjadi lebih baik. Menurut Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 157) bahwa, "Istilah aerobik digunakan sehubungan dengan pemahaman tentang kerja yang memerlukan oksigen, penyalurannya bersama sistem peredaran darah ke seluruh sel tubuh dan pemanfaatannya". Pendapat lain dikemukakan Marta Dinata (2003: 10) bahwa: Bentuk latihan aerobik dilakukan dengan intensitas rendah, sehingga dapat menimbulkan efisiensi kerja dari organ-organ tubuh, yaitu jantung dan paru-paru, serta sistem pernafasan. Dengan meningkatkan kapasitas aerobik maka cadangan tenaga menjadi lebih besar sehingga tubuh lebih mampu mempertahan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Hal ini disebabkan pada latihan aerobik, sistem pamasukan oksigen berlangsung terus menerus dan seimbang dengan kebutuhan pembetukan energi. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, upaya meningkatkan kebugaran jasmani adalah dengan latihan yang menekankan kerja jantung dan paru-paru dalam waktu yang relatif lama pada suasana aerobik. Latihan aerobik yang dilakukan dengan intensitas rendah dalam waktu relatif lama dapat mendorong kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru, sehingga dapat merangsang kemampuan kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru ke arah yang lebih baik. Latihan aerobik yang dilakukan secara baik dan teratur akan memberikan
perubahan-perubahan secara fisiologis. Latihan yang dilakukan
secara teratur dan sistematis dapat meningkatkan kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang diberikan terhadap tubuh. Bentuk dan jenis olahraga yang efektif untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, di antaranya jogging, sepeda santai, dan jalan santai atau olahraga lainnya yang dilakukan dalam waktu relatif lama. Prinsip dasar latihan olahraga untuk meningkatkan dan memelihara daya tahan aerobik, yaitu ditujukan pada peningkatan efisiensi sistem kerja parujantung. Seperti dikemukakan A. Hamidsyah Noer (1996: 62) bahwa, “Latihanlatihan daya tahan akan meningkatkan kekuatan dan kemampuan jantung, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peredaran darah dan paru-paru beserta sistem pernapasan (cardiorespiratory atau cardiovaskuler)”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani yaitu latihan yang memberi pembebanan pada jantung, peredaran darah, paru-paru dan pernapasan. Latihan olahraga yang efektif untuk memberi pembebanan pada jantung, perearan darah, paru-paru dan pernapasan adalah latihan yang bersifat aerobik. Latihan aerobik merupakan latihan yang dilakukan dengan intensitas relatif rendah dalam waktu yang relatif lama. Untuk meningkatkan kabugaran jasmani, maka seorang pelatih harus memahami ciri-ciri latihan yang tepat. Menurut Suharno HP. (1993: 45) ciri-ciri umum latihan daya kebugaran jasmani antara lain:
1) Bentuk lari jarak jauh (gerak cyclik) dan bentuk gerakan acyclik yang terus menerus dalam waktu tertentu, minimal 30 menit/20 menit. 2) Ada stres terhadap jantung, paru-paru otot dan pusat syaraf yang bersifat lama. Khusus untuk meningkatkan daya tahan anaerobik perlu dilatih gerakan tanpa mengambil napas, sehingga cadangan zat kimia dalam otot (ATP dan alkali reserve meningkat). 3) Metode yang dipergunakan constan training, cross country, fartlek, interval training, circuit traing. Berdasarkan ciri-ciri latihan kebugaran jasmani di atas menunjukkan bahwa, prinsip latihan kebugaran jasmani yaitu, dilakukan dalam waktu yang relatif lama, intensitas latihan rendah, memberikan tekanan atau stress pada jantung, paru-paru, otot dan pusat syaraf. Bentuk-bentuk latihan untuk memberi tekanan terhadap jantung, paru-paru, otot di antaranya lari jarah jauh, couscantry, fartlek, interval training, circuit traing.
c. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan Fisik Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif. Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik (Nosseck, 1982: 14). Agar tujuan latihan commit toditerapkan user dapat dicapai secara optimal, hendaknya prinsip-prinsip latihan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik dan tepat Hal ini sesuai dengan tujuan prinsip latihan yang dikemukakan Sudjarwo (1993: 21-23) bahwa, “Tujuan prinsip latihan yaitu agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet. Sedangkan prinsip-prinsip latihan di antaranya: (1) Prinsip individu, (2) Prinsip penambahan beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban (stress), (5) Prinsip makanan baik dan, (6) Prinsip latihan sepanjang tahun”. Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip Individu Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan, "Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut Andi Suhendro (1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet, sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai”. Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet. Sudjarwo (1993: 21) menyatakan, “Pemberian beban latihan harus selalu mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Faktor-faktor individu yang harus mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau commit tojasmani user serta psychologis”. lamanya berlatih, kesehatan dan kesegaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Prinsip Penambahan Beban (Over Load Principle) Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7) menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95) berpendapat: Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana lelah pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban lebih
bertujuan
untuk
meningkatkan
perkembangan
kemampuan
tubuh.
Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet menjadi sakit. 3) Prinsip Interval Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip interval Sudjarwo (1993: 22) menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu(interval). Faktor istirahat (interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat akibat latihan.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Istirahat atau interval merupakan factor yang harus diperhatikan dalam latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya kondisinya akan lebih baik.
4) Prinsip Penekanan Beban (Stress) Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan dengan tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atalet stress. Penekanan beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh, baik kelelahan local maupun kelelahan total jasmani dan rokhani atlet. Dengan waktu tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya kelelahan local yaitu otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total disebabkan adanay beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban (stress) diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, penggemblengan mental yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan.
5) Prinsip Makanan Baik Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet. Makanan yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang diperlukan dalam latihan. Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atlet harus bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Untuk seorang atlet diperlukan 25-35% lemak, 15% putih telur, 50-60% hidrat arang dan vitamin serta meniral lainnya”. Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang atlet, maka harus diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang maksimal.
6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan terprogram. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan prinsip interval”. Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui periodeperiode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus dijabarkan dalam periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai.
d. Komponen-Komponen Latihan Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis, anatomis, biokimia dan psikologis. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Menurut Depdiknas. (2000: 105) bahwa, “Dalam proses latihan yang efisien dan efektifitas dipengaruhi: (1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3) densitas latihan dan (4) kompleksitas latihan”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan akan mencapai hasil yang efektif dan waktunya lebih efisien jika komponen-komponen latihan diperhatikan dengan baik dan benar. Komponen-komponen latihan meliputi volume latihan, intensitas latihan, densitas latihan dan kompleksitas latihan. Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1) Volume Latihan Volume latihan merupakan syarat yang sangat penting untuk mencapai kemampuan fisik yang yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan Depdiknas (2000: 106) menyatakan, “Unsur-unsur latihan meliputi: (1) waktu atau lama latihan, (2) jarak tempuh atau berat beban yang diangkut setiap waktu dan (3) jumlah ulangan latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, volume latihan mencerminkan kuantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan. Untuk meningkatkan kemampuan fisik, maka volume latihan harus ditingkatkan secara berangsur-angsur (progresif). Peningkatan beban latihan harus disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai. Hal ini karena, semakin tinggi kemampuan seseorang makin besar volume latihannya, karena terdapat korelasi antara volume commit to user latihan dan prestasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Intensitas Latihan Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Semakin banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi intensitasnya. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”. Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli (rangsangan) syaraf dalam latihan. Kuatnya ranbgsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan dan variasi interval atau istirahat antar ulangan. Antara intensitas latihan dan volume latihan sulit untuk dipisahkan, karena latihan selalu mengkaitkan antara kuantitas dan kualitas latihan. Untuk mencapai hasil latihan yang baik, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.
3) Densitas Latihan Densitas merupakan frekuensi (kekerapan) dalam melakukan serangkaian stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit waktu dalam latihan. Dalam hal ini Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu antara aktifitas dan pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan densitas dinilai berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan. Perimbangan ini berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan seseorang. Lama waktu istirahat atau interval antar aktivitas tergantung pada berbagai faktor antar alain: intensitas latihan, status kemampuan peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang ditingkatkan. Berkaitan dengan densitas latihan Depdiknas (2000: 107) commit to user berpendapat:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Kompleksitas Latihan Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Hal ini sesuai pendapat Depdiknas (2000: 108) bahwa, “Kompleksitas latihan menunjukkann tingkat keragaman unsur yang dilakukan dalam latihan”. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa (1983: 28) “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya”.
e. Perubahan-Perubahan Tubuh Akibat Latihan Fisik Aktivitas jasmani yang dilakukan secara teratur menimbulkan aneka perubahan pada tubuh seseorang. Latihan fisik yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu serta diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat akan menyebabkan perubahan-perubahan tubuh yang mengarah pada peningkatan kemampuan tubuh untuk melaksanakan kerja yang lebih berat. Menurut Mucshin Doewes dkk, (1994: 47-49) efek latihan dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: “(1) Efek langsung, (2) Efek tidak langsung dan (3) Efek berkelanjutan”. Berkaitan dengan pengaruh daya tahan aerobik, Junusul Hairy (1989: 208-211) menyatakan, “beberapa perubahan yang terjadi setelah melakukan latihan daya tahan aerobik yaitu (1) Perubahan kardiorespiratori, (2) Peningkatan daya tahan otot dan, (3) Perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan”. Untuk lebih jelasnya diuraikan secara singkat sebagai berikut : 1) Perubahan Kardiorespiratori Perubahan kardiorespiratori yang disebabkan oleh latihan daya tahan aerobik, juga termasuk sistem transport commitoksigen. to user Sistem transport oksigen melibatkan juga sistem sirkulatori, respiratori dan jaringan, mereka bekerja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersama-sama untuk satu tujuan yaitu, melepaskan atau menyampaikan oksigen ke otot yang sedang bekerja. Karena dengan latihan daya tahan aerobik dapat meningkatkan respon jantung terhadap kegiatan dan juga dapat diharapkan, bahwa organ-organ yang terlatih dapat bekerja lebih efisien pada semua pekerjaan. Pembuluh darah kapiler pada otot bertambah banyak, sehingga memungkinkan difusi oksigen di dalam otot dapat lebih mudah, akibatnya mempunyai kemampuan untuk mengangkut dan mempergunakan rata-rata oksigen lebih besar daripada orang yang tidak terlatih. Karena itu dapat mengkonsumsi oksigen lebih banyak per-unit massa otot, dan dapat bekerja lebih tahan lama.
2) Peningkatan Daya Tahan Otot Daya tahan otot adalah berhubungan dengan kemampuan sekelompok otot dalam mempertahankan suatu usaha dalam waktu yang lama tanpa mengurangi unjuk kerja. Kemampuan relatif untuk mensuplai oksigen selama kontraksi otot berlangsung, kapasitas aerobik (konsumsi oksigen maksimal). Kapasitas aerobik maksimal merupakan suatu indikator yang terbaik dari daya tahan seseorang. Kapasitas aerobik yang tinggi hanya dapat dicapai dengan melakukan dengan melakukan latihan daya tahan secara reguler. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan pada mitochondria terutama peningkatan kapasitas respiratori. Mitochondria terutama terlibat dalam pemakaian oksigen untuk produksi ATP, sedangkan oksigen yang ada pada mitochondria berasal dari sel otot yang diangkut oleh mioglobin. Fungsi mioglobin adalah menyimpan dan mengangkut oksigen dari sel otot ke mitochondria.
3) Perubahan Bahan-Bahan Kimia dalam Jaringan Perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan akibat latihan daya tahan aerobik, menurut Junusul Hairy (1989: 209-211) meliputi: Terdapat tiga kelompok besar sistem aerobik yang terdapat di dalam otot rangka atlet, yang disebabkan oleh latihan daya tahan yaitu: 1) Meningkatnya kandungan mioglobin commit to user: 2) Meningkatnya oksidadi karbohidrat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Meningkatnya jumlah, ukuran dan daerah permukaan membran mitochondria. b) Meningkatnya tingkat kegiatan atau konsentrasi enzim yang terlibat di dalam daur krebs dan sistem transport elektron. c) Peningkatan penyimpanan glikogen dalam otot. 3) Meningkatnya oksidasi lemak meliputi: a) Meningkatnya penyimpanan trigliserida di dalam intramuskular, yang disimpan dalam bentuk lemak. b) Meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak, sehingga tersedianya lemak sebagai bahan bakar meningkat. c) Meningkatnya kegiatan enzim yang terlibat di dalam aktivitas transport, dan pemecahan asam lemak. Selain perubahan-perubahan yang terjadi seperti yang telah diuraikan di atas, latihan daya tahan aerobik juga dapat merubah hal-hal penting lainnya seperti perubahan pada komposisi tubuh, perubahan pada tekanan darah, perubahan pada penyesuaian terhadap panas, perubahan pada jarigan ikat dan perubahan pada otot dan serabut-serabut otot (Junusul Hairy, 1989: 210-211) Pengaruh yang ditimbulkan dari latihan daya tahan aerobik mempunyai pengaruh baik terhadap kesegaran jasmani. Perubahan-perubahan dari latihan daya tahan aerobik meliputi perubahan kardiorespiratori, daya tahan otot dan perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan. Untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik, maka harus melakukan latihan aerobik secara baik dan teratur
4. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani
a. Cara Pengukuran Kebugaran Jasmani Banyak ahli telah berhasil mengembangkan metode yang cukup cermat untuk mengukur kemampuan aerobik (daya tahan jantung, peredaran darah dan pernafasan ditinjau dari kesehatan) yang membutuhkan peralatan yang rumit dan keahlian khusus. Bagi kita orang awam tentunya tidak memahami cara menggunakan alat-alat tersebut untuk mengikuti perkembangan jasmani dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan. Dalam hal ini ada cara penilaian yang sangat sederhana dan dapat dilakukan setiap orang yaitu dengan jalan mengukur denyut jantung atau denyut nadi. Frekuensi denyut jantung (denyutan/menit) selama dan setelah melakukan commit to user latihan dan begitu pula pada waktu istirahat penuh (nadi basal), tidak saja dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberi gambaran tentang kesegaran seseorangsecara umum, akan tetapi juga tentang beban kerja yang selaras dengan kemampuannya. Rusli Lutan dan Andang Suherman (2000: 158) menyatakan: Fitness aerobik diukur berdasarkan kemampuan jantung untuk memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh, dan kemampuan untuk menyesuaikan ke proses pemulihan dari aktivitas jasmani. Fitness aerobik diukur berdasarkan kemampuan maksimum penyerapan oksigen, yang disebut dalam istilah VO2 maks. Yang menggambarkan seberapa efisien tubuh memanfaatkan oksigen selama aktivitas jasmani berlangsung dari derajat sedang hingga yang lebih berat. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler dapat diketahui berdasarkan kemampuan jantung memompa darah ke seluruh tubuh dan kemampuan penyesuaian pemulihan dari kegiatan atau aktivitas. Pada umumnya terdapat kecenderungan bahwa, seseorang dengan denyut nadi basal yang rendah, relatif lebih segar daripada mereka dengan denyut nadinya tinggi. Ini menunjukkan bahwa, kemampuan jantung untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh melalui denyutan yang lebih sedikit dalam satu menit, oleh karenanya daya pompanya begitu besar. Dikatakan secara fisiologis bahwa, daya kerja jantung yang demikian sangat efisien. Frekuensi denyut nadi semenit, baik yang basal maupun setelah melakukan latihan relatif lebih rendah dan gejala ini terjadi berkat kebugaran jasmani yang makin meningkat. Biasanya kerja fisik menyebabkan denyut nadi seseorang meningkat dan ada kalanya dapat terus menanjak melebihi 200 denyutan setiap menit. Dalam hal ini seseorang melakukan latihan fisik berkelanjutan tanpa istirahat, maka pada suatu saat dapat berada dalam keadaan mantap (steady state). Ini berarti, frekuensi nadinya semenit dapat bertambah 60% dari perbedaan antara nadi basal dan nadi maksumum menurut usianya. Marta Dinata (2003: 29) memberikan contoh sebagai berikut: misalnya, seseorang berusia 25 tahun dengan nadi basal 60 per menit dan nadi maksimum menurut usianya rata-rata 200 per menit, maka nadinya sewaktu bekerja dalam keadaan mantap, seyogyanya berada sekitar 60 + 60% (200-60) = 60 + 48 = 144 denyutan per menit. Derajat 60% dinamakan “ambang denyut jantung” perlu dipertahankan selama melakukan kegiatan fisik yang mantap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut ini disajikan tabel ambang denyut jantung dalam berbagai tingkat usia dan denyut nadi basal menurut Marta Dinata (2003: 29) sebagai berikut: Tabel 2. Ambang Denyut Jantung dalam Berbagai Tingkat Usia dan Denyut Nadi Basal Usia 25 30 35 40 45 50 55 60 65
60 144 140 137 133 130 127 123 119 116
Denyut jantung waktu kerja fisik (denyutan per menit) 65 70 75 80 85 146 148 150 152 154 142 144 146 148 150 139 141 146 148 150 135 137 139 141 143 132 134 136 138 140 129 131 133 135 137 125 127 129 131 133 121 123 125 127 129 118 120 122 124 126
90 156 152 152 145 142 139 135 131 128
Ambang denyut jantung dalam melakukan kerja fisik yang mantap dan berkelanjutan (Marta Dinata, 2003:29)
b. Macam-Macam Tes Kebugaran Jasmani Latihan secara baik dan teratur merupakan langkah yang tepat untuk memelihara tingkat kebugaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan hendaknya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana hasil latihan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini sangat penting, sehingga akan diketahui apakah tingkat kebugaran jasmaniya dalam keadaan baik atau belum. Untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani dapat dilakukan secara sederhana dan dapat melalui laboratorium. Menurut Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi tahun (1996: 65105) mengelompokkan macam-macam tes kesegaran jasmani yaitu: 1) Tes daya tahan jantung dan paru terdiri dari: (a) Tes jalan cepat 4.800 meter (b) Tes lari 2,4 meter (c) Tes naik turn bangku (d) Step tes Indonesia 2) Pengukuran VO2 Max terdiri dari: (a) Metode Balke lari 15 menit (b) Dengan ergocycloe (c) Dngan treadmill. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendapat lain dikemukakan M. Furqon H. (2003: 57) bahwa, “Bentuk tes untuk mengukur atau menilai kesegaran aerobik dengan lari multitahap (multistage fitness test). Sedangkan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 159) berpendapat, “Bentuk tes yang paling praktis untuk mengukur kapasitas aerobik menggunakan tes lari 12 menit rancangan dari Cooper”. Dari macam-macam tes kebugaran jasmani tersebut, masing-masing memiliki karakteristik dan aturan sendiri-sendiri. Dari hasil tes yang telah dilaksanakan, kemudian dikonsultasikan sesuai norma dari masing-masing bentuk tes tersebut, sehingga akan dikatahui pada kondisi yang bagaimana kebugaran jasmani seseorang.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya yang terkait dengan kebugaran jasmani dengan hasil yang masih bervariasi atau beragam. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan sebagai berikut: 1. Penelitian Dwi Nugroho dengan judul, “Studi Tentang Daya Tahan Kardiovaskuler Pada Anggota Fitness Center Primadona Di Banjarnegara Tahun 2006 ”. Dari penelitian ini diperoleh simpulan yaitu: Daya tahan kardiovaskuler anggota fitness center Primadona Banjarnegara tahun 2006 yang memiliki kategori sangat baik 1 orang (3.125%), yang memiliki kategori baik 9 orang (28.125%), yang memiliki kategori sedang 19 orang (59.375%) dan yang memiliki kategori buruk 3 orang (9.375%). 2. Penelitian Catur Priambodo dengan judul, “Studi Tentang Status Kesegaran Jasmani dan Status Gizi Pada Siswa Putra Kelas IV dan V Sekolah Dasar Ta’mirul Islam Surakarta Tahun 2005/2006 ”. Dari penelitian ini diperoleh simpulan yaitu: (1) Status kesegaran jasmani siswa putra kelas IV dan V Sekolah Dasar Ta’mirul Islam Surakarta tahun pelajaran 2005/2006 rata-rata userkelas IV Sekolah Dasar Ta’mirul adalah kurang. (2) Status gizicommit siswa toputra
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Islam Surakarta tahun pelajaran 2005/2006 rata-rata adalah kurang. Sedangkan status gizin siswa putra kelas V Sekolah Dasar Ta’mirul Islam Surakarta tahun pelajaran 2005/2006 rata-rata normal.
C. Kerangka Pemikiran Sepakbola merupakan olahraga permainan yang muntuk kualitas kebugaran jasmani yang baik. Karena dalam permainan sepakbola setiap pemain dituntut selalu bergerak dengan memainkan teknik dasar dalam waktu yang lama. Dengan kesegaran jasmani yang dimilikinya, maka seorang pemain sepakbola dapat melaksanakan tugas dengan baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan energi untuk aktivitas selanjutnya. Tingkat kebugaran jasmani pada umumnya ditampilkan dengan unjuk kerja fisik yang baik. Orang yang memiliki kondisi fisik yang baik berarti mencerminkan tingkat kebugaran jasmaninya baik pula. Olahraga secara teratur atau melakukan aktivitas fisik secara ajeg merupakan usaha untuk menjaga dan memelihara kebugaran jasmani. Salah satu upaya untuk menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani pemain sepakbola dengan melakukan latihan fisik secara sistematis dan kontinyu. Latihan fisik merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Dalam melakukan latihan fisik harus memberi pembebanan pada kerja jantung, paru-paru, peredaran darah dan sistem pernapasan. Latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani harus dilakukan dalam intensitas sedang yang dilakukan dalam waktu relatif lama. Banyak manfaat yang diperoleh dari latihan kebugaran jasmani. Dengan latihan fisik secara teratur, maka akan terjadi beberapa perubahan setelah melakukan latihan kebugaran jasmani yaitu: perubahan kardiorespiratori, peningkatan daya tahan otot dan, perubahan bahan-bahan kimia dalam jaringan. Bentuk-bentuk latihan yang efektif untuk meningkatkan kebugaran jasmani seperti jalan, jogging, bersepeda atau olahraga lainnya yang membutuhkan waktu relatif commit to user lama. Dengan latihan yang dilakukan secara baik dan teratur akan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kualitas kerja jantung dan paru-paru, sehingga akan diperoleh kebugaran jasmani yang baik. Dalam pelaksanaan latihan kebugaran jasmani hendaknya selalu diadakan evaluasi. Evaluasi sangat penting, hal ini untuk mengetahui apakah ingkat kebugaran jasmaninya dalam kondisi sudah baik atau belum. Tanpa adanya evaluasi, maka tidak diketahui hasil dari latihan. Jika dari evaluasi diketahui kebugaran jasmaninya buruk, maka harus ditingkatkan, jika dalam kondisi baik, maka harus dipertahankan. Banyak macam cara untuk mengukur kebugaran jasmani, baik dengan cara yang sederhana atau melalui laboratorium. Bentuk tes kebugaran jasmani yang sederhana di antaranya, naik turun bangku, tes dalam bentuk jalan atau lari. Dari macam-macam bentuk tes kebugaran jasmani yang sederhana tersebut dapat memberikan penaksiran terhadap kualitas kerja jantung, paru-paru, peredaran darah dan pernapasan yang mendekati tes laboratorium. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan latihan kebugaran jasmani harus selalu dilakukan kontrol, agar diketahui tingkat kebugaran jasmaninya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepakbola SSB Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan dua kali pengambilan data yaitu tes dan re-test dan dilaksanakan pada bulan Sepetember 2010.
B. Bentuk dan Startegi Penelitian Sesuai dengan judul penelitian, maka bentuk dan strategi penelitian ini adalah metode deskriptif dengan studi kasus. Sugiyanto (1995: 53) menyatakan, “Studi kasus pada dasarnya merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif atau secara mendalam tentang suatu kasus. Kasus ini bisa mengenai individu, sekumpulan keluarga, suatu perkumpulan olahraga, sekolah atau kelompokkelompok lain yang memiliki cakupan yang relatif kecil”. Dalam hal ini ingin mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa Sekolah Sepakbola Pesat Lawu Kabupaten Karanganyar tahun 2010.
C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 berjumlah 34 orang. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes dan pengukuran. Untuk mendapatkan data dari variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan tes lari multitahap (multistage fitness test) dari M. Furqon H. (2003: 57). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik deskriptif. Adapun analisis data yang dilakukan yaitu dengan mengadakan pengklasifikasian tingkat kesegaran jasmnai. Langkahlangkah analisis yang dilakukan meliputi:
1. Uji Reliabilitas Untuk mencari reliabilita, dalam penelitian dilakukan dengan uji reliabilitas intraklas dengan rumus sebagai berikut: MSA - MSW R= MSA Keterangan: R
= Koefisien reliabilitas
MSA
= Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Mengklasifikasikan Tingkat Kebugaran Jasmani Langkah-langkah untuk mengklasifikasikan tingkat kebugaran jasmani sebagai berikut: 1. Melakukan tes kebugaran jasmani dengan multistage fitness test. 2. Dari hasil tes kebugaran jasmani hasilnya dikonsultasikan dengan norma penilaian kebugaran jasmani. 3. Dari hasil yang telah dicapai, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorinya yaitu: baik sekali, baik, sedang, kurang dan kurang sekali. 4. Mencari prosentase dari masing-masing kategori tingkat kebugaran jasmani.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Hasil penelitian yang disajikan yaitu hasil dari analisis yang telah dilakukan terhadap data dari variabel penelitian. Data dari variabel yang diambil dalam penelitian yaitu tingkat kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 dengan multistage fitness test. Deskripsi data penelitian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Tes dan Re-Test Kebugaran Jasmani Siswa Usia 1115 Tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 Variabel Kebugaran jasmani
4.36
Nilai Tertinggi 46.8
Nilai Terendah 26.8
4.27
47.1
27.6
Tes
N
Mean
SD
Tes
34
37.79
Re-test
34
37.86
B. Mencari Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas data kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Data Variabel Kebugaran jasmani
Reliabilitas
Kategori
0.974
Tinggi sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk mengkategorikan hasil uji reliabilitas tersebut menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang dikutip Mulyono B. (1992: 22) sebagai berikut: Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas Kategori
Reliabilita
Tinggi Sekali
0,90 – 1,00
Tinggi
0,80 – 0,89
Cukup
0,60 – 0,79
Kurang
0,40 – 0,59
Tidak Signifikan
0,00 – 0,39
C. Hasil Analisis Data
1. Pengklasifikasian Kebugaran Jasmani Hasil rekapitulasi pengklasifikasian hasil tes kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 disajikan dalam bentuk tabel sebaghai berikut: Tabel 6. Rekapitulasi Klasifikasi Hasil Tes Kebugaran Jasmani Siswa Usia 11-15 Tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Kartanganyar Tahun 2010 Klasifikasi Jumlah Persentas o e Baik Sekali (BS) 0 0.00% Baik (B) 9 26.47% Sedang (S) 22 64.71% Kurang (K) 3 8.82% Kurang Sekali (KS) 0 0.00% Jumlah 34 100.00% Untuk lebih jelasnya klasifikasi hasil tes kebugaran jasmani siswa usia 1115 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 disajikan grafik sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Klasifikasi Tingkat Kebugaran Jasmani 22
25 20 15
9
Nilai 10
3 5 0
0 Baik sekali
0 Baik
Sedang
Kurang
Kurang sekali
Kategori
Gambar 2. Grafik Klasifikasi Tingkat Kebugaran Jasmani Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, tingkat kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 yang memiliki kategori baik sekali tidak ada (0), yang memiliki kategori baik sebanyak 9 orang, yang memiliki kategori sedang sebanyak 22 orang, yang memiliki kategori kurang sebanyak 3 orang dan yang memiliki kategori kurang tidak ada (0). Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa, sebagian besar tingkat kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 memiliki kategori sedang. 2. Persentase Tingkat Kebugaran Jasmani Hasil persentase tingkat kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user
disajikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persentase Tingkat Kebugaran Jasmani 64.71%
70% 60% 50% Nilai
40%
26.47%
30%
8.82%
20% 10% 0%
0% Baik sekali
0% Baik
Sedang
Kurang
Kurang sekali
Kategori
Gambar 3. Grafik Persentase Tingkat Kebugaran Jasmani Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 yang memiliki kategori baik sekali tidak ada (0%), yang memiliki kategori baik sebanyak 26.47%, yang memiliki kategori sedang sebanyak 64.71%, yang memiliki kategori kurang sebanyak 8.82% dan yang memiliki kategori kurang sekali tidak ada (0%). Berdasarkan data hasil persentase tingkat kebugaran jasmani menunjukkan bahwa, siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 tingkat klebugaran jasmaninya belum baik. Tingkat kebugaran jasmani yang belum baik, maka
harus diperhatikan oleh pelatih,
sehingga dalam pelaksanaan latihan harus lebih ditingkatkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: Tingkat kebugaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 memiliki kategori kebugaran jasmani yang cukup, sebanyak 22 siswa dari 34 siswa Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar, dengan pesentase 64,71 %.
B. Implikasi Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas, jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar simpulan yang telah diambil, implikasi yang ditimbulkan dari penelitian ini yaitu: tingkat kebuigaran jasmani siswa usia 11-15 tahun Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 yang dalam kategori sedang dan kurang lebih ditingkatkan lagi dengan latihan yang lebih intensif. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kategori baik tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Berdasarkan hal tersebut menimbulkan adanya implikasi sebagi berikut: 1. Tingkat kebugaran jasmani yang kurang akan berdampak pada kesehatan atau stamina siswa yaitu, akan cepat lelah setelah melakukan aktivitas atau berolahraga, lesu mudah mengantuk setelah melakukan aktivitas sehingga akan berpengaruh pada kinerjanya. 2. Kebugaran jasmani harus selalu dijaga dan ditingkatkan melalui kegiatan olahraga secara teratur agar penampilannya selalu sehat dan bugar.
C. Saran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada Pelatih Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Tingkat kebugaran jasmani siswa Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar harus ditingkatkan melalui latihan yang tepat dan dilakukan secara sistematis dan kontinyu. 2. Hendaknya dalam latihan dilakukan kontrol dari latihan yang dilaksanakan agar diketahui ambang rangsang latihan telah tercapai atau belum. 3. Pelatih hendaknya mengembangkan pengetahuan dan wawasan tentang tata cara melakukan tes dan pengukuran tingkat kebugaran jasmani. 4. Hendaknya perlu dilakukan evaluasi atau penilaian tingkat kebugaran jasmani siswa Sekolah Sepakbola Pesat Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar secara periodik, sehingga dapat dijadikan kontrol sejauh mana latihan yang telah dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA A. Hamidsyah Noer. 1996. Ilmu Kepelatihan Lanjut. Surakarta: UNS Press. Andi Suhendro. 1999. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka. A. Sarumpaet dkk. 1992. Permainan Besar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Bompa, O. Tudor. 1990. Periodization Theory and Methodology of Training. Kendall / Hant: Departement of Physical Education York University. Toronto. Ontario. Canada. Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakata: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Depdikbud. 1994. Ketahuilah Tingkat Kebugaran Jasmani Anda. Jakarta: Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi Depdiknas. 2002. Seleksi dan Penelusuran Minat dan Bakat Olahraga. Jakarta: Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa. Direktorat Jenderal Olahraga Departemen Pendidikan Nasional. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Imam Hidayat. 2003. Biomekanika. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Iskandar Z. Saputra dkk. 1999. Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Iptek Olahraga. Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga. Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT UNS Press.
Lembaga
Jef Sneyer. 1988. Sepakbola dan Strategi Bermain. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra. Joseph Sneyers. 1990. Sepakbola Remaja Petunjuk dan Latihan Bagi Kesebelasan Remaja. Alih Bahasa. Haryanto. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra. Junusul Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta: commit to user Depdikbud. Dirjendikti.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONI. 1993. Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: KONI Pusat. Marta Dinata. 2003. Senam Aerobik dan Peningkatan Kesegaran Jasmani. Lampung: Cerdas Jaya. M. Furqon H. 2003. Teknik Pemanduan Bakat. Surakarta: PUSLITBANG-OR UNS. M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: IKIP Semarang Press. Mucshin Doewes, Soedarwo & Slamet Suherman. 1994. Gizi Olahraga. Surakarta: UNS Press. Mulyono B. 1997. Tes dan Pengukuran Dalam Olahraga. Surakarta: UNS Press. 2001. Tes dan Pengukuran dlam Pendidikan Jasmani/Olahraga. Surakarta: JPOK FKIP UNS. 2009. Tes dan Pengukuran dlam Pendidikan Jasmani/Olahraga. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT UNS Press. Nosseck. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press. Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekerasi 1996. Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Jakarta: Depdikbud. Remmy Muchtar. 1992. Olahraga Pilihan Sepakbola. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Russell Pate, R; Clanaghan, Bruce Mc & Rotella, Robert. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang Press. Rusli Lutan dkk. 1992. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK/IKIP Bandung. Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Pengukuran Evaluasi Penjaskes. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderak Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III. Sadoso Sumosardjuno. 1986. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta: PT. Gramedia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta : PT. Gramedia. Santoso Giriwijoyo Y.S. 1991. Kesehatan, Kebugaran Jasmani dan Olahraga dalam Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB. Sarwono, Ismaryati dan M. Mariyanto. 2000. “Kebugaran Jasmani Mahasiswa Hubungannya dengan Indeks Massa Tubuh dan Kadar Hemoglobin (Studi Pada Jurusan POK FKIP UNS)”. Penelitian Kelompok. Jurnal Penelitian Paedagogia. Surakarta: FKIP UNS. Soedjono. 1985. Sepakbola Taktik dan Kerjasama. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat. Soekatamsi. 1995. Teori dan Parktek Sepakbola I. Surakarta: UNS Press. Sudarno SP. 1992. Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan. Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Surakrata: Press. Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Timo Scheunemann. 2005. Dasar Sepakbola Modern. Alih Bahasa. Marcel Lombe dan J. Chrys Wardjoko. Malang: DIOMA. Wahjoedi. 2000. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : UNS Press.
commit to user