STUDI TENTANG PROSES PEMBUATAN JENIS KENDANG JIMBE DI UD. SPORTIF DESA TANGGUNG, KEC. KEPANJEN KIDUL, KOTA BLITAR
ARTIKEL
OLEH RUSMIATI NIM 108251410708
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN MEI 2012
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
Nama
: Rusmiati
NIM
:108251410708
Prodi/ Jurusan
: S1 Pendidikan Seni Rupa/ Seni dan Desain
Telah menyelesaikan artikel ilmiah dengan judul “Studi Tentang Proses Pembuatan Jenis Kendang Jimbe di UD. Sportif Desa Tanggung, Kec. Kepanjen Kidul, Kota Blitar”
Malang, 25 Mei 2012 Penulis
Rusmiati NIM. 108251410708
Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Lilik Indrawati, M.Pd NIP. 19560831 198403 2001
Drs. A.A Gde Rai Arimbawa, M.Sn. NIP. 19591101 198802 1 001
STUDI TENTANG PROSES PEMBUATAN JENIS KENDANG JIMBE DI UD. SPORTIF DESA TANGGUNG, KEC. KEPANJEN KIDUL, KOTA BLITAR
Rusmiati Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses pembuatan jenis kendang jimbe yang diproduksi oleh UD. Sportif milik Bapak Sidik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif, yaitu untuk menggambarkan proses pembuatan jenis kendang jimbe yang diproduksi oleh UD. Sportif. Dari hasil analisis ditemukan, bahwa proses pembuatan kendang jimbe terbagi menjadi beberapa tahapan, mulai dari pencarian sumber inspirasi sampai tahap pembubutan sampai finishing. Sedang teknik pembuatan hiasannya terbagi menjadi ukir, carving, dan painting, dengan motif hiasan berupa motif kura-kura, dolphin, cicak, palem, gajah, dan scorpion. Jenis kendang jimbe yang diproduksi di UD. Sportif ini bisa berfungsi sebagai hiasan dan alat musik
Kata kunci: Kerajinan, Proses Pembuatan, Kendang Jimbe, Blitar
ABSTRACT: The aim of this study is to describe the proses of makingjimbe, a of kendang (a small drum covered with leather at its each end) produced by UD (Village Unit). Sportif owned by Mr. Sidik. The research design of this study is survey with descriptive approach aiming at describing the process of makingkendangjimbeproduced by UD. Sportif. From the analysis, it was found that the process of makingkendangjimbe was divided into several steps, starting from seeking inspiration’s source up to turning and finishing. The making techniques were divided into carving and painting with the motifs of turtle, dolphin, small house lizard, palm, elephant, and scorpion. The kendangjimbe produced in UD. Sportif can be used both for decoration or music instrument.
Seni kriya merupakan salah satu cabang seni rupa terapan yang tumbuh dan berkembang di setiap daerah. Seni kriya, yaitu ”pekerjaan atau kerajinan tangan” (Kamus besar Bahasa Indonesia dalam Seodarso, 2006:107). Seni
kerajinan menghasilkan benda-benda atau barang kebutuhan rumah tangga, baik yang bersifat fungsional yang banyak dibutuhkan setiap lapisan masyarakat, maupun barang-barang kerajinan banyak dibuat dengan memanfaatkan sumber daya alam antara lain kayu, tanah liat, rotan, bambu, dan batu. Salah satu alat musik yang mempunyai bentuk yang menarik dan merupak an hasil dari kerajinan tangan adalah kendang. Salah satunya adalah kendang Jimbe. Kendang Jimbe merupakan kendang dari Afrika dan populer di Indonesia tepatnya di Blitar, karena tidak bisa melafadzkan Zimbabwe, negara asal kendang tersebut, dengan dialek jawa lahirlah lafadz jimbe yang populer hingga saat ini. Kendang Jimbe juga telah diakui sebagai salah satu ikon Kota Blitar. Kendang jimbe lebih popular di Bali daripada di Blitar sendiri, hal ini bisa dilihat bahwa kendang jimbe banyak dikirim ke Bali dan orang menjadi beranggapan bahwa kendang jimbe ini adalah kendang hasil kerajinan masyarakat Bali. Di Bali kendang ini di ekspor ke luar negeri sehingga di luar negeri lebih dikenal berasal dari Bali bukan dari Blitar. Minat terhadap kendang Jimbe ini memang terbatas pada kalangan tertentu saja, namun bukan berarti peminatnya sedikit. Banyak pengrajin kendang jimbe yang ada di Desa Tanggung, salah satunya adalah ”UD. Sportif” milik bapak Sidik. Meskipun UD. Sportif ini hanya berupa home industry, namun pemasarannya cukup luas sampai ke mancanegara. Selain itu di UD. Sportif ini memiliki keunggulan pada motif hiasan yang menjadi ciri khasnya, yaitu motif lumbalumba, kura-kura, gajah, palem, kalajengking, dan cicak.
METODE Penelitian ini akan dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Februari sampai dengan Maret 2012. Tempat penelitian ini adalah di UD. Sportif milik Bapak Sidik yang beralamatkan di Desa Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kabupaten Blitar. Dalam menjaring data penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif untuk melakukan survei, yaitu dengan metode pengambilan data yang meliputi observasi, dokumentasi, serta wawancara. Penelitian pada bulan pertama adalah untuk mengetahui mengenai alat, bahan baku, serta proses pembuatannya. Teknik pengambilan datanya dengan menggunakan instrument penelitian yang sudah disiapkan sebelumnya berdasarkan ruang lingkupnya, hal ini untuk lebih memudahkan dalam pelaksanaannya di lapangan. Penelitian pada bulan kedua adalah untuk menjaring data mengenai jenis dari kendang jimbe, yaitu dibedakan berdasarkan jenis serta kegunaannya. Penelitian ini dipilih di Desa Tanggungg karena usaha kerajinan jimbe ini sebenarnya adalah usaha turun temurun, yang awalnya merupakan usaha kerajinan bubut. Desa Tanggung memang sudah terkenal sebagai sentra industri bubut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha pembuatan kerajinan kendang jimbe di UD. Sportif ini dimulai sejak tahun 2001. Usaha ini sebenarnya adalah usaha turun temurun, yaitu tentang kerajinan bubut. Desa Tanggung memang sudah terkenal sebagai sentra industri bubut. Berkat usaha kerajinan ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar mencanangkan kawasan yang terletak 4 km utara pusat kota ini menjadi kampung wisata pada tahun 2010. Awalnya, usaha ini merupakan industri rumah tangga yang dikelola turun-temurun. Keberadaannya dimulai sejak 1880, yang dirintis oleh warga setempat bernama Toirono. Dengan peralatan dan kemampuan terbatas, Mbah Toirono menyebarkan ilmu membubut kayu pada tetangga dan masyarakat sekitar. Jenis kerajinan yang diproduksi saat itu hanya tempat sirih dan tempat perhiasan dari kayu. Pemasarannya sekitar “tangsi” atau markas tentara Belanda di Blitar. Pada pertengahan abad 20, mainan ”yoyo” menjadi komoditi terbesar Desa Tanggung. Saat itu, ”yoyo” produksi Desa Tanggung sudah dipasarkan ke luar Kota Blitar. Bahkan sejak tahun 1950, pemasaran mainan anak-anak ini sampai ke luar Jawa. Memasuki 1990-an, produk-produk hasil bubut kayu kian bervariasi. Salah satunya yaitu kendang jimbe yang sekarang pemasarannya sampai ke mancanegara. Proses pembuatan kendang jimbe melalui beberapa tahapan/proses, yaitu mulai dari pencarian ide/sumber inspirasi sampai pada tahapan proses pembuatannya. Perancangan dalam pengembangan produk di UD. Sportif adalah pemilik usaha yaitu Bapak Sidik dan dibantu oleh pengrajin. Meski kendang jimbe bentuknya sudah pakem namun perancang dapat mengkreasikanya pada media maupun pada motif/teknik hiasannya. Untuk pengembangan media meliputi pemilihan bahan seperti kayu mahoni dan kulit kambing. Kayu mahoni dipilih karena selain mudah diolah mendapatkannya juga mudah, sedang kulit kambing yang dipilih adalah kulit kambing yang siap pakai sehingga lebih menghemat waktu dan tenaga. Dalam pembuatan kendang jimbe sebenarnya kayu yang baik digunakan adalah kayu nangka, karena hasilnya bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring, namun untuk mendapatkannya sangatlah sulit. Pengembangan motif di UD. Sportif ini meliputi motif kura, dolphin, cicak, palem, scorpion, dan gajah, sedang teknik menghiasnya dengan teknik ukir, painting, serta carving. Dengan banyaknya pelanggan seringkali motif dan teknik hiasan mengikuti permintaan pemesan, sehingga yang di buat di UD. Sportif ini tidak selalu berupa motif dan teknik yang dimiliki oleh UD. Sportif. Proses pembuatan kendang jimbe mempengaruhi mutu hasil produknya, sehingga untuk memudahkan pengawasan di UD. Sportif ini oleh Bapak S idik selaku pemilik usaha membaginya menjadi berbagai lokasi. Tempat pengolahan kendang terletak di belakang gudang penyimpanan. Seperti yang dijelaskan oleh
Mas Afif, keponakan Bapak Sidik yang juga merupakan orang kepercayaannya proses, pembuatan ini meliputi beberapa lokasi. Lokasi pembuatan kendang jimbe dibedakan dalam beberapa blok yang membedakan pula kegiatan ya ng berjalan di masing- masing tempat, yaitu: (1) Blok bagian finishing kendang jimbe yang meliputi pemasangan kulit pada body kendang, pemasangan tali pengikat, serta pengecekan kualitasnnya; (2) Blok bagian pelitur, terdiri dari 3 alat pelitur beserta peralatannya; (3) Blok bagian pendempulan, untuk memperbaiki bila ada kayu yang cacat setelah proses pembubutan; (4) Blok bagian pembubutan, terdiri dari 3 mesin pembubut; (5) dan yang terakhir adalah blok penyimpanan bahan baku yaitu kayu mahoni dan kulit kambing. Proses pembuatan kendang jimbe dimulai dari pemilihan bahan serta persiapan alat yang akan digunakan. Proses awal adalah pembubutan yang berfungsi untuk mengolah kayu mahoni menjadi body kendang, dilanjutkan untuk proses pelitur, namun seringkali banyak bagian kendang yang cacat atau kurang sempurna setelah mengalami proses pembubutan sehingga body kendang yang cacat tersebut di dempul terlebih dahulu sebalum dipelitur dan yang bagian akhir adalah tahap finishing yang meliputi pemasangan kulit dan tali pada body kendang jimbe, baru setelah itu kendang bisa diberi hiasan. Teknik hiasan untuk kendang jimbe yang diproduksi di UD. Sportif ini meliputi painting, carving, ukir dan polos. Teknik hiasan ini juga mempengaruhi harga jualnya. Untuk jenis hiasan ukir proses pembuatan kendangnya sedikit berbeda, yaitu proses menghiasnya setelah body kendang terbentuk kemudian diukir, dipelitur, dan proses finishing. Untuk motif hiasannya meliputi motif kura, dolphin, cicak, palem, scorpion, dan gajah. Jenis kendang jimbe yang dibuat di UD. Sportif ini dapat dilihat dari tipe dan kegunaannya. Tipe kendangnya dibedakan dari ukuran tinggi serta teknik hiasannya, sedang bila dilihat dari kegunaannya bisa dibedakan sebagai alat musik maupun hiasan saja. Tipe kendang berdasarkan tingginya terbagi mulai dari ukuran 12cm, 15cm, 20cm, 25 cm, 30cm, 40 cm, 50cm, 60cm, 65cm, dan 70cm. Berdasarkan tingginya dapat dibedakan pula mengenai fungsinya. Untuk kendang yang dipakai untuk alat musik biasanya dimulai dari ukuran tinggi 60 diameter 20 cm. Teknik menghias kendang jimbe terbagi menjadi hiasan polos, carving, ukir, dan painting. Untuk tipe polos yaitu kendang dibiarkan polos, hanya dipoles dengan pelitur saja. Tipe polos terbagi menjadi 3, ada yang dibiarkan sesuai warna kayunya, diberi lapisan soda api agar warnanya merah kecoklatan, serta peliturnya dilapisi pigmen warna seperti coklat tua. Untuk tipe carving kendang yang sudah dipelitur ditoreh dengan alat ukir. Bedanya dengan ukir carving ini hanya torehan saja motif yang ditimbulkan tidak dalam, hampir sama dengan teknik cetak grafis hanya saja tidak diwarna. Tipe ukir ini untuk pengerjaannya kayu dibiarakan begitu saja setelah proses pembubutan baru kemudian diukir. Setelah proses pengukiran selesai baru dipelitur dan dilanjutkan dengan pemasangan kulit dan
tali. Kendang yang akan diukir adalah kendang yang belum dipelitur karena goresannya yang dalam sehingga percuma kalau dipelitur terlebih dahulu sehingga akan banyak bagian yang terbuang. Pengerjaan hiasan dengan teknik painting adalah setelah kendang dipelitur. Setelah dipelitur bagian kendang yang akan dihias diberi cat warna hitam sebagai dasaran, baru kemudian dihias dengan cat warna-warni. Teknik yang dipakai dalam painting ini adalah teknik pointilis dengan menggunakan suntikan agar hasil titiknya bisa stabil. Tipe kendang jimbe berdasarkan motifnya, motif kendang jimbe yang menjadi ciri khas dari UD. Sportif ini adalah motif kura-kura, dolphin, cicak, gajah, scorpion, dan pohon palem. Motif kura-kura, pada umumnya dalam 1 kendang dihias 2 ekor kura-kura sebagai obyek utama. Motif dolphin, hampir sama dengan motif kura-kura. Dalam 1 kendang biasanya ada 2 dolphin untuk dijadikan obyek utama. Motif cicak, untuk motif cicak biasanya dalam 1 kendang terdapat 2 ekor cicak dengan posisi bisa berjejer searah atau berhadapan. Motif pohon palem, biasanya motif palem ini dipadukan dalam suasana pantai dengan tambahan obyek perahu. Motif gajah, hampir sama dengan motif kura-kura. Dalam 1 kendang biasanya ada 2 gajah untuk dijadikan obyek utama. Motif scorpion, hampir sama dengan motif kura-kura. Dalam 1 kendang biasanya ada 2 scorpion untuk dijadikan obyek utama. Pembuatan hiasan pada kendang jimbe tergantung dari hiasan apa yang akan dipakai. Hiasan painting dan carving pemberian hiasannya adalah setelah kendang sudah jadi yang meliputi tahapan proses pembuatan seperti yang sudah dijaarkan dalam tabel 3.7,yaitu dipelitur dahulu. Pemberian hiasan ukir prosesnya berbeda dengan painting dan carving, setelah kayu dibubut membentuk body baru kemudian di ukir. Hal ini dikarenakan dalam proses ukir akan banyak lapisan kayu luar yang terbuang, apabila dipelitur dulu mejadi percuma dan butuh dua kali proses. Kegunaan dari kendang jimbe yang dibuat di UD. Sportif ini ada dua macam, yaitu ada yang sebagai hiasan saja dan ada pula sebagai alat musik sungguhan. Semua kendang yang dihasilkan mengasilkan bunyi, namun untuk yang dibuat hiasan, bunyi yang dihasilkan tidak terlalu diperhatikan, dan bahan yang digunakan juga tidak sama bila dilihat dari segi kualitasnya. Perbedaan pemilihan bahan ini dikarenakan harga jual dari kendang jimbe hiasan lebih murah apabila dibandingkan dengan kendang jimbe untuk alat musik. Pemilihan bahan untuk kendang jimbe hiasan juga dipilih yang ringan karena orang kebanyakan membeli kendang jimbe hiasan untuk souvenir.
PENUTUP Bertolak dari temuan penelitian dan pembahaan, hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Kendang jimbe bukanlah kendang asli Blitar, namun kendang jimbe dijadikan salah satu ikon pariwisata Blitar karena sentra industri
pembuatan kendang jimbe yang besar ada di daerah Blitar yaitu di desa Tanggung. Desa Tanggung memang sejak awalnya sudah menjadi se ntra usaha bubut dan baru setelah tahun 2000-an banyak warga desa Tanggung yang mengembangkan kendang jimbe. Salah satunya adalah kendang jimbe. Agar usaha terus berkembang di UD. Sportif dikembangkan materialnya, yang meliputi pemilihan kayu mahoni dan kulit kambing sebagai bahan baku utama. Pemilihan kayu mahoni karena selain harganya lebih murah juga kualitasnya tidak jauh beda dengan kayu nangka. Pengembangan dari segi model bisa dilihat dari ornamen hiasannya. Untuk teknik pembuatan hiasannya terbagi menjadi ukir, carving, dan painting. Dari ketiga teknik tersebut dibuatlah motif- motif yang menjadi ciri khas dari UD. Sportif. Motif- motif tersebut diantaranya adalah kura-kura, dolphin, cicak, palem, gajah, dan scorpion. Proses dalam pembuatan kendang jimbe diperlukan beberapa teknik tersendiri untuk dapat mempercepat proses pembuatannya. Salah satunya tempat pembuatan dipisahkan sesuai dengan tahapan proses pembuatan, mulai dari pembubutan hingga finishing. Jenis kendang jimbe yang dibuat di UD. Sportif ini dapat dibedakan berdasarkan tipe dan kegunaannya. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diajukan untuk rumusan diatas adalah sebagai berikut. Bagi UD. Sporti selain memproduksi kendang jimbe alangkah baiknya bila UD. Sportif juga mengembangkan kendang asli Indonesia yang biasa melengkapai perlengkapan gamelan. Wisatawan mancanegara apabila datang ke Indonesia pastinya juga mencari oleh-oleh yang merupakan kerajinan asli Indonesia, bukan kerajinan dari Negara lain. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, banyak hal yang bisa digali dari kerajinan kendang jimbe ini. Penelitian ini masih sebatas pada satu tempat saja, yaitu UD. Sportif. Apabila dikembangkan mungkin akan banyak fakta lain yang belum terungkap di dalam penelitian ini. Selain itu peneliti selanjutnya disarankan untuk pengambilan datanya tidak hanya pada satu pemilik usaha saja, karena seringkali ketika dilapangan data yang di dapat tidak sikron sehingga data yang di dapatkan kurang valid.
DAFTAR RUJUKAN Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni, Wacana, Apresiasi, dan Kreasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Binaukm. 2008. Teknik/Cara Penyamakan Kulit Pengolahan Kulit, (Online), (http://binaukm.com/2010/08/teknik-cara-penyamakan-kulit-pengolahankulit-bagian-2.html, diakses 1 Agustus 2010) Dedit. Tanpa Tahun. Sejarah Jimbe di Indonesia, (Online),
(http://blitar.olx.co.id/kendang-jimbe- iid-107526792. html, diakses 20 Agustus 2010) Depdiknas UM. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (volume empat). Malang : Universitas Negeri Malang Depdiknas UM. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (volume lima). Malang : Universitas Negeri Malang Djembe. 2011. Sejarah Jimbe, (Online), (http://jimbe.blogdetik.com/jimbe/sejarah-jimbe. html, diakses 20 Agustus Mazgun. 2008. Seni Kriya Nusantara, (Online), (http://mazgun.wordpress.com/2008/09/22/seni-kriya- nusantara.html, diakses 22 September 2008) Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Mulyana, Dadan. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Jakarta: Agromedia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (volume tiga). Jakarta : Balai Pustaka Sachari, Agus. 1986. Paradigma Desain Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali Sachari, Agus. 2002. Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Penerbit Erlangga Smaw. 2009. Pengertian Las. (Online), (http://las- listrik.blogspot.com/2009/03/pengertian-las.html, diakses 10 Maret 2009) Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni, Penciptaan , Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta Bandung Wisno. Tanpa Tahun. Finishing Politur, (Online), (http://tentangkayu.com/2010/07/finishing-politur.html) Zaenab. 2008. Industri Penyamakan Kulit dan Dampaknya Bagi Lingkungan, (Online), (http://skripsi/Industri Penyamakan Kulit dan dampaknya terhadap lingkungan « Kesehatan Lingkungan Makassar.htm, diakses 18 Agustus 2008)