STUDI TENTANG PROSES PEMBELAJARAN MENGGAMBAR EKSPRESI PADA SISWA KELAS RENDAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI TANGKIL 01 KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR
SKRIPSI
OLEH : BENI PUJIANTO 103251464815
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA AGUSTUS 2010
STUDI TENTANG PROSES PEMBELAJARAN MENGGAMBAR EKSPRESI PADA SISWA KELAS RENDAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI TANGKIL 01 KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR
SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Seni Rupa
Oleh : Beni Pujianto NIM 103251464815
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA AGUSTUS 2010
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi oleh Beni Pujianto Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Malang,
Agustus 2010
Pembimbing I
Drs. Iriaji, M.Pd NIP. 19630817 198802 1 001
Malang,
Agustus 2010
Pembimbing II
Fenny Rochbeind, S.Pd, M.Sn NIP. 19711210 200501 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi oleh Beni Pujianto ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Agustus 2010 Dewan Penguji
Tjitjik Sriwerdhani, M.Pd
,Ketua
Drs. Iriaji, M.Pd
,Anggota
Fenny Rochbeind, S.Pd, M.Sn
,Anggota
Mengetahui, Ketua Jurusan Seni dan Desain
Mengesahkan, Dekan Fakultas Sastra
Drs. Iriaji, M.Pd NIP. 19630817 198802 1 001
Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd NIP. 19590610 198503 1 005
“ Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku, bukan sebagai balasan atas segala yang telah mereka curahkan, lebih merupakan secuil bukti akan semua harapan yang semoga dapat kutunaikan. Harapan yang dapat menghadirkan kebanggaan atas karuniaNya, dan karunia yang membanggakan untuk mereka.”
“Untuk saudari-saudariku yang slalu mengharapkan aku untuk selalu maju. Yang terindah untuk anak serta istriku cinta-cintaku, ini semua awal untuk lebih baik selamanya. Semua teman dan sahabatku kali ini akan lebih menantang lagi petualangan kita”
Semua yang telah hadir di hidupku yang tak akan mudah kuhafal satu persatu namun akan kuingat dan kukenang selalu terima kasih telah warnai hidupku dan menghantar serta mendampingi aku menjadi sejauh ini….
Thanks 4 God,n all God gives 4 me, it’s u all…. Beni Pujianto,
DAFTAR PUSTAKA
Anakciremai.2008.apresiasi seni murni.(OnLine), (www.anakciremai com, di askes April 2010) Arikunto, Suharsimi., Prof. Dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1986.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Pina Aksara Chapman, Laura. 1978Approaches to Art in Education. (onLine), (http://cgi.ebay.com/Approaches-Art-Education-Laura-H-ChapmanHardcover-1978-/341640524715, di askes Juni 2010) Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Deddy. 2007. Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di Ssekolah Dasar Negeri 2 Mojorebo Wirosari Grobogan. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Dasar. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Drost, C.J.I.G.M, 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik. Jakarta:Kanisius. Gunarsa, Singgih D. 1986. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Heri. 2009. Studi Tentang Pengenalan Dan Penggunaan Warna Pada Kegiatan Mewarnai Gambar Pada Kelas I Di Sdn I Percobaan Malan. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang. Ibrahim dan Syaodih, Nana. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Kerjasama Depdikbud. Joni, Raka. 1980. Strategi Belajar-Mengajar Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta: P3G, Depdikbud. Latuheru, M.P. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.
Lowenfel, Victor . 1975.described specific stages of growth and development of children based on the marks they made. (OnLine), (http://www.manualssearch-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, di askes Mei 2010) Merry. 2009. Pembelajaran Wayang Topeng Anak – anak pada Sanggar Panji Laras Di Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang. Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1988. Qualitative data Analysis. Terjemahaan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia. Mudjiono, dkk. 1996. Strategi Belajar-Mengajar. Malang: Pendidikan Akta IV IKIP Malang. Muhadjir, Drs, dkk. 2009. Pendidikan Seni Rupa.Malang: Gantar Gumelar Murgiyanto, Sal. 1993 dalam Condrowasesa, Kuswarsantyo (diktat) diambil dari Internet (online), (http://.........., diakses 5 April 2009). Moeslichatoen. 1982. Psikologi Perkembangan Anak ke Arah Pemahaman anak Usia Sekolah TK dan SD Jilid I (saduran). Malang: Proyek P3T IKIP Malang. Moleong, Lexy J.1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nasution,. 1998. Asas-asas Kurikulum. Bandung:CV. Jemmass. Permendiknas. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI. (OnLine), (http://www.scribd.com/doc/4359536/KTSP-SD, (di askes Mei 2010) Piaget, Jean.1975.Cognative development is a continous process that begin at birth. (OnLine), (http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_Ojose.pdf, di askes Mei 2010) Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1998. “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam Pendidikan Serta Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas Lokal Dalam Konteks Global. 120-13 September 2001. ITB Bandung.
Rokhman, Fathur. 2002. “Metode Penelitian Kualitatif”. Makalah Disajikan Dalam Pelatihan dan Lokakarya LKTI/LKIP 2002 Badan Eksekutif Mahasiswa FBS Unnes 2 Mei 2002. Rosjidan, M.A, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Penerbit IKIP Malang. Saputro, Suprihadi, dkk. 2000. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Umum, Pengembangan Proses Belajar-Mengajar. Malang: Penerbit IKIP Malang. Salam, Sofyan. 2000. “Program Muatan Lokal Sebagai Upaya Revitalisasi Seni Rupa Tradisional”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Revitalisasi Seni Rupa Tradisional.22-28 Februari 2000. UNM Makasar. Salam, Sofyan. 2001. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Makasar: Universitas Negeri Makasar. Salam, Sofyan. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sujana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru. Sumanto, Drs. 2008. Pembelajaran Seni Rupa di PGSD. Malang: FIP Universitas Negeri Malang. Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni.. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. Soedarso, Sp. tt. Apresiasi Semi Rupa Tradisional.. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. Tangyong, Agus. 1990. Pengembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia. Tim 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2007.Tipologi. (OnLine), (http://webcache.googleusercontent.com, di askes Juni 2010) -----------2008. Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif. (OnLine), (http://html-pdf-convert.com, di askes Juni 2010)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Beni Pujianto, dilahirkan pada tanggal 16 Mei 1983 di Kabupaten Blitar. Putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sungkono dan Ibu Mudrikah ini menempuh pendidikan awal di TK Pertiwi di Beru kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, lulus pada tahun 1990. Kemudian menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Beru I kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Wlingi kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, tamat pada tahun 1999. Selanjutnya ia menempuh pendidikan menengahnya di SMU Negeri 1 Garum dan berhasil menamatkannya pada tahun 2002. Kemudian baru pada tahun 2003 pendidikan tinggi ditempuhnya dengan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Sastra Jurusan Seni dan Desain Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Malang melalui jalur SPMB. Semasa mahasiswa, ia tidak aktif sama sekali dalam organisasi kemahasiswaan ataupun unit kegiatan mahasiswa di dalam kampus. Bersama teman-teman seangkatan program studi ia sering bermain-main (berekspresi & berapresiasi) di komunitas seni “Gomball”. Sebuah komunitas angkatan 2003 sekaligus sebagai wadah berkesenian juga sebagai tempat menghabiskan waktu luang dalam bingkai kebersamaan.
ABSTRAK
Pujianto, Beni. 2010. Study Tentang Proses Pembelajaran Dalam Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. Iriaji, M.Pd, (II) Fenny Rochbeind. S.Pd. M.Sn.
Kata Kunci : Pembelajaran, Gambar Ekspresi, Kelas Rendah. Proses pembelajaran menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dilakukan dengan tiga macam tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan serta tahap evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, dan hasil pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi apakah sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan, serta faktorfaktor yang menjadi pendukung dan penghambat proses menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik Purposive Sample. Subjek penelitian ini meliputi siswa kelas rendah, Kepala Sekolah, dan Guru Seni Budaya dan Ketrampilan. Prosedur pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik dokumentasi, wawancara, dan observasi. Analisa data dilakukan dengan cara reduksi, penyajian data, penarikan simpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru Seni Budaya secara konseptual mampu menerapkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam pembuatan perencanaan pembelajaran namun secara aplikasi masih mengalami kesulitan. Sedangkan penerapan dalam pembelajaran Seni Budaya terdiri dari penerapan dalam materi, metode, media, dan sistem penilaian atau evaluasi. Materi yang diajarkan diambil dari buku panduan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Mengenai metode yang digunakan adalah berupa demonstrasi, tanya jawab, dan pemberian tugas. Media yang digunakan berupa media cetak yaitu buku penunjang, contoh karya gambar seni, dan perlengkapan menggambar. Adapun sistem penilaian yang diterapkan guru meliputi penilaian proses dan penilaian hasil. Kedua penilaian tersebut mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Penilaian proses dilaksanakan selama tugas sedangkan penilaian hasil dilaksanakan setiap selesai tugas. Faktor pendukung pembelajaran meliputi faktor guru, siswa, materi, lingkungan. Di dalam faktor pendukung tersebut terdapat juga beberapa faktor penghambat didalamnya. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar guru hendaknya mengembangkan media dan pendekatan pembelajaran pada siswa, selain itu dukungan siswa juga diperlukan untuk meningkatkan proses belajar yang efektif.
i
ABSTRACT
Pujianto, Beni. 2010. Study About In Drawing Expressions Learning Process Low Grade Students In Elementary School District Wlingi Tangkil 01 Blitar. Thesis, Faculty of Letters, Arts Education, State University of Malang. Supervisor: (I) Drs. Iriaji, M. Pd, (II) Fenny Rochbeind. S.Pd. M.Sn. Keywords : Learning, Drawing Expression, Low-grade student. Learning process drawing on the expression of low-grade student Tangkil Elementary School District 01 Wlingi done with three different stages, namely the preparation phase, implementation phase and evaluation phase. The purpose of this study was to describe the implementation of learning drawing on the expression of low-grade Elementary School District Wlingi Tangkil 01, and the learning outcomes of students drew expressions of low grade Tangkil 01 Elementary School Districts Wlingi if were in accordance with the basic competencies expected, and the factor- factors supporting and inhibiting the expression of the process of drawing a low grade Elementary School District Wlingi Tangkil 01. This research included a qualitative descriptive study using a purposive sample technique. The subject of this study include a low-class students, Principal, and Teacher of Art and Culture and Skills. Procedures for data collection was done by using the documentation, interviews, and observation. The data analysis was done by reduction, data presentation, drawing conclusions and verification. Results showed that teachers of Art and Culture is conceptually able to apply in accordance with the existing basic competence in making an application to the learning plan but are still experiencing difficulties. While the application of Cultural Art in learning consists of applying the materials, methods, media, and assessment or evaluation. The material is taught from manuals used by the teacher in learning. Regarding the method used is a demonstration, question and answer, and home work. Media used in the form of print media that is supporting the book, examples of works of art images, and drawing equipment. The teacher evaluation system that is applied includes assessing process and outcome assessment. Both these assessments include affective and psychomotor aspects. The assessment process will be undertaken during the task performed while assessing the results of each completed task. Factors include the factor of learning support teachers, students, materials, environmental. Inside there are supporting factors are also several inhibiting factors therein. Based on the research suggested that teachers should develop a media and approaches to student learning, in addition to student support is also needed to enhance the learning process effective.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT peneliti ucapkan karena berkat rahmat dan hidayahnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul “Study Tentang Proses Pembelajaran Dalam Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar” ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Malang. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya ingin peneliti sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Sastra yang telah banyak memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Dra. Tjitjik Sriwerdhani, M.Pd, selaku penguji dalam ujian skripsi, yang banyak memberikan saran maupun kritikan sehingga penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan baik. 3. Drs. Iriaji, M.Pd, selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak membantu dan memberikan masukan untuk terselesaikannya penulisan skripsi ini. 4.
Fenny Rochbeind. S.Pd, M.Sn, selaku dosen pembimbing II, yang juga telah banyak memberikan bimbingan untuk terselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Seluruh dosen di Program Pendidikan Seni Rupa, terima kasih atas bimbingannya selama ini sehingga peneliti sudah dapat melangkah sejauh ini untuk menggapai cita-cita yang diimpikan.
iii
6. Kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi untuk informasinya serta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian guna kepentingan penyusunan skripsi ini. 7. Guru Seni Budaya dan Ketrampilan beserta seluruh staf dan guru di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi untuk informasinya serta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian guna kepentingan penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh siswa, Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. 9. Keluargaku tercinta, Bapak dan Ibuku serta Kakak dan Adikku juga tidak lupa Istriku dan si kecil Devan anakku terima kasih atas dukungan lahir dan batin. 10. Guru-guruku terimakasih atas ilmu yang telah diberikan. 11. Teman-temanku PSR angkatan 2003 terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya selama ini. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semua anggota Gombal Comunity. 12. Teman-teman di Wlingi City n all Kamisam@ crew semuanya yang selalu menemani hari-hariku dan mewarnai hari-hariku. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat peneliti harapkan untuk peningkatan mutu skripsi ini. Harapan peneliti, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amien…… Malang,
Agustus 2010
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8 E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian ........................................................ 9 F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10 G. Definisi Operasional ................................................................................ 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran ..................................................................... 15 2. Komponen Sistem Pembelajaran ........................................................ 18 3. Tujuan Pembelajaran........................................................................... 18 4. Proses Pembelajaran ........................................................................... 19 5. Metode Pembelajaran .......................................................................... 23 6. Pendekatan Pembelajaran.................................................................... 24 7. Strategi Pembelajaran.......................................................................... 24 8. Sarana dan prasarana pembelajaran .................................................... 24
v
B. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Kelas Rendah 1. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar ............................................. 25 2. Kelas Rendah ...................................................................................... 26 3. Periodesasi Seni Rupa Anak ............................................................... 27 4. Karakteristik Psikologi Siswa Kelas Rendah ...................................... 29 C. Penertian Menggambar Ekspresi 1. Menggambar Ekspresi......................................................................... 36 D. Proses Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah 1. Tahapan Menggmbar Ekspresi............................................................ 49 2. Menggmbar Ekspresi Siswa Kelas Rendah ........................................ 50 E. Menggambar Ekspresi Dalam Kurikulum KTSP Sekolah Dasar ............. 51 F. Faktor pendukung dan penghambat Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar 1. Faktor Pendukung ............................................................................... 53 2. Faktor Penghambat ............................................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 59 B. Kehadiran Peneliti .................................................................................... 60 C. Subjek Penelitian ....................................................................................... 60 D. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 61 E. Sumber Data .............................................................................................. 61 F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 61 G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 64 H. Analisa Data ............................................................................................. 66 I. Pengecekan Keabsahan Data..................................................................... 68 J. Tahap -Tahap Penelitian ........................................................................... 68
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian...........................................................71 B. Program Pendidikan Sekolah.....................................................................76 C. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar
vi
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi .................................................... 77 D. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi…………………...86 E. Faktor Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi di Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi……………………………………..88 1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran .................................... 88 2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran ................................... 92
BAB V PEMBAHASAN A. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi................................................94 B. Hasil Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi................................102 C. Faktor Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi................................107 1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran ................................. 107 2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran ................................ 109
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 111 B. Saran................................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 118 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 121
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Ruang Lingkup Penelitian ...……………………………………………11 4.1 Sarana Penunjang Pembelajaran Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi ……………………………………………………...75 4.2 Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran.…………………….......76 4.3 Jumlah Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, kelas 1,2,3………………………………………….78 4.4 Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran………………….81 4.5 Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran………………….84 4.6 Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran…………………..86 4.7 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi...86 4.8 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi...90 4.9 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi...91
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
5.1 Hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Satu…………………..103 5.2 Hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Dua…………………..104 5.3 Hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Tiga…………………..105
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Upaya terus-menerus yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menyikapi era globalisasi, perkembangan jaman di masa ini, adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa khususnya di bidang pendidikan dasar. Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Sebagaimana kita lihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 tertera bahwa Sekolah Dasar merupakan penggal pertama dari pendidikan dasar sembilan tahun. Sekolah Dasar (SD) sebagai penggal pertama diselenggarakan enam tahun dan selanjutnya sebagai penggal kedua adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang diselenggarakan selama tiga tahun. Kebijaksanaan baru ini mempengaruhi fungsi Sekolah Dasar. Sekolah Dasar tidak lagi sekadar berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan memberikan keterampilan “baca, tulis, hitung” dan setumpuk pengetahuan yang telah dipelajarinya. namun diharapkan agar keseluruhan keterampilan ini harus bermakna bagi anak, Keterampilan tersebut dapat dijadikan alat untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan anak pada saat ini dan masa mendatang (Deddy, 2007:1). 1
2
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, sangat penting dalam proses pembelajaran. Program di sekolah dilaksanakan secara teratur dan sistematis, dengan sarana dan prasarana yang memadai serta peran guru sebagai pembimbing akan menghasilkan pemahaman yang cepat bagi siswa. Meskipun, dalam kenyataannya, banyak sarana dan prasarana yang masih kurang memadai terutama di Sekolah Dasar. Keberhasilan tentunya juga sangat ditentukan oleh berbagai faktor salah satunya harus ada keterkaitan antar komponen pembelajaran yaitu: tujuan, metode, media, materi, dan evaluasi pembelajaran (Deddy, 2007:2) Pendidikan merupakan sebuah proses interaksi dari berbagai faktor, khususnya interaksi guru dan peserta didik dalam penyajian pengalaman pembelajaran memerlukan sebuah panduan untuk memperoleh tujuan hasil belajar, panduan itu adalah kurikulum. Kurikulum bertujuan untuk menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, pengalaman pembelajaran harus dikuasai serta bagaimana pengalaman pembelajaran tersebut dikemas dan disampaikan kepada peserta didik (Depdiknas, 2007). Seiring dengan perkembangan waktu, sebagai upaya penyempurnaan implementasi kurikulum agar titik fokus pembalajaran menjadi lebih terarah, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 / 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menegah dan Peraturan Menteri No. 22 / 2006 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang kemudian menjadi acuan dilaksanakannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan adanya pendidikan seni di Sekolah Dasar anak dapat mengembangkan keterampilan berkarya serta cita rasa
3
keindahan dan kemampuan menghargai seni. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Termasuk kedalam kelompok mata pelajaran estetika yang cakupannya dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekpresikan, dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekpresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup maupun dalam kehidupan mesyarakat sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Kemudian dalam Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP ) mengarahkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional,2006:3) Pendidikan seni, sebagai bagian dari mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk manusia berkualitas, khususnya dalam menggambar merupakan pendekatan yang ideal dengan tujuan merangsang daya imajinasi dan kreativitas dalam berfikir serta membentuk jiwa melalui pengalaman emosi, imajinatif, dan ungkapan kreatif. Seperti apa yang dikatakan John Dewey (dalam Salam, 2001:17) bahwa kegiatan seni rupa sebagai kegiatan pengalaman estetis mampu menimbulkan kegairahan dan menimbulkan kesadaran akan sesuatu pengalaman yang khas dalam kehidupan. Pada akhirnya akan menjadikan manusia yang utuh, mandiri, dan bertanggung jawab. Pendidikan seni rupa yang terlaksana dalam bentuk kegiatan pembelajaran pada dasarnya meliputi pembelajaran teori, apresiasi, dan keterampilan seni rupa (Salam, 2001:15).
4
Pembelajaran teori seni rupa berfokus pada pembinaan aspek kognitif (pengetahuan) kesenirupaan yang bertujuan memberikan pemahaman kepada siswa tentang berbagai aspek dari seni rupa meliputi pengertian dan jenis-jenis karya seni rupa; teknis penciptaan berbagai jenis karya seni rupa yang menyangkut pengetahuan tentang bahan, alat dan prosedur kerja; aspek kesejarahan yang membahas mengenai perkembangan seni rupa dari masa ke masa termasuk corak karya, faktor yang mempengaruhi, dan riwayat hidup seniman. Tentunya, tingkatan pemahaman pengetahuan ini bersifat berjenjang dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (Deddy, 2007:3) Pembelajaran seni rupa berfokus pada pembinaan praktik pengalaman studio atau aspek psikomotorik. Pendididkan ini lebih diwarnai oleh latihan berolah seni rupa baik dalam bentuk latihan dasar (pengenalan alat, bahan teknik) maupun latihan penciptaan. Untuk siswa Sekolah Dasar, dalam berkarya mempunyai tema yang bervariasi, mulai dari makhluk luar angkasa, binatangbinatang imajinatif. Pengenalan media dan teknik menggambar menjadikan pilihan anak untuk berkarya sesuai yang disukai. Dengan eksperimen, anak dapat mencoba berbagai kemungkinan-kemungkinan dalam menggunakan alat dan bahan untuk berkarya. Penggunaan bahan dan peralatan pembuatan karya menggambar tidak sebatas pada kertas, crayon, cat poster, pensil warna tapi dapat juga kita pakai sumba (pewarna makanan dan sebagainya ), kertas warna sebagai media pilihan (Deddy, 2007:4) Tujuan Pembelajaran kesenian adalah memberikan kesempatan kepada anak anak menyalurkan ekspresinya secara bebas, sehingga imajinasi atau fantasi dapat tumbuh subur yang akhirnya akan mendorong perkembangan kreativitasnya.
5
Sejalan dengan itu, dapat menjadi sarana untuk membebaskan tekanan-tekanan batin dan persoalan-persoalan pada diri anak (Deddy, 2007:4) Keberanian siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasan dari pengalaman yang dialami setelah melihat gejala keindahan adalah kegiatan yang perlu ditanamkan. Mengajak siswa untuk membuat sebuah karya gambar menjadikan anak mampu berpikir kritis dan kreatif. Menggambar sebagai ugkapan kreatif untuk mengisi rasa cepat anak menerima rangsangan dari luar dan dapat melahirkan segala isi kesadaran jiwanya (Deddy, 2007:4) Secara umum karakteristik siswa kelas rendah didominasi oleh rasa dan emosional yang tidak stabil, sehingga responsifnya rendah. Otot lengannya masih belum sempurna, sosialisasinya rendah serta masih mementingkan diri sendiri (egoistis), hasrat keingintauanya tinggi, tetapi sulit untuk dikendalikan atau diarahkan, tidak ingin diatur dengan berbagai larangan. Kebebasanya mengarahkan pada anggapan segala sesuatu tidak penting. Banyak membuang waktu untuk menghayati pengalaman imajinatif ( sering bicara sendiri ), sangat menyenangi pujian (Muhadjir,2009:37). Peneliti memilih penelitian pada kelas rendah karena hasil karya menggambarnya cenderung ekspresif dan spontan. Selain itu hasil karya menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah dipandang sebagai aktifitas kesenian yang bersifat permainan untuk mengembangkan dan mengarahkan emosi serta perasaan sehingga menggambar bukan tujuan untuk menghasilkan karya. Dalam mata pelajaran ini siswa kelas rendah diajarkan berbagai macam penguasaan materi seni termasuk materi Menggambar Ekspresi. Dalam materi menggambar ekspresi siswa diajarkan menggambar objek benda kedalam bentuk
6
gambar berdasarkan tema yang berbeda sesuai tingkatan kelasnya. Siswa dikenalkan pada proses menggambar ekspresi berupa penggunaan alat dan bahan, teknik yang digunakan, penentuan tema atau objek benda dan langkah-langkah dalam menggambar ekspresi. Pembelajaran menggambar ekspresi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 menggambarkan kondisi yang agak unik, hasil karya siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi banyak dijumpai karya yang aneh, unik, lucu, gaya dan corak yang sama, tidak beraturan. Keanehan dan keunikan karya siswa dapat dilihat dari cara menggambar objek manusia, benda, dan binatang yang tidak proporsional misalnya gambar kepala lebih besar dari anatomi tubuhnya, komposisi warna yang tidak harmonis (selaras) dan cenderung kontras. Berdasarkan aspek proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 juga memiliki langkah pembelajaran, tema kegiatan dan media yang lebih spesifik, kecenderungan keunikan hasil yang unik ini belum diketahui sehingga perlu diteliti. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dan bagaimanakah hasil Pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, apakah sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan serta faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat proses berkarya menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Untuk itu peneliti mengambil judul ” Studi Tentang Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Pada Siswa Kelas Rendah”.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, masalah yang ingin peneliti angkat dalam penelitian ini, dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi? 2. Bagaimanakah kecenderungan hasil gambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi? 3. Faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi? C. Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi proses menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01, Kecamatan Wlingi. Sehubungan dengan itu, tujuan penelitian secara khusus dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. 2. Untuk mendiskripsikan kecenderungan hasil gambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 1 Kecamatan Wlingi. 3. Untuk mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri SDN Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
8
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran beserta faktor pendukung dan penghambat dalam menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi pada mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Jurusan Seni dan Desain Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan materi tambahan untuk perkuliahan dan memberi tambahan dokumentasi topik-topik skripsi pendidikan seni bagi mahasiswa program studi pendidikan seni rupa pada khususnya, serta dapat dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut. b. Bagi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Dimanfaatkan untuk bahan pertimbangan pengajar dan peserta didik untuk motivasi kedepan agar lebih maju. c. Bagi Guru Dengan adanya penelitian ini diharapkan pengajar dapat meningkatkan proses berkarya menggambar ekspresi bagi siswa.
9
d. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui dan memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman dari permasalahan yang dihadapi selama penelitian. e. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian 1. Asumsi Penelitian Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (UM, 2003:13). Sedangkan menurut Surakhmad dalam (Arikunto, 2002:58), menyebutkan bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Adapun asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan proses pambelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi. b. Bagaimana hasil proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. c. Faktor penentu proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi. 2. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
10
a. Penelitian terbatas hanya pada proses pembelajaran menggambar ekspresi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi. b. Penelitian terbatas hanya pada bagaimana hasil dari proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. c. Penelitian terbatas hanya pada faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi. d. Peneliti tidak lepas dari keterbatasan dana dan waktu. F. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari meluasnya masalah penelitian, maka peneliti perlu memberi batasan masalah melalui ruang lingkup objek penelitian yaitu proses menggambar ekspresi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi. Ruang lingkup dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
11
12
G. Definisi Operasional Berdasarkan uraian maka penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan, sehingga memperjelas masalah-masalah yang menjadi sasaran penelitian. Penegasan istilah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran Kesenian Komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian merupakan satu kesatuan yang memiliki keterkaitan dengan keberlangsungan pembelajaran kesenian. Pengelolaan dan strategi pembelajaran harus diciptakan sekondusif mungkin agar pembelajaran dapat menguntungkan bagi kedua belah pihak dengan tetap memperhatikan komponen-komponen pembelajaran kesenian (Merry, 2009:15) 2. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Pendidikan seni rupa di sekolah dasar bukan sebagai tujuan akhir untuk membina anak sebagai subjek didik menjadi seorang seniman atau kurator, melainkan agar anak memperoleh pengalaman tentang seni rupa dan berkesenian. Pengalaman ini dapat diperoleh dengan mengamati, menikmati, dan melakukan aktivitas berkarya seni rupa. Penyelenggaraan pendidikan seni rupa harus didasarkan pada faktor-faktor kejiwaan anak, sesuai masa perkembangannya. Pemahaman terhadap konsep pendidikan seni rupa untuk anak-anak akan menentukan teknik-teknik yang digunakan oleh pengajar nantinya. Teknik-teknik pengajaran teori untuk aspek kognitif anak, pengajaran apresiasi untuk aspek afektif serta pendidikan ketrampilan untuk melatih psikomotorik anak. Manfaat pendidikan seni rupa untuk anak-anak adalah memacu pertumbuhan jiwa anak
13
secara menyeluruh. Hal ini dicapai melalui penciptaan situasi yang mendorong anak untuk mengembangkan pengetahuan, kepekaan estetis, daya cipta dan daya imitasi (Muhadjir,2009:36) 3. Pendidikan Seni Rupa di Kelas Rendah Pengajaran seni rupa tentu akan memperhatikan siswa melalui cara anak memperhatikan dan mengerjakan pelajaran kesenirupaan, yaitu dengan cara menirukan contoh menirukan berbagai bentuk benda oleh karena itu pembelajaran awal anak pada tingkat Sekolah Dasar adalah pengkondisian anak secara benar pada tingkatan yang paling elementer, maka di Sekolah Dasar siswa dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Kelas Rendah dan Kelas Tinggi. Kelas rendah di kelompokkan pada kelas I,II,III sedangangkan pada kelas tinggi di kelompokkan pada kelas IV,V,VI (Muhadjir,2009:35) Sedangkan Pendidikan Seni Rupa Kelas rendah difungsikan untuk mengembangkan dan mengarahkan emosi serta perasaan siswa pada kegiatan yang bersifat permainan, sehingga menggambar bukan tujuan untuk menghasilkan karya. Melatih menggunakan otot-otot untuk menyalurkan berbagai hal yang dirasakan sehingga objek seni rupa untuk tingkat ini tidak menjadi penting. Kemiripan gambar semata-mata menunjukkan adanya perkembangan bahwa pusat perhatiannya lebih terkoordinasi secara lebih terarah (Muhadjir,2009:37) 4. Menggambar Ekspresi Ekspresi adalah pencerminan atau pengungkapan emosi dan perasaan melalui menggambar atau melukis. Menggambar Ekspresi adalah kegiatan mengungkap emosi dan perasan yang timbul akibat pengalaman-pengalaman dari luar ke atas bidang gambar (Dharmawan. 1987 dalam Sumanto,2008:92)
14
Menggambar Ekspresi pada kelas rendah adalah membuat karya gambar sebagai perwujudan ungkapan perasaan tertentu yang dilakukan secara bebas dan bersifat individual. Gambar ekspresi dapat dibuat secara bebas, dan tidak selalu terikat pada ketentuan-ketentuan bentuk alami, baik mengenai warna, proporsi, perspektif dan lainnya. Karakteristik gambar ekspresi adalah (1) dapat menampilkan bentuk-bentuk gambar bebas, unik, dan kreatif, (2) Menampilkan unsur-unsur garis, warna sesuai gaya pribadi penggambarnya, dan (3) Objek gambar sangat dinamis, dapat berupa kesan alam benda, pemandangan, kreasi berdasarkan fantasi ekspresif lainnya maupun sesuai dengan tema yang telah ditentukan (Sumanto, 2008:93)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dapatlah berjalan di sekolah apabila terjadi usaha menciptakan sistem kondisi dan lingkungan yang mampu memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terdapat sejumlah tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran dalam hal ini merupakan suatu kumpulan yang terdiri dari komponen komponen pembelajaran yang saling berinteraksi, berintegrasi satu sama lainnya. Oleh karenanya jika salah satu komponen tidak dapat terinteraksi, maka proses dalam pembelajaran akan menghadapi banyak kendala yang mengaburkan pencapaian tujuan pembelajaran (Deddy, 2007:10). Raka Joni (1980:1) menyebutkan, pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan kondisi lingkungan yang dapat merangsang anak untuk belajar. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi timbal balik antara guru dan murid, guru memberi materi atau bahan sedangkan murid yang menerima. Bisa dikatakan dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara murid belajar dan guru mengajar. Sementara itu, Darsono (2000: 14) mengemukakan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan yang lain, di antara individu dengan lingkungannya.
15
16
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi dalam proses belajar. Perubahan tingkah laku seseorang terjadi akibat interaksi dengan orang lain. Proses belajar pada anak sangat dipengaruhi dari pihak keluarga, pergaulan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Baik dan buruknya tingkah laku yang terjadi di keluarga akan membawa dampak dalam tingkah laku pergaulan sekolah dan lingkungan sekitarnya. Begitu pula sebaliknya, tingkah laku pergaulan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitarnya akan terbawa di kehidupan keluarganya. Menurut Sujana (1988: 21) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku baru ini misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Adanya perubahan baru dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, kesungguhan menghargai, perkembangan sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani. Sifat ingin tahu seseorang sangat besar, sehingga mendorong untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Cara-cara mempelajari diawali dengan menirukan sesuatu yang dilakukan dengan kebiasaan atau cara lain yang berbeda-beda, tergantung pada hal-hal yang menguntungkan dan mampu dilakukan (Deddy, 2007:11) Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa belajar mampu membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala pribadi seseorang. Karena itu seseorang yang sedang belajar tidak sama lagi dibandingkan dengan saat sebelumnya karena lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan
17
keadaan. Ia tidak hanya menambah pengetahuan saja, akan tetapi dapat menerapkan pengetahuannya itu dalam situasi hidupnya (Deddy, 2007:11) Adapun pengertian belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, masih ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar antara lain “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan” (Ibrahim dan Syaodih, 1996 :3). Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), di mana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh hubungan kondisi antara stimulus dan respon. Belajar adalah menghubungkan sebuah respon tertentu kemudian diperketat ikatannya melalui berjenis-jenis cara yang berkondisi. Hakikat belajar adalah penemuan hubungan tingkah laku dari yang tidak tahu, dari tidak biasa menjadi biasa tergantung dari proses yang ditempuh guna mendapat respon lebih cepat atau lambat dari hasil pembelajaran itu juga biasa diakibatkan oleh besar atau tidaknya motivasi yang dimiliki masing-masing individu. Motivasi yang sehat perlu ditumbuhkan secara integral, dengan bantuan dan pengarahan guru yang berpengalaman dengan menggunakan berbagai metode yang terprogram akan mencapai hasil yang maksimal.
18
Bertolak dari berbagai pendapat itu penulis katakan pengertian belajar secara umum adalah suatu usaha dengan proses yang aktif untuk mendapat suatu pengetahuan atau pengalaman yang dapat mengubah tingkah laku pada waktu seseorang menghadapi situasi tertentu untuk dapat mengembangkan dirinya ke arah kemajuan yang lebih baik. Belajar dan mengajar adalah dua proses yang mempunyai hubungan sangat erat dalam dunia pengajaran. Belajar biasanya dikhususkan kepada siswa dan mengajar kepada guru. Keduanya baik guru maupun siswa biasa melakukan kedua hal itu, baik belajar maupun mengajar atau dalam perkataan saling belajar dan saling mengajar. Belajar dan mengajar terjadi baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di sekolah dalam arti formal, sedangkan di luar sekolah biasa berupa bimbingan lanjutan dari sekolah atau terlepas dari sekolah. (Deddy, 2007:12-13) 2. Komponen Sistem Pembelajaran Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem berarti meliputi sejumlah komponen yang terdiri dari: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media, dan evaluasi ( Moedjiono, dkk,1996:19-20). Tiap-tiap komponen pembelajaran tersebut memilliki fungsi dan tugasnya masing-masing, tetapi bekerjanya fungsi dan tugas tersebut terjadi dalam jalinan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu komponen sistem pembelajaran tidak berfungsi, maka pembelajaran tidak akan berlangsung. 3. Tujuan Pembelajaran Ditinjau dari tujuan dan hasilnya, pembelajaran memiliki dua dimensi tujuan dan hasil belajar sebagai berikut:
19
a.
Instruksional effects Merupakan tujuan pengajaran yang secara eksplisit hendak dicapai dalam
proses pembelajaran. Tujuan ini berupa tujuan khusus pembelajaran. Menurut taksonomi Benyamin S. Bloom dalam Kibler(1974:90), instruksional effects mencakup tiga aspek yaitu, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik (Merry, 2009:18). Taksonomi pembelajaran menurut Gagne meliputi: informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan psikomotorik (Saputro, Suprihadi, 1993:26) b.
Nurturant effects Merupakan tujuan pengiring sebagai tujuan sampingan yang tercapainya
akibat perilaku belajar yang dilakukan anak. Tujuan ini mengarah pada pola perilaku anak seperti sikap kritis, terbuka, gemar membaca, kemampuan mengemukakan pendapat dan sebagainya. 4. Proses pembelajaran Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang kompleks karena mencakup banyak variabel, yaitu variabel tujuan, guru, siswa, proses belajar dan susunan pembelajaran. Proses pembelajaran terdiri dari beberapa aspek, yaitu tahap-tahap pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi dan taktik pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, serta prosedur pembelajaran. Jacobsen, Egen, dan Kauchak (1989: 9-12) dalam Suprihadi, dkk (2000:12-13), membagi proses pembelajaran menjadi tiga tahap, yaitu: 1)Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan, dan 3) Tahap evaluasi.
20
a.
Tahap Persiapan Persiapan pembelajaran meliputi tujuan yang akan dicapai, materi yang
sesuai dengan tujuan, interaksi pembelajaran yang sesuai tujuan,media dan sumber belajar yang mendukung, materi bentuk dan teknik evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan, serta alokasi waktu yang diperlukan. Dengan melihat pada Prota, Promes, Silabus, dan RPP yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Pengertian pengelolaan kelas menurut Depdikbud, Dirjen Dikdasmen dalam Buku Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (1996) Pengelolaan Kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan prasarana, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. b.
Tahap Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahapan penerapan dari tahap perencanaan yang telah
dibuat oleh guru. Secara operasional guru melaksanakan tahap-tahap perencanaan. 1) Langkah – langkah Pembelajaran Pada dasarnya langkah - langkah pembelajaran melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran merupakan suatu proses, maka diperlukan adanya perencanaan yang seksama dan sistematis (Ibrahim dan Sukmadinata, 1996:31). Langkah sistematis dan seksama dalam pembelajaran merupakan suatu kegiatan atau bagian
21
terpenting dari strategi mengajar, yakni usaha guru dalam mengatur dan menggunakan variabel-variabel pengajaran agar mempengaruhi siswa dalam mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya dengan menggunakan pendekatan serta strategi dalam pembelajaran. 2) Materi Pembelajaran Materi pelajaran yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran (Suprihadi, dkk, 2000:9). Karakteristik pembelajaran seni rupa di Sekolah Dasar ditekankan pada kesesuaian materi dan karakteristik siswa. Pengembangan materi berorientasi pada: pemberian unsur kreatif dalam kegiatan seni rupa, memberikan dorongan untuk terampil kreatif sesuai minat siswa, memberikan kesempatan dan kebebasan secara terarah untuk mengemukakan pendapat, ide sesuai pengalamannya (Sumanto, 2008:18). 3) Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode adalah suatu cara untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mendapatkan informasi dari orang lain yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Suprihadi, dkk, 2000:9). Metode dalam pembelajaran merupakan bagian integral strategi pembelajaran yang ditetapkan, maka dari itu metode yang akan disampaikan dapat mempengaruhi pemilihan jenis strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran agar tujuan dapat tercapai. Raka Joni (1980) dalam Suprihadi, dkk (2000:16), metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis untuk melakukan pembelajaran. Setiap metode memiliki
22
aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis tersebut adalah gaya dan variasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran. Metode - metode pembelajaran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah meliputi Metode Tanya jawab, demontrasi, ceramah. 4) Media Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, media memiliki peran yang penting demi terlaksananya pembelajaran dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran itu sendiri. Materi ataupun metode pembelajaran tidak bisa lepas dari media karena sangat mendukung demi tercapainya pembelajaran yang bermutu. Media merupakan alat bantu dalam mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah. Media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, sehingga ide yang di disampaikan bisa sampai pada penerima ( Latuheru, 1988:11). c.
Tahap Evaluasi Tahap ini merupakan tahap penilaian oleh guru yang terdiri dari dua aspek
sasaran penilaian, yaitu: 1) proses pembelajaran yang dilakukan guru dan hasilhasil instruksional, 2) efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Tahap akhir dari proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah tahap penilaian hasil (evaluasi). Tahap evaluasi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi yang telah dilaksanakan dengan mengadakan evaluasi terhadap siswa maupun proses pembelajaran menggambar ekspresi itu sendiri. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah
23
dicapai dalam program pembelajaran menggambar ekspresi yang sudah berlangsung. Evaluasi merupakan kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan (Thoha ,1996: tanpa halaman). 5. Metode pembelajaran Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode dalam pembelajaran merupakan bagian integral strategi pembelajaran yang ditetapkan. Metode- metode pembelajaran meliputi: a.
Metode Ceramah Metode ceramah merupakan alat utama untuk menyampaikan informasi
yang telah lama dipergunakan. Ceramah merupakan penjelasan yang disampaikan secara verbal dan penggunaan penjelasannya mempunyai tujuan utama (Turney, 1981: 191) dalam Suprihadi, dkk (2000:161) b.
Metode Demonstrasi Metode ini merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi (sebagi metode pembelajaran) dimana seorang guru atau demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas cara kerja atau proses terjadinya sesuatu (Suprihadi, dkk, 2000:189).
24
c.
Metode Tanya-jawab Dalam proses pembelajaran, bertanya memegang peranan yang sangat penting. Pertanyaan merupakan salah satu perangsang yang terbaik yang dapat disampaikan guru kepada siswa. Tingkat efisiensi pembelajaran sebagian besar duikur dengan ciri-ciri yang dipertanyakan guru.
( Merry,2009:23-24) 6. Pendekatan pembelajaran Pembelajaran seni harus dapat mengembangkan ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (nilai dan sikap), dan ranah psikomotorik. Untuk itu pengajar seni harus dapat mengembangkan ketiga ranah tersebut, karena pendidikan seni pada dasarnya adalah pendidikan yang bertumpu pada nilai sikap ( perasaan, emosi, dan watak). Berdasarkan taksonomi Bloom dalam Rosjidan, dkk (2003:4), tujuan pembelajaran terdiri atas tiga ranah (domain), yaitu: Ranah kognitif, Ranah afektif, dan Ranah psikomotorik. 7. Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan komponen pembelajaran, yang berhubungan dengan cara-cara yang dipilih oleh pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah caracara yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Taba dalam Suprihadi, dkk , 2000:21). 8. Sarana dan prasarana pembelajaran Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
25
penunjang utama terselenggaranya dalam hal ini proses pembelajaran. Keberadaan sarana dan prasarana tidak kalah pentingnya dengan aspek-aspek pembelajaran lainnya. B. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Kelas Rendah 1. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Pendidikan seni rupa yang terlaksana dalam bentuk kegiatan pembelajaran pada dasarnya meliputi pembelajaran teori, apresiasi, dan keterampilan seni rupa (Salam, 2001: 15). Pembelajaran teori seni rupa berfokus pada pembinaan aspek kognitif (pengetahuan) kesenirupaan. Materi seni rupa ini berisi kajian seperti tinjauan seni rupa, sejarah seni, persoalan estetika dan cara untuk menilai sebuah karya seni baik secara konsep maupun komposisi. Pembelajaran kesenian berfokus pada pembinaan praktik pengalaman studio. Untuk melatih keterampilan berkarya, siswa didik diharapkan dapat menggali dari budaya dan alam di sekitarnya sehingga secara tidak langsung mereka akan menjadi lebih inovatif untuk berkarya. Pada akhirnya tercipta siswa yang mampu mengoptimalkan berbagai sumber yang tersedia untuk menjadi produk karya seni yang berkualitas. Pada siswa Sekolah Dasar, jenis pembelajaran kesenian banyak ragamnya mulai dari menggambar, melukis, mematung, maupun juga bisa diarahkan untuk membuat kerajinan. Pendidikan seni rupa di sekolah bukan sebagai tujuan akhir untuk membina anak sebagai subjek didik menjadi seorang seniman atau kurator, melainkan agar anak memperoleh pengalaman tentang seni rupa dan berkesenian. Pengalaman ini dapat diperoleh dengan mengamati, menikmati, dan melakukan aktivitas berkarya seni rupa. Penyelenggaraan pendidikan seni rupa harus
26
didasarkan pada faktor-faktor kejiwaan anak, sesuai masa perkembangannya. Pemahaman terhadap konsep pendidikan seni rupa untuk anak-anak akan menentukan teknik-teknik yang digunakan oleh pengajar nantinya. Teknik-teknik pengajaran teori untuk aspek kognitif anak, pengajaran apresiasi untuk aspek afektif serta pendidikan ketrampilan untuk melatih psikomotorik anak. Manfaat pendidikan seni rupa untuk anak-anak adalah memacu pertumbuhan jiwa anak secara menyeluruh. Hal ini dicapai melalui penciptaan situasi yang mendorong anak untuk mengembangkan pengetahuan, kepekaan estetis, daya cipta dan daya imitasi (Muhadjir,2009:36) Menggambar Ekspresi pada kelas rendah adalah membuat karya gambar sebagai perwujudan ungkapan perasaan tertentu yang dilakukan secara bebas dan bersifat individual. Gambar ekspresi dapat dibuat secara bebas, dan tidak selalu terikat pada ketentuan-ketentuan bentuk alami, baik mengenai warna, proporsi, perspektif dan lainnya. Karakteristik gambar ekspresi adalah (1) dapat menampilkan bentuk-bentuk gambar bebas, unik, dan kreatif, (2) Menampilkan unsur-unsur garis, warna sesuai gaya pribadi penggambarnya, dan (3) Objek gambar sangat dinamis, dapat berupa kesan alam benda, pemandangan, kreasi berdasarkan fantasi ekspresif lainnya maupun sesuai dengan tema yang telah ditentukan (Sumanto, 2008:93) 2. Kelas Rendah Pengajaran seni rupa tentu akan memperhatikan siswa melalui cara anak memperhatikan dan mengerjakan pelajaran keseirupaan, yaitu dengan cara menirukan contoh menirukan berbagai bentuk benda oleh karena itu pembelajaran awal anak pada tingkat Sekolah Dasar adalah pengkondisian anak
27
secara benar pada tingkatan yang paling elementer, maka di Sekolah Dasar siswa dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Kelas Rendah dan Kelas Tinggi. (muhadjir,2009:35) Kelas rendah di kelompokan pada kelas I, II, III, sedangkan kelas tinggi dikelompokkan pada kelas IV,V, VI. Adapun tahap karakteristik siswa kelas rendah Sekolah Dasar dapat dikemukakan sebagai berikut secara umum karakteristik siswa kelas rendah didominasi oleh rasa dan emosional yang tidak stabil, sehingga responsifnya rendah. Otot lengannya masih belum sempurna, sosialisasinya rendah serta masih mementingkan diri sendiri (egoistis), hasrat keingintahuannya tinggi, tetapi sulit untuk dikendalikan atau diarahkan, tidak ingin diatur dengan berbagai larangan. Kebebasanya mengarahkan pada anggapan segala sesuatu tidak penting. Banyak membuang waktu untuk menghayati pengalaman imajinatif (sering bicara sendiri ), sangat menyenangi pujian (Muhadjir,2009:36) 3. Periodesasi Seni Rupa Anak Awal kehidupan anak merupakan masa yang sangat menentukan pola tingkah laku, pikir, dan belajar pada masa selanjutnya. Pada masa ini kesadaran jati diri mulai tumbuh. Seni dapat memberi dukungan yang berarti. Melalui kegiatan seni anak berupaya mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap lingkungan hidupnya. Masa pertumbuhan anak menurut ahli psikologi dan pendidikan dapat diidentifikasi dan diklarifikasikan berdasarkan karya seni rupa yang mereka buat. Victor Lowenfel (1947-1957) meklasifikasi perkembangan atas beberapa tahap, yaitu :
28
a. Tahap Coret-Coret (Scribbling) usia 2-4 tahun Tahap ini ditunjukkan dengan kemampuan anak dalam membuat goresan yang tidak terwujud. Tahap ini dibedakan menjadi tiga yaitu ; coretan tak beraturan (Disordered Scribbling), coretan terkontrol (Controlled Scribbling), dan penambahan goresan (Naming Scibbling) b. Tahap Prabagan (The Preschematic Stage) usia 4-7 tahun Pada tahap ini terjadi perubahan cara menggambar yaitu; terjadi kesadaran akan kreasi bentuk dan mulai ada komunikasi dengan gambar. Ciri tahap coret-coret yang berdasarkan gerakan tangan kini berubah menjadi coretan yang terkontrol dan memiliki hubungan yang jelas dengan lingkungan karena merepresentasikan sesuatu yang pernah dilihat anak seperti orang, rumah, atau pohon. c. Tahap Bagan (Schematic Stage) usia 7-9 tahun Setalah puas dengan ekperimen membuat bentuk, akhirnya anak mulai dapat membentuk bagan lebih lengkap. Disebut bagan, jika anak membuat bentuk dengan pengulangan tanpa ada keingingan mengubah. Jika anak mengubah bentuk, itu disebabkan ada sesuatu yang sangat penting bagi mereka. d. Tahap Berkelompok (The Gang Age) 9-12 tahun Salah satu ciri yang menonjul pada periode ini adalah anak menyadari bahwa mereka anggota masyarakat. Anggota dari kumpulan teman-temannya. Pada masa ini anak mulai dapat bekerja sama dengan anak lainnya dan orang dewasa. Dalam kelompoknya mereka dapat saling bercerita tentang pengalaman, rahasia, dan kesenangan dalam berkerja sama. Kelompok
29
biasanya didasarkan pada jenis kelamin yang sama anak perempuan mulai tertarik pada pakaian yang bagus, dan anak laki-laki mulai senang membuat mainannya sendiri dan mereka suka pergi dengan kelompoknya. Ciri gambar pada anak usia ini, sudah membedakan jenis kelamin secara jelas. e. Tahap Naturalisme Semu (The Pseudo Naturalistic Stage) 12 -14 tahun Pada periode ini anak mengalami masa transisi dari masa anak ke masa remaja. Usia ini sering disebut masa pubertas. Masa anak sering terombangambing jiwanya. Anak mulai kehilangan kemampuan spontanitas dalam membuat gambar, karena mulai menggunakan penalarannya. Perubahan dari ketidaksadaran menuju kekesadaran. Oleh sebab itu anak menjadi lebih kritis dan menyadari dirinya sendiri. Mereka mulai mampu membuat bentuk secara proposional dan detail dari benda yang digambar. f. Tahap Seni Dewasa (Adolescent Art) 14-17 tahun Pada masa ini karya seni merupakan hasil dari upaya kesadaran. Belajar seni pada periode ini merupakan suatu tujuan yaitu untuk mengusai keterampilan. Bagi remaja usia ini seni bukan lagi merupakan bagian dari kehidupannya, bukan lagi merupakan kebutuhannya. Mereka memangdang seni sebagai suatu yang dapat dipelajari untuk tujuan tertentu, seperti kesenangan atau profesi. (http://www.manuals-search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, 2010) 4. Karakteristik Psikologi Siswa Kelas Rendah a. Masa sekolah dasar (usia 6-12 tahun) Tahap usia anak ini disebut juga usia kelompok, dimana anak-anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga dan adanya kerjasama
30
antar teman serta sikap-sikap terhadap kerja atau belajar. Memasuki dunia sekolah dan masyarakat anak dihadapkan dengan tuntutan yang baru, yaitu keterampilan menolong diri sendiri, keterampilan bersosial dan keterampilan bermain. Dalam segi emosinya nampak pada usia ini anak mulai belajar mengendalikan reaksi emosinya dengan berbagai cara dan tindakan yang dapat diterima lingkungannya. b. Karakteristik Anak Sekolah Dasar 1).
Karakteristik Anak Secara Umum Setiap anak adalah unik, anak akan mengembangkan pola reaksi
masing-masing terhadap rangsangan atau kejadian yang dialaminya dengan tempo dan kecepatan yang berbeda. Jadi seorang anak tidak selalu sama dengan kawan-kawannya maupun usia kronologisnya. Setiap anak adalah pelajar yang aktif, seperti pendapat Agus Tangyong, dkk (1990:4) bahwa belajar adalah hal yang dikerjakan anak, sedangkan bermain adalah wahana belajar dan bekerja anak. Anak berkembang melalui beberapa fase. Manusia terdiri dari aspek fisik, kognitif, afektif, maupun intuitif yang saling berhubungan. Dalam masa perkembangan, rangkaian perubahan yang bersifat maju berkelanjutan mulai dari yang bersifat global sampai hal yang paling sederhana adalah disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Sesuai dengan pendapat Moeslichatoen (1985:7), yang menyatakan ciri-ciri pertumbuhan anak usia SD adalah merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Perubahan tingkah laku yang senantiasa terjadi dimaksudkan agar orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sepanjang hayatnya. Demikian halnya dengan periode perkembangan anak usia SD, pertumbuhan
31
usia SD merupakan peningkatan fungsi kejiwaan dari periode sebelumnya (Gunarsa, 1986:1-2). Pada saat anak memasuki masa sekolah, pada saat itu anak tidak dapat langsung membentuk pribadi yang diharapkan tetapi harus melalui fase pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku terlebih dahulu, maka pada usia SD daya cipta dapat diasah setajam mungkin. Masa-masa pertumbuhan seorang anak akan dilalui oleh beberapa fase, sesuai dengan pendapat ahli perkembangan anak, Jean Piaget (1975:14) menyatakan “Cognative development is a continous process that begin at birth”. Piaget dividies development into four broad periods. In order of their accurance they are : (1) The sensorimotor period, 0-2 years; (2) The preoperational period, 2-7 years; (3) The periods of condrete operations, 7-11 years, (4) The periods of formal operations, 11-15 years. These periods are not independent or unrelated. “Development is both continous and discontinuous”. Yang kurang lebih mempunyai arti perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai sejak lahir. Piaget membagi perkembangan dalam 4 periode dengan kejadian kurun usia : periode sensomotorik (0-2 tahun), periode pra-operasional (2-7 tahun), periode konkrit operasional (7-11 tahun), dan periode formal operasional (11-15 tahun). Periode ini tidak berdiri sendiri atau tidak tak berhubungan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dijelaskan beberapa tahap perkembangan menurut Sujanto (1984:9-10) menjelaskan : (a). Tahap Sensorik Motorik Dimulai saat anak lahir hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini pengertian tentang benda bagi anak masih berupa sapek objek yang permanen (kongkrit).
32
Sehingga objek-objek, pengalaman, dan tingkah laku yang mentalnya masih belum bias diungkapkan secara nyata, masih berupa aspek yang terpisah-pisah. (b). Tahap Operasional Berkisar antara 2 tahun hingga 7 tahun. Diantara keempat tahap, tahap ini adalah tahap yang paling penting, karena tahap ini terdapat kemampuan penyusunan tentang pergantian waktu, dan permainan simbol bermain (seolaholah). (c). Tahap Konkrit Operasional Dimulai pada usia 7 tahun hingga 11 tahun. Pada tahap ini tingkat kognitif anak hanya untuk hal-hal yang operasional saja, yang pada saat itu dapat dihubungkan dengan panca indera atau keadaan dan perbuatan yang dapat langsung dibayangkan. Perbedaaannya dengan pra-operasional adalah pada tahap ini anak sudah berada pada suatu keadaan yang dapat menghubungkan keadaan tersebut dengan beberapa dimensi. Pemikiran anak pada tahap ini adalah reversible (dapat dihubungkan). (d). Tahap Formal Operasional Adalah usia di atas 11 tahun. Kini anak ada pada kedudukan dari gambaran kongkret atau yang dikongkretkan ke sesuatu yang abstrak dan segala sesuatu tentang pemikiran, misalnya aturan-aturan abstrak atau hipotesis sebagai sarana refleksi. Pikiran manusia adalah hipotesis. Tidak ada satupun yang dapat menunjukkan sifat/cirri-ciri jalanya pikiran, yang ada hanya pikiran pada umumnya sebagai suatu sistem kognitif. Pada tahap ini manusia sudah bisa merefleksikan pikirannya.
33
Rentangan anak usia SD berdasarkan beberapa tahapan di atas, berada antara tahap operasional dan tahap kongkret operasional yaitu 6-12 tahun atau lebih tepatnya berdasarkan rentangan usia anak SD kelas I di Indonesia berada antara 6-7 tahun. 2).
Karakteristik Khusus Anak Sekolah Dasar Rentangan usia anak SD khususnya kelas I adalah usia antara 6-7 tahun,
dengan cirri dan sifat sebagai berikut: a
Gerakan lebih terkontrol dibandingkan usia sebelumnya.
b
Keseimbangan lebih baik.
c
Tubuhnya lentur, gerakannya halus, ekonomis dan posisi gerakannya tepat.
d
Kualitas pertanyaan lebih baik dan dengan struktural kalimat yang tepat serta bervariasi.
e
Lebih dapat berdiri sendiri.
f
Sikapnya lebih serius, lebih sabar dan merasa bangga akan diri sendiri.
g
Sudah dapat bermain dan berkawan walau belum dapat bekerja sama.
h
Peka terhadap situasi sosial.
i
Mulai dapat membedakan kelamin maupun status.
j
Mulai dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana.
k
Dapat menyesuaikan gerakan dengan posisi cara kerja yang lebih terarah dan efisien.
l
Tidak banyak mencoba-coba dengan membuat kesalahan.
m Mulai dapat berhitung, dapat menyebutkan usia, mengenal waktu, mengingat tempat dan dapat mengikuti irama (Tangyong, dkk, 1986:5-7).
34
Masa anak-anak (midle childhood) berlangsung antara usia 6 – 12 tahun. Masa ini sering disebut juga masa sekolah, yaitu masa matang untuk belajar atau masa matang untuk sekolah. Pada masa ini mereka menginginkan untuk menguasai kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah. Simanjuntak dan Pasaribu (1983: 68) menegaskan bahwa salah satu tanda permulaan periode bersekolah ini ialah sikap anak terhadap keluarga tidak lagi egocentris melainkan objektif dan empiris terhadap dunia luar. Jadi telah ada sikap intelektualis sehingga masa ini disebut periode intelektual. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (1995: 44) bahwa masa usia sekolah ini sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa ini secara relatif anak-anak mudah untuk dididik dari pada masa sebelumnya dan sesudahnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa karaktertistik prilaku anak pada usia ini berdasarkan jenis kelaminnya diketahui bahwa anak laki-laki lebih banyak melakukan agresivitas, aktivitas, dominasi dan inpulsif dalam tingkah lakunya. Mereka memiliki kecakapan mengamati ruang dan pengertian kuantitatif lebih kuat dan lebih baik dibandingkan dengan anak wanita. Sementara itu, anak wanita lebih banyak melakukan tingkah laku cemas. Akan tetapi mereka mempunyai kecakapan verbal yang lebih baik dari pada anak laki-laki. Pada usia 6-12 tahun ini, objek gambar anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan ( Fisher 1978: 5). Hal ini ditegaskan oleh Fisher (1978: 5) bahwa pada umumnya anak perempuan menggambar pemandangan (lansdcape) yang dilengkapi dengan binatang, pohon, bunga, bangunan, orang dan mata hari. Sementara itu anak laki-laki menggambarkan suasana perang,
35
mobil, perahu, atau kartun. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu: (1)
Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6,0 atau 7,0 sampai umur 9,0 atau 10,0.
(2)
Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0. Dari pembagian fase masa keserasian sekolah di atas maka (Nasution,
1995: 45) memperinci beberapa sifat khas anak pada masing-masing fase sebagai berikut : Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar dan Masa Kelaskelas Tinggi Sekolah Dasar. Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar (1)
Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
(2)
Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
(3)
Ada kecenderungan memilih sendiri
(4)
Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
(5)
Kalau tidak dapat menyelesiakan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
(6)
Pada masa ini (terutama pada umur 6,0 sampai 8,0) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
( Heri, 2009:10-14)
36
C. Pengertian Menggambar Ekspresi 1. Menggambar Ekspresi
Kata Ekspresi, yang mempunyai arti mencurahkan, mengungkapkan perasaan. Ungkapan perasaan dimaksud adalah sedih, marah, gembira, senang, tertawa dan sebagainya. Jadi menggambar ekspresi adalah mengungkapkan perasaan atau suatu kegiatan pencurahan perasaan atau batin kedalam bidang dua dimensional yang didalamnya didukung oleh unsur-unsur seni rupa. Ekspresi adalah pencerminan atau pengungkapan emosi dan perasaan melalui menggambar atau melukis. Menggambar Ekspresi adalah kegiatan mengungkap emosi dan perasan yang timbulakibat pengalaman-pengalaman dari luar ke atas bidang gambar(Dharmawan. 1987). Menggambar ekspresi adalah jenis gambar sebagai perwujudan ungkapan perasaan tertentu yang dilakukan secara bebas dan bersifat individual. Untuk mengungkapkan emosi, perasaan, pengalaman kedalam bentuk gambar diperlukan dasar-dasar ketrampilan menggambar, ketajaman pandangan, kepekaan estetis dan daya kreativitas. Gambar Ekspresi dapat dibuat secara bebas, dan tidak selalu terikat pada ketentuan-ketentuan bentuk alami, baik mengenai warna, proporsi, perspektif dan lainnya.(Sumanto.2008:93) Di dalam menggambar ekspresi terdapat ketentuan-ketentuan penentuan tema, teknik, komposisi, warna, tipologi. Di bawah ini merupakan penjelasan ketentuan-ketentuan yang dimaksud di atas : a. Tema Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu karya. Di setiap karya pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah pembuatan sebuah karya dianjurkan harus memikirkan tema apa yang
37
akan dibuat. Dalam berkarya seni rupa, dan berbagai macam jenis seni lainnya haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema adalah atapnya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para penikmat seni dari sebuah karya yang di tampilkan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada karya tersebut. (Dari Wikipedia bahasa bebas Indonesia, ensiklopedia) Tema dalam menggambar ekspresi adalah proses mengungkapkan ide/gagasan melalui usur-unsur seni dalam seni rupa keatas media seni yang tersedia. Pada hakekatnya dalam setiap pembuatan gambar ekspresi mempunyai tujuan tertentu, sehingga menghasilkan beragam jenis dan bentuk karya.(Sumanto, 2008:71) b. Teknik Teknik adalah cara tertentu dalam mengerjakan salah satu jenis karya seni rupa, misalnya teknik menggambar berbeda dengan mematung atau mencetak. Teknik dalam seni rupa juga berkaitan erat dengan media dan alat serta behan yang digunakan. Teknik dalam seni rupa dibedakan atau berbeda tidak hanya menghasilkan karakter karya yang berbeda , tetapi juga mengngikuti bentuk serta konsep yang berbeda pula.(Muhadjir,2009:59) c. Komposisi Yang dimaksud Komposisi dalam seni rupa yaitu susunan unsur – unsur seni rupa yang mengikuti kaidah – kaidahnya. Kaidah – kaidah komposisi itu antara lain: Proporsi, Keseimbangan, Irama, dan Kesatuan.
38
1)
Proporsi Proporsi adalah perbandingan antara bagian yang satu dengan yang lainnya, dan antara setiap bagian dengan keseluruhan pada suatu komposisi.
2)
Keseimbangan (balance) Keseimbangan dalam karya seni rupa adalah kesamaan dari unsur – unsur yang berlawanan tetapi saling memerlukan karena dapat menciptakan satu kesatuan. Ada beberapa pola dalam menentukan keseimbangan, yaitu: a) Keseimbangan Simetris yaitu menggambarkan dua bentuk, ukuran dan jarak yang sama dalam sebuah komposisi. b) Keseimbangan asimetris yaitui menggambarkan sebuah komposisi yang bentuk. Ukuran dan jaraknya tidak sama antara satu dengan yang lainnya c) Keseimbangan segi tiga yaitu menggambarkan sebuah komposisi yang mempunyai / mengesankan segi tiga d) Keseimbangan sentral yaitu menggambarkan sebuah komposisi yang memusat di tengan – tengah (berpusat di suatu titik)
3)
Irama Dalam seni rupa irama tidak bisa di dengar, tetapi hanya bisa dirasakan dan dipahami oleh perasaan orang yang memiliki kepekaan estetis. Irama dalam seni rupa adalah kesan gerak yang timbul dari keselarasan unsur – unsur seni rupa dalam sebuah komposisi. Irama dapat dibentuk dengan tiga cara yaitu:
39
a) Dengan perpaduan unsur – unsur seni rupa yang berhubungan / sejenis (harmoni) atau yang bertentangan / tidak sejenis (kontras) b) Dengan pemunculan (repetisi) unsur – unsur yang sama dalam sebuah komposisi c) Dengan variasi bentuk, jarak, ukuran dan arah unsur – unsur seni rupa dalam sebuah komposisi 4)
Kesatuan Setiap karya seni rupa dibentuk oleh unsur – unsurnya tidak tampil secara terpisah – pisah, melainkan harus saling berhubungan dan membentuk suatu kesatuan yang utuh, bermakna dan harmonis (apresiasi seni murni, www.anakciremai com)
d. Warna Warna merupakan kesan yang ditimbulkan akibat pantulan cahaya yang menimpa permukaan suatu benda. Dalam karya seni rupa wujud warna dapat berupa garis, bidang, ruang dan nada yang dapat menimbulkan kesan tertentu. Berdasarkan teori spectrum cahaya yang dikemukakan oleh Sir Iseac Newton bahwa cahaya matahari dapat diuraikan menjadi beberapa nada warna yang terutama dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu Sedangkan sedangkan Preswater dalam teorinya menetapkan bahwa warna – warna yang ada berasal dari 3 warna pokok (primer), yaitu Merah, kuning dan biru, percampuran 2 warna primer akan menghasilkan warna skunder, dan percampuran warna skunder akan menghasilkan warna tersier Ada 3 cara dalam penggunaan warna dalam seni rupa. Yaitu:
40
1) Hermonis yaitu cara pemakaian warna secara objektif, misalnya daun warna hijau, langit warna biru dan lain – lain 2) Heraldis/Simbolis yaitu cara pemakaaian warna yang dikalikan dengan perlambangan. Misalnya hitam = duka, merah = berani, putih = suci, dll 3) Murni yaitu pemakaian warna secara bebas tanpa ada kaitan dengan objek atau lambang tertentu Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan warna 1) Warna komplementer (kontras) yaitu kombinasi dua warna yang saling berhadapan dalam lingkaran warna, misalnya kuning dengan ungu, merah dengan hijau dll 2) Warna anlogus yaitu kombinasi warna yang serumpun atau yang bersebelahan letaknya dalam lingkaran warna, misalnya hijau dengan hijau kekuningan dan hijau kebiruan 3) Warna Monokromatik, yaitu kombinasi satu corak warna dengan value dan intensitas yang berbeda, misalnya biru dengan biru muda, biru dengan biru tua, dan lain – lain. (apresiasi seni murni, www.anakciremai com)
41
e. Tipologi Tipologi adalah kajian tentang tipe atau jenis. Secara lebih spesifik tipologi dalam seni rupa adalah mengkaji karya seni menurut priaip-prinsip seni serta unsur-unsur seni yang ada. Dan di dalam kaitannya pada penelitian ini tipologi dalam menggambar eksapresi adalah mengkaji secara lebih tentang tipe atau jenis karya menurut tema, teknik, komposisi, serta warnanya. ( Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas) Karakter gambar ekspresi adalah (1) menampilkan bentuk-bentuk gambar bebas, unik dan kreatif, (2) menampilkan unsur-unsur garis, warna sesuai gaya pribadi penggambarnya, dan (3) obyek gambar dinamis, dapat berupa kesan alam benda, pemandangan, kreasi berdasarkan kreasi ekspresif lainnya. 1)
Tipologi Gambar Ekspresi Anak Gaya ungkapan sering dilupakan dalam pelaksanakan pendidikan seni rupa. Apabila kita mencoba mengumpulkan tulisan sejumlah orang, maka dengan mudah kita akan melihat perbedaan gaya ungkapan tulisan mereka. Padahal mereka sama-sama belajar menulis, akan tetapi setelah menulis sudah tidak lagi bagian belajar. Setelah kegiatan menulis menjadi kegiatan spontan, maka. setiap orang menghasilkan gaya tulisan berbedabeda. Dalam kegiatan menggambarpun sesungguhnya demikian. Kegiatan menggambar kebanyakan dilakukan dengan tidak spontan, bahkan dilakukan dengan ragu-ragu, terutama oleh anak-anak besar yang tidak berbakat seni rupa, maka gaya ungkapannya tidak tampak sama sekali. Hal ini disebabkan oleh goresan-goresan yang membentuk itu dibuat masih
42
dalam proses belajar. Sehubungan dengan ini paling tidak anak-anak tidak mendapat tekanan untuk menuruti kehendak gurunya (menggambar secara visual-realistis, yang sesuai kesukaan gurunya). Gambar ekspresi anak dapat mencerminkan karakter anak. Apa yang digambarakan merupakan hasil apa yang dilihat kemudian dirasakan. Apa yang digambar bukan hanya yang sedang ia pikirkan, melainkan apa yang dilihat dengan perasaan yang diasosiasikan. Anak dapat meniru alam, mengubah, mengurangi atau menghilangkan sebagian objek yang digambarkannya. Berdasarkan hasil karya gambar yang diciptakan anak, kita sebagai guru akan mengetahui cara ungkapan seni rupa yang berbeda. Perbedaan ini terletak pada hasil karya yang dihasilkan. Ada gambar yang naturalis, ada gambar anak yang bertipe ekspresif, ada gambar yang bertipe dekoratif dan sebagainya. Selain itu perbedaan karakter tipologi gambar anak terletak pada tingkat usia anak. Dalam In Education Through Art, Read (1958: 140) mengklasifikasikan gambar anak-anak menjadi 12, yaitu: Organic, Lyrical, Impresionist, Rhytmical Pattern, Structur Form, Shematic, Haptic, Expresionist, enumeratif, Decorative, Romantic, dan Literari (http://www.manuals-search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, 2010). Sementara itu, Victor Lowenfield (1975) membagi karya anak dalam proses berekspresi menghasilkan karya dibagi menjadi tipe “visual’ dan “haptic”.
43
(a) Organic Berkaitan serta bersimpati dengan objek-objek nyata, anak-anak lebih suka objek dalam kelompok daripada yang sendiri. Tipe ini juga mengenal proporsi yang wajar dan hubungan organis yang wajar pula, misalnya pohon yang menjulang di atas tanah, gambar manusia dan hewan bergerak sesuai dengan bentuk aslinya. (b) Lyrical Penggambaran objek bersifat realistis, tetapi tidak bergerak seperti organic. Objek yang digambarkan statis dengan warna-warna yang tidak mencolok. Biasanya digambarkan oleh anak perempuan. (c) Impresionist Lebih mementingkan detail/kesan suasana yang digambarkan daripada konsep keseluruhan. (d) Rhytmical Pattern Gambar memperlihatkan benda-benda yang dilihat, Contohnya gambar anak yang melempar bola, kemudian mengulang gambar tersebut sampai bidang gambar terisi seluruhnya. Sifatnya bisa organis atau lyris. (e) Structur Form Tipe ini jarang ditemui pada gambar anak. Objeknya mengikuti rumus ilmu bangunan yang diperkecil menjadi satu rumusan geometris dimana rumus yang aslinya diambil dari pengamatan. (f) Shematic Penggambar menggunakan rumus ilmu bangunan tanpa ada hubungan
44
yang jelas dengan susunan organis. Skema dari objek semula disempurnakan menjadi satu disain yang ada hubungan dengan objek secara simbolis. (g) Haptic Gambar yang dibuat mewakili image-image hasil rabaan dan sensasi fisik dari dalam. Gambar-gambar yang dibuat didak berdasarkan pengamatan visual suatu objek, tapi bukan skematik. (h) Expresionist Berhubungan dengan dunia dalam dirinya. Tidak hanya mengekspresikan sensasi egosentrik tetapi juga objek dunia dari luar seperti hutan, gerombolan orang, dan lain-lain. (i) Enumeratif Penggambar pada tipe ini dikuasai oleh objek dan tidak dapat menghubungkan dengan sensasi keutuhan sehingga semua bagianbagian kecil yang dapat dilihatnya pada bidang gambar tanpa ada yang dilebih-lebihkan Persepsi gambar bukan merupakan persepsi seniman melainkan persepsi arsitek. (j) Decorative Menampilkan bentuk-bentuk dua dimensi dengan pola-pola warnawarni dan mengusahakannya menjadi pola yang menggembirakan. Bentuk-bentuk narural diekspresikan sehingga timbul perasaan senang, melankolis, dan sebagainya. Dengan demikian anak yang menggambar menghasilkan gambar dan memanfaatkan warna untuk menghasilkan pola-pola yang riang.
45
(k) Romantic Pada tipe ini tema diambil dari kehidupan yang dipertajam dengan fantasi. Gambar merupakan gabungan antara ingatan dengan image eidetic sehingga menyangkut sesuatu yang baru. (l) Literary Tema yang ditampilkan semata-mata khayal yang berasal dari raasa yang disarankan gurunya atau imajinasi sendiri. Tema ini merupakan gabungan antara ingatan dan imajinasi untuk disampaikan kepada orang lain. Sementara itu, penggolongan karya gambar anak menurut Victor Lowenfeld (1975), terbagi menjadi: (a) Tipe Visual Tipe visual adalah gambar ekspresi anak yang menunjukkan kecenderungan bentuk yang lebih visual-realistis (memperlihatkan kemiripan bentuk gambar sesuai obyek yang dilihatnya, atau obyektif). Gambar yang diungkapkan mementingkan kesamaannya karya dengan bentuk yang diahayatinya serta memperhitungkan proporsinya secara tepat. Penguasan ruang telah terasa dengan cara membuat kecil objek gambar bagi benda yang jauh. Begitunpula penguasaan warna, pemakaian warna sesuai dengan warna-warna pada bendanya. Batasbatas tertentu gambar atau lukisan anak yang tergolong tipe visual dapat dipersamakan dengan lukisan karya pelukis naturalistis, yang membuat lukisannya sangat teliti, karena ingin menggambarkan keadaan sebagaimana kelihatannya (dari pengalaman visual).
46
(b) Tipe Haptik Gambar ekspresi anak yang memiliki tipe haptik menunjukkan kecenderungan ke arah kebentukan yang lebih visual-emosional atau upaya penggambaran secara subyektif yang berisi tentang ekspresi pribadi dalam merespon lingkungannya. Benda yang digambarkam merupakan reaksi emosional melalui perabaan dan penghayatannya di luar pengamatan visual. Biasanya benda yang dianggap penting digambarkan lebih penting dibuat dengan ukuran lebih besar dibandingkan dengan benda yang kurang penting. Dalam gaya lukisan, gambar ekkspresi anak yang bertipe haptik dapat disamakan dengan lukisan bergaya ekspresionisme. Lukisan ekspresionisme adalah karya lukis yang memperlihatkan ungkapan rasa secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif dari dalam diri pelukisnya (inner states). Lukisan yang bersifat ekspresionistis nampak berkesan sangat subyektif dari kebebasan pribadi masingmasing pelukisnya. Berdasarkan hasil penelitian yang Lowenfeld menunjukan bahwa 47% bertipe visual, 23 % bertipe haptik, dan 30% tidak teridentifikasi. (http://www.manuals-search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, 2010) 2)
Sifat Lukisan/Gambar Ekspresi Anak Gambar ekspresi anak memiliki keunikan dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini terjadi karena anak-anak masih memiliki keaslian dalam tata ungkapan emosinya dalam bentuk gambar atau karya kemudian
47
Secara khusus, berikut ini disarikan berdasarkan pendapat Soesatyo (1994: 32 –33) bahwa sifat lukisan (gambar) anak-anak sebagai berikut: (a) Ideographisme Lukisan anak merupakan ekspresi berdasar pengertian dan logika anak, contoh: anak melukis muka manusia dari samping, meskipun dalam kenyataan penglihatan, matanya nampak sebuah saja, tetapi berdasarkan pengertian anak bahwa manusia itu bermata dua, maka dilukislah kedua mata itu disamping. (b) Steorotif atau otomatisme. Ciri gambar anak yang kedua adalah ditemukannya gejala umum penggambaran bentuk benda secara berulang-ulang dengan ukuran yang monoton. Gejala ini dinamakan stereotipe. Misalnya figure manusia yang diulang dalam bentuk yang sama meski warnanya berbeda-beda. Atau bunga-bunga yang sama diulang-ulang. Bahkan sampai pada tema yang terus diulang-ulang. (c) Gejala finalitas Sungguh unik bila kita cermati dan amati gambar anak, anak menggambarkan peristiwa yang mengandung unsur ruang dan waktu. Biasanya anak melukiskan manusia atau mahluk lainnya dalam gerak. Penggambaran suatu peristiwa yang sedang terjadi divisualisasikan dengan membuat objek gambar yang diulang- ulang. Namun tidak semua bagian atau anggota badan dilukis, hanya yang perlu-perlu saja atau yang dirasakan penting dalam tema lukisan. Misalnya ibu yang sedang menyapu, dilukis hanya satu tangan saja
48
yang memegang sapu itu, sedang tangan yang satu yang tidak berperan tidak dilukis. Atau tangan yang lebih berperan dilukis lebih besar dan lebih mendapat tekanan. (d) Perebahan atau lipatan Sifat ini merupakan peristiwa yang lucu namun logis buat anakanak. Disebut juga sifat tegak lurus atau sifat rabatemen. Benda apa saja yang berdiri tegak pada suatu garis dasar akan dilukis tegak lurus pada garis dasar tersebut meskipun garis dasar itu berbelok atau miring arahnya. Akibatnya semua benda tampak rebah atau malah terjungkir. (e) Transparan Kebiasaan dan kecenderuangan anak menggambarkan hal-hal atau peristiwa pada ciri ke tiga ini adalah penggambaran yang tembus pandang. Sebagai contoh bila anak melihat kucing makan ikan, kemudian kita suruh anak itu untuk menggambarkan kucing, maka anak biasanya akan menggambar kucing dengan perut yang kelihatan ada ikannya. Pada usia tertentu kita dapat menjumpai lukisan anak dengan sifat tembus pandang. Anak cenderung melukiskan semua yang ia pikirkan dn ia mengerti meskipun ada beberapa benda objek yang berada di dalam ruang atau tempat tertutup. Akibatnya adalah peristiwa tembus pandang. Satu nilai yang dapat kita tiru dari anak-anak dengan karakterisrik gambar ini adalah kejujuran dan kepolosan jiwa anak. Tentunya hal ini berbeda dengan orang dewasa yang penuh dengan kepura-puraan.
49
(f) Juxtaposisi. Sifat Pemecahan masalah ruang (kedalaman jauh dekat) dalam bidang datar, diatasi dengan dasar pemikiran praktis. Anak melukis benda atau objek yang jauh di bagian atas kertas sedang yang dekat dibagian bawah. (g) Simetris (setangkep) Dalam melukis suatu objek sering timbul gejala atau hasrat untuk melukis hal-hal yang asimetris menjadi asimetris. Misalnya dua pohon besar di kiri dan di kanan, dua buah gunung kembar dengan matahari di tengah, setangkai bunga dengan daun kiri dan di kanan, dan sebagainya. (h) Proporsi (perbandingan ukuran) Anak-anak lebih mementingkan proporsi nilai dari pada fisik. Halhal yang dianggap lebih penting dibuat lebih besar atau lebih jelas. (i) Lukisan bersifat cerita (naratif) Lukisan/gambar yang dibuat anak merupakan ungkapan perasaan atau gejolak jiwa. Jadi lukisan adalah cerita anak, bukan sekedar mencoret sebagai aktivitas motorik atau gerak anatomis saja. Maka perlu ditanggapi secara wajar dan dalam sikap menerima serta mengaharga. (http://webcache.googleusercontent.com, 2010) D. Proses Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah 1. Tahapan Menggambar ekspresi Setiap manusia memiliki berbagai reaksi manakala merespon sesuatu yang dihadapinya. Sesuatu yang sudah menyita perhatian seseorang akan memancing respon balik berupa tanggapan, seperti: merasakan kesedihan,
50
kegembiraan, keharuan, kebingungan. Respon balik yang terjadi dapat berupa sikap fisik manusia sendiri yang tampak seperti: tertawa, marah, menangis, mengacungkan jempol, tepuk tangan dan sebagainya. Bagi kelompok tertentu respon balik ini bisa berbentuk ungkapan kreatif dalam bentuk karya seni diantaranya lewat coretan garis atau menggambar. Gambar seperti ini disebut gambar ekspresi. “Ekspresi dipergunakan untuk menyebutkan reaksi-reaksi emosional yang langsung, namun bentuk-bentuk yang dicapai melalui aturan– aturan yang ketat pun merupakan suatu cara berekspresi” (Herbert Read dalam Soedarso SP, 2000:5) “ Karya Ekspresionistik dalam seni merefleksi secara emosional terhadap realitas tau kenyataan. Imej atau gambaran secara visual biasanya merupakan rekaman simbolik dari perasaan sang artis atau seniman berupaya menyatakan secara langsung dan penuh makna. Terkadang schok, sentimental atau romantik adalah gaya mengekspresikan realitas perasaan pribadi kita tentang alam dan kondisi manusia.” (Laura Chapman, 1978: 41) 2. Menggambar Ekspresi Siswa kelas Rendah Kegiatan menggambar ekspresif lebih mengutamakan pengungkapan emosi yang dicurahkan dalam bentuk karya gambar. Dalam karya gambar ekspresif mengabaikan kemiripan akan objek yang digambar, tetapi lebih mengutamakan perasaan, keinginan pribadi penggambar yang bukan mustahil menghasilkan gambar yang kreatif sesuai dengan keinginannya. Dalam berkarya seniman atau penggambar (termasuk anak) tidak dibatasi oleh suatu teknis yang baku. Yang jelas karya ekspresi akan mewakili perasaan seniman atau anak untuk menanggapi sesuatu sesuai keinginan pribadinya.
51
Anak kelas rendah cenderung lebih menyukai gambar ekspresif. Mereka menggambar dengan tidak menghiraukan kemiripan, harmoni, proporsi dan sebagainya. Cenderung dalam gambar terjadi distorsi, perubahan, pewarnaan yang bebas, penggubahan bentuk yang tidak menjadi penghambat dalam berkarya. Terlebih jika diamati dari sudut pandang lain, justru menjadi ciri yang menarik dari gambar anak. Mereka melepaskan diri dari unsur kasat mata, mereka bebas berkarya. (http://html-pdf-convert.com) E. Menggambar Ekspresi Dalam Kurikulum KTSP Sekolah Dasar Dengan adanya pendidikan seni di Sekolah Dasar anak dapat mengembangkan keterampilan berkarya serta cita rasa keindahan dan kemampuan menghargai seni. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Masuk kedalam kelompok mata pelajaran Estetika cakupannya Dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekpresikan, dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi dan mengekpresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup maupun dalam kehidupan mesyarakat sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Kemudian dalam Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP ) mengarahkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal. Mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1
Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan ketrampilan.
52
2
Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan ketrampilan.
3
Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan ketrampilan.
4
Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan ketrampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global.
Ruang Lingkup Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1
Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetakmencetak, dan sebagainya
2
Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik, apresiasi karya musik
3
Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari
4
Seni drama, mencakup keterampilan pementasan dengan memadukan seni musik, seni tari dan peran
5
Keterampilan, mencakup segala aspek kecakapan hidup (life skills ) yang meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial, keterampilan vokasional dan keterampilan akademik. (http://www.scribd.com)
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi
53
seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Salah satu pembelajaran Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, pembelajaran ini lebih diwarnai oleh latihan berolah seni rupa baik dalam bentuk latihan dasar (pengenalan alat, bahan teknik) maupun latihan penciptaan karya. Salah satu materi pelajaran yang diberikan adalah menggambar ekspresi. Tujuan pengajaran menggambar Ekspresi di sekolah adalah untuk menjadikan anak melatih koordinasi mata dan tangan. (http://denijusmani.blogspot.com) F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Dalam proses pendidikan seni terdapat faktor-faktor yang menjadi penentu, faktor-faktor tersebut dapat menjadi pendukung atau penghambat yang berupa faktor pendukung dan faktor penghambat. 1.
Faktor Pendukung Dalam suatu proses pendidikan seni tidak akan terlepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor yang mendukung kegiatan pendidikan seni meliputi : faktor pelatih/pengajar, faktor siswa, faktor materi, faktor lingkungan/suasana, dan faktor budaya. a.
Faktor Guru / Pengajar Guru (pengajar) adalah seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar mengajar menjadi efektif (Suprihadi, dkk, 2000:9). Tugas pokok guru/pengajar yang paling penting adalah sebagai perancang (designer), pelaksana (executor), dan penilai (evaluator). Adapun kriteria yang harus
54
dimiliki oleh seorang pengajar agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dapat ditentukan melalui: 1) pendidikan pengajar, 2) pengalaman mengajar, 3) penguasaan terhadap materi pengajaran, 4) pendekatan/cara pengajaran, 5) cara memilih media dan penguasaannya, 6) dapat menjalin hubungan yang baik dengan siswa, 7) kepribadian pengajar. b.
Faktor siswa Dalam proses pembelajaran siswa adalah seorang yang bertidak sebagai
pencari, penerima, dan penyimpan materi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Suprihadi, dkk, 2000:9). Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Kemampuan potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan seperti bakat dan kecerdasan, maupun kemampuan yang dapat dilihat dari hasil belajar. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa sehingga dapat menunjang proses pembelajaran siswa meliputi: 1) bakat dan minat, 2) ketekunan dan keuletan dalam belajar, 3) penguasaan terhadap materi pembelajaran, 4) prestasi belajar. Sedangkan faktor yang perlu diketahui oleh pengajar dalam diri siswa berupa permasalahan yang sedang dihadapi siswa karena bisa saja menjadi penghambat dalam proses pembelajaran. c.
Faktor materi Materi atau bahan ajar merupakan segala informasi yang berupa fakta,
prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Suprihadi, dkk, 2000:9). Materi yang akan diberikan kepada siswa hendaknya: 1) menunjang tujuan pembalajaran, 2) sesuai kemampuan siswa, 3) sesuai dengan usia siswa, 4) menarik perhatian dan merangsang perkembangan pengatahuan siswa.
55
d.
Faktor lingkungan/ suasana Lingkungan yang bersih, aman dan nyaman merupakan unsur yang dapat
menunjang aktivitas belajar siswa. Karena kondisi yang seperti ini dapat mempengaruhi psikologi anak dalam belajar sehingga anak menjadi tenang dan bersemangat. Lingkungan tempat belajar sebaiknya ditata sedemikian rupa sesuai dengan kondisi fisik dan psikologi anak, didalamnya dapat juga ditambahkan unsur-unsur benda sebagai penunjang proses pembelajaran. Karena dengan tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana akan semakin memudahkan kegiatan belajar. Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik yang meliputi keadaan, ruangan, tata ruang, dan situasi sekitar tempat belajar. 2. Faktor Penghambat Dalam suatu kegiatan apresiasi seni tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor yang menghambat kegiatan apresiasi seni meliputi : faktor guru/pengajar, dan faktor siswa. a.
Faktor Guru / pengajar Guru / pengajar merupakan faktor utama dalam proses pembelajaran
karena perannya sebagai informator yang menjadi pusat dari kelangsungan proses pembelajaran tersebut. Segala hal yang berhubungan dengan guru/pengajar dalam keberhasilan proses pembelajaran semua itu ditentukan oleh pendidikan guru/pengajar, kepribadian yang dimiliki dan pengalaman dalam mengajar. Hal-hal tersebut diatas sedikit banyak dapat mempengaruhi kegiatan apresiasi seni, karena dari pengalaman yang dimiliki oleh
56
guru/pengajar akan memudahkan kemampuannya dalam mengajar. Karena dalam hal ini diperlukan pengetahuan dan ketrampilan mengajar seorang guru/pengajar. Yang menjadi faktor penghambat kegiatan apresiasi seni adalah kemampuan mengajar yang dimiliki seorang guru/pengajar dalam kegiatan apresiasi seni berdasarkan pendidikannya. Hal-hal yang menjadi faktor penghambat berkaitan dengan kepribadian guru/pengajar adalah keterbukaan secara psikologis yang merupakan dasar kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru/pengajar. b.
Faktor siswa Siswa merupakan subjek belajar yang memiliki dua karakteristik yang
perlu diperhatikan pada kegiatan apresiasi seni. Dua karakteristik tersebut terdiri dari karakteristik umum yang meliputi usia siswa, dan karakteristik khusus yaitu gaya belajar siswa, kecerdasan majemuk, kesulitan belajar, dan hambatan dalam kelainan fisik. Secara garis besar faktor yang menghambat kegiatan apresiasi seni siswa terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal (Rosjidan, dkk , 2003:9),. Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri siswa itu sendiri. Kedua faktor ini dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai oleh siswa. 1) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Yang termasuk ke dalam faktor-faktor fisiologis salah satunya adalah pendengaran. Semakin meningkatnya usia seseorang, kemampuan mendengarnya semakin
57
berkurang. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menangkap nada suara dimana seseorang dapat membedakan nada suara rendah dan tinggi. Oleh karena itu dalam pembelajaran suara guru perlu diatur kecepatannya. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan belajar dan sistem instruksional. Lingkungan belajar terdiri dari lingkungan dalam sekolah dan lingkungan luar sekolah ( rumah serta masyarakat ). c.
Faktor Materi Secara garis besar tujuan pembelajaran seni tari untuk anak-anak dapat
dibagi menjadi tujuan umum dan khusus. Dari tujuan tersebut dapat diketahui bahwa tujuan dari mempelajari gerak tari bukan merupakan prioritas utama. Materi pelajaran yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran (Suprihadi, dkk, 2000:9). Namun yang lebih penting adalah aspek di balik pembelajaran tersebut karena berkaitan dengan masalah budi pekerti dan perilaku anak. Untuk itu anak tidak boleh dipaksakan menerima materi yang tidak sesuai dengan tingkatan usianya. Hal ini akan berdampak negatif bagi perkembangan psikologis anak selanjutnya, seperti pendapat Murgiyanto (1993: 22). d.
Faktor Lingkungan/Suasana Lingkungan tempat belajar sebaiknya ditata sedemikian rupa sesuai
dengan kondisi fisik dan psikologi anak, didalamnya dapat juga ditambahkan unsur-unsur benda sebagai penunjang proses pembelajaran. Karena dengan
58
tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana akan semakin memudahkan kegiatan belajar. Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) dalam Moleong (1990:3) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan dalam penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Travers (1978) dalam Alimuddin (1993:71) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. 59
60
B. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi adalah untuk menjaring dan mengumpulkan data penelitian yang berhubungan dengan proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah dalam pendidikan seni rupa serta hasil pembelajaran menggambar ekspresi dan faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi yang didapatkan oleh peneliti dengan melakukan observasi dan wawancara dengan pengajar, serta siswa di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Siswa-siswi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi Alasan peneliti mengambil subjek dari siswa-siswi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi adalah bahwa siswa kelas ini sudah mengalami penerapan sistem pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan di sekolah tersebut. Dan juga dengan asumsi bahwa kelas tersebut merupakan kelas yang sedang memperoleh materi proses pembelajaran menggambar ekspresi lebih banyak b. Guru Seni Budaya dan Ketrampilan Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi. c. Kepala Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi. .Objek penelitiannya adalah proses pembelajaran menggambar ekspresi dan faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi.
61
D. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi. Alasan dipilihnya lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan observasi awal yang menunjukkan bahwa SD tersebut merupakan salah satu Sekolah Dasar yang termasuk mempunyai kualitas outpout yang baik dibandingkan dengan sekolah lainnya di tingkat kecamatan sehingga sekolah ini dapat digunakan sebagai acuan bagi sekolah lain (Hasil survey Dinas Pendidikan: 2008). E. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh (Arikunto, 1997:107). Data yang terkumpul dari lapangan diseleksi dan diklasifikasikan menurut kelompoknya, disusun kemudian dianalisis secara deskriptif perkelompok. Dari analisis tersebut kemudian disimpulkan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber pada pengajar, karya yang diobservasi, serta siswa yang mengikuti proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil. Sedangkan data yang digunakan sebagai pendukung digunakan informasi, dokumentasi atau buku-buku yang menjadi acuan mengenai topik yang akan dibahas. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat Bantu yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar diperoleh data yang akurat. Berdasarkan sumber data yang ada dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa angket (kuesioner), pedoman wawancara, dan lembar observasi.
62
1. Angket atau kuesioner Kuesioner merupakan instrumen penelitian yang berisi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2006:158). Peneliti menggunakan instrumen ini karena dianggap efisien tentang variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Menurut Arikunto (1997:128), jika dipandang dari cara menjawab, maka angket (kuesioner) dapat dibagi menjadi dua, yaitu: •
Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
•
Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
Sedangkan jika dilihat dari jawaban yang diberikan, kuesioner juga dibagi menjadi dua, yaitu: •
Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya sendiri.
•
Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain. Berdasarkan dua klasifikasi tersebut, peneliti memilih untuk menggunakan
kuesioner yang sifatnya tertutup serta kuesioner langsung. Artinya peneliti sudah menyediakan jawaban dalam kuesioner, dan responden akan menjawab tentang dirinya sendiri dan orang lain. Angket yang digunakan oleh peneliti diberikan kepada guru dan siswa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01. Angket yang diberikan kepada guru bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan guru Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dalam menyiapkan materi beserta tingkat penguasaannya dalam pembelajaran. Sedangkan angket yang diberikan kepada siswa
63
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi kelas rendah bertujuan untuk mengetahui kaitan antara guru dengan pembelajaran dan dari aspek siswa sendiri berkaitan dengan pembelajaran yang sedang dilakukannya. 2. Pedoman wawancara Wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung antara pewawancara dan responden. Pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti berupa format isian yang memuat topik wawancara dan catatan hasil wawancara yang didalamnya terdapat poin pertanyaan dan jawaban sebagai hasil penelitian. Pedoman wawancara pada penelitian ini terdiri dari satu fomat, yaitu format pedoman wawancara terstruktur. Format pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran penelitian. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.Wawancara terstruktur didefinisikan sebagai banyaknya arahan dan pembatasan yang ditentukan oleh situasi wawancara (Borg,1963) dalam Alimuddin (1993:205). Yang dilakukan oleh peneliti dalam wawancara terstruktur adalah mengadakan wawancara dengan guru seni budaya dan ketrampilan di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 untuk mengetahui tentang proses pembelajaran menggambar ekspresi serta faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, maka di dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data diantaranya adalah dengan:
64
•
Alat tulis, digunakan untuk mencatat segala informasi yang masuk dari narasumber berupa data lisan.
•
Kamera, digunakan untuk mengumpulkan data yang berbentuk gambar.
3. Lembar observasi Lembar observasi merupakan format atau blangko pengamatan yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 1997: 234). Pedoman pengisian perlu disusun untuk memperjelas pengamatan di lapangan. G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data proses berkarya menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01, digunakan teknik observasi, wawancara, dan pengumpulan data dokumentasi yang diuraikan sebagai berikut : 1. Metode Observasi Hal-hal yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah (1) Proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar NegeriTangkil 01 Kecamatan Wlingi, (2) Guru Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dan siswa Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi kelas rendah yaitu 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Observasi guru dan murid lebih berkaitan dengan peranan yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar, serta jumlah guru siswa, serta keadaan siswa. Dengan teknik observasi, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal perilaku dan masalah-masalah lain yang terkait, sewaktu kejadian atau kegiatan tersebut berlangsung. Dengan demikian data yang langsung mengenai kegiatan perilaku obyek dapat dicatat dengan segera.
65
2. Metode Wawancara Dengan wawancara ini peneliti berusaha untuk memperoleh data atau keterangan guna menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Dengan wawancara, peneliti dapat mengajukan pertanyaan apa saja kepada informan yang berhubungan dengan proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi sesuai dengan tujuan peneliti atau permasalahan yang diteliti. Dalam kaitan ini peneliti mengadakan wawancara dengan beberapa informan, secara rinci akan dikemukakan sebagai berikut : a. Bapak S Ami Priyono, S.Pd. selaku kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, Untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dari tahun ke tahun, terutama yang berhubungan dengan keadaan murid dan guru serta perkembangan fisik bangunan sekolah. b. Bapak Nanang Nurvianto, S. Pd selaku guru seni budaya dan ketrampilan kelas rendah yaitu kelas 1, 2, dan 3 SD Sekolah dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Untuk memperoleh informasi mengenai proses belajar mengajar khususnya pembelajaran menggambar ekspresi. 3. Metode Dokumentasi Dalam penelitian ini teknik dokumentasi diarahkan untuk mendapatkan data skunder yang berkaitan dengan penelitian ini seperti gambaran umum lokasi penelitian, kondisi fisik bangunan, sarana/prasarana, media pendidikan dan kegiatan rutin sekolah. Sumber data yang dimaksud adalah papan akademik sekolah dan buku kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif di sekolah tahun pelajaran 2009/2010.
66
Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam kepentingan sebagai data pembanding atau pendukung terhadap data secara keseluruhan dalam rangka menghasilkan kesimpulan yang benar. Sedangkan data-data pembelajaran apresiasi seni rupa terutama saat proses kegiatannya didokumentasikan lewat foto dokumentasi sehingga akan dapat diamati secara berkelanjutan untuk mendukung sebuah kesimpulan nantinya. H. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu data yang terkumpul dideskripsikan. Secara rinci langkah-langkah analisis data penelitian sebagai berikut, pertama adalah persiapan penelitian, meliputi: (a) pengumpulan data, (b) pengorganisasian dan pengelompokan data yang dikumpulkan sesuai dengan sifat kategori yang ada. Kedua adalah analisis data yang dilakukan melalui empat tahap, yakni (a) reduksi data, (b) sajian data, (c) penarikan kesimpulan atau verifikasi (Moleong, 2000) 1. Tahap Reduksi Data Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi (dari data kasar) yang ada dalam catatan lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian, yang bahkan dimulai sebelum proses pengumpulan data. Reduksi data sesungguhnya, sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan (walaupun masih berupa dugaan) berkenaan dengan kerangka kerja konseptual, kasus, pertanyaan yang diajukan, dan cara pengumpulan data yang digunakan. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data juga mulai dilaksanakan berupa membuat singkatan, pembuatan kode, memusatkan tema, membuat batas-batas persoalan, dan menulis memo.
67
2. Tahap Penyajian Data Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan kesimpulan dapat ditarik. Dengan melihat suatu sajian data penganalisis akan memahami apa yang terjadi, serta memberikan peluang bagi penganalisis untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Guna memberikan gambaran yang jelas dalam sajian data, perlu dipertimbangkan efisiensi dan efektivitas dari satuan sajian informasi yang akan disampaikan. Kalimat-kalimat yang panjang dalam catatan lapangan yang mungkin berlimpah-limpah jumlahnya perlu disajikan dalam suatu sajian yang baik dan jelas sistematikanya. 3. Tahap Penarikan Simpulan dan Verifikasi Penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan sejak awal artinya pada saat pertama kali peneliti mengumpulkan data yang berkaitan dengan proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi secara bertahap peneliti sudah mencari makna dari data yang dikumpulkan dengan cara melakukan keteraturan, pola, pernyataan dari berbagai konfigurasi yang mungkin, arah hubungan, dan proposisi. Simpulan akhir dalam proses analisis kualitatif akan ditarik setelah proses pengumpulan data berakhir. Simpulan yang ditarik kemudian diverifikasi dengan cara melihat dan menyederhanakan kembali, sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih tepat. Hal ini dilakukan untuk menguji validitasnya agar kesimpulan menjadi kokoh. Model analisis yang dilakukan adalah analisis interaktif. Artinya, tiga kompenen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, penarikan simpulan atau verifikasi penelitian dilakukan secara simultan sejak proses pengumpulan data (Miles dan Huberman,
68
1988). Ketika pengumpulan data sudah berakhir, kemudian dilanjutkan hingga proses penulisan laporan penelitian berakhir. I. Pengecekan Keabsahan Data Untuk memperoleh data yang valid dari hasil penelitian ini peneliti melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara yaitu teknik yang didasarkan oleh pola pikir yang bersifat multiperspektif dimana untuk menarik simpulan diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dalam teknik ini peneliti menggunakan langkah-langkah, yaitu adalah: sumber data yang di peroleh memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis serta metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik atau metode yang berbeda (observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner). Kemudian dengan menggunakan teknik Perpanjangan Kehadiran Peneliti dengan tujuan agar kehadiran kembali peneliti di lapangan untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti memperpanjang kehadirannya di lapangan artinya peneliti memperpanjang waktu pengumpulan data agar data yang dikumpulkan lebih akurat. J. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian merupakan tahap dimana peneliti dapat memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, sampai pada penulisan laporan (Moleong, 2000:85). Untuk memperlancar jalannya penelitian ini maka peneliti menempuh tahap-tahap sebagai berikut:
69
1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dimulai dengan mencari informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara melakukan studi literatur atau kepustakaan mengenai hal-hal yang akan diteliti. 2. Tahap Penyusunan Rancangan Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kualitatif pada tahap ini adalah menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah dan alasan pelaksanan penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan pengumpulan data, dan rancangan pengecekan kebenaran data. 3. Tahap Pelaksanaan Penelitian Pada tahap ini, peneliti harus mudah memahami situasi dan kondisi lapangan (lokasi) penelitiannya. Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti dapat menerapkan teknik pengamatan (observation), wawancara (interview), dengan menggunakan alat bantu seperti tape recorder, foto, slide, dan sebagainya. 4. Tahap Penyelesaian Penyusunan laporan merupakan tahapan akhir dari sebuah penelitian. Hal ini dilakukan dengan menyusun hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian.
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini akan disajikan data yang telah diperoleh peneliti selama penelitian di lapangan berlangsung. Sebagaimana yang telah dibahas pada bab sebelumnya yaitu pada bab III mengenai metode penelitian. Data yang diperoleh peneliti berasal dari nara sumber (informan), dokumentasi, responden dan beberapa data pendukung lainnya. Keseluruhan data-data tersebut kemudian diringkas secara sederhana, diklasifikasikan dan direduksi berupa susunan dalam bentuk yang teratur berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan sehingga mempermudah ke proses selanjutnya. Dari hasil wawancara, dokumentasi dan pengamatan peneliti berdasarkan permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah pada bab I, dapat diurutkan hasil penelitian yang akan disajikan yaitu: 1) Proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, 2) hasil dari proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, 3) Faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Untuk mendapatkan data, maka data-data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui tiga macam metode penelitian yaitu, metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi akan digabungkan dengan data pendukung yang diperoleh melalui penyebaran angket. Angket yang tersebar 70
71
berjumlah 95 angket dalam penelitian ini dibagikan pada kelas rendah berdasarkan jumlah siswanya yaitu kelas satu 28 angket, kelas dua 34 angket, dan kelas tiga 33 angket. Sedangkan angket yang diberikan pada guru seni budaya dan ketrampilan berjumlah 1 buah. Dari total 96 angket yang telah disebarkan oleh peneliti kepada siswa serta guru seni budaya dan ketrampilan di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi , secara keseluruhan telah diisi dan dikembalikan oleh responden kepada peneliti. Berdasarkan hasil angket tersebut akan diklasifikasikan dan dikondisikan menurut jenis permasalahan yang diteliti oleh peneliti, kemudian akan dilakukan interpretasi data sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi terletak di Desa Tangkil Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Dari segi transportasi tidak ada kesulitan karena letaknya sangat strategis dekat dengan kota Kecamatan Wlingi, yaitu hanya± 500 meter dari Jalan Raya Wlingi - Blitar. Secara umum Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi berada di lingkungan pemukiman penduduk Desa Tangkil serta tempatnya dekat areal persawahan. Sebagian besar penduduk Desa Tangkil Kecamatan Wlingi merupakan keluarga yang mempunyai tingkat penghasilan menengah, dan menengah bawah, hidup dari mata pencaharian bertani. Selain bertani ada yang hidup berdagang, buruh, dan hanya sebagian pegawai negeri. Kebanyakan penduduk Desa Tangkil hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SD dan hanya sebagian kecil mengenyam pendidikan sampai tingkat SMU/sederajat dan perguruan tinggi.Sebagian besar masyarakat Desa Tangkil adalah pemeluk agama Islam. Selain agama Islam masyarakat Desa
72
Tangkil memeluk agama Kristen (Katolik,Prostestan) Hindu dan Budha namun jumlahnya sangat kecil. Hubungan antar pemelukagama di Desa Tangkil sangat harmonis. Keadaan Fisik Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Lokasi Sekolah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dari pusat Kota Kabupaten Blitar dapat ditempuh selama 30 menit menggunakan kendaraanroda empat dan sekitar 20 menit menggunakan kendaraan roda dua dengan kecepatanrata-rata 60 km/jam. Di Desa Tangkil terdapat tiga sekolah dasar negeri, yaitu Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Sekolah Dasar Negeri 02 Tangkil Kecamatan Wlingi, dan Sekolah Dasar Negeri 03 Tangkil Kecamatan Wlingi. Di antara bangunan tersebut, kondisi kualitas bangunan fisik Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi relatif lebih baik untuk proses belajar mengajar, sehingga suasana belajar lebih menonjol dan lebih tertata serta kondusif meskipun kondisinya tidak begitu optimal. Begitu juga dengan lulusan (outpout) di antara sekolah tersebut, Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi yang terbaik. Kondisi fisik bangunan Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi merupakan sekolah yang tergolong sederhana. Kondisi sekolah tersebut termasuk kategori baik. Terlihat pada sebagian kelas lantainya keramik dan juga sebagian lainnya ubin semen biasa. Halaman sekolah sudah tertata dengan baik adanya kehadiran taman serta tanaman dan juga pohon – pohon membuat suasana sekolah menjadi lebih baik. Maka secara keseluruhan masih terkesan tetap terawat secara baik.
73
1. Sarana Penunjang Kegiatan Belajar Mengajar Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi memiliki halaman seluas 0.520 Ha yang berada di depan bangunan gedung sekolah. Berfungsi sebagai sarana bermain, parkir kendaraan, dan sarana olah raga. Sarana olah raga yang tersedia hanyalah sebuah lapangan sepak bola, bola voli, dan lompat jauh. Sarana dan prasarana yang dimiliki Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Sarana Penunjang Pembelajaran Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi No.
Kondisi
Jumlah
1.
Ruang Kepala Sekolah
1
2.
Ruang Guru
1
3.
Ruang Kelas
9
4.
Ruang BP/UKS/Perpustakaan
1
5.
Gudang
1
6.
Kamar Mandi
3
7.
Mushola
1
8.
Ruang Penjaga
1
Sumber: data Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 KecamatanWlingi tahun 2010
74
2. Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran Sebagai penunjang pembelajaran Seni Rupa pada kelas rendah (1,2,3), sarana dan prasarana di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi antara lain terdiri: Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran di Kelas Rendah (1, 2, 3)
1.
Sarana dan Prasarana Penunjang KBM Seni Rupa di Kelas Rendah (1, 2, 3) Buku Melukis
2.
Buku Mewarnai
95
3.
Portovolio Tugas Seni Rupa
95
4.
Meja Pajang Karya
3
5.
Peralatan Mewarnai
3
6.
Papan Pajang Karya
3
7.
Papan tulis
3
8.
Penggaris Panjang
3
No.
Jumlah 95
Sumber: data Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi tahun 2010 Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa sarana penunjang kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi sudah cukup untuk terselenggaranya tujuan pembelajaran Seni Rupa. Pemenuhan sarana tersebut didukung dari siswa itu sendiri selain dari bantuan sekolah.
75
3. Kondisi Guru Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Guru pengajar Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi berjumlah 2 orang yang memiliki latar belakang pendidikan yaitu sarjana pendidikan (S 1) Seni Rupa. Sedangkan Status kepegawaian yang dimiliki oleh Guru Seni Rupa adalah GTT ( Guru Tidak Tetap ). Untuk palajaran Seni Budaya dan Ketrampilan Khusus diajar oleh Guru Seni Rupa dan bukan diajar oleh Guru Kelas, agar siswa dapat memiliki pengetahuan seni yang luas dan lebih baik. 4. Kondisi Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Pada awal berdirinya, perkembangan jumlah siswa sekolah setiap tahun untuk mendaftar mengalami kemajuan meskipun tidak signifikan. Akibatnya, siswa yang tidak masuk kategori penyeleksian ditampung di sekolah lain. Dengan demikian jumlah siswa tiap tahunnya tidak mengalami lonjakan yang berarti bahkan masih dapat dikategorikan stabil. Untuk mengetahui lebih jelas jumlah siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dapat dilihat pada tabel 4.3:
76
Tabel 4.3 Jumlah Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, kelas 1,2,3 Murid Kelas
Banyaknya Kelas
L
P
Jumlah
1.
1
17
11
28
2.
1
21
13
34
3.
1
16
17
33
Jumlah
3
54
41
95
Sumber: data Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi tahun 2010 B. Program Pendidikan Sekolah Program pendidikan Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi berdasarkan pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta Pasal 35 tentang standar nasional pendidikan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
77
proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
C. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi 1. Program Pendidikan Sekolah Program pendidikan Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi berdasarkan pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta Pasal 35 tentang standar nasional pendidikan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
78
Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. 2. Pendidikan Seni Rupa Secara Umum di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Untuk mengetahui proses pembelajaran menggambar ekspresi dalam pendidikan seni rupa pada mata pelajaran seni budaya dan kerajinan sebagai salah satu kegiatan kurikulum di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, penulis menetapkan 3 kelas dari 6 kelas. Kelas yang dipilih adalah kelas I, II dan III dengan asumsi bahwa kelas tersebut merupakan kelas yang sedang memperoleh materi proses pembelajaran menggambar ekspresi lebih banyak dibandingkan kelas IV, V dan VI yang telah melewati proses pembelajaran menggambar ekspresi karena harus lebih fokus ke matapelajaran pokok untuk proses kelulusan. Asumsi lainnya, tidak mengambil kelas kelas IV, V, dan VI hanya memperoleh jam pelajaran seni budaya dan ketrampilan sebagai matapelajaran tambahan. Satu semester waktu pelajaran seni budaya dan ketrampilan dipergunakan untuk pendidikan seni rupa, seni musik, seni tari dan kerajinan secara proporsional. Jam pelajaran untuk pendidikan seni rupa secara ideal mendapatkan porsi 2 bulan karena 4 bulan sisanya dipergunakan untuk pendidikan seni musik dan tari. Dari 2 bulan berarti matapelajaran pendidikan seni rupa hanya mendapatkan jatah 8 minggu atau 8 kalipertemuan. Dari delapan pertemuan ini, secara proporsional agar terjadi idealisasi pembelajaran seni rupa harus dibagi menjadi tiga kegiatan yang mencakupi aspek, psikomotorik, apesiatif, dan teori. Meskipun pembagian waktu jam pelajaran yang
79
tersedia ini tidak diatur secara khusus namun muatan ketiga aspek tersebut bisa diklasifikasi dengan proporsi sebagai berikut: kegiatan teori : kegiatan apresiasi : kegiatan berkarya = 2 : 1 : 3. Atas dasar itu, untuk mencapai idealisasi proses pembelajaran menggambar ekspresi dalam pendidikan seni rupa, dari 8 pertemuan muatan proses pembelajaran menggambar ekspresi seharusnya dilakukan paling tidak minimal 2 kali pertemuan selama satu semester. Namun dalam praktiknya, sesuai apa yang dikatakan guru seni budaya dan ketrampilan dan Kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi diperoleh informasi bahwa hampir sebagian besar pendidikan seni budaya dan kerajinan didominasi oleh mata pelajaran menggambar atau pendidikan seni rupa. Pendidikan seni musik yang dalam praktiknya seharusnya memperoleh proporsi yang sama dengan pendidikan seni rupa hanya dilakukan dua atau tiga kali dalam satu semester. Hampir semua jam yang tersedia digunakan untuk menggambar saja dan sangat jarang dilakukan kegiatan berkarya yang lebih variatif, misalnya mematung, menganyam, menghias, membuat kerajinan dan lain-lain. Dalam kurikulum KTSP telah disebutkan secara jelas mengenai pelajaran menggambar atau berkarya, teori, dan apresiasi dalah berbeda jenisnya namun satu kesatuan untuk memperoleh totalitas pencapaian standar kompetensi. 3. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Dalam proses belajar-mengajar terdapat tahapan yang dilakukan oleh pengajar sebelum melakukan pembelajaran. Tahapan tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi, tahapan-tahapan pembelajaran tersebut saling terkait
80
sehingga dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara keseluruhan dan berurutan. Secara lebih jelas, untuk mengetahui proses pembelajaran menggambar ekspresi sebagai salah satu kegiatan dalam pendidikan seni rupa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, akan diuraikan sesuai dengan komponenkomponen atau rumusan-rumusan proses pembelajaran menggambar ekspresi yang meliputi: a.Persiapan Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti kepada Guru bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan, pada tahap persiapan pengajar terlebih dahulu menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Prota, Promes, Silabus dan RPP menggambar ekspresi yang dapat dilihat pada halaman lampiran. Kemudian Menentukan Materi berdasarkan perangkat pembelajaran yang akan diajarkan pada siswa . Guru juga menentukan metode, media dan bentuk evaluasi yang akan digunakan. Tujuan dari tahap persiapan pembelajaran ini adalah agar Guru mempunyai konsep sehingga siswa mengetahui tujuan dari penyampaian materi yang akan disampaikan oleh Guru kepada siswa. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, Guru hendaknya memiliki pengetahuan mengenai situasi umum yang akan dihadapi. Situasi umum ini menyangkut tempat pembelajaran, sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Persiapan selanjutnya yang perlu dilakukan oleh Guru adalah memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan siswa yang akan dihadapi. Tahap persiapan yang dilakukan Guru sebelum proses berkarya pada
81
pembelajaran menggambar ekspresi adalah mempersiapkan alat, bahan, dan memberikan contoh karya gambar ekspresi. Tabel 4.4 Tabel Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran No 1
Objek pengamatan Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa
Ya
Tidak
V
Prota, Promes, Silabus dan RPP Menggambar Ekspresi 2
Menentukan Materi berdasarkan perangkat
V
pembelajaran
b.Pelaksanaan Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi diperoleh data-data sebagai berikut: 1)
Materi / Bahan Ajar Materi pada proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah lebih menekankan pada kemampuan agar menjadikan anak melatih koordinasi mata dan tangan dalam mengekspresikan objek, tema dan simbol dalam karya seni rupa Nusantara daerah setempat untuk dikomunikasikan secara visual. Materi menggambar Ekspresi pada kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi obyek manusia, binatang dan benda. Menggambar manusia binatang dan benda di lingkungan sekitar merupakan wujud ekspresi yang menarik
82
dimana bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki cirri yang unik, kreatif, spesifik dan bebas. 2) Metode Pembelajaran Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Guru bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan tentang metode yang digunakan dalam pembelajaran pada kelas rendah adalah menggunakan metode demonstrasi dan metode tanya-jawab. Demonstrasi yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses dalam menggambar dan memberikan contoh karya gambar ekspresi yang akan diajarkan kepada siswa sesuai tema dan tekhnik yang digunakan. Jika ada materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka siswa dapat menanyakannya kepada Guru. Guru akan menanyakan materi yang sudah diajarkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi. 3) Media Pembelajaran Dari keterangan yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil wawancara, pada proses pembelajaran menggambar ekspresi pada kelas rendah menggunakan media berupa media desain dan model karya gambar ekspresi. Media desain dalam menggambar ekspresi berupa menggmbar ekspresi objek manusia, benda, dan binatang yang diwujudkan dalam bentuk rancangan atau sketsa yang kemudian dilanjutkan dengan proses pewarnaan. Pembuatan media desain tersebut merupakan proses kerja dalam menggambar ekspresi. Media desain berupa contoh rancangan, contoh motif atau corak sesuai jenis karya yang akan dipraktekan.
83
Jenis model karya dalam menggambar ekspresi bentuknya berupa contoh-contoh karya atau model gambar ekspresi yang dibuat dengan berbagai kreasi atau tema yang akan dipraktekkan. Jenis model karya gambar ekspresi berupa model karya gambar yang dibuat diatas lembaran kertas ukuran A4 atau A3 dengan media pensil 2B dan pensil warna, crayon. Dalam penggunaannya ditampilkan di papan tulis atau papan peragaan dalam bentuk pajangan. 4) Pendekatan Pembelajaran Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pendekatan psikomotorik. Pendekatan psikomotorik bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerimaan ketrampilan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi. 5) Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah adalah dengan: a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari b) Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat waktu c) Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran d) Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi
84
e) Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai materi 6) Sarana dan Prasarana Pembelajaran Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi adalah bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu kertas gambar, kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Kertas gambar ada yang berupa lembaran besar atau sudah dikemas dalam bentuk buku gambar dengan ukuran A3, A4 atau lebih kecil lagi. Adapun alat yang digunakan menggambar adalah Pensil Hitam, Penghapus, dan Pensil Warna, Crayon. Ada beberapa pensil yang bias digunakan menggambar, yang masing-masing memiliki perbedaan tingkat lunak dan kerasnya serta ketajaman warnanya. Sedangkan prasarana yang ada adalah gedung kelas tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Tabel 4.5 Tabel Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran No
Objek pengamatan
1
Mengucapkan Salam
2
Mengabsensi kehadiran siswa
3
Menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa
4
Melakukan pengulangan materi pada pertemuan sebelumnya
Ya V
V
V
5
Dapat menggunakan media yang berupa sarana dan prasarana dengan baik
V
6
Melakukan Tanya-jawab materi yang diajarkan
V
Tidak
85
c. Evaluasi Tahap akhir dari proses pembelajaran adalah tahap penilaian hasil (evaluasi) yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan mengadakan evaluasi terhadap siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah dicapai dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung. Dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari pengajar tentang evaluasi pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran yang diberikan berupa tes yaitu menggambar yang dilakukan sebanyak 1 kali pada satu semester. Pengambilan nilai di lakukan secara personal atau satu orang siswa membuat satu karya gambar ekspresi dengan aspek pertimbangan penilaian yang dipergunakan berupa aspek ketepatan alat dan bahan, tema, tekhnik, komposisi dan pewarnaan. Berdasarkan aspek pertimbangan tersebut maka penilaian diambil berdasarkan segi hasil. Pengukuran pada evaluasi ini menggunakan tes perbuatan pada prestasi belajar siswa. Tes ini digunakan untuk mengukur seberapa hasil dari pembelajaran siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar yang dirancang oleh pengajar. Pengukuran dilakukan pada saat sebelum siswa mengikuti pembelajaran dan setelahnya, dengan demikian akan diketahui perbedaan hasil pengukurannya.
86
Tabel 4.6 Tabel Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran No
Objek pengamatan
Ya
1
Membenahi karya siswa yang belum benar
V
2
Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai materi
V
3
Mengevaluasi hasil menggambar ekspresi siswa
V
Tidak
D. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada Guru bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan diperoleh data sebagai berikut dengan melihat hasil karya siswa yang telah selesai dikerjakan serta kesesuaian dengan materi yang telah guru berikan: Tabel 4.7 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi No
Aspek-aspek pembelajaran
1
Siswa dapat memahami penjelasan guru
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
17 siswa
30 siswa
31 siswa
20 siswa
26 siswa
28 siswa
10 siswa
20 siswa
23 siswa
tentang proses menggambar ekspresi 2
Siswa dapat menggambar reksprsi sesuai dengan materi yang telah diajarkan guru
3
Siswa dapat melakukan proses
87
menggambar ekspresi sesuai dengan yang telah diharapkan guru 4
Siswa dapat mengetahui teknik dalam 4 siswa
5 siswa
5 siswa
28 siswa
34 siswa
33 siswa
8 siswa
11 siswa
14 siswa
6 siswa
12 siswa
17 siswa
10 siswa
9 siswa
15 siswa
20 siswa
29 siswa
31 siswa
proses menggambar eksprsi
Siswa dapat mengetahui alat dan bahan 5
dalam proses menggambar eksprsi
6
Siswa dapat menggambar ekspresi sesuai dengan tema yang telah ditentukan
7
Siswa dapat menentukan tema sendiri diluar tema yang telah diberikan oleh guru
8
Siswa dapat menggunakan media dengan baik
9
Tujuan pembelajaran menggambar ekspresi dapat dilakukan oleh siswa
88
10
Siswa yang berbakat dalam menggambar lebih menonjol dari pada 2 siswa
2 siswa
8 siswa
siswa yang tidak berbakat dalam proses menggambar ekspresi
Dari hasil angket yang diberikan kepada pelatih berdasarkan kelas pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pada kelas 1 Siswa tidak dapat memahami penjelasan guru tentang proses menggambar ekspresi , Siswa tidak dapat melakukan proses menggambar ekspresi sesuai dengan yang telah diharapkan guru, dan Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi maupun menggunakan media dengan baik. Pada kelas 2 siswa sudah memenuhi semua aspek pembelajaran, kecuali Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi . sedangkan pada siswa kelas 3 semua siswa dapat menggambar ekspresi dengan baik serta memenuhi aspek-aspek pembelajaran. E. Faktor – faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi 1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran Dalam suatu proses pembelajaran tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor yang mendukung proses pembelajaran menggambar ekspresi meliputi : faktor
89
guru/pengajar, faktor siswa, faktor materi, faktor lingkungan/ suasana. Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada siswa mengenai faktorfaktor yang mendukung proses pembelajaran menggambar ekspresi didapat hasil sebagai berikut: a Faktor Pelatih atau Pengajar Dalam proses pembelajaran guru/pengajar adalah orang yang memberikan materi pelajaran dan mentransferkan pengetahuan kepada siswa. Dalam hal ini seorang guru/pengajar harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan ketrampilan dalam mengajar. Berdasarkan hasil angket yang telah tersebar di kelas 1,2,3 diperoleh data bahwa guru menyampaikan cakupan materi tentang poses menggambar ekspresi, Guru menggunakan berbagai macam media (contoh) dalam mengajarkan proses menggambar ekspresi, dan Guru menerangkan proses menggambar ekspresi. b. Faktor Siswa Dalam proses pembelajaran siswa adalah seorang yang bertidak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan materi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Dalam mencapai tujuan proses pembelajaran terdapat banyak faktor yang menjadi pengaruh keberhasilan belajar siswa.
90
Tabel 4.8 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi No Aspek-aspek pertanyaan
Kelas 1
1
19 siswa 28 siswa 31 siswa
Saya dapat menangkap materi tentang proses
Kelas 2
Kelas 3
menggambar ekspresi yang diajarkan guru 2 Saya bisa menggambar ekspresi sesuai dengan 10 siswa 14 siswa 18 siswa apa yang diajarkan oleh guru 3
Saya memiliki bakat menggambar
2 siswa
2 siswa
8 siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari angket diatas antara lain: Siswa yang dapat menangkap materi tentang proses menggambar ekspresi yang diajarkan guru adalah 19 siswa (kelas 1), 28 siswa (kelas 2), 31 siswa (kelas 3). Siswa yang bisa menggambar ekspresi sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru adalah 10 siswa (kelas 1), 14 siswa (kelas 2), 18 siswa (kelas 3). Dan Siswa yang memiliki bakat menggambar adalah 2 siswa (kelas 1), 2 siswa (kelas 2), 8 siswa (kelas 3). c. Faktor Materi atau Bahan Ajar Materi atau bahan ajar merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Materi yang akan disampaikan oleh guru dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada siswa di kelas 1,2,3 diperoleh keterangan sebagai berikut: Guru dapat menguasai materi tentang
91
gambar ekspresi, Guru juga dapat menentukan materi gambar ekspresi berdasarkan pengetahuan siswa secara umum. Tabel 4.9 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi No
Aspek-aspek pertanyaan
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
1
Guru menguasai materi tentang gambar
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
ekspresi 2
Guru menentukan materi gambar ekspresi berdasarkan pengetahuan siswa secara umum
d. Faktor Lingkungan atau Suasana Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik yang meliputi keadaan, ruangan, tata ruang, dan situasi sekitar tempat belajar. Lingkungan fisik yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi yang ada disekitar tempat belajar. Ruangan tempat pembelajaran siswa berupa ruang kelas, sedangkan lingkungan non fisik meliputi pencahayaan, ventilasi, dan suasana belajar. Lingkungan tempat belajar yang meliputi kondisi fisik dan non fisik ini oleh peneliti didokumentasikan melalui foto-foto yang berupa ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi yang ada disekitar tempat belajar, dan suasana belajar yang terjadi.
92
2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran a. Faktor guru atau Pengajar Dari hasil dokumentasi berupa data-data pelatih yang diperoleh peneliti bahwa kemampuan mengajar yang dimiliki oleh guru dalam penguasaan materi menggambar ekspresi rata-rata telah mencukupi ketentuan dalam pengajaran sesuai kurikulum . Pendidikan yang dimiliki oleh guru juga akan menetukan kualitas mengajarnya. Dari hasil dokumentasi berupa data-data yang diperoleh peneliti bahwa pendidikan yang dimiliki oleh guru bidang studi seni budaya adalah S-1. Pendidikan yang dimiliki oleh guru dalam penerapannya pada proses pembelajaran dapat tercermin dalam hal mentransfer pengetahuan kepada siswa. Karena dalam hal ini diperlukan pengetahuan dan ketrampilan mengajar seorang pelatih. Dari keterangan yang diperoleh peneliti dari Kepala Sekolah, bahwa guru bidang studi seni budaya yang sekarang termasuk guru yang masih baru. Jadi kendala-kendala pada saat mengajar masih banyak dirasakan oleh siswa. Disinilah faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi ditinjau dari faktor guru. b. Faktor Siswa faktor-faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran siswa, yaitu: Faktor psikologis yang ada di dalam diri siswa meliputi intelegensi, perhatian ,bakat dan minat, motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses pembelajaran. Dalam hal ini yang menjadi faktor penghambat pembelajaran siswa adalah siswa yang tidak mempunyai minat dan tidak berbakat dalam materi pelajaran akan menurun prestasi belajarnya. Faktor penghambat pembelajaran
93
berikutnya adalah motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses pembelajaran. c. Faktor Materi atau Bahan Ajar Materi atau bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa di kelas 1,2,3 yang menjadi penghambat adalah Siswa tidak dapat memahami penjelasan guru , melakukan proses menggambar ekspresi, memahami teknik serta menggunakan media dengan baik . Sedangkan faktor penghambat pada Guru mengenai materi tidak ada karenaguru menguasai materi gambar ekspresi berdasarkan pengetahuan siswa secara umum.
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, maka dalam bab V ini akan di bahas permasalahan berdasarkan hasil temuan penelitian yang akan dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada. Pembelajaran merupakan suatu perbuatan yang kompleks dimana kegiatan pembelajaran melibatkan banyak komponen dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu perencanaan maupun pelaksanaannya membutuhkan pertimbangan- pertimbangan yang matang. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai perlu adanya pertimbangan mengenai karakteristik siswa, fasilitas yang tersedia, komponen-komponen pembelajaran yang meliputi strategi, media dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan. Di dalam pelaksanaannya juga diperlukan adanya penyesuaian terhadap kegiatan dengan perubahan-perubahan kondisi yang temporal. Hal ini sesuai dengan teori Ibrahim dan Syaodih (1996 :3), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. A. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Dalam proses belajar-mengajar terdapat tahapan yang dilakukan oleh pengajar sebelum melakukan pembelajaran. Tahapan tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi, tahapan-tahapan pembelajaran tersebut saling terkait sehingga dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara keseluruhan dan 94
95
berurutan. Hal ini sesuai dengan teori Jacobsen, Egen, dan Kauchak (1989: 9-12) dalam Suprihadi, dkk (2000:12-13), yang membagi proses pembelajaran menjadi tiga tahap, yaitu: 1)Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan, dan 3) Tahap evaluasi. 1. Persiapan Persiapan pembelajaran meliputi tujuan yang akan dicapai, materi yang sesuai dengan tujuan, interaksi pembelajaran yang sesuai tujuan,media dan sumber belajar yang mendukung, materi bentuk dan teknik evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan, serta alokasi waktu yang diperlukan. Dengan melihat pada Prota, Promes, Silabus, dan RPP yang digunakan dalam proses belajar mengajar seni rupa. Pada tahap persiapan yang dilakukan oleh dalam menggambar ekspresi adalah: a. Guru terlebih dahulu Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Prota, Promes, Silabus dan RPP Menggambar Ekspresi. b. Menentukan Materi berdasarkan perangkat pembelajaran c. Guru juga menentukan metode yang digunakan yaitu metode demonstrasi yang berupa pemberian contoh model gambar dan proses kerja menggambar ekspresi. d. Guru Menentukan media berupa media desain dan model karya gambar ekspresi. e. Menentukan bentuk evaluasi yang akan digunakan berupa tes menggambar ekspresi.
96
f. Tahap persiapan berikutnya yang dilakukan Guru sebelum proses berkarya pada pembelajaran menggambar ekspresi adalah mempersiapkan alat, bahan, dan teknik dalam menggambar ekspresi. g. Guru hendaknya memiliki pengetahuan mengenai situasi umum dan memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan siswa yang akan dihadapi dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi. 2. Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahapan penerapan dari tahap perencanaan yang telah dibuat oleh guru. Secara operasional guru melaksanakan tahap-tahap perencanaan yang meliputi: a. Materi / Bahan Ajar Materi pada proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah lebih menekankan pada kemampuan agar menjadikan anak melatih koordinasi mata dan tangan dalam mengekspresikan objek, tema dan simbol dalam karya seni rupa Nusantara daerah setempat untuk dikomunikasikan secara visual. Materi menggambar Ekspresi pada kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi objek berdasarkan tema, yaitu ”penebangan liar” (kelas 3), ”bermain” (kelas 2) dan ”gembira” (kelas 1). Dalam penggarapan atau kegiatan menggambar ekspresi pertamatama bisa dibuat bentuk seketnya saja dan ada yang sekali jadi, itu tergantung dari yang membuatannya. Sketsa adalah gambar yang belum jadi atau gambaran yang sederhana. Dalam sketsa ini yang paling dominan adalah garis. Menggambar manusia binatang dan benda di
97
lingkungan sekitar merupakan wujud ekspresi yang menarik dimana bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki cirri yang unik, kreatif, spesifik dan bebas. Dalam hal ini gambar karya anak-anak bukanlah gambar orang dewasa yang tampil dengan bentuk dan proporsi yang lengkap seperti karya gambar yang dibuat oleh orang dewasa. Objek yang ditampilkan dalam bentuk bagan sederhana namun dapat memberikan kesan figure dari objek aslinya. Misalnya bagan kepala, badan, tangan, kaki, bagan binatang, bentuk benda dan lainnya. Untuk gambar manusia sebagai wujud ekspresi anak-anak antara lain menampilkan cirri bentuk kepala hamper bulat, mata lebar, garis muka lengkung, bagian badan tangan atau kaki digambarkan dalam bentuk-bentuk garis lurus atau garis lengkung yang dibuat secara spontan dan bisa berulang ulang. Hal ini sesuai dengan teori Sumanto (2008:18) bahwa pengembangan materi menggambar siswa sekolah dasar berorientasi pada: pemberian unsur kreatif dalam kegiatan seni rupa, memberikan dorongan untuk terampil kreatif sesuai minat siswa, memberikan kesempatan dan kebebasan secara terarah untuk mengemukakan pendapat, ide sesuai pengalamannya b. Metode Pembelajaran Metode yang digunakan dalam pembelajaran pada kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah menggunakan metode demonstrasi, ceramah, dan metode tanya-jawab. Demonstrasi yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses dalam menggambar dan memberikan contoh karya gambar ekspresi yang akan
98
diajarkan kepada siswa sesuai tema dan tekhnik yang digunakan. Jika ada materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka siswa dapat menanyakannya kepada Guru. Guru akan menanyakan materi yang sudah diajarkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Hal ini sesuai dengan teori Raka Joni (1980) dalam Suprihadi, dkk (2000:16), bahwa metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis untuk melakukan pembelajaran. c. Media Pembelajaran Dari keterangan yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil wawancara, pada proses pembelajaran menggambar ekspresi pada kelas rendah menggunakan media berupa media desain dan model karya gambar ekspresi. Media desain berupa contoh rancangan, contoh motif atau corak sesuai jenis karya yang akan dipraktekan. Jenis model karya gambar ekspresi berupa model karya gambar yang dibuat diatas lembaran kertas ukuran A4 atau A3 dengan media pensil 2B dan pensil warna, crayon. Dalam penggunaannya ditampilkan di papan tulis atau papan peragaan dalam bentuk pajangan. Hal ini sependapat dengan Latuheru, 1988:11), media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, sehingga ide yang di disampaikan bisa sampai pada penerima. d. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pendekatan psikomotorik. Pendekatan psikomotorik bertujuan untuk
99
mengetahui sejauh mana penerimaan ketrampilan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi. Dalam pendekatan pembelajaran yang menggunakan tujuan psikomotorik, yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah: 1)
Menganalisis ketrampilan yang dimiliki siswa untuk memastikan kemampuan psikimotoriknya.
2)
Memberikan bimbingan secara verbal agar siswa dapat meningkatkan ketrampilan yang dimiliki.
3)
Mendemonstrasikan materi menggambar ekspresi secara urut agar siswa mudah dalam mengikutinya.
4)
Membangkitkan minat (perhatian) dan kemajuan siswa dalam berlatih apabila semangatnya menurun.
5)
Mendorong siswa untuk terus berlatih dan mempertahankan ketrampilan yang dimiliki agar dapat menguasai teknik-teknik menggambar ekspresi yang diajarkan. Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran
menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai juga menggunakan ranah psikomotorik, hal ini berdasarkan taksonomi Bloom dalam Rosjidan, dkk (2003:4), bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas tiga ranah (domain), yaitu: Ranah kognitif, Ranah afektif, dan Ranah psikomotorik.
100
e. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan komponen pembelajaran, yang berhubungan dengan cara-cara yang dipilih oleh pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah dengan: 1)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari
2)
Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat waktu
3)
Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran
4)
Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi
5)
Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai materi Hal ini sependapat dengan Taba dalam Suprihadi, dkk
(2000:21)Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. f. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya proses pembelajaran.
101
Keberadaan sarana dan prasarana tidak kalah pentingnya dengan aspekaspek pembelajaran lainnya. Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi adalah bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu kertas gambar, kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Kertas gambar ada yang berupa lembaran besar atau sudah dikemas dalam bentuk buku gambar dengan ukuran A3, A4 atau lebih kecil lagi. Adapun alat yang digunakan menggambar adalah Pensil Hitam, Penghapus, dan Pensil Warna, Crayon. Ada beberapa pensil yang bias digunakan menggambar, yang masing-masing memiliki perbedaan tingkat lunak dan kerasnya serta ketajaman warnanya. Sedangkan prasarana yang ada adalah gedung kelas tempat berlangsungnya proses pembelajaran 3. Evaluasi Tahap akhir dari proses pembelajaran adalah tahap penilaian hasil (evaluasi) yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan mengadakan evaluasi terhadap siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah dicapai dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung. Tujuan diadakannya evaluasi pada hasil pembelajaran menggambar ekspresi siswa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah untuk: a. Mengetahui hasil belajar siswa b. Mengetahui kesulitan belajar siswa
102
c. Mengetahui kemampuan belajar siswa d. Mengetahui potensi yang dimiliki oleh siswa Sedangkan fungsi evaluasi pada hasil pembelajaran menggambar ekspresi siswa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah untuk: a. Memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar dalam memperbaiki proses pembelajaran b. Menentukan kemajuan hasil belajar c. Mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar Hal ini sesuai pendapat Thoha (1996, tanpa halaman), bahwa evaluasi merupakan kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. B. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Berdasarkan hasil proses pembelajaran menggambar Ekspresi siswa kelas rendah bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan, hasil karya siswa telah memenuhi ketentuan-ketentuan berdasarkan alat, bahan, tema, tekhnik, komposisi,dan warna (tipologi dalam menggambar ekspresi).
103
1. Gambar 5.1 hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Satu
Karya gambar di atas ini merupakan karya yang dibuat oleh salah seorang siswa kelas satu Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01. Karya yang dibuat dengan menggunakan media kertas gambar dengan ukuran A4 ini mengunakan alat atau media warna menggunakan jenis pewarna kering yakni Krayon atau Pastel. Secara umum gambar yang dibuat terlihat seperti asal-asalan, mengingat goresan-goresan yang ditorehkannya terlihat tidak begitu terartur atau terorganisir dengan baik, bisa dikatakan bahwa gambar tersebut memiliki komposisi garis yang tidak sempirna. Namun garis-garis yang dibentuk yaitu garis lurus, garis lengkung sangat mencerminkan karakter gambar dan corak yang sesuai dengan usianya. Kesan spontan dan ekspresif mengenai hal-hal yang ditemui dan dirasakan oleh anak, dapat tergambar dengan baik sekalipun bentuk dan objek yang ia pilih untuk memvisualkan gagasannya masih sangat terbatas dan tidak terlalu sempurna. Pengetahuan yang terbatas akan bermacam-macam warna menjadikan dominasi warna tube (warna primer dan sekunder yang ada pada paket box pewarna) yang seringkali digunakan dalam memvisualkan objek-objek yang ia gambarkan. Pola-
104
pola gambar yang simetris seringkali menjadi pilihan utama dalam mewujudkan objek dalam karya gambar mereka. Dan yang seringkali terlihat jelas untuk corak gambar usia ini adalah terlihat jarang sekali mereka memainkan objek latar yang berlebihan (background), dan seringkali mereka membiarkannya kosong. 2. Gambar 5.2 hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Dua
Karya gambar diatas adalah karya yang dibuat oleh salah satu siswa kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01. Gambar diatas merupakan penggambaran dari tema “Bermain “ yang diberikan oleh guru pembimbing. Masih juga menggunakan media kertas gambar dengan ukuran A4 sperti pada karya gambar siswa kelas satu, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan yakni adanya percampuran media warna yaitu Pensil dan Krayon pada media warna yang digunakan. Karya gambar tersebut memiliki komposisi garis yang sudah cukup baik, terlihat dari kontur dan juga arsiran penuh yang mendominasi pada setiap bagian yang dibatasi oleh garis luar (outline) pada setiap bentuk dari objek yang terdapat pada gambar di atas. Ekspresi wajah sudah mulai nampak jelas, meskipun proporsi masih belum begitu sempurna. Pengelolaan gambar latar yang cukup berani sebagai pendukung objek gambar utama dengan menggunakan warna-warna yang senada semakin menjadikan suasana yang digambarkan terlihat ceria dan hidup,
105
disamping juga didukung penempatan objek utama yang terlihat close up, semakin terkesan saling mendukung antara gambar latar dengan objek utamanya. Kepolosan danspontanitas anak juga masih terlihat dari pemakain warna-warna primer dengan menghadirkan kesan kontras, sekalipun tanpa kesengajaan.
3. Gambar 5.3 hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Tiga
Karya gambar di atas adalah hasil karya dari salah seorang siswa kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 dengan tema “Penebangan Liar”. Meski samasama menggunakan media pewarna kering Krayon atau Pastel seperti pada dua karya sebelumnya, pada karya kali ini terlihat jelas perbedaan corak dan terhnik yang digunakan dalam memvisualisasikan objek pada media gambar. Kesan kedalaman sangat terlihat dari adanya gelap terang arsiran yang digunakan. Pada karya gambar siswa kelas 3 ini, selain penyampaian komposisi objek yang sudah mendekati kesan realis dan perspektif, juga menekankan rasa bahan yang baik. Terlihat dari penggambaran objek kayu yang sudah nampak seperti seharusnya, dengan penambahan kesan terkstur dengan memanfaatkan arsiran kasar dan juga pengulang-ulangan garis yang disejajarkan. Dalam hal pewarnaan, pada karya gambar kelas tiga ini sudah sangat jauh meninggalkan kesan warna primer yang
106
dominan, penggunaan warna harmonis menjadikan kesan tersendiri yakni seperti adanya pembatasan penggunaan warna. Akan tetapi justru menambah kesan penggambaran suatu kondisi atau keadaan dengan cukup matang. Hal itu bisa terlihat juga dari ketiadaan ruang kosong atau warna dasar media gambar yang tersisa sedikitpun. Dari hasil angket yang diberikan kepada pelatih berdasarkan kelas pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pada kelas 1 Siswa tidak dapat memahami penjelasan guru tentang proses menggambar ekspresi , Siswa tidak dapat melakukan proses menggambar ekspresi sesuai dengan yang telah diharapkan guru, dan Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi maupun menggunakan media dengan baik. Pada kelas 2 siswa sudah memenuhi semua aspek pembelajaran, kecuali Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi . sedangkan pada siswa kelas 3 semua siswa dapat menggambar ekspresi dengan baik serta memenuhi aspek-aspek pembelajaran. Masa pertumbuhan anak menurut ahli psikologi dan pendidikan dapat diidentifikasi dan diklarifikasikan berdasarkan karya seni rupa yang mereka buat. Victor Lowenfel (1947-1957) pada anak usia 7-9 tahun adalah usia dimana mereka berada pada posisi sebagai siswa yang duduk di bangku kelas rendah yaitu kelas I, II, III. Yaitu dimana letak periodesasi seni mereka adalah pada tahap setalah puas dengan ekperimen membuat bentuk, akhirnya anak mulai dapat membentuk bagan lebih lengkap. Disebut bagan, jika anak membuat bentuk dengan pengulangan tanpa ada keingingan mengubah. Jika anak mengubah bentuk, itu disebabkan ada sesuatu yang sangat penting bagi mereka.
107
C. Faktor Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi 1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran Dalam suatu proses pembelajaran tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan, faktor tersebut dapat berupa pendukung maupun penghambat pembelajaran (Rosjidan, dkk, 2003:9). Faktorfaktor tersebut dapat menjadi pendukung atau penghambat yang berupa faktor internal dan eksternal. a. Faktor Pelatih atau Pengajar Tugas pokok guru/pengajar yang paling penting adalah sebagai perancang (designer), pelaksana (executor), dan penilai (evaluator). Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Guru menyampaikan cakupan materi tentang poses menggambar ekspresi di kelas 1,2,3, selain itu Guru juga menggunakan berbagai macam media (contoh) dalam mengajarkan proses menggambar ekspresi, dan Guru menerangkan proses menggambar ekspresi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprihadi, dkk (2000:9), Guru (pengajar) adalah seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. b. Faktor Siswa Dalam mencapai tujuan proses pembelajaran terdapat banyak faktor yang menjadi pengaruh keberhasilan belajar siswa salah satunya adalah bakat dan minat. Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi pada siswa kelas 1,2,3 terdapat beberapa siswa yang memiliki bakat dan minat dalam menggambar ekspresi. Hal ini sesuai pendapat Suprihadi, dkk, (2000:9), Siswa
108
adalah manusia yang mempunyai potensi untuk berkembang, mempunyai kemampuan, kemauan, aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya. c. Faktor Materi atau Bahan Ajar Materi atau bahan ajar merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Suprihadi, dkk, 2000:9). Materi yang akan disampaikan oleh pengajar dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Materi yang diajarkan dalam menggambar ekspresi dibagi berdasarkan kelas pembelajaran dan usia siswa. Pada kelas rendah materi yang diberikan oleh pengajar kepada siswa sudah memenuhi semua aspek pembelajaran, yaitu menunjang tujuan pembelajaran, sesuai kemampuan siswa, sesuai usia siswa, menarik dan merangsang perkembangan pengetahuan siswa. d. Faktor Lingkungan atau Suasana Lingkungan tempat belajar sebaiknya ditata sedemikian rupa sesuai dengan kondisi fisik dan psikologi anak, didalamnya dapat juga ditambahkan unsur-unsur benda sebagai penunjang proses pembelajaran. Karena dengan tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana akan semakin memudahkan kegiatan belajar. Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik yang meliputi keadaan, ruangan, tata ruang, dan situasi sekitar tempat belajar. Lingkungan fisik yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi
109
yang ada disekitar tempat belajar. Ruangan tempat pembelajaran siswa berupa ruang kelas, sedangkan lingkungan non fisik meliputi pencahayaan, ventilasi, dan suasana belajar. Lingkungan tempat belajar yang meliputi kondisi fisik dan non fisik ini oleh peneliti didokumentasikan melalui foto-foto yang berupa ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi yang ada disekitar tempat belajar, dan suasana belajar yang terjadi. 2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran a. Faktor guru atau Pengajar Yang menjadi faktor penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah kemampuan mengajar yang dimiliki seorang guru dalam proses pembelajaran berdasarkan pendidikannya. Adapun kemampuan mengajar tersebut berupa: (1) Kemampuan dalam mempersiapkan pengajaran (a) Kemampuan merencanakan proses pembelajaran (b) Kemampuan mempersiapkan materi pengajaran (c) Kemampuan merencanakan media dan sumber belajar (d) Kemampuan merencanakan penilaian terhadap prestasi siswa (2) Kemampuan dalam melaksanakan pengajaran (a) Kemampuan menguasai materi yang telah direncanakan dan disesuaikan (b) Kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran (c) Kemampuan dalam menggunakan metode dan sumber belajar (d) Kemampuan dalam melaksanakan penilaian terhadap hasil pembelajaran
110
b. Faktor Siswa Faktor-faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran siswa, yaitu: Faktor psikologis yang ada di dalam diri siswa meliputi intelegensi, perhatian ,bakat dan minat, motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses pembelajaran. Dalam hal ini yang menjadi faktor penghambat pembelajaran siswa adalah siswa yang tidak mempunyai minat dan tidak berbakat dalam materi pelajaran akan menurun prestasi belajarnya. Faktor penghambat pembelajaran berikutnya adalah motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses pembelajaran. Hal ini sependapat dengan Rosjidan, dkk (2003:9), bahwa faktorfaktor yang dapat menghambat pembelajaran yang dilakukan oleh siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. c. Faktor Materi atau Bahan Ajar Materi atau bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa di kelas 1,2,3 yang menjadi penghambat adalah Siswa tidak dapat memahami penjelasan guru , melakukan proses menggambar ekspresi, memahami teknik serta menggunakan media dengan baik . Sedangkan faktor penghambat pada Guru mengenai materi tidak ada karenaguru menguasai materi gambar ekspresi berdasarkan pengetahuan siswa secara umum.
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan pada bab IV dan pembahasan pada bab V, maka tahapan terakhir yang harus dilakukan peneliti setelah selesai melakukan penelitiannya adalah tahapan penarikan kesimpulan dan tahapan pemberian saran dari hasil penelitian. Dari hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penelitian ini dapat diketahui tentang: 1. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Proses dalam pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 meliputi beberapa tahapan pengenalan yakni meliputi pengenalan mengenai tema dalam sebuah gambar, tehnik dalam memvisualisasikan karya, komposisi objek-objek dalam karya dan juga mengenai pewarnaan. Dalam proses belajar-mengajar terdapat tahapan yang dilakukan oleh pengajar sebelum melakukan pembelajaran. Tahapan tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. a. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan kegiatan awal yang akan dilakukan oleh seorang pengajar untuk mempersiapkan siswa dalam menerima materi. Tahap persiapan diantaranya meliputi: mempersiapkan tujuan yang akan dicapai, mempersiapkan materi yang sesuai dengan tujuan, menggunakan interaksi pembelajaran yang 111
112
sesuai tujuan, mempersiapkan media dan sumber belajar yang mendukung, menentukan teknik evaluasi yang tepat untuk mengukur pencapaian tujuan, menentukan alokasi waktu yang diperlukan.
Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi perencanaan atau konsep pembelajaran bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan dipersiapkan oleh Guru berdasarkan perangkat pembelajaran yang berupa Prota, Promes, Silabus dan RPP untuk menggambar ekspresi. Kemudian Guru menentukan materi berdasarkan perangkat pembelajaran yang akan diajarkan pada siswa. Guru juga menentukan metode, media dan bentuk evaluasi yang akan digunakan. Tujuan dari tahap persiapan pembelajaran ini adalah agar Guru mempunyai konsep sehingga siswa mengetahui tujuan dari penyampaian materi yang akan disampaikan oleh Guru kepada siswa, serta siswa dapat memahami informasi baru yang diberikan oleh Guru.
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, Guru hendaknya memiliki pengetahuan mengenai situasi umum yang akan dihadapi. Situasi umum ini menyangkut tempat pembelajaran, sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Persiapan selanjutnya yang perlu dilakukan oleh Guru adalah memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan siswa yang akan dihadapi. Tahap persiapan yang dilakukan Guru sebelum proses berkarya pada pembelajaran menggambar ekspresi adalah mempersiapkan alat, bahan, dan memberikan contoh karya gambar ekspresi.
113
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan didalamnya meliputi: penggunaan materi atau bahan ajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, serta sarana dan prasarana pembelajaran. Materi yang diajarkan di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi pada kelas rendah meliputi obyek manusia, binatang dan benda. Materi yang akan diberikan oleh Guru harus sesuai dengan karakteristik siswa, tujuan yang ingin dicapai, cara/pendekatan yang akan digunakan, dan hambatan-hambatan pada situasi pembelajaran.
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pada kelas rendah adalah menggunakan metode demonstrasi dan metode tanya-jawab. Demonstrasi yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses dalam menggambar dan memberikan contoh karya gambar ekspresi kepada siswa sesuai tema dan tekhnik yang digunakan. Jika ada materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka siswa dapat menanyakannya kepada Guru. Media yang digunakan berupa media desain dan model karya gambar ekspresi. Media desain dalam menggambar ekspresi berupa menggmbar ekspresi objek manusia, benda, dan binatang dalam bentuk rancangan atau sketsa yang dilanjutkan dengan proses pewarnaan. Jenis model karya dalam menggambar ekspresi bentuknya berupa contoh-contoh karya atau model gambar ekspresi yang dibuat dengan berbagai kreasi atau tema. Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pendekatan
114
psikomotorik. Pendekatan psikomotorik bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerimaan ketrampilan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah adalah dengan: 1)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari
2)
Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat waktu
3)
Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran
4)
Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi
5)
Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai materi Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi adalah
bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu kertas gambar, kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Sedangkan prasarana yang ada adalah gedung kelas tempat berlangsungnya proses pembelajaran c. Evaluasi Evaluasi pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah dicapai dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung.
115
2. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Dari beberapa tahapan proses pembelajaran menggambar ekspresi, telah dicapai beberapa hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Seperti misalnya dari beberapa karya siswa Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi kelas 1 sampai dengan kelas 3, dari beberapa tugas gambar bertema yang diberikan pengajaar, sebagian besar siswa telah dapat menghasilkan karya dengan menggambarka objek-objek yang sesuai dengan tema. Sedangkan pada tugas yang bertema bebas para siswa juga sebagian besar mampu membuat gambar ekspresi dengan tema pribadi atau bebas. Tehnik menggambar siswa juga sangat beragam, tergantung dari jenjang kelas serta usia mereka, semakin tinggi kelasnya semakin baik pula visualisasi dari objek yang mereka gambarkan. 3. Faktor-faktor Pendukung Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Faktor-faktor pendukung proses pembelajaran menggambar ekspresi meliputi: faktor Guru/pengajar, faktor siswa, faktor materi, dan faktor lingkungan/ suasana. Dalam proses pembelajaran Guru/pengajar adalah orang yang memberikan materi pelajaran dan mentransferkan pengetahuan kepada siswa. Dalam hal ini seorang Guru harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan ketrampilan dalam mengajar. Sedangkan siswa adalah seorang yang bertidak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan materi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Materi yang akan disampaikan oleh guru dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Guru di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dapat menguasai materi tentang gambar ekspresi, Guru juga dapat menentukan materi gambar ekspresi berdasarkan pengetahuan siswa secara umum. Lingkungan fisik yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri
116
Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi yang ada disekitar tempat belajar. Ruangan tempat pembelajaran siswa berupa ruang kelas, sedangkan lingkungan non fisik meliputi pencahayaan, ventilasi, dan suasana belajar. 4. Faktor-faktor Penghambat Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Faktor-faktor penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi meliputi: faktor Guru/pengajar, faktor siswa, dan faktor materi. Yang menjadi faktor penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi ditinjau dari faktor guru adalah bahwa guru bidang studi seni budaya yang sekarang termasuk guru yang masih baru. Jadi kendala-kendala pada saat mengajar masih banyak dirasakan oleh siswa. Sedangkan dari siswa, yaitu: faktor psikologis yang ada di dalam diri siswa meliputi intelegensi, perhatian ,bakat dan minat, motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses pembelajaran, tidak mempunyai minat dan tidak berbakat dalam materi pelajaran akan menurun prestasi belajarnya. Faktor penghambat berikutnya adalah motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses pembelajaran. B. Saran Berdasarkan beberapa hasil analisis yang telah dijalankan beserta kesimpulan yang berhasil diperoleh oleh peneliti, berikut ini merupakan saransaran yang diberikan oleh peneliti untuk meningkatkan proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, antara lain:
117
1. Bagi Guru/pengajar Guru /pengajar hendaknya mengembangkan media dan pendekatan pembelajaran kepada siswa sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. a.
Bagi siswa Siswa diharapkan dapat meningkatkan minatnya terhadap proses pembelajaran menggambar ekspresi
b.
Siswa hendaknya dapat menjadikan minat mereka terhadap proses pembelajaran menggambar ekspresi sebagai modal untuk menumbuhkan motivasi dalam diri pribadi dalam meningkatkan prestasi di bidangnya.
3.
Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dengan
memfasilitasi sarana dan prasarana pada pelaksanaan proses pembelajaran menggambar ekspresi. 4.
Bagi peneliti lain Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih luas mengenai
pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa terutama terhadap minat dan motivasi siswa terhadap proses pembelajaran menggambar ekspresi.
118
121
122
Surat pernyataan keaslian tulisan Surat keterangan penelitian Deskripsi temuan instrumen penelitian Hasil-hasil temuan penelitian di lapangan Daftar riwayat hidup
123
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Beni Pujianto
NIM
: 103251464815
Jurusan/Program Studi
: Seni Dan Desain/S1 Pendidikan Seni Rupa
Fakultas
: Sastra
Jenjang
: S-1
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 11Agustus 2010 Yang membuat pernyataan,
Beni Pujianto NIM. 103251464815
124
125
126
127
PEDOMAN WAWANCARA TERSTRUKTUR Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Identitas Responden Nama Responden : Mengajar di kelas :
Ditujukan untuk: Guru Seni Budaya dan Ketrampilan Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Oleh : Beni Pujianto 103251464815
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA Juli 2010
128
Point pertanyaan wawancara terstruktur 1. Apa saja materi dalam pembelajaran menggambar ekspresi? 2. Apa metode yang digunakan dalam pembelajaran menggambar ekspresi? 3. Apa saja media yang digunakan dalam pembelajaran menggambar ekspresi? 4. Apa strategi yang dipakai dalam pembelajaran menggambar ekspresi? 5. Apa saja sarana dan prasarana dalam pembelajaran menggambar ekspresi? 6. Bagaimana evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran menggambar ekspresi?
129
FORMAT CATATAN HASIL WAWANCARA Kode
:A
Topik
: Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi para siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling
Tanggal : 19 Mei 2010 Kode
Point
Catatan hasil wawancara
A.1
T
Materi pembelajaran:
J
Materi pada proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah lebih menekankan pada kemampuan agar menjadikan anak melatih koordinasi mata dan tangan dalam mengekspresikan objek, tema dan simbol dalam karya seni rupa Nusantara daerah setempat untuk dikomunikasikan secara visual. Materi menggambar Ekspresi pada kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi meliputi obyek manusia, binatang dan benda. Menggambar manusia binatang dan benda di lingkungan sekitar merupakan wujud ekspresi yang menarik dimana bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki cirri yang unik, kreatif, spesifik dan bebas.
A.2
T
Metode pembelajaran
J
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Guru bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan
130
tentang metode yang digunakan dalam pembelajaran pada kelas rendah adalah menggunakan metode demonstrasi dan metode tanya-jawab. Demonstrasi yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses dalam menggambar dan memberikan contoh karya gambar ekspresi yang akan diajarkan kepada siswa sesuai tema dan tekhnik yang digunakan. Jika ada materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka siswa dapat menanyakannya kepada Guru. Guru akan menanyakan materi yang sudah diajarkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi.
A.3
T
Media pembelajaran
J
Dalam proses pembelajaran, media memiliki peran yang penting demi terlaksananya pembelajaran dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran itu sendiri. Materi ataupun metode pembelajaran tidak bisa lepas dari media karena sangat mendukung demi tercapainya pembelajaran yang bermutu. Media merupakan alat bantu dalam mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah. Memberikan contoh hasil karya menggambar ekspresi tambai bab 4
A.4
T
Strategi pembelajaran
J
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah adalah dengan:
131
•
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari
•
Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat waktu
•
Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran
•
Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi
•
Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai materi
A.5
T
Sarana dan prasarana pembelajaran
J
Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi adalah bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu kertas gambar, kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Kertas gambar ada yang berupa lembaran besar atau sudah dikemas dalam bentuk buku gambar dengan ukuran A3, A4 atau lebih kecil lagi. Adapu alat yang digunakan menggambar adalah Pensil Hitam, Penghapus, dan Pensil Warna, Crayon. Ada beberapa pensil yang bias digunakan menggambar, yang masing-masing memiliki perbedaan tingkat lunak dan
132
kerasnya serta ketajaman warnanya. Sedangkan prasarana yang ada adalah gedung kelas tempat berlangsungnya proses pembelajaran A.6
T
Evaluasi pembelajaran
J
Tahap akhir dari proses pembelajaran adalah tahap penilaian hasil (evaluasi) yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan mengadakan evaluasi terhadap siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah dicapai dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung.
133
ANGKET Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Identitas Responden
Nama Responden : Kelas
:
Angket Ditujukan untuk: Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Oleh : Beni Pujianto 103251464815
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA Juli 2010
134
Pengantar Sehubungan dengan pengumpulan data penelitian tentang pembelajaran proses pembelajaran menggambar ekspresi para siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling, maka peneliti memohon bantuan anda untuk mengisi angket ini. Angket ini adalah alat pengumpul data atau informasi yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai kegiatan penelitian ini. Anda diminta untuk mengisi angket sesuai dengan keadaan anda, karena jawaban yang anda berikan akan membantu keberhasilan pengumpulan data dalam penelitian ini. Untuk itu peneliti mohon kepada anda untuk mengisi angket ini dengan jujur, dan sesuai dengan pemahaman anda. Peneliti akan menjaga kerahasiaan jawaban anda. Atas kesediaan anda berpartisipasi untuk meluangkan waktu dan mengisi instrument ini, peneliti ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti
135
Petunjuk pengisian 1. Bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan teliti, pertimbangkan secara masak isi kalimat-kalimat tersebut sesuai dengan perasaan dan pemahaman anda. 2. Angket ini merupakan bentuk angket tertutup yang bersifat langsung dan tidak langsung serta telah disediakan dua pilihan jawaban yaitu jawaban “Ya” atau jawaban “Tidak”. 3. Jawablah pertanyaan tersebut dengan cara memberi tanda check (v) pada salah satu pilihan jawaban “Ya” atau jawaban “Tidak”. 4. Setelah selesai mengisi, telitilah sekali lagi jawaban anda kemudian serahkanlah angket ini kepada peneliti. 5. Identitas responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Selamat mengerjakan
136
Berilah tanda check (v) pada kolom jawaban yang sesuai dengan keyakinan anda. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Para Siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
Proses Menggambar Ekspresi 1
Guru menentukan tema dalam proses menggambar ekspresi
2
Guru menerangkan langkah-langkah dalam proses menggambar ekspresi
3
Guru memberikan contoh-contoh dalam proses menggambar ekspresi
4
Guru selalu membantu siswa dalam proses menggambar ekspresi
Faktor-faktor Pendukung Pembelajaran a. Guru/Pengajar 1.
Guru menyampaikan cakupan materi tentang poses menggambar ekspresi
2.
Guru menggunakan berbagai macam media (contoh) dalam mengajarkan proses menggambar ekspresi
3.
Guru menerangkan proses menggambar
`
137
ekspresi b
siswa
1
Saya dapat menangkap materi tentang proses menggambar ekspresi yang diajarkan guru
2
Saya bisa menggambar ekspresi sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru
3
Saya memiliki bakat menggambar
c
Materi
1
Guru menguasai materi tentang gambar ekspresi
2
Guru menentukan materi gambar ekspresi berdasarkan pengetahuan siswa secara umum
d
Lingkungan / suasana
1
Lingkungan sekolah sangat mendukung dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi
2
Lingkungan sekolah menyediakan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi
138
Berilah tanda check (v) pada kolom jawaban yang sesuai dengan keyakinan anda Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi
No
Pertanyaan
1
Siswa dapat memahami penjelasan guru tentang proses menggambar eksprsi
2
Siswa dapat menggambar reksprsi sesuai dengan materi yang telah diajarkan guru
3
Siswa dapat melakukan proses menggambar eksprsi sesuai dengan yang telah diharapkan guru
4
Siswa dapat mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi
5
Siswa dapat mengetahui alat dan bahan dalam proses menggambar eksprsi
6
Siswa dapat menggambar ekspresi sesuai dengan tema yang telah ditentukan
7
Siswa dapat menentukan tema sendiri diluar tema yang telah diberikan oleh guru
8
Siswa dapat menggunakan media dengan baik
9
Tujuan pembelajaran menggambar ekspresi dapat dilakukan oleh siswa
Ya
Tidak
139
10
Siswa yang berbakat dalam menggambar lebih menonjol dari pada siswa yang tidak berbakat dalam proses menggambar ekspresi
140
LEMBAR OBSERVASI Petunjuk pengisian: 1. Daftar checklist diisi dengan membubuhkan tanda check (v) pada option yang sesuai dengan keadaan ketika observasi dilakukan. 2. Daftar checklist diisi oleh peneliti berdasarkan hasil observasi 3. Daftar checklist dibuat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian yang berjudul “Pembelajaran wayang topeng anak-anak pada Sanggar Panji Laras di Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang”.
141
A. Observasi pada Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Para Siswasiswi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Nama pengamat
: Beni Pujianto
Hari / tanggal
: 19 Mei 2010
Kelas
: Rendah
Responden
: Guru
Lokasi pengamatan : Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling
No 1
Objek pengamatan Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa
Ya V
Prota, Promes, Silabus dan RPP Menggambar Ekspresi 2
Menentukan Materi berdasarkan perangkat
V
pembelajaran 3
Mengucapkan Salam
4
Mengabsensi kehadiran siswa
5
Menyampaikan materi yang akan diajarkan
V
V
kepada siswa
6
Melakukan pengulangan materi pada pertemuan
V
sebelumnya 7
Dapat menggunakan media yang berupa sarana dan prasarana dengan baik
V
Tidak
142
8
Melakukan Tanya-jawab materi yang diajarkan
V
9
Membenahi karya siswa yang belum benar
V
10
Melakukan pendekatan khusus kepada siswa
V
yang belum menguasai materi 11
Mengevaluasi hasil menggambar ekspresi siswa
V
B . Observasi pada Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Para Siswasiswi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Nama pengamat
: Beni Pujianto
Hari / tanggal
: 19 Mei 2010
Kelas
: Rendah
Responden
: Siswa
Lokasi pengamatan : Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling
No
Objek pengamatan
Nama responden A
B
C
D
E
1
Mendengarkan materi yang diajarkan
V
V
V
V
V
2
Mengamati contoh gambar ekspresi ya
V
V
V
V
V
diberikan 3
Bertanya tentang materi yang tidak dikuasai
V
V
-
V
-
4
Dapat menangkap materi dengan baik
-
V
V
V
-
5
Mengerjakan proses menggambar ekspresi
V
V
V
V
V
6
Dapat menggunakan media dengan baik
V
V
-
V
V
7
Dapat menggunakan alat dan bahan dengan
-
V
V
V
V
143
baik 8
Dapat menggunakan taknik dengan baik
-
V
-
V
V
9
Dapat menggambar sesuai dengan tema yang
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
di berikan dengan baik 10
Dapat menggambar sesuai dengan tema sendiri
144
Tabel 1.1 Ruang Lingkup Penelitian No
Variabel
1.
Proses pembelajaran menggambar
Sub Variabel • Persiapan
ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Indikator
Metode
Instrumen
• Prota, Promes, Silabus, RPP
•
Wawancara
•
• Langkah-langkah Pembelajaran
•
Observasi
•
•
Dokumentasi
Pembelajaran • Pelaksanaan
Kecamatan Wlingi
Pembelajaran
• Evaluasi Pembelajaran
Pedoman
•
Karya
wawancara
•
Pengajar / Guru
Lembar observasi
•
Siswa
•
Foto
-Penggunaan Media,
•
Peneliti
-Pengelolaan Kelas
•
Alat tulis
-Penggunaan Metode,
Sumber Data
• Bentuk Evaluasi -Tes Perbuatan Jenis Evaluasi -Evaluasi Hasil
2.
Hasil dari proses pembelajaran
• Menggambar
menggambar ekspresi siswa
3.
ekspresi
• Tema
kelas rendah Sekolah Dasar
• Komposisi
Negeri Tangkil 01 Kecamatan
• Warna
Wlingi
• Tipologi
Faktor yang menjadi pendukung
a)
dan penghambat proses
Kecamatan Wlingi
• Karya
• Dokumentasi Data • Observasi
• Lembar observasi
• Guru
• Kuesioner
•
Peneliti
•
Pembelajaran
• Siswa
• Dokumentasi
•
Alat tulis
•
Pengajar / Guru
• Materi
• Wawancara
•
Pedoman
•
Siswa
wawancara
•
Dokumentasi Gambar /
• Lingkungan
ekspresi siswa kelas rendah b)
• Peneliti
Faktor Pendukung
pembelajaran menggambar
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
• Dokumentasi
• Teknik
Faktor Penghambat
• Guru
Pembelajaran
• Siswa
Karya
foto
• Materi
11
11
118
DAFTAR PUSTAKA
Anakciremai.2008.apresiasi seni murni.(OnLine), (www.anakciremai com, di askes April 2010) Arikunto, Suharsimi., Prof. Dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1986.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Pina Aksara Chapman, Laura. 1978Approaches to Art in Education. (onLine), (http://cgi.ebay.com/Approaches-Art-Education-Laura-H-ChapmanHardcover-1978-/341640524715, di askes Juni 2010) Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Deddy. 2007. Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di Ssekolah Dasar Negeri 2 Mojorebo Wirosari Grobogan. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Dasar. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Drost, C.J.I.G.M, 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik. Jakarta:Kanisius. Gunarsa, Singgih D. 1986. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Heri. 2009. Studi Tentang Pengenalan Dan Penggunaan Warna Pada Kegiatan Mewarnai Gambar Pada Kelas I Di Sdn I Percobaan Malan. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang. Ibrahim dan Syaodih, Nana. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Kerjasama Depdikbud. Joni, Raka. 1980. Strategi Belajar-Mengajar Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta: P3G, Depdikbud. Latuheru, M.P. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.
119
Lowenfel, Victor . 1975.described specific stages of growth and development of children based on the marks they made. (OnLine), (http://www.manualssearch-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, di askes Mei 2010) Merry. 2009. Pembelajaran Wayang Topeng Anak – anak pada Sanggar Panji Laras Di Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang. Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1988. Qualitative data Analysis. Terjemahaan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia. Mudjiono, dkk. 1996. Strategi Belajar-Mengajar. Malang: Pendidikan Akta IV IKIP Malang. Muhadjir, Drs, dkk. 2009. Pendidikan Seni Rupa.Malang: Gantar Gumelar Murgiyanto, Sal. 1993 dalam Condrowasesa, Kuswarsantyo (diktat) diambil dari Internet (online), (http://.........., diakses 5 April 2009). Moeslichatoen. 1982. Psikologi Perkembangan Anak ke Arah Pemahaman anak Usia Sekolah TK dan SD Jilid I (saduran). Malang: Proyek P3T IKIP Malang. Moleong, Lexy J.1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nasution,. 1998. Asas-asas Kurikulum. Bandung:CV. Jemmass. Permendiknas. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD dan MI. (OnLine), (http://www.scribd.com/doc/4359536/KTSP-SD, (di askes Mei 2010) Piaget, Jean.1975.Cognative development is a continous process that begin at birth. (OnLine), (http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_Ojose.pdf, di askes Mei 2010) Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1998. “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam Pendidikan Serta Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas Lokal Dalam Konteks Global. 120-13 September 2001. ITB Bandung.
120
Rokhman, Fathur. 2002. “Metode Penelitian Kualitatif”. Makalah Disajikan Dalam Pelatihan dan Lokakarya LKTI/LKIP 2002 Badan Eksekutif Mahasiswa FBS Unnes 2 Mei 2002. Rosjidan, M.A, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Penerbit IKIP Malang. Saputro, Suprihadi, dkk. 2000. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Umum, Pengembangan Proses Belajar-Mengajar. Malang: Penerbit IKIP Malang. Salam, Sofyan. 2000. “Program Muatan Lokal Sebagai Upaya Revitalisasi Seni Rupa Tradisional”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Revitalisasi Seni Rupa Tradisional.22-28 Februari 2000. UNM Makasar. Salam, Sofyan. 2001. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Makasar: Universitas Negeri Makasar. Salam, Sofyan. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sujana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru. Sumanto, Drs. 2008. Pembelajaran Seni Rupa di PGSD. Malang: FIP Universitas Negeri Malang. Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni.. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. Soedarso, Sp. tt. Apresiasi Semi Rupa Tradisional.. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. Tangyong, Agus. 1990. Pengembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia. Tim 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2007.Tipologi. (OnLine), (http://webcache.googleusercontent.com, di askes Juni 2010) -----------2008. Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif. (OnLine), (http://html-pdf-convert.com, di askes Juni 2010)