perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh : NURWATI S811402041
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS
TESIS
Oleh: NURWATI S811402041
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd
.......................
2015
.......................
2015
NIP. -
Pembimbing II
Dr. Leo Agung S, M.Pd
NIP.19560515 198203 10
Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal ………………………….2015
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana UNS
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP. 196611081990032001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS
TESIS NURWATI S811402041
Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
........................
.............
.........................
.............
.........................
.............
.........................
.............
NIP.196611081990032001 Sekretaris
Dr. Suharno, M.Pd NIP.195211291980031001
Anggota
Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd
Penguji
NIP. Dr. Leo Agung S, M.Pd
NIP.195605151982031005
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat Pada tanggal.......................2015
Dekan FKIP UNS
Kepala Program Studi Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd
Dr.Nunuk Suryani, M.Pd
NIP.19610124 198702 1 001
NIP.196611081990032001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : Tesis yang berjudul: “Penerapan Model Discovery Pada Pembelajaran IPA Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus” 1. ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanski sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010) 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai instituisinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Teknologi Pendidikan PPs-UNS berahak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Teknologi Pendidikan PPS UNS.Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanski akademik yang berlaku.
Surakarta,
2015
Yang membuat pernyataan
Nurwati S811402041
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Orang bijaksana berpikir tanpa berbicara, orang yang bodoh berbicara tanpa berpikir.”
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan;
tapi
lihatlah
sekitar
Anda
dengan
penuh
kesadaran.
(James Thurber)
Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat mereka berbahagia di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan. (Tom Bodett)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmaanirrahim Ya
Allah,
jika
Engkau
ridhoi,
perkenankanlah
hambamu
ini
mempersembahkan karya tesis ini kepada: 1. Suamiku tercinta, Bpk.H. Noor Hasyim, Amd. yang selalu memberikan dukungan moral dan matriil, dan juga selalu memtivasi untuk menjadi lebih baik dan selalu mengajariku apa arti kehidupan, dan bagaimana cara menjalaninya dengan penuh keikhlasan. 2. Anak-anakku, Angga Yafi Hasyim, Bagas Fu’ad Hasyim, dan Achmad Hanif Hasyim yang selalu mensuport diriku dalam studiku. 3. Teman-teman dan sahabat seangkatan, Program Pascasarjana universitas Sebelas Maret SurakartaProgram Studi Teknologi Pendidikan, kalian adalah inspirasi hidupku. 4. Pembaca yang budiman....
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Kuasa atas Anugrah dan KaruniaNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material sehingga tesisi ini dapat selesai. Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana 2. Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana. 3. Kepala Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, petunjuk dan arahan dalam penyususunan tesis ini. 5. Dr. Leo Agung S, M.Pdselaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan bantuan tanpa mengenal lelah sehingga terselesaikannya penyusunan tesis ini. 6. Seluruh dosen dan staff administrasi Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis. 7. Kepala sekolah, guru dan siswa diSD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu Penulis menyadari penyusunan tesis ini masih ada kekurangan, namun besar harapan
penulis
tegur
sapa
dan
saran
sangat
penulis
sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin. Surakarta,Juli 2015 Penulis commit to user
vii
harapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xii
ABSTRAK ...................................................................................................
xiii
ABSTRACT ...................................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar belakang Penelitian .....................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
2
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR .............
5
A. Kajian Teori .........................................................................................
5
1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ..........................................
5
2. Model Discovery ..............................................................................
10
3. Perencanaan Pembelajaran ...............................................................
18
4. Evaluasi Pembelajaran ......................................................................
23
B. Penelitian Relevan ................................................................................
26
C. Kerangka Berfikir .................................................................................
33
BAB III METODE PENELITIAN................................................................
35
A. Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................
35
B. Lokasi Penelitian ..................................................................................
36
C. Kehadiran Peneliti ................................................................................ commit to user
36
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Sumber Data .........................................................................................
36
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
38
F. Uji Keabsahan Data ..............................................................................
39
G. Teknik Analisis Data ............................................................................
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
44
A. Hasil penelitian ...........................................................................................
44
1.Diskrpsi Latar Peneliti .............................................................................
44
2. Sajian Data..............................................................................................
46
B. Pembahasan ................................................................................................
72
1.
Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus...............................
72
2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus...............................
73
3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus..................................
76
4. Kendala yang dihadapi dari Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ....................................................................................................
78
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................
79
A. Simpulan .....................................................................................................
79
B. Implikasi .....................................................................................................
80
C. Saran-Saran .................................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
82
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Nilai Tes MAPEL IPA .....................................................................
57
Tabel 2. Data Hasil Mapel IPA .................................................................................
60
Tabel 3. Tes Unjuk Kerja Peserta Didik ....................................................................
70
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir ....................................................................................
37
Gambar 2. Model Analisis Interaktif .........................................................................
34
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Catatan Lapangan Dengan Kepala Sekolah ..........................................
85
Lampiran 2. Catatan Lapangan Dengan Guru ...........................................................
88
Lampiran 3. Catatan Lapangan dengan Siswa ..........................................................
94
Lampiran 4. Perangkat Pembelajaran ........................................................................
98
Lampiran 5. Silabus Pembelajaran ............................................................................ 103 Lampiran 6. Rencana Program Pembelajaran ...........................................................
125
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ........................................................................
146
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Nurwati. S811402041.2014. Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.Pembimbing1. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, 2. Dr. Leo Agung S, M.Pd Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)Perencanaanpenerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (2) Pelaksanaanpenerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (3) Hasil penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (4) kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan penerapan model discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan BaeKabupaten Kudus dilakukan dengan mengirim guru dalam penataran/workshop yang menunjang guru dalam pembelajaran, Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP. (2) Pelaksanaan penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus kegiatan awal dimulai dengan persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk menunjang penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video serta LCD. Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik. (3) Hasil penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru, mampu mengkonsep pengetahuan dibenak mereka sendiri. Peserta didik menjadi aktif, kritis dan kreatif. Kelas menjadi produktif, menyenangkan dan tidak membosankan. Serta peserta didik lebih dihargai karena penilaian autentik tidak hanya dari tugas saja tetapi dari proses serta aktivitas siswa juga dinilai. (4) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang kaget dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi. Kata Kunci: model discovery. Mata Pelajaran IPA.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Nurwati. S811402041.2014. Application of Model Discovery in Science Lesson Class V at State Elementary School 2 Karangbener Bae of Kudus. Thesis. Graduate Program, University of March Surakarta.Advicer1. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd2. Dr. Leo Agung S, M.Pd The purpose of this study was to determine (1) Planning application discovery models in science teaching fifth grade in elementary school 2 Karangbener Bae sub district of Kudus District; (2) The application of the model of discovery in science teaching fifth grade in elementary school 2 Karangbener Bae of Kudus; (3) The results of the application of the model discovery in science teaching fifth grade in elementary school 2 Karangbener Bae of Kudus; (4) the obstacles encountered in the implementation of model application discovery in science teaching fifth grade in elementary school 2 Karangbener Bae of Kudus. This study is a qualitative research strategy qualitative descriptive study. Methods of data collection using in-depth interviews, participatory observation, and documentation. Analysis of data using an interactive model. The results showed that (1) Planning application discovery in science teaching models in SDN 2 Karangbener Bae of Kudus by sending teachers in upgrading / workshops that support teachers in learning, teachers make plans scenario (stages) of learning which will be implemented in one or more meetings in the form of RPP. (2) The application of science learning with discovery models in SDN 2 Karangbener Bae of Kudus early activity starts with the preparation of materials and materials as existing media will be used to support the delivery of material later one of them with pictures and videos and LCD. Activities end or cover teachers to reflect together with the learners. (3) The results of the application of science learning with models Learners discovery is easier to understand the material presented teachers, able to conceptualize knowledge of their own minds. Learners become active, critical and creative. Class into a productive, fun and not boring. As well as the learners more appreciated as authentic assessment not only of the task alone but of the process as well as student activity was also assessed. (4) Obstacles encountered in the implementation of the implementation of the application of the discovery in class V SDN 2 Karangbener Bae of Kudus is that there are still some students were shocked by the application of this discovery models, then besides sometimes in the execution of the final evaluation of teachers do not have time to do the assessment because the focus on the delivery of content. Keywords: model of discovery. Subjects IPA.
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam
pendidikan.
Akibat
pengaruh
itu
pendidikan
semakin
mengalami
kemajuan.Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolahsekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi murid-murid. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun dan mencapai kualitas pendidikan secara optimal. Kualitas pendidikan meliputi berbagai
sektor
dan
jenjang
pendidikan,
termasuk jenjang pendidikan menengah pertama. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Bruner yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Mata pelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.Hasil tes pra
penelitian
untuk
mengetahui
kemampuan dasar siswa dalam pelajaran IPA yang dilaksanakan pada seluruh siswa kelas IV, V dan VI di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus diperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan commit to user terendah adalah kelas V. Pada
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelaksanaan tes pra penelitian di kelas V, hasil yang diperoleh adalah dari 34 siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang tuntas. (dokumen nilai SD 2 Karangbener tahun 2013). Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya hasil belajar siswa dalam
pembelajaran
IPA
adalah
metode
pembelajaran
yang
dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir kreatif
dan
menguasai
konsep
berdasarkan
penemuan-penemuan
di
lapangan.Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dengan judul penelitian, “Evaluasi Penerapan Model Discoverypada Pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus? 2. Bagaimana pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus? 3. Bagaimana hasil penerapan model discovery pada pembelajaranIPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus? 4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus? commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Terkait dengan rumusan masalah di atas, dalam penelitian ini terdapat tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. 3. Untuk mengetahui bagaimana hasil penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. 4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
D. Manfaat penelitian Dalam penelitian ini, Hasil penelitiannya diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran dengan model discovery. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran. b. Bagi siswa Bagi siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman tentang konsep pembelajaran IPA dengan model discovery sesuai dengan konteks kehidupan seharihari agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Bagi sekolah Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model discovery sehingga siswa dapat menyesuaikan pemahaman dengan konteks kehidupan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori 1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam a.
Pengertian IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006). Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, (Agus. S. dalam Khalimah, 2010). Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi pendidikan IPA. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA. IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, commit to user
5
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan profesional (sementara). IPA diperlukan dalam kehidupam sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia
melalui
pemecahan
masalah-masalah
yang
dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan, pembelajaran salingkemas (Sains, Lingkumgan, Tekhnologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (Bowo : 2009). Berdasarkan pengertian IPA dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA pembelajaran yang bersifat kongkrit, rasional atau bersifat riil dan nyata sehingga pada saat pembelajaran dapat dikaitkan antara materi dan topik pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari b.
Pembelajaran IPA Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang. (Miftahul Huda, 2013: 2) Hausstatter dan Norddkvele (1978) mengatakan bahwa pembelajaran merefleksikan pengetahuan konseptual yang digunakan secara luas dan memiliki banyak makna yang berbeda-beda. (Miftahul Huda, 2013: 6) Dalam Trianto (2007:102), IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, commitsehingga to user IPA bukan hanya penguasaan
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar yang dibangun oleh guru ini diharapkan mampu membangun karakteristik mental siswa dan juga keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan. Sedangkan pembelajaran IPA di fokuskan pada proses inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik mendapatkan pemahaman tentang gejala-gejala yang terjadi di alam sekitarnya. IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, (KTSP 2006).Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (Wiji Suwarno 2008 : 58) bahwa anak membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya. Piaget (Wiji Suwarno 2008) membedakan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat taraf, yaitu 1) taraf sensori motor (0-2 th), (2) taraf pra-operasional (2-7 th), (3) taraf operasional konkrit (711 th), dan (4) taraf operasional formal (11-15 th). Walaupun ada perbedaan individual
dalam
mengasumsikan
hal
bahwa
kemajuan seluruh
perkembangan, siswa
tumbuh
tetapi dan
teori
Piaget
melewati
urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan kognitif commitsebagian to user besar bergantung seberapa jauh
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan. Piaget (Wiji Suwarno, 2008 : 58) menyatakan peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi informasi. Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam programprogram yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalamanpengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa atau siswa pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan mereka sendiri. Tugas guru bukan lagi sebagai pentransfer pengetahuan dari otaknya kepada otak siswa. Tugas guru berubah menjadi lebih sebagai fasilitator yang membantu agar siswa sendiri belajar dan menekuni bahan yaitu dengan menggunakan ketrampilan proses. Terdapat Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan yaitu : 1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan hanya jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud. 2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat tekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. c.
Tujuan Mata Pelajaran IPA SD Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan
pertanyaan,
mencari
jawaban,
memahami
jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Pusat Kurikulum, 2006). Arini (2011: 113) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 2. Model Discovery a. Definisi Model DiscoveryLearning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner (2002: 130), bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Bruner memakai metode yang disebutnya DiscoveryLearning, di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Daljono, 1996:41). Model DiscoveryLearning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Dengan mengaplikasikan model DiscoveryLearning secara berulangulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan model discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri. Model discovery merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan model discovery lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Berikut adalah langkah-langkah yang digunakan dalam model pembelajaran Discovery: 1) Diskusi, Tahap ini bertujuan untuk menggali konsep awal siswa. Guru memberikan Permasalahan yang kemudian akan diselesaikan oleh siswa. 2) Proses, Tahap ini merupakan tahap penemuan konsep oleh siswa. Pada tahap ini meliputi: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan mengolah data, menarik kesimpulan. 3) Pengembangan Masalah, tahap ini merupakan tahap refleksi yang meliputi: Pemberian kritik (critizing), nilai sikap (Valuing), penerapan (application). (Moh Amien, 1987: 111) Menurut Moh. Amien (1988: 97) “Kegiatan discovery adalah suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri”. Sedangkan Sund dalam Roestiyah N.K (2001: 20) menyatakan bahwa: Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. b. Konsep Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasirelasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadiankejadian (events). Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu. Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objekobjek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 2001:85). Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan
berbagai
kegiatan
menghimpun
informasi,
membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan commit to user demikian seorang guru dalam
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aplikasi metode Discovery Learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri. c. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Discovery 1) Langkah Persiapan Metode Discovery a. Menentukan tujuan pembelajaran. b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). c. Memilih materi pelajaran. d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (daricontoh-contoh generalisasi). e. Mengembangkan
bahan-bahan
belajar
yang
berupa
contoh-
contoh,ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
commit to user g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) LangkahPenerapanModelDiscovery Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik
dalam
memberi
stimulus
kepada
siswa
agar
tujuan
mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapattercapai. b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agendaagenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan
kesempatan
siswa
untuk
mengidentifikasi
dan
menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
c. Data Collection (Pengumpulan Data) Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. d. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. e. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalamancommit seseorang, serta pentingnya proses pengaturan to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. 3) Langkah Sistem Penilaian Dalam Model Pembelajaran Discovery, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes tertulis.
Jika bentuk
penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. d. Keunggulan dan Kelemahan Model Discovery Sebagai salah satu bentuk metode dalam pembelajaran, model discovery memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut: Keunggulan model discovery: 1) Mendorong siswa untuk lebih mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa. 2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa. 4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing–masing. 5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat. 6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7) Lebih berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan. Kelemahan model discovery: 1) Pada diri siswa harus sudah ada kesiapan dan kematangan mental untuk belajar. 2) Kurang efektif untuk kelas yang terlalu besar. 3) Proses mental yang terjadi terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan ketrampilan bagi siswa. 4) Kurang memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. (Roestiyah N.K, 2001: 21) Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model discovery lebih menekankan pengalaman langsung atau melibatkan proses to user mental siswa. Sehingga dengancommit discovery diharapkan siswa dapat menemukan
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. 3. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif untuk memperkecil kesenjangan yang ada dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan merupakan hasil proses berpikir dan pengkajian dan penyeleksian dari berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi, yang merupakan awal dari semua proses pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional.
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya
secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upayaupaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Menurut H.B. Siswanto (2007:42) perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. Menurutnya, merencanakan berarti mengupayakan penggunaan sumberdaya manusia (human resources), sumber daya alam (natural resources), dan sumberdaya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan. George R. Terry dan Leslie W. Rue (2009:9) menyatakan bahwa planning atau perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. Sementara itu, Mulyasa (2006:223) menjelaskan bahwa perencanaan adalah suatu bentuk dari pengambilan keputusan (decision making). Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran operasional dari kurikulum, sedangkan aplikasi dari perencanaan akan terlihat dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, terutama sebagai alat proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Fungsi perencanaan pembelajaran sebagai pedoman atau panduan kegiatan menggambarkan hasil yang akan dicapai, sebagai alat control dan evaluasi. Bentuk perencanaan pembelajaran adalah silabus pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (Rusman, 2010: 581). Perencanaan
pembelajaran
adalah
membuat
suatu
persiapan
pembelajaran itu sendiri. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak commit usermaka peluang untuk tidak terarah mempunyai persiapan pembelajaran yang to baik
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas. Pada dasarnya, rencana pembelajaran menetapkan tujuan yang ingin dihasilkan guru selama pembelajaran dan bagaimana guru mencapai tujuan tersebut. Biasanya, rencana pembelajaran dibuat dalam bentuk tertulis, namun hal ini bukanlah suatu keharusan. Guru-guru baru atau yang kurang berpengalaman mungkin perlu membuat rencana pembelajaran yang sangat terperinci – menunjukan dengan jelas apa yang akan terjadi pada setiap tahap-tahap pembelajaran. Salah satu alasan utama mengapa membuat perencanaan dianggap penting adalah karena guru perlu mengindentifikasi tujuan dari pembelajaran yang mereka sampaikan. Guru perlu mengetahui apa yang mereka harapkan bisa dilakukan oleh para siswa pada akhir pembelajaran, yang sebelumnya tidak bisa siswa lakukan. Berikut adalah beberapa alasan lain pentingnya sebuah perencanaan a. Memberikan kesempatan pada guru untuk memperkirakan kemungkinan masalah yang akan muncul dan kemudian mempertimbangkan solusinya. b. Memastikan bahwa pelajaran yang disampaikan seimbang dan sesuai untuk kelas tersebut. c. Memberikan rasa percaya diri bagi guru. d. Perencanaan pada umumnya merupakan latihan yang baik dan menunjukan profesionalisme. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan,
menantang,
memotivasi
peserta
didik
untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Berikut ini akan disajikan langkah-langkah dalam penyususnan RPP : 1) Identitas mata pelajaran Identitas
mata
pelajaran,
meliputi:
satuan
pendidikan,
kelas,
semester,program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2) Standar kompetensi Merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. 3) Kompetensi dasar Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4) Indikator Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 5) Tujuan pembelajaran Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6) Materi ajar Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Alokasi waktu Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 8) Metode pembelajaran Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. 9) Kegiatan pembelajaran : a) Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk
membangkitkan
motivasi
dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b) Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Eksplorasi
adalah
kegiatan
untuk
memperoleh
pengalaman-
pengalaman baru dari situasi yang baru. Elaborasi adalah penggarapan secara tekun dan cermat, dan konfirmasi adalah pembenaran, penegasan, dan pengesahan. c) Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10) Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. Penilaian dilakukan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. a. Aspek penilaian kognitif terdiri dari: 1) Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu kota, rumus). 2) Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu paragraf). 3) Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya: menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah). 4) Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi) 5) Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan hasil penelitian di laboratorium). b. Aspek penilaian afektif terdiri dari: 1) Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar 2) Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi, perasaan kepuasan dll. 3) Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai dll 4) Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai dalam organisasi sistem nilai 5) Membentuk watak (Characterization): sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. c. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari: 1) Meniru (perception)
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Menyusun (manipulating) 3) Melakukan dengan prosedur (precision) 4) Melakukan dengan baik dan tepat (articulation) 5) Melakukan tindakan secara alami (naturalization) 11) Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Beberapa sumber belajar dalam pembelajaran IPA yaitu seperti lingkungan sekitar, buku paket IPA KTSP, dan dari Internet.
4. Evaluasi Pembelajaran a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Menurut Arikunto (2008:2) berpendapat bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Usmar (2003:120) mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan. Karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan. Menurut Oemar Hamalik (2008:210), evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam rancang suatu sistem pengajaran. Rumusan ini memiliki tiga implikasi: pertama, evaluasi ialah suatu proses yang terusmenerus,
bukan
hanya
pada
akhir
pengajaran
tetapi
dimulai
sebelum
dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya pengajaran. Kedua, proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban tentang
bagaimana
memperbaiki
pengajaran.
Ketiga,
evaluasi
menuntut
penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat commit keputusan. to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
Menurut Sudijono (2008: 30) evaluasi terhadap hasil belajar setidaknya mencakup dua hal yaitu: evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan khusus dan evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan umum pengajaran. Evaluasi hasil belajar dapat terlaksana jika menggunakan tiga prinsip dasar berikut: (1) prinsip keseluruhan, (2) prinsip kesinambungan, dan (3) prinsip objektivitas. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka menilai ketercapaian peserta didik terhadap indikator atau kriteria yang telah ditentukan disebut evaluasi hasil belajar. Menurut pendapat Hamalik (2008: 159), evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta didik yaitu: (1) Penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil belajar peserta didik secara menyeluruh baik kognitif, psikomotor dan afektif. (2) Hasil penilaian pendidikan digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi peserta didik yang digunakan untuk memberikan pelayanan pembelajaran individual pribadi peserta didik. (3) Penilaian yang dilakukan oleh pendidik terutama ditujukan untuk peningkatan prestasi belajar dan pengembangan pribadi peserta didik. (4) Penilaian yang dilakukan secara berulang dan kontinyu untuk memperoleh data yang lebih akurat yang dijadikan dasar pengambilan keputusan secara umum.
b. Prinsip Evaluasi Pembelajaran Menurut Depdiknas (2007: 4) penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
c. Evaluasi Hasil Belajar Menurut pendapat Hamalik (2006: 159), evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta didik yaitu: (1) Penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil belajar peserta didik secara menyeluruh baik kognitif, psikomotor dan afektif. (2) Hasil penilaian pendidikan digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi peserta didik yang digunakan untuk memberikan pelayanan pembelajaran individual pribadi peserta didik. (3) Penilaian yang dilakukan oleh pendidik terutama ditujukan untuk peningkatan prestasi belajar dan pengembangan pribadi peserta didik. (4) commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penilaian yang dilakukan secara berulang dan kontinyu untuk memperoleh data yang lebih akurat yang dijadikan dasar pengambilan keputusan secara umum.
B. Penelitian Relevan Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut ini: Rahmin T. Husain (2000), yang berjudul “Penerapan Model discovery Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat.” hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa penerapan model discoverylearning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits padasiswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat sudah baik. Hal inidibuktikan dengan penggunaan langkah-langkah
model discoverylearning yang
telahditerapkan
pada
pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Huyula menunjukkanrespon yang positif. Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yangbelajar. Mereka tidak
hanya
berperan sebagai
penerima
pelajaran
melalui
penjelasanguru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materipelajaran yang sedang dipelajarinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam prosespembelajaran Qur’an Hadits guru sudah menerapkan model discoverylearning yangmemiliki ciri-ciri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal dan diarahkanuntuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehinggamenumbuhkan rasa percaya sendiri, serta tercapainya tujuan penggunaan model discoverylearning yaitu untuk
mengembangkan
kemampuan berpikir sistematis, logisdan kritis.Berdasarkan penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan.Persamaannya adalah bahwa dalam penerapan pembelajaran dengan model discovery pada setiap pembelajaran menghasilkan perubahan yang baik pada hasil belajar anak, karena pembelajaran ini lebih kreatif daripada teacher center seperti biasanya.Sedangkan Perbedaan penelitian ini adalah digunakan pada matapelajaran IPA sedangkan Rahmin T. Husain (2000) pembelajaran yang digunakan adalah pelajaran Qur’an Hadits. Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014), yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model discovery terhadap Analogi Matematis Siswa commit Kemampuan to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SMK Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat.” Penelitian
ini
merupakan penelitian dengan desain factorial disign, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model discovery terhadap kemampuan analogi
dan
generalisasi matematis siswa SMK. Setiap kelompok terdiri dari 36 siswa yang terbagi ke dalam tiga kemampuan siswa berbeda, yaitu siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah kelasnya. Data penelitian dikumpulkan melalui tes, angket, observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah Peningkatan kemampuan analogi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model discovery lebih baik daripada siswa yang memperoleh metode pembelajaran dengan metode ekspositori. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014) adalah sama-sama menggunakan metode discovery dalam meningkatkan kemampuan menalar siswa serta analoginya sedangkan perbedaannya penelitian ini lebih memfokuskan pada setiap perencanaan, pelaksanaan serta hasil dan kendala yang dihadapi dalam pelanksanaan discovery. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014) lebih memfokuskan pada pengukuran besarnya pengaruh metode discovery terhadap kemampuan analog anak. Indarti, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati (2013), yang berjudul “Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang.” Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk
membuktikan kemampuan memecahkan masalah siswa yang
menggunakan model pembelajarandiscoverylearninglebih baik daripada siswa yang menggunakan modelpembelajaran konvensional.
Jenis penelitian eksperimen
dengan rancangan penelitian Posttest Only Control Group Desain. Hasil analisis data dan pembahasan,menyimpulkan kemampuan memecahkan masalah siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Berdasarkan penelitian diatasterdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu peningkatan hasil belajar IPA ditempuh dengan penerapan metodediscovery dan hasilnya signifikan. Perbedaannya adalah metode penelitian pada jurnal ini dengan eksperimen sedangkan commit to userpenelitian ini deskriptif kualitatif
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga menjelaskan secara detail tentang evaluasi dan hasil yang dicapai serta persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran. Chusni Mubarok (2014), yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TAV pada Standar Kompetensi melakukan Instalasi Sound System di SMK Negeri 2 Surabaya.” Penelitian
ini
bertujuan
untuk:
(1)
Mengetahui
pengaruh
model
pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi melakukan instalasi sound system. (2) Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran DiscoveryLearning. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Quasi Experimental Design menggunakan desain Posttest Only Control Group Design di mana terdapat kelas eksperimen dengan model pembelajaran DiscoveryLearning dan kelas kontrol dengan model pembelajaran langsung, yang selanjutnya diberikan Posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X AV1 dan X AV2 SMK Negeri 2 Surabaya tahun ajaran 2013/2014. Dari hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran DiscoveryLearning lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan model pembelajaran langsung dengan perolehan uji-t yakni t hitung 3,291 > t tabel 1,99, dan dengan rincian nilai rata-rata kelas eksperimen 80,176 dan nilai rata-rata kelas kontrol 76,083. (2) Hasil angket respon siswa menunjukkan Hasil Rating sebesar 77,39%. Dari kriteria penentuan prosentase rating penilaian kualitatif maka respon siswa diketegorikan baik terhadap penerapan model pembelajaran DiscoveryLearning. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chusni Mubarok (2014) bahwa penelitian ini membuktikan dengan sebuah eksperimen terhadap siswa dengan metode pembelajaran discovery sehingga pada prinsipnya sama dengan penelitian yang dilakukan sekarang,a bedanya hanya pada jenang pendidikan. Persamaan penelitian Indarti, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati, dan Chusni Mubarok dengan penelitian ini adalah, sama-sama menguakan model discovery, sedangakan perbedaannya penelitian ini mengarah pada pada peningkatan hasil belajar siswa yang lebih memfokuskan pada setiap i perencanaan, pelaksanaan serta hasil dan kendalacommit yang dihadapi to user dalam pelanksanaan discovery.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ni
Luh
(2013),
Rismayani
yang berjudul
“Penerapan
Model
Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa.” Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas X 4 SMA
Negeri
1
Sukasada
discoverylearning. Penelitian
ini
melalui
penerapan
adalah
penelitian
model
pembelajaran
tindakan
kelas
yang
dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi atau evaluasi dan refleksi yang dilakukan di setiap siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 1 Sukasada yang berjumlah 24 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh melalui metode observasi dan wawancara dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif sedangkan data yang diperoleh melalui tes hasil belajar dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar siklus I ke siklus II sebesar 9,2%. Peningkatan ketuntasan klasikal siklus I ke siklus II sebesar 33,4%. Kendala yang dihadapi dalam penerapan model discoverylearning discoverylearning
yaitu siswa belum terbiasa dengan penerapan model
sehingga sangat
sulit
bagi guru untuk
mengeksplorasi
respon-respon siswa. Solusi yang dilakukan adalah memberikan permasalahan di awal pertemuan supaya siswa membaca dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam buku atau sumber belajar yang dia miliki. Berdasarkan penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Persamaan penelitiannya adalah sama–sama penggunaan model discoverydan melihat pengaruh dan hasil dari pembelajaran dengan model discovery
ini
bagi
siswa
maupun
guru
dalam
peningkatan
hasil
belajar.Perbedaaannya adalah mata pelajaran yang digunakan penelitian di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah pada mata pelajaran IPA dan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif sedangkan penelitian Ni Luh Rismayani (2013) adalah mata pelajaran PKn dengan metode penelitian yang dilakukan adalah PTK yang dilakukan dengan dua siklus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Brian J. Foley, Cameron Mc Phee. 2008. “Sudents’ Attitudes Towards Science in Classes Using Hands-On or Textbook Based Curriculum.” Pengembangan dan penggunaan tangan atau praktek pada kurikulum sains di sekolah dasar telah menjadi upaya reformasi utama dari dua dekade terakhir. Tetapi penelitian pada hasil dari upaya ini telah ambigu. Sebuah studi terbaru oleh Pine et al (2006) melaporkan hasil penilaian skala besar pengetahuan ilmu pengetahuan dan keterampilan siswa yang belajar dengan praktek pada ilmu pengetahuan dan siswa yang belajar dengan buku teks. Hasil penelitian mereka menunjukkan skor umumnya rendah pada kinerja penilaian untuk kedua jenis siswa dengan hanya keunggulan kecil untuk praktek siswa (pada salah satu dari empat penilaian). Makalah ini membahas beberapa data tambahan dari yang studi pada sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan topik. Kami menemukan bahwa praktek siswa pada kelas yang umumnya lebih menguntungkan untuk ilmu pengetahuan dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang sifat ilmu daripada siswa yang hanya secara teori. Perbedaan sikap tidak berkorelasi signifikan dengan nilai tes yang dilakukan. Mustafa Cakir. 2008. “Contructivist Approaches to Learning in Science and Their Implications for Science Pedagogy: A Literature Review.” Tulisan ini menarik perhatian literatur dibidang pembelajaran, khususnya, konstruktivisme, perubahan konseptual dan perkembangan kognitif. Ini menekankan kontribusi penelitian tersebut untuk pemahaman kita tentang proses pembelajaran. Literatur ini memberikan panduan untuk guru, disemua tingkatan, dalam usaha mereka untuk memiliki siswa mereka mencapai belajar dengan pemahaman. Penelitian tentang sifat konstruktif siswa proses belajar, tentang siswa model mental, dan siswa kesalahpahaman memiliki implikasi penting bagi guru yang ingin model penalaran ilmiah dalam mode yang efektif bagi siswa mereka. Tulisan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan penelitian ini kepada guru, penulis buku, dan dosen yang terlibat dalam penyusunan guru sains. Tulisan ini dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama konsentrat pada tinjauan kritis dari tiga teori belajar yang paling berpengaruh dan konstruktivis pandangan belajar dan membahas landasan yang di atasnya teori konstruktivis pembelajaran telah berakar. Ini berusaha jawaban atas pertanyaan "Apa yang beberapa prinsip-prinsip commit to userpemikiran konstruktivis yang kita
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus diingat ketika kita mempertimbangkan peran kita sebagai guru sains?". Bagian kedua dari tulisan ini bergerak ke arah menggambarkan sifat konsepsi siswa alternatif, cara mengubah struktur kognitif, dan aspek kognitif belajar dan mengajar ilmu. Matthew B. Etherington. 2011. “Investigative Primary Science: A Problem Based Learning Approach.” Penelitian ini melaporkan keberhasilan menggunakan Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (PBL) sebagai modus pedagogis pembelajaran terbuka ilmu penyelidikan dalam empat tahun sarjana dasar tradisional Program pendidikan guru. Pada tahun 2010, pendekatan pembelajaran berbasis masalah untuk mengajar ilmu utama menggantikan konten tradisional didorong silabus. Selama 13 minggu semester, kohort 150 guru SD preservice memulai Desain dan Membuat proyek untuk memecahkan individual memilih masalah dunia nyata. Selama satu minggu, pra-layanan guru menggunakan modus berbasis masalah pembelajaran dalam hubungannya dengan membuka penyelidikan ilmiah untuk menampilkan model kerja individu (Prototipe) di museum ilmu umum ke sekolah-sekolah, tertarik pemangku kepentingan dan masyarakat
umum.
Model
pembelajaran
PBL
baik
dan
cocok
untuk
direkomendasikan New South Wales Sains dan Teknologi K-6 Silabus Desain dan Membuat proses pembelajaran. PBL Tentu saja memiliki dampak positif pada motivasi guru sebelum layanan 'untuk mengajarkan ide-ide ilmu dalam konteks dunia nyata. Artikel ini melaporkan tentang program ilmu PBL dan menawarkan rekomendasi untuk masa depan instruktur pendidikan ilmu sarjana yang dapat mencakup PBL sebagai bagian dari kurikulum ilmu mereka. Ali Gunay Balim. 2009. “The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills”. Pernyataan Masalah: "Jika bukan karena Tekanan" Dalam penelitian ini, unit dalam program Ilmu dan Teknologi di kelas 7 Dasar adalah ditangani dalam dua cara yang berbeda. Cara pertama adalah pembelajaran penemuan Metode bersama dengan rencana dan kegiatan sehari-hari. Yang kedua adalah Metode pengajaran tradisional. Penelitian ini terutama bertujuan menjawab Pertanyaan: "Bagaimana mengajarkan ilmu melalui pembelajaran penemuan
Pendekatan
mempengaruhi
prestasi
akademik
siswa,
persepsi
penyelidikan keterampilan belajar, dan toretensi commit user pengetahuan?" Tujuan Studi:
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penemuan Metode pembelajaran pada persepsi siswa tentang keterampilan belajar penyelidikan, prestasi akademik, dan retensi pengetahuan. Penelitian ini juga menyelidiki apakah ada perbedaan yang signifikan antara eksperimen dan kelompok kontrol dalam belajar mata pelajaran unit "Jika itu Bukan karena Tekanan?" Dari sudut kognitif dan afektif tingkat belajar. Temuan dan Hasil: Sebuah desain penelitian kuasieksperimental dengan pre-test dan kelompok kontrol pasca-uji yang digunakan dalam penelitian ini. Lima puluh tujuh ketujuh grader berpartisipasi dalam penelitian ini selama jangka waktu musim semi 2006-2007 tahun akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam mendukung dari kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol mengenai rata-rata prestasi akademik, puluhan retensi belajar, dan persepsi skor keterampilan belajar penyelidikan, baik di tingkat kognitif dan afektif. Kesimpulan dan Rekomendasi: Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam mendukung kelompok eksperimen atas kelompok kontrol dalam hal nilai prestasi akademik, persepsi Permintaan skor belajar, dan retensi skor pembelajaran dikedua kognitif dan tingkat afektif . Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa kelompok eksperimen, yang mencetak gol yang tinggi dalam tes pascaprestasi, memiliki tinggi persepsi inkuiri skor keterampilan. Menggunakan pembelajaran penemuan Metode, yang merupakan salah satu dari berbagai metode pengajaran dimana siswa aktif dan dipandu oleh guru, dianggap untuk meningkatkan keberhasilan dan belajar penyelidikan kemampuan siswa lebih dari tradisional metode pengajaran. Behrooz Sahebzadeh, Alireza Kikha. 2013. “Effect of Envirenmental Factors for Teaching of Science on Academic Achievement and Interest of Students and on Their Teachers’ Job Statisfaction.” Bahan-bahan alami dan benda-benda dari lingkungan dan perangkat untuk menjelajahi mereka adalah keharusan untuk belajar awal kegiatan di sekolah. Bahan baku yang dibentuk oleh peran guru dalam bermain dan belajar oleh siswa. Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan lingkungan sebagai media pendidikan aktif untuk kursus ilmu sekolah dasar. Penelitian ini telah menjadi penelitian kuasi-eksperimental. Enam kelas, ketiga kelas dan enam kelas-kelas lain dari kelas lima adalah sampel commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu tes prestasi akademik, ukuran kepentingan akademik dan persediaan kepuasan kerja. T-Test digunakan untuk statistik analisis. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan fasilitas yang ada di lingkungan untuk pengajaran konsep dalam ilmu buku teks memiliki dampak yang signifikan dan positif terhadap prestasi akademik siswa dan kepentingan akademis. Kepuasan kerja guru juga ditingkatkan dalam dua kelas mata pelajaran. Persamaan penelitian Ni Luh Rismayani, Mustafa Cakir adalah, samasama ingin meningkatkan hasil belajar siswa,sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan model pembelajarannya dan pada mata pelajaran yang berbeda, jika pada penelitian Ni Luh Rismayani pada matapelajaran PKn, dalam penelitian ini pada mata pelajaran IPA. Dan dalam penelitian ini juga lebih memfokuskan pada setiap perencanaan, pelaksanaan serta hasil dan kendala yang dihadapi dalam pelanksanaan discovery.
C. Kerangka Berfikir Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Mata pelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.Hasil tes pra
penelitian
untuk
mengetahui
kemampuan dasar siswa dalam pelajaran IPA yang dilaksanakan pada seluruh siswa kelas IV, V dan VI di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus memperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas V. Pada pelaksanaan tes pra penelitian di kelas V, hasil yang diperoleh adalah dari 34 siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang tuntas. Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya hasil belajar siswa dalam
pembelajaran
IPA
adalah
metode
pembelajaran
yang
dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir kreatif
dan
menguasai
konsepcommit berdasarkan to user
penemuan-penemuan
di
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lapangan.Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented.Dengan upaya-upaya dalam penerapan model discovery diharapkan prestasi atau hasil belajar IPA di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dapat meningkat. Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut”
Skema Kerangka Berfikir Metode Pembelajaran Discovery:
Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA kelas V
Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA kelas V (a)
Kendala/Hambatan Gambar. 1 Kerangka Berfikir
commit to user
Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA kelas V
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Menurut Moleong (2007: 4) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan Krik dan Miller dalam (Moleong :2007:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan
orang-orang
tersebut
dalam
bahasanya
dan
dalam
peristilahannya Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya (Sukmadinata, 2006: 94).
2. Desain Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
etnografi.
Studi
etnografi
(ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan caracara hidup (Sukmadinata, 2006: 62). Penelitian ini hanya mengambil 4 sub fokus mengenai a) perencanaan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, b) pelaksanaan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten commit to user
35
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kudus, c) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, d) hasil
model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD N 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan dan alasan adanya keunikan yang dimiliki di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus yang telah melaksanakan berbagai model pembelajaran kecuali model discovery khususnya pada mata pelajaran IPA.
C. Kehadiran Peneliti Menurut Spradley (dalam Harsono, 2008: 158), kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen penelitian dan siswa. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data. Selain itu peneliti juga menjadi siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak lazim atau idiosinkratik (Moleong, 2006: 168-169).Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data. Selain itu peneliti juga menjadi siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Spradley (dalam Harsono, 2008: 158), kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen penelitian dan siswa.
D. Sumber Data Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh sebuah data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data berupa hasil observasi, hasil wawancara, dan dokumentasi. Menurut Lofland dalam Moleong (2006:57) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Nara Sumber Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai subjek penelitian, karena sumber data menyangkut orang mempunyai kedudukan yang sama antara yang diteliti dan peneliti. Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan sebagai orang kunci (key person) atau orang yang berkompeten. Dalam hal ini adalah kepala sekolah, guru, peserta didik kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus 2. Tempat dan aktitivitas Tempat dijadikan sebagai sumber informasi karena dalam pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteks dan setiap situasi sosial selalu melibatkan pelaku, tempat dan aktivitas. Tempat dimaksudkan untuk memperkuat keterangan yang diberikan oleh informan. Tempat yang menjadi lokasi observasi penelitian ini adalah SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data aktivitas siswa diperlukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sumber data aktivitas ini adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA menggunakan model discovery. 3. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2006: 270). Studi dokumentasi dilaksanakan untuk melengkapai data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Data yang diperoleh berupa tulisan, rekaman seperti buku-buku pedoman, laporan resmi, catatan harian, notulen rapat. Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode yaitu: 1. Wawancara Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama (Sutopo 2006: 72). Wawancara mendalam dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka, yang memungkinkan responden memberikan jawaban secara luas. Data yang diperoleh dari wawancara mendalam berupa pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan key informan. Sehubungan dengan hal tersebut maka yang dijadikan informan adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah, Guru dan siswa kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. 2. Observasi Menurut Sutopo (dalam Harsono, 2008: 164), observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, di mana peneliti berperan aktif dalam lokasi studi sehingga benar-benar terlihat dalam kegiatan yang ditelitinya. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Observasi dipakai untuk memahami persoalan-persoalan yang ada di sekitar pelaku dan nara sumber (Harsono, 2008: 165) Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapat data tentang langkahlangkah yang dilakukan guru. Observasi dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan secara aktif untuk memperoleh gambaran dan keterangan riil mengenai sikap dan perilaku informan. Keterangan dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan. Untuk memperoleh data, peneliti berlaku sebagai pengamat sekaligus menjadi anggota utuh dari kelompok yang diamati, sehingga kesan subjektif dapat direndam. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Content Analysis Content analysis merupakan metode pengumpulan data penelitian melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen (antara lain berupa: laporan, notulen rapat, surat, jurnal majalah atau surat kabar). Tujuan content analysis adalah untuk melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif dan sistematik. 4. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2006: 270).Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sidah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2006: 270). Data yang diperoleh dari dokumentasi berupa kutipan, segala macam naskah, catatan program, korespondensi, laporan dan publikasi resmi sekolah. Metode dokumentasi merupakan alat pengumpulan data berupa dokumen-dokumen tertulis seperti Laporan Rencana Pembelajaran, Kurikulum, peraturan-peraturan, notulen rapat dan profil sekolah.
F. Uji Keabsahan Data Moleong (2006:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecek an atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Moleong (2006:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan: “Penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori”. 1. Triangulasi Sumber Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, menurut Moleong (2006:331) hal ini dapat dicapai melalui: a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 2. Triangulasi Metode Triangulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu: a) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penel itian berupa teknik pengumpulan data; b) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3. Triangulasi Peneliti Moleong (2006:331) mengemukakan bahwa: “teknik triangulasi ketiga yaitu dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data”. 4. Triangulasi Teori Moleong (2006:332) mengemukakan bahwa: dilakukan
dengan
menyertakan
usaha
pencarian
Triangulasi dengan teori cara
lainnya
untuk
mengorganisasikan data yang mungkin mengarahkan pada upaya penemuan penelitian lainnya
G. Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dan Tylor dalam Moloeng (2007:280), analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disaranakan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis tersebut, jika dikaji definisi pertama lebih menitik beratkan pada pengorganisasian data. Kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data, dan dari kedua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, analisis data, adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Menurut Miles dan Huberman dalam Moloeng (2007:308), pada dasarnya analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigma positivisme. Analisis data itu dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan apakah: satu atau lebih dari satu situs. Jadi seorang analis sewaktu hendak mengadakan analisis data harus menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan data yang telah dilakukannya satu atau dua situs. 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali. Berikut ini adalah contoh reduksi data: Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai dengan kebutuhan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam mereduksi data setiap peneliti dipandu oleh pertanyaan penelitian yang harus dijawab berdasarkan data. Jawaban pertanyaan tersebut merupakan wujud nyata temuan penelitian. Ketika peneliti menemukan sesuatu (data) yang belum jelas dan belum memiliki pola perlu segera dilakukan pencermatan melalui proses reduksi untuk memahami makna yang terkandung dalam data tersebut. 2. Display data Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data. 3. Kesimpulan dan Verifikasi Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian berlangsung sejalan dengan memberchek, trianggulasi dan audit trail, sehingga menjamin signifikansi hasil penelitian. Analisis data ini dilakukan dengan model interaktif. Proses analisis interaktif dimulai pada waktu pengumpulan data peneliti selalu membuat reduksi data dan kajian data. Artinya data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang dikumpulkan dan dari situ peneliti membuat ringkasan tentang pengertian yang ada yang disebut reduksi data. Setelah selesai, peneliti mulai melakukan usaha menarik kesimpulan dengan verifikasi yang berdasarkan pada reduksi data dan sajian data. Bila data yang ada dalam reduksi data dan sajian data kurang lengkap, maka wajib melakukan pengumpulan data kembali yang mendukung. Dengan analisis interaktif akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai gambaran rencana anggaran dan pembelanjaan biaya pendidikan. Pengumpulan Data Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006 : 231)
Dalam pengambilan kesimpulan perlu diverifikasi dengan melakukan aktivitas ulangan untuk tujuan agar lebih mantap, dengan penelusuran data kembali, dengan mengembangkan ketelitian misalnya mengembangkan
konsensus antarsubjek. Pada
prinsipnya harus dilakukan pengujian validitas data agar simpulan penelitian menjadi bisa dipercaya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis etnografi. Etnografi menurut Sutopo dalam (Mantja 2007: 6) adalah deskripsi analitik atau rekonstruksi commit to user pemain dengan budaya (cultural scene) dan kelompok secara utuh. Tujuan utama
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
etnografi adalah untuk memahami pandangan atau cara hidup seseorang atau sekelompok orang dalam keadaan sesungguhnya. (Mantja, 2007: 6)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Latar Penelitian a.
Letak geografis dan sejarah
SD 2 Karangbener merupakan SD di Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Terletak dijalan Wijaya Kusuma Desa Karangbener Rt 02 Rw V Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Letak geografis SD 2 Karangbener ini terletak di pinggir jalan Propinsi dan berada di lingkungan perumahan masyarakat.Sekolah
ini sudah
terakreditas A. dan dipimpin oleh kepala sekolah ibu Sri Eny Kuswati, S.Pd dengan jumlah guru 13 yang terdiri dari 8 PNS dan 5 GTT/PTT. Pembagian tugas guru sesuai dengan bidang masing-masing. Guru sudah lulus S1 dan bahkan ada 1 guru yang sudah melanjutkan S2. Sebagai SD imbas, SD 2 Karangbener melaksanakan Kurikulum 2006 (KTSP), melakukan penilaian dengan portofolio, sebagai sekolah MBS SD 2 Karangbener ini memiliki manajemen sekolah yang baik, pembelajaran yang PAKEM dan adanya Peran Serta Masyarakat, SD 2 Karangbener melaksanakan TKD, SD ini juga sudah terakreditasi selain itu SD 2 Karangbener ini juga menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan minat, bakat dan kreatifitas siswa. (dokumenSD 2 Karangbener tahun 2013) Sarana prasarana yang dimiliki SD 2 Karangbener sudah dikategorikan cukup lengkap. Berdasarkan dokumen sarana prasarana sekolah bahwa Peralatan Pendidikan: Alat peraga IPA, Alat Peraga IPS, Alat Peraga Matematika, Alat Peraga Bhs.Indonesia, Alat Peraga Bhs Inggris, Alat Peraga Olahraga masingmasing 1 Set. LCD untuk proses pembelajaran dalam keadaan baik dan terdapat di setiap kelas dan perabot sekolah misalnya kursi guru juga dalam keadaan baik juga. SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus selain memiliki sarana prasarana yang cukup memadai juga prestasi akademik dan non akademik dari peserta didik yang baik pula. Berdasarkan hasil dari dokumen prestasi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa prestasi akademik dari hasil rata-rata NEM/UAS siswa 4 (empat) tahun berturut-turut mengalami kenaikan yaitu tahun 2010/ 2011 nilai rata-rata UAS mencapai 7,26, commit to user sedangkan tahun 2011/ 2012 adalah 7,24, tahun 2012/ 2013 mencapai 7,33 namun
44
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahun 2013/2014 nilai rata-rata UAS mengalami penurunan yaitu mencapai 7,23. Adapun Jumlah peserta didik di SD Negeri 2 Karangbener pada tahun 2013/2014 sebanyak 128 siswa yang terdiri dari 56 laki0laki dan 72 perempuan.
b. Visi Dan Misi Visi dan Misi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut:. Visi Sekolah ”Kreatif dan Inovatif dalam pendidikan berlandaskan IMTEK dan IMTAQ untuk meraih prestasi.” Misi Sekolah: 1. Meningkatkan Iman danTaqwa. 2. Kreatif dan inovatif dalam pembelajaran demi menuntaskan Wajar Diknas dan mutu pendidikan. 3. Bertanggungjawab pada pendidikan bangsa. 4. Bekerja keras untuk meraih prestasi berlandaskan kejujuran dan kedisiplinan.(dokumen visi misi SD 2 Karangbener tahun 2013) SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus memiliki tugas pokok dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi penyusunan program kerja sekolah, pengaturan kegiatan belajar mengajar dan bimbingan penyuluhan, penyusunan RKAS dan pendayagunaan buku perpustakaan sekolah. 2. Menyelenggarakan pembinaan siswa. 3. Melaksanakan pembinaan tenaga pendidikan. 4. Menyelenggarakan administrasi sekolah. 5. Memanfaatkan dan memelihara sarana dan prasarana sekolah. 6. Melaksanakan hubungan sekolah degan lingkungan, orangtua siswa atau dengan masyarakat. 7. Melaporkan pelaksanaan pendidikan.(dokumen tugas pokok SD 2 Karangbener tahun 2013)
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sajian Data a. Perencanaan
Penerapan
Pembelajaran
Model
Discovery
pada
Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Model discovery diselenggarakan oleh SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, namun tidak semua guru menyelenggarakan kegiatan dengan model tersebut. Guru kelas V paham akan makna pembelajaran model discovery
dimana
model
pembelajaranini
menekankankepadapengalaman
langsung. Pembelajaran dengan model discovery ini lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Sehingga dengan model discovery diharapkan siswa dapat menemukan konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Konsep pembelajaran dengan model discoveryyang diselenggarakan oleh guru pada pembelajaran IPA dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, kepala sekolah SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut: “Pembelajaran IPA dengan model discovery adalah model pembelajaranyangmenekankankepadapengalaman langsung. Pembelajaran dengan model discovery ini lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Sehingga dengan model discovery diharapkan siswa dapat menemukan konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.” (hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015) Berdasarkan penjelasan guru diatas maka pembelajaran IPA dengan model discovery selalu mengkaitkan materi yang disampaikan kepada peserta didik dengan dengan pengalaman langsung seperti yang disampaikan oleh Ibu Anifahguru kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Pembelajaran IPA dengan model discovery memang mengkaitkan dengan pengalaman langsung yang ditemui oleh peserta didik,agar peserta didik lebih cepat memahami secara nyata dan lebih menarik untuk belajar, sebagai contoh arti mencair dan penguapan. Saya menggunakan media es lalu didinginkan agar mencair dan air tersebut saya panaskan lalu menguap. Selain itu pada saat pembelajaran ekosistem, saya mengajak peserta didik keluar kelas untuk melihat kolam yang ada didepan kelas untuk mengetahui ekosistem apa yang ada didalamnya”. (hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015) commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran IPA dengan model discovery ternyata tidak hanya didalam kelas saja,tetapi bisa dilaksanakan diluar kelas. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Anifah, guru kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut: “Pembelajaran IPA dengan model discovery memang bisa diadakan diluar kelas, membuat peserta didik senang dan tidak jemu dengan suasana kelas, sebagai contoh pada s aat materi makhluk hidup saya ajak siswa keluar kelas lalu dibentuk kelompok yang terdiri dari 5/7 peserta didik untuk menyebutkan 10 macam makhluk hidup dan benda tak hidup dihalaman sekolah. Hal ini membuat siswa lebih kreatif dan mempermudah penghafalan secara langsung kemudian dari makhluk yang ditemukannya tersebut siswa diharapkan untuk mengamati anatomi tubuh makhluk hidup yang diperolehnya tersebut”. (hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015) Pihak
sekolah
menyiapkan
guru
sebelum
menyelenggaranan
pembelajaran dengan model discovery, persiapan dilakukan secara matang seperti yang disampaikan oleh ibuKepala Sekolah SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus berikut ini: “Untuk mempersiapkan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan model discovery maka saya sering mengadakan rapat peninjauan sebelum ajaran baru, memberikan motivasi dan mengikutsertakan guru dalam kegiatan workshop/ penataran yang menunjang mereka dalam mengajar”.(hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa pembelajaran dengan model discovery adalah pembelajaran yang memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Sehingga dengan mengaplikasikan model DiscoveryLearning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri siswa yang bersangkutan serta pelaksanaannya bisa didalam ataupun luar kelas. Persiapan guru yang matang perlu digalakkan,oleh sebab itu kepala sekolah selalu memberikan tinjauan dalam pengadaan rapat,memotivasi guru serta mengirim guru dalam pelaksanaan workshop/ pelatihan yang diadakan diluar jam sekolah. Guru yang sudah faham tentang pengertian pembelajaran dengan model discovery menindaklanjuti dengan persiapan penyusunan RPP dan Silabus. Penyusunan RPP dilakukan oleh masing-masing commit to user guru dimana guru dituntut untuk
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kreatif dalam menyusun RPP dengan komponen yang lengkap.Berikut ini penjelasan
Ibu Anifah, guru kelas V
mengenai
persiapan RPP
yang
menggambarkan langkah-langkah pembelajaran model discovery. “Hal yang disiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran model discovery adalah menyiapkan RPP.Pada RPP didalamnya ada SK, KD, Tujuan pembelajaran, metode, scenario pembelajaran atau langkahlangkah kegiatan pembelajaran, LKS, sumber belajar, dan penilaian”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru diatas menjelaskan bahwa dalam penyusunan RPP dan silabus dengan model pembelajaran discovery harus memuat komponenkomponennya sebagai pedoman acuan dalam proses pembelajaran. Seperti yang disampaikan Ibu Anifah, guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus berikut ini: “Hal yang disiapkan dalam pembelajaran dengan model discovery adalah penyusunan RPPdan Silabus. Isi dari RPP ini berbeda pada umumnya. RPP dengan model discovery lebih detail. Yang membedakan RPP pembelajaran model discovery dengan RPP lainnya adalah isi dari RPPpembelajaran model discovery lebih difokuskan pada pengalaman langsung peserta didik agar menemukan pengalaman belajarnya sendiri dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata. Kami menyusun RPP dengan komponen yang lengkap seperti media yang digunakan, sumber belajar yang digunakan, dan juga model pembelajaran.”(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa RPP yang disusun guru SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus cenderung lebih difokuskan pada pengalaman langsung peserta didik agar menemukan pengalaman belajarnya
sendiri
dengan
mengaitkan
materi
dengan
kehidupan
nyata.
Gurumenyusun RPP dengan komponen yang lengkap seperti media yang digunakan, sumber belajar yang digunakan, dan juga model pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil dokumentasi yang peneliti peroleh.Dalam dokumen RPP kelas V terlihat jelas bahwa konteks yang digunakan dalam pembelajaran dalam susunan RPP tersebut adalah penggunaan alat-alat ukur sehingga mampu membangun pemahaman siswa. Hal ini berarti bahwa dalam persiapan pembelajaran IPA dengan model discoveryGuru dituntut menyusun strategi belajar commit to user baru yang lebih memberdayakan
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
peserta didik, Guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik.Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP, Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok sebagai salah satu strategi pembelajaran serta Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan penerapan model pembelajaran discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 KarangbenerKecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa guru menyiapkan RPP sebagai persiapan dalam pembelajaran model discovery. RPP yang disusun difokuskan pada komponen discovery yang menggunakan metode yang membimbing peserta didik untuk menemukan pengalaman belajarnya sendiri.Unsur discovery sangat kental dalam penyusunan RPP dimana guru mencantumkan media yang digunakan, sumber belajar yang digunakan, dan juga model pembelajaran
b. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Pelaksanaan penerapan model discovery di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sudah dilaksanakan sejak lama.Setiap guru kelas menggunakan metode ini untuk mempermudah supaya materi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik. Salah satunya adalah penerapan model discovery pada pembelajaran IPA di kelas V. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Anifah(guru kelas V) menyampaikan bahwa: “Saya biasa menggunakan model pembelajaran ini pada mata pelajaran IPA, sebenarnya tidak hanya pada mata pelajaran ini saja, banyak hal yang bisa saya kaitkan dengan kehidupan nyata misalnya pada alat penafasan ikan atau katak kadang saya bawa anak pada kolam ikan lalu menjelaskan tentang hidupnya diair dan sistem pernafasannya bagaimana”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015) Berdasarkan Penjelasan guru diatas bahwa penerapan pembelajaran IPA sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru kelas V. Hal ini diperkuat lagi oleh Ibu commit to user Herlina Rustianti, S.Pd, guru kelas VI menyampaikan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
”Pembelajaran model discovery adalah metode pembelajaran yang di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir, jika dalam hal ini adalah IPA, saya sering menerapkannya pada proses pembelajaran karena hal ini dilakukan karena membuat siswa kreatif dan suasana kelas menjadi hidup karena peserta didik dituntut untuk aktif dan inovatif”.(hasil wawancara dengan Ibu Herlina Rustianti, S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015) Ternyata pembelajaran IPA dengan model discovery sangat membantu peserta didik dalam memahami maksud dari materi yang disampaikan oleh guru khususnya dalam pelajaran IPA,selain itu siswa menjadi lebih aktif,kreatif dan inovatif sehingga suasana belajar menjadi hidup. Penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery ini dilakukan oleh guru dengan persiapan yang matang dan dimulai dengan kegiatan awal yang inovatif pula,sehingga siswa tertarik untuk mengikuti materi yang akan disampaikan oleh guru. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan guru kelas VISDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus menyatakan bahwa: “Pada saat saya memulai materi baru,saya akan membuat bagaimana siswa saya tertarik dan aktif,saya gunakan gambar-gambar misalnya pada saat menjelaskan tema pertumbuhan,saya tampilkan gambar pertumbuhan manusia, tumbuhan dan hewan. Peserta didik mulai menebak dan bertanya,itulah yang biasa saya lakukan pada kegiatan awal supaya suasana kelas menjadi hidup dan berinteraksi”.(hasil wawancara dengan Ibu Herlina Rustianti, S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)
Hasil wawancara dengan guru kelas VI diperkuat dengan observasi yang dilakukan pada kelas V pada saat pembelajaran IPA. Guru kelas V menggunakan metode gambar, tetapi selain itu Ibu Anifahmenggunakan media lain yaitu video memutar film. Lalu mencertitakan tentang isi film tersebut dan mengkaitkan dengan materi yang akan disampaikan nantinya. Pada saat itu Ibu Anifahmemutar film tentang perubahan kepompong menjadi kupu-kupu atau sering disebut sebagai metamorfosis. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas bahwa pada saat kegiatan awal pembelajaran IPA dengan model discovery guru menggunakan sebuah media baik itu gambar maupun film untuk menarik siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Bukan hanya itu saja, pembelajaran dengan model commit to user discovery dikaitkan dengan pengalaman langsung dan kreatifitas serta
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
imajinasisiswa sehingga dilakukan berbagai cara dan didukung persiapan yang matang untuk menumbuhkan rasatersebut. Pada saat kegiatan pembelajaran IPA dengan model discovery berlangsung. Guru melibatkan proses mental siswa. Sehingga dengan discovery diharapkan siswa dapat menemukan konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.Berdasarkan hasil observasi dikelas V bahwa pada saat pembelajaran berlangsung Ibu Anifah meminta
salah
satu
peserta
didiknya
untuk
mendemonstrasikan
hasil
pengalamannya didepan teman-temannya. Hal ini merupakan salah satu komponen pembelajaran dalam model discovery. Hal Senada juga disampaikan Ibu Herlina Rustianti, S.PdGuru kelas VI SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus menyampaikan berikut ini: “kalau berbicara tentang komponen pembelajaran model discovery sesuai dengan kurikulum yang kita buat sebelumnya, banyak cara untuk mewujudkannya, sama seperti yang dilakukandengan peserta didik mendemonstrasikan berarti itu sudah merupakan pusat perhatian dari peserta didik itu sendiri dan bukan lagi guru. Selain itu juga bisa dengan melibatkan langsung pada proses pembelajaran misalnya kegiatan praktek penguapan dan pencairan serta pemuaian” (hasil wawancara dengan Ibu Herlina Rustianti, S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa discovery dilakukan dengan memberikan materi akhir atau final sedikit demi sedikit dan juga memberikan pengalaman yang bermakna.Hal ini sesuai dengan penjelasanVika Adela, peserta didik kelas VSDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Iya...bu guru sering mengadakan praktek diluar,kita lebih senang dan lebih cepat faham”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik diatas maka dengan pembelajaran praktikum diluar kelas membuat suasana yang berbeda. Hal lain yang membuat peserta didik tertarik dan memberikan kesan yang berbeda commit to materi user getaran, saat observasi dikelas adalah pada saat guru menerangkan tentang
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
guru tersebut memberikan contoh hasil getaran, bahwa hasil getaran bisa dilihat pada kehidupan sehari-hari,guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan percobaan dengan memukulkan penggaris pada meja, lalu muncullah sebuah getaran. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat diketahui bahwa guru mengimplementasi penerapan model discovery dengan memberikan materi final sedikit demi sedikit dan dari materi final yang mudah ke materi yang kompleks.Selain itu guru memberikan pengalaman yang bermakna dengan meminta peserta didik untuk melakukan kegiatan eksperimen. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri atau pengalaman langsung. Pada saat observasi di kelas V Ibu Anifah memberikan materi tentang pengertian metamorfosis,proses terjadinya metamorfosis hewan serta contoh hewan yang mengalaminya. Awalnya Ibu Anifah menjelaskan maksud pembelajaran ini lalu menunjukkan beberapa gambar dan video tentang terjadinya proses metamorfosis sementara siswa diam menyaksikan, suasana kelas begitu tenang, karena siswa dipertunjukkan film tentang metamorfosis. Setelah itu Ibu Anifah membagi kelas menjadi 3 dan memberikan beberapa gambar untuk siswa susun kembali dan menjelaskan didepan kelas. Akhirnya terjadi tanya jawab dalam kesimpulan. Setiap kegiatan pembelajaran selalu diberikan umpan balik.Umpan balik yang dilakukan guru biasanya berupa pemberian pertanyaan untuk mengetahui pemahaman atau penyerapan materi oleh peserta didik.Kegiatan pemberian pertanyaan yang dilakukan guru dijelaskan olehPutri Anisa Rahmawati, peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Ibu guru biasanya memberikan pertanyaan kepada kami, baik pada saat memulai pelajaran ataupun saat selesai penyampaian materi yang diberikan, misalnya pada saat materi fotosintesis, Ibu guru bertanya tentang proses fotosintesis bagaimana? Ciri-ciri tanaman yang melakukan fotosintesis apa? Jika tidak ada peserta didik yang menjawab guru mengambil kesimpulan bahwa murid belum paham dan akan mengulang menjelaskan materi”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015) commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tanggapan peserta didik lainnya ketika guru melakukan kegiatan bertanya dijelaskan oleh Vika Adela, peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Ibu guru selalu memberikan pertanyaan pada saat mengajar, olehkarena itu saya harus belajar giat supaya dapat menjawab pertanyaannya. Kata ibu guru jika kami aktif menjawab dan benar maka nilainya nanti akan bagus.”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kegiatan bertanya dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Melalui kegiatan bertanya tersebut guru dapat mengetahui daya serap peserta didik atau pemahaman peserta didik. Dalam model discovery gurudiharapkan dapat menghidupkan suasana kelas yaitu dengan membentuk kelompok diskusi pada saat pembelajaran. Hal ini diyakini tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik saja, namun juga jiwa sosial peserta didik dimana dalam satu kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan lebih akan memberikan penjelasan kepada peserta didik yang kemampuannya kurang. Kegiatan belajar kelompok dijelaskan oleh Ibu Anifah Guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudussebagai berikut. “Peserta didik dibuat kelompok 4 hingga 5 peserta didik dalam satu kelompok. Kelompok-kelompok ini nantinya akan diberikan materi objek akhir yang akan didiskusikan dan dibuat laporan diskusinya. Laporan diskusi yang berhasil disusun akan dipresentasikan di depan kelas”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa peserta didik tidak hanya aktif dalam melakukan kegiatan bertanya saja, namun juga aktif dalam melakukan interaksi dengan teman-teman dalam satu kelas melalui kegiatan diskusi.Untuk
mengaktifkan
peserta
didik
terutama
dalam
menciptakan
masyarakatbelajar guru IPA menggunakan berbagai macam metode seperti yang dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudussebagai berikut. “Untuk mengkondisikan kelas agar tercipta masyarakat belajar metode yang digunakan adalah discovery learning sehingga terjadi community learning. Dengan menggunakan metode ini peserta didik diminta untuk melakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
diskusi .”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015) Penjelasan guru di atas mengenai penggunaan discovery learning dalam pembelajaran IPA dengan pembelajaran model discovery sesuai dengan hasil dokumentasi yang peneliti peroleh.Dalam dokumen RPP untuk peserta didik kelas V kompetensi dasar “Mendefinisikan Ciri-Ciri Makhluk Hidup”, tertulis beberapa metode pembelajaran.Metode tersebut diantaranya adalah Discovery Learning, Diskusi kelompok, Eksperimen, Observasi, dan Ceramah.Dalam RPP tersebut peserta didik diminta untuk berkelompok dan mendiskusikan materi tentang jenisjenis makhluk hidup dan ciri-cirinya. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui bahwa guru menggunakan kegiatan belajar kelompok untuk menciptakan masyarakat belajar. Peserta didik diajak untuk bertukar pendapat dan juga berbagi pengetahuan dan pengalaman yang ditemui melalui kegiatan diskusi dan juga presentasi. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu setiap kelompok yang mengalami kesulitan. Pada saat pembelajaran guru menyiapkan media video/LCDagar siswa dapat menjelaskan materi yang diperoleh dari pengalamannya tersebutsupaya tampilan penyampaian lebih menarik peserta didik. Beberapa video/LCD pembelajaran yang ditayangkan yang berisi peragaan penggunaan suatu alat yang dapat ditiru oleh peserta didik.Penggunaan video/LCD yang berperan sebagai model dijelaskan oleh oleh Eko PrasetyoKelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Guru kami memberikan kesempatan kepada kami untuk menampilkan beberapa video/LCD misalnya saja cara menggunakan alat mikrosof, jangka sorong. Dari hal tersebut kami jadi lebih paham terhadap materi yang kami pelajari tersebut.Kadang guru mendemonstrasikan penggunaan alat-alat tersebut”.(hasil wawancara dengan oleh Eko Prasetyo, pada tangal 23 Februari 2015) Penjelasan peserta didik di atas memberikan informasi bahwa dalam pemodelan bukan hanya guru atau siswa saja yang menjadi model namun media pembelajaran berupa video dan media LCD juga digunakan oleh guru. Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan commit to user peserta didik. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan berpikir tentang apa yang
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi yang dilakukan guru dijelaskan olehIbu Anifah Guru Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudussebagai berikut. “Kegiatan refleksi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan atau tertulis”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa kegiatan refleksi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang diberikan oleh guru. Penjelasan guru tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Putri
Anisa
RahmawatiPeserta didik Kelas V sebagai berikut. “Pada akhir kegiatan pembelajaran ibuguru sering memberikan kesempatan kami untuk berpikir dan meminta kami untuk mengambil kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan”.(hasil wawancara dengan oleh Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa diakhir kegiatan pembelajaran dilakukan kegiatan refleksi.Kegiatan refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir dan mengambil kesimpulan.
c. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Hasil yang dicapai dari pembelajaran IPA dengan model discovery yang diselenggarakan di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus terlihat dari kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik. Peserta didik merasa lebih paham jika pembelajaran IPA dilakukan dengan model discovery, hal ini seperti yang dijelaskan oleh EkoPrasetyo Kelas V sebagai berikut. “Belajar IPA dengan menggunakan model discovery seperti penggunaan kehidupan nyata sebagai gambaran penyampaian materi lebih menyenangkan dan kami lebih faham karena kami tidak perlu susah payah menghafal tetapi kami bisa memahaminya secara langsung dan menemui pemahaman langsung dari pengalaman langsung yang kami alami sendiri”.(hasil wawancara dengan Eko Prasetyo, pada tangal 23 Februari 2015) Penjelasan peserta didik di atas memberikan informasi bahwa suasana commit to user nyata peserta didik menjadikan yang menyenangkan dan erat dengan kehidupan
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peserta didik mudah dalam menerima materi.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Vika Adela Peserta Didik Kelas V sebagai berikut. “Pembelajaran dengan model discovery menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan, bervariasi mudah dipahami karena berkaitan dengan kehidupan nyata dan pengalaman kami langsung”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23 Februari 2015) Wujud pemahaman dari peserta didik terlihat dari kemampuan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada pembelajaran kelas V materi ciri-ciri makhluk hidup, guru mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya adalah Sebutkan 10 ciri-ciri makhluk hidup? Beberapa peserta didik menjawab pertanyaan guru tersebut denganmengangkat tangan dan peserta didik mulai menjawab. Pertanyaan yang diberikan ibu Anifah terhadap peserta didik diperebutkan, ada yang menjawab bergerak, bernafas, peka terhadap rangsang, memiliki bahan genetika. Ada pula yang melengkapi bahwa ciri makhluk hidup adalah memerlukan makanan, tumbuh, mengeluarkan zat sisa,beradaptasi dan memerlukan suhu tertentu. Berikut hasil penilaian peserta didik kelas V mata pelajaran IPA yangdilaksanakan pada 17 maret 2014. (dokumen penilaian guru kelas V SD 2 karangbener Bae Kudus tahun 2013/2014).
commit to user
57 Tabel 1. DAFTAR NILAI TES TERTULIS MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD 2 KARENGBENER BAE KUDUS TAHUN 2013/2014 NILAI N O
NAMA
15
Daffa Anindya Mohammad Abdul Aziz Mohammad Umar Noverda Luki Rusiana Putri Ryan Adi Saputra Siti Azizul Qowiyah Siti Noorhana Dwi Gita Ayu Asmarani Dina Novia Rochmah Moh Fajar Maulana Mohamad Zakaria Noverda Luki Rusiana Putri Revalina Anggitasari Shavinka Dwi Ristanti Siska Neila Agustina
16
Sugi
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14
1 1
1 2
1 3
1 4
1 5
1 6
1 7
1 8
1 9
2 0
2 1
2 2
2 3
2 4
2 5
2 6
2 7
2 8
2 9
3 0
3 1
3 2
3 3
3 4
3 5
SK O R
NILAI AKHI R
KET .
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
28
80
T
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
27
77,1
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
31
88,6
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
29
82,9
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
27
77,1
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
28
80
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
28
80
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
27
77,1
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
27
77,1
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
31
88,6
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
34
97,1
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
30
85,7
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
29
82,9
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
27
77,1
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
29
82,9
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
31
88,6
T
58 Cahyanti 17
18
19 20
Vika Adelia Wahyu Purnomo Jati Mohamma d Eky Prastyo Dina Novia Rochmah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
32
91,4
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
28
80
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
32
91,4
T
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
30
85,7
T
NA: skor/35 x 100 Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai kognitif produk atau tes yang berupa pilihan ganda peserta didik Kelas V SD 2 Karangbener Bae Kudus telah mencapai ketuntasan yang baik, dari 20 peserta didik, semuanya mampu mencapai KKM mata pelajaran IPA.
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penilaian proses 1) Teknik Penilaian : non tes (pengamatan) 2) Rubrik Penilaian : (terlampir) No
Nama Kelompok
Aspek Penilaian
Ketepatan menjawab pertanyaan Keberanian mengungkapkan pendapat 1 Keberanian menjawab pertanyaan NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 *9/12 x 100 = 75.
Score 1 2
3 V V
4
V x 100
2. Penilaian Afektif a. Teknik Penilaian : non tes b. Rubrik Penilaian : No
Nama Kelompok
1
Kerjasama Menghormati pendapat teman
Aspek Penilaian
Score 1 2
3 v v
4
4
Ketepatan
3 v
Kerapian
v
Keberanian menjawab pertanyaan
v
NA pengamatan : skor yang diperoleh/8 * 6/8 x 100 = 75.
x 100
3. Penilaian Psikomotor a. Teknik Penilaian : non tes (pengamatan) b. Rubrik Penilaian : No Nama Kelompok Aspek Penilaian
Score 1 2
1
NA pengamatan : skor yang diperoleh/12
x 100
*9/12 x 100 = 75.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. DATA HASIL PENILAIAN MATA PELAJARAN IPA PESERTA DIDIK KELAS V SD 2 KARANGBENER BAE KUDUS TAHUN 2013/2014 KKM Nilai IPA Kelas V adalah 70
NO
NILAI KOGNITIF
NAMA
AFEKTIF PSIKOMOTOR
RATAJUMLAH RATA
NILAI AKHIR
KET.
PRODUK PROSES 80 75 75
75
305
76,25
76
T
77 88
66 76
65 75
68 76
276 315
69 78,75
69 79
BT T
82 77 80 80
75 68 76 77
76 67 75 76
74 65 76 78
307 277 307 311
76,75 69,25 76,75 77,75
76 69 76 77
T BT T T
77 77 88 85
77 75 84 81
78 74 78 76
75 72 81 77
307 298 331 319
76,75 74,5 82,75 79,75
77 75 83 80
T T T T
12 97 88 13 85 82 14 82 81 15 77 69 16 82 78 17 91 83 18 80 78 19 Mohammad Eky Prastyo 91 79 20 Dina Novia Rochmah 85 74 JUMLAH SISWA TUNTAS JUMLAH SISWA TIDAK TUNTAS PROSENTASE KETUNTASAN SISWA % PROSENTASE KETIDAKTUNTASAN SISWA %
85 81 75 67 80 81 75 80 75
79 75 76 65 78 80 78 84 72
349 323 314 278 318 335 311 334 306
87,25 80,75 78,5 69,4 79,5 83,75 77,75 83,5 76,5
87 81 79 69 79 84 78 83 76
T T T BT T T T T T 17 3 85% 15%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Daffa Anindya Mohammad Abdul Aziz Mohammad Umar Noverda Luki Rusiana Putri Ryan Adi Saputra Siti Azizul Qowiyah Siti Noorhana Dwi Gita Ayu Asmarani Dina Novia Rochmah Moh Fajar Maulana Mohamad Zakaria Noverda Luki Rusiana Putri Revalina Anggitasari Shavinka Dwi Ristanti Siska Neila Agustina Sugi Cahyanti Vika Adelia Wahyu Purnomo Jati
Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya di dalam kelas saja menjadikan peserta didik aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Aktivitas yang dilakukan peserta didik di dalam kelas dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae commit to user Kabupaten Kudus sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
“Dengan adanya pembelajaran IPA dengan model discovery peserta didik lebih aktif, kreatif dan cepat memahami konsep. Contoh Peserta didik mempelajari besaran ditunjukkan alat dan cara menggunakannya ini merupakan aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan. Peserta didik juga aktif di luar ruang seperti di taman sekolah”.(hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015) Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa peserta didik melakukan berbagai aktivitas di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Kita mudah faham jika belajar tidak hanya teori yang disampaikan guru, tetapi pada saat pembelajaran praktek baik didalam kelas maupun diluar kelas membuat kita lebih mengenal langsung dan faham terhadap materi yang disampaikan misalnya bahwa ciri makhluk hidup itu berkembang, maka pada saat praktek diluar kelas kita adakan penanaman biji akan tumbuh menjadi kecambah, kemudian menjadi tanaman kecil. Jika tanaman tersebut kami siram setiap hari, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang besar. Sedangkan pada saat praktek di dalam kelas misalnya ciri makhluk hidup yang beradaptasi, misalnya saja guru menampilkan video tentang bunglon. bunglon mengubah warna kulitnya sesuai dengan lingkungannya agar keberadaannya tidak diketahui pemangsanya”.(hasil wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015) Aktivitas peserta didik di dalam ruangan tidak hanya melakukan kegiatan pratikum saja namun juga dilakukan kegiatan diskusi,belajar kelompok dan juga presentasi.Aktivitas peserta didik tersebut dijelaskan oleh Eky Prasetyo Kelas V di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Ibu Anifah sering meminta kita buat kelompok diskusi, kemarin pernah memberikan materi diskusi tentang alat penafasan pada hewan diberikan beberapa contoh nama-nama hewan dan suruh mencocokkan hidupnya dimana dan alat pernafasannya apa, heheheh….seru sekali, kita senang saat pembelajaran kelompok begini”.(hasil wawancara dengan Eky Prasetyo, pada tangal 23 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang tadinya di dalam kelas hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru, setelah guru menggunakan model discovery peserta commit to user didik aktif seperti melakukan aktivitas diskusi, penyusunan laporan diskusi dan
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
juga melakukan presentasi di depan kelas. Suasana kelas dengan model discovery lebih terasa hidup, asyik dalam belajar, hal ini lebih menyenangkan daripada siswa belajar dengan suasana yang tenang dan terfokus oleh guru saja. Kemampuan kreatifitas peserta didik juga meningkat hal ini bisa diketahui pada saat observasi dikelas V banyak sekali tempelan syair, peta, gambar, artikel, puisi, komentar, foto tokoh, diagram-diagram yang dibuat oleh peserta didik. Pada saat wawancara dengan ibu Anifah guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus menyampaikan seperti berikut ini: “Saya suka memberikan tugas kepada peserta didik saya untuk mencari gambar–gambar tentang materi yang saya sampaikan lalu nanti kita diskusikan bersama misalnya carilah gambar tentang siklus metamorphosis pada hewan nanti tempel dimading IPA ya…mereka sangat antusias” (hasil wawancara dengan ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran IPA dengan model discovery peserta didik menjadi lebih kreatif.Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya peserta didik, peta, gambar, artikel, puisi, komentar, foto tokoh, diagram-diagram. Hasil belajar peserta didik khususnya untuk mata pelajaran IPA mengalami peningkatan. Peserta didik yang tadinya nilainya rendah mengaku setelah pembelajaran IPA dengan model discovery hasil belajarnya mengalami peningkatan. Hasil belajar peserta didik yang mengalami peningkatan dijelaskan oleh Putri Anisa RahmawatiPeserta didik kelas V sebagai berikut. “Hasil belajar IPA Saya mengalami peningkatan. Hal ini sebagai dampak dari pemahaman dan aktivitas saya yang meningkatkan dalam pembelajaran IPA dengan model discovery. Sebelumnya hasil belajar saya hanya mampu mencapai nilai 6.9 saja. Namun dengan adanya pembelajaran model discoverysehingga dapat meningkatkan motivasi belajar saya hasil belajar saya mengalami peningkatan di ulangan harian berikutnya yaitu menjadi 7.5”.(hasil wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015) Penjelasan peserta didik di atas memberikan informasi bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yang merupakan dampak dari penyelenggaraan pembelajaran model discovery. Hal senada juga dijelaskan oleh Vika Adela peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten commit to user Kudus sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
“Kegiatan yang memberikan suasana pembelajaran yang berbeda, menyenangkan, tidak bikin ngantuk adalah pembelajaran IPA dengan model discovery dimana peserta didik diajak ke lingkungan nyata atau diberikan benda nyata ketika melakukan kegiatan pratikum. Semua aktivitas-aktivitas tersebut membuat saya mengerti dan paham akan materi IPA yang membuat hasil belajar saya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebelumnya hasil belajar saya hanya hanya mencapai nilai 6,5 dan belum mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu 7. Setelah suasana pembelajaran menjadi menyenangkan hasil belajar saya meningkat menjadi 8”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23 Februari 2015) Peningkatan hasil belajar peserta didik yang mencapai nilai KKM sesuai dengan wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Presentase ketuntasan belajar peserta didik mengalami peningkatan. Nilai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah mampu dicapai oleh peserta didik”.(hasil wawancara dengan ibu Eny Sri Kuswati, pada tangal 9 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik atau prestasi belajar peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Peningkatan hasil belajar tersebut menjadikan presentase nilai ketuntasan peserta didik mengalami peningkatan pula. Segala bentuk kemampuan peserta didik dalam pembelajaran model discovery dinilai dengan baik sehingga peserta didik merasa dihargai ketika melakukan aktivitas pembelajaran. Hasil dari pembelajaran model discovery yang membuat peserta didik merasa dihargai dijelaskan oleh buAnifah Guru Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Pengalaman siswa pada kehidupan sehari-hari dapat bermanfaat bagi peserta didik, menghargai seluruh kompetensi peserta didik dengan penilaian autentik, jadi penilaian tidak hanya dari hasil tes yang saya berikan tetapi dari aktifitas peserta didik dan kreativitasnya juga kami nilai”.(hasil wawancara dengan ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa penilaian yang holistik menjadikan peserta didik lebih dihargai. commit to userInformasi ini sesuai dengan hasil
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati Peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Saya senang setiap maju presentasi atau memimpin kelompokku dalam diskusi, ibu guru selalu menilai tampilan kami, jadi kita pada semangat unjuk kebolehan masing masing”.(hasil wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa peserta didik merasa dihargai melalui kegiatan penilaian otentik. Setiap aktivitas peserta didik diberikan penghargaan yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan adanya penilaian otentik tersebut peserta didik merasa termotivasi dan rasa ingin menjadi lebih baik juga meningkat. Berdasarkan uraian serta keterangan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil dari pelaksanaan penerapan model discovery sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedurdan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
d. Kendala yang dihadapi dari PelaksanaanPenerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Sistem evaluasi model discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan dengan model penilaian.Dalam penilaian model discovery tidak hanya prestasi belajar saja yang dinilai tapi juga proses pembelajaran merupakan aspek penting dalam penilaian pembelajaran dengan model discovery.Evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dijelaskan oleh Ibu Anifah Guru Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery ditekankan pada penilaian proses atau sering disebut dengan penilaian autentik, jadi tidak hanya dengan hasil belajar saja tetapi pada saat pembelajaran commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsung kreativitas dan keaktifan siswa kami nilai”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa dalam penilaian model discovery ditekankan pada aspek proses namun juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kegiatan penilaian yang lainnya. System penilaian pembelajaran model discovery dijelaskan pula oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Dalam penilaian memang sangat baik jika dilakukan secara menyeluruh. Namun sebagian besar guru melupakan aspek penilaian proses. Yang difokuskan pada guru adalah hasil belajar peserta didik. Guru kadang lupa bahwa hasil yang baik dipengaruhi oleh proses yang baik pula”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015) Secara lebih rinci penilaian proses yang dilakukan dalam penilaian pembelajaran IPA dengan model discovery dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd,Kepala SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Proses dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses merupakan penilaian yang menitik beratkan sasaran penilaian pada tingkat efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan peserta didik, pola interaksi guru-peserta didik dan keterlaksanaan proses belajar mengajar, sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka panjang dan hasil belajar jangka pendek”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa penilaian yang dilakukan dalam proses pembelajaran IPA dengan model discovery adalah penilaian outentik. Penilaian yang dimaksud adalah penialain yang tidak hanya menilai hasil belajar peserta didik saja namun juga proses pembelajaran yang berlangsung.
Pentingnya
penilaian
proses
ini
adalah
untuk
mengetahui
keterlaksanaanya proses belajar yang dilihat dari aktivitas dan juga interaksi peserta didik. Adapun waktu pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan model
discovery
dilaksanakan commit idealnya setiap to user
kali
melakukan
kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
pembelajaran, namun ada kalanya guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.Waktu pelaksanaan penilaian dijelaskan oleh Anifah Guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Pada saat pembelajaran biasanya saya melakukan kegiatan evaluasi.Misalnya saja penilaian penggunaan mikroskop diambil pada saat anak menggunakan mikroskop”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru IPA di atas memberikan informasi bahwa waktu pelaksanaan proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung terutama pada aspek keaktifan peserta didik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Herlina Rustianti, S.Pd Guru Kelas VI SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Sistem penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan tentu saja selama proses kegiatan pembelajaran. Namun diakhir kegiatan pembelajaran Saya juga melakukan kegiatan evaluasi baik evaluasi formatif maupun sumatif.Evaluasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung dan setelah selesai membahas satu atau beberapa KD. Misalnya saja saat melakukan percobaan peserta didik diamati perilaku atau cara kerjanya dan setelah satu KD dilakukan evaluasi tertulis”.(hasil wawancara dengan Herlina Rustianti, S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan model discovery yang diselenggarakan di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan selama proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran guru mengamati aktivitas peserta didik dan diakhir kegiatan pembelajaran dilakukan tes tertulis sebagai penilaian hasil belajar yang sering disebut dengan evalausi formatif dan sumatif. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa aspek yang dinilai dalam kegiatan penilaian pembelajaran IPA dengan model discovery tidak hanya kemampuan kognitif peserta didik yang terlihat dari hasil belajarnya saja, namun secara keseluruhan termasuk proses penerimaan materi yaitu untuk aktiviats psikomotorik dan juga afektif. Aspek penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pdkepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
“Aspek penilaian pembelajaran IPA meliputi aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotorik”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015) Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa aspek penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan secara menyeluruh.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Anifah Guru Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Kegiatan penilaian dilakukan secara menyeluruh. Selain melakukan kegiatan ujian atau kegiatan tes tertulis banyak hal yang dapat dievaluasi selama proses pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai. Evaluasi tersebut misalnya saja penilaian kinerja (performance), penilaian penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau peoduct), penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio (portfolio), Checklist, dan penilaian sikap”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru di atas mengenai berbagai macam kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery khususnya untuk kinerja sesuai dengan hasil dokumentasi yang peneliti peroleh. Dalam dokumen RPP yang disusun oleh guru kelas V terlihat guru merencanakan kegiatan penilaian proses khususnya untuk menilai kinerja dan juga ketepatan hasil kerja peserta didik. Dalam materi sifat-sifat cahaya, guru menyusun system evaluasi dengan menggunakan teknik penilaian unjuk kerja. Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan yaitu berupa tes kognitif sedangkan tes psikomotorik dan afektif dari pengamatan langsung yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui bahwa kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dilakukan secara menyeluruh. Guru melakukan kegiatan penilaian aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotorik. Untuk aspek kognitif dilakukan dalam bentuk tes tertulis, namun untuk penilaian afektif dan juga psikomotorik dilakukan selama proses penilaian yang dilakukan dengan melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi. Jenis penilaian dalam evaluasi pembelajaran IPA dengan menggunakan model discovery sangat bervariasi seperti yang sudah dijelaskan di atas guru dapat menggunakan berbagai jenis penilaian misalnya saja catatan anekdot, skala sikap, catatan tindakan, konsep pekerjaan, tugas individu, tugas kelompok atau kelas, commit to user diskusi, wawancara, catatan pengamatan, peta perilaku, portofolio, dan lain
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagainya. Dalam menentukan nilai yang akan diberikan kepada peserta didik guru dapat menggunakan cara atau dasar penilaian yang beraneka macam seperti yang dijelaskan oleh Ibu Anifah guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Cara melakukan kegiatan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan model discovery meliputi proyek, laporan kegiatan/eksperimen, PR, Kuis, karya peserta didik, presentasi, dan juga hasil tes tertulis”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa guru menggunakan berbagai macam cara sebagai dasar untuk menilai proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Eky PrasetyoPeserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Banyak yang dilakukan guru dalam melakukan penilaian ada yang berupa tes tertulis, praktik, dan juga pemberian tugas.Untuk penilaian yang berupa tes tertulis dapat berbentuk uraian seperti memberikan pertanyaan “Apa ciri-ciri hewan kelompok antropoda?” serta berbentuk objektif.Untuk tes praktik atas eksperimen biasanya dilakukan dilaboratorium misalnya saja melakukan uji makanan dan juga proses fotosintesis.Sedangkan untuk pemberian tugas biasanya dikaitkan dengan kehidupan nyata misalnya saja mengamati gerak pada tumbuhan langsung”.(hasil wawancara dengan Eky Prasetyo, pada tangal 23 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dasar melakukan kegiatan penilaian atau cara yang digunakan untuk melakukan penilaian dalam proses pembelajaran IPA dengan model discovery sangat variatif. Guru dapat memberikan PR, kuis, tugas, bahkan meminta peserta didik untuk melakukan kegiatan eksperimen atau percobaan. Variasi cara melakukan evaluasi ini membuktikan
bahwa
pembelajaran
dengan
model
discovery
melakukan
pembelajaran secara komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran. Soal-soal yang diberikan melalui proyek, laporan kegiatan/eksperimen, PR, kuis, karya peserta didik, presentasi, dan juga hasil tes tertulis merupakan soalsoal yang berkaitan dengan kehidupan nyata peserta didik. Ditentukannya soal yang berkaitan dengan kehidupan nyata atau soal yang nyata akan mempermudah peserta didik dalam mengerjakan soal dan memberikan gambaran nyata peserta didik commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengenai masalah-masalah nyata dalam kehidupan. Contoh soal yang diberikan kepada peserta didik dijelaskan oleh Ibu Anifah, S.Pd Guru kelas V sebagai berikut. “Ya, soal yang akan dikerjakan oleh peserta didik adalah soal yang berkaitan dengan dunia nyata.Misalnya saja peserta didik diminta untuk mencari artikel jenis makhluk hidup darat, air dan udara dan lain sebagainya.Artikel yang disusun peserta didik tersebut dapat diambil dari berbagai sumber seperti dari internet, majalah, Koran dan lain sebagainya”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa benar adanya jika soal yang diberikan sesuai dengan kehidupan nyata.Informasi ini diperjelas oleh Vika Adela Peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Soal-soal yang diberikan guru berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga saya bisa membayangkan apa yang dimaksud dengan soal tersebut.misalnya saja soal sebutkan ciri-ciri makhluk hidup, saya langsung membayangkan hewan dan tumbuhan bahwa kedua makluk ini melakukan gerakan dan juga berkembang biak. Kadang guru kami juga meminta untuk melakukan pengamatan atau observasi secara langsung misalnya saja diminta untuk melihat sawah dan meminta kami untuk menuliskan rantai makanan yang terdapat di sawah”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23 Februari 2015) Penjelasan peserta didik di atas mengenai soal-soal yang diberikan kepada peserta didik adalah soal yang berkaitan dengan dunia nyata sesuai dengan hasil dokumentasi yang peneliti peroleh.Dalam dokumen RPP kelas V semester I untuk materi ciri-ciri makhluk hidup, terlihat guru menggunakan berbagai macam soal seperti soal tertulis dan juga untuk kerja.Soal-soal yang diberikan tersebut adalah soal yang berkaitan dengan dunia nyata.Untuk soal unjuk kerja peserta didik sudah disediakan benda nyata untuk dilakukan percobaan atau eksperimen tentang reaksi tumbuhan.Berikut ini instrument penilaian yang digunakan guru yang mengaitkan dengan dunia nyata.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3 Tes Unjuk Kerja Peserta didik Jenis rangsangan
Bagian tumbuhan yang diberi rangsangan
Reaksi tumbuhan
Ujung daun Sentuhan
Pangkal daun Batang Ujung daun
Tetesan air
Pangkal daun Batang
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui bahwa soal-soal yang diberikan baik dalam bentuk tertulis maupun uji praktik selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik. Guru berusaha membuat soal yang mampu membuat peserta didik mengembangkan kemampuannya untuk mengaitkan kemampuan akademiknya dengan kehidupan nyata. Soal-soal yang dikaitkan dengan kehidupan nyata akan mempermudah peserta didik untuk menjawabnya sebab peserta didik dapat melihat aktivitas atau kegiatan disekitar kehidupannya untuk menjawab soal-soal yang diberikan guru. Hasil evaluasi yang diperoleh di susun guru dalam laporan akademik yang nantinya akan dilaporkan kepada kepala sekolah dan juga orang tua peserta didik. administrasi yang dilakukan guru IPA kelas V cukup lengkap sebab kepala sekolah mewajibkan guru untuk membuat laporan perkembangan kemampuan peserta didik. Penyusunan laporan hasil evaluasi yang dilakukan guru dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswaty, S.Pd Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Setiap tengah semester Saya meminta buku laporan perkembangan kemampuan peserta didik kepada masing-masing guru.Diawal tahun ajaran baru, saya sudah meminta guru untuk disiplin administrasi sehingga ketika saya meminta data mengenai peserta didik guru tidak kebingungan mempersiapkannya.Data hasil penilaian kemampuan peserta didik itu dibuat secara lengkap baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Orang tua peserta didik juga akan memperoleh informasi mengenai hasil belajar putra-putrinya. Pihak sekolah juga akan melakukan tindakan jika hasil belajar peserta didik masih belum baik”.(hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswaty, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa guru SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus membuat laporan hasil penilaian yang sudah dilakukan. Hasil penilaian yang sudah dibuat akan segera ditindak lanjuti baik oleh guru maupun pihak sekolah jika guru tidak mampu menanganinya. Namun sejauh ini guru mampu melakukan tindak lanjut dari hasil penilaian.Kegiatan tindak lanjut yang dilakukan guru dijelaskan oleh Ibu Anifah Guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut. “Tindak lanjut dari hasil evaluasi ada dua cara yaitu tindak lanjut jika hasilnya belum baik dan tindak lanjut jika hasilnya sudah baik. Untuk tindak lanjut hasil evaluasi yang kurang baik adalah diadakannya kegiatan remedial mengingat nilai peserta didik belum mencapai KKM.Berbeda dengan tindak lanjut untuk hasil belajar yang sudah baik yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan pengayaan”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015) Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa tindak lanjut hasil evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu remedial dan juga pengayaan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Eky PrasetyoPeserta Didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Semarang sebagai berikut. “Guru kami melakukan kegiatan remedial dan pengayaan. Remedial untuk peserta didik yang belum tuntas dan pengayaan dilaksanakan bila materi sudah selesai sebelum materi berikutnya”.(hasil wawancara dengan Eky Prasetyo, pada tangal 23 Februari 2015) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa guru menyusun laporan hasil penilaian.Laporan tersebut berisi seluruh kemampuan peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.Penyusunan laporan dilakukan setiap tengah semester dan akhir semester. Laporan tersebut akan diinformasikan kepada kepala sekolah dan juga orang tua peserta didik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini sehingga nilai mata pelajaran IPA yang mereka dapatkan belum ada peningkatan, selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi yang lumayan banyak memakan waktu sehingga waktu untuk melakukan evaluasi jadi tidak mencukupi.
B. Pembahasan 1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Hasil temuan mengenai perencanaan penerapan model discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa materi yang disampaikan kepada peserta didik akan dikaitkan dengan konsep serta pengalaman langsungdari lingkungan peserta didik. Pembelajaran dengan model discovery adalah pembelajaran yang penyampaiam materinya dikaitkan dengan kehidupan nyata/sehari-hari serta pelaksanaannya bisa didalam ataupun luar kelas. Hal senada juga disampaikan Rahmin T. Husain (2000) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan
model discoverylearning dalam
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut penelitian Rahmin (2000) diperoleh gambaran bahwa penerapan model discoverylearning dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits padasiswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat sudah baik. Hal inidibuktikan dengan penggunaan langkahlangkah
model discoverylearning yang
telahditerapkan
pada
pembelajaran
Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Huyula menunjukkanrespon yang positif. Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yangbelajar. Mereka tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasanguru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materipelajaran yang
sedang
dipelajarinya.
prosespembelajaran
Qur’an
Jadi,
dapat
Hadits
guru
disimpulkan sudah
bahwa
dalam
menerapkan
model
discoverylearning yangmemiliki ciri-ciri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal dan diarahkanuntuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehinggamenumbuhkan rasa percaya sendiri, serta tercapainya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
tujuan penggunaan model discoverylearning yaitu untuk
73 digilib.uns.ac.id
mengembangkan
kemampuan berpikir sistematis, logisdan kritis. Persiapan pembelajaran IPA dengan model discoveryGuru dituntut menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik, Guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik.Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP, Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok sebagai salah satu strategi pembelajaran serta Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Budiningsih, 2005 bahwa penyusunan pembelajaran dengan Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Perencanaan pembelajaran dengan model discovery pada pembelajaran IPA maka guru perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: a. Guru menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik. b. Guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik. c. Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan. d. Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok. e. Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Keistimewaan perencanaan terhadap model pembelajaran discovery pada pelajaran IPA adalah susunan Silabus dan RPP tentang mata pelajaran IPA diketahui apakah sudah sesuai dengan pedoman perencanaan atau tidak, sehingga sebelum penerapan pembelajaran model discovery mata pelajaran IPA kelas V nantinya guru harus lebih menyempurnakan jika tidak terjadi kesalahan dalam penyusunanya. 2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Penerapan metode discovery di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae commit to user Kabupaten Kudus sudah dilaksanakan sejak lama.Setiap guru kelas menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
model ini untuk mempermudah supaya materi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik.Penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery ini dilakukan oleh guru dengan persiapan yang matang dan dimulai dengan kegiatan awal yang inovatif pula,sehingga siswa tertarik untuk mengikuti materi yang akan disampaikan oleh guru. Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Indarti, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati (2013), Penelitian inidilaksanakan tujuan
untuk
dengan
membuktikan kemampuan memecahkan masalah siswa yang
menggunakan model pembelajaran discoverylearning lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Penerapan pembelajaran dengan model discovery pada pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan dengan persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk menunjang penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video serta LCD. Hal tersebut dilakukan sebagai kegiatan awal dalam proses penerapan model discovery. Misalnya pembelajaran praktikum diluar kelas membuat suasana yang berbeda. Hal lain yang membuat peserta didik tertarik dan memberikan kesan yang berbeda adalah pada saat guru menerangkan tentang materi getaran, saat observasi dikelas guru tersebut memberikan contoh hasil getaran, bahwa hasil getaran bisa dilihat pada kehidupan sehari-hari,guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan percobaan dengan memukulkan penggaris pada meja, lalu muncullah sebuah getaran. guru mengimplementasi konsep dengan memberikan materi sedikit demi sedikit dan dari materi yang mudah ke materi yang kompleks. Selain itu guru memberikan pengalaman yang bermakna dengan meminta peserta didik untuk melakukan kegiatan eksperimen. Dalam model discovery gurudiharapkan dapat menghidupkan suasana kelas yaitu dengan membentuk kelompok diskusi pada saat pembelajaran. Hal ini diyakini tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik saja, namun juga jiwa sosial peserta didik dimana dalam satu kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan lebih akan memberikan penjelasan kepada peserta didik yang kemampuannya kurang.Kegiatan belajar kelompokmemberikan informasi commit to user bahwa peserta didik tidak hanya aktif dalam melakukan kegiatan bertanya saja,
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
namun juga aktif dalam melakukan interaksi dengan teman-teman dalam satu kelas melalui kegiatan diskusi. Kemudian tahap model discovery juga dapat dilakukan dengan kegiatan pemodelan baik yang dilakukan sendiri maupun melalui bantuan video dan layar LCD.Pemodelan yang dimaksud adalah menyajikan materi agar dapat ditiru oleh peserta didik.Jika guru menggunakan video, maka isi video menyajikan penggunaan alat atau demonstrasi materi lainnya seperti penggunaan alat mikrosof dan jangka sorong.Setelah guru mendemonstrasikan penggunaa alat peserta didik diminta untuk meniru dan diharapkan mampu menggunakannya dengan baik. Permodelan kadang dilakukan oleh guru dengan mendatangkan peserta didik lain yang berprestasi misalnya kakak kelas yang mencapai nilai IPA terbaik di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan berpikir tentang apa yang sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir dan mengambil kesimpulan. Keistimewaan terhadap penerapan pelaksanaan pembelajaran model discovery
adalah
pelaksanaan
pembelajarannya
diketahui
apakah
ada
penyimpangan dari perencanaan atau tidak, sehingga guru harus lebih dioptimalkan jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan uraian dan keterangan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus didapat hasil bahwa dalam pelaksanaan penerapan model discovery ini telah sesuai dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan commit to user ruang yang cukup bagi prakarsa,
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Hasil yang dicapai dari pembelajaran IPA dengan model discovery yang diselenggarakan di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus terlihat dari kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik.Peserta didik merasa lebih paham jika pembelajaran IPA dilakukan dengan model discoverywujud pemahaman dari peserta didik terlihat dari kemampuan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Chusni Mubarok (2014),
yang
bertujuan
untuk:
(1)
Mengetahui
pengaruh
model
pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi melakukan instalasi sound system. (2) Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran DiscoveryLearning. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Quasi Experimental Design menggunakan desain Posttest Only Control Group Design di mana terdapat kelas eksperimen dengan model pembelajaran DiscoveryLearning dan kelas kontrol dengan model pembelajaran langsung, yang selanjutnya diberikan Posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda. Pemahaman peserta didik tersebut didukung dengan suasana yang menyenangkan dan juga materi yang dikaitkan dengan materi yang nyata.Setiap pertanyaan dijawab dengan baik oleh peserta didik.Peserta didik belajar melalui pengalaman langsung dan bukan menghapal selain itu peserta didik mampu mengkonsep pengetahuan di benak mereka sendiri.Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya di dalam kelas saja menjadikan peserta didik aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang tadinya di dalam kelas hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru, setelah guru menggunakan model discovery peserta didik aktif seperti melakukan aktivitas diskusi, penyusunan laporan diskusi dan juga melakukan presentasi di depan kelas. Suasana kelas dengan model discovery lebih terasa hidup, ramai dan menyenangkandalam pembelajarannya, hal ini lebih menyenangkan daripada kita belajar dengan suasana yang tenang dan terfokus oleh guru saja. Antusias siswa dalam proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh guru meningkat, hal itu bisa dilihat dengan adanya keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran IPA. Suasana pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan memberikan kenyamanan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa sangat menikmati kegiatan yang dilaksanakan mulai dari pemodelan, percobaan,tanya jawab, maupun diskusi. Gurusenantiasa memotivasi dan membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, agar siswa semakin bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar peserta didik kelas V khususnya untuk mata pelajaran IPA mengalami peningkatan.Peserta didik yang tadinya nilainya rendah mengaku setelah pembelajaran IPA dengan pembelajaran model discovery hasil belajarnya mengalami peningkatan, terbukti dari nilai yang sudah melebihi KKM.Setiap aktivitas peserta didik diberikan penghargaan yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik.Dengan adanya penilaian outentik tersebut peserta didik merasa termotivasi dan rasa ingin menjadi lebih baik juga meningkat.Berdasarkan hal-hal yang
telah
disampaikan
pembelajarandiscovery
di
sangat
atas, tepat
membuktikan untuk
penggunaan
mengatasi
model
permasalahan
pembelajaranyang terdapat di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Dari hasil penilaian peserta didik di kelas V SD 2 Karangbener Kudus diperoleh data bahwa jumlah peserta didik di kelas V ada 20 orang anak. Dari 20 orang anak tersebut 3 di ataranya yaitu Mohammad Abdul Aziz, Ryan Adi Saputra, Siska Neila Agustina nilainya belum mencapai KKM mata pelajaran IPA. Namun 17 dari 20 anak di kelas tersebut telah mencapai KKM mata pelajaran IPA. commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari sini dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan mengunakan metode Discoverydikelas V SD 2 Karangbener Kudus dikatan berhasil karena 75 % lebih dari jumlah anak yang ada di kelas V berhasil mendapatkan nilai yang mencapai KKM mata pelajaran IPA.
4. Kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini sehingga nilai mata pelajaran IPA yang mereka dapatkan belum ada peningkatan, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi. Penelitian ini sesuai denga penelitian yang dilakukanNi Luh Rismayani (2013), yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas X 4 SMA
Negeri
1
Sukasada
discoverylearning. Penelitian
melalui
ini
adalah
penerapan
model
penelitian
tindakan
pembelajaran kelas
yang
dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi atau evaluasi dan refleksi yang dilakukan di setiap siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 1 Sukasada yang berjumlah 24 orang. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini sehingga nilai mata pelajaran IPA yang mereka dapatkan belum ada peningkatan, selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi yang lumayan banyak memakan waktu sehingga waktu untuk melakukan evaluasi jadi tidak mencukupi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan 1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ini dalam perencanaan RPP sudah terdapat beberapa tujuan dan indicator yang harus terlaksana dan waktu dalam perencanaan pembelajaran yang cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dalam memberikan penerapan model discovery nantinya pada siswa sehingga perencanaan dapat tercapai dan tersusun dengan baik. Hanya saja dalam pembelajarannya dalam RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus didapat hasil bahwa dalam evaluasi pelaksanaan penerapan model discovery ini telah sesuai dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut. commit to user
79
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Pelaksanaan penerapan model discoverydi kelas V pada mata pelajaran IPA sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
4. Kendala yang dihadapi dari Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.
B. Implikasi 1. Jika perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan secara lebih detail pada penyusunan RPP dan RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi maka konsep dasar penyusunan ini akan berjalan dengan baik sehingga diharapkan pada pelaksanaan dapat mengacu pada penyusunan RPP ini. 2. Jika PelaksanaanPenerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan secara rutin maka keberhasilan dari tujuan pembelajaran dapat tercapai. commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konsep pelaksanaan yang mengacu pada sintaq yang sudah ditetapkan dalam rangkain RPP 3. JikaHasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus mengacu pada standar penilaian yang sudah ditetapkan untuk mengukur keberhasilan dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai maka hasil penerapan pembelajaran dapat terlihat dengan jelas dan baik sehingga bisa dijadikan sebuah evaluasi pada pembelajaran berikutnya 4. Jika Kendala Yang dihadapi dalam PelaksanaanPenerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dapat diminimalisir dan bahkan dapat ditindak lanjuti segera, maka pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
C. Saran-Saran Saran-saran penulis untuk SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah : 1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan model discovery ataupun pendekatan lain yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran. 2. Bagi
siswa
diharapkan
dapat
memiliki
pemahaman
tentang
konsep
pembelajaran IPA dengan model discovery sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar. 3. Bagi
sekolah
diharapkan
dapat
memberikan
meningkatkan
kualitas
pembelajaran IPA melalui model discovery sehingga siswa dapat menyesuaikan pemahaman dengan konteks kehidupan sehari-hari. 4. Bagi Khalayak Umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran dengan model discovery.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Buku Referensi Amin, M., (1987), Mengajar Ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan menggunakan metode discovery dan inkuiri, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan dan Tinggi, Yogyakarta. AnasSudijono. 2008. Persada.
Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Penerbit: Bumi aksara, Jakarta. Budimansyah, Dasim. 2005. Model Pembelajaran Portofolio Sosiologi. Bandung : PT. Genesindo. Dalyono. 1996.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pengkajian 13 Indikator Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Jakarta. Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara Harsono.
2008. Pengantar Kedokteran UGM.
Problem
Based
Learning.
Yogyakarta:
Fakultas
Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. Ke-2 Husein Umar, 2003, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. Mantja, W. 2007.Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas Miftahul Huda. 2013.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Moh. Amien.1987. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Offset, Bandung. Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rusman. 2010. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Siswanto. 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta. Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Sutopo.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Usman Samatowa. 2003. Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta : Depdiknas. Wiji Suwarno. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Jurnal Balım, A., G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills.Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational Research, 35, 1-20. Behrooz Sahebzadeh, et al. 2013. Effect of Envirenmental Factors for Teaching of Science on Academic Achievement and Interest of Students and on Their Teachers’ Job Statisfaction.International Journal on New Trends in Education and Their Implications April 2013 Volume: 4 Issue: 2 Article: 08 ISSN 1309624. Brian J. Foley. 2008. Students’ Attitudes towards Science in Classes Using Hands-On or Textbook Based Curriculum. Contract grant sponsor: National Science Foundation, EHR, REC9980494. Correspondence to: Brian Foley
[email protected]. AERA 2008, Foley & McPhee. Etherington, Matthew B. (2011) "Investigative Primary Science: A Problem-based Learning Approach," Australian Journal of Teacher Education: Vol. 36: Iss. 9, Article 4. Available at: http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol36/iss9/4 Mustafa Cakir. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science and Their Implications for Science Pedagogy: A Literature Review. International Journal of Environmental & Science Education Vol. 3, No. 4, October 2008, 193-206 Internet AriniArtikel pembelajaran IPA, Ruangcommit lingkupto pembelajaran IPA, Tujuan dan ruang user lingkup pendidikan, Tujuan pembelajaran IPA Leave a comment. (http
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
://arini.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaranilmu-pengetahuan-alam-sdm) Di Unduh Tgl. 20 januari 2014. Khalimah. 2010. PengetahuanAlamhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/08/IlmuPengetahuan-Alam
Ilmu
Witoyo Bowo 2009. Manajemen pelatihan dan Sumber Daya Manusia (On Line). http://www.scribd.com/doc/7792360/Training-Process-Manajemen-SumberDayaManusia, 10 September 2009
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LAMPIRAN
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 1. Catatan Lapangan dengan Kepala Sekolah CATATAN LAPANGAN WAWANCARA NO. 1
No Catatan
: 1
Jenis
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Senin, 9 Februari 2015
Waktu
: 09.30 – 10.00 WIB
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.
Pengamat
: Nurwati (P)
Subjek
: Eny Sri Kuswati, S.Pd, selaku Kepala Sekolah. (ES)
Topik
:
Konsep
pembelajaran
model
discoverypada
pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
(P)
:“Bagaimana konsep model discoverypada pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(ES)
:“Pembelajaran
IPA
dengan
model
discovery
adalah
model
pembelajaranyangmenekankankepada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan model discovery ini lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Sehingga dengan model discovery diharapkan siswa dapat menemukan konsep– konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.” (P)
:”Bagaimana persiapan dalam penerapan pembelajaran model discoverydi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus”?
(ES)
:“Untuk mempersiapkan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan model discovery maka saya sering mengadakan rapat peninjauan sebelum ajaran baru, memberikan motivasi dan mengikutsertakan guru dalam kegiatan workshop/ penataran yang menunjang mereka dalam mengajar”. Selain itu hal lain yang juga harus disiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran model userRPP didalamnya ada SK, KD, discovery adalah menyiapkan commit RPP. to Pada
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indikator,
Tujuan
pembelajaran,Materi
ajar,Alokasi
waktu,
metode
Pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, Penilaian Hasil Belajar, , sumber belajar, ”. (P)
:”Bagaimana cara guru IPA dalam mengkondidikan kelas dalam pembelajaran”?
(ES)
:“Untuk mengkondisikan kelas agar tercipta masyarakat belajar metode yang digunakan adalah discovery learning sehingga terjadi community learning. Dengan menggunakan metode ini peserta didik diminta untuk melakukan diskusi .”.
(P)
:“Menurut ibu, bagaimana model pembelajaran discovery dalam pembelajaran IPA yang diterapkan guru di SD 2 Karangbener Bae Kudus”?
(ES)
:“Dengan adanya pembelajaran IPA dengan model discovery peserta didik lebih aktif, kreatif dan cepat memahami konsep. Contoh Peserta didik mempelajari besaran ditunjukkan alat dan cara menggunakannya ini merupakan aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan. Peserta didik juga aktif di luar ruang seperti di taman sekolah”.
(P)
:”Bagaimana ketuntasan hasil belajar di SD 2 Karangbener Bae Kudus ini”?
(ES)
:“Presentase ketuntasan belajar peserta didik mengalami peningkatan. Nilai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah mampu dicapai oleh peserta didik”.
(P)
: “Bagaimana Penilaian hasil pembelajaran yang guru lakuakan?"
(ES)
: “Dalam penilaian memang sangat baik jika dilakukan secara menyeluruh. Namun sebagian besar guru melupakan aspek penilaian proses. Yang difokuskan pada guru adalah hasil belajar peserta didik. Guru kadang lupa bahwa hasil yang baik dipengaruhi oleh proses yang baik pula”.Proses dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses merupakan penilaian yang menitik beratkan sasaran penilaian pada tingkat efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan peserta didik, pola interaksi guru-peserta didik dan keterlaksanaan proses belajar mengajar, sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka panjang dan hasil belajar jangka pendek”.
(P)
: “Aspek apa saja yang di nilai guru dalam pembelajaran IPA? commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(ES)
:“Aspek penilaian pembelajaran IPA meliputi aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotorik”.
(P)
:“Bagaimana tindak lanjut yang Ibu kepala lakuakan terkait model pembelajaran yang dilakuakan oleh guru di SD 2 Karangbener Bae Kudus”?
(ES)
:“Setiap tengah semester Saya meminta buku laporan perkembangan kemampuan peserta didik kepada masing-masing guru. Diawal tahun ajaran baru, saya sudah meminta guru untuk disiplin administrasi sehingga ketika saya meminta
data
mengenai
peserta
didik
guru
tidak
kebingungan
mempersiapkannya. Data hasil penilaian kemampuan peserta didik itu dibuat secara lengkap baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Orang tua peserta didik juga akan memperoleh informasi mengenai hasil belajar putraputrinya. Pihak sekolah juga akan melakukan tindakan jika hasil belajar peserta didik masih belum baik”.
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 2. Catatan Lapangan dengan Guru CATATAN LAPANGAN WAWANCARA
NO. 2 No Catatan
: 2
Jenis
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Sabtu, 14 Februari 2015
Waktu
: 10.00-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Guru SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.
Pengamat
: Nurwati (P)
Subjek
: Anifah, S.Pd, selaku Guru Kelas V (AF)
Topik
:
Konsep
pembelajaran
model
discoverypada
pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
(P)
:“Bagaimana konsep model discoverypada pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(AF)
:“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang mengkaitkan dengan pengalaman langsung yang ditemui oleh peserta didik,agar peserta didik lebih cepat memahami secara nyata dan lebih menarik untuk belajar, sebagai contoh arti mencair dan penguapan. Saya menggunakan media es lalu didinginkan agar mencair dan air tersebut saya panaskan lalu menguap. Selain itu pada saat pembelajaran ekosistem, saya mengajak peserta didik keluar kelas untuk melihat kolam yang ada didepan kelas untuk mengetahui ekosistem apa yang ada didalamnya”.
(P)
:“Apakah Penerapan Model discoverypada pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus selalu dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas?”
(AF)
:“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang bisa diadakan diluar kelas, membuat peserta didik senang dan tidak jemu dengan suasana kelas, user saya ajak siswa keluar kelas lalu sebagai contoh pada saat materi commit makhluktohidup
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibentuk kelompok yang terdiri dari 5/7 peserta didik untuk menyebutkan 10 macam makhluk hidup dan benda tak hidup dihalaman sekolah. Hal ini membuat siswa lebih kreatif dan mempermudah penghafalan secara langsung kemudian dari makhluk yang ditemukannya tersebut siswa diharapkan untuk mengamati anatomi tubuh makhluk hidup yang diperolehnya tersebut”. (P)
:”Bagaimana persiapan guru dalam penerapan pembelajaran model discoverydi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(AF)
:“Hal yang disiapkan dalam pembelajaran dengan model discovery adalah penyusunan RPPdan Silabus. Isi dari RPP ini berbeda pada umumnya. RPP dengan model discovery lebih detail. Yang membedakan RPP pembelajaran model discovery dengan RPP lainnya adalah isi dari RPP pembelajaran model discovery lebih difokuskan pada pengalaman langsung peserta didik agar menemukan pengalaman belajarnya sendiri dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata. Kami menyusun RPP dengan komponen yang lengkap seperti media yang digunakan, sumber belajar yang digunakan, dan juga model pembelajaran.”
(P)
:”Bagaimana penerapan pembelajaran model discovery yang ibu terapkan di SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(AF)
:“Saya biasa menggunakan model pembelajaran ini pada mata pelajaran IPA, sebenarnya tidak hanya pada mata pelajaran ini saja, banyak hal yang bisa saya kaitkan dengan kehidupan nyata misalnya pada alat penafasan ikan atau katak kadang saya bawa anak pada kolam ikan lalu menjelaskan tentang hidupnya diair dan sistem pernafasannya bagaimana”.
(P)
:”Bagaimana cara ibu mengkondusifkan suasana kelas dengan pembelajaran model discovery ?”
(AF)
:“Peserta didik dibuat kelompok 4 hingga 5 peserta didik dalam satu kelompok. Kelompok-kelompok ini nantinya akan diberikan materi objek akhir yang akan didiskusikan dan dibuat laporan diskusinya. Laporan diskusi yang berhasil disusun akan dipresentasikan di depan kelas”.
(P)
:”Bagaimana ibu melakukan refleksi atas pembelajaran yang ibu berikan kepada anak-anak?” commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(AF)
:“Kegiatan refleksi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan atau tertulis”.
(P)
:“Menurut ibu, bagaimana efek dari model pembelajaran discovery yang ibu terapkan dalam pembelajaran IPA”?
(AF)
:“Kita mudah faham jika belajar tidak hanya teori yang disampaikan guru, tetapi pada saat pembelajaran praktek baik didalam kelas maupun diluar kelas membuat kita lebih mengenal langsung dan faham terhadap materi yang disampaikan misalnya bahwa ciri makhluk hidup itu berkembang, maka pada saat praktek diluar kelas kita adakan penanaman biji akan tumbuh menjadi kecambah, kemudian menjadi tanaman kecil. Jika tanaman tersebut kami siram setiap hari, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang besar. Sedangkan pada saat praktek di dalam kelas misalnya ciri makhluk hidup yang beradaptasi, misalnya saja guru menampilkan video tentang bunglon. bunglon mengubah warna kulitnya sesuai dengan lingkungannya agar keberadaannya tidak diketahui pemangsanya”.
(P)
:“Bagaimana hasil dari penerapan model pembelajaran discovery dalam pembelajaran IPA:?
(AF)
:“Saya suka memberikan tugas kepada peserta didik saya untuk mencari gambar–gambar tentang materi yang saya sampaikan lalu nanti kita diskusikan bersama misalnya carilah gambar tentang siklus metamorphosis pada hewan nanti tempel dimading IPA ya…mereka sangat antusias”
(P)
:“Bagaimana penilaian hasil belajar yang ibu lakuakan pada model pembelajaran discovery”?
(AF)
:“Kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery ditekankan pada penilaian proses atau sering disebut dengan penilaian autentik, jadi tidak hanya dengan hasil belajar saja tetapi pada saat pembelajaran berlangsung kreativitas dan keaktifan siswa kami nilai. Pengalaman siswa pada kehidupan sehari-hari dapat bermanfaat bagi peserta didik, menghargai seluruh kompetensi peserta didik dengan penilaian autentik, jadi penilaian tidak hanya dari hasil tes yang saya berikan tetapi dari aktifitas peserta didik dan kreativitasnya juga kami nilai”. Selaian itu, pada saat pembelajaran biasanya commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saya melakukan kegiatan evaluasi. Misalnya saja penilaian penggunaan mikroskop diambil pada saat anak menggunakan mikroskop”. (P)
:“Selain hal tersebut tadi, adakahl hal lain yang ibu lakukan dalam kegiatan penialaian”?
(AF)
:“Kegiatan penilaian dilakukan secara menyeluruh. Selain melakukan kegiatan ujian atau kegiatan tes tertulis banyak hal yang dapat dievaluasi selama proses pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai. Evaluasi tersebut misalnya saja penilaian kinerja (performance), penilaian penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau peoduct), penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio (portfolio), Checklist, dan penilaian sikap”.
(P)
:“Bagaiamana cara ibu melakukan Evaluasi dalam pembelajaran IPA ?
(AF)
:“Cara melakukan kegiatan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan model discovery meliputi proyek, laporan kegiatan/eksperimen, PR, Kuis, karya peserta didik, presentasi, dan juga hasil tes tertulis”.
(P)
:“Soal yang bagaiaman yang ibu berikan kepada peserta didik ibu”?
(AF)
:“Ya, soal yang akan dikerjakan oleh peserta didik adalah soal yang berkaitan dengan dunia nyata. Misalnya saja peserta didik diminta untuk mencari artikel jenis makhluk hidup darat, air dan udara dan lain sebagainya. Artikel yang disusun peserta didik tersebut dapat diambil dari berbagai sumber seperti dari internet, majalah, Koran dan lain sebagainya”.
(P)
:“Bagaimana tindak lanjut yang ibu lakuakan setelah mendapatkan hasil belajar siswa?
(AF)
:“Tindak lanjut dari hasil evaluasi ada dua cara yaitu tindak lanjut jika hasilnya belum baik dan tindak lanjut jika hasilnya sudah baik. Untuk tindak lanjut hasil evaluasi yang kurang baik adalah diadakannya kegiatan remedial mengingat nilai peserta didik belum mencapai KKM. Berbeda dengan tindak lanjut untuk hasil belajar yang sudah baik yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan pengayaan”.
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CATATAN LAPANGAN WAWANCARA NO. 3
No Catatan
: 3
Jenis
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Sabtu, 21 Februari 2015
Waktu
: 10.30-11.00 WIB.
Tempat
: Ruang Guru SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.
Pengamat
: Nurwati (P)
Subjek
: Herlina Rustianti, S.Pd, selaku Guru Kelas VI. (HR)
Topik
:Konsep
pembelajaran
model
discoverypada
pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
(P)
:”Bagaimana konsep pembelajaran model discovery yang ibu terapkan di SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(HR) :”Pembelajaran model discovery adalah metode pembelajaran yang di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir, jika dalam hal ini adalah IPA, saya sering menerapkannya pada proses pembelajaran karena hal ini dilakukan karena membuat siswa kreatif dan suasana kelas menjadi hidup karena peserta didik dituntut untuk aktif dan inovatif”. (P)
: “Apa komponen-komponen dalam pembelajaran model discovery?”
(HR) :“Kalau berbicara tentang komponen pembelajaran model discovery sesuai dengan
kurikulum
mewujudkannya,
yang
sama
kita seperti
buat yang
sebelumnya,
banyak
dilakukandengan
cara
untuk
peserta
didik
mendemonstrasikan berarti itu sudah merupakan pusat perhatian dari peserta didik itu sendiri dan bukan lagi guru. Selain itu juga bisa dengan melibatkan langsung pada proses pembelajaran misalnya kegiatan praktek penguapan dan pencairan serta pemuaian”. (P)
:”Bagaimana Penilaian hasil belajar yang ibu lakuakan di kelas VI”? commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(HR) :“Sistem penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan tentu saja selama proses kegiatan pembelajaran. Namun diakhir kegiatan pembelajaran Saya juga melakukan kegiatan evaluasi baik evaluasi formatif maupun sumatif. Evaluasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung dan setelah selesai membahas satu atau beberapa KD. Misalnya saja saat melakukan percobaan peserta didik diamati perilaku atau cara kerjanya dan setelah satu KD dilakukan evaluasi tertulis”.
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3. Catatan Lapangan dengan Siswa CATATAN LAPANGAN WAWANCARA NO. 4
No Catatan
: 4
Jenis
: Wawancara
Hari/Tanggal
: Senin, 23 Februari 2015
Waktu
: 09.00 – 09.30 WIB
Tempat
: di SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.
Pengamat
: Nurwati (P)
Subjek
: Vika Adela (VA), Putri Anisa Rahmawati (AR), Eky Prasetyo (EP), selaku siswa-siswi di SD 2 Karangbener.
Topik
:
Konsep
pembelajaran
model
discoverypada
pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
(P)
:“Apakh ibu guru pernah melakukan praktek-praktek dalam pembelajaran?”
(VA) :“Iya...bu guru sering mengadakan praktek diluar,kita lebih senang dan lebih cepat faham”. (P)
:“Apa yang biasanya dilakuakan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas?”
(AR) : “Ibu guru biasanya memberikan pertanyaan kepada kami, baik pada saat memulai pelajaran ataupun saat selesai penyampaian materi yang diberikan, misalnya pada saat materi fotosintesis, Ibu guru bertanya tentang proses fotosintesis bagaimana? Ciri-ciri tanaman yang melakukan fotosintesis apa? Jika tidak ada peserta didik yang menjawab guru mengambil kesimpulan bahwa murid belum paham dan akan mengulang menjelaskan materi”. (VA) : “Ibu guru selalu memberikan pertanyaan pada saat mengajar, olehkarena itu saya harus belajar giat supaya dapat menjawab pertanyaannya. Kata ibu guru jika kami aktif menjawab dan benar maka nilainya nanti akan bagus.”. commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(EP)
: “Guru kami memberikan kesempatan kepada kami untuk menampilkan beberapa video/LCD misalnya saja cara menggunakan alat mikrosof, . Dari hal tersebut kami jadi lebih paham terhadap materi yang kami pelajari tersebut. Kadang guru mendemonstrasikan penggunaan alat-alat tersebut”.
(P)
:“Sebelum pelajaran berakhir, apa yang biasanya dilakukan oleh ibu guru”?
(AR) :“Pada akhir kegiatan pembelajaran ibu guru sering memberikan kesempatan kami untuk berpikir dan meminta kami untuk mengambil kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan”. (P)
:“Menurut kalian, bagaiamana model pembelajaran IPA yang diterapkan ibu guru di kelas”?
(EP)
: “Belajar IPA dengan menggunakan model discovery seperti penggunaan kehidupan nyata sebagai gambaran penyampaian materi lebih menyenangkan dan kami lebih faham karena kami tidak perlu susah payah menghafal tetapi kami bisa memahaminya secara langsung dan menemui pemahaman langsung dari pengalaman langsung yang kami alami sendiri”.
(VA) :“Pembelajaran dengan model discovery menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan, bervariasi mudah dipahami karena berkaitan dengan kehidupan nyata dan pengalaman kami langsung”. (P)
:“Selain memberika pertanyaan, apa yang biasa ibu guru lakuka dalam kegiatan pembelajaran IPA”?
(EP)
:“Ibu Anifah sering meminta kita buat kelompok diskusi, kemarin pernah memberikan materi diskusi tentang alat penafasan pada hewan diberikan beberapa contoh nama-nama hewan dan suruh mencocokkan hidupnya dimana dan alat pernafasannya apa, heheheh….seru sekali, kita senang saat pembelajaran kelompok begini”.
(P)
:”Bagaimana hasil belajar kalian,dalam pelajaran IPA yang di berikan ibu guru”?
(AR) : “Hasil belajar IPA Saya mengalami peningkatan. Hal ini sebagai dampak dari pemahaman dan aktivitas saya yang meningkatkan dalam pembelajaran IPA dengan model discovery. Sebelumnya hasil belajar saya hanya mampu mencapai nilai 6.9 saja. Namun dengan adanya pembelajaran model discoverysehingga commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat meningkatkan motivasi belajar saya hasil belajar saya mengalami peningkatan di ulangan harian berikutnya yaitu menjadi 7.5”. (VA) :“Kegiatan
yang
memberikan
suasana
pembelajaran
yang
berbeda,
menyenangkan, tidak bikin ngantuk adalah pembelajaran IPA dengan model discovery dimana peserta didik diajak ke lingkungan nyata atau diberikan benda nyata ketika melakukan kegiatan pratikum. Semua aktivitas-aktivitas tersebut membuat saya mengerti dan paham akan materi IPA yang membuat hasil belajar saya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebelumnya hasil belajar saya hanya hanya mencapai nilai 6,5 dan belum mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu 7. Setelah suasana pembelajaran menjadi menyenangkan hasil belajar saya meningkat menjadi 8”. (P)
: “Bagaimana penilaian yang Ibu guru lakuakan dalam pembelajaran “?
(AR) : “Saya senang setiap maju presentasi atau memimpin kelompokku dalam diskusi, ibu guru selalu menilai tampilan kami, jadi kita pada semangat unjuk kebolehan masing masing”. (P)
:”Bagaiaman cara ibu guru kalian melakuakan penialaian terhadap belajar kalian?”
(EP)
:“Banyak yang dilakukan guru dalam melakukan penilaian ada yang berupa tes tertulis, praktik, dan juga pemberian tugas. Untuk penilaian yang berupa tes tertulis dapat berbentuk uraian seperti memberikan pertanyaan “Apa ciri-ciri hewan kelompok antropoda?” serta berbentuk objektif. Untuk tes praktik atas eksperimen biasanya dilakukan dilaboratorium misalnya saja melakukan uji makanan dan juga proses fotosintesis. Sedangkan untuk pemberian tugas biasanya dikaitkan dengan kehidupan nyata misalnya saja mengamati gerak pada tumbuhan langsung”.
(P)
:“Soal seperti apa yang diberikan Ibu guru kepada kalian?”
(VA) :“Soal-soal yang diberikan guru berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga saya bisa membayangkan apa yang dimaksud dengan soal tersebut. misalnya saja soal sebutkan ciri-ciri makhluk hidup, saya langsung membayangkan hewan dan tumbuhan bahwa kedua makluk ini melakukan gerakan dan juga berkembang biak. Kadang guru kami juga meminta untuk melakukan pengamatan atau observasi secara langsung misalnya saja diminta untuk melihat commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sawah dan meminta kami untuk menuliskan rantai makanan yang terdapat di sawah”. (P)
:“Bagaimana tindak lanjut guru kalian, setelah mengetahui nilai hasil belajar kalian ?
(EP)
:“Guru kami melakukan kegiatan remedial dan pengayaan. Remedial untuk peserta didik yang belum tuntas dan pengayaan dilaksanakan bila materi sudah selesai sebelum materi berikutnya”.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 4.
PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(IPA) Kelas V (5) Semester 2
Tahun Pelajaran
: 2013 -2014
Nama Sekolah
: SD 2 Karangbener Kudus
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/Program
:V
Semester
: 2 (dua)
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
5.1. Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
KKM
Indikator Pencapaian Kompetensi
o Mengelompokkan bendabenda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis. o Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan. o Memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan seharihari. o Membuat magnet. o Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah. commit to user o Memprediksi seandainya
Alokasi Waktu
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
KKM
Indikator Pencapaian Kompetensi tidak ada gaya gravitasi di bumi. o Membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus). o Menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya gesekan. o Menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari.
5.2. Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
6. Menerapkan sifatsifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
o Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol dan roda. o Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda. o Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana. o Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana.
o Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap). o Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung). o Menunjukkan contoh commit to user peristiwa pembiasan
6.1. Mendeskripsi-kan sifat-sifat cahaya
Alokasi Waktu
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
KKM
Indikator Pencapaian Kompetensi cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan. o Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna. o Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
6.2. Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifatsifat cahaya.
o Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misal periskop, atau lensa sederhana. o Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai. o Menggunakan bahan/benda yang sesuai. o Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan. o Menguji cara kerja model yang dibuat. o Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model yang terbaik. o Menerapkan prinsip keselamatan kerja.
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
o Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
commit to user o Mengidentifikasi
7.2 Mengidentifikasi
Alokasi Waktu
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
KKM
Indikator Pencapaian Kompetensi
jenis-jenis tanah
komposisi dan jenis-jenis tanah, misalnya : berpasir, tanah liat, humus
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
o Menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi (lapisan inti, lapisan luar dan kerak). *)
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhiny a
o Menjelaskan pentingnya air. o Menggambarkan proses daur air dengan menggunakan diagram atau gambar.
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air
o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air. o Melakukan pembiasaan cara menghemat air.
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan
o Membuat suatu laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi atau laporan surat kabar/media lainnya tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung meletus. o Menjelaskan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan dan lingkungan.
7.7 Mengidentifikasi o Mengidentifikasi kegiatan beberapa manusia yang dapat kegiatan manusia mempengaruhi yang dapat permukaan bumi. mengubah commit to user permukaan bumi
Alokasi Waktu
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
KKM
Indikator Pencapaian Kompetensi
(pertanian, perkotaan, dsb) JUMLAH
Mengetahui,
Kudus, ........................... 2014
Kepala SD 2 Karangbener
Guru Kelas V
Eny Sri Kuswati, S.Pd
Anifah, S,Pd
NIP. 19640524 198405 2 002
NIP. 19630315 198304 2 007
commit to user
Alokasi Waktu
103
Lampiran 5. SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah
: SD 2 Karangbener Kudus
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/Program Semester Standar Kompetensi
:V : 2 (dua) : 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
Penilaian Kompetensi Dasar
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
Materi Pokok dan Uraian Materi
Energi dan Perubahannya
A. Gaya magnet (Hlm.102)
B. Gaya gravitasi (Hlm.114)
Pengalaman Belajar
o Memahami peta konsep tentang gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan o Memahami istilah magnet o Melakukan kegiatan 5.1 s.d 5.12 o Mengerjakan tugas 5.1 s.d 5.2 o Menyebutkan beberapa kegunaan
Indikator Pencapaian Kompetensi
o Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis. o Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan. o Memberi contoh penggunaan gaya
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Tugas Individu dan Kelompok
Laporan dan unjuk kerja
Contoh Instrume n
Kegiatan 5.1 Hlm.102
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Sumber: Buku SAINS SD
Kelas V Tugas 5.1 Uraian Objektif
Hlm.104
Alat: - Magnet, peniti, paku payung, klip
104
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
C. Gaya gesekan (Hlm.116)
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
dari magnet magnet dalam - Pengunci - Alat kehidupan seharikotak pengangkhari. pensil ut benda o Membuat magnet. - Kompas dari besi - Dinamo o Memahami cara o Menyimpulkan pembutan magnet bahwa gaya gravitasi dengan cara : menyebabkan benda - Induksi bergerak ke bawah. - Gosokan o Memprediksi - Aliran listrik seandainya tidak ada o Memahami gerak gaya gravitasi di jatuh berbagai bumi. benda akibat pegaruh gaya gravitasi o Membandingkan o Memahami apa gerak benda pada yang terjadi jika permukaan yang tidak ada gaya berbeda-beda gravitasi (kasar, halus). - Segala benda di Bumi menjadi kacau - Setiap benda tidak lagi memiliki o Menjelaskan berat berbagai cara - Benda akan memperkecil atau bertubrukan dan memperbesar gaya
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrume n Kegiatan 5.2 Hlm.104
Kegiatan 5.3 Hlm.105
Kegiatan 5.4 Hlm.106
Kegiatan 5.5 Hlm.107
Kegiatan 5.6
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
kertas, kertas, karet saputangan, penghapus, pensil, uang logam, batu kerikil, selembar karton, mika, kardus, pensil, benang tipis, penggaris - Peniti, paku payung, klip kertas, saputangan, kertas, karet penghapus, pensil, uang logam, batu kerikil, kelereng.
105
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
terlempar dari permukaan Bumi
o Memahami bahwa ada gaya lain selain gaya gravitasi yaitru gaya gesek yang mempengaruhi gerak benda. o Memahami definisi gaya gesek yaitu hambatan yang terjadi ketika dua permukan saling bersentuhan,. o Menyebutkan kegunaan dari gaya gesek - Membantu benda bergerak tanpa tergelincir - Untuk menghentikan benda yang sedang bergerak - Menahan bendabenda agar tidak bergeser.
Indikator Pencapaian Kompetensi gesekan.
o Menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan seharihari.
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrume n Hlm.108
Kegiatan 5.7 Hlm.109
Tugas 5.2 Hlm.111
Kegiatan 5.8 Hlm.112
Kegiatan 5.9
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
106
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
o Menyebutkan benda yang dapat memperbesar gaya gesekan : - Bahan karet - Paku-paku atau pul o Menyebutkan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesek - Menghambat gesekan - Memboroskan energi - Mengikis permukaan yang bergesekan o Mampu mengatasi kerugian akibat gaya gesekan - Memasang roda - Memasang bantalan peluru - Menghaluskan permukaan benda - Menghambat gerakan
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrume n Hlm.112
Kegiatan 5.10 Hlm.113
Tugas 5.3 Hlm.114
Kegiatan 5.11 Hlm.115
Kegiatan 5.12 Hlm.116
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
107
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrume n
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
- Mengikis permukaan yang bergesekan - Memboroskan energi untuk mengatsi gaya gesekan
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
Energi dan Perubahannya
A.
B.
Pesawat sederhana (Hlm.120)
Jenis-jenis pesawat sederhana (Hlm.120)
o Memahami peta konsep tentang pesawat sederhana o Melakukan kegiatan 5.13 s.d 5.16 o Memahami tujuan penggunaan pesawat sederhana - melipatgandakan gaya atau kemampuan kita - mengubah arah gaya yang kita lakukan - menempujh jarak
o Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.
Tugas Individu dan Kelompok
Laporan
Kegiatan 5.13 Hlm.121
Uraian Objektif
Sumber: Buku SAINS SD
Kelas V Kegiatan 5.14
o Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda.
Hlm.122
Kegiatan 5.15
Alat: - Kaleng cat yang tertutup, obeng pipih, sendok.
108
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrume n
yang lebih jauh atau memperbesar o Mengidentifikasi kecepatan kegiatan yang o Menyebutkan jenis menggunakan pesawat sederhana pesawat sederhana. - Tuas - Katrol (pengukit) - Roda - Bidang o Mendemonstrasikan miring cara menggunakan pesawat sederhana.
Hlm.123
o Memahami pengertian - Tuas - Katrol (pengukit) - Roda - Bidang miring o Memahami tuas gologan pertama, kedua, ketiga dan memberikan contohnya o Menyebutkan keuntungan menggunak pesawat sederhana o Menyebutkan bidang miring
Hlm.126
Tugas 5.4 Hlm.124
Kegiatan 5.16
Tugas 5.5 Hlm.129
Uji Kompetensi Hlm.131
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
- Dua buah sawo mentah, alat pemecah buah, sapu lidi dengan gagang kayu - Meja, sebilah papan 1mx10cm, mobil mainan, karet gelang, 10 buah kelereng.
109
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrume n
Alokasi Waktu
- Kapak - Obeng - Pisau - Paku - Linggi ulir s - Sekrup o Menyebutkan jenis katrol - Katrol tetap - Katrol - Katrol bebas majemu k o Menyebutkan penggunaan katrol dan roda
Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ) Dan Ketelitian ( carefulness)
Sumber/ Bahan/ Alat
110
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
: SD 2 Karangbener Kudus
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/Program Semester Standar Kompetensi
:V : 2 (dua) : 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
Kompetensi Dasar
6.1 Mendeskripsikansifat-sifat cahaya
Materi Pokok dan Uraian Materi
Cahaya Dan SifatSifatnya
A.
B.
Sifat cahaya (Hlm.141)
Antara cahaya dan penglihatan saling berhubungan.
Pengalaman Belajar
o Memahami peta konsep tentang cahaya o Melakukan kegiatan 6.1 s.d 6.9 o Menyebutkan sifat cahaya : - cahaya merambat lurus - cahaya menembus benda bening - cahaya dapat dipantulkan. - cahaya dapat dibiaskan - cahaya putih terdiri dari berbagai warna o Memahami sifat cermin datar, cermin cekung dan
Indikator Pencapaian Kompetensi
o Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).
Penilaian Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Tugas Individu dan Kelompok
Laporan dan unjuk kerja
Contoh Instrumen
Kegiatan 6.1 Hlm.142
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Sumber: Buku SAINS SD
Kelas V Kegiatan 6.2
o Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau
Uraian Objektif
Hlm.143
Kegiatan 6.3
Alat: - Karton tebal, tiga kayu, gunting, pelubang,
111
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
(Hlm.150)
Pengalaman Belajar
cermin cembung. o Memahami bayangan yang terjadi pada cermin datar, cermin cekung, cermin cembung. o Memahami istilah dari pemantulkan teratur, bayangan semu, bayangan nyata, pembiasan, medium, garis normal, spektrum. o Menyebutkan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
o Memahami bahwa benda terlihat oleh mata karena benda memantulkan cahaya o Memahami bahwa mata tidak dapat melihat benda yang sangat kecil. o Mengetahui cara menjaga mata agar tidak rusak - Membaca di tempat
Indikator Pencapaian Kompetensi cekung).
o Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
o Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.
o Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan seharihari.
Penilaian Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen Hlm.144
Kegiatan 6.4 Hlm.144
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat lampu senter, gelas bening, gelas berwarna, kaleng, batu, karton, triplek, plastik bening, botol bening, air jernih dan berlumpur
Kegiatan 6.5 Hlm.145
Kegiatan 6.6 Hlm.146
- Senter, cermin datar, kertas hitam, sendok makan, pulpen, pensil, mangkuk bening,basko m, selembar kertas putih.
112
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
terang - Tidak memandang langsung sumber cahaya yang menyilaukan. o Mengetahui cacat mata - Rabun - Cacat jauh mata - Rabun tua dekat o Menyebutkan alat-alat optik yang lain - Kaca - Teropon pembesar g - Kamera - Periskop - Mikroskop - Overhea d proyekto r o
Kegiatan 6.7 Hlm.147
Kegiatan 6.8 Hlm.147
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
113
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Kegiatan 6.9 Hlm.149
6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
Cahaya Dan SifatSifatnya
C. Karya berteknologi sederhana (hlm.155)
o Membuat kaca pembesar dari air (hlm.155)
o Membuat kaca pembesar dari bohlam (hlm.155)
o Membuat kamera lubang jarum (hlm.156)
o Membuat spektrum cahaya (hlm.157)
o Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misal periskop, atau lensa sederhana.
o Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai.
Tugas Individu dan Kelompok
Laporan
Uraian Objektif
Membuat kaca pembesar dari -
Air Bohlam
Sumber: Buku SAINS SD
Kelas V
Alat: Membuat kamera lubang jarum
- Plastik, rantang, panci besar, air, garam dapur, bongkahan es - Kertas karton,
114
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
o Membuat kaleidoskop (hlm.157) o Membuat cakram warna (hlm.158) o Membuat periskop (hlm.159) Cahaya Dan SifatSifatnya
C. Karya berteknologi sederhana
Indikator Pencapaian Kompetensi
o Menggunakan bahan/benda yang sesuai. o Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan. o Menguji cara kerja model yang dibuat. o Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model yang terbaik. o Menerapkan prinsip keselamatan kerja.
Penilaian Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Membuat spektrum cahaya
-
Membuat cakram warna
Membuat periskop
-
-
-
pelubang kertas, kotak kecil, segelas air putih, sendok kecil, kertas koran. Bohlam bekas, obeng, olastik, karet gelang, air jernih, kertas koran Kaleng susu bekas tanpa penutup, karet gelang, kertas kalkir, paku, palu besi Kertas karton putih, gelas bening, kertas karton berwarna gelap, senter Kotak bekas pasta gigi, kertas potongan kertas beraneka warna, karton,
115
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat gunting, lem, dan penggaris, - Karton warna putih, benang kelos dua utas, cat air warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu, gunting, penggaris, kuas, jangka.
Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ) Dan Ketelitian ( carefulness)
116
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
:SD 2 Karangbener Kudus
Mata Pelajaran
: IPA
Kelas/Program Semester Standar Kompetensi
:V : 2 (dua) : 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
Penilaian Kompetensi Dasar
7.1 Mendeskripsi kan proses pembentukan tanah karena pelapukan
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Bumi dan Alam Semesta
o Memahami apa itu pelapukan
A. Proses pembentukan tanah. (Hlm.171)
o Mengetahui jenis pelapukan dan memahami prosesnya - Pelapukan fisika - Pelapukan kimia - Pelapukan biologi
Indikator Pencapaian Kompetensi
o Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Tugas Individu
Uraian Objektif
Contoh Instrume n
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Sumber: Buku SAINS SD Kelas V
Alat: -
117
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Tugas Individu
Uraian Objektif
Contoh Instrume n
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
o Menyebutka jenis tanah berdasarkan komposisi penyusunnya - Tanah berpasir - Tanah berhumus - Tanah liat - Tanah berkapur
7.2 Mengidentifik asi jenis-jenis tanah
Bumi dan Alam Semesta
B. Proses pembentukan tanah. (Hlm.171)
o Mengetahui jenis batuan berdasarkan cara pembentukkannya - Batuan beku - Batuan sedimen - Batuan metamorf
o Memahami pembentukan batuan beku dan mengetahui contohnya :
-
Batu apung Batu obsidian Batu granit Batu basal
o Mengidentifikasi komposisi dan jenisjenis tanah, misalnya : berpasir, tanah liat, humus.
Sumber: Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
118
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Tugas Individu
Uraian Objektif
Contoh Instrume n
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
o Memahami pembentukan batuan sedimen dan mengetahui contohnya : - Konglomerat - Batu pasir Batuh serpih - Batu gamping - Breksi
o Memahami pembentukan batuan metamorf dan mengetahui contohnya : - Batu pualam - Batu sabak
7.3 Mendeskripsi kan struktur bumi
Bumi dan Alam Semesta
o Memahami peta konsep bumi
A. Mengenal Struktur Bumi. (Hlm.170)
o Mengetahui lapisan-lapisan pada bumi - Lapisan Atmosfer - Lapisan Kerak Bumi - Lapisan Mantel Bumi
o Menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi (lapisan inti, lapisan luar dan kerak). *)
Sumber: Buku SAINS SD
Kelas V
119
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
- Lapisan Inti Bumi Luar - Lapisan Inti Bumi Dalam
o Memahami fungsi dari lapisan atmosfer
o Mengetahui bahwa lapisan atmosfer tersusun dari lapisan - Lapisan Troposfer - Lapisan Stratosfer - Lapisan Mesosfer - Lapisan Termosfer
o Mengetahui unsur pembentukan - Lapisan Mantel bumi terbentuk dari mineral silikat - Lapisan Inti bumi luar terbentuk dari besi, nikel dan zat lain. - Lapisan inti bumi terbentuk dari besi dan nikel padat.
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrume n
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Alat:
120
Penilaian Kompetensi Dasar
7.4 Mendeskripsi kan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaru hinya
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Bumi dan Alam Semesta
o Memahami peta konsep tentang air
o Menjelaskan pentingnya air.
B.
o Menyebutkan kegunaan air - Minuman - Pembersih - Sarana olahraga
o Menggambarkan proses daur air dengan menggunakan diagram atau gambar.
Daur Air. (Hlm.178)
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Tugas Individu
Uraian Objektif
Contoh Instrume n
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Sumber: Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
o Memahami daur air
o Mengambar skema daur air
7.5 Mendeskripsi kan perlunya penghematan
Bumi dan Alam
o Memahami peta konsep tentang air
o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat
Uraian
Sumber: Buku SAINS SD
121
Penilaian Kompetensi Dasar
air
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Semesta
Indikator Pencapaian Kompetensi mempengaruhi daur air.
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Alat: o Melakukan pembiasaan cara menghemat air.
o Memahami bahwa air tidak akan habis karena adanya daur air
o Memahami bahwa persediaan air bersih semakin berkurang.
o Menyebutkan cara menghemat air. (Hlm.182)
Bumi dan Alam
Sumber/ Bahan/ Alat
Kelas V
Daur Air. (Hlm.178) o Menyebutkan kerusakan akibat kegiatan manusia - hujan asam - air limbah
7.6 Mengidentifik
Alokasi Waktu
Objektif
o Memahami kegiatan manusia terhadap daur air C.
Contoh Instrume n
o Memahami bahwa peritiwa
o Membuat suatu
Uraian
122
Penilaian Kompetensi Dasar
asi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan
Materi Pokok dan Uraian Materi
Semesta
C.
D.
Peristiwa Alam di Indonesia (Hlm. 182)
Sumber daya Alam yang tidak dapat diperbaharui dan yang dapat diperbaharui. (Hlm.185)
Pengalaman Belajar
alam ada yang dapat di cegah dan ada yang tidak dapat dicegah
o Menyebutkan aktivitas alam - Gempa bumi - Tsunami - Gunung meletus - Banjir - Tanah longsor - Topan badai
o Menyebutkan cara mencegah banjir dan menghemat sumber daya alam o Menyebutkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan yang dapat diperbarui
Indikator Pencapaian Kompetensi laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi atau laporan surat kabar/media lainnya tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung meletus.
o Menjelaskan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan dan lingkungan.
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen Objektif
Contoh Instrume n
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Tugas 7.1
Sumber:
Hlm.185
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
123
Penilaian Kompetensi Dasar
7.7 Mengidentifik asi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)
Materi Pokok dan Uraian Materi
Bumi dan Alam Semesta
E.
Cara menggunakan sumber daya alam. (Hlm.189)
Pengalaman Belajar
o Memahami cara menggunakan sumber daya alam - Tumbuhan dan hewan dipelihara dan dikembangbiakan - Waduk untuk pengairan dan tambak untuk perikanan - Bahan tambang dibuat tempat penambangan
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrume n
Alokasi Waktu
o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
o Memahami apa yang harus dilakukan manusia untuk menjaga kelestarian sumber daya alam. - Menghemat penggunaan air dan listrik - Membuang sampah pada tempat sampah - Menanami lingkungan dengan tumbuhan
Karakter siswa yang diharapkan :
Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility )
Sumber/ Bahan/ Alat
Sumber: Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
124
Penilaian Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrume n
Dan Ketelitian ( carefulness)
Mengetahui,
Kudus, ........................... 2014
Kepala SD 2 Karangbener
Guru Kelas V
Eny Sri Kuswati, S.Pd
Anifah, S,Pd
NIP. 19640524 198405 2 002
NIP. 19630315 198304 2 007
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 6. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SD N 2 Karangbener Bae Kudus Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester : V ( Lima ) / II ( Dua) Alokasi Waktu
: 4 Jam Pelajaran
STANDAR KOMPETENSI Menerapkan sifat!sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan sifat!sifat cahaya. INDIKATOR Kognitif a. Produk Mendeskripsikan sifat!sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung ). b. Proses Mengidentifikasi sifat cahaya yang mengenai berbagai benda. Afektif a. Bekerjasama mengerjakan tugas kelompok b. Menghargai pendapat teman dalam diskusi kelompok Psikomotor Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda. TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif a. Produk Dengan mengamati demontrasi sifat!sifat cahaya, siswa mampu mendeskripsikan sifat!sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung ) dengan benar. b. Proses Dengan menggunakan media sifat!sifat cahaya, siswa dapat mengidentifikasi sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap) dengan benar. Afektif Melalui diskusi kelompok, siswa dapat commit bekerja to sama userdan menghargai pendapat teman.
perpustakaan.uns.ac.id
126 digilib.uns.ac.id
Psikomotor Melalui percobaan, siswa dapat mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap) dengan benar. MATERI PEMBELAJARAN Ilmu Pengetahuan Alam : Cahaya dan sifat!sifatnya.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN : Model : Discovery Metode : Ceramah bervariasi, Diskusi, Pemberian Tugas, Eksperimen dan Pengalaman Langsung KEGIATAN PEMBELAJARAN a. Kegiatan awal : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama siswa. Presensi/absen siswa Siswa mempersiapkan alat pembelajaran Siswa dikondisikan agar siswa siap mengikuti pelajaran dengan menanyakan kesiapan belajar kepada siswa Menyanyikan lagu anak yang berjudul pelangi. Guru menanyakan kepada siswa, mengapa kita bisa melihat benda?(konstruktivistik) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan Inti : 1. Siswa menerima penjelasan guru kemudian mengkaitkan pengetahuannya dengan lingkungannya. Siswa memanfaatkan pengalamannya dalam kehidupan sehari!hari tentang cahaya. 2. Siswa mencari contoh tentang sifat!sifat cahaya yang ada di lingkungan sekitarnya. 3. Siswa mengungkapkan pemikirannya mengenai sifat!sifat cahaya yaitu cahaya dapat merambat lurus dan menembus benda bening. 4. Guru melakukan demontrasi di depan kelas dibantu oleh siswa (pemodelan). 5. Siswa melakukan percobaan yang di depan kelas. 6. Tanya jawab materi yang belum dipahami mulai pertanyaan yang sederhana sampai pertanyaan yang lebih komplek. 7. Siswa secara kelompok diskusi tentang sifat!sifat cahaya dapat merambat lurus dan menembus benda bening. 8. siswa melakukan percobaan mengenai sifat!sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus dan menembus benda bening. 9. Siswa melakukan percobaan mengikuti langkah!langkah sesuai lembar kerja siswa. 10. Setelah melakukan percobaan, siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan menyimpulkan sifat!sifat cahaya tersebut (masyarakat commit to user belajar).
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11. Berdasarkan percobaan yang dilakukkan siswa merumuskan masalah yang ditemuinya (menemukan) mengenai sifat!sifat cahaya tersebut. 12. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh setiap anggota kelompok. 13. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.(penilaian autentik) 14. Siswa mengungkapkan pemahamannya tentang materi sifat!sifat cahaya setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. (refleksi)
c. Kegiatan Akhir : 1) Siswa mendapat tugas rumah tentang peristiwa cahaya dapat dipantulkan dan cahaya mengalami pembiasan. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN Sumber : Kurikulum kelas V SD Panut, H. (2006). Dunia IPA 4A kelas 4 Sekolah Dasar Semester Pertama. Jakarta: Yudisthira. Media : Gambar sifat cahaya merambat lurus. Alat!alat percobaan sifat!sifat cahaya. Penilaian Kognitif a. Penilaian produk 1) Teknik penilaian : tes pilihan ganda 2) Rubrik Penilaian : Penilaian produk
commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
NA evaluasi : skor/35 x 100 b. Penilaian proses 1) Teknik Penilaian : non tes (pengamatan) 2) Rubrik Penilaian : (terlampir) No
Nama Kelompok
Aspek Penilaian
Score 1
2
3
4
3
4
Ketepatan menjawab pertanyaan Keberanian mengungkapkan pendapat 1
Keberanian menjawab pertanyaan Ketepatan menjawab pertanyaan Keberanian mengungkapkan pendapat
2
Keberanian menjawab pertanyaan
NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100 2. Penilaian Afektif a. Teknik Penilaian : non tes b. Rubrik Penilaian : No
Nama Kelompok
Aspek Penilaian
Score 1
Kerjasama 1 Menghormati pendapat teman
Kerjasama 2
Menghormati pendapat teman
NA pengamatan : skor yang diperoleh/8
x 100
3. Penilaian Psikomotor a. Teknik Penilaian : non tes (pengamatan) commit to user b. Rubrik Penilaian :
2
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
No
Nama Kelompok
Aspek Penilaian
Score 1
2
3
4
Ketepatan 1
Kerapian Keberanian menjawab pertanyaan Ketepatan 2
Kerapian Keberanian menjawab pertanyaan NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa mendapatkan skor minimal 70.
Kudus,..........................2014 Mengetahui, Kepala SD 2 Karangbener Bae Kudus
Eny Sru Kuswati, S.Pd NIP. 19640524 198405 2 002
Guru Kelas V
Anifah, S.Pd NIP.196303151983042007
commit to user
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LEMBAR KERJA SISWA 1 Nama Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. A. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apakah lintasan dari titik A ke b, A ke C, dan A ke d berbentuk garis lurus atau berliku? Apa kesimpulanmu? Jawaban :
B. Isilah tabel dibawah ini, setelah kalian melakukan percobaan bersama kelompok!
commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA A. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apakah lintasan dari titik A ke b, A ke C, dan A ke d berbentuk garis lurus atau berliku? Apa kesimpulanmu? Jawaban : Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apakah lintasan dari titik A ke b, A ke C, dan A ke d berbentuk garis lurus. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa cahaya yang mengenai benda merambat lurus. B NO
NAMA BENDA
TEMBUS CAHAYA
1 2 3 4
Gelas Bening Air Kopi Air Bening Botol Plastik Bening Kertas Karton Kertas HVS Kain Plastik Hitam Buku Kaca
V
5 6 7 8 9 10
TIDAK TEMBUS CAHAYA V
V V V V V V V V
KETERANGAN
Benda Bening Benda Gelap Benda Bening Benda Bening Benda Gelap Benda Bening Benda Bening Benda Gelap Benda Gelap Benda Bening
LEMBAR KERJA SISWA 2 Nama anggota kelompok: 1. 2. 3. 4. 5.
Tujuan : Peserta didik dapat mendemontrasikan sifat pemantulan cahaya pada bidang cekung.
Alat dan Bahan : Sendok makan
Langkah!langkah kerja :
commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. 2. 3. 4.
Ambillah sendok logam yang biasa kalian gunakan untuk makan. Bercerminlah dan amati bayang wajahmu pada bagian sendok yang cekung. Bagaimana bayang!bayang kamu pada sendok tersebut? Sekarang dekatkan telunjuk kamu pada cekungan sendok. Bagaimana bayang!bayang yang tampak? 5. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang kalian lakukan tersebut
Kunci jawaban 3. Terbalik 4. Tegak 5. Jadi bayangan yang terbentuk pada cermin cekung: apabila letak benda jauh dengan cermin cekung, maka bayangan yang dibentuk adalah nyata dan terbalik, apabila letak benda dekat dengan cermin cekung, maka bayangan yang dibentuk adalah maya, tegak, dan diperbesar
Tujuan : Peserta didik dapat mendemontrasikan sifat pemantulan cahaya pada cermin cembung. Alat dan bahan : 1. Cermin datar 2. Spion motor
Langkah!langkah kerja : 1. Ambillah spion motor dan cermin datar. 2. Bercerminlah secara bersamaan pada kedua cermin tersebut. 3. Bagaimana keadaan bayangan wajah kalian? 4. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang telah kalian lakukan tersebut?
Kunci Jawaban 3. Bayangan wajah terlihat lebih kecil 4. Jadi bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung adalah maya, tegak dan Diperkecil
commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tujuan : Peserta didik dapat mendemontrasikan sifat pembiasan cahaya.
Alat dan bahan : 1. Gelas bening dan pensil 2. Air
Langkah!langkah kerja : 1. Isilah gelas bening dengan air, kemudian masukkan pensil ke dalamnya. 2. Perhatikan pensil dari arah samping. 3. Bagaimana bentuk pensil? 4. Setelah dimasukkan ke dalam gelas, keadaan pensil akan tampak? 5. Apakah kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang telah kalian lakukan tersebut?
Kunci Jawaban 3. Pensil terlihat patah 4. Patah 5. Jadi pembiasan terjadi karena cahaya melewati dua medium yang berbeda kerapatannya. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Apabila cahaya merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal Kisi-kisi Lembar Penilaian Kognitif Indikator Sifat!sifat Cahaya
No Butir Soal 1-35
Lembar Penilaian Kognitif dan Kunci Jawaban to user A. Berilah tanda silang ( X ) pada hurufcommit a, b, c, atau d di depan jawaban
perpustakaan.uns.ac.id
134 digilib.uns.ac.id
yang tepat! 1. Cahaya bergerak dengan lintasan yang . . . a. Berliku!liku c. Lurus b. Bergelombang d. Memantul 2. Benda yang dapat ditembus cahaya adalah . . . a. Air bening c. Buku b. Susu d. Kopi 3. Benda yang tembus cahaya akan . . . a. Memantulkan cahaya c. Membelokkan cahaya b. Menyerap cahaya d. Meneruskan cahaya 4. Berikut ini merupakan benda yang menggunakan cermin cembung adalah... a. Senter c. Alat kerja dokter b. Lampu sepeda motor d. Spion mobil 5. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah . . . a. nyata dan terbalik c. semu dan terbalik b. nyata dan tegak d. semu dan tegak 6. Jarak bayang!bayang ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. Itu adalah salah satu sifat bayang!bayang pada . . . a. Cermin datar c. Cermin lengkung b. Cermin cekung d. Cermin cembung 7. Benda gelap akan . . . cahaya. a. Meneruskan c. Menyerap b. Membiaskan d. Memantulkan 8. Kita dapat melihat benda karena adanya beberapa hal berikut, kecuali . . . a. Sumber cahaya c. Udara b. Matahari d. Lampu
9. Alat kerja dokter, lampu sepeda, dan reflektor pada senter menggunakan . . . a. Cermin cembung c. Lensa lengkung b. Cermin cekung d. Lensa cembung 10. Di bawah ini yang merupakan sumber cahaya adalah . . . a. Matahari c. Generator b. Batu baterai d. Dinamo 11. Di bawah ini merupakan benda yang dapat ditembus oleh cahaya, kecuali ... a. Gelas bening c. Karton b. Kaca jendela d. Plastik bening commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
135 digilib.uns.ac.id
12. Cahaya yang merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan . . . a. mendekati garis normal c. sejajar garis normal b. menjauhi garis normal d. berlawanan garis normal 13. Cermin yang permukan pantulnya berbentuk cekungan disebut . . . a. Cermin cembung c. Cermin hias b. Cermin datar d. Cermin cekung 14. Jarak bayangan dengan jarak benda yang berada di depan cermin datar adalah . . . a. Sama c. Lebih dekat b. Berbeda d. Lebih jauh 15. Cermin yang digunakan pada kaca spion mobil atau motor adalah . . . a. Cermin datar c. Cermin cembung b. Cermin cekung d. Cermin rias 16. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya merupakan salah satu peristiwa . . . a. Pemantulan cahaya c. Perambatan cahaya b. Pembiasan cahaya d. Pembentukan bayangan 17. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati . . . a. Garis normal c. Garis vertikal b. Garis horizontal d. Garis lurus 18. Cahaya yang masuk rumah melalui jendela yang berkaca, hal itu menunjukkan cahaya memiliki sifat . . . a. Merambat lurus c. Dapat dipantulkan b. Menembus benda bening d. Mengalami pembiasan 19. Cermin yang biasa di pakai untuk berhias adalah jenis cermin . . . a. Cermin cekung c. Cermin datar b. Cermin cembung d. Cermin lengkung 20. Pembiasan cahaya terjadi karena adanya perbedaan . . . antara dua jenis zat. a. Kelenturan c. Kerapatan b. Kekuatan d. Kepadatan 21. Cahaya yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya akan . . . a. Dipantulkan c. Dibiaskan b. Diteruskan d. Dibelokkan 22. Pada cermin datar, berkas cahaya yang sejajar akan dipantulkan . . . a. Sejajar c. Berimpit b. Berlawanan d. Berseberangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
136 digilib.uns.ac.id
23. Cahaya dapat menembus benda . . . a. Bening c. Padat b. Gelap d. Mati 24. Dasar air kolam yang bening tampak dangkal karena terjadi . . . a. Pemantulan cahaya c. Penembusan cahaya b. Perambatan cahaya d. Pembiasan cahaya 25. Gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan magnet disebut . . . a. Gelombang listrik c. Gelombang elektromagnetik b. Gelombang cahaya d. Gelombang magnet 26. Cermin cembung hanya membentuk bayang!bayang . . . a. Maya diperbesar c. Nyata diperbesar b. Maya diperkecil d. Nyata diperbesar 27. Pemantulan cahaya yang terjadi pada benda yang permukaannya tidak rata adalah . . . a. Pemantulan searah c. Pemantulan sempurna b. Pemantulan beraturan d. Pemantulan baur 28. Di bawah ini objek yang bisa ditembus cahaya adalah . . . a. besi c. kayu b. kertas karton d. kain 29. Kaca spion mobil berfungsi untuk melihat kendaraan lain yang ada dibela! kangnya, tanpa perlu menoleh ke belakang. Hal itu dikarenakan cahaya . . . a. dipantulkan c. dibelokan b. dibiaskan d. bergerak lurus 30. Sumber cahaya yang paling utama bagi bumi adalah . . . a. lampu c. matahari b. api d. bulan 31. Kaca spion pada sepeda motor menggunakan cermin . . . a. datar c. cekung b. cembung d. rias 32. Kaca termasuk ke dalam benda yang dapat . . . cahaya a. memantulkan c. membelokkan b. meneruskan d. membiaskan 33. Berkas cahaya yang dihasilkan oleh senter adalah . . . a. bergelombang c. lurus b. tidak teratur d. berkelok!kelok commit to user 34. Reflektor pada lampu mobil dan lampu motor menggunakan cermin . . .
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. datar c. cekung b. cembung d. rias 35. Cahaya akan dibiaskan jika cahaya merambat melalui dua medium yang . . . a. sama c. bening b. sejenis d. berbeda
commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kunci Jawaban
28. D
1. C
29. A
2. A
30. C
3. D
31. B
4. D
32. B
5. D
33. C
6. A
34. C
7. D
35. D
8. C 9. B 10. A 11. C 12. B 13. D 14. A 15. C 16. B 17. A 18. B 19. C 20. C 21. C 22. A 23. A 24. D 25. C 26. B 27. C
commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Sifat-Sifat Cahaya Bagaimana makhluk hidup dapat melihat benda? Benda dapat dilihat karena benda!benda yang ada di sekitar memantulkan cahaya. Cahaya yang berada di ruangan dipantulkan oleh benda menuju mata sehingga manusia dapat melihat benda. Kita tidak dapat melihat tanpa ada cahaya. Suatu malam, listrik di rumah padam. Tidak ada cahaya sama sekali. Apa yang kamu lakukan? Kamu tentu akan menyalakan lilin, lampu senter, atau sejenisnya agar kamu dapat melihat. Lilin ataupun lampu senter akan memancarkan cahaya. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan magnet. Lilin dan lampu senter disebut sumber cahaya karena dapat memancarkan cahaya sendiri. Benda!benda yang tidak dapat memancarkan cahaya atau menghasilkan cahaya disebut benda gelap. Benda gelap seperti batu, bumi, dan kayu hanya memantulkan cahaya yang diterimanya. Cahaya memiliki beberapa sifat di antaranya sebagai berikut. 1) 2) 3) 4)
Cahaya merambat lurus Cahaya dapat menembus benda bening Cahaya dapat dipantulkan Cahaya mengalami pembiasan.
B. Cahaya Menembus Benda Bening Benda!benda yang dapat menerima cahaya terbagi menjadi benda bening dan benda gelap. Apakah yang dimaksud dengan benda bening? Benda bening adalah benda yang dapat ditembus oleh cahaya. Benda bening selain dapat ditembus cahaya atau meneruskan cahaya yang melewati benda juga dapat memantulkan cahaya yang melewatinya. Contoh benda bening adalah air jernih, kaca, gelas bening, plastik bening, dan botol bening. Benda gelap berarti benda yang tidak dapat ditembus cahaya, misalnya kertas, air susu, dan air kopi. Jadi, benda bening akan meneruskan cahaya sedangkan benda gelap akan menyerap cahaya. Benda gelap selain dapat menyerap cahaya juga dapat memantulkan cahaya yang melewatinya. Apakah kamu dapat menyebutkan benda lain yang termasuk benda bening dan benda gelap? Coba perhatikan kaca jendela di rumahmu! Kanca jendela termasuk benda bening karena sinar matahari dapat menembus kaca. Bagaimana dengan kolam atau sungai yang ada di sekitar rumahmu? Apakah airnya kelihatan jernih atau keruh? Hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam air memerlukan sinar matahari untuk kalngsungan hidupnya. Air yang bening memudahkan cahaya masuk ke dalam air. Hal itu tentunya menguntungkan kehidupan makhluk hidup yang terdapat di dalam air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
140 digilib.uns.ac.id
C. PEMANTULAN CAHAYA Cermin merupakan benda dari kaca yang salah satu sisinya mengkilap. Permukaan pada cermin dapat memantulkan cahaya yang mengenainya. Bagaimanakah pemantulan cahaya pada cermin? Berikut diuraikan pemantulan cahaya yang terjadi pada datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Kita sudah mengetahui bahwa cahaya merambat dengan lintasan lurus. Ketika cahaya menuju cermin, maka cermin akan memantulkan kembali cahaya yang diterima cermin. Pemantulan cahaya pada cermin mirip dengan bola yang kita tendang ke arah dinding. Bola yang kita tendang tadi akan dipantulkan kembali oleh dinding. 1. Pemantulan cahaya pada cermin datar Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa bidang datar. Cermin datar dibuat dengan cara melapiskan perak ke sebuah kaca datar. Cermin datar biasanya dipakai untuk cermin rias. Ketika kita bercermin akan tampak diri kita. Cobalah kamu bercermin pada cermin datar! Pada cermin akan terlihat wajah kamu, wajah kamu yang berada di cermin disebut dengan bayang!bayang.
Gambar bayangan teko pada cermin datar Sifat bayang!bayang pada cermin datar adalah sebagai berikut. a. Bayang!bayang pada cermin datar bentuknya sama besar dengan bendanya. b. Jarak bayang!bayang ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. c. Letak bayang!bayang berkebalikan dengan letak benda. d. Bayang!bayang yang terbentuk adalah bayang!bayang maya atau bayang! bayang semu. Bayang!bayang maya adalah bayang!bayang yang hanya tampak pada cerminnya saja.
2. Pemantulan Cahaya pada Cermin Cekung Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya berupa cekungan. Cermin cekung biasa digunakan sebagai reflektor ( benda yang memantulkan cahaya) pada senter, lampu sepeda, lampu mobil, lampu sepeda motor, dan alat kerja dokter. Sifat bayangan cermin cekung : commit to user
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Jika benda dekat dengan cermin cekung , bayangan benda bersifat tegak, lebih besar, dan semu. b) Jika benda jauh dari cermin cekung , bayangan benda bersifat : nyata dan terbalik.
3. Pemantulan Cahaya pada Cermin Cembung Cermin cembung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya yang berbentuk cembung. Cermin cembung biasa dipakai untuk kaca spion kendaraan. Cermin cembung juga bisa dipasang pada tingkugan jalan agar pengguna jalan dapat melihat keadaan pada tikungan jalan di depannya. Sifat bayangan cermin cembung : a) Maya b) Tegak
3. Dan lebih kecil (diperkecil) dari benda sesungguhnya. Gambar spion mobil dan cermin cembung pada tikungan jalan
D. PEMBIASAN CAHAYA Cahaya dapat dibiaskan apabila cahaya merambat belalui dua medium yang berbebeda, misalnya dari suatu zat ke zat lain yang kerapatannya berbeda, maka cahaya tersebut mengalami pembiasan atau pembelokan. Medium adalah perantara yang dilalui. Kerapatan zat berbeda!beda. Kerapatan gelas bening lebih besar dari pada kerapatan air jernih, dll. a) Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yangg lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya yang merambat dari udara ke air. b) Bila cahaya merambat dari zat yg lebih rapat ke zat yg kurang rapat, maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat kaca ke udara. Contoh pembiasan: pensil yg ditaruh gelas yg ada airnya pensil kelihatan patah, kolam yg jernih kelihatannya dangkal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
142 digilib.uns.ac.id
Coba perhatikan dasar kolam dan ikan yang etrdapat di dalamnya! Kolam yang airnya jernih memiliki dasar kolam yang tampak lebih dangkal. Ikan yang ada di dalam kolam juga tampak mendekati permukaan. Itulah beberapa contoh peristiwa pembiasan cahaya yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari!hari. Mengapa cahaya mengalami pembiasan? Cahaya mengalami pembiasan karena bergerak melalui dua medium (zat perantara yang dilalui cahaya) yang berbeda kerapatannya, misalnya cahaya yang datang dari udara ke air. Agar lebih paham, cobalah lakukan kegiatan berikut! Berdasarkan aktivitas yang telah dilakukan, pensil yang dimasukkan ke dalam air tampak patah. Kita dapat melihat pensil karena ada sebagian cahaya yang dipantulkan oleh pensil mengenai mata kita. Kita melihat bahwa pensil tampak patah karena kecepatan cahaya berbeda antara cahaya di udara dan di air.
Kamus Sains Gelombang Elektromagnetik = Gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan magnet. Medium
= Zat perantara untuk merambat gelombang.
Pembiasan berbeda.
= Perubahan arah rambat cahaya ketika melalui dua medium yang
Lampiran 3. Soal Evaluasi Soal Evaluasi Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang tepat! 1. Cahaya bergerak dengan lintasan yang . . . a. Berliku!liku c. Lurus b. Bergelombang d. Memantul 2. Benda yang dapat ditembus cahaya adalah . . . a. Air bening c. Buku b. Susu d. Kopi 3. Benda yang tembus cahaya akan . . . a. Memantulkan cahaya c. Membelokkan cahaya b. Menyerap cahaya d. Meneruskan cahaya 4. Berikut ini merupakan benda yang menggunakan cermin cembung adalah... a. Senter c. Alat kerja dokter b. Lampu sepeda motor d. Spion mobil commitdatar to user 5. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin adalah . . .
perpustakaan.uns.ac.id
143 digilib.uns.ac.id
a. nyata dan terbalik c. semu dan terbalik b. nyata dan tegak d. semu dan tegak 6. Jarak bayang!bayang ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. Itu adalah salah satu sifat bayang!bayang pada . . . a. Cermin datar c. Cermin lengkung b. Cermin cekung d. Cermin cembung 7. Benda gelap akan . . . cahaya. a. Meneruskan c. Menyerap b. Membiaskan d. Memantulkan 8. Kita dapat melihat benda karena adanya beberapa hal berikut, kecuali . . . a. Sumber cahaya c. Udara b. Matahari d. Lampu 9. Alat kerja dokter, lampu sepeda, dan reflektor pada senter menggunakan . . . a. Cermin cembung c. Lensa lengkung b. Cermin cekung d. Lensa cembung 10. Di bawah ini yang merupakan sumber cahaya adalah . . . a. Matahari c. Generator b. Batu baterai d. Dinamo 11. Di bawah ini merupakan benda yang dapat ditembus oleh cahaya, kecuali ... a. Gelas bening c. Karton b. Kaca jendela d. Plastik bening 12. Cahaya yang merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan . . . a. mendekati garis normal c. sejajar garis normal b. menjauhi garis normal d. berlawanan garis normal 13. Cermin yang permukan pantulnya berbentuk cekungan disebut . . . a. Cermin cembung c. Cermin hias b. Cermin datar d. Cermin cekung 14. Jarak bayangan dengan jarak benda yang berada di depan cermin datar adalah . . . a. Sama c. Lebih dekat b. Berbeda d. Lebih jauh 15. Cermin yang digunakan pada kaca spion mobil atau motor adalah . . . a. Cermin datar c. Cermin cembung b. Cermin cekung d. Cermin rias 16. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya commit to user merupakan salah satu peristiwa . . .
perpustakaan.uns.ac.id
144 digilib.uns.ac.id
a. Pemantulan cahaya c. Perambatan cahaya b. Pembiasan cahaya d. Pembentukan bayangan 17. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati . . . a. Garis normal c. Garis vertikal b. Garis horizontal d. Garis lurus 18. Cahaya yang masuk rumah melalui jendela yang berkaca, hal itu menunjukkan cahaya memiliki sifat . . . a. Merambat lurus c. Dapat dipantulkan b. Menembus benda bening d. Mengalami pembiasan 19. Cermin yang biasa di pakai untuk berhias adalah jenis cermin . . . a. Cermin cekung c. Cermin datar b. Cermin cembung d. Cermin lengkung 20. Pembiasan cahaya terjadi karena adanya perbedaan . . . antara dua jenis zat. a. Kelenturan c. Kerapatan b. Kekuatan d. Kepadatan 21. Cahaya yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya akan . . . a. Dipantulkan c. Dibiaskan b. Diteruskan d. Dibelokkan 22. Pada cermin datar, berkas cahaya yang sejajar akan dipantulkan . . . a. Sejajar c. Berimpit b. Berlawanan d. Berseberangan 23. Cahaya dapat menembus benda . . . a. Bening c. Padat b. Gelap d. Mati 24. Dasar air kolam yang bening tampak dangkal karena terjadi . . . a. Pemantulan cahaya c. Penembusan cahaya b. Perambatan cahaya d. Pembiasan cahaya 25. Gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan magnet disebut . . . a. Gelombang listrik c. Gelombang elektromagnetik b. Gelombang cahaya d. Gelombang magnet 26. Cermin cembung hanya membentuk bayang!bayang . . . a. Maya diperbesar c. Nyata diperbesar b. Maya diperkecil d. Nyata diperbesar 27. Pemantulan cahaya yang terjadi pada benda yang permukaannya tidak rata commit to user adalah . . .
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Pemantulan searah c. Pemantulan sempurna b. Pemantulan beraturan d. Pemantulan baur 28. Di bawah ini objek yang bisa ditembus cahaya adalah . . . a. besi c. kayu b. kertas karton d. kain 29. Kaca spion mobil berfungsi untuk melihat kendaraan lain yang ada dibela!kangnya, tanpa perlu menoleh ke belakang. Hal itu dikarenakan cahaya . . . a. dipantulkan c. dibelokan b. dibiaskan d. bergerak lurus 30. Sumber cahaya yang paling utama bagi bumi adalah . . . a. lampu c. matahari b. api d. bulan 31. Kaca spion pada sepeda motor menggunakan cermin . . . a. datar c. cekung b. cembung d. rias 32. Kaca termasuk ke dalam benda yang dapat . . . cahaya a. memantulkan c. membelokkan b. meneruskan d. membiaskan 33. Berkas cahaya yang dihasilkan oleh senter adalah . . . a. bergelombang c. lurus b. tidak teratur d. berkelok!kelok 34. Reflektor pada lampu mobil dan lampu motor menggunakan cermin . . . a. datar c. cekung b. cembung d. rias 35. Cahaya akan dibiaskan jika cahaya merambat melalui dua medium yang . . . a. sama c. bening b. sejenis d. berbeda
commit to user
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 7. DOKUMENTASI PENELITIAN
Papan Nama Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
Gedung Sekolah SD 2 Karangbener Kudus commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Papan Struktur Organisasi Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
Data Kepegawaian dan Kesiswaan Sekolah SD 2 Karangbener Kudus commit to user
148 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Program Kerja Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
Wawancara dengan guru kelas VI SD 2 Karangbener Kudus commit to user
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wawancara dengan Kepala Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
Wawancara dengan guru kelas V SD 2 Karangbener Kudus commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wawancara dengan Siswa Kelas V SD 2 Karangbener Kudus
commit to user
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Observasi pembelajaran dalam kelas, kelas V SD 2 Karangbener Kudus
commit to user