STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG PADA DINDING PENGHALANG TERHADAP PENGURANGAN SPL Efrom Susanti 1, Suryasatriya Trihandaru1,2, Adita Sutresno1,2,* 1 Program studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika 2 Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52‐60, Salatiga 50711, Jawa Tengah‐Indonesia * E‐mail:
[email protected] Abstrak Salah satu sumber kebisingan yang paling berpengaruh di daerah perkotaan adalah lalu lintas kendaraan bermotor maka untuk mengatasi kebisingan diperlukan dinding penghalang. Dalam paper ini dirancang dinding penghalang dan pengaruhnya untuk berbagai prosentase lubang (1%, 2% dan 3%). Dinding penghalang dibuat dengan dimensi 1 m*2 m*0,13 m, dilapisi serabut kelapa dan atau styrofoam sebagai bahan absorber. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh prosentase lubang (1%, 2%, dan 3%) terhadap pengurangan bunyi. Posisi penghalang terhadap penerima dan sumber pada posisi (0,5 m; 1,0 m dan 1,5 m) dari sumber dan diukur pada ketinggian 0,4 m; 0,6 m; 0,8 m dan 1,0 m dari permukaan tanah untuk sumber dan pendengar. Penghalang dengan prosentase lubang 2% menyerap bunyi lebih banyak dari penghalang dengan prosentase lubang 3 % saat sumber bunyi yang digunakan adalah multi tone dalam hal ini white noise. Ternyata penyerapan bunyi tidak hanya dipengaruhi oleh prosentase lubang, tetapi tergantung juga dari bahan absorber yang dipakai. Bahan absorber styrofoam dapat menyerap bunyi lebih banyak dari bahan absorber serabut kelapa (cocofiber). Kata kunci: dinding penghalang, prosentase lubang dan absorber.
PENDAHULUAN Bunyi yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan akan menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan disebut kebisingan1. Kebisingan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pendengaran bahkan gangguan konsentrasi dan komunikasi. Salah satu sumber kebisingan yang paling berpengaruh di daerah perkotaan adalah lalu lintas kendaraan bermotor. Lalu lintas kendaraan menjadi tidak terkendali sehingga tidak ada ketenangan. Pelebaran jalan dan pembuatan jalan baru juga dilakukan akibatnya pemukiman menjadi sangat dekat dengan jalan raya. Dalam kondisi ruang yang berbeda, tingkat kebisingan yang ditimbulkan juga berbeda. Ruang yang jaraknya jauh dengan jalan raya tingkat kebisingannya lebih rendah
1
dari ruang yang jaraknya dekat dengan jalan raya2. Itu artinya tingkat tekanan bunyi berbanding terbalik dengan jarak dari sumber bunyi ke penerima. Untuk itu ruang yang dekat dengan jalan raya diperlukan dinding penghalang untuk mengurangi tingkat kebisingan3. Telah dilakukan penelitian tentang karakterisasi pengurangan kebisingan oleh dinding pada ruang terbuka. Sampel yang dipakai adalah kayu sengon dengan dimensi penghalang 2 0,13 1 . Sumber bunyi yang digunakan adalah sumber bunyi titik dengan frekuensi 800 Hz, 1000 Hz, 1250 Hz dan white noise. Pengukuran dilakukan dilapangan terbuka pada waktu malam hari. Dimana dalam penelitian tersebut didapat posisi penghalang yang efektif untuk menghasilkan reduksi yang paling besar adalah berada dekat dengan sumber ataupun dengan penerima bunyi4. Serta telah diteliti juga pengaruh prosentase lubang terhadap daya absorpsi bunyi. Dimensi penghalang berukuran 2 1 dengan ketebalan 0,006 m. Penelitian yang lain dilakukan didalam ruang ukur Laboratorium Akustik dengan ukuran ruang 4 4 3 . Dari penelitian itu dihasilkan koefisien absorpsi tidak hanya tergantung pada prosentase lubang tetapi tergantung juga pada sebaran lubang pada pagar barrier5. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh prosentase lubang (1%, 2% dan 3%) terhadap pengurangan bunyi. Penelitian ini difokuskan pada prosentase lubang yang efektif mereduksi bunyi. DASAR TEORI
A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Diruang terbuka, energi bunyi yang dipancarkan oleh sumber bunyi akan diterima langsung oleh penerima bunyi apabila gelombang bunyi yang merambat tidak mengenai penghalang. Pada saat perambatan bunyi bisa terjadi pengurangan ataupun penambahan tingkat tekanan bunyi. Dengan diberi penghalang maka bunyi yang diterima oleh penerima dapat dihambat sehingga tekanan bunyi yang diterima menjadi lebih kecil. Hal ini dikarenakan energi bunyi yang datang menuju penghalang ada yang dipantulkan kearah sumber suara ada yang merambat melalui penghalang ada juga yang diserap. Penyerapan tingkat tekanan bunyi oleh penghalang juga diakibatkan difraksi gelombang bunyi pada tepi atas penghalang sehingga intensitas bunyi yang diterima oleh penerima bunyi menjadi lebih berkurang3. Efektifitas suatu penghalang kebisingan diselidiki dari jumlah reduksi bunyi yang diperoleh dengan membandingkan antara nilai intensitas menggunakan penghalang dan tanpa menggunakan penghalang6.
⎛ ITP ⎞ IL = 10 log⎜ ⎟ ⎝ IP ⎠
2
(1)
Persamaan 1 dengan IL adalah tingkat intensitas, ITP adalah intensitas dari sumber bunyi titik tanpa menggunakan penghalang dan IP adalah intensitas dari sumber bunyi titik dengan menggunakan penghalang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur sederhana yang dihasilkan merupakan tingkat tekanan bunyi dan bukan tingkat intensitas. Maka digunakan tingkat tekanan bunyi (L) yang didefinisikan sebagai: 2
⎛ P ⎞ dB L = 10 log ⎜ ⎟ P ⎝ ⎠ TP
P
⎛ PTP ⎞ L = 20 log⎜ ⎟ dB ⎝ PP ⎠
(2)
dengan L adalah tingkat tekanan bunyi, PTP adalah tekanan bunyi tanpa penghalang (dB), dan PP adalah tekanan bunyi dengan menggunakan penghalang (dB).
B. Sumber Bunyi Titik Sumber bunyi titik adalah sumber bunyi yang ukurannya lebih kecil dari panjang gelombang yang dihasilkan serta merambat dengan kekuatan yang sama ke segala arah, maka seolah‐olah terbentuk ruang berbentuk bola dan sumber bunyi sebagai pusatnya. Lr LR
r
R
Gambar 1. Luas permukaan sebuah bola proporsional terhadap kuadrat jari‐jarinya. Intensitas bunyi akan menurun sebanding dengan kuadrat jarak dari sumber titik4.
Gambar 1 merupakan luas permukaan sebuah bola dengan r adalah jarak penerima dari sumber, R adalah jarak kuadrat penerima dari sumber , Ir adalah intensitas pada jarak r dari sumber, IR adalah intensitas pada jarak R dari sumber, dan Lr adalah kuat tekanan bunyi pada jarak r dari sumber. Dengan demikian
Lr − LR = 10 log
Ir R2 R = 10 log 2 = 20 log IR r r
(3)
Didapat bahwa penurunan tingkat tekanan bunyi dari sumber untuk setiap penggandaan jarak adalah 6 dB.
3
C. Pengurangan kebisingan oleh dinding dp
ds
H
Dp
Ds
tp
ts
Gambar 2. Hubungan antara sumber dan penerima ke dinding4.
Pengurangan tingkat tekanan bunyi dengan menggunakan dinding akan efektif jika penghalang lebih besar daripada panjang gelombang bunyi. Dimana x merupakan indeks perbandingan antara jarak pendengar dengan jarak sumber terhadap dinding penghalang yang dipengaruhi oleh frekuensi yang dilewatkan dan posisi tinggi rendahnya pendengar. Hal ini dituliskan sebagai:
1
1
1
1
(4)
serta jarak penerima Dp terhadap penghalang tidak lebih besar daripada jarak sumber Ds terhadap penghalang (Dp < Ds)7. Persamaan 4 juga akan efektif apabila ketinggian efektif (H) lebih kecil dari lebar penghalang p, (
H <<1). p
Selisih lintasan tanpa penghalang dan menggunakaan penghalang (apabila ts tidak berbeda jauh dengan tp dan ts = tp) adalah: ∆S=dp + ds dengan x adalah selisih lintasan untuk tiap
λ 2
(5)
, λ adalah panjang gelombang bunyi (m), dp
adalah jarak lintasan dari penerima kepenghalang , ds adalah jarak dari sumber ke penghalang (m), Dp adalah jarak dari penerima kepenghalang (m), H adalah tinggi
4
penghalang diatas posisi sumber penerima (m), ts adalah tinggi sumber (m), dan tp adalah tinggi penerima (m). Karena: P∞
1
r
2
(6)
Maka: 2
PTP r P = 2 P P r TP
(7)
( + + d P + d s) L = 20 log D s D P (D s + D P )
⎛ ⎞ + L = 20 log⎜⎜1 + d s d P ⎟⎟ ⎝ Ds + DP ⎠
L = 20 log
r r
P
TP
⎛ ⎞ λx ⎟⎟ L = 20 log⎜⎜1 + ⎝ 2(D s + D P ) ⎠
(8)
Persamaan (8) merupakan perhitungan tingkat tekanan bunyi yang berlaku jika panjang penghalang sangat lebih panjang daripada tingginya. Dalam penelitian ini panjang penghalang 2 m dan tinggi penghalang 1 m serta lebar penghalang 0,13 m. Dimana tinggi efektif maksimal penghalang kurang dari 1 m ini menunjukkan bahwa
H ≈ 1 bukan p
H << 1 , sehingga persamaan (8) hanya dijadikan sebagai acuan kasar. p METODE PENELITIAN A. Desain penghalang Penghalang dibuat dari kayu sengon yang didesain dengan ukuran panjang 2,0 m, lebar 0,13 m dan tinggi 1,0 m dibuat dengan prosentase lubang 2% dan 3% dari luasan penghalang. Bagian depan papan berlubang diberi kisi dengan lebar celah antar kisi adalah 3 cm dan tebal kisi 1,5 cm. Di balik papan berlubang diisi bahan absorber yaitu serat sabut kelapa (cocofiber) yang sudah kering dan juga styrofoam.
Lubang
5
1 m 0,13
2 m
Gambar 3. Desain penghalang.
B. Pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi Sound Level Meter (SLM) digunakan untuk mengukur tingkat tekanan bunyi atau tingkat kekuatan bunyi. Pada penelitian ini digunakan dua sumber yaitu Adobe Audition 3.0 sebagai sumber bunyi multi tone, dalam penelitian ini yang digunakan adalah white noise dan signal generator sebagai sumber bunyi tunggal (single tone) mengunakan dengan frekuensi 800 Hz, 1000 Hz dan 1250 Hz. Pengukuran tingkat tekanan bunyi dilakukan dengan menggunakan penghalang dan pembandingnya adalah pengukuran tanpa menggunakan penghalang (seperti pada gambar 4). speaker SLM
2m a)
penghalang
difraksi
diserap
daerah bayang‐bayang
sumber
langsung
diteruskan
penerima
dipantulkan
b)
Gambar 4. a)Tanpa penghalang diantara sumber dan penerima, dan b) dengan penghalang diantara sumber dan penerima4.
Desain penghalang dengan ukuran panjang 2,0 m; tinggi 1,0 m; serta lebar 0,13 m. Jarak sumber dengan penerima adalah 2,0 m serta posisi penghalang dibuat dengan 3 variasi (0,5 m; 1,0 m dan 1,5 m) dari sumber. Mengukur tingkat tekanan bunyi referensi (pengukuran tanpa penghalang) dengan tinggi sumber dibuat bervariasi : 1,0 m; 0,8 m; 0,6
6
m dan 0,4 m dari permukaan tanah. Serta untuk ketinggian penerima dimulai dari permukaan tanah 0,2 m; 0,4 m; 0,6 m; 0,8 m dan 1,0 m. Pengukuran diulang menggunakan penghalang dengan prosentase lubang 2% dari luasan penghalang. Kemudian cara pengukuran yang sama menggunakan penghalang dengan prosentase lubang 3% dari luasan penghalang. Pengukuran dilakukan pada malam hari antara pukul 18.00‐23.00 WIB di lapangan bola yang terletak di tengah kampus Universitas Kristen Satya Wacana, dengan tingkat tekanan bunyi (back ground noise) selama pengukuran adalah 48,5 dB – 54 dB serta kondisi lapangan berumput. Seluruh bagian tepi lapangan terdapat pepohonan di sisi barat lapangan terdapat Balairung Utama dan di sisi timur terdapat taman, bukit dan kafe. Disisi lapangan utara dan selatan terdapat ruang kelas. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan tingkat tekanan bunyi (L) db dengan x pada tiap frekuensi dengan posisi penghalang tetap (diisi serabut kelapa).
7
Grafik 1. Tingkat tekanan bunyi (L) terhadap x pada setiap frekuensi dengan posisi penghalang tetap. (a) Ds = 0,5 m, (b) Ds = 1,0 m, dan (c) Ds = 1,5 m. (i) untuk frekuensi 800 Hz, (ii) 1000 Hz, dan (iii) 1250 Hz. 4 Dengan ( ) tekanan bunyi dari hasil perhitungan, ( ) tekanan bunyi hasil pengukuran 1% , ( ) tekanan bunyi hasil pengukuran 2%, ( ) tekanan bunyi hasil pengukuran 3% .
Grafik 1 menunjukkan jarak pengukuran yang merupakan perbandingan tingkat tekanan bunyi (L) dengan x. Untuk a(iii) secara kualitatif, penghalang dengan prosentase lubang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari penghalang dengan prosentase lubang 3%. Hal ini ditunjukkan dengan cara melihat jarak pisah antara hasil tekanan bunyi untuk pengukuran 2% dan 3% cukup besar.
8
Perhitungan tingkat tekanan bunyi yang berlaku jika panjang penghalang sangat lebih panjang daripada tingginya. Dalam penelitian ini panjang penghalang 2 m dan tinggi penghalang 1 m serta lebar penghalang 0,13 m. Dimana tinggi efektif maksimal penghalang kurang dari 1 m ini menunjukkan bahwa
H H ≈ 1 bukan << 1 , itu berarti pengukuran p p
tingkat tekanan bunyi untuk prosentase lubang 1%, 2% dan 3% terjadi superposisi gelombang bunyi ke segala arah. Ada juga analisa secara kuantitatif, penghalang dengan prosentase lubang 2% tidak dapat terbedakan penyerapan bunyinya dari penghalang dengan prosentase lubang 3% maka dilakukan uji statistik. Salah satu contoh analisis secara statistik untuk x < 2,1 dari grafik 1 a(iii) terlihat dari tabel 1. Tabel 1.Perhitungan secara statistik untuk data dengan x < 2,1 dari grafik 1 a(iii), tingkat kebenaran (CL) 95%8. Keterangan STD bersama Selisish rata‐rata
L ukur 1% dan 2% 0,50 1,03 TERBEDAKAN
L ukur 1% dan 3% 0,44 1,31 TERBEDAKAN
L ukur 2% dan 3% 0,35 0,27 TIDAK TERBEDAKAN
Tabel 1 merupakan contoh pembahasan secara statistik untuk data yang tidak bisa dibedakan secara kualitatif dimana untuk penghalang dengan prosentase lubang 1% penyerapan bunyinya terbedakan terhadap penghalang dengan prosentase lubang 2%. Begitu juga untuk penghalang dengan prosentase lubang 1% penyerapan bunyinya terbedakan terhadap penghalang dengan prosentase lubang 3%. Tetapi tidak untuk penghalang dengan prosentase lubang 1% penyerapan bunyinya tidak terbedakan terhadap penghalang dengan prosentase lubang 3%. Grafik 1 a adalah tingkat tekanan bunyi (L) terhadap x pada posisi penghalang 0,5 m dari sumber. Untuk a(i) frekuensi 800 Hz secara kualitatif mulai 1,11< x <2,1, penghalang dengan prosentase lubang 1% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 2%, penghalang dengan prosentase lubang 1% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%, penghalang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%. Pada a(ii) dengan frekuensi 1000 Hz secara kuatitatif mulai 1,4 < x <3,0, penghalang dengan prosentase lubang 3% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 1%, penghalang dengan prosentase lubang 3% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 2%, penghalang dengan prosentase lubang 1% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 2%. Sedangkan untuk a(iii) dengan frekuensi 1250 Hz secara kualitatif mulai 1,7 < x <3,7, penghalang dengan prosentase lubang 1% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 2%, penghalang dengan prosentase lubang 1% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%, penghalang dengan prosentase lubang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%.
9
Grafik 1 b adalah tingkat tekanan bunyi (L) terhadap x pada posisi penghalang 1,0 m dari sumber. Untuk b(i) frekuensi 800 Hz secara kualitatif mulai 0,4 < x < 2,6, penghalang dengan prosentase lubang 1% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 2%, penghalang dengan prosentase lubang 1% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%, penghalang dengan prosentase lubang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%. Pada b(ii) dengan frekuensi 1000 Hz secara kuatitatif mulai 1,4 < x < 3,3, penghalang dengan prosentase lubang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 1%, penghalang dengan prosentase lubang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%, penghalang dengan prosentase lubang 1% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%. Sedangkan untuk b(iii) dengan frekuensi 1250 Hz secara kualitatif mulai 1,1 < x < 4,1, penghalang dengan prosentase lubang 1% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%, penghalang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 1%, penghalang dengan prosentase lubang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%. Grafik 1 c adalah tingkat tekanan bunyi(L) terhadap x pada posisi penghalang 1,5 m dari sumber. Untuk c(i), (ii), (iii) secara kualitatif, penghalang dengan prosentase lubang 2% tidak dapat terbedakan penyerapan bunyinya dari penghalang dengan prosentase lubang 3%. Jadi penerima tidak bisa menunjukkan efek prosentase lubang pada setiap frekuensi, itu artinya barier tidak bisa berfungsi pada posisi penghalang 1,5 m. 2. Pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi untuk Frekuensi White noise dengan Menggunakan Penghalang dan Tanpa Menggunakan Penghalang.
Grafik 2. Posisi penerima terhadap tingkat tekanan bunyi untuk frekuensi white noise ( ) tekanan bunyi hasil pengukuran 2%, ( ) tekanan bunyi hasil pengukuran 3% , dengan a=ds 0,5 m, b=ds 1,0 m, dan c=ds 1,5 m dari sumber
Grafik 2 adalah Pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi untuk Frekuensi White noise pada posisi penghalang tetap. Untuk grafik a merupakan posisi sumber 0,5 m dari penghalang. Secara kualitatif, penghalang dengan prosentase lubang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%. Untuk grafik b merupakan posisi sumber 1,0 m dari penghalang. Penghalang dengan prosentase lubang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%.
10
Untuk grafik c merupakan posisi sumber 1,5 m dari penghalang. Penghalang dengan prosentase lubang 2% dapat menyerap bunyi lebih banyak dari 3%. 3. Hubungan tingkat tekanan bunyi (L)db dengan x pada tiap frekuensi dengan posisi penghalang tetap (diisi Styrofoam dan serabut kelapa).
Grafik 3. Tingkat tekanan bunyi (L) terhadap x pada setiap frekuensi dengan posisi penghalang tetap.(a) Ds = 0,5 m, (b) Ds = 1,0 m, dan (c) Ds = 1,5 m. (i) untuk frekuensi 800 Hz, (ii) 1000 Hz, dan (iii) 1250 Hz. Dengan ( ) ttekanan bunyi dari hasil perhitungan, ( ), tekanan bunyi hasil pengukuran 2% dengan serabut kelapa, ( )tekanan bunyi hasil pengukuran 2% dengan Styrofoam.
Grafik 3 a adalah tingkat tekanan bunyi (L) terhadap x pada posisi penghalang 0,5 m dari sumber. Untuk a(i) dengan frekuensi 800 Hz, membandingkan antara Styrofoam dengan serabut kelapa (cocofiber) yang mempunyai jumlah prosentase lubang yang sama, styrofoam menyerap bunyi lebih banyak dengan serabut kelapa. Hasil yang ditunjukkan secara kualitatif. Untuk a(ii) dengan frekuensi 1000 Hz, membandingkan antara Styrofoam dengan serabut kelapa (cocofiber) yang mempunyai jumlah prosentase lubang yang sama,
11
styrofoam menyerap bunyi lebih banyak dengan serabut kelapa. Hasil yang ditunjukkan secara kualitatif. Untuk a(iii) dengan frekuensi 1250 Hz membandingkan antara Styrofoam dengan serabut kelapa (cocofiber) yang mempunyai jumlah prosentase lubang yang sama, styrofoam tidak terbedakan penyerapan bunyinya dengan serabut kelapa. Hasil yang ditunjukkan secara kualitatif. Grafik 3 b adalah tingkat tekanan bunyi (L) terhadap x pada posisi penghalang 0,5 m dari sumber. Untuk b(i) dengan frekuensi 800 Hz, membandingkan antara Styrofoam dengan serabut kelapa (cocofiber) yang mempunyai jumlah prosentase lubang yang sama, styrofoam menyerap bunyi lebih banyak dengan serabut kelapa. Hasil yang ditunjukkan secara kualitatif. Untuk b(ii) dengan frekuensi 1000 Hz, membandingkan antara Styrofoam dengan serabut kelapa (cocofiber) yang mempunyai jumlah prosentase lubang yang sama, styrofoam menyerap bunyi lebih banyak dengan serabut kelapa. Hasil yang ditunjukkan secara kualitatif. Untuk b(iii) dengan frekuensi 1250 Hz membandingkan antara Styrofoam dengan serabut kelapa (cocofiber) yang mempunyai jumlah prosentase lubang yang sama, styrofoam tidak terbedakan penyerapan bunyinya dengan serabut kelapa. Hasil yang ditunjukkan secara kualitatif. Grafik 3 c adalah tingkat tekanan bunyi (L) terhadap x pada posisi penghalang 0,5 m dari sumber. Untuk c(i) dengan frekuensi 800 Hz, membandingkan antara Styrofoam dengan serabut kelapa (cocofiber) yang mempunyai jumlah prosentase lubang yang sama, styrofoam tidak terbedakan penyerapan bunyinya dengan serabut kelapa. Hasil yang ditunjukkan secara kualitatif. Untuk c(ii) dengan frekuensi 1000 Hz, membandingkan antara Styrofoam dengan serabut kelapa (cocofiber) yang mempunyai jumlah prosentase lubang yang sama, styrofoam menyerap bunyi lebih banyak dengan serabut kelapa. Hasil yang ditunjukkan secara kualitatif. Untuk c(iii) dengan frekuensi 1250 Hz membandingkan antara Styrofoam dengan serabut kelapa (cocofiber) yang mempunyai jumlah prosentase lubang yang sama, styrofoam tidak terbedakan penyerapan bunyinya dengan serabut kelapa. Hasil yang ditunjukkan secara kualitatif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Penghalang dengan prosentase lubang 2% menyerap bunyi lebih banyak dari penghalang dengan prosentase lubang 3 % saat sumber bunyi yang digunakan adalah multi tone dalam hal ini white noise. Prosentase lubang mempengaruhi penyerapan bunyi pada
12
frekuensi 1250 Hz dengan posisi penghalang dekat dengan sumber dan pada frekuensi 1000Hz dengan posisi penghalang berada ditengah. Prosentase lubang tidak mempengaruhi penyerapan bunyi saat penghalang berada dekat dengan penerima saat sumber bunyi single tone. Bahan styrofoam dapat menyerap bunyi lebih banyak dari serabut kelapa.
DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7] [8]
Keputusan MENLH‐48/11/1996. Maknun, Johar, dkk. Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas terhadap Efektivitas Proses Belajar Mengajar (Studi Kasus pada Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung Akil, Husein A. Achmad S.,suwono & Yayat S. Pangujian Berbagai Model Penghalang Bising (Noise barriers) untuk menangkal Kebisingan lalu Lintas dengan Teknik Model Skala Akustik. Kembariani.2012. Karakterisasi Pengurangan Kebisingan oleh Dinding pada Ruang Terbuka.Salatiga:UKSW. Prasetyo, Leo.2009. Studi tentang Pengaruh Prosentase Lubang terhadap Daya Absorpsi Bunyi. Surabaya: ITS. Mediastika, Christina E.2005. Akustika Bangunan: Prinsip‐prinsip dan Penerapannya di Indonesia. Hal. 4‐6,Jakarta: Erlangga. Environmental Physics. Longman. Ltd., 1971 Ashenfelter. Levine. Zimmerman.2003, “Statistics and econometrics: Methods and Applications”, Danvers.
13