Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH JUMLAH DAN DIAMETER LUBANG PADA SIRIP SEKELILING SILINDER LUAR TERHADAP LAJU PERPINDAHAN KALOR Joko Winarno 1) dan Samsul Kamal2) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Janabadra 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri, UGM 1)
ABSTRACT An experimental study was conducted to investigate the effect of diameter and number of the hole on the outside cylinder fin to the rate of heat transfer. Two similar models of the outside cylinder fin made of aluminium were employed in this work. One model was used to investigate the effect of hole diameter on the outside cylinder fin to the rate of heat transfer for given hole number, and the other was used to investigate the effect of hole number on the outside cylinder fin to the rate of heat transfer for given hole diameter. Multipurpose air duct was used for providing blowing air. The experimental results showed that rate of heat transfer of the outside cylinder fin increased in given situation by increasung the value of the Reynlods number for all cases of the fin. For the first case, rate of heat transfer of the outside cylinder fin increased by increasung the value of diameter of the hole, but the limit is reached when the area ratio (Φ) approximate 0,1 and for the second case, rate of heat transfer of the outside cylinder fin increased by increasung the number of the hole, but the limit is reached when the area ratio (Φ) was about 0,08. The friction factor reduced by increasung the value of the Reynlods number and increased by increasing the value of the number and diameter of the hole on the outside cylinder fin. Keywords: radial fin, Reynolds number, heat transfer rate PENDAHULUAN Saat ini banyak kasus aplikasi di bidang teknik memerlukan komponen-komponen perpindahan kalor dengan unjuk kerja tinggi dengan berat, volume dan biaya yang lebih rendah. Pada umumnya aplikasi yang sering dijumpai untuk mendapatkan peningkatan laju aliran kalor adalah penggunaan permukaan yang menonjol (extended surface) dalam bentuk sirip. Sebagai contoh penggunaan sirip, misalnya untuk proses pendinginan silinder pada motor pembakaran dalam, pendinginan silinder kompresor, pendinginan peralatan elektrikal seperti transformator dan lain sebagainya. Permukaan yang menonjol dalam bentuk sirip ini juga digunakan secara luas dalam alat penukar kalor (heat exchangers), terutama penukar kalor jenis pipa bersirip aliran silang, untuk memperbesar luas permukaan perpindahan kalor, sehingga daya guna alat tersebut dapat meningkat. Berbagai kajian analitis telah banyak dilakukan terhadap rancangan sirip yang optimum untuk mendapatkan komponen perpindahan kalor dengan unjuk kerja tinggi, ringan dan kompak. Arslanturk (2005) melakukan optimasi rancangan dari sirip dilakukan melalui dua pendekatan, yakni meminimalkan volume atau massa sirip pada tugas termal tertentu dan memaksimalkan laju aliran kalor pada volume atau massa sirip yang telah ditentukan Sedangkan optimasi rancangan geometri dari aransemen (susunan) sirip dapat dilakukan melalui pendekatan Hukum Kedua Termodinamika dengan meminimalkan pembangkitan entropi (Taufiq, et.al., 2006). Berkaitan dengan pengurangan berat atau volume sirip, Fuji. et.al. (1998) telah melakukan penelitian terhadap sirip radial berlubang pada sebuah alat penukar kalor. Dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa terjadi peningkatan laju perpindahan kalor pada permukaan sirip berlubang yang disebabkan oleh aliran yang melewati permukaan sirip berlubang akan terbagi menjadi dua komponen dan terjadi pusaran yang akan mempercepat terjadinya turbulensi. Gardner dalam Kreith (1994) telah menganalisa efisiensi dari sirip radial berprofil segiempat dan sirip radial berprofil segitiga, sedangkan Kern dan Kraus (1972) melakukan kajian teoritis terhadap sirip dengan berbagai macam profil dan diketahu bahwa sirip dengan profil parabolik cekung mempunyai kemampuan mentransfer kalor yang maksimum. Webb (1994) dan Kraus et.al. (2002) juga melakukan analisis terhadap berbagai profil dari sirip dan hasilnya dapat diketahui bahwa sirip dengan profil hiperbolik mempunyai kemampuan mentransfer kalor yang hampir sama dengan sirip dengan profil parabolik cekung. Sementara itu Yeh (1997) melakukan studi analitis terhadap sirip berprofil segiempat dengan mempertimbangkan koefisien perpindahan yang berubah-ubah terhadap temperatur dan perpindahan kalor dari ujung sirip. Berkaitan dengan koefisien perpindahan kalor dari sirip, Mokheimer (2002) juga melakukan kajian analitis terhadap berbagai profil sirip radial dengan koefisien perpindahan kalor lokal yang berubah-ubah. 171
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Peningkatan laju perpindahan kalor akibat penambahan lubang pada permukaan perpindahan kalor juga dilaporkan oleh Schlichting (1979). Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Supriatno (1998). Dari kedua penelitian tersebut diketahui bahwa penambangan lubang pada sirip dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan laju perpindahan kalor. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui unjuk kerja termal dari sirip sekeliling silinder luar (sirip radial) dengan berbagai diameter dan jumlah lubang dalam suatu aliran udara. Penelitian dilakukan pada efek parameter geometri lubang pada sirip terhadap koefisien perpindahan kalor atau Bilangan Nusselt, dan faktor gesekan yang dihasilkan oleh sirip untuk mengetahui karakter besarnya laju perpindahan kalor. Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh karakteristik luas permukaan sirip berlubang terhadap laju aliran kalor. Dasar Teori Geometri dari sirip radial di sekeliling silinder luar dalam studi ini ditunjukkan oleh gambar 1. Dengan mengasumsikan perpindahan kalor konduksi satu dimenasi dalam keadaan stedi untuk sirip tunggal dengan koefisien perpindahan kalor konstan dan memperhtungkan rugi-rugi kalor dari ujung sirip, maka penyelesaian eksak laju distribusi temperatur pada permukaan sirip dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini:
I ( nr )[he K o (nre ) − knK1 (nre )] − K o (nr )[he I o (nre ) + knI1 ( nre )] θ = o θ o I o ( nrb )[he K o (nre ) − knK1 (nre )] − K o (nrb )[he I o ( nre ) + knI1 (nre )]
(1)
Laju perpindahan kalor dari sirip adalah:
q = 2.π .k .n.w.θ o rb
K1 ( nrb ) I1 ( nre ) − I1 ( nrb ) K1 (nre ) K o (nrb ) I1 (nre ) + I o ( nrb ) K1 (nre )
(2)
Kalor yang diserap oleh udara dirumuskan sebagai berikut:
Qa = mu .c pu .(Tout − Tin )
Di mana:
mu = ρu . As .Vu ; Tout =
(3)
∑T
oui
S
; Tin =
∑T
ini
S
(4)
172
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Aliran Fluida T∞
rb
r
re
h
Gambar 1 : Skema perpindahan kalor pada sirip radial di sekeliling silinder luar Semua sifat udara dievaluasi pada temperatur borongan rata-rata:
T∞ = Tar =
Tout + Tin 2
(5)
Sedangkan besarnya rugi-rugi kalor dari silinder bersirip adalah:
Q = hc . Aw .(Twr − T∞ )
Di mana:
Twr =
Tbr + T fr 2
; Tbr =
(6)
Tbi
∑S
; T fr =
T fi
∑S
(7)
Efektifitas dari sirip adalah:
ε=
Qw Ab .hb .(Tb − T∞ )
(8)
Besarnya koefisien perpindahan kalor konveksi rata-rata dihitung dengan:
hc =
mu .c pu (Tout − Tin )
(9)
Aw .(Twr − T∞ )
Luas total permukaan perpindahan kalor (Aw) silinder bersirip tanpa lubang: Aw = ( Ac − 2 Nπ .rb w) + 2π (re2 − rb2 ) + 2.π .re .w N + 2 Nπ .re w
[
]
(10)
Luas total permukaan perpindahan kalor (Aw) sirip berlubang adalah:
[
]
Aw = ( Ac − 2 Nπ .rb w) + 2π (re2 − rb2 ) + 2.π .re .w N − 1 4 Mπ (DL )2
(11)
Untuk analisis digunakan parameter-parameter tak-berdimensi berikut ini: a. Nusselt Number dan Bilangan Reynolds:
Nu =
VD0 hc D0 dan Re = k v
(12)
b. Faktor gesek dan efektifitas sirip
f =
Qdengan sirip 2 g .ΔP.D dan ε f = 2 ρV .L Qtanpa sirip
(13)
Aw Af
(14)
c. Rasio luas Φ =
Metode Penelitian a. Bahan Penelitian 1. Silinder Bersirip 2. Papan kayu dan kaca dengan ketebalan 3 mm untuk pembuatan seksi uji 3. Asbes sebagai inti pemanas listrik 4. Kawat nikelin untuk membuat pemanas listrik dan Kabel listrik
173
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
5.
Bahan pendukung seperti Mur dan baut berbagai ukuran, Lem silikon dan alteco, Benang dan Lakban 6. Selang/pipa plastik beserta sumbungn T 7. Isolator dan ciler untuk mengisolasi ujung silinder 8. Straw untuk membuat straigthener pada seksi uji b. Peralatan Penelitian 1. Multipurpuse air duct (wind tunnel) beserta fan sentrifugal dan motornya, straightener, Pipa pitot dan pemegangnya, Manometer miring dan pipa karet penghubungnya. 2. Voltage Regulator 5 KVA 3. Panel kontrol yang terdiri voltmeter, amperemeter, MCB dan lampu 4. Termokopel tipe K (Cromel-Alumel) dan Multimeter temperatur digital 5. Heat Treacer (Pengukur temperatur menggunakan sinar infra merah) Susunan dari peralatan pengujian adalah sebagai berikut:
Heater
Benda uji
Blower
Seksi uji
Wind Tunnel
Panel control
Amperemeter Voltmeter
Voltage Reagulator
Gambar 2: Susunan peralatan pengujian
10 mm
12 mm 164 mm
2 mm 40 mm 80 mm
174
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Gambar 3: Rancangan model silnder bersirip HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pengaruh diameter lubang terhadap laju aliran kalor 310 290 270
Laju Aliran Kalor (Q), Watt
250
TNP Lubang DIA. LUBANG 5 MM DIA. LUBANG 6 MM DIA. LUBANG 7 MM DIA. LUBANG 8 MM DIA. LUBANG 9 MM DIA. LUBANG 10 MM Log (TNP Lubang)
230 210 190 170 150 130 110 90 70 50 2400
2900
3400
3900
4400
4900
5400
Bilangan Reynold, Re
Gambar 4: Grafik laju aliran kalor pada berbagai bilangan Reynold 400 BUKAAN SLIDE 30% BUKAAN SLIDE 40% BUKAAN SLIDE 50% BUKAAN SLIDE 60% BUKAAN SLIDE 70% BUKAAN SLIDE 80% BUKAAN SLIDE 90% P l (BUKAAN SLIDE 30%)
350
Laju Aliran Kalor (Q), Watt
300
250
200
150
100
50
Φ= 0 0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
AL Af 0.14
0.16
Rasio Luas,
Φ
Gambar 5: Grafik laju aliran kalor pada berbagai rasio luas
175
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
0.45 TANPA LUBANG DIA. LUBANG 5 MM DIA. LUBANG 6 MM DIA. LUBANG 7 MM DIA. LUBANG 8 MM DIA. LUBANG 9 MM DIA. LUBANG 10 MM Expon (DIA LUBANG 9 MM)
0.40
0.35
Faktor Gesek, f
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
Φ
0.00
1800
2600
3400
4200
5000
5800
Bilangan Reynold, Re
Gambar 6: Grafik faktor gesek pada berbagai bilangan Reynold
Penelitian Pengaruh diameter lubang terhadap laju aliran kalor 350 TANPA LUBANG JML LUBANG 8 JML LUBANG 12 JML LUBANG 16 JML LUBANG 24 Poly. (TANPA LUBANG) Poly. (JML LUBANG 8) Poly. (JML LUBANG 12) Poly. (JML LUBANG 24) P l (JML LUBANG 16)
300
Laju Aliran Kalor, Q
250
200
150
100
50
0 1800
2300
2800
3300
3800
4300
4800
5300
5800
Bilangan Reynold, Re
Gambar 7: Grafik laju aliran kalor pada berbagai bilangan Reynold
176
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
1900 BUKAAN SLIDE 30% BUKAAN SLIDE 40% BUKAAN SLIDE 50% BUKAAN SLIDE 60% BUKAAN SLIDE 70% BUKAAN SLIDE 80% BUKAAN SLIDE 90% Poly. (BUKAAN SLIDE 40%) Poly. (BUKAAN SLIDE 50%) P l (BUKAAN SLIDE 80%)
1800 1700 1600 1500 1400
Bilangan Nusselt, Nu
1300 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400
Φ=
300 200
AL Af
100 0 0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
Φ
Rasio Luas,
Gambar 8: Grafik bilangan Nuuselt pada berbagai rasio luas 0.35 TANPA LUBANG JML LUBANG 8 JML LUBANG 12 JML LUBANG 16 JML LUBANG 24 Expon. (JML LUBANG 8) Expon. (TANPA LUBANG) Expon. (JML LUBANG 12) Expon. (JML LUBANG 24) Expon (JML LUBANG 16)
0.30
Faktor Gesek, f
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00 1800
2300
2800
3300
3800
4300
4800
5300
5800
6300
Bilangan Reynold, Re
Gambar 9: Grafik faktor gesek pada berbagai bilangan Reynold Pembahasan Pada grafik yang ditunjukkan oleh gambar 4 dan gambar 8 dapat diketahui bahwa laju aliran kalor dari semua kasus dari sirip yang diuji mengalami kenaikan seiring dengan naiknya Bilangan Reynold. Kecenderungan kenaikan laju aliran kalor ini disebabkan pada Bilangan Reynold yang semakin besar, hambatan gesekan permukaan benda akan semakin kecil dan gaya lembam akan semakin besar. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pusaran turbulensi di bagian belakang benda uji. Di samping itu pada kecepatan aliran udara yang semakin besar dapat menyebabkan lapis batas laminer pada permukaan benda menjadi turbulen. Hal ini mengakibatkan koefisien perpindahan kalor konveksi rata-rata akan meningkat seiring dengan naiknya bilangan Reynold untuk semua kasus yang diuji. Dari kedua grafik tersebut juga dapat diketahui bahwasanya laju aliran kalor dari sirip yang diberi lubang lebih besar daripada sirip tanpa lubang pada berbagai bilangan Reynolds untuk semua kasus diameter dan jumlah lubang yang diujikan pada sirip. Hal ini karena tingkat intensitas turbulensi aliran pada sirip tanpa lubang relatif kecil dan lebih dominan disebabkan oleh kenaikan biloangan 177
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Reynold, sementara dengan adanya lubang pada permukaan sirip dapat menyebabkan gangguan aliran pada permukaan sirip. Gangguan ini disebabkan adanya aliran yang melewati lubang-lubang pada permukaan sirip di mana gangguan aliran ini dapat menyebabkan percampuran arus aliran yang lebih baik dan mempercepat terjadinya aliran turbulen pada permukaan benda terutama pada sisi bagian belakang dari sirip radial, yakni pada arus ikut pusaran turbulen. Secara visual pola aliran pada sirip tanpa lubang dan pada sisirp dengan lubang ditunjukkan oleh gambar 19 dan gambar 11. Dari gambar 5 diketahui bahwa seiring dengan kenaikan diameter lubang sampai diameter lubang juga diikuti dengan kenaikan laju aliran kalor, akan tetapi pada diameter yang lebih besar dari 9 mm (yakni 10 mm) laju aliran kalor mengalami penurunan walaupun masih di atas laju aliran kalor dari sirip tanpa lubang. Hal ini karena pada diameter lubang sampai diameter lubang tertentu (yakni 9 mm), besarnya kenaikan koefisien perpindahan konveksi rata-rata yang terjadi lebih dominan daripada pengurangan luas permukaan sirip karena adanya lubang pada sirip. Akan tetapi pada pada diameter yang lebih besar, (yakni 10 mm), besarnya kenaikan koefisien perpindahan konveksi rata-rata yang terjadi tidak mampu lagi mengimbangi besarnya penurunan atau pengurangan luas permukaan perpindahan kalor pada sirip. Fenomena ini juga diperlihatkan pada hasil penelitian yang ditunjukkan oleh garfik pada gambar 9 di mana dari grafik tersebut diketahui seiring dengan kenaikan jumlah lubang sampai jumlah tertentu juga diikuti dengan kenaikan laju aliran kalor, akan tetapi pada jumlah yang lebih besar dari 24 mm laju aliran kalor tidak mengalami peningkatan laju aliran kalor yang berarti. Hal ini karena pada sampai pada jumlah lubang tertentu (yakni 24 mm), besarnya kenaikan koefisien perpindahan konveksi rata-rata yang terjadi lebih dominan daripada pengurangan luas permukaan sirip karena adanya lubang pada sirip. Akan tetapi pada pada jumlah diameter yang lebih besar dari 26, besarnya kenaikan koefisien perpindahan konveksi rata-rata yang terjadi tidak mampu lagi mengimbangi besarnya penurunan atau pengurangan luas permukaan perpindahan kalor pada sirip.
Gambar 10: Visualisasi pola aliran pada sirip tanpa lubang
Gambar 11: Visualisasi pola aliran pada sirip berlubang Dalam hal faktor gesek, faktor gesekan akan semakin kecil seiring dengan naiknya bilangan Reynolds untuk semua kasus yang diuji seperti ditunjukkan oleh grafik pada gambar 7 dan gambar 10. Hal ini karena seiring dengan naiknya bilangan Reynolds, gaya gesek pada permukaan benda akan berkurang dan berubah menjadi gaya lembam. Unjuk kerja termal dari sirip ditunjukkan dengan suatu parameter efektifitas dari sirip. Menurut Inropera and DeWitt bahwa nilai efektifitas dari sirip harus sama dengan 2 atau lebih. Dari hasil
178
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
penelitian diketahui bahwa besarnya nilai efektifitas dari sirip untuk semua kasus yang diuji lebih besar dari 2.
KESIMPULAN Dari berbagai analisis terhadap karakteristik laju perpindahan kalor dari sirip radial sekeliling silinder luar dengan variasi diameter dan jumlah lubang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Laju perpindahan kalor dari sirip radial di sekeliling silinder luar dengan berbagai diameter dan jumlah lubang lebih tinggi dari laju perpindahan kalor dari sirip radial tanpa lubang pada berbagai Bilangan Reynlods untuk semua kasus sirip yang diuji. 2. Pada penelitian dengan variasi diameter, besarnya laju aliran kalor pada sirip radial berlubang mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan diameter lubang, dan pada diameter lubang tertentu, yakni 9 mm besarnya laju aliran kalor mencapai titik maksimal. 3. Pada penelitian dengan variasi jumlah lubang, Besarnya laju aliran kalor pada sirip radial berlubang juga mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah lubang pada sirip, dan pada jumlah lubang, yakni 24 mm besarnya laju aliran kalor tidak mengalami peningkatan yang berati. 4. Faktor gesekan yang terjadi akan semakin kecil seiring dengan naiknya bilangan Reynolds untuk semua kasus yang diuji. 5. Efektifitas dari sirip untuk semua kasus yang diuji lebih besar dari 2. Daftar Lambang Dan Notasi A DH
f ΔH h k M mu N Nu P ΔP Pr Q Re r S T
ΔTbilk
Luas permukaan perpindahan kalor (m2) Garis-Tengah hidrolik (m) Koefisien gesek (tak-berdimensi) Perbedaan tinggi cairan di dalam manometer (m) Koefisien perpindahan kalor konveksi (w/m2.oC) Konduktifitas termal bahan (watt.m/oC) Jumlah lubang (tak-berdimensi) Laju aliran udara (kg/det) Jumlah sirip (tak-berdimensi) Bilangan Nusselt (tak-berdimensi) Tekanan (kg/m2) Perbedaan tekanan statik (kg/m2) Bilangan Prandtl (tak-berdimensi) Laju aliran kalor dari sirip (watt) Bilangan Reynold (tak-berdimensi) Jari-Jari (m) Jumlah titik pengukuran (tak-berdimensi) Temperatur (oC) Beda temperatur borongan (oC)
V kecepatan aliran fluida (m/det) w Tebal sirip (m) Simbol-Simbol huruf Yunani Φ Rasio luas (tak-berdimensi) ε Efektifitas perpindahan kalor dari silinder bersirip (tak-berdimensi) θ Beda temperatur antara dinding dengan fluida (oC) ν Viskositas kinematik udara DAFTAR PUSTAKA Arslanturk, C., 2005, “Simple correlation equations for optimum design of annular fins with uniform thickness”, www.sciencedirect.com, Applied Thermal Engineering 25 (2005) 2463–2468, Elsevier Science Ltd. Taufiq, B.N.,, Masjuki, H.H., Mahlia, T.M.I., Saidur, R., Faizul, M.S., Mohamad, E.N., “Second law analysis for optimal thermal design of radial fin geometry by convection”, www.sciencedirect.com, Applied Thermal Engineering 27 (2007) 1363–1370, Elsevier Science Ltd. Holman, J.P., 1981, “Heat Transfer”, Fifth Edition, McGraw Hill Inc.
179
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Incropera, F.P., Dewit, D.P., 1985, “Fundamental Of Heat Transfer”, Second Edition, John Wiley snd Sons Inc. United States of America. Janna, W.S., 1986, “Engineering Heat Transfer”, PWS Engineering, Boston. Kreith, F., 1994, “Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas”, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga Jakarta. Ozisik, M.N., 1981, “Basic Heat Transfer”, McGraw- Hill, Kogakusha, Tokyo, Japan. Supriatno, 1998, “Pengaruh Pembuatan Lubang Pada Sirip Radial Berprofil Segiempat Terhadap Laju Perpindahan Kalor Pada Silinder Bersirip”, Prosiding Seminar, Nasional Perpindahan Panas dan Massa, Jurusan Teknik Kimia, FT-UGM, Hal. 33-78. Kundu, B., Das, P.K., 2001, “Performance Analysis and Optimization of Annular Fin With a Step Change in Thickness”, Journal of Heat Transfer, Vol. 123, No. 3, pp. 601–604. Elsevier Science Ltd Gardner, K.A., 1945, “Efficiency of extended surfaces”, Trans. ASME J. Heat Transfer 67 (1945) 621– 631. Yeh, R.H., 1997, “An analytical study of the optimum dimensions of rectangular fins and cylindrical pin fins”, Int. J. Heat Mass Transfer. Vol. 40, No. 15, pp. 3607-3615, Elsevier Science Ltd. Kern, D.Q., Kraus, A.D., 1972, “Extended Surface Heat Transfer”, McGraw-Hill, New York. Incropera, F.P., DeWitt, D.P., 2002, “Fundamentals of Heat and Mass Transfer”, Fifth ed., John Wiley & Sons. Incropera, F.P., D.P. DeWitt, 1993, “Introduction to Heat Transfer”, Third Ed., John Wiley & Sons. Kraus, A.D., Aziz, A., Welty, J., 2001, “Extended Surface Heat Transfer”, Wiley, New York. Mokheimer, E.M.A., 2002, “Performance of annular fins with different profiles subject to variable heat transfer coeffcient”, Int. J. Heat Mass Transfer 45 (2002) 3631–3642, Elsevier Science Ltd. Webb, R.L., 1994, “Principles of enhanced heat transfer”, Wiley, New York.
180