Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
Studi tekno-ekonomi dan analisa kelayakan produksi kertas seni dari kertas bekas di Cibinong Science Center-Botanical Garden (CSC-BG) Fahriya Puspita Sari* dan Widya Fatriasari Pusat Penelitian Biomaterial, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong Science Center, Cibinong-Bogor 16911, Indonesia *Corresponding author:
[email protected] Abstrak Kawasan CSC-BG merupakan kawasan perkantoran yang menyisakan hasil samping berupa limbah organik dalam menjalankan kegiatan penelitian dan administrasinya. Kertas bekas merupakan salah satu limbah organik padat yang sejauh ini belum dimanfaatkan secara optimal. Kertas bekas dapat dimanfaatkan menjadi kertas seni melalui teknologi daur ulang berpenguat serat alam (virgin fiber) untuk meningkatkan nilai estetika dan ekonomi. Imperata cylindrica (alang-alang) selama ini dianggap sebagai rumput pengganggu. Pemanfaatan tanaman ini sebagai salah satu sumber serat panjang dalam pembuatan kertas seni berpeluang menyelesaikan permasalahan lingkungan dan meningkatkan nilai tambah produk. Kertas seni dapat menjadi bahan dasar berbagai produk seni yang dapat meningkatkan nilai tambah limbah kertas bekas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek tekno-ekonomi dan analisa kelayakan usaha produksi kertas seni dari kertas bekas sebagai dasar investasi yang harus disiapkan dalam produksi kertas seni. Mesin, alat, bahan baku, bahan kimia dan sumber daya manusia yang dibutuhkan pada proses produksi kertas seni menjadi variabel input yang dipertimbangkan dalam analisa ini. Berdasarkan perhitungan tekno-ekonomi, untuk memproduksi kertas seni sebanyak 30.000 lembar berukuran A2 per tahun diperlukan investasi sebesar 120,2 juta. Harga jual kertas seni tersebut sebesar Rp 4.000 per lembar dengan harga pokok produksi sebesar Rp 1.675 per lembar. Asumsi keuntungan penjualan yang diperoleh sebesar 52,31% dan pengembalian investasi sebesar 52,24%. Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan, investasi dapat dikembalikan dalam waktu 1,6 tahun dengan shut down point (SDP) dan titik impas (BEP) masing-masing sebesar 7,74% dan 21,30%. Kata kunci: analisa kelayakan dan tekno ekonomi; CSC-BG; daur ulang; kertas seni; limbah kertas bekas Techno-economic study and feasibility analysis of art paper production derived from waste paper in Cibinong Science Center-Botanical Garden (CSC-BG) Cibinong Science Center – Botanical Garden (CSC-BG) is an office area where byproduct, such as organic waste from research and administration activities, are produced. Waste paper is one of solid organic waste that can be used as a raw material for producing art paper through recycling technology. The waste paper pulp in this production was reinforced by addition of virgin fiber to enhance the strength, aesthetic and economic value. The virgin fiber was derived from long fiber of a weedy grass named Imperata cylindrical. It improves the paper added value into art paper, contributes to paper strength, and overcomes the environment problem. The art papers can further be used as raw material for making various art products. The purpose of this study was to assess the techno-economic aspects and to exercise the feasibility analysis of investment preparation for the waste paper-derived art paper production. Input variables in the process of art paper production, such as machineries, equipments, raw materials, chemicals and human resources, were measured in this techno-economic and feasibility analysis. Based on the analysis, to produce art papers by 30,000 sheets of A2 size per year, it is required an investment of 120.2 million rupiah. The sold price of the art papers was Rp 4,000 per sheet with the cost of goods manufactured was Rp 1,675 per sheet. The assumption sales profit was 52.31% and the investment return was 52.24%. Based on the calculation of feasibility study, payback period was 1.6 years with shut down point (SDP) of 7.74%, and the break even point (BEP) of 21.30%. 51
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
Keywords: art paper; CSC-BG; feasibility and techno-economy study; paper waste recycling Pendahuluan Kawasan Cibinong Science Center – Botanical Garden (CSC-BG) terletak di Cibinong dengan luas lahan 180 hektar yang dikelola oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (Rikin, 2015). Kawasan CSC-BG terdiri dari kawasan perkantoran, perkebunan, danau, dan lain-lain. Kantor yang terdapat di lingkungan CSC-BG antara lain Pusat Penelitian Bioteknologi, Pusat Penelitian Biologi, Pusat Penelitian Limnologi, Pusat Penelitian Biomaterial, Pusat Inovasi, Pusbindiklat, dan Badan Informasi Geospasial (BIG). Pengelolaan sampah secara mandiri dilakukan untuk menciptakan kawasan yang bersih dan bebas dari limbah. Sampah kertas merupakan jenis limbah organik yang banyak dihasilkan dari kawasan CSC-BG. Jenis limbah kertas biasanya terdiri dari kertas komputer, kertas tulis, koran, buku, dan kertas pembungkus makanan (Wahyono, 2001). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Villanueva dan Eder (2011), sampah kertas yang dihasilkan di wilayah perkantoran pada umumnya mencapai 60-80% dari total limbah yang dihasilkan. Limbah kertas tersebut dapat didaur ulang menjadi produk baru yang bernilai ekonomi dan memiliki nilai seni yang tinggi yang biasa dikenal dengan sebutan “natural paper” atau “art paper” (Bainbridge, 1996). Kekuatan kertas daur ulang dari kertas bekas umumnya rendah, sehingga produktivitas pembuatan kertas dari serat kertas bekas menjadi lebih rendah jika dibandingkan dari serat virgin (Pala et al., 2001). Penambahan serat panjang menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kekuatan kertas daur ulang. Salah satu sumber serat panjang adalah alang-alang atau ilalang yang merupakan rumput-rumputan berdaun tajam yang sering menjadi gulma di lahan pertanian dan perkebunan. Di kawasan CSC-BG selain perkantoran juga terdapat eco park yang merupakan replika dataran rendah basah Jawa Barat (Lestari, 2016). Alang-alang ini sangat mudah ditemui di kawasan CSC-BG mengingat kemampuan tumbuhnya yang cepat. Zat alelopati yang dikeluarkan oleh akar rimpang alang-alang dapat menghambat atau mematikan tanaman lainnya (Yanti et al., 2016). Rumput ini merupakan sumber biomassa lignoselulosa yang mengandung selulosa dan lignin yang cukup tinggi yaitu 40.22% dan 31% (Sutiya, 2012). Sebagai sumber serat alam dalam daur ulang kertas bekas, penghilangan lignin dengan basa NaOH melalui delignifikasi alkali perlu dilakukan (Roberts, 1996). UU Nomor 18/2008 pasal 3 dan 4 tentang pengelolaan sampah menyebutkan bahwa pengelolaan sampah dilandasi azas nilai ekonomi masyarakat dengan menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bertujuan untuk meningkatkan keseharan masyarakat dan kualitas lingkungan. Program biovillage sebagai program prioritas kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI berusaha menunjukkan kontribusi dalam mengelola sampah organik basah dan kering menjadi produk yang bermanfaat. Teknologi yang sederhana ini memungkinkan untuk diadopsi oleh berbagai lapisan masyarakat serta menciptakan ligkungan yang lebih sehat dan bersih. Harapan ke depan, keberhasilan pengelolaan program secara terpadu ini dapat juga diaplikasikan di daerah lain. Sebagai suatu unit usaha, produksi kertas seni dari kertas bekas perlu dianalisis kelayakan produksi, dan tekno ekonominya. Putra et al. (2014) melakukan penelitian untuk menganalisis kelayakan usaha kertas seni dari pulp kertas bekas dan pulp daun nipah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha tersebut layak secara ekonomi. Produksi kertas seni dari pulp kertas bekas dan pulp alang-alang pada penelitian ini menggunakan kapasitas 30.000 lembar/tahun atau 100 lembar/hari, berukuran A2 (594 x 420 mm) dengan asumsi waktu kerja 300 hari/tahun (25 hari/bulan). Kapasitas ini juga disesuaikan dengan kapasitas alat dan sumber daya manusia yang digunakan. Selain itu, pengaruh berbagai simulasi kapasitas produksi kertas seni terhadap nilai ekonomi ini juga diobservasi.
52
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
Metodologi Penelitian Deskripsi Proses Proses pembuatan kertas seni dari kertas bekas terdiri 5 tahapan yang dilaksanakan pararel dan bertahap, yaitu: 1. Pemasakan soda panas terbuka Pada pembuatan kertas seni ini, batang alang-alang segar yang telah dipotong berukuran ± 10 cm dimasak dengan menggunakan larutan NaOH 10% selama 2 jam pada suhu 1000C untuk menurunkan kadar ligninnya. Pelarutan lignin ini dapat memfasilitasi diperolehnya pulp dengan kadar selulosa yang tinggi. Rasio antara berat alang-alang dan air adalah 1: 10. Setelah proses pemasakan selesai, dilakukan pemisahan pulp alang-alang dengan lindi hitam melalui proses pencucian dengan air yang mengalir untuk menghilangkan sisa larutan pemasak hingga pulp bebas alkali (tidak licin). 2. Pembuatan bubur kertas/daur ulang Lembaran kertas bekas perkantoran dari jenis kertas cetak dipisahkan dari jenis kertas lainnya dan kemudian dicacah menggunakan mesin pencacah kertas. Cacahan kertas tersebut selanjutnya direndam air dalam bak selama 24 jam untuk melunakkan kertas untuk memudahkan proses penggilingan. 3. Penggilingan dan pewarnaan kertas Cacahan kertas yang telah lunak dicampurkan dengan pulp alang-alang dengan perbandingan campuran kertas bekas dan alang-alang 2:1 atau 1:1 (kg berat basah). Campuran tersebut ditambahkan air hingga terendam dan selanjutnya digiling menggunakan mesin beater hollander selama 15 menit. Penggilingan ini merupakan tahapan penting untuk pembentukan serat tunggal dan meningkatkan derajat kehalusan serat. Penambahan pewarna tekstil sebanyak 7 g (atau sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kepekatan warna yang diharapkan) dilakukan sebelum penggilingan agar pulp alang-alang, pulp kertas daur ulang, dan pewarna bisa tercampur sempurna. Pewarna alamin seperti kunyit memungkinkan juga untuk digunakan dan ditambahkan ketika proses penggilingan selesai dan telah terbentuk suspensi campuran pulp, dengan cara diaduk secara manual. 4. Pencetakan lembaran kertas seni Pulp yang telah selesai dipindahkan ke dalam bak yang berisi air dengan perbandingan 1:5 L (pulp:air). Proses pencetakan dilakukan dengan teknik penyablonan menggunakan screen T 29 berukuran kertas A2, dimana screen tersebut diletakkan dalam suspensi dan diangkat kemudian disablon pada meja yang telah diletakkan miring. Lembaran kertas basah pada screen tersebut dipindahkan pada lembaran triplek dan dikeringkan dengan panas matahari hingga kertas kering secara merata. Agar warna kertas menempel sempurna maka pengeringan lembaran kertas dengan pewarna tekstil dilakukan tidak langsung dibawah sinar matahari sedangkan lembaran kertas dengan pewarna alami dikeringkan langsung di bawah sinar matahari. 5. Penyempurnaan Lembaran kertas seni yang sudah kering dilepaskan dari medianya. Tahap selanjutnya adalah proses pemerataan terutama pada ujung-ujung kertas yang tidak rata, sehingga dihasilkan lembaran kertas seni berukuran A2. Perhitungan Tekno Ekonomi Skala Produksi Analisis tekno ekonomi adalah suatu jenis rekayasa yang mencakup desain proses, pemodelan dan analisis biaya untuk desain produk yang inovatif, dan produksi yang kompetitif (Gnansounou & Dauriat, 2010). Prosedur analisis ini meliputi desain proses dan pemodelan di sisi teknologi,sedangkan total investasi modal dan total biaya produksi, merupakan kajian evaluasi di sisi ekonomis. Biaya yang 53
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
dibutuhkan diperkirakan dari jumlah biaya membeli peralatan dan biaya bahan baku yang dikalikan dengan faktor yang sesuai, yang dikenal sebagai metode faktorial (Do et al., 2014a,b). Kapasitas produksi kertas seni adalah 30.000 lembar A2/tahun atau 100 lembar A2/hari yang disesuaikan dengan kapasitas alat dan jumlah tenaga kerja dengan asumsi waktu kerja selama 300 hari/ tahun dan harga jual sebesar Rp 4.000/lembar. Dengan harga jual produk tersebut diharapkan mampu bersaing dengan produk kertas seni lainnya yang telah beredar di pasaran yang harganya berkisar Rp 1.500 – 2.800/lembar A3 (Djumena, 2011). Perhitungan tekno ekonomi serta analisa kelayakan pada penelitian ini mengacu pada Aries dan Newton (1955) terkait jumlah komponen biaya yang dibutuhkan. Kebutuhan peralatan produksi dan bahan baku pada kapasitas 30.000 lembar/tahun dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Biaya alat dan bahan nantinya akan menentukan asumsi biaya-biaya yang lain. Biaya investasi produksi kertas seni dihitung berdasarkan biaya peralatan dan bahan baku. Estimasi biaya investasi tersebut meliputi biaya investasi tetap (Tabel 3) dan biaya investasi berjalan (Tabel 4). Biaya produksi meliputi biaya manufaktur dan biaya umum juga dilakukan penghitungan (Tabel 5 dan 6).
Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan kertas seni 54
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
Tabel 1. Kebutuhan alat dan total biaya peralatan No 1 2 3 4 5
Jenis peralatan Mesin perajang kertas Beater Hollander Kompor gas Screen dan plat Triplek
Jumlah 1 1 1 3 30
Satuan buah buah buah buah buah
Harga Satuan (Rp) 20.000.000 40.000.000 500.000 300.000 72.000
Total Harga (Rp) 20.000.000 40.000.000 500.000 900.000 2.160.000 63.560.000
Total kebutuhan alat
Tabel 2. Kebutuhan bahan baku dan total biaya bahan No
Nama Bahan Baku
1 2 3 4 5 6
NaOH Alang-alang Kertas bekas Air Gas 12 kg Pewarna kertas
Kebutuhan Bahan Baku 10 300 1.200 45 24 15
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Biaya Bahan/tahun (Rp)
kg tahun-1 6.000 kg tahun-1 3.000 kg tahun-1 1.600 m3 tahun-1 15.000 tabung 135.000 kg tahun-1 150.000 Total biaya bahan/tahun
60.000 900.000 1.920.000 675.000 3.240.000 2.250.000 9.045.000
Tabel 3. Asumsi biaya investasi tetap No 1 2
3
4
5
6
7 8 9 10
Komponen Biaya Biaya Peralatan Harga Alat Biaya instalasi peralatan Bahan Tenaga kerja Biaya pemipaan Bahan Tenaga kerja Biaya instrumentasi Bahan Tenaga kerja Biaya insulasi Bahan Tenaga kerja Biaya listrik Bahan Tenaga kerja Biaya utilitas Biaya bangunan Biaya kontraktor Biaya tak terduga
Estimasi Biaya
Keterangan
Jumlah Biaya (Rp)
Sesuai kapasitas produksi kertas seni
63.560.000
5% dari biaya peralatan 5 % dari biaya peralatan
6.356.000
8 % dari biaya peralatan 6 % dari biaya peralatan
8.898.400
4 % dari biaya peralatan 1 % dari biaya peralatan
Jumlah biaya pendirian pabrik
3.178.000
3 % dari biaya peralatan 5 % dari biaya peralatan
711.872
7 % dari biaya peralatan 3 % dari biaya peralatan 10% dari biaya peralatan
6.356.000
4% dari total biaya pendirian pabrik 10% dari total biaya pendirian pabrik Total
6.356.000 10.000.000 4.216.651 10.541.627 120.174.550
Tabel 4. Asumsi biaya investasi berjalan No 1 2 3 4 5
Komponen Biaya Inventaris bahan baku/minggu Inventaris produk Inventaris dalam proses Uang tunai Dana kredit
Estimasi Biaya Total biaya bahan tiap minggu total biaya manufaktur selama tujuh hari 50% dari total biaya manufaktur tiap jam total biaya manufaktur selama tujuh hari Total
Jumlah Biaya (Rp) 188.438 841.843 2.505 841.843 4.134.099 6.008.727
55
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
Tabel 5. Asumsi biaya manufaktur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Biaya Manufaktur Biaya Manufaktur Langsung Biaya bahan baku Gaji pegawai Gaji supervisi Biaya perawatan Biaya suplai pabrik Biaya utilitas Biaya Manufaktur Tidak Langsung Biaya asuransi Biaya laboratorium Biaya pergudangan dan K3 Biaya pengemasan Biaya Manufaktur Tetap Biaya depresiasi Biaya pajak properti Biaya asuransi pabrik
Estimasi Biaya
Jumlah Biaya (Rp)
Tabel 1 gaji tiap tenaga kerja per tahun gaji supervisi per tahun 2% dari investasi tetap 15% biaya pemeliharaan 25% dari biaya bangunan dan biaya tak terduga
9.045.000 4.500.000 3.000.000 2.403.491 360.524 5.135.407
15% dari biaya tenaga kerja 10% dari biaya tenaga kerja 20 % dari biaya tenaga kerja 11% penjualan produk
675.000 450.000 900.000 1.200.000
8% dari investasi tetap 1% dari investasi tetap 1 % dari investasi tetap Total
9.613.964 1.201.746 1.201.746 39.686.876
Total
Jumlah Biaya (Rp) 7.200.000 840.000 2.523.666 10.563,666
Tabel 6. Asumsi biaya pengeluaran umum No 1 2 3
Biaya Pengeluaran Umum Biaya promosi Biaya penelitian dan pengembangan Biaya perkantoran
Estimasi Biaya 6% dari total penjualan produk 0,7% dari total penjualan produk 2% dari biaya investasi total
Jumlah Total Biaya Produksi
Biaya manufaktur + biaya pengeluaran umum
50.250.542
Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha digunakan untuk memprediksi tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha. Berdasarkan analisis tersebut maka dapat diambil keputusan untuk melaksanakan proyek, menunda atau bahkan tidak menjalankannya (Prasetya et al., 2014). Perhitungan tekno ekonomi digunakan sebagai dasar untuk menentukan biaya investasi dan biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan usaha yang diperlukan dalam perhitungan aspek finansial yang meliputi: 1. Return on investment/ROI (pengembalian investasi) ROI dihitung berdasarkan tingkat keuntungan yang dapat dihasilkan dari tingkat investasi yang dikeluarkan yang dihitung berdasarkan persamaan 1. 𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑅𝑂𝐼 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑥100%
(1)
2. Pay out time/POT (waktu pengembalian investasi) POT diperoleh berdasarkan keuntungan yang akan dicapai, yang dihitung berdasarkan persamaan 2. Perhitungan ini diperlukan untuk mengetahui periode pengembalian investasi yang dikeluarkan (tahun). 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑃𝑂𝑇 = 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛+(10% 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝)
(2)
56
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
3. Break even point/BEP (titik impas) Titik impas (BEP) dapat diukur dengan mengetahui jumlah total biaya tetap (BT), biaya variabel (BV), biaya umum (BU), dan hasil penjualan total produk (PP). Biaya tetap terdiri dari biaya depresiasi, pajak properti, dan biaya asuransi. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, pengemasan, dan utilitas. Adapun biaya umum terdiri dari gaji pegawai, gaji supervisi, biaya pensiun dan asuransi, biaya pergudangan dan K3 (Keamanan dan Kesehatan Kerja), biaya laboratorium, biaya perawatan, biaya suplai pabrik, dan pengeluaran umum. BEP merupakan suatu titik yang mana usaha di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Beberapa hal yang mempengaruhi dalam menentukan titik impas meliputi (1) Penentuan volume produksi, (2) Pemilihan alat atau mesin sejenis, (3) Pemilihan sistem sewa atau pembelian suatu alat atau mesin (Sanchez et al., 2014). Perhitungan BEP dilakukan berdasarkan persamaan 3. 𝐵𝑇+0,3𝐵𝑈
𝐵𝐸𝑃 = 𝑃𝑃−𝐵𝑉−0,7𝐵𝑈 𝑥100%
(3)
4. Umur pabrik Umur pabrik yang akan didirikan dipengaruhi oleh biaya investasi tetap, nilai sisa (10% dari biaya investasi tetap), dan biaya depresiasi. Penghitungan umur pabrik dilakukan berdasarkan persamaan 4. 𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
(4)
5. Shut down point/SDP (titik penghentian produksi) Suatu titik atau saat penentuan suatu aktivitas produksi dihentikan merupakan pengertian SDP. Penyebabnya antara lain biaya variabel yang terlalu tinggi, atau bisa juga karena keputusan manajemen akibat tidak ekonomisnya suatu aktivitas produksi (tidak menghasilkan keuntungan). Untuk menghitung titik penghentian produksi digunakan persamaan 5. 𝑆𝐷𝑃 =
0,3𝐵𝑈 𝑥100% 𝑃𝑃−𝐵𝑉−0,7𝐵𝑈
(5)
Analisis Pengaruh Volume Produksi dan Kebutuhan Alat Terhadap Nilai Ekonomi Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kapasitas produksi terhadap nilai ekonomi dari produksi kertas seni dari kertas bekas. Perbedaan dari kapasitas produksi akan berpengaruh pada kebutuhan alat dan bahan bakunya. Pada penelitian ini dilakukan 5 variasi kapasitas produksi kertas seni yaitu 30.000, 40.000, 50.000, 60.000, dan 90.000 lembar/tahun. Harga alat sejenis dengan kapasitas tertentu dapat dihitung menggunakan persamaan 6. 𝐶𝑏 0,6
𝐸𝑏 = 𝐸𝑎 𝐶𝑎
(6)
Dengan: Ca = kapasitas a Cb = kapasitas b Ea = harga alat kapasitas a Eb = harga alat kapasitas b
57
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
Hasil dan Pembahasan Hasil Analisis Kelayakan Hasil analisis kelayakan dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan analisa ini, harga jual produk adalah sebesar Rp 4.000/lembar, akan menghasilkan keuntungan sebesar 53,53% dengan tingkat pengembalian investasi sebesar 53,45% dan investasi dapat dikembalikan dalam waktu 1,6 tahun. Dari asumsi perhitungan biaya investasi tetap serta depresiasi alat, maka diperkirakan pabrik dapat berumur hingga11 tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh Putra et al. (2015), untuk memproduksi kertas seni dari pulp kertas bekas dan pulp pelepah daun nipah sebanyak 360 lembar/hari memerlukan investasi sebesar Rp 78.956.996 dengan harga pokok produksi (HPP) Rp 900/lembar A5 atau Rp 7.200/lembar A2, dan waktu pengembalian investasi selama 2,3 tahun. HPP dan waktu pengembalian investasi produksi kertas seni dengan penambahan pulp nipah lebih tinggi dibandingkan dengan HPP dan waktu pengembalian investasi (Tabel 7) dari produksi kertas seni dengan penambahan pulp alang-alang. Tabel 7. Analisis kelayakan produksi dengan kapasitas 30.000 lembar A2/tahun No
Analisis kelayakan
1 2 3 4 5 6 7
Harga Pokok Produksi (HPP) Keuntungan Tingkat pengembalian investasi (ROI) Waktu pengembalian investasi (POT) Titik impas (BEP) Umur pabrik (tahun) Titik penghentian produksi (SDP)
Hasil 1.675 52,31% 52,24% 1,6 tahun 21,30% 11 7,74%
Hubungan antara tingkat kapasitas produksi per tahun dengan biaya yang dikeluarkan dan penjualan produk diperlihatkan pada Gambar 2. Titik BEP berada pada tingkat produksi sebesar 21,30% dan titik SDP berada pada tingkat produksi sebesar 7,74%. Titik BEP memperlihatkan bahwa usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan ataupun kerugian dari hasil penjualan produk. Usaha pada kapasitas di bawah titik BEP akan mengakibatkan kerugian sedangkan pada kapasitas di atas titik BEP ini akan menghasilkan keuntungan. Pada titik BEP, kapasitas produksi per tahun mencapai 6.390 lembar/tahun. Titik BEP ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan BEP yang didapatkan oleh Putra (2014) sebesar 40.928 lembar. Sedangkan titik SDP menandakan bahwa proses usaha kertas seni harus dihentikan proses produksinya karena tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mampu menutup biaya variabel. Pada titik SDP, kapasitas produksi per tahun hanya dapat memenuhi sebesar 2.322 lembar/tahun.
Gambar 2. Hubungan antara tingkat kapasitas produksi per tahun dengan biaya yang dikeluarkan dan penjualan produk 58
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
Gambar 2 mengindikasikan adanya 2 wilayah yang diarsir, yaitu wilayah I dan wilayah II. Wilayah I terletak dibawah titik SDP dimana tingkat produksi per tahun dibawah titik tersebut sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan usaha, sedangkan pada wilayah II, usaha akan mengalami keuntungan. Semakin ke kanan maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Pada wilayah diantara wilayah I dan II, usaha akan mengalami kerugian namun usaha masih dapat berjalan dengan mengurangi biaya umum dan biaya variabel. Nilai ekonomi pada 4 variasi kapasitas produksi kertas seni disajikan oleh Tabel 8. Tabel 8. Nilai ekonomi dengan berbagai kapasitas produksi Kapasitas Produksi (ton tahun-1) Nilai Ekonomi 30,000 Kebutuhan bahan (Rp) Kebutuhan alat (Rp) Total investasi (Rp) Total biaya produksi (Rp) Waktu pengembalian investasi (tahun) Tingkat pengembalian investasi (%) Harga pokok produksi (Rp) BEP (%) SDP (%)
40,000
50,000
60,000
90,000
9,045,000 63,560,000 120,174,550 50,250,542
12,059,699 75,846,694 141,201,605 62,008,948
15,074,397 87,019,282 160,322,015 73,450,985
18,090,000 97,384,997 178,061,568 82,490,725
27,135,000 125,177,378 225,624,558 104,317,843
1.6
1.4
1.2
1.1
0.9
52.24
62.46
71.04
79.61
102
1,675 21.30 7.74
1,550 18.82 7.12
1,469 17.22 6.74
1,375 15.61 6.07
1,159 12.23 4.49
Hubungan antara total investasi, BEP dan SDP terhadap kapasitas produksi disajikan pada Gambar 3. Peningkatan kapasitas produksi berpengaruh positif terhadap tingkat investasi yang harus dikeluarkan dan berbanding terbalik terhadap titik BEP dan SDP. Penurunan cukup signifikan terjadi pada titik BEP seiring dengan peningkatan kapasitas produksi. Hal ini mengindikasikan terdapat kisaran keuntungan yang lebih luas dengan semakin rendahnya titik BEP. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada titik SDP meskipun dengan tingkat penurunan yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan titik SDP tidak dipengaruhi oleh biaya tetap seperti BEP yang berasal dari depresiasi alat, pajak properti, dan asuransi. Hubungan antara total investasi dan biaya produksi terhadap kapasitas produksi dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Hubungan antara total investasi, BEP dan SDP terhadap kapasitas produksi
Gambar 4.Total investasi dan biaya produksi terhadap kapasitas produksi
59
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
Pada Gambar 4 terlihat bahwa HPP menurun seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi, sedangkan waktu pengembalian investasi mengalami peningkatan. Penurunan harga pokok produksi dengan meningkatnya kapasitas produksi disebabkan karena biaya produksi yang dikeluarkan cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kenaikan kapasitas produksinya, sedangkan tingkat pengembalian investasi pada kapasitas 90.000 lembar/tahun mencapai 102% karena keuntungan yang didapat lebih besar jika dibandingkan dengan biaya investasi tetap yang dikeluarkan (Do & Lim, 2016). Kesimpulan Perhitungan tekno ekonomi dan analisis kelayakan mengindikasikan usaha produksi kertas seni dari kertas bekas dengan kapasitas 30.000 lembar A2/tahun layak untuk dijalankan. Pada kapasitas ini, keuntungan mencapai 52,31% dari total penjualan dengan HPP sebesar Rp 1.675 dan POT memerlukan waktu 1,6 tahun. Usaha akan mengalami BEP pada kapasitas produksi sebesar 21,30% (6.390 lembar/tahun) dan produksinya harus dihentikan ketika kapasitas produksi ≤ 7,74% (2.322 lembar/tahun). Peningkatan kapasitas produksi kertas seni akan menurunkan titik BEP dan SDP, memperpendek POT dan meningkatkan ROI. Identifikasi faktor internal dan eksternal dengan analisis SWOT, segmentasi pasar, analisis aspek sosial-budaya dan sumber daya manusia dapat dilakukan untuk melengkapi kajian kelayakan usaha kertas seni dari kertas bekas ini. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini dibiayai oleh DIPA Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI tahun 2016 melalui program Biovillage. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Pusat Penelitian Biomaterial LIPI dan Bapak M. Syafiq (Banana paper, Bandung) atas dukungan fasilitas laboratorium dan diskusi pengalaman usaha produksi kertas seni. Daftar Pustaka Aries, R.S. & Newton, R.D. (1955). Chemical Engineering Cost Estimation. New York: Mc Graw-Hill Book Company. Bainbridge, D. (1996). Recycling Paper and Recycled Paper. Akses online: http://www.sdearthtimes.com/et1096/et1096s11.html. Djumena, E. 2011. Mengemas Limbah Kertas Jadi Bisnis Berkelas, Akses online: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/07/15/09003278/Mengemas.Limbah.Kertas.Jadi.Bi snis.Berkelas. Do, T.X., Lim, Y.I., Yeo, H. (2014a). Techno-economic analysis of biooil production process from palm empty fruit bunches. Energy Conversion and Management, 80: 525–534. Do, T.X., Lim, Y.I., Yeo, H., Lee, U.D., Choi, Y.T., Song, J. H. (2014b). Techno economic analysis of power plant via circulating fluidized-bed gasification from woodchips. Energy, 70: 547–560. Do, T.X. & Lim, Y. I. (2016). Techno-economic comparison of three energy conversion pathways from empty fruit bunches. Renewable Energy, 90: 307–318. Gnansounou, E. & Dauriat, A. (2010). Techno-economic analysis of lignocellulosic ethanol: a review. Bioresource Technology, 101: 4980–4991. Lestari, M.D.P. (2016). Cibinong Science Center Botanical Garden Menghidupkan Hutan Dataran Rendah Basah Jawa Barat. Akses online: http://www.netralnews.com/news/nasional/read/33978/menghidupkan.hutan.dataran.rendah.basa h.jawa.barat. Diakses pada 30 November 2016.
60
Prosiding Seminar Lignoselulosa 2016 Cibinong, 6 Oktober 2016
Pala, H., Lemos, M. A., Mota, M., Gama, F. K. (2001). Enzymatic upgrade of old paperboard containers. Enzyme and Microbial Technology, 29: 274-279. Prasetya, A.T., Nugraha, C., Arijanto, S. (2014). Analisis kelayakan bisnis kertas berbahan baku rumput laut sebagai alternatif bahan baku pada industri kertas. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, 01(03): 139-151. Putra, H.W., Effendi, U., Dewi, I. A. (2014). Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Usaha Produksi Kertas Seni Secara Biologis dari Tanaman Nipah (Nypa fruticans) di Kabupaten Sumenep. Akses online: http://skripsitip.staff.ub.ac.id/files/2014/08/Jurnal-Handestian-Wicaksono-Putra.pdf. Diakses pada 1 Desember 2016. Rikin, A. S. (2015). LIPI Yakin Cibinong Science Center Jadi Model "Science Technopark "di Indonesia. Akses online: http://www.beritasatu.com/iptek/246351-lipi-yakin-cibinong-sciencecenter-jadi-model-science-technopark-di-indonesia.html. Roberts, J.C. (1996). The Chemistry of Paper. The Royal Society of Chemistry, UK. Sanchez, B., Wirosoedarmo, R., & Suharto, B. (2014). Analisis finansial sampah kertas di Universitas Brawijaya. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 2(1). Sutiya, B., Istikowati, W.T., Rahmadi, A., Sunardi, S. (2012). Kandungan kimia dan sifat serat alangalang (Imperata cylindrica) sebagai gambaran bahan baku pulp dan kertas. Bioscientiae. 9(1): 819. Villanueva, A. & Eder, P. (2011). End-of-waste criteria for waste paper: Technical proposals. Publications Office of the European Union, Luxembourg. Wahyono, S. (2001). Pengelolaan sampah kertas di Indonesia. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2(3): 276280. Yanti, M., Indriyanto, I., Duryat, D. (2016). Pengaruh zat alelopati dari alang-alang terhadap pertumbuhan semai tiga spesies akasia. Jurnal Sylva Lestari, 4(2): 27-38.
61