SEMINAR STUDI PUSTAKA
Studi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Ayam Kokok Balenggek dan Ayam Pelung sebagai Sumber Plasma Nutfah Lokal Indonesia
Oleh JUNAEDI I 111 08 255
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Junaedi
No. Stambuk
: I 111 08 255
Jurusan
: Produksi Ternak
Program Studi
: Produksi ternak Ternak
Judul Makalah
: Studi Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Ayam Kokok Balenggek dan Ayam Pelung sebagai Sumber Plasma Nutfah Lokal Indonesia
.
Makassar, 13 Juni 2011
Telah Disetujui, Panitia Seminar
Dosen Pembimbing
Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari NIP. 19730216 199903 2 001
Dr. Ir. Rr. Sri Rachma A. Bugiwati, M.Sc NIP. 19680425 199403 2002
Mengetahui : Ketua Jurusan Produksi Ternak
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc NIP. 19641231 198903 1 025
KATA PENGANTAR
ِسمِ للاِ ا ال َّرحل َّر ْحمنِ يم ْ ب Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah Azza Wajallah atas berkat dan pertolongan-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan meskipun dengan penuh perjuangan dan kerja keras. Salam serta salawat kepada junjungan Nabi Muhammad Salallahu Alaihiwasallam atas perjuangan dan kesabarannya dalam menegakkan Islam sehingga kita dapat menikmati indahnya Dinul Islam. Ucapan terima kasih kepada kedua orangtua (Sulaiman dan Jumati) dan saudaraku (Ardi, Narti, dan Sholeh) atas segala partisipasinya yang telah diberikan kepada saya.
Terima kasih Kepada Dr. Ir. Rr. Sri Rachma A.
Bugiwati, M.Sc selaku dosen, Penasehat Akademik, dan pembimbing saya dalam penulisan studi pustaka ini, yang telah banyak melowongkan waktunya dalam memberikan motivasi, nasehat, arahan, dan pengajaran kepada saya. Kepada seluruh dosen Fakultas Peternakan Unhas saya mengucapkan terima kasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan kepada saya. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman Bakteri 08, teman-teman anak Kandang, teman- teman asisten, dan teman-teman di UKM KPI atas dukungan dan bantuannya yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah Studi Pustaka ini. Makassar, 13 Juni 2011 Junaedi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .........................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................
ii
KATA PEGANTAR .........................................................................
iii
DAFTAR ISI .....................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .............................................................................
v
PENDAHULUAN .............................................................................
1
PERMASALAHAN........................................................................... ...
3
PEMBAHASAN Mengenal Ayam Buras ............................................................... Tipe-Tipe ayam Buras ................................................................ Mengenal Tipe Ayam Penyanyi .................................................. Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Ayam Kokok Balenggek dan Ayam pelung ......................................................
4 4 7 10
KESIMPULAN ................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
16
DAFTAR TABEL No.
Halaman Teks
1. Rangkuman Karakteristik Performans Ayam Kokok Balenggek, Ayam Pelung dan ayam Buras Secara Umum......................................
10
2, Rangkuman Karakteristik Sifat Kualitatif Ayam Kokok Balenggek, Ayam pelung, dan Ayam Buras Secara umum.......................................
11
3. Rangkuman Karakterisitk Bioakustik Ayam Kokok Balenggek, Ayam Pelung, dan Ayam Buras Secra Umum.......................................
12
PENDAHULUAN
Latar Belakang Ayam buras adalah singkatan dari ayam bukan ras dan merupakan salah satu sumber plasma nutfah hewan yang banyak terdapat di Indonesia. Di Indonesia, ayam buras yang dikembangkan masyarakat memiliki karakteristik yang relatif homogen. Ayam - ayam tersebut diberi nama berdasarkan nama daerah atau ciri khas yang dimilikinya. Potensi unggas bukan hanya pada produksi daging dan telurnya.
Ada beberapa bangsa pada unggas yang dipelihara untuk tujuan
kesenangan.
Sesuai dengan fungsinya sebagai hewan kesayangan, beberapa
kelompok ternak unggas dipelihara untuk dinikmati keindahan bulu atau bentuk tubuhnya, kemerduan suaranya, keunikan bentuk tubuhnya, untuk menghilangkan kejenuhan dan menghilangkan stres. Suara pada unggas dapat dijadikan sebagai penanda individu, karena setiap individu mempunyai karakteristik suara. Suara kokok pada ayam jantan merupakan salah satu potensi yang bernilai ekonomi.
Ternak unggas yang
memiliki suara khas dikelompokkan sebagai ternak unggas penyanyi dan memiliki kisaran harga yang cukup tinggi tergantung dari kualitas dan keunikan suaranya. Ayam penyanyi memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, baik dalam hal performans tubuhnya maupun dalam hal bioakustik suaranya. Beberapa jenis ayam lokal tipe penyanyi yang ada di Indonesia yaitu ayam Kokok Balenggek (AKB) dari Sumatera Barat, ayam Pelung dari Jawa Barat, ayam Bekisar dari Jawa Timur serta ayam Gaga’ (ayam Ketawa) dari Sulawesi Selatan. Ayam Kokok Balenggek adalah tipe ayam penyanyi yang memiliki suara
merdu dan bersusun-susun. Ayam Pelung merupakan tipe ayam penyanyi yang memiliki postur tubuh tinggi, besar, postur tubuh lebih panjang dari ayam buras lainnya, dan memilki alunan suara yang panjang. Upaya pelestarian plasma nutfah ayam lokal penyanyi di berbagai daerah di Indonesia masih belum jelas, sehingga perlu adanya studi tentang sifat kualitatif dan kuantitatif dari ayam penyanyi.
Hal ini akan membantu dalam program
pemuliaan ternak unggas tipe penyanyi. Berdasarkan uraian tersebut penulis akan mengkaji sifat kualitatif dan kuantitatif dari ayam Kokok Balenggek dan ayam Pelung yang memiliki keunikan tersebut. Studi ini diharapkan dapat menjadi salah acuan dalam upaya pelestarian tipe ayam penyanyi.
PERMASALAHAN Salah satu kendala bagi usaha pelestarian tipe ayam penyanyi seperti ayam Kokok Balenggek dan ayam Pelung yaitu kurangnya informasi mengenai sifat kualitatif dan kuantitatif dari ayam tersebut. Studi ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi usaha pelestarian Ayam kokok Balenggek dan ayam Pelung sebagai salah satu plasma nutfah ternak Indonesia.
PEMBAHASAN Mengenal Ayam Buras Ayam buras merupakan hasil domestikasi dari jenis ayam hutan merah. Ayam hutan merah di Indonesia ada dua macam yaitu ayam hutan merah Sumatera (Gallus gallus gallus) dan ayam hutan merah Jawa (Gallus gallus javanicus). Martojo (1992) menyatakan bahwa nenek moyang ayam buras yang ada di Indonesia berasal dari ayam hutan merah (Gallus gallus).
Pendapat tersebut
diperkuat oleh Crawford (1990) yang menyatakan bahwa ayam hutan merah (Red jungle Fowl) merupakan nenek moyang dari ayam domestikasi (Gallus gallus domestikus) saat ini. Pendapat tersebut berdasarkan hasil penelusuran, bahwa ayam buras Indonesia memiliki jarak genetik yang lebih dekat dengan ayam hutan merah (Gallus gallus) dibandingkan dengan ayam hutan hijau (Gallus varius).
Namun demikian, adanya impor berbagai jenis bangsa ayam, sejak
zaman Hindia Belanda mengakibatkan tercemarnya keaslian genetik ayam lokal, sehingga diperkirakan ayam Buras yang ada sekarang hanya memiliki gen asli sebanyak 50% (Mansjoer, 1981). Tipe- Tipe Ayam Buras 1. Tipe ayam Buras Petelur Ayam Buras petelur adalah ayam-ayam betina yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Umumnya produksi telur ayam Buras tidak sebanding dengan produksi telur ayam Ras. Beberapa ayam Buras yang memiliki produksi telur tinggi diantaranya yaitu ayam Arab, ayam Cemani dan ayam Sentul (Rusfidra, 2004).
2. Tipe Ayam Buras Pedaging Tipe pedaging pada ayam buras dapat diketahui dari kemampuan ayam tersebut mengkonversi pakan menjadi daging.
Contoh ayam Buras penghasil
daging yang baik yaitu ayam Nunukan, ayam Pelung dan ayam Bangkok. (Jatmiko, 2001). 3. Tipe Penyanyi / Suara Ayam lokal yang potensial sebagai ayam penyanyi adalah ayam Pelung, ayam Kokok Balenggek, ayam Gaga’ dan ayam Bekisar. Keempat bangsa ayam lokal tersebut memiliki suara kokok merdu dan enak didengar. a. Ayam Kokok Balenggek (AKB) AKB atau ayam kokok bertingkat merupakan ayam buras asli Sumatra Barat. Ayam jenis ini termasuk ternak endemik karena hanya ditemukan di kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok, Sumatra Barat. AKB bisa mengeluarkan irama kokok yang panjang kemudian diakhiri dengan suara seperti terputus-putus yang bertingkat atau bersusun yang disebut lenggek. (Rusfidra, 2004). b. Ayam Pelung Ayam Pelung
memiliki sifat khas suara kokok yang mengalun keras dan
panjang maka ayam Pelung dikelompokkan sebagai ayam penyanyi yang berkokok panjang. Ayam Pelung juga merupakan sumber daya genetik hewan (plasma nutfah) yang penting untuk dikembangkan dan dilestarikan.
Ayam
Pelung memiliki postur tubuh yang tinggi, besar dengan penampilan tenang dan anggun (Achmad, 2005).
c. Ayam Bekisar Ayam Bekisar adalah hasil perkawinan antara ayam hutan hijau jantan (Gallus varius) dan ayam kampung/ayam buras betina (Gallus gallus domesticus). Ciriciri khusus dari ayam Bekisar yang paling menonjol adalah bentuk bulu leher yang ujungnya bulat/lonjong bukan lancip (Fumihito. A., T. Miyake, M. Takada, R. Shingu and T. Endo, 1994). d. Ayam Gaga’ / Ayam ketawa Ayam Gaga’ / Ayam ketawa (bahasa Bugis disebut “Manu Gaga”) termasuk salah satu tipe ayam penyanyi yang berasal dari kab Sidrap, Sulawesi Sulawesi. Ayam tipe penyanyi ini termasuk unggas yang dilindungi, keberadaannya langka dan hampir punah. Ayam ini dulu hanya dipelihara dan berkembang biak di lingkungan bangsawan Bugis sebagai simbol status sosial. Ayam Gaga’ memiliki keunikan tersendiri yaitu pada suara di penghujung kokok yang terdengar seperti suara ketawa manusia (Kaharuddin, 2010). Beternak ayam penyanyi memiliki manfaat yang banyak, selain untuk kesenangan, ayam penyanyi juga dianggap bisa membawa keberuntungan bagi pemiliknya. Keberadaannya yang langka dan unik membuatnya banyak diburu orang dan dapat menjadi peluang bisnis yang menggiurkan.
Jika menjuarai
lomba, harga ayam ini mencapai puluhan juta rupiah. Lomba ayam penyanyi bukan adu fisik seperti ayam aduan umumnya, melainkan adu suara seperti burung (Kaharuddin, 2010).
Mengenal Tipe Ayam Penyanyi a. Ayam Kokok Balenggek (AKB) AKB merupakan ayam penyanyi yang berasal dari Sumatera Barat. Populasi AKB berkembang di beberapa daerah di Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. AKB merupakan hasil persilangan yang terjadi antara ayam hutan merah (Gallus gallus) dengan ayam buras (Gallus domestikus). Menurut legenda dan cerita yang berkembang ditengah-tengah masyarakat dari Kecamatan Payung Sakaki Kabupaten Solok, AKB merupakan turunan dari ayam yang menjadi pamenan/binatang kesayangan anak Nagari pada zaman kerajaan Minangkabau dahulu (Rusfidra, 2005). Beberapa tahun terakhir ini AKB sudah terbiasa dipelihara oleh masyarakat di luar habitatnya di Kecamatan Payung Sakaki Kabupaten Solok yang menyebar ke berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat bahkan sudah banyak juga yang dibawa ke luar Propinsi Sumatera Barat sampai ke pulau Jawa. Pada umumnya ayam ini dipelihara sebagai ayam hias/hewan kesayangan yang dikandangkan dan diperlakukan secara khusus seperti hewan kesayangan lainnya. Berdasarkan ukurannya AKB dapat dibedakan menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah AKB yang berukuran besar dan penduduk di lokasi habitat aslinya menyebut sebagai ayam Gadang sedangkan jenis yang kedua adalah ayam yang berukuran lebih kecil yang disebut dengan ayam Ratiah. Untuk memperkenalkan AKB kemasyarakat di luar Sumatera Barat, ayam ini biasanya juga dibawa sebagai materi/produk unggulan dibidang peternakan Sumatera Barat dalam berbagai kesempatan yang dilaksanakan secara nasional seperti di Jakarta dan tempattempat lainnya (Anonim, 2009).
Keindahan suara kokok ayam Balenggek mulai digemari banyak pihak sejak tahun 1990-an, setelah Dinas Peternakan Kabupaten Solok sering mengadakan perlombaan kemerduan suara AKB.
Bahkan menjadi lebih populer setelah
kedatangan Putra Mahkota Jepang Pangeran Akishinonomiya Fumihito ke Sumatera Barat pada 10 Agustus 1994 untuk menyaksikan kemerduan dan kespesifikan irama kokok AKB. Saat ini AKB menjadi maskot dalam bentuk patung ”SelamatDatang” di sekitar kantor Pemerintah Kabupaten Solok, Sumatera Barat ( T. Susanti, S. Iskandar dan S. Sopiyana, 2007). b. Ayam Pelung Ayam Pelung berasal dari Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Ayam jenis ini mulai dipelihara dan dikembangkan tahun 1850 oleh para bangsawan dan ulama. Terdapat dua versi yang menceritakan tentang sejarah asal usul ayam Pelung. Versi pertama diceritakan oleh tokoh masyarakat bernama H Bustomi alias Guru Karta, penduduk Kampung Cicariang, Desa Jambudipa, Kec .Warungkondang, Kabupaten Cianjur bahwa ayam Pelung mulai dipelihara tahun 1850 oleh Kiai H Djarkasih alias Mama Acih, ahli ilmu kebatinan dari Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang. Versi lain diceritakan oleh Nambeng, penduduk Desa Warungkondang. Bahwa sekitar tahun 1940, H Kosim, penduduk Desa Jambudipa, Kecamatan Warungkondang bertemu gurunya, Mama Ajengan Gudang. Saat di rumah gurunya, ia melihat seekor ayam jantan yang berbeda dengan ayam lainnya. Bentuk badan ayam itu besar, tinggi dan terundul. Saat itu pula, ia minta kepada Mama Ajengan Gudang agar diizinkan membeli sepasang ayam tersebut. Setelah dibeli, sepasang ayam tersebut dibawa pulang dan dipeliharanya. Setelah dewasa, ayam tersebut berkokok dengan suara merdu.
Ayam tersebut lalu dikembangbiakkan, sehingga dikenal dengan nama ayam Pelung yang merdu suaranya. Pada tahun 1947, ayam Pelung milik H Mustofa, penduduk Desa Jambudipa, Kecamatan Warungkondang, suaranya sempat direkam di studio NIROM (radio siaran Belanda) (Jatmiko, 2001). Berdasarkan penelusuran ilmiah, ayam Pelung diduga merupakan turunan ayam hutan merah yang terdapat di Pulau Jawa. Hal ini kemudian diperkuat oleh riset molekuler yang dilaporkan oleh Fumihito, dkk (2003) yang menyatakan bahwa ayam domestik yang berkembang sekarang di seluruh dunia berasal dari turunan ayam hutan merah (Gallus gallus) (Jatmiko, 2001). Dengan semakin bertambahnya penggemar ayam Pelung maka penyebarannya pun semakin meluas ke berbagai daerah sekitar Bandung, Bogor, Sukabumi, dan daerah lainnya. Kontes ayam pelung juga semakin marak diadakan, baik institusi pemerintah maupun inisiatif perhimpunan penggemar ayam pelung (Achmad, 2005)
Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif AKB dan Ayam Pelung 1. Karakteristik Performans Ayam Kokok Balenggek, Ayam Pelung dan Ayam Buras Tabel 1. Rangkuman Karakteristik Performans AKB, Ayam Pelung dan Ayam Buras Ayam Kokok Ayam Buras No Parameter Ayam Pelung Balenggek Secara Umum 2 3 (2 kg) (3,37 kg) (2,2-2,6 kg)1 1. Berat Badan 2 (3,89 kg) 5 (23 cm) (24,56 cm)4 2. Panjang Leher (25,06 cm)4 3. P. Punggung (18,56 cm)6 (15,5 cm)2 (9-10 cm)1 4. Panjang Paha (10,63 cm)6 6 4 (40-50 cm) (46 cm)1 5. Tinggi Badan (42,7 cm) (13 butir)6 (13-15 butir)4 (12 butir)1 6. Produksi Telur (87%) 6 (79% )4 7. Daya Tetas 6 1 (40% ) (37% )4 8. Mortalitas (29-59%) Sumber: Wihandoyo(1981)1, Jatmiko (2001)2, Rusfidra (2005)3, Achmad (2005)4, Arlina, Firda, Marajo , Syafruddin Dt T dan Kusnadidi (2009)5 Bobot badan ayam Pelung lebih besar dibandingkan AKB dan ayam Buras lainnya. Adanya pengaruh lingkungan dan genetik menyebabkan perbedaan karakteristik dalam bangsa yang sama. Begitupula untuk panjang leher, punggung, paha, dan tinggi badan ayam Pelung lebih besar dibandingkan AKB. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara bobot badan pada ayam dengan panjang leher, punggung, paha, dan tinggi badan. Hal ini didukung oleh Natamidjaja (1985) bahwa ayam Pelung mempunyai ciri khas dengan bobot badan dan ukuran yang lebih besar dibanding ayam Buras lainnya. Ukuran tubuh berhubungan dengan pertumbuhan dan produktivitas ternak. (Jatmiko, 2001). Produksi telur ayam Pelung lebih tinggi dibandingkan AKB dan ayam buras, tetapi daya tetas dan mortalitas AKB lebih tinggi dibandingkan dengan ayam
Pelung. Perbedaan produksi telur, daya tetas dan mortalitas dari dua tipe ayam penyanyi dan ayam buras tersebut dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Keberhasilan usaha peternakan tidak terlepas dari 3 faktor penting, yaitu bibit, makanan dan manajemen. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan sistem, artinya apabila salah satu faktor terabaikan atau kurang mendapat perhatian maka penanganan terhadap faktor yang lain walaupun sangat bagus, tidak akan dapat memberikan hasil yang memuaskan (Sultoni, Malik, dan Widodo, 2006). 2. Karakteristik Sifat Kualitatif AKB, Ayam Pelung dan Ayam Buras Tabel 2. Rangkuman Karakteristik Sifat Kualitatif AKB, ayam Buras Ayam Kokok No Parameter Ayam Pelung Balenggek 1. Warna bulu (Merah, kuning, (Merah dan hitam)2 putih)1 (Single Comb)2 (Single Comb)1 2. Bentuk Jengger 3. 4.
Warna telinga Sisik Kaki
(Merah)2 (Hitam, abuabu, Kuning)2
(Merah dan putih bagian tengah)1 (Hitam, putih dan kuning)3
ayam Pelung dan Ayam Buras (Beragam)4 (Single Comb 40%, walnut24 %)4 (Merah dan beragam)4 (37% hitam 63 % putih)1
(Putih)1 (Putih)4 5. Warna kulit (Putih)1 Sumber: Achmad (2005)1, Rusfidra (2005)2, T. Susanti (2007)3, Arlina dan Firda, (2010)4 Warna bulu AKB, ayam Pelung dan ayam buras hanya memiliki perbedaan yang sedikit. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan genetik antara bangsa ayam. Meskipun warna bulu pada unggas dipengaruhi genetik, namun dapat berubah akibat faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah sinar matahari (Achmad, 2005).
Cuping telinga ayam Pelung warna merah dihiasi oleh warna putih di bagian tengah, AKB warna telinganya yaitu merah sedangkan ayam buras memiliki warna telinga merah dengan variasi pada bagian tengahnya, ada yang berwarna putih pada bagian tengah dan ada yang berwarna merah. Warna putih dibagian tengah diduga memiliki korelasi positif dengan warna telur. Jika terdapat warna putih pada bagian telinga maka telur yang dihasilkan memiliki cangkang dengan warna putih sedangkan jika warna merah pada bagian tengah cuping telinga dari ayam maka telur yang dihasilkan memiliki cangkang yang warna merah (Achmad, 2005). Warna kulit dan warna sisik pada ayam Pelung, ayam buras dan AKB sama yaitu warna putih. Adanya persamaan sifat tersebut disebabkan karena masing – masing ayam tersebut berasal dari nenek moyang yang sama yaitu ayam hutan Merah, sehingga memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan warna kulit dan warna sisik dari tetuanya (Rusfidra, 2005). 3. Karakteristik Bioakustik AKB, Ayam Pelung dan ayam Buras Tabel 3. Rangkuman Karakteristik Bioakustik AKB, ayam Pelung dan Ayam Buras Ayam Kokok No Parameter Ayam Pelung Ayam Buras Balenggek Frekuensi (8,08 kali/ (7,5 kali/ (7,20 kali/15 1. Kokok 10 menit)2 10 menit)1 menit)3 2. 3. 4.
Durasi Kokok Jumlah Suku Kata Suara Kokok
(2,08-4,43 detik, rataan 3,018)2
(3-8,9 detik)1
(2,09 detik)3
(8,07 sk)2
(4-6 sk)2
( 3,65 sk)3
(Merdu bertingkat)2
(Panjang mengalun)1 Datar
Sumber: Jatmiko (2001)1, Rusfidra (2005)2, Nurningsih (2010)3.
Frekuensi berkokok pada ayam dihitung berapa rataan jumlah kokok ayam yang dihasilkan dalam waktu tertentu. AKB lebih sering berkokok dalam waktu sepuluh menit dibandingkan dengan ayam Pelung. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan suara kokok ayam Pelung, terutama terlihat pada kualitas ayam-ayam juara. Jatmiko (2001) menduga ada dua faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas suara pada ayam Pelung. Pertama, adanya kecenderungan yang terjadi di kalangan hobiis bahwa ayam jantan juara tidak diberikan kesempatan untuk mengawini ayam betina. Durasi kokok pada ayam dihitung mulai ayam berkokok sampai selesai berkokok. Durasi kokok ayam Pelung lebih panjang dibanding ayam Kokok Balenggek dan ayam buras lainnya. Itulah sebabnya ayam Pelung dapat dikelompokkan ke dalam ayam berkokok panjang (long crow fowl). Adanya perbedaan durasi dari beberapa tipe ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu genetik, cara pemeliharaan, perawatan, kondisi kesehatan, dan jenis pakan yang diberikan (Achmad, 2005). Suku kata kokok adalah suara kokok yang mengelompok dalam sebuah kelompok suara yang rapat dan antara suku kata terdapat fragmentasi yang jelas. Jumlah suku kata kokok AKB lebih banyak dibandingkan ayam Pelung dan ayam buras lainnya. Ayam Pelung memiliki tiga suku kata kokok dan memiliki nada yang panjang. Tidak terdapat interval yang jelas diantara suku kokok ayam Pelung, namun terjadi perubahan volume suara di antara suara awal dengan suara tengah dan diantara suara tengah dengah suara akhir. Jumlah suku kata ayam buras hanya terdiri dari 3 suku kata dan tidak terdapat interval yang jelas antara suku kata awal, tengah dan akhir. (Rusfidra, 2005).
Jumlah suku kata yang dihasilkan pada ayam berkokok tidak mesti berbanding lurus dengan durasi suara yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas antara jumlah suku kata dan durasi kokok pada ayam.
Meskipun jumlah suku
kata yang dihasilkan AKB lebih banyak dibanding ayam Pelung akan tetapi durasi kokok ayam Pelung lebih panjang dibanding durasi kokok AKB. Jadi jumlah suku kata yang dihasilkan pada suara ayam tidak berpengaruh terhadap panjang durasi kokok ayam. Pada bangsa unggas, suara diproduksi oleh syring atau kotak suara yang terdapat pada persimpangan antara trakhea dengan bronkus (Young, 1986). Pada syring terdapat sepasang membran tymphani medial yaitu selaput getar dan menghasilkan bunyi jika dilewati oleh udara pada saat ekspirasi. Pada sebagian besar unggas, selaput ini berupa organ yang sederhana, namun merupakan selaput yang kompleks pada unggas penyanyi. Suara kokok hanya terdapat pada ayam jantan, karena kokok merupakan sifat kelamin sekunder pada ayam jantan dan sangat dipengaruhi oleh hormon testosteron (Young, 1986). Berdasarkan tipenya ada dua jenis suara pada bangsa unggas, yaitu call (suara panggilan) dan song (suara nyanyian). Tipe suara call digunakan dalam berkomunikasi antar sesama, sebagai syarat adanya musuh (respon predator), saat terkejut dan ketika menemukan makanan. Jenis suara song merupakan tipe suara sebagai pernyataan wilayah kekuasaan (territorial declare) dan sebagai atraksi untuk memikat ayam betina yang akan dikawani. Tipe call terdapat pada ayam jantan dan betina, sedangkan tipe song hanya terdapat pada ayam jantan (Young. 1986).
KESIMPULAN Ayam Kokok Balenggek memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang berbeda dengan ayam Pelung. Saran Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang keempat tipe ayam penyanyi, baik dari sisi genetik/pemuliaan, manajemen pemeliharaan, reproduksi, fisiologi, anatomi, maupun dari sisi tingkah laku ayam penyanyi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, G. 2005. Karakteristik penampilan pola warna bulu, kulit, sisik kaki, dan paruh ayam Pelung di Garut dan ayam Sentul di Ciamis. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor Anonim. 2009.Potensi Ayam Kokok Balenggek. http://disnak.sumbarprov.go.id. Diakses: tanggal 10 Maret 2011. Arlina, dan Firda. 2010. Konservasi Plasma Nutfah Ayam Kampung Melalui Konstitusi Genetik Dan Karakteristik Genetik Eksternal. Working Paper. Fakultas Peternakan.Universitas Andalas. Padang Arlina, Firda, Marajo , Syafruddin Dt T dan Kusnadidi. 2009 . Konservasi Plasma Nutfah Ayam Kokok Balenggek Melalui Kajian Keragaman Fenotipe Dan Keragaman DNA Mikrosatelit. Working Paper. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang. Crawford, R.D 1990. Origin and History of Poultry Species. In: Poultry Breeding and Genetics. Elsevier.Amsterdam Fumihito, A., T. Miyake, M. Takada, R. Shingu and T. Endo. 1994. One subspecies of the red jungle fowls (Gallus gallus gallus) suffices as the matriarchic ancestor of all domestic breeds. Proceeding National Academy Science, 91: 12505-12509 [Abstr.] Kaharuddin,A. 2010. Ayam Ketawa. http://ayam gagak.blogspot.com/ .Diakses : tanggal 2 Mei 2011. Jatmiko. 2001. Studi fenotipe ayam pelung untuk seleksi tipe ayam penyanyi. tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mansjoer, S.S. 1981. Studi sifat-sifat ekonomis yang menurun pada ayam Kampung. Laporan penelitian No 15/Penelitian/PUT/IPB/1979-1980. Fakultas Peternakan.IPB. Bogor Martojo, H. 1922. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor. Natamidjaja,A.G, 1985. Ayam Pelung: performance dan permasalahannya. Proceedings Seminar Peternakan dan Forum Peternakan Unggas dan Aneka Ternak. Pusat Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor Nurningsih. 2010. Karakteristik Bioakustik Suara Ayam Buras Jantan pada Umur yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar
Rusfidra. 2005. Analisis suara kokok pada ayam Kokok Balenggek; ayam lokal berkokok merdu dari Sumatera Barat. Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Andalas Kampus UNAND Limau Manis, Padang. Rusfidra. 2004. Karakterisasi sifat-sifat fenotipik sebagai strategi awal konservasi ayam Kokok Balenggek di Sumatera Barat. Disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Sultoni, A., A. Malik, dan W. Widodo. 2006. Pengaruh penggunaan berbagai konsentrat pabrikan terhadap optimalisasi konsumsi pakan, hen day production, dan konversi pakan. Penelitian. Jatinom Blitar, Kaningaran Blitar Susanti, T., S.Iskandar dan S. Sopiyana. 2007. Ayam Kokok Balenggek:sumber plasma nutfah yang hampir punah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian vol. 29. No.4. 2007.
[email protected]. Diakeses Tanggal 2 Mei 2011. Wihandoyo. 1981. Potensi Budidaya dan Peluang Usaha Ayam Kampung. UGM. Yogyakarta Young, J. Z. 1986. The Life of Vertebrata. Ed. Ke-3. Clarendon Press. Oxford