STUDI POTENSI, KENDALA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN NIPAH (Nypa fruticans) DI KABUPATEN MUNA
SKRIPSI
Oleh: MUHAMAD AMIN NIM. D1B5 12 038
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016
STUDI POTENSI, KENDALA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN NIPAH (Nypa fruticans) DI KABUPATEN MUNA
SKRIPSI
Oleh: MUHAMAD AMIN NIM. D1B5 12 038
Diajukan kepada Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar sarjana pada Jurusan Kehutanan
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016 ii
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN. APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
KENDARI,
April 2016
MUHAMAD AMIN NIM. D1B5 12 038
iii
iv
v
ABSTRAK MUHAMAD AMIN (D1B5 12 038). Studi Potensi, Kendala dan Strategi Pengembangan Tanaman Nipah (Nypa fruticans) di Kabupaten Muna. Dibimbing oleh Aminuddin Mane Kandari sebagai Pembimbing I dan Safril Kasim sebagai Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi, kendala dan strategi pengembangan tanaman nipah (Nypa fruticans) di Kabupaten Muna wilayah daratan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Muna wilayah daratan, Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlangsung pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016. Penarikan sampel di lakukan dengan metode purposive sampling. Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu analisis GIS, analisis deskriptif dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanamana nipah terdapat di Kecamatan Napabalano seluas 42 ha, Kecamatan Lasalepa seluas 57 ha dan Kecamatan Lohia seluas 32 ha. Kendala pengembangan tanaman nipah yaitu makin berkurangnya populasi tanaman nipah setiap tahunnya karena kematian alami dan luasan tanaman nipah yang semakin sempit, produk yang di manfaatkan dari tanaman nipah masih sangat sederhana, rendahnya motivasi masyarakat dalam mengembangkan tanaman nipah dan tidak adanya dukungan dari pemerintah. Berdasarkan data yang dimiliki maka strategi pengembangan tanaman nipah yang di rumuskan terdiri dari strategi S-O yaitu memanfaatkan luas wilayah yang berpotensi untuk pengembangan nipah dan meningkatkan keanekaragaman produk nipah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Strategi W-O yaitu meningkatkan teknologi budidaya nipah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan daya saing produksi nipah dalam rangka meningkatkan daya saing pasar. Strategi S-T yaitu memanfaatkan sumberdaya masyarakat petani nipah dalam aspek budidaya dan pegolahannya serta meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang bahan baku untuk mengoptimalakan pengolahan dan strategi W-T yaitu optimalisasi sarana penunjang kerajinan nipah dan penetapan kawasan pengembangan tanaman nipah yang legal. Kata Kunci: Tanaman Nipah (Nypa fruticans), potensi, kendala, Strategi pengembangan.
vi
ABSTRACT MUHAMAD AMIN (D1B5 12 038). Potential Study, Constraints and Strategy of Nipah Plant Development (Nypa fruticans) in Muna, Supervised by Aminuddin Mane Kandari, as Supervisor I and Safril Kasim as Supervisor II. This study aims to determine the potency, contraints and nipah plant development Strategy (Nypa fruticans) in Muna's land area. This study was conducted in the mainland of Muna, Southeast Sulawesi Province which took place in December 2015 until March 2016. Sampling was done by purposive sampling method. The analysis used in this study are GIS analysis, descriptive analysis and SWOT analysis. The results showed that the area has the potential for development of nipah plant are in Napabalano District area of 42 ha, Lasalepa District area of 57 ha and the Lohia District area of 32 ha. Nipah plant development constraints are the annually reduction of nipah crop area due to natural death and nipah plant area is relatively small, the products are utilized from nipah plants is still very simple, low motivation of people to develop nipah plants and the lack of support from the government. Based on the data, so the the strategy to develop of nipah plant is formulated consisting of S-O strategy utilizing the potential area for development nipah and increase the nipah diversity product to meet community needs. W-O strategy is to improve nipah cultivation technology to meet the community needs and improve the competitiveness of nipah production in order to improve market competitiveness. S-T strategy that utilizes human resources of nipah farmers in aspects of cultivation and processing and increase the availability of facilities and infrastructure for the raw materials and optimalize the processing of nipah, and WT strategies that optimize the means of supporting nipah craft and establishment also legalizatiaon of nipah plants zone. Keywords: Nipah Plant (Nypa fruticans), potential, constraints, development strategy of Nipah
vii
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Potensi, Kendala dan Strategi Pengembangan Tanaman Nipah (Nypa fruticans) di Kabupaten Muna.” untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo Kendari. Ucapan terima kasih dan penghormatan serta penghargaan setinggitingginya kepada Ayahanda La Ami dan Ibunda Wa Ode Nafia atas segala perhatian, kasih sayang, doa, serta dukungan yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, serta kepada kakakku Darmina, Darliati, AM.Keb Muhamad Zulyamin, Eni dan Ashar terima kasih atas doa dan motivasinya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghormatan kepada Dr. Ir. Aminuddin Mane Kandari, M.Si selaku Pembimbing I dan Safril Kasim, SP., MES selaku Pembimbing II, yang telah banyak membantu baik secara moral maupun bimbingan, saran, kritik, nasehat, serta permohonan maaf atas segala kesalahan penulis perbuat, baik sengaja maupun tidak sengaja mulai dari awal sampai akhir pembimbingan. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Rektor Universitas Halu Oleo, Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Ketua dan Sekretaris Jurusan Kehutanan.
viii
2. Abdul Sakti S.Hut, M.Si, yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis. 3. Dosen di lingkungan Jurusan Kehutanan yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Halu Oleo. 4. Pegawai administrasi Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan. 5. Sanelwin, S.Pd, atas doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis. 6. Senior Kehutanan angkatan 2009, 2010 dan 2011, Nurmida Haridu, Usman, S.Hut, Segar Alam, S.Hut, Alif Hudan, S.Hut, Muh Afal Sainu, Arwan dan Adi Saputra 7. Teman-teman seperjuangan kehutanan angkatan 2012 tanpa terkecuali. 8. Pejabat pemerintah khususnya, Camat Napabalano, Camat Lasalepa, Camat Lohia dan masyarakat setempat di Kecamatan Napabalano, Kecamatan Lasalepa dan Kecamatan Lohia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan serta dukungan yang diberikan kepada penulis dan permohonan maaf atas segala kesalahan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkannya. Kendari,
April 2016
Penulis
ix
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Muhamad Amin dengan nama panggilan Amin. Dilahirkan di Mantobua pada tanggal 30 Mei 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, pasangan dari Bapak La Ami dan Ibu Wa Ode Nafia. Sejak tahun 2000 penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Lohia, Kecamatan Lohia, kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 9 Raha dan lulus pada tahun 2009. Setelah lulus tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas pada tahun yang sama di SMA Negeri 1 Lohia Kabupaten Muna dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas Halu Oleo melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian, yang sekarang ini telah menjadi Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo. Penulis selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan lembaga internal dan eksternal kampus Universitas Halu Oleo, menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperta UHO, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan PC Silva UHO.
x
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii PERNYATAAN.................................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iv HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN .............................................. v ABSTRAK ............................................................................................................ vi ABSTRACT ......................................................................................................... vii UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. viii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... x DAFTAR ISI......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3 C. Tujuan dan Manfaat....................................................................................... 3 D. Kerangka Pikir ............................................................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Tanaman Nipah ............................................................................. 6 1. Klasifikasi Tanaman Nipah....................................................................... 6 2. Syarat Tumbuh dan Sebaran Tanaman Nipah .......................................... 6 B. Manfaat Tanaman Nipah ............................................................................. 10 1. Manfaat Ekonomi.................................................................................... 10 2. Manfaat Ekologi...................................................................................... 12 3. Manfaat Sosial ........................................................................................ 13 C. Budidaya Tanaman Nipah ........................................................................... 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu....................................................................................... 14 B. Alat dan Bahan ............................................................................................ 14 C. Populasi dan Sampel.................................................................................... 14 D. Jenis Data..................................................................................................... 15 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 15 F. Variabel Penelitian....................................................................................... 16 G. Analisis Data................................................................................................ 17 H. Defenisi Operasional ................................................................................... 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah .............................................................................. 20 1. Kecamatan Napabalano .......................................................................... 20 2. Kecamatan Lasalepa ............................................................................... 21 xi
3. Kecamatan Lohia .................................................................................... 21 B. Keadaan Iklim.............................................................................................. 22 C. Keadaan Penduduk ...................................................................................... 22 1. Kecamatan Napabalano .......................................................................... 22 2. Kecamatan Lasalepa ............................................................................... 23 3. Kecamatan Lohia .................................................................................... 23 D. Mata Pencaharian Penduduk........................................................................ 24 1. Kecamatan Napabalano .......................................................................... 24 2. Kecamatan Lasalepa ............................................................................... 25 3. Kecamatan Lohia .................................................................................... 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sebaran Potensi Nipah................................................................................. 27 1. Kecamatan Napabalano .......................................................................... 28 2. Kecamatan Lasalepa ............................................................................... 29 3. Kecamatan Lohia .................................................................................... 31 B. Pemanfaatan Tanaman Nipah ...................................................................... 32 C. Kendala Pengembangan Tanaman Nipah .................................................... 35 D. Strategi Pengembangan Tanaman Nipah..................................................... 36 1. Strategi Strengths – Opportunity (SO) ................................................... 41 2. Strategi Weakness - Opportunity (WO) .................................................. 42 3. Strategi Strengths – Threats (ST) ............................................................ 43 4. Strategi Weakness – Threats (WT) .......................................................... 44 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................................. 46 B. Saran ............................................................................................................ 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
1
Langkah untuk menentukan strategi pengembangan dengan menggunakan strategi SO, WO, ST, WT dalam SWOT ...............
18
2
Jumlah Penduduk Kecamatan Napabalano Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015......................................................................
23
3
Jumlah Penduduk Kecamatan Lasalepa Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015……..........................................................……...........
23
4
Jumlah Penduduk Kecamatan Lohia Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015….…………………………........................................
24
5
Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Napabalano, Tahun 2015.....................................................................................
24
6
Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Lasalepa, Tahun 2015.....................................................................................
25
7
Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Lohia, Tahun 2015.....................................................................................
26
8
Kekuatan (strength) dalam Analisis SWOT...................................
36
9
Kelemahan (weakness) dalam Analisis SWOT..............................
37
10
Peluang dalam Analisis SWOT......................................................
39
11
Ancaman dalam Analisis SWOT...................................................
40
12
Strategi Pengembangan Tanaman Nipah dengan menggunakan strategi SO, WO, ST, dan WT dalam SWOT...................................
41
xiii
Halaman
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
1
Bagan Kerangka Pikir Penelitan ……............................................
5
2
Buah Nipah...…..........................................……............................
9
3
Malai Nipah …………...................................................................
10
4
Sebaran Potensi Pengembangan Tanaman Nipah di Kecamatan Napabalano, Kecamatan Lasalepa dan Kecamatan Lohia..............
27
5
Sebaran Potensi Tanaman Nipah di Kelurahan Tampo dan Kelurahan Napabalano, Kecamatan Napabalano..........................
29
6
Sebaran Potensi Tanaman Nipah di Desa Labone dan Desa Labunti, Kecamatan Lasalepa...............................................
30
7
Sebaran Potensi Tanaman Nipah di Desa Bonea dan Desa Parida, Kecamatan Lasalepa..................................................
31
8
Sebaran Potensi Pengembangan Tanaman Nipah di Desa Korihi dan Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia...........................................
32
xiv
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Teks
1
Kuesioner Penelitian.......................................................................
51
2
Identitas Responden.......................................................................
54
3
Rekapan Hasil Wawancara Responden..........................................
58
4
Gambar Potensi Tanaman Nipah di Kecamatan Napabalano, Kecamatan Lasalepa dan Kecamatan Lohia..................................
61
5
Peta Lokasi Penelitian....................................................................
64
6
Dokumentasi Penelitian..................................................................
65
xv
Halaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nipah (Nypa fruticans) merupakan tanaman yang tumbuh di sepanjang sungai yang tumbuhnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Tanaman ini tergolong suku palmae, meskipun tergolong dalam suku palmae tetapi tanaman ini dikelompokkan pula dalam ekosistem mangrove. Tanaman ini dikelompokkan dalam ekosistem mangrove, karena hanya dapat tumbuh di sepanjang sungai dekat muara, sehingga kondisi air payau sangat mempengaruhi proses pertumbuhannya (Kitamura et al., 1997). Nipah termasuk dalam famili Arecaceae dan banyak di dapati di rawarawa air payau dan di depan muara-muara sungai, pada ketinggian 0-200 m dpl, iklim basah, dan cukup mengandung bahan organik (Hyene, 1987). Batang pohon nipah membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Panjang anak daun dapat mencapai 100 cm dan lebar daun 4-7 cm. Daun nipah yang sudah tua berwarna kuning, sedangkan daunnya yang masih muda berwarna hijau. Banyaknya anak daun dalam tiap tandan mencapai 25-100 helai. Buahnya membulat seperti buah pandan dengan panjang bonggol hingga 45 cm (Vernandos dan Huda., 2008). Penyebaran tanaman nipah di Indonesia berada di beberapa pulau besar seperti Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara), Pulau Maluku dan pulau Papua. Tanaman nipah tumbuh dalam luasan
2
yang kecil-kecil terdapat di daerah seperti Daerah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Pulau Jawa. Sulawesi Tenggara sebagian besar wilayahnya adalah lautan sehingga potensi tumbuh tanaman nipah sangat luas. Selain itu juga banyaknya sungai besar yang mendukung pertumbuhan tanaman nipah tersebut. Kabupaten Muna merupakan salah satu pulau yang terdapat di jazirah Sulawesi Tenggara, yang memiliki muara sungai yang potensial untuk pengembangan tanaman nipah. ditambah lagi dengan potensi tanaman nipah yang tersebar mengikuti sungai sehingga masyarakat memanfaatkan tanaman tersebut untuk kebutuhan hidupnya. Tanaman nipah telah dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Muna secara turun temurun. Secara ekologi tanaman nipah bermanfaat untuk mencegah terjadinya abrasi air laut. Tanaman nipah menjadi filter air permukaan (run of) dari daratan ke sungai. Selain manfaat ekologis juga mempunyai manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi tanaman nipah adalah sebagai komoditas yang dimanfaatkan seperti atap daun nipah. Masyarakat memanfaatkan atap sebagai atap rumah, kandang ternak, atau untuk membuat gubuk di kebun. Tangkai daun dan pelepahnya juga dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Lidinya dapat digunakan untuk pembuatan sapu lidih dan dapat digunakan sebagai anyaman dan tali. Pemanfaatan tanaman nipah dapat berupah kerajinan. Selain kerajinan nipah dari organ daun, tanaman nipah juga dapat menghasilkan berbagai macam produk diantaranya adalah produk pengembangan bahan makanan dari buah nipah. Buah tanaman nipah mampu menghasilkan tepung. Rata-rata berat 100
3
daging buah nipah adalah 3.489 g dan dari jumlah tersebut 1.622 g tepung nipah atau sebesar 46,39%. Potensi tepung nipah per hektar sebesar 1,19 ton/ha (Heriyanto, et al., 2011). Banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh tanaman nipah menyebabkan tinggi kebutuhan akan tanaman nipah. Untuk mengetahui ketersediaan tanaman nipah di alam maka penting untuk dilakukan penelitian tentang Studi Potensi, Kendala dan Strategi Pengembangan Tanaman Nipah di Kabupaten Muna. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana potensi pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan?
2.
Apa kendala pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan?
3.
Bagaimana strategi pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan?
C. Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah sebagai barikut: 1. Untuk mengetahui potensi pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan. 2. Untuk mengetahui kendala pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan.
4
3. Untuk mengetahui strategi pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan. Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Menyediakan data potensi, kendala dan strategi pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan. 2. Dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. 3. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemda untuk pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan. D. Kerangka Pikir Tanaman nipah memiliki banyak manfaat baik dari aspek ekonomi, ekologis, dan sosial, namun belum terdapat upaya pengembangan tanaman ini di Sulawesi Tenggara. Tanaman ini banyak dimanfaatakan oleh masyarakat sebagai bahan pangan dan energi bioetanol. Pengembangan tanaman nipah tidak menggunakan lahan pertanian atau lahan hutan tetapi menggunakan lahan yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat selama ini. Lahan yang digunakan untuk upaya pengembangan tanaman nipah tersebar di sepanjang sungai. Ketersediaan lahan sangat luas dalam upaya pengembangan tanaman nipah, sebaran potensi yang luas dan tidak bersinggungan dengan penggunaan lahan lainnya. Namun memiliki kendala pengembangan tanaman nipah, terutama upaya pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga akan dirumuskan strategi pengembangan tanaman nipah dalam kerangka pikir di bawah ini:
5
Tanaman Nipah
Manfaat Ekonomi
Manfaat Sosial
Manfaat Ekologi
Ketersediaan Lahan
Potensi Tanaman Nipah
Kendala Pemanfaatan Tanaman Nipah Starategi Pengembangan Tanaman Nipah
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitan
II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Deskripsi Tanaman Nipah
1. Klasifikasi Tanaman Nipah Klasifikasi nipah menurut Ditjenbun (2006): Regnum
: Plantae
Division
: Magnnoliophyta
Classis
: Liliopsida
Ordo
: Arecales
Familia
: Arecaceae
Genus
: Nypa
Spesies
: Nypa fruticans
Tipe buahnya yaitu buah batu dengan mesokarp, bulat telur terbalik dan gepeng dengan 2-3 rusuk, coklat kemerahan, 11 x 13 cm, terkumpul dalam kelompok rapat menyerupai bola berdiameter sekitar 30 cm (Steenis, 1981). Struktur buah berbentuk bulat, berwarna coklat, kaku dan berserat. Pada setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur (Rusila et al., 1999). 2. Syarat Tumbuh dan Sebaran Tanaman Nipah Tumbuhan nipah tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan air. Memerlukan masukan air tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di luar zona pantai. Biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok. Memiliki system perakaran yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap pertumbuhan masukan air, dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya. Serbuk sari lengket dan penyerbukan nampaknya dibantu oleh lalat Drosophila. Buah yang berserat serta adanya rongga udara pada biji
7
membantu penyebaran mereka melalui air. Kadang-kadang bersifat vivipar. Distribusi nipah meliputi Asia Tenggara, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, ustralia, dan Pasifik barat (Rusila et al., 1999). Nipah adalah tumbuhan sejenis palma yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang surut di daerah mangrove yang payau (brackish). Dalam zonasi kelompok mangrove, nipah tumbuh pada perairan agak ke dalam dan hidup di tepi-tepi sungai air tawar sehingga pengaruh salinitas sudah mulai berkurang (Alrasyid, 2001). Nipah tumbuh di bagian belakang hutan bakau, terutama di dekat aliran sungai yang memasok lumpur ke pesisir. Palma ini dapat tumbuh di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang daerah tersebut masih terpengaruh pasaang-surut air laut yang mengantarkan buah-buahnya yang mengapung. Di tempat-tempat yang sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus, kurang lebih sejajar dengan garis pantai. Nipah mampu hidup di atas lahan agak kering atau yang kering pada saat air surut (Alrasyid, 2001). Nipah adalah tumbuhan tropis dengan rata-rata suhu minimum pada daerah pertumbuhannya adalah 20°C dan maksimumnya 32-35°C. Iklim optimum adalah agak lembab sampai lembab dengan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan sepanjang tahun. Nipah tumbuh subur hanya pada lingkungan air yang asin. Jarang dijumpai langsung di pantai. Kondisi optimum adalah saat bagian dasar palem dan rimpangnya terendam air asin secara reguler. Karena itu nipah mendiami daerah muara sungai yang masih mendapat akibat arus pasang surut dari sungai (Tamunaidu et al., 2013).
8
Flach dan Rumawas (1996) menyatakan bahwa nipah merupakan Palem besar dengan batang menjalar, akar rimpangnya sebagian terbenam didalam lumpur, dengan diameter hingga 45 cm, percabangannya dua-dua dengan interval yang tetap. Daunnya menggerombol 3-5 daun per tumbuhan, tegak, 4,5-14,2 cm panjangnya, menyirip sederhana, tangkai daunnya sangat keras, panjangnya hingga 1,5 m, beralur pada bagian adaksial, bagian bawah tulang daunnya bersisik coklat. Perbungaannya tunggal tegak, tumbuh diantara daunnya, dan tampak muncul diatas permukaan air, perbuahannya agak membulat, seperti buah batu, berwarna coklat hingga kehitaman, agak melengkung atau menyudut. Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh dilingkungan hutan mangrove atau daerah pasang surut dekat tepi laut. Di beberapa negara lain, tumbuhan ini dikenal dengan nama Attap palm (Singapura), Nipah palm (Filipina), atau umumnya disebut Nipah palm. Nama ilmiahnya adalah Nypa fruticans, dan diketahui sebagai satu-satunya anggota genus Nipah. Juga merupakan satu-satunya jenis palma dari wilayah mangrove. Fosil serbuk sari palma ini diketahui dari sekitar 70 juta tahun yang silam (Ditjenbun, 2006). Batang pohon nipah membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Panjang anak daun dapat mencapai 100 cm dan lebar daun 4-7 cm. Daun nipah yang sudah tua berwarna kuning, sedangkan daunnya yang masih muda berwarna hijau. Banyaknya anak daun dalam tiap tandan mencapai 25-100 helai (Vernandos dan Huda., 2008). Buahnya membulat seperti buah pandan dengan panjang bonggol hingga 45 cm. Sebaran jenis ini utamanya di daerah equator, melebar dari Sri Langka ke
9
Asia Tenggara hingga Australia Utara. Luas pertanaman nipah di Indonesia diperkirakan 700.000 ha, merupakan nipah yang terluas dibandingkan dengan Papua Nugini (500.000 ha) dan Filipina (8.000 ha) (Tamunaidu et al., 2013). Cairan manis yang dikandung nipah memiliki kadar gula (sucrose) antara 15-17%-brix ( jumlah zat padat semu yang larut (dalam gr) setiap 100 gr larutan). Dengan kandungan itu, maka nira nipah berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri bioetanol. Satu tangkai bunga nipah mampu memproduksi sekitar 3 liter nira per hari, Setiap tangkai dapat dipanen terus menerus selama sekitar 20 hari. Setiap rumpun pohon Nipah mampu menghasilkan sekitar 4 tangkai pada waktu bersamaan. Dengan demikian, satu pohon nipah dapat menghasilkan 12 liter nira per hari (Riyadi, 2010). Kelebihan nipah dibandingkan tanaman penghasil bioetanol yang lain antara lain tanaman nipah dapat memproduksi nira 20 ton/hektar atau 14.300 liter etanol per hektar dua kali lebih besar dibandingkan tebu (Smith, 2006).
Gambar 2. Buah Nipah (Rusila et al., 1999)
10
B. 1.
Manfaat Tanaman Nipah Manfaat Ekonomi Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka
keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai alas tulis, bukannya daun lontar (Heyne, 1987). Daun atau pelepah daun nipah dimanfaatkan untuk pembuatan atap, dan pembungkus rokok. Bagian anak daun yang produktif untuk membuat atap diambil dibagian tengah pelepah (Airasyid, 2001).
Gambar 3. Malai Nipah (Anonim, 2001) Sirup manis dalam jumlah yang cukup banyak dapat dibuat dari batang nipah, jika bunga diambil pada saat yang tepat. Digunakan untuk memproduksi alcohol dan gula. Jika dikelola dengan baik, produksi gula yang dihasilkan lebih baik jika dibandingkn dengan gula yang dihasilkan dari tebu, serta memiliki
11
kandungan sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan untuk bahan pembuat payung, topi, tikar, keranjang dan kertas rokok. Biji dapat dimakan. Setelah diolah, serat gagang daun juga dapat dibuat tali dan bulu sikat (Rusila et al., 1999). Nira yang dihasilkan dari pohon nipah digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula merah. Umumnya rata-rata produksi nira perhari satu tangkai bunga nipah mampu memproduksi sekitar 3 liter nira perhari dan setiap tangkai dapat dipanen terus menerus selama 20 hari (Riyadi, 2010). Rata-rata produksi nira per malai 48 – 60 liter per pohon untuk jangka penyadapan selama 3 bulan. Berdasarkan analisis laboratorium, nira segar memiliki komposisi : Brix 15 – 17%; Sukrosa 13 – 15 %; Gula reduksi 0,2 – 0,5 % dan abu 0,3 – 0,7% (Alrasyid, 2001). Buah nipah yang dapat diproduksi ialah buah yang relatif masih mudah atau tidak terlalu tua karena mengandung isi msih lunak yang enak untuk dimakan secara langsung dengan rasa yang gurih seperti kelapa muda. Buah muda ini dapat diolah menjadi makanan ringan seperti manisan dan buah kaleng (Alrasyid, 2001). Nira yang dihasilkan dari pohon nipah digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula merah. Produksi nira perhektar bergantung pada tersedinya jumlah malai siap sadap, keterampilan teknis tenaga kerja dan gangguan hama. Umumnya rata-rata produksi nira per hari 1 ,6-2 liter perpohon (2 kali sadap) dan rata-rata produksi nira per malai 48-60 liter per pohon untuk jangka penyadapan selama 3 bulan. Berdasarkan analisa laboratorium, nira segar memiliki komposisi
12
: Brix 15-17%; Sukrosa 13-15%; Gula reduksi 0,2-0,5% dan Abu 0,3-0,7% (Alrasyid, 2001). Buah nira yang dapat diproduksi ialah buah yang relatif masih muda/ tidak terlalu tua karena mengandung isi masih lunak yang enak untuk dimakan secara langsung dengan rasa yang gurih seperti kelapa muda. Buah muda ini dapat diolah menjadi makanan ringan seperti manisan dan buah kaleng. Buah nipah terdapat dalam satu kelompok dan jumlahnya per tandan rata-rata 65 buah (52-82 buah). Berat buah ± 242 gram, pertandan 15 kg. Per tandan diperkirakan dapat diambil isinya ±650-800 gram (Alrasyid, 2001). 2. Manfaat Ekologi Nipah yang berasosiasi dengan tumbuhan lain dalam sebuah ekosistem hutan mangrove mempunyai fungsi ekologi antara lain (Anonim, 2001): 1. Melindungi pantai dan tebing sungai dari erosi laut (abrasi), menjaga agar garis pantai tetap stabil, serta menahan tiupan angin kencang dari laut. 2. Menahan hasil proses penimbunan lumpur yang memungkinkan terbentuknya lahan baru. 3. Menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi) dan berfungsi dalam menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar, sehingga dapat pula menjadi penyangga kehidupan di daratannya. 4. Mengolah bahan limbah, pengahasil oksigen dan penyerap karbondioksida Sumber plasma nutfah dan sumber genetika serta memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
13
3. Manfaat Sosial Berdasarkan penelitian Afnidar (2008), nipah selain bisa dijadikan makanan, nipah juga mempunyai khasiat untuk dijadikan obat-obatan seperti tulang anak daun nipah yang masih muda dapat mengobati sariawan atau sakit tenggorokan dengan menggigit tulang daun tersebut dan menghisap airnya. Obat batuk dimana pucuk daun muda yang masih menguncup dapat berguna sebagai obat batuk. Pucuk daun tersebut dimemarkan dan ditumbuk lalu diperas airnya, kemudian air perasan tersebut dicampur dengan madu dan diminum. Obat batu karang dari bunga nipah tetapi tidak ada informasi yang jelas tentang cara meramu bunga nipah sebagai obat. C.
Budidaya Tanaman Nipah Perbanyakan generatif dengan biji (buah) dan vegetatif dengan rimpang
yang bercabang. Di Papua New Guinea metode ‘pocket and channel’ telah digunakan dengan baik untuk memperbanyak nipah. Buah ditanam langsung pada kantong plastik atau dilubang sedalam 10-20 cm sepanjang tepi kanal-kanal irigasi. Di Filipina kecambah ditumbuhkan dulu dipersemaian kemudian dipindahkan ke lubang-lubang. Jarak tanam 1,5-2 m, selanjutnya dijarangkan menjadi 400 tanaman per ha. Tegakan alami nipah biasanya rapat, di Papua New Guinea 2.000-5.000, di Filipina 10.000 tanaman per ha (Flach dan Rumawas. 1996).
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Muna wilayah daratan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada Bulan Desember 2015 sampai Maret 2016. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. GPS dipergunakan untuk menentukan titik koordinat sebaran tanaman nipah b. Alat tulis menulis untuk mencatat data primer yang dikumpulkan c. Kamera digital untuk mendokumentasikan proses penelitian d. Software Argis map versi 10.1 untuk mengolah dan memanipulasi data digital Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta rupa bumi indonesia (RBI) dengan skala 1 : 250 000, peta administrasi Kabupaten Muna, peta DAS Kabupaten Muna, data citra landsat tahun 2014 dan kuesioner. C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Muna wilayah daratan yang berada di sekitar daerah atau area yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah serta seluruh tanaman nipah yang tersebar di Kabupaten Muna wilayah daratan. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan responden yang memanfaatkan tanaman nipah.
15
Purposive sampling adalah tehnik menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Pertimbangan dalam menentukan sampel pada penelitian ini berdasarkan pada pengetahuan masyarakat terkait dengan pemanfaatan tanaman nipah dan sampel penelitian ini adalah penyebaran tanaman nipah yang memanjang mengikuti muara sungai yang terdapat di Kabupaten Muna wilayah daratan. Berdasarkan pendapat Arikunto (2011), jika jumlah populasi penelitian ini lebih dari 100 maka jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 10 % dari jumlah populasi, jika kurang dari 100 maka seluruh populasi menjadi sampel. D. Jenis Data Jenis data dalam penelitian penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Data primer yaitu data pokok yang terdiri dari peta administrasi Kabupaten Muna, peta sungai Kabupaten Muna, citra satelit landsat 8 TM tahun 2014 (band 1 sampai band 8), hasil wawancara dari responden dan hasil ground chek lapangan. 2. Data sekunder yaitu data pendukung yang terdiri dari luas wilayah penelitian, keadaan iklim dan tanah, jumlah penduduk, serta kondisi sosial ekonomi yang di dapatkan dari lembaga pemerintah, laporan, karya ilmiah dan lain-lain.
16
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Observasi yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapangan, penyebaran tanaman nipah diamati untuk menentukan titik koordinat sehingga mengetahui sebaran potensi tanaman nipah. 2. Wawancara yaitu pengambilan data dengan memberikan pertanyaan yang sifatnya tersetruktur kepada responden. Responden yang diwawancarai adalah masyarakat yang memanfaatkan tanaman nipah yang mengetahui sebaran potensi dan kemampuan memanfaatkan tanaman nipah. 3. Dokumentasi yaitu pengambilan data dengan mengambil seluruh foto atau gambar daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah. 4. Studi pustaka yaitu pengumpulan data melalui literatur dan hasil karya ilmiah lainnya. F. Variabel Penelitian Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Variabel bebas merupakan variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel bebas penelitian ini adalah berupa potensi pengembangan tanaman nipah yang tersebar di Kabupaten Muna wilayah daratan dan melihat luas lahannya. 2. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dalam penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kendala pengembangan tanaman nipah dan strategi pengembangan tanaman nipah.
17
G. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari dua metode yaitu sebagai berikut: 1.
Analisis GIS Analisis ini digunakan untuk mengetahui daerah yang berpotensi dalam
pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan melalui penginderaan jarak jauh dengan menggunakan software Sistem Informasi Geografis (SIG) yaitu SAGA dan ARGIS map versi10. 1. Data hasil penginderaan jarak jauh dan ground chek lapangan digunakan untuk pembuatan peta daerah yang berpotensi dalam pengembangan tanaman nipah. 2. Analisis dekskriptif Metode analisis ini digunakan untuk mengetahui potensi dan kendala pengembangan tanaman nipah berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap responden dengan menggambarkan secara jelas potensi dan kendala yang ada terkait dengan pengembangan tanaman nipah di masing-masing daerah. 3. Analisis SWOT Metode
ini
digunakan
berdasarkan
data
potensi
dan
kendala
pengembangan tanaman nipah yang dibagi dalam kelompok kekuatan dan kelemahan (internal) serta peluang dan ancaman (eksternal) yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan rumusan strategi yang tepat terkait dengan pengembangan tanaman nipah dimasing-masing daerah sebaran. Dengan
18
membandingkan ke empat faktor dalam matrix SWOT maka dapat dipilih konsep strategi pengembangan tanaman nipah yang paling tepat. Tabel
1. Langkah untuk menentukan strategi pengembangan dengan menggunakan strategi SO, WO, ST, WT dalam SWOT Internal KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Eksternal
PELUANG (O)
ANCAMAN (T)
STRATEGI S-O Strategi Dengan Menggunakan Kekuatan Untuk Memanfaatkan Peluang
STRATEGI W-O Strategi Dengan Memanfaatkan Peluang Untuk Mengatasi Kelemahan Yang Dimiliki.
STRATEGI S-T Strategi Dengan Menggunakan Kekuatan Untuk Menghindari Ancaman
STRATEGI W-T Strategi Dengan Meminimalkan Kelemahan Dan Menghindari Ancaman
H. Defenisi Operasional Konsep operasional merupakan suatu batasan operasional dari beberapa istilah yang digunakan terkait degan penelitian ini. Untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahaman mengenai pengertian dari istilah-istilah yang digunakan. Oleh karena itu disusun batasan-batasan sebagai berikut. 1. Nipah adalah tumbuhan sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut di daerah mangrove yang payau (brackish) yang tumbuh di daerah Kabupaten Muna wilayah daratan. 2. Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal tanaman nipah yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi pengembangannya. Analisis internal meliputi penilaian terhadap
19
faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan ancaman (Threaths). 3. Kekuatan (Strength) adalah situasi atau kondisi internal tanaman nipah yang merupakan kekuatan dan menjadi potensi dalam mengembangkan tanaman nipah. 4. Kelemahan (Weakness) adalah situasi atau kondisi internal tanaman nipah yang menjadi kendala dan penghambat dalam mengembangkan tanaman nipah. 5. Ancaman
(Threaths)
merupakan
faktor-faktor
eksternal
yang
tidak
menguntungkan dan menjadi ancaman atau penghambat untuk pengembangan tanaman nipah. 6. Peluang (Opportunity) merupakan kondisi peluang yang dapat berkembang terkait dengan pengembangan tanaman nipah dimasa mendatang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang eksternal, misalnya, kebijakan pemerintah, dukungan stakeholder, dan motivasi masyarakat. 7. Kendala merupakan hambatan yang dialami oleh masyarakat dalam upaya pemanfaatan tanaman nipah 8. Pengembangan tanaman nipah merupakan peningkatan usaha pemanfaatan tanaman nipah sebagai suatu komoditas
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Letak wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah, secara administrasi terletak di 3 (tiga) Kecamatan, diwilayah pesisir daratan Muna yaitu: 1. Kecamatan Napabalano Letak geografis Kecamatan Napabalano terletak di bagian Utara garis khatulistiwa, memanjang dari Utara ke selatan di antara 5,00° - 6,25° Lintang Selatan dan membentang dari Barat Ke Timur diantara 123.34° - 124.64° Bujur Timur. Secara administrasi Kecamatan Napabalano mempunyai batasan-batasan wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Towea b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lasalepa d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Napano Kusambi (BPS Kabupaten Muna 2015). Luas daratan Kecamatan Napabalano yaitu sekitar 105,47 km² yang terletak di bagian Utara Pulau Muna. Kecamatan Napabalano terdiri atas 4 desa dan 2 kelurahan yaitu Desa Lambiku, Desa Pentiro, Kelurahan Napabalano, Kelurahan Tampo, Desa Langkumapo dan Desa Napalakura.
21
2. Kecamatan Lasalepa Letak geografis Kecamatan Lasalepa terletak di bagian Utara garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke selatan di antara 04.74° - 4.77° Lintang Selatan dan membentang dari Barat Ke Timur diantara 123.73° - 198° Bujur Timur. Secara administrasi Kecamatan Lasalepa mempunyai batasan-batasan wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Napabalano b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batalaiworu d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Napano Kusambi dan Watoputih (BPS Kabupaten Muna 2015). Luas daratan Kecamatan Lasalepa yaitu 107,92 km² yang terletak dibagian Utara pulau Muna. Kecamatan Lasalepa terdiri atas 7 desa yaitu Desa Bangunsari, Desa Lasalepa, Desa Parida, Desa Labunti, Desa Bonea, Desa Labone dan Desa Kombungo. 3. Kecamatan Lohia Letak geografis
Kecamatan Lohia terletak di bagian selatan garis
khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan dan membentang dari Barat Ke Timur diantara 122.39° - 122.40° Bujur Timur. Secara administrasi Kecamatan Lohia mempunyai batasan-batasan wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Duruka
22
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tongkuno d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kontunaga (BPS Kabupaten Muna 2015). Luas daratan Kecamatan Lohia yaitu sekitar 49,81 Km² yang terletak di bagian Selatan Pulau Muna. Kecamatan Lohia terdiri atas 9 desa yaitu Desa liangkobori, Desa Bolo, Desa Kondongia, Desa Waara, Desa Mantobua, Desa Korihi, Desa Lakarinta, Desa Lohia dan Desa Wabintingi. B. Keadaan Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis seperti sebagian besar daerah di Indonesia, dengan suhu rata-rata sekitar 2527°C. Banyaknya hari hujan tiap bulan dalam setahun meningkat 8,0 hari hujan pada tahun 2013 menjadi 11,3 hari hujan pada tahun 2014. Selain itu, curah hujan juga mengalami kenaikan dari 111,3 mm pada tahun 2013 menjadi 132,9 pada tahun 2014. Musim hujan biasanya jatuh pada bulan Desember - Juni, sedangkan musim kemarau terjadi pada antara bulan Juli – November. Secara khusus iklim di Kabupaten Muna lebih dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup cukup kencang setiap hari karena letaknya yang dikelilingi lansung dengan perairan laut (BPS Kabupaten Muna 2015). C. Keadaan Penduduk 1. Kecamatan Napabalano Data BPS tahun 2015, jumlah penduduk di Kecamatan Napabalano berjumlah 11.445 jiwa dimana jenis kelamin laki-laki sejumlah 5.632 jiwa dan
23
perempuan berjumlah 5.813 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga adalah 2.530. Jumlah penduduk Kecamatan Napabalano menurut kepadatan selengkapnya diuraikan pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Napabalano Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015. No
Jenis kelamin
Jumlah (Jiwa)
1
Laki-laki
5.632
2
Perempuan
5.813
Jumlah
11.445
Sumber : BPS Kabupaten Muna. Profil Kecamatan Napabalano tahun 2015 2. Kecamatan Lasalepa Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Kecamatan Lasalepa berjumlah 10.622 jiwa dimana jenis kelamin laki-laki sejumlah 5.182 jiwa dan perempuan berjumlah 5.440 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga adalah 2.537. Jumlah penduduk Kecamatan Lasalepa menurut kepadatan selengkapnya diuraikan pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Lasalepa Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015. No 1 2
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah (Jiwa) 5.182 5.440
10.622 Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Muna. Profil Kecamatan Lasalepa tahun 2015 3. Kecamatan Lohia Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Kecamatan Lohia berjumlah 14.096 jiwa dimana jenis kelamin laki-laki sejumlah 6.605 jiwa dan perempuan
24
berjumlah 7.491 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga adalah 3.067. Jumlah penduduk Kecamatan Lohia menurut kepadatan selengkapnya diuraikan pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Lohia Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015. No
Jenis kelamin
Jumlah (Jiwa)
1
Laki-laki
6.605
2
Perempuan
7.491
Jumlah
14.096
Sumber : BPS Kabupaten Muna. Profil Kecamatan Lohia tahun 2015 D. Mata Pencaharian Penduduk 1.
Kecamatan Napabalano Mata pencaharian Penduduk di Kecamatan Napabalano beragam antara
lain disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Napabalano, Tahun 2015. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mata Pencaharian Jumlah Laki-Laki Perempuan PNS 64 31 TNI dan Polisi 14 2 Nelayan 93 60 Petani 776 597 Buruh tani 40 6 Pensiunan PNS, TNI, POLRI 7 0 Pengusaha kecil menengah 8 2 Pedagang 146 98 Tukang batu/kayu 74 0 Tukang ojek 82 3 Jumlah 1.304 799 Sumber : BPS Kabupaten Muna. Profil Kecamatan Napabalano tahun 2015
25
Tabel 5 menunjukkan bahwa jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Napabalano yang tertinggi adalah pada bidang Petani dengan banyak 1.373 orang, sedangkan jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Napabalano yang terendah adalah Pensiunan PNS, TNI, POLRI dengan banyak 7 orang. 2.
Kecamatan Lasalepa Mata pencaharian Penduduk di Kecamatan Lasalepa beragam antara lain
disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Lasalepa, Tahun 2015. No 1 2 3 5 7 8 9 10
Mata Pencaharian Jumlah Laki-Laki Perempuan PNS 97 85 TNI dan Polisi 26 6 Petani 1.964 976 Peternak 80 7 Pensiunan PNS, TNI, POLRI 5 0 Pengusaha kecil menengah 60 35 Pedagang 881 758 Nelayan 970 175 Jumlah 4.083 2.042 Sumber : BPS Kabupaten Muna. Profil Kecamatan Lasalepa tahun 2015 Tabel 6 menunjukkan bahwa jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Lasalepa yang tertinggi adalah pada bidang Petani dengan banyak 2.938 orang, sedangkan jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Lasalepa yang terendah adalah pensiunan PNS, TNI, POLRI dengan banyak 5 orang.
26
3.
Kecamatan Lohia Mata pencaharian Penduduk di Kecamatan Lohia beragam antara lain
disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Lohia, Tahun 2015. No Mata Pencaharian Jumlah Laki-Laki Perempuan 1 PNS 140 96 2 TNI dan Polisi 23 0 3 Nelayan 179 71 4 Petani 1.738 1.290 5 Pedagang 478 141 6 Tukang batu/kayu 153 0 7 Tukang ojek 364 7 Jumlah 3.075 1.605 Sumber : BPS Kabupaten Muna. Profil Kecamatan Napabalano tahun 2015 Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Lohia yang tertinggi adalah pada bidang Petani dengan banyak 3.028 orang, sedangkan jenis mata pencaharian penduduk Kecamatan Lohia yang terendah adalah TNI dan Polisi dengan banyak 23 orang.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sebaran Potensi Nipah Berdasarkan metode penginderaan jarak jauh dan hasil ground chek lapangan untuk mencocokkan hasil unsurvised clasification (klasifikasi tidak terbimbing) dalam analisis GIS maka diperoleh tiga titik daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah yang tersebar pada beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Muna wilayah daratan diantaranya terletak pada Kecamatan Napabalano, Kecamatan Lasalepa dan Kecamatan Lohia dengan luas total yaitu 131 ha. Daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan secara jelas di gambarkan dalam peta di bawah ini:
Gambar 4. Sebaran Potensi Pengembangan Tanaman Nipah di Kecamatan Napabalano, Kecamatan Lasalepa dan Kecamatan Lohia
28
1. Kecamatan Napabalano Luas daratan Kecamatan Napabalano yaitu sekitar 105,47 km² yang terletak dibagian Utara Pulau Muna. Kecamatan Napabalano terdiri atas 4 desa dan 2 kelurahan yaitu Desa Lambiku, Desa Pentiro, Keluraha Napabalano, Kelurahan Tampo, Desa Langkumapo dan Desa Napalakura. Daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah di Kecamatan Napabalano terdapat 2 (dua) Kelurahan yaitu Kelurahan Tampo dan Kelurahan Napabalano. Berdasarkan
analisis
GIS
luas
daerah
yang
berpotensi
untuk
pengembangan tanaman nipah di Kelurahan Tampo dan Kelurahan Napabalano mencapai luas 42 ha. Dengan kriteria yaitu kesesuaian iklim dan keberadaan muara sungai yang masih terpengaruh pasang surut air laut. Unsur iklim yang relatif sesuai yaitu curah hujan dan kelembaban di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna dengan syarat tumbuh tanaman nipah. Jumlah curah hujan di Kecamatan Napabalano yaitu > 100 mm per bulan sedangkan curah hujan syarat tumbuh nipah yaitu > 100 mm per bulan sepanjang tahun dengan Iklim optimum adalah agak lembab sampai lembab yang juga sama dengan kondisi iklim di Kecamatan Napabalano dan kecamatan lainnya. Rata-rata suhu minimum pada daerah pertumbuhan nipah adalah 20°C dan maksimumnya 32-35°C. Sedangkan Rata-rata suhu minimum Kecamatan Napabalano menurut data BMKG adalah 22.86°C dan suhu rata-rata maksimumnya adalah 39.9°C. Berdasarkan data tersebut Kecamatan
Napabalano memenuhi kriteria untuk menjadi daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah dengan luas 42 ha. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rusila et al, 1999) yang menyatakan bahwa tanaman nipah tumbuh pada perairan
29
agak ke dalam dan hidup di tepi-tepi sungai air tawar tumbuhan nipah tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan air. Memerlukan masukan air tawar tahunan yang tinggi dan jarang terdapat di luar zona pantai.
Gambar 5. Sebaran Potensi Tanaman Nipah di Kelurahan Tampo dan Kelurahan Napabalano, Kecamatan Napabalano 2. Kecamatan Lasalepa Luas daratan Kecamatan Lasalepa yaitu 107,92 km² yang terletak dibagian Utara Pulau Muna. Kecamatan Lasalepa terdiri atas 7 desa yaitu Desa Bangunsari, Desa Lasalepa, Desa Parida, Desa Labunti, Desa Bonea, Desa Labone dan Desa Kombungo. Daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah di Kecamatan Lasalepa terdapat di 4 (empat) Desa yaitu Desa Parida, Desa Labunti, Desa Bonea dan Desa Labone. Beradasarkan analisis GIS dari keempat desa di Kecamatan Lasalepa daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah mencapai luas keseluruhan 57 ha dengan indikator daerah yamg berpotensi pengembangan adalah aspek iklim dan keberadaan muara sungai yang
30
terpengaruh pasang air laut. Kriteria daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah di Kecamatan Lasalepa sama dengan kriteria di Kecamatan Napabalano. Kriteria tanaman nipah yang dimaksud yaitu rata-rata suhu minimum pada daerah pertumbuhannya adalah 20°C dan maksimumnya 32-35°C. Iklim optimum adalah agak lembab sampai lembab dengan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan sepanjang tahun (Tamunaidu et al., 2013). Kecamatan Lasalepa
merupakan kecamatan yang mempunyai luas tertinggi untuk pengembangan tanaman nipah di bandingkan dengan kecamatan lain, hal ini di sebabkan daratan Kecamatan Lasalepa yang berbentuk persegi panjang sehingga sebagian besar wilayah Kecamatan Lasalepa berbatasan langsung dengan garis pantai sehingga mempunyai muara sungai terbanyak.
Gambar 6. Sebaran Potensi Tanaman Nipah di Desa Labone dan Desa Labunti, Kecamatan Lasalepa
31
Gambar 7. Sebaran Potensi Tanaman Nipah di Desa Bonea dan Desa Parida, Kecamatan Lasalepa 3. Kecamatan Lohia Luas daratan Kecamatan Lohia yaitu sekitar 49,81 Km² yang terletak di bagian Selatan Pulau Muna. Kecamatan Lohia terdiri atas 9 desa yaitu liangkobori, Bolo, Kondongia, Waara, Mantobua, Korihi, Lakarinta, Lohia dan Wabintingi. Daerah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah di Kecamatan Lohia terdapat 2 (dua) desa yaitu Desa Lakarinta dan Desa Korihi dengan total luas 32 ha dengan kriteria adalah kesesuaian iklim yang ada di Kecamatan Lohia dengan iklim syarat tumbuh nipah seperti kriteria di Kecmatan Napabalano dan Kecamatan Lasalepa. Di samping itu, keberadaan muara sungai yang menjadi tempat hidup atau habitat alami tanaman nipah di kecamatan tersebut. Sesuai yang di kemukakan oleh Alrasyid (2001) bahwa tanaman nipah tumbuh di bagian belakang hutan bakau, terutama di dekat aliran sungai yang
32
memasok lumpur ke pesisir. Tanaman ini dapat tumbuh di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang daerah tersebut masih terpengaruh pasaang-surut air laut.
Gambar 8. Sebaran Potensi Tanaman Nipah di Desa Korihi dan Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia B. Pemanfaatan Tanaman Nipah Nipah
merupakan
tanaman
yang
banyak
mempunyai
manfaat.
Pemanfaatan tanaman nipah telah lama di lakukan oleh masyarakat dunia seperti di Asia Tenggara, terdapat tradisi lama (ratusan tahun) dalam menggunakan air nipah yang disadap dari gagang perbungaan sebagai sumber sirup gula, gula tak berbentuk, alkohol atau euka. Cairan nipah yang sedikit difermentasi, dikenal dengan 'toddy' ('nira' di Indonesia dan Malaysia, 'tuba' di Filipina) dijual dan dikonsumsi sebagai bir lokal. Berdasarkan hasil wawancara dari masyarakat setempat dan pengamatan langsung di lapangan, untuk Kecamatan Lohia, luas keseluruhan tanaman nipah yang sementara dimanfaatkan oleh masyarakat adalah sebesar 5 ha yang tersebar di dua desa yaitu Desa Lakarinta seluas 2 ha dan Desa Korihi seluas 3 ha.
33
Sedangkan di Kecamatan Lasalepa luas tanaman nipah sebesar 7 ha yang berada di Desa Labone mencapai 3 ha, Desa Parida mencapai 1 ha, Desa Bonea seluas 1 ha dan Desa Labunti mencapai luas 2 ha. Luas tanaman nipah di Kecamatan Napabalano sebesar 4 ha yang tersebar di Kelurahan Tampo dan Kelurahan Napabalano yang masing-masing mancapai 2 ha yang tumbuh memanjang sampai ke muara sungai. Pemanfaatan tanaman nipah di Kecamatan Napabalano, Kecamatan Lasalepa dan Kecamatan Lohia oleh masyarakat dilakukan dengan cara memanfaatkan daunnya untuk produk atap rumah yang di lakukan sebanyak dua kali dalam sebulan masyarakat mengakui bahwa atap yang dihasilkan pada umumnya untuk dipakai sendiri sebagai atap rumah. Jumlah produk atap yang di hasilkan dalam sekali pemanfaatan sebanyak 25 sampai 30 lembar. Produk yang dihasilkan dari pemanfaatan tanaman nipah oleh masyarakat ke tiga kecamatan tersebut masih sangat sederhana, padahal manfaat nipah sangat kompleks dan beragam seperti yang di kemukakan oleh Rusila et al (1999) bahwa buah nipah digunakan untuk memproduksi alcohol dan gula. Jika dikelola dengan baik, produksi gula yang dihasilkan lebih baik jika dibandingkan dengan gula yang dihasilkan dari tebu, serta memiliki kandungan sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan untuk bahan pembuat payung, topi, tikar, keranjang dan kertas rokok. Biji dapat dimakan setelah diolah, serat gagang daun juga dapat dibuat tali dan bulu sikat. Atap yang di hasilkan oleh masyarakat di kenal dengan istiliah "panasa" menurut bahasa lokal. Panasa disusun dari daun nipah sepanjang sekitar 2 m
34
dengan batang penahan semuanya dari bagian pohon nipah. Dalam pemanfaatan daun nipah 1 pohon diambil 3-4 pelepah, 3 pelepah jadi 1 atap, waktu panen satu hingga dua kali per bulan. Tinggi pohon nipah yang dimanfaatkan sebagai atap umumnya 4-6 m (tinggi pelepah 3-4 m). Upaya yang dilakukan masyarakat Kecamatan Napabalano, Kecamatan Lasalepa dan Kecamatan Lohia untuk melesetarikan tanaman nipah sejauh ini adalah dengan membudidayakannya dengan metode generatif yaitu dengan hanya menanam buah yang telah tua. Meskipun dapat di lakukan dengan cara vegetatif seperti yang di katakan oleh Flach dan Rumawas (1996) perbanyakan nipah dapat dilakukan dengan metode generatif dengan biji atau buah dan metode vegetatif dengan rimpang yang bercabang. Menurut pengakuan masyarakat sejauh ini tidak ada kesulitan ataupun kendala yang ditemui terkait dengan pemanfaatan tanaman nipah. Berdasarkan pengamatan langsung di ketiga kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman nipah, jarak antara pemukiman penduduk dengan keberadaan tanaman nipah relatif dekat. Masyarakat telah memanfaatkan tanaman ini beberapa tahun jumlah daun nipah yang diambil masyarakat yaitu sebnyak 1-3 ikat (satuan lokal) Kecamatan Napabalano, Kecamatan Lasalepa dan Kecamatan Lohia merupakan kecamatan yang memanfaatka tanaman nipah dengan cara yang sama dalam pemanfaatan tanaman nipah baik tekhnik pengambilan produk yang di hasilkan maupun jumlah dan insetitas relatif sama disemua kecamatan tersebut. Pemanfaatan daun untuk atap telah dilakukan selama puluhan tahun.
35
Kecamatan
Lasalepa merupakan
kecamatan
yang paling banyak
memanfaatkan tanaman nipah di antara semua kecamatan dengan intensitas pengambilan yang tinggi. Hingga mencapai 3 kali dalam sebulan. Masyarakat mengakui bahwa banyak terjadi pengurangan nipah baik jumlah maupun luas tanaman nipah karena mengalami kematian alami. C. Kendala Pengembangan Tanaman Nipah Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ketiga kecamatan di Kabupaten Muna wilayah daratan di temui kendala pengembangan tanaman nipah salah satunya adalah kematian alami yang sering terjadi pada tanaman ini, masyarakat tidak mengetahui penyebab kematian pada tanaman ini. Pemanfaatan yang dilakukan masyarakat masih dalam kategori waktu yang singkat sehingga dapat diasumsikan bahwa masyarakat masih sangat awam akan tumbuhan ini sehingga menjadi hambatan terkait dengan upaya pegembangannya. Produk yang di hasilkan pun masih sangat sederhana dan belum ada pemanfaatan untuk tujuan komersil sehingga kurang memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Masyarakat kurang termotivasi untuk mengembangkan tanaman nipah. Kendala lain yang dihadapi adalah makin berkurangnya populasi tanaman nipah setiap tahunnya akibat dari perubahan lahan tanaman nipah menjadi pemukiman masyarakat dan tambak. Keterampilan masyarakat dalam proses pemanfaatannya masih sangat terbatas karena masih bersifat autodidak sehingga produktifitas yang dihasilkan baik dari jumlah maupun kualitas sangat rendah dan minim di tambah lagi tidak adanya
dukungan
pemerintah
dalam
bentuk
kebijakan
terkait
dengan
36
pengembangan tanaman nipah oleh sebab itu maka pengembangan tanaman nipah di tiga kecamatan itu masih banyak menemui kendala. D. Strategi Pengembangan Tanaman Nipah Dalam menentukan strategi pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wialayah daratan perlu dilakukan analisis SWOT. Analis SWOT adalah alat untuk mengetahui strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan treat (ancaman) dalam rangka menentukan strategi pengembangan tanaman nipah. Kekuatan (strength) Kekuatan adalah faktor internal dan merupakan langkah pertama dalam menentukan strategi pengembangan tanaman nipah untuk dapat dikembangkan. Ada beberapa kekuatan dalam mengembangkan tanaman nipah dapat dilihat pada Table 8. sebagai berikut: Tabel 8. Kekuatan (strength) dalam Analisis SWOT No
Kekuatan (strength)
1
Lahan yang berpotensi untuk pengembangan nipah tersebar luas
2
Banyak produk yang bisa di kembangkan
3
Biaya produksi rendah
4
Kerajinan nipah tidak membutuhkan peralatan yang susah untuk dioperasikan
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2016 Sesuai dengan data potensi pengembangan tanaman nipah pada penjelasan sebelumnya terkait dengan potensi luasan tanaman nipah yang
merupakan
kekuatan dan menjadi potensi dalam upaya pengembangan tanaman nipah karena Lahan yang berpotensi untuk pengembangan nipah tersebar dengan luas total 131
37
ha yang berada di tiga kecamatan. Keberadaan tanaman nipah yang sementara di manfaatkan oleh masyarakat menjadi dasar dalam pengembangan tanaman nipah. Biaya untuk memproduksi kerajinan nipah yang terbilang rendah sehinga menyebabkan kerajinan dari tanaman ini dapat setiap saat di produksi sehingga banyak diminati oleh masyarakat terkhusus masyarakat berkemampuan ekonomi lemah dan dapat diasumsikan memberikan dukungan untuk pengembangan tanaman ini oleh karenanya secara tidak langsung menjadi kekuatan dalam upaya pengembangan tanaman nipah. Peralatan yang di pakai untuk memanfaatkan tanaman ini masih dapat di jangkau oleh masyarakat sampai pada beragamnya produk yang dapat di hasilkan baik dalam bentuk makanan, obat-obatan, kerajinan seperti atap yang telah banyak di manfaatkan oleh masyarakat, tikar, topi, payung, keranjang dan kertas rokok. Kelemahan (weakness) Strategi pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan perlu diminimalkan dari segala faktor yang menjadikan kelemahan, guna untuk mencapai peluang yang besar dalam mengembangkan tanaman nipah kedepannya. Ada beberapa kelemahan dalam pengembangan tanaman nipah, dapat dilihat pada Tabel 9. sebagai berikut: Tabel 9. Kelemahan (weakness) dalam Analisis SWOT No 1 2 3 4
Kelemahan (weakness) Belum ada tindakan budidaya yang tepat Pertumbuhan tanaman nipah lambat Kualitas kerajinan tanaman nipah rendah Keterampilan masyarakat masih minim
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2016
38
Upaya budidaya sebenarnya telah banyak dilakukan oleh masyarakat tetapi metode yang digunakan terbilang konvensional sehingga upaya pengembangan tersebut belum tercipta secara optimal. Tindakan budidaya yang kurang maksimal tersebut menjadi faktor kelemahan misalnya tidak adanya perawatan yang di lakukan pasca tanam dan pengembangbiakan yang di lakukan tidak selektif dalam memilih buah yang akan dibudidayakan sehingga turut mempengaruhi pada daya tumbuh tanaman ini. Ditambah lagi dengan perkembangan tanaman nipah yang terbilang
cukup
lambat
sehingga
menambah
kompleksitas
kelemahan
pengembangan tanaman ini. Kualiatas kerajinan tanaman nipah yang rendah akan menyebabkan rendahnya daya saing pada produk sejenis dari tanaman lain sehingga menurunkan nilai jual dari produk tanaman ini. Rendahnya nilai jual karena kualitas yang rendah tersebut berimplikasi pada mayarakat yang kurang berminat dalam mengembangkannya. Kelemahan lain adalah keterampilan masyrakat yang masih sangat minim sehingga terkendala pada produk yang di hasilkan dari nipah. Peluang (opportuniy) peluang merupakan suatu faktor eksternal atau faktor luar yang menentukan berhasil tidaknya dalam mengembangkan tanaman nipah. Ada beberapa peluang dalam mengembangkan tanaman nipah dapat dilihat pada Tabel 10. sebagai berikut:
39
Tabel 10. Peluang dalam Analisis SWOT No
Peluang (opportunity)
1
Kebutuhan masyarakat akan kerajinan nipah tinggi
2
Tanaman nipah dapat menciptakan lapangan pekerjaan masyarakat
3
Bahan baku mudah di dapatkan
4
Kerajinan tanaman nipah memilki daya saing pasar
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2016 Kerajinan nipah saat ini masih cukup di minati oleh banyak masyarakat karena selain dapat menciptakan lapangan pekerajaan yang dapat mendorong peningkatan ekonomi masyarakat, bahan baku dari kerajinan ini juga mudah di dapatkan dengan peralatan yang cukup sederhana. Dari berbagai keunggulan tersebut, tanaman nipah dapat bersaing di pasar dengan syarat kualitas produk baik dalam bentuk proses produksi sampai pada kemasan harus terus di tingkatkan. Berbagai macam keunggulan tersebut menjadi peluang dalam upaya pengembangannya karena dapat menguntungkan dari aspek ekonomi. Peluang tersebut dapat terus di tingkatkan dalam rangka pengembangan tanaman nipah di tiga kecamatan di Kabupaten Muna wilayah daratan. Ancaman (treat) Ancaman merupakan suatu masalah yang harus diminimalkan sedikit mungkin, untuk mempertahankan keberadaan tanaman nipah agar bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan. Ancaman dari pengembangan tanaman nipah dapat dilihat pada Tabel 11. Sebagai berikut:
40
Tabel 11. Ancaman dalam Analisis SWOT No
Ancaman (treat)
1
Alih fungsi kawasan menyebabkan luasan tanaman nipah berkurang
2
Aksesbilitas yang sulit
3
Sarana penunjang pengambilan bahan baku masih minim
4
Minimnya modal usaha pemanfaatan tanaman nipah
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2016 Alih fungsi kawasan menyebabkan luasan tanaman nipah berkurang sehingga menjadi hambatan terkait dengan upaya pegembangannya. Produk yang di hasilkan pun terkendala oleh aksesbilitas yang sulit sehingga kurang memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi dengan begitu, masyarakat kurang termotivasi untuk mengembangkan tanaman nipah. Ancaman lain yang di hadapi adalah tidak adanya modal yang dimiliki oleh masyarakat dalam memproduksi kerajinan nipah bahkan sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk pengambilan bahan baku masih sangat minim dan sederhana sehingga akan mengancam kualitas produk yang di hasilkan. Berbagai kondisi tersebut menjadi ancaman tersendiri bagi pengembangan tanaman nipah. Model analisis strategi SWOT digunakan untuk merumuskan berbagai alternatif strategi yang tersedia. Penggunaan model ini akan mempermudah formulasi strategi berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal. Empat strategi utama dalam model strategi SWOT ini adalah strategi SO, ST, WO, dan WT. Analisis dalam strategi ini memanfaatkan hasil yang di dapat dari strategi IFE dan EFE, hasil strategi SWOT dapat dilihat pada Tabel 12. sebagai berikut:
41
Tabel 12. Strategi Pengembangan Tanaman Nipah dengan menggunakan strategi SO, WO, ST, dan WT dalam SWOT Internal KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) Eksternal STRATEGI W-O STRATEGI S-O 1. Meningkatkan 1. Memanfaatkan luas wilayah teknologi budidaya yang berpotensi untuk nipah untuk memenuhi pengembangan nipah kebutuhan masyarakat PELUANG 2. Meningkatkan (O) 2. Meningkatkan kualitas keanekaragaman produk produksi nipah dalam nipah untuk memenuhi rangka meningkatkan kebutuhan masyarakat daya saing pasar
ANCAMAN (T)
STRATEGI S-T STRATEGI W-T 1. Memanfaatkan sumberdaya 1. Optimalisasi sarana masyarakat petani nipah penunjang kerajinan dalam aspek budidaya dan nipah pengolahannya 2. Penetapan kawasan 2. Meningkatkan ketersediaan pengembangan sarana dan prasarana tanaman nipah yang penunjang bahan baku untuk legal mengoptimalkan pengolahan
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2016 1. Strategi Strengths – Opportunity (SO) Melalui strategi S-O, maka kekuatan yang dimiliki digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan kekuatan internal yang dimiliki dan peluang eksternal yang ada, maka dapat dirumuskan strategi pengembangan tanaman nipah sebagai tanaman yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Pemanfaatan Memanfaatkan luas wilayah yang berpotensi untuk pengembangan nipah di masing-masing wilayah pengembangan. Ketersediaan sumberdaya berupa keberadaan tanaman nipah yang melimpah menjadi poin penting dalam
42
mewujudkan pengolahan yang optimal di masing-masing wilayah yang berpotensi untuk pengembangan. Melalui strategi ini maka segala peluang yang ada segera di manfaatkan secara baik. Sehingga nantinya pengambangan tanaman nipah di wilayah yang berpotensi dapat terwujud secara optimal. Selanjutnya dengan
strategi
S-O
maka
untuk
mengoptimalkan
pengembangan nipah dapat di lakukan dengan meningkatkan keanekaragaman produk dari nipah yang tidak hanya fokus pada produk keterampilan saja melainkan juga pada produk-produk untuk bahan konsumsi, farmasi, energi dan berbagai macam produk lainnya. Keanekaragaman produk tersebut di harapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat melalui peningkatan ekonomi baik masyarakat yang memanfaatkan tanaman nipah secara langsung di sekitar wilayah yang ditumbuhi tanaman ini maupun masyarakat yang berada jauh dari daerah wilayah yang terdapat tanaman nipah. Peningkatan keanekaragaman produk nipah oleh masyarakat yang memanfaatkan tanaman nipah selain dapat memenuhi kebutuhan masyarakat juga dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru sehingga pengembangan tanaman nipah di setiap wilayah dapat dilakukan secara optimal dengan mengahasilkan berbagai macam produk nipah dengan kualitas terbaik dan dalam jumlah banyak. 2. Strategi Weakness - Opportunity (WO) Kelemahan
internal
dari
pengembangan
tanaman
nipah
harus
diminimalkan. Oleh karena itu dengan strategi W-O, kelemahan yang ada dapat diminimalkan dengan cara memanfaatkan peluang yang ada.
43
Kelemahan utama yang dimiliki dari pengembangan tanaman nipah di tiap-tiap kecamatan yaitu belum ada tindakan budidaya yang tepat maka diperlukan strategi pengembangan berupa meningkatkan teknologi budidaya nipah sehingga keberadaan nipah tetap terjaga dan dapat terus memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan peningkatan teknologi budidaya nipah
maka
diharapkan keberadaan nipah di alam dapat terus memenuhi kebutuhan masyarakat. Peningkatan teknologi dapat di lakukan dengan cara memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait dengan budidaya nipah dan teknologi yang di gunakan misalnya pemberiaan zat pengatur tumbuh, pengaturan jarak tanam, cara pembibitan tanaman sehingga melalui kegiatan tersebut, masyarakat memperoleh keterampilan dalam melakukan budidaya tanaman nipah. Strategi selanjutnya yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas produksi nipah dalam rangka meningkatkan daya saing pasar. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memperbaiki setiap kualitas produksi yang dihasilkan dari tanaman nipah dapat bersaing dengan produk-produk lain dipasar, melalui peningkatan produksi nipah maka akan meningkatkan penjualan produk nipah dengan begitu maka masyarakat dapat meningkatkan pendapatan dari penjualan produk tanaman nipah. 3. Strategi Strengths – Threats (ST) Startegi ini dilakukan untuk menghindari ancaman yang berasal dari luar dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki, terkait dengan pengembangan tanaman nipah. Adapun ancaman dari pengembangan tanaman nipah yaitu pertumbuhan tanaman nipah lambat, alih fungsi kawasan menyebabkan populasi
44
tanaman nipah berkurang. Dengan segala ancaman tersebut maka strategi yang dikembangkan dalam mengatasi ancaman pengembangan tanaman nipah adalah dapat di lakukan dengan memanfaatkan sumberdaya masyarakat petani nipah dalam aspek budidaya dan pengolahannya. Strategi ini menekankan bahwa masyarakat diarahkan untuk melakukan budidaya nipah secara besar-besaran di daerah yang berpotensi untuk penegembangan. Masyarakat juga di haruskan menjaga tanaman nipah dengan tidak melakukan pengrusakan yang dapat menyebabkan populasi tanaman nipah menjadi berkurang, di samping itu juga masyarakat harus meningkatkan pengolahan tanaman nipah. Strategi selanjutnya yaitu meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang bahan baku untuk mengoptimalkan pengolahan perlu di benahi dengan tujuan meningkatkan kualitas produk yang di hasilkan dari tanaman nipah. Bentuk sarana yang di bangun dapat di wujudkan melalui pembuatan dan perbaikan jalan, pengadaan jembatan, base camp, hingga pada pengadaan transportasi pengangkut bahan baku untuk pengolahan nipah. peningkatan sarana dan prasarana tersebut dapat mengoptimalkan pengolahan nipah sehinga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan
yang berkelanjutan bagi masyarakat Kabupaten Muna wialaya
daratan. 4. Strategi Weakness – Threats (WT) Strategi WT merupakan strategi yang tidak hanya menghadapi kelemahan internal akan tetapi juga ancaman dari luar. Strategi ini dapat di tempuh dengan meminimalkan
kelemahan
dan
menghindari
ancaman
dengan
cara
mengoptimalkan sarana yang dapat menunjang kerajinan tanaman nipah mulai
45
dari peralatan sampai pada proses produksi dan pemasaran. Optimalisasi sarana tersebut dapat berjalan jika di dukung kebijakan pemerintah yang menetapkan kawasan nipah secara khusus dan legal dengan demikian maka segala ancaman dari luar dapat segera di hindari. Penetapan kawasan tersebut oleh pemerintah menjadi kawasan yang legal tentunya dapat menguntungkan karena terdapat aturan yang mengikat setiap masyarakat. Terkait dengan segala kegiatan yang terjadi dalam proses pengembangan tanaman ini, misalnya adanya sanksi yang di jatuhkan kepada setiap orang yang terbukti melakukan pengrusakan tanaman ini. Baik pada lahan maupun pada tanaman itu sendiri.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Potensi area pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan dengan luas total 131 ha yang tersebar pada beberapa wilayah kecamatan di antaranya yaitu Kecamatan Napabalano yang terdiri dari Kelurahan Tampo dan Kelurahan Napabalano dengan luas 42 ha, Kecamatan Lasalepa terdiri dari Desa Labone, Desa Bonea, Desa Labunti serta Desa Parida dengan luas 57 ha, dan Kecamatan Lohia terdiri dari Desa Lakarinta dan Desa Korihi dengan luas 32 ha. 2. Kendala pengembangan tanaman nipah yaitu makin berkurangnya populasi tanaman nipah setiap tahunnya karena kematian alami dan luasan areal tanaman nipah yang relatif sempit akibat dari perubahan lahan tanaman nipah menjadi pemukiman masyarakat dan tambak, produk yang di manfaatkan dari tanaman nipah masih sangat sederhana yaitu hanya dijadikan atap, rendahnya motivasi masyarakat dalam mengembangkan tanaman nipah dan tidak adanya dukungan dari pemerintah. 3. Strategi pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan terdiri dari strategi S-O yaitu Memanfaatkan luas wilayah yang berpotensi untuk pengembangan nipah dan meningkatkan keanekaragaman produk nipah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Strategi W-O yaitu meningkatkan teknologi budidaya nipah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
47
meningkatkan daya saing produksi nipah dalam rangka meningkatkan daya saing pasar. Strategi S-T yaitu memanfaatkan sumberdaya masyarakat petani nipah dalam aspek budidaya dan pegolahannya serta meningkatkan ketersediaan
sarana
dan
prasarana
penunjang
bahan
baku
untuk
mengoptimalakan pengolahan dan strategi W-T yaitu optimalisasi sarana penunjang kerajinan nipah dan penetapan kawasan pengembangan tanaman nipah yang legal. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat beberapa saran terkait dengan potensi pengambangan tanaman nipah yaitu: 1. Perlu penelitian secara detail terkait dengan pengembangan tanaman nipah di tiga kecamatan di Kabupaten Muna wilayah daratan. 2. Perlunya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan untuk pengembangan tanaman nipah di Kabupaten Muna wilayah daratan.
DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid, H. 2001. Pedoman Pengelolaan Hutan Nipah (Nypa fruticans) Secara Lestari. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogar Anonim, 2001. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogar. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi IV). P.T Rineka Cipta. Jakarta Ditjenbun, 2006. Daftar komoditi binaan direktorat jendral perkebunan berdasarkan. keputusan menteri pertanian nomor 511/KPTS/PD 310/9/2006. Flach, M. dan F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) No 9. Plants Yielding Non Seed Carbohydrates. Bogor. Heriyanto, N.M. E. Subiandono dan E. Karlina. 2011. Potensi Dan Sebaran Nipah (Nypa Fruticans (Thunb.) Wurmb) Sebagai Sumberdaya Pangan (Potency And Distribution Of Nypa Palm (Nypa Fruticans (Thunb.) Wurmb) As Food Resource)). Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Kitamura, S. C. Anwar, A. Chaniago. dan S. Baba. 1997. Handbook of mangroves in Indonesia. Bali and Lombok. Ministry of Indonesia and JICA,Jakarta. Riyadi, A. 2010. Nipah Membawa Berkah. http://jurnalenergi.com/news/55nipahmembawa -berkah. diakses pada tanggal 12 Agustus 2015. Rusila Noor, Y. M. Khazali dan I N. N.Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP: Bogor Smith, D. 2006. Nypa Palm: Etanol Super-Crop? Biofuel Review. Indonesia. 15 Juni 2006. Downloaded, 12 Agustus 2015. Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
49
Tamunaidu, P. Matsui, N. Okimori, Y. and Saka, S. 2013. Nipa (Nypa fruticans) sap as a potential feedstock for ethanol Production. Jurnal.BiomBioe, 52, 96-102. Vernandos, A. dan N. Huda. 2008. Fermentasi Nira Nipah Menjadi Etanol menggunakan Saccharomyces Cerevisiae. [Skripsi]. Universitas Riau, Pekanbaru.
LAMPIRAN
51
Lampiran 1. KUISIONER WAWANCARA PENELITIAN
No. Kuisioner
:
Tanggal Wawancara
:
Waktu
:
Pewawancara
:
Desa
:
Kecamatan
:
Peneliti
: Muhamad Amin
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016
52
DAFTAR PERTANYAAN A. Identitas Responden Nama
:
Umur
:
Suku
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
B. Potensi Tanaman Nipah 1) Apakah Bapak/Ibu/ Saudara(i) mengetahui keberadaan tanaman nipah yang terletak di daerah sekitar tempat tinggal? A.
Ya
B. Tidak
2) Berapa jarak tempat tinggal Masyrakat dengan tempat tumbuh tanam nipah? a. < 1 km
b. 1 – 2 km c. 2 – 3 km
d. > 4 km
3) Berapa luasan tanaman nipah yang terdapat di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu/ Saudara(i)? ................................................ 4) Bagian apakah yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) Manfaatkan dari tanaman niapah?............................................................... 5) Berapa banyak pengambilan tanaman nipah yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) setiap kali pengambilan ? ... ........................................................ 6) Berapakah intensitas pengambilan dalam setiap bulannya? .................... . .............................. 7) Sudah Berapa lama Bapak/ Ibu/Saudara(i) melakukan pengambilan tanaman nipah ?.................................................................. .. 8) Apakah terjadi pengurangan jumlah tanaman nipah yang terdapat di tempat tumbuhnya? ............................................................................................ . 9) Adakah upaya yang dilakukan Bapak/Ibu/ Saudara(i) untuk membudidaya tanaman nipah......................................................................................... C. Kendala Pemanfaatan Tanaman Nipah 1) Bagaimana Proses Pengambilan Nipah yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) lakukan? ...................................................................
53
2) Apa hambatan yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) rasakan dalam pengambilan tanaman
nipah?...........................................................................................
........................................... 3) Produk apa yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) hasilkan dari tanaman nipah?... ........................................................................................................................ .......................................... 4) Keterampilan pemanfaatan tanaman nipah yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) miliki di peroleh dari proses? A. Autodidak
B. Kursus
C. Pelatihan
D. Upaya Pengembangan Tanaman Nipah 1) Berapa banyak hasil produk Bapak/Ibu/ Saudara(i) dalam setiap kali pengambilan nipah?.................................................................................... .. 2) Dimanfaatakn untuk apakah hasil pengolahan tanaman nipah Bapak/Ibu/ Saudara(i) ?.............................................................................. 3) Apakah hasil kerajinan tanaman nipah yang diolah oleh masyarakat sekitar Bapak/Ibu/ Saudara(i) sama produknya?..................................................... 4) Bangaimana proses pemasarannya produk pemanfaatan tanamanan nipah yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar Bapak/Ibu/ Saudara(i) tinggal ?.... ..................................................................... 5) Apakah ada kendala dalam proses pemanfaatan tanaman nipah sampai menghasilkan produk kerajian tanaman nipah?............................................ ...................................................................................................................
54
Lampiran 2. IDENTITAS RESPONDEN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama WaOde Daota La Rufihi Wa Imba La Pudu WaOde Ui La Samidi La Habisi Wa Hamisu Wa Mpada La Luhi Wa Toma Wa Hamini Wa Susa Wa Kola Wa Sitidha La Ndipapa La Jaidin Wahajana Wa Kaiti La Meni la hasi
Umur 70 85 48 55 48 44 61 51 63 54 60 47 43 50 39 66 46 45 51 67 44
Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki
Suku Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna
Pendidikan SD SD SD SD SMA SMP SD SD SD SD SD SMP SMP SD SMA SD SMA SMP SD SD SD
Pekerjaan Pedagang Petani Petani Nelayan Petani Nelayan Nelayan Petani Petani Petani petani petani petani petani petani Nelayan Nelayan Petani Petani Nelayan Nelayan
Desa Korihi Korihi Korihi Korihi Korihi Korihi Korihi Korihi Korihi Korihi Lakarinta Lakarinta Lakarinta Lakarinta Lakarinta Lakarinta Lakarinta Lakarinta Lakarinta Lakarinta Parida
Kecamatan Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lohia Lasalepa
55
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Wa Adha Wa Ngkolu Wa Ansi La Ode Faili Wa Kola La Maini La Sali La Damili Wa Runia La Hukumu La Nia Wa Iru Wa EWU La Hani Wahamu La Usu Wa Dholo La Ode Biasa La Hamidi La Kande Wa Remi Wa Haefu Wa Rubiana Hasiana Mardin Tarwaia Wa Ika Wa Anti
70 50 50 53 55 72 42 49 53 71 27 30 41 45 50 45 52 56 46 66 64 42 60 39 60 45 39
Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna
SD SD SMP SD SD SD SMA SMP SD SD SMA SD SMP SD SD SMA SD SMP SMA SD SD SMA SD SMA SD SMP SMA
Petani Petani Petani Petani Petani Nelayan Pedagang Pedagang Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Nelayan Petani Petani Nelayan Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani
Parida Parida Parida Parida Parida Parida Parida Parida Parida Bonea Bonea Bonea Bonea Bonea Bonea Bonea Bonea Bonea Bonea Labone Labone Labone Labone Labone Labone Labone Labone
Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa
56
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Wa Sukaena La Falihi La Ode Hadaru La Hafuli Wa Ato Wa Niu La Ode Budi Wa Ifa Wa Olo Wa Bia Karno La Kunu Wa Unti Wa Lina Wa Sawati WD Ida La Taona Desi Puspita wd Tiba La Naimu La Sainu La Alamuna Suharni Wa Ida La Hali Wa Fani Wa Lena
52 53 55 68 67 61 56 53 58 48 49 66 50 30 42 42 56 46 38 58 47 50 52 48 61 64 47
Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan
Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna Muna
SD SMP SD SD SD SMP SMP SD SD SMA SMA SD SMP SMA SMA SMA SMP SMP SMP SD SMA SMA SD SMP SD SD SMA
Petani Petani Petani Nelayan Pedagang Petani Nelayan Pedagang Petani Petani Petani Petani Pedagang Pedagang Petani Petani Nelayan Pedagang Pedagang Nelayan Nelayan PNS Petani Petani Nelayan Petani Petani
Labone Labone Labunti Labunti Labunti Labunti Labunti Labunti Labunti Labunti Labunti Labunti Tampo Tampo Tampo Tampo Tampo Tampo Tampo Tampo Tampo Tampo Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano
Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Lasalepa Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano
57
76 77 78 79 80
La Harusu Wa Ima La Ode Muslimin Dirman Syukur
41 38 65 48 44
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki
Muna Muna Muna Muna Muna
SMP SMA SD SD SMA
Nelayan PNS Pedagang Pedagang Nelayan
Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano
Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano Napabalano
58
Lampiran 3. REKAPAN DATA HASIL WAWANCARA RESPONDEN
NO
1
PERTANYAAN
JAWABAN RESPONDEN
A. Potensi Tanaman Nipah Apakah Bapak/Ibu/ Saudara(i) mengetahui keberadaan tanaman nipah yang terletak di daerah sekitar tempat tinggal?
JUMLAH RESPONDEN (KK)
Ya Tidak
80 -
0-1 1-2 3-4 1 2 3 Bagian daunnya saja
45 20 15 20 40 20 80
1 ikat 2 ikat 3 ikat
48 24 8
1 kali 2 kali 3 kali
57 15 8
2
Berapa jarak tempat tinggal Masyrakat dengan tempat tumbuh tanam nipah?
3
Berapa luasan tanaman nipah yang terdapat di sekitar tempat tinggal Bapak/Ibu/ Saudara(i)?
4
Bagian apakah yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) Manfaatkan dari tanaman niapah? Berapa banyak pengambilan tanaman nipah yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) setiap kali pengambilan ?
5
6
Berapakah intensitas pengambilan dalam setiap bulannya
59
7
Sudah Berapa lama Bapak/ Ibu/Saudara(i) melakukan pengambilan tanaman nipah ?
Puluhan Tahun 5 tahun
65 15
8
Apakah terjadi pengurangan jumlah tanaman nipah yang terdapat di tempat tumbuhnya? Adakah upaya yang dilakukan Bapak/Ibu/ Saudara(i) untuk membudidaya tanaman nipah
Iya, Karena disebabkan kematian
80
Iya, dengan cara menanam buahnya Tidak, Kerena tidak tau cara membudidayakan
50
Dengan cara memotong dahannya Tdak ada
80
Atap
80
Keterampilan pemanfaatan tanaman nipah yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) miliki di peroleh dari proses?
Autodidak Kursus
67 13
C. Upaya Pengembangan Tanaman Nipah Berapa banyak hasil produk Bapak/Ibu/ Saudara(i) dalam setiap kali pengambilan nipah?
30 Lembar 25 Lembar
58 22
Untuk atap rumah
80
Iya, sama
80
9
1 2 3 4
1
B. Kendala Pemanfaatan Tanaman Nipah Bagaimana Proses Pengambilan Nipah yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) lakukan? Apa hambatan yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) rasakan dalam pengambilan tanaman nipah? Produk apa yang Bapak/Ibu/ Saudara(i) hasilkan dari tanaman nipah?
2
Dimanfaatakn untuk apakah hasil pengolahan tanaman nipah Bapak/Ibu/ Saudara(i) ?
3
Apakah hasil kerajinan tanaman nipah yang diolah oleh masyarakat sekitar Bapak/Ibu/ Saudara(i) sama produknya?
30
80
60
4 5
Bangaimana proses pemasarannya produk pemanfaatan tanamanan nipah yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar Bapak/Ibu/ Saudara(i) tinggal ? Apakah ada kendala dalam proses pemanfaatan tanaman nipah sampai menghasilkan produk kerajian tanaman nipah?
Sumber: Data Primer diolah Maret 2016
Tidak di pasarkan Di jual
75 5
Tidak ada kendala
80
61
Lampiran 4.
Gambar Potensi Tanaman Nipah di Kecamatan Napabalano, Kecamatan Lasalepa dan Kecamatan Lohia
Sumber: Data Primer, 2016 Gambar 1. Potensi Tanaman Nipah di Kelurahan Tampo, Kecamatan Napalano
Sumber: Data Primer, 2016 Gambar 2. Potensi Tanaman Nipah di Kelurahan Napabalano, Kecamatan Napabalano
62
Sumber: Data Primer, 2016 Gambar 3. Potensi Tanaman Nipah di Desa Labunti, Kecamatan Lasalepa
Sumber: Data Primer, 2016 Gambar 5. Potensi Tanaman Nipah di Desa Bonea, Kecamatan Lasalepa
Sumber: Data Primer, 2016 Gambar 4. Potensi Tanaman Nipah di Desa Labone, Kecamatan Lasalepa
Sumber: Data Primer, 2016 Gambar 6. Potensi Tanaman Nipah di Desa Parida, Kecamatan Lasalepa
63
Sumber: Data Primer, 2016 Gambar 7. Potensi Tanaman Nipah di Desa Lakarintai, Kecamatan Lohia
Sumber: Data Primer, 2016 Gambar 8. Potensi Tanaman Nipah di Desa Korihi, Kecamatan Lohia
64
Lampiran 5.
PETA LOKASI PENELITIAN
65
Lampiran 6.
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Wawancara Responden di Kecamatan Napabalano
66
Gambar 2. Wawancara Responden di Kecamatan Lasalepa
Gambar 3. Wawancara Responden di Kecamatan Lasalepa
67
Gambar 4. Wawancara Responden di Kecamatan Lohia
Gambar 5. Wawancara Responden di Kecamatan Lohia