Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal 1. Pendahuluan Negara adalah ibarat suatu pohon yang harus berdiri kokoh, dan desa merupakan akarnya, dimana akar harus menghujam ke tanah hingga menumbuhkan tunas-tunas pada setiap cabang akar yang merambah. Dengan demikian maka Desa akan menjelma menjadi kekuatan dan akan melahirkan pohon-pohon yang kokoh dan merambah seluruh penjuru Negara kesatuan Republik Indonesia ini. Desa sebagai akar, kondisi saat ini kekuatan ekonomi desa tidak berdaya terhadap mekanisme pasar, dan desa selalu berada pada ketidakberdayaan dan ketidakseimbangan ketika berhubungan dengan kota, dalam menghadapi ancaman keterbelakangan dan ketidakadilan dalam pembangunan. Sebagai wilayah yang bertumpu pada potensi lokal, terutama perekonomian berbasis pertanian (dalam arti luas) dan UMKM di tengah pertumbuhan industri global, ternyata posisinya lemah. Ada semacam dilema, karena kemiskinan dan pengetahuan yang rendah menyebabkan pemanfaatan sumber daya kelewat batas untuk bertahan hidup, akan tetapi di sisi lain, banyak sember daya yang ternyata belum dimanfaatkan secara optimal, seperti matahari, air, angin, tanaman, ikan, ternak, dan tenaga manusia. Hal tersebut disebabkan karena masih terbelakangnya masyarakat desa, kurangnya modal, keterbatasan pengetahuan dan tingkat produktivitas yang rendah. Hal ini berimplikasi pada tingkat pendapatan yang rendah. Permasalahan lain yang ditemukan di pedesaan adalah masih lemahnya masyarakat dan aparat desa dalam merencanakan pembangunan, masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, masih lemahnya kegiatan ekonomi desa, dan masih lemahnya kapasitas aparatur pemerintah desa. Istilah Desa Inovasi adalah Desa yang mampu memanfaatkan sumber daya desanya dengan cara baru, mengacu pada gagasan bahwa desa dalam kehidupannya untuk melakukan kegiatan-kegiatannya bukan hanya sekedar rutinitas hidup saja, tetapi kehidupan yang selalu bergerak penuh dengan inovasi1
inovasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Sebagaimana inovasi yang terus dilakukan oleh kota-kota lainnya, desapun perlu melakukan inovasi-inovasi. Terkait dengan hal tersebut, kegiatan studi penilaian Desa Inovasi ini bermaksud untuk mendukung terwujudnya hasil Penilaian Desa Inovasi yang mampu menciptakan inovasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Inovasi dapat diartikan sebagai penemuan baru yang berbeda dari apa yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, baik berupa gagasan, metode atau alat. Bisa pula diartikan sebagai pembaharuan dari yang lama menyangkut pengembangan atau peningkatan produk baru dengan memanfaatkan potensi Sumber Daya alam; SDM (Sarjana asal desa di bidang masing-masing); dan Sumber Daya Lainnya untuk kesejahteraan masyarakat desanya (Bali Ndesa Mbangun Desa). Pengembangan desa inovasi dapat mejadi salah satu solusi percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Guna mengembangkan desa inovasi identifikasi potensi daerah secara menyeluruh. Identifikasi potensi wilayah merupakan aktivitas mengenal, memahami dan merinci secara keseluruhan potensi (SDA & SDM) yang dimiliki wilayah baik yang telah dimobilisir maupun yang belum dimobilisir yang dapat mendukung upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui pengembangan desa inovasi. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut dan sebagaimana telah sampaikan dalam subbab terdahulu, kegiatan ini bertujuan untuk melakukan studi penilaian desa inovasi di Kecamatan Boja dan kecamatan Weleri Kabupaten Kendal dengan mengidentifikasi seluruh potensi dan masalah dari unsur-unsur sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat di wilayah yang bersangkutan atau dalam pembangunan pada umumnya baik secara numerik/kuantitatif maupun kualitatif dengan bantuan table dan grafik, peta, dan lain sebagainya, sehingga dapat digunakan sebagai referensi dan acuan bersama bagi pemerintah, pengusaha dan masyarakat dalam mengembangkan wilayah yang bersangkutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam kajian digunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Secara terperinci, pendekatan-pendekatan yang digunakan yaitu :
2
a. Metode Location Quotient (LQ). b. Analisis Capital Output Ratio (COR) c. Analisis pergeseran (Shift-Share) d. Anailis terhadap dukungan sistem kelembagaan dan Infratrusktur desa e. Analisis terhadap kapasitas dan komiment aparatur desa f. Tersedianya informasi yang akurat tentang potensi dan masalah yang dihadapi desa g. Analisis sumberdaya dan IPTEK. h. Analisis sinergitas kebijakan. i.
Analisis skalogram
j.
Analisis homogenitas aktivitas.
k. Analisis daya dukung lingkungan dan, l.
Analisis SWOT. Dengan menggunakan data primer, yaitu data terkait dengan penilaian
stakeholder yang kompeten mengenai potensi ekonomi Kabupayen Kendal menurut Sektor, jenis maupun wilayah yang bersumber dari pembuat Kebijakan (Bappeda, Bagian Perekonomian, Maupun SKPD-SKPD terkait) serta focus group discussion (FGD) dan wawancara, maupun data sekunder yang meliputi antara lain PDRB Kabupaten Kendal dan Propinsi Jawa Tengah, data produksi/output menurut sektor, jenis dan kecamatan, sosial ekonomi masyarakat, RTRW, dan beberapa data lain. Data sekunder ini diharapkan dapat diperoleh dari BPS dan SKPD terkait.
2. Gambaran Umum Wilayah Kajian
Kecamatan Boja dan Weleri merupakan dua 20 Kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kendal. Kecamatan Boja memiliki ketinggian tanah 350-1000 meter dari permukaan laut. Sementara itu, wilayah Utara Weleri merupakan daerah dataran pantai denngan ketinggian antara 0-5 meter dari permukaan laut dan wilayah Selatan merupakan tanah hutan negara dengan ketinggian kurang lebih 10 meter dari permukaan laut. Kecamatan Boja yang 3
memiliki luas wilayah 64.11 km2 atau sebesar 6.39% wilayah Kabupaten Kendal secara administratif, Kecamatan Boja Kabuapten Kendal tetdiri dari 18 desa. Kecamatan Weleri memiliki luas wilayah 30.29 km2 atau sebesar 3.02% wilayah Kabupaten Kendal. Secara administratif, Kecamatan Weleri Kabuapten Kendal tetdiri dari 16 desa. Berdasarkan penggunaan tanah, penggunaan terbesar tanah Kecamatan Boja adalah untuk tanah pekarangan dan tanah sawah, masing-masing 31.84% dan 30.31%. Kecamatan Boja juga masih memiliki tanah tegalan yang cukup luas, 25.01% wilayah kecamatan. Tidak ada tanah yang digunakan untuk pengembangan tambak dan kolam. Di Kecamatan Weleri, penggunaan terbesar tanah adalah untuk tanah tanah sawah dan pekarangan, masing-masing 39.15% dan 21.10%. Kecamatan Weleri juga masih memiliki tanah hutan yang cukup luas, 14.39% wilayah kecamatan. Tidak ada tanah yang digunakan untuk pengembangan tambak dan kolam. Komposisi penduduk Kecamatan Boja dan Weleri relatif sama. Dari faktor jenis kelamin, proporsi penduduk laki-laki dan perembuan relatif sama dengan usia terbanyak antara 15-49 tahun, tingkat pendidikan SD dan bekerja disektor pertanian.
3. Analisis Potensi Perekonomian Kabupaten Kendal mengalami peningkatan secara riil dari waktu ke waktu. Kondisi tersebut tercermin pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kendal atas dasar harga konstan 2000 selama periode 2009-2011. Terkait dengan struktur ekonomi, tiga sektor penyumbang terbesar Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. LQ sektoral Kabupaten kendal menunjukkan bahwa Sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih merupakan sektor basis. Pada sektor pertanian, subsektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan sektor basis. Dalam perencanaan pengembangan menurut wilayah,
4
kondisi tersebut dapat menjadi pertimbangan fokus dan arah pengembangan pada suatu wilayah di lingkungan Kabupaten Kendal sesuai dengan potensi wilayah. Sementara itu, hasil perhitungan Shift Share menunjukkan bahwa : 1) Angka Provinsial Share menunjukkan bahwa pada semua sektor PDRB Kabupaten Kendal memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Sebagai sektor penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Kendal, Sektor Industri memiliki andil positif sebesar Rp.121,900.04 juta, sektor pertanian memberikan andil sebesar Rp 74,931.68 juta dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil sebesar Rp56,220.28 juta. 2) Industrial Mix (IM)/bauran Industri) secara sektoral menunjukkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu sektor terbesar memiliki angka IM negatif. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Kendal lebih rendah dibanding laju pertumbuhan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Akibatnya, dampak bauran industri sektor pertanian memiliki efek negatif, yakni sebesar Rp. 50,615.97 juta. Selain sektor Pertanian, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan juga memiliki efek negatif pada bauran industri sebesar Rp. 118.63 juta. 3) Competitive Effect Component yang mencerminkan daya saing relatif sektor pada suatu wilayah dibanding wilayah yang lain menunjukkan bahwa hanya sektor Pertanian dan sektor Pengangkutan serta Komunikasi yang memiliki angka positif. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa hanya dua sektor tersebut yang menunjukkan keunggulan daya saing lebih tinggi dibanding sektor yang sama pada daerah lain. 4) Secara keseluruhan, angka Shift Share menghasilkan angka positif pada semua sektor. Kondisi tersebut mencerminkan belum adanya transformasi struktural ekonomi selama periode yang diamati. Pada analisis Capital Output Ratio (COR), COR pada sektor industri skala kecil cenderung memiliki nilai COR yang lebih rendah dibanding industri skala besar.
5
4. Pengembangan Desa Inovasi Terkait dengan desa inovasi diperoleh gambaran sebagai berikut: Desa inovasi merujuk pada suatu kondisi desa Inovatif. Artinya, desa yang mampu memanfaatkan sumberdaya desa dengan cara baru. Untuk mengembangkan desa inovasi, penting bagi pemerintah untuk mengidentifikasi potensi, terutama karakter unik pada suatu desa yang memungkinkan dikembangkan menjadi desa inovasi. Pengembangan desa inovasi hendaknya sesuai dengan potensi yang ada. Hal yang sangat penting dalam pengembangan desa inovasi adalah komitmen dari semua pemangku kepentingan. Dalam tahap awal pengembangan desa inovasi, pemerintah akan memegang peran yang lebih besar sebagai fasilitator maupun pengembang jejaring maupun dalam hal pembiayaan. Masyarakat relatif mudah menerima perubahan, namun masyarakat cenderung memerlukan “bukti” untuk dapat sungguh-sungguh terlibat dalam pengembangan desa inovasi. Jenis-jenis potensi yang ada di Kecamatan Boja yakni padi, ubi jalar, durian, kopi, kambing, ayam petelor, ayam kampung, pariwisata (Makam Sunan Bromo, makam Nyai Dapu, kawasan pemancingan) dan industri (Cor Logam, Genteng dan Ceriping singkong. Dengan mengacu beberapa hal lain yang terkait dengan pengembangan potensi (luas lahan, populasi, mobilisasi sumberdaya ekonomi, dukungan saranya prasarana, basis/non basis serta keunikan), beberapa desa yang dapat menjadi alternatif desa inovasi yaitu Desa Boja/Bebengan (desa inovasi wisata religi/pusat budaya Islam), Desa Ngabean (pengembangan padi organik), Desa Meteseh (pusat industri Genteng) dan Banjarejo (desa Wisata “all about durians”) Sementara itu, berbagai jenis potensi yang dapat menjadi prioritas pengembangan di Kecamatan Weleri yaitu: padi, jagung, tembakau, telor ayam kampung, Pariwisata Gua Maria Besakor, Pintu Air Kedung Asem dan tambang galian C. Atas dasar hal tersebut dan beberapa pertimbangan lain seperti pengembangan potensi (luas lahan, populasi, mobilisasi sumberdaya ekonomi, dukungan saranya prasarana, basis/non basis serta keunikan), beberapa desa yang dapat menjadi alternatif desa inovasi yaitu Desa Sidomukti (Wisata Religi Katolik),
6
Bumiayu (Desa Pengembangan padi berkualitas), Sumberagung (Desa Inovasi Produk berbasis jagung) dan Desa Sambongsari (Desa Wisata Kuliner).
4.1.
Penentuan Desa Inovasi
1) Penentuan Alternatif Desa Inovasi Kecamatan Boja Berbagai ragam sumberdaya hayati dan sumberdaya alam lainnya serta pariwisata menunjukkan bahwa Kecamatan Boja memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan. Pada tabel 1 berikut disajikan rakapitulasi potensi kecamatan menurut desa.
7
Tabel 1 Rekapitulasi Potensi Kecamatan Boja Menurut Desa Padi Ubi Jalar Durian Kopi Kambing
Ayam
Ayam
Perikanan
Industri
Pariwisata
Petelor Kampung V
Balai Benih Ikan
1.
Purwogondo
V
v
2.
Kaligading
V
3.
Salamsari
V
4.
Blimbing
V
V
v
5.
Bebengan
v
V
v
v
6.
Boja
V
v
V
7.
Meteseh
8.
Trisobo
9.
Campurejo
V
10.
Tampingan
V
11.
Karangmanggis
v V
V
V
V
V
V
v V
v V
V
V
V
V
v
8
12.
Ngabean
v
13.
Kliris
V
14.
Puguh
V
15.
Medono
V
16.
Pasigitan
V
17.
Leban
V
18.
Banjarejo
V
V
v
V
v
v
V
v
V
v
V
v v
v
V V
Keterangan: 1. 1,2,3) Ranking luas lahan pertanian dan jumlah produksi 2. Produk potensial : a) Merupakan produk basis b) Tidak teridentifikasi sebagai produk basis namun berdasarkan survei lapangan dan informasi narasumber menunjukkan adanya potensi pengembanga c) Potensi pariwisata: Secara fisik telah tersedia obyek wisata
9
Tabel 2 Prioritas Wilayah Pengembangan Sektor/Subsektor
Jenis Potensi
Tanaman pangan
Padi
Ngabean, Boja, Campurejo, Pasigitan
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi prioritas didasarkan pada LQ, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi.
Ubi Jalar
Kaligading, Salamsari, Ngabean
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, merupakan Produk Basis Desa, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi.
Durian
Banjarejo
Sentra Durian
Perkebunan
Titik Lokasi Pengembangan
Keterangan
Ngabean
Kopi
Medono
Sentra Kopi
Ternak Besar
Kambing
Blimbing, Bebengan, Pasigitan
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, jumlah populasi.
Unggas
Ayam Petelor
Salamsari, Meteseh, Ngabean
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, jumlah populasi
Ayam Kampung
Salamsari, Meteseh, Ngabean
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasarkan pada LQ, jumlah populasi
10
Sektor/Subsektor
Jenis Potensi
Purwogondo
Perikanan Pariwisata
Industri
Titik Lokasi Pengembangan
Keterangan
Telah terdapat balai Benih Ikan
Makam Sunan Bromo
Bebengan
-
Makam Nyai Dapu
Boja
-
Wisata Air Nusantara
Ngabean
Kawasan Pemancingan
Boja, Meteseh, , Ngabean
Cor Logam
Campurejo
Sudah eksis
Criping Singkong
Trisobo
Mulai berkembang
Genteng
Meteseh
Sudah eksis
-
Titik-titik prioritas wilayah pengembangan kecamatan sebagaimana disajikan pada tabel 2 dijadikan sebagai dasar pemilihan desa inovasi. Dengan demikian, desa inovasi yang ditetapkan nantinya diharapkan memiliki efek multiplier yang besar dalam peningkatan kesehateraan masyarakat dan memiliki dukungan sarana prasarana yang memadai. Dalam penentuan alternatif desa inovasi berikut mengabaikan kondisi sumberdaya manusia dengan asumsi kondisi sumberdaya manusia di wilayah kecamatan Boja cenderung homogen dilihat dari sisi umur, pendidikan, pekerjaan, kelembagaan dan aparatur desa maupun sosial budaya termasuk keterbukaan terhadap perubahan. Pemilihan desa inovasi lebih
11
menekankan pada potensi sumber daya yang dimiliki.
Pemilihan desa inovasi
hendaknya disesesuaikan dengan titik-titik alternatif wilayah pengembangan.
12
Tabel 3 Skoring Penentuan alternatif Desa Inovasi Sesuai Wilayah Prioritas Pengembangan, Potensi dan Dukungan sarana Prasarana Kecamatan Boja N O
Desa
Pad i 1)
Luas Lahan 2)
Ubi Jala r 1)
Luas Lahan 2)
Duri an 3)
Kopi 3)
Kambi ng 1)
Pop ulasi
Pete -lor 1)
Populasi 2)
Ayam
1
Keleng kapan Prasarana 4)
Jumlah Prasa rana 4)
Pasar 4)
Boja
1
7
0
0
0
0
0
0
1
10
0
0
0
1
12
70
2
Bebengan
1
3
0
0
0
0
1
6
1
9
0
0
0
1
12
3
Ngabean
1
11
1
3
1
0
0
0
1
6
0
0
0
1
4
Campurejo
1
6
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
5
Tampingan
1
8
1
1
0
0
0
0
1
3
1
4
6
Meteseh
0
0
0
0
0
0
1
5
0
8
1
7
Purwogondo
0
0
1
3
0
0
1
4
1
11
0
Kampung 1)
Popula si 2)
Peri- Pariwi kanan sata 3) 3)
Indu stri 4)
Tota l Nilai
Ranking Usulan Desa Inovasi
1
105
1
44
0
78
2
6
43
0
76
3
0
6
49
0
65
4
0
0
8
37
0
65
5
6
0
1
6
33
0
62
6
0
Balai
0
6
27
0
54
7
1
1
Benih Ikan 8
Kaligading
0
0
1
2
0
0
0
0
1
14
0
0
0
0
7
29
0
54
8
9
Karangmangg
0
0
0
0
0
0
1
2
1
2
0
0
0
0
4
44
0
54
9
13
is 10
Pasigitan
1
9
0
0
0
0
1
7
1
0
0
0
0
0
4
22
0
45
10
11
Kliris
1
10
0
0
0
0
0
0
1
5
0
0
0
0
5
21
0
43
11
12
Trisobo
0
0
0
0
0
0
0
0
0
12
1
5
0
0
5
15
0
39
12
13
Blimbing
1
4
0
0
0
0
1
8
1
0
0
0
0
0
4
18
0
37
13
14
Leban
1
5
0
0
0
0
0
0
1
0
1
3
0
0
8
18
0
37
14
15
Salamsari
0
0
1
4
0
0
0
0
0
0
1
7
0
0
4
17
0
34
15
16
Puguh
1
2
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
6
16
0
30
16
17
Banjarejo
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
2
0
0
4
18
0
28
17
18
Medono
1
2
0
0
0
1
1
3
1
0
0
0
0
0
3
10
0
22
18
1
Keterangan skoring : 1. Basis = 1, Non Basis =0 2. Nilai berdasarkan luas lahan (untuk padi dan ubi jalar)/populasi (untuk ternak) pada desa yang menjadi wilayah komoditas basis, semakin luas nilai semakin tinggi 3. Ada = 1, Tidak ada = 0 4. Sesuai jumlah yang ada di desa 5. Nilai Total merupakan penjumlahan skor keseluruhan 6. Ranking merupakan urutan dukungan sumberdaya dan sarana prasarana dan menjadi acuan desa yang diusulkan
14
Berdasakan tabel tabel 3 tersebut di atas, 3 alternatif desa yang dapat dikembangkan sebagai desa inovasi berdasarkan ranking potensi tertinggi adalah Desa Boja, Desa Bebengan dan Desa Ngabean. Namun demikian, seperti telah diketahui, Desa Metseseh yang secara urutan dukungan potensi sumberdaya menempati urutan ke-6, memiliki potensi khusus yang sudah terkenal sebagai sentra industri genteng yang mencerminkan keunikan. Atas dasar hal tersebut maka, Desa Meteseh dapat juga di usulkan sebagai Desa Inovasi. Deferensiasi yang juga dimiliki oleh Kecamatan Boja adalah produksi durian yang banyak diproduksi di desa Banjarejo. Oleh karena itu, Desa Banjarejo juga dapat dipertimbangkan sebagai alternatif Desa Inovasi. Infrastrutur utama yang harus dikembangkan adalah infrastruktur terkait dengan dukungan mobilitas sumberdaya, baik manusia, barang maupun jasa.
15
Tabel 4 Jenis/Tema Desa Inovasi yang Dikembangkan Di Kecamatan Boja
1
Desa
Potensi
Kondisi
Aletrnatif desa inovasi
Keterangan
Boja
Padi, Pariwisata Nyai Dapu,
Boja merupakan pusat kota kecamatan, dukungan infrastrutur paling memadai, luas tanah pengembangan padi menempati urutan ke 3 luas lahan padi di Kecamatan Boja. Sebagaimana disebutkan dalam RTRW Kabupaten Kendal, Kecamatan Boja akan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata budaya. Dari sisi lokasi, letak Desa Boja bersebelahan dengan Desa Bebengan yang di dalamya terdapat Obyek wisata Makam Sunan Bromo
Alternatif pengembangan desa inovasi “pusat budaya Islam”
Memerlukan dukungan pengembangan akomodasi dan tempat even dan pengembangan atraksi pendukung
dalam bentuk kawasan terutama dengan desa Bebengan
16
2
Bebengan
Ternak besar, pariwisata Makam Sunan Bromo
Populasi kambing di Blimbing menempati urutan ketiga populasi kambing di kecamatan Boja. Pariwisata Sunan Bromo sudah mulai dikenal namun jenis potensi yang ada tidak terlalu terkait. Sebagaimana disebutkan dalam RTRW Kabupaten Kendal, Kecamatan Boja akan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata budaya. Dari sisi lokasi, letak Desa Boja bersebelahan dengan Desa Bebengan yang di dalamya
Alternatif pengembangan desa inovasi “pusat budaya Islam”
Memerlukan dukungan pengembangan akomodasi dan tempat event dan pengembangan atraksi pendukung
dalam bentuk kawasan terutama dengan desa Boja
17
terdapat Obyek wisata Makam Nyai Dapu 3.
Ngabean
Padi, ubi jalar, ayam kampung, pariwisata/wisata air, Durian
Ketersediaan lahan pertanian masih luas/terluas di Kecamatan Boja, kesuburan tanah.
Alternatif desa inovasi: Pertanian Organik
4.
Meteseh
Ayam Petelor, ayam padaging, industri genteng
Jumlah populasi ayam peletor menempati urutan ke tiga di Kecamatan Boja, Ayam pedaging menempati urutan kedua, genteng sudah terkenal
Alternatif desa inovasi: Pusat Industri Genteng
Beberapa faktor pendukung lain: , populasi kambing/ternak besar terbanyak, dekat dengan loka si pengembangan pariwisata sehingga menjadi alternatif wisata edukasi bagi wisatawan, sesuai dengan Issue Startegis Degradasi Lingkungan/menurunnya daya dukung lingkungan akibat penggunaan pupuk dan obatobatan kimia dalam pengolahan pertanian, kesadaran hidup dengan makanan sehat,
18
5.
Banjarejo
Durian
Produk unik dan sudah mulai terkenal
Desa inovasi alternatif: Desa Wisata Durian, “all abaout Durians”
Dekat dengan lokasi wisata, belum berkembang desa wisata makanan (kebanyakan desa wisata adalah batik dan kerajinan)
19
2) Penentuan Alternatif Desa Inovasi Kecamatan Weleri Kecamatan Weleri Berbagai ragam sumberdaya hayati dan sumberdaya alam lainnya serta pariwisata menunjukkan bahwa Kecamatan Weleri memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan. Pada tabel 5 berikut disajikan rakapitulasi potensi kecamatan menurut desa : Tabel 5 Rekapitulasi Potensi Kecamatan Menurut Desa Kecamatan Weleri Padi Jagung Tembakau 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Telor Pariwisata Tambang Ayam kampung V v v
Sidomukti V Penyangkringan V Bumiayu V 3) Manggungsari V 2) V V Sumberagung V V v Ngasinan V V v Weleri V V v Nawangsari V Karangdowo V v Penaruban V V Sambongsari V1) Karanganom V V Payung V V Pucuksari V Tratemulyo V V Montongsari V V V Sumber: Kecamatan Weleri dalam Angka 2011, diolah dan data Primer.
Keterangan : 1. 1,2,3) Ranking luas lahan pertanian dan jumlah produksi 2. Produk potensial : a) Merupakan produk basis b) Tidak teridentifikasi sebagai produk basis namun berdasarkan survei lapangan dan informasi narasumber menunjukkan adanya potensi pengembangan c) Potensi pariwisata: Secara fisik telah tersedia obyek wisata 20
Tabel 6 Prioritas Wilayah Pengembangan Kecamatan Weleri Sektor/Subsektor Tanaman pangan
Jenis Potensi
Titik Lokasi Pengembangan
Padi
Bumiayu, sambongsari, Manggungsari
Jagung
Sidomukti, Sumberagung, Manggungsari
Perkebunan
Tembakau
Ngasinan, Weleri, Tratemulyo, Manggungsari, Sumberagung, Montongsari
Unggas
Telor Ayam Sumberagung, Kampung Sidomukti, manggungsari
Pariwisata
Goa Maria
Sidomukti
Pintu air Kedung Asem
Montongsari
Galian C
Sidomukti
Tambang
Keterangan Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi prioritas didasarkan pada LQ, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi. Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, merupakan Produk Basis Desa, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi. Dikenal dengan Tembakau Weleri
Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, jumlah populasi Tempat peziarahan umat Katolik Masih berupa Wacana untuk dikembangkan
Bukit
21
Titik-titik prioritas wilayah pengembangan kecamatan sebagaimana disajikan pada tabel 6 dijadikan sebagai dasar pemilihan desa inovasi. Dengan demikian, desa inovasi yang ditetapkan nantinya diharapkan memiliki efek multiplier yang besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memiliki dukungan sarana prasarana yang memadai. Dalam penentuan alternatif desa inovasi berikut mengabaikan kondisi sumberdaya manusia dengan asumsi kondisi sumberdaya manusia di wilayah kecamatan Weleri cenderung homogen dilihat dari sisi umur, pendidikan, pekerjaan, kelembagaan dan aparatur desa maupun sosial budaya termasuk keterbukaan terhadap perubahan. Pemilihan desa inovasi lebih menekankan pada potensi sumber daya yang dimiliki.
Pemilihan desa inovasi
hendaknya disesesuaikan dengan titik-titik alternatif wilayah pengembangan serta RTRW Kabupaten Kendal sehingga pengembangan Desa Wisata sungguh-sungguh dapat bersinergi dengan rencana pengembangan wilayah yang lain.
22
Tabel V.7 Skoring Penentuan alternatif Desa Inovasi Sesuai Wilayah Prioritas Pengembangan, Potensi dan Dukungan sarana Prasarana Kecamatan Weleri No.
Desa
Padi
Luas Lahan
Jagung
Luas Lahan
Tembakau
Ayam Kampung
Populasi
Pariwisata
Tambang
Jumlah Jenis Prasarana
Jumlah Prasarana
Total Nilai
Ranking Usulan Desa Inovasi
12
1
7
0
0
0
1
1
6
23
52
1
1
5
0
1
3
9
10
29
9
0
0
0
5
12
29
10 4
1.
Sidomukti
1
2.
Penyangkringan
0
3.
Bumiayu
1
11
0
4.
Manggungsari
1
10
1
6
1
0
0
4
19
42
5.
Sumberagung
0
1
8
1
1
7
7
18
43
3
6.
Ngasinan
0
1
5
1
1
1
5
9
23
13
7.
Weleri
1
5
1
3
1
1
4
7
16
39
5
8.
Nawangsari
1
1
1
0
0
0
5
3
11
16
9.
Karangdowo
1
3
0
0
1
6
8
11
30
8
10.
Penaruban
1
6
0
0
1
8
7
16
39
6
11.
Sambongsari
1
13
0
0
0
0
6
19
44
2
12.
Karanganom
1
4
0
0
1
5
7
11
29
11
13.
Payung
1
2
0
0
1
2
5
6
17
15
14.
Pucuksari
1
7
0
0
0
0
5
8
21
14
15.
Tratemulyo
1
9
1
1
0
0
5
12
29
12
16.
Montongsari
1
8
0
1
0
0
6
15
36
7
5
4
1
23
Tabel V.8 Jenis/Tema Desa Inovasi Sesuai Proritas Pengembangan Kecamatan Weleri Desa
Potensi
Kondisi
1.
Sidomukti
Jagung, Telor ayam kampung, wisata religi goa Maria, tambang galian C
Luas lahan jagung hanya pada kisaran 25% luas wilayah Kecamatan Weleri. Telor ayam kampung bukan merupakan komoditas basis. Potensi unggulan yang membedakan dengan desa-desa lain adalah Wisata Goa Maria sudah cukup terkenal dan banyak pengunjung
2.
Penyangkringan
3.
Bumiayu
Aletrnatif desa inovasi Wisata Religi Katolik
Keterangan Memiliki semua potensi hayati yang ada di Kecamatan Weleri namun tidak ada yang dominan. Potensi yang sudah terkenal adalah Goa Maria Besokor. Obyek wisata ini banyak dikenal sehingga dapat dikembangkan dengan memberdayakan masyarakat sekitar untuk penyediaan “áncilary service” termasuk cendera mata dan berbagai kelengkapan ziarah (bunga, lilin, dll) -
Padi
Desa Bumiayu, meskipun hanya menempati urutan 10 dari dukungan sumberdaya, namun desa ini telah cukup dipersiapkan oleh pemerintah setempat. Wacana pengembangan
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal
Desa Inovasi “ Pusat studi Pengembangan padi”
Predikat “desa Berkembang” menjadi salah satu modal dasar pengembangan desa Inovasi
24
desa inovasi di Desa Bumiayu pada dasarnya didukung dengan ketersediaan lahan yang luas untuk pengembangan pertanian tanaman pangan padi (bukan merupakan lahan terluas namun telah diarahkan sebagai wilayah pengembangan padi). Saat ini telah menjadi percontohan pengembangan padi berkualitas di Provinsi Jawa Tengah. Desa basis jagung, namun dari luas wilayah hanya menempati urutan 3 dari 8 desa penghasil jagung. Luas lahan padi masih luas namun bukan yang terluas di kecamatan Weleri. Telor ayam kampung bukan merupakan komoditas basis di kecamatan Welerl Merupakan Desa basis jagung dengan luas lahan yang memungkinkan dilakukan ekstensisikasi/memiliki lahan terluas dibandingkan luas lahan jagung di wilayah Kecamatan Weleri. Merpakan basis produk telor ayam kampung namun bukan yang terbanyak di Wilayah Kecamatan Weleri.
4.
Manggungsari
Padi, jagung, Telor Ayam kampung
5.
Sumberagung
Jagung, Telor Ayam Kampung
6.
Ngasinan
Tembakau
Sudah dikenal
-
7.
Weleri
Tembakau
Sudah dikenal
-
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal
-
-
Desa Inovasi “ Produk berbasis jagung”
25
8.
Nawangsari
-
9.
Karangdowo
-
10.
Penaruban
-
11.
Sambongsari
12
Karanganom
-
13
Payung
-
14
Pucuksari
-
15
Tratemulyo
Tembakau
16
Montongsari
Tembakau
Padi
Luas lahan padi terluas di kecamatan Weleri
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal
Desa Inovasi “ Pusat studi Pengembangan padi” atau desa wisata Kuliner
Kuliner yang dapat kembangkan secara khusus adalah kuliner berbasis jagung dan telor ayam kampung. Hal demikian disebabkan karena di desa Sambongsari memiliki ruang terbuka bekas terminal yang belum dikelola dengan baik. Lokasi Sambongsari sangat strategis dan telah menjadi pusat keramaian.
26
5. Analisis SWOT. 5.1.
Analisis SWOT Pengembangan Desa Inovasi Kecamatan Boja
5.1.1. Desa Ngabean untuk Pengembangan Pertanian Organik Evaluasi Faktor
Faktor Internal
Strength (Kekuatan) a. Luas Lahan Pertanian padi b. Berbatasan Langsung dengan Kota Semarang c. Ketersediaan dan ketrampilan sumberdaya manusia d. Dukungan pemerintah
Weakness (Kelemahan) a. b. c. d. e.
Teknologi sederhana Pengetahuan pertanian organik rendah Kualitas SDM Pengetahuan Desa Inovasi Faktor kelembagaan petani termasuk sistem informasi manajemen f. Keterbatasan anggaran
Faktor Eksternal
Opportunity (Peluang) a. Kesadaran masyarakat akan bahan makanan sehat b. Issue kelestarian lingkungan c. Pengembangan sawah lestari d. Pertumbuhan penduduk e. Perkembangan Tekonologi f. Kebijakan Pemerintah
Strategi “S – O” a. Melakukan edukasi dan sosialisasi b. Pembinaan dan bimbingan teksnis c. Melakukan promosi untuk pengembangan padi organik
Threat (Ancaman)
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
Strategi “S – T”
Strategi “W – O” a. Pelatihan penguasaan/adopsi teknologi tepat guna b. Penyuluhan pertanian organik c. Membentuk kelompok usaha bersama petani/ membentuk kelompok tani d. Meningkatkan akses petani pada sumber-sumber pembiayaan Strategi “W – T”
27
a. Tekanan kebutuhan petani b. Alih fungsi lahan pada masa yang akan datang. c. Faktor perubahan iklim
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
e. Pengaturan/regulasi alih fungsi lahan pertanian f. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pertanian
a. Meningkatkan kualitas Sumberdaya petani dan semua pemangku kepentingan b. Pengembangan komitment antar petanin c. Pengembangan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing d. Memberikan bantuan teknis kepada petani
28
5.1.2. Desa Banjarejo: Desa wisata “All abaout Durians” Evaluasi Faktor
Faktor Internal
Strength (Kekuatan) a. Populasi pohon durian di desa Banjarejo banyak b. Boja sudah dikenal dengan penghasil durian c. Kepemilikan oleh masyarakat d. Ketersediaan dan kesesuaian lahan pengembangan e. Mudah diakses
Weakness (Kelemahan) a. Belum dikembangkan produk olahan durian b. Bersifat musiman
Faktor Eksternal Opportunity (Peluang)
Strategi “S – O”
a. Dukungan Pemerintah a. Meningkatkan keahlian pelaku IKM b. Jumlah penduduk Makanan dan Minuman olahan c. Berada di wilayah dekat obyek b. Pendampingan secara langsung baik pariwisata pendampingan teknis maupun tenaga d. Peluang pemanfaatan online business ahli. g. Dukungan kebijakan pengembangan c. Pembentukan kelompok usaha Industrimakanan olahan bersama/penguatan kelompok d. Peningkatan penguasaan teknologi informasi dan fasilitasi infrastruktur.
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
Strategi “W – O” a. Pengayaan terhadap para pelaku IKM Makanan dan Minuman olahan dengan pengetahuan tentang standardisasi produk. b. Fasilitasi pembentukan jejaring untuk meningkatkan akses pasar c. Pengaturan pola tanam dan peremaajan sehingga dapat dihasilkan sepanjang tahun
29
Threat (Ancaman)
Strategi “S – T”
d. Peningkatan akses informasi pasar Strategi “W – T”
a. Perekonomian global yang fluktuatif a. Modernisasi proses/peralatan produksi a. Fasilitasi standardisasi kualitas bahan b. Adanya kemungkinan produk yang berbasis kelapa baku sama (berbasis gula kelapa) dari b. Meningkatkan efisiensi sehingga daya b. Peningkatan mutu produk negara lain yang juga berkembang. saing meningkat c. Pengembangan klaster untuk c. Memperkuat struktur permodalan, meningkatkan dan kerjasama dalam jalur distribusi serta aspek manajemen IKM untuk meningkatkan pemanfaatan yang lainnya economies of scale. d. Peningkatan kegiatan promosi
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
30
5.1.3. Desa Boja/Bebengan: Pusat Budaya islam Evaluasi Faktor
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strength (Kekuatan) a. Wisata Religi yang sudah cukup terkenal b. Aksesibilitas memadai c. Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung seperti perbankan, akomodasi dekat dengan Kendal atau kota Semarang d. Dukungan pemerintah
Opportunity (Peluang) a. b. c. d.
Mayoritas Penduduk beragama Islam Pertumbuhan penduduk Daya beli masyarakat semakin tinggi Kebutuhan rekreasi rohani/ziarah
Strategi “S – O”
Weakness (Kelemahan) a. Belum dikelola secara optimal b. Kualitas Sumber Daya Manusia relatif rendah c. Pengetahuan Desa Inovasi d. Kondosi atraksi, akomodasi, aksesabilitas danpendukung wisata lainnya kurang memadai
Strategi “W – O”
a. Melakukan promosi untuk lebih a. Penerapan/peningkatan manajemen mengenalkan obyek wisata wisata b. Meningkatkan kualitas infratruktur b. Peningkatan kualitas Sumberdaya c. Peningkatan pengetahuan produk pada manusia dengan memberikan masyarakat setempat penyuluhan dan berbagai ketrampilan sesuai wisata yang akan dikembangkan c. Penyuluhan desa Inovasi d. Identifikasi pendukung manajemen wisata
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
31
Threat (Ancaman)
Strategi “S – T”
a. Persaingan a. Pemberdayaan masyarakat setempat b. Potensi gangguan lingkungan fisik dan b. Koordinasi dengan tokoh masyarakat non fisik terkait kemungkinan perubahan perilaku masyarakat c. Penyusunan “rambu-rampu” yang jelas terkait pemanfaat lingkungan secara fisik
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
Strategi “W – T” Bekerjasama dengan travel agent untuk pengembangan paket wisata
32
5.1.4. Desa Meteseh: Sentra Industri Genteng Evaluasi Faktor
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strength (Kekuatan) a. Dukungan bahan baku b. Aksesibilitas memadai c. Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung seperti perbankan, akomodasi dekat dengan Kendal atau kota Semarang d. Dukungan pemerintah e. Sudah dikenal sebagai desa penghasil genteng
Opportunity (Peluang) a. Berkembangnya industri prooerti b. Pertumbuhan penduduk c. Daya beli masyarakat semakin tinggi
Strategi “S – O” a. Melakukan promosi untuk lebih mengenalkan b. Membangun jejaring dengan developer/pelaku industri properti
Threat (Ancaman) a. Persaingan b. Berkembangnya industri substitusi genteng
Strategi “S – T” a. Menjaga kesinambungan ketersediaan bahan baku b. Peningkatan daya saing
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
Weakness (Kelemahan) a. Kualitas relatif rendah (kadang-kadang presisi kurang tepat) b. Kualitas SDM c. Pengetahuan Desa Inovasi d. Teknologi sederhana
Strategi “W – O” a. Pembinaan peningkatan kualitas produk b. Bantuan peralatan/mesin mesin yang lebih modern Strategi “W – T” Upaya pengembangan produk sesuai dengan preferensi pasar
33
5.2.
Analisis SWOT Pengembangan Desa Inovasi Kecamatan Weleri 5.2.1. Desa Bumiayu untuk Desa Pusat Pengembangan Padi Berkualitas
Evaluasi Faktor
Faktor Internal
Strength (Kekuatan) a. Luas Lahan Pertanian padi b. Dukungan pemerintah c. Positioning yang telah terbentuk sebagai pusat pengembangan padi
Weakness (Kelemahan) a. Pengetahuan desa Inovasi oleh masyarakat relatif rendah b. Dukungan sumberdaya manusia berkualitas c. Permodalan
Faktor Eksternal
Opportunity (Peluang) a. b. c. d.
Pengembangan sawah lestari Pertumbuhan penduduk Perkembangan Tekonologi Kebijakan Pemerintah
Strategi “S – O” a. Pembinaan dan bimbingan teksnis b. Pengembangan sarana prasarana pendukung
Threat (Ancaman)
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
Strategi “S – T”
Strategi “W – O” a. Penyuluhan desa Inovasi b. Membentuk kelompok usaha bersama petani/ membentuk kelompok tani c. Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan petani d. Meningkatkan akses petani pada sumber-sumber pembiayaan Strategi “W – T”
34
a. Tekanan kebutuhan petani b. Alih fungsi lahan pada masa yang akan datang. c. Faktor perubahan iklim
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
e. Pengaturan/regulasi alih fungsi lahan pertanian f. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pertanian
a. Meningkatkan kualitas Sumberdaya petani dan semua pemangku kepentingan b. Pengembangan komitment antar petanin c. Pengembangan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing d. Memberikan bantuan teknis kepada petani
35
5.2.2. Desa Sambongsari: Desa wisata “kuliner”
Evaluasi Faktor
Faktor Internal
Strength (Kekuatan) a. Lokasi ruang terbuka telah tersedia b. Lokasi strategis (kurang lebih 100m dari pusat kota Weleri c. Ketersediaan dan kesesuaian lahan pengembangan d. Mudah diakses e. Sarana dan prasarana mendukung
Weakness (Kelemahan) a. Permodalan b. Kualitas SDM c. Pengetahuan Desa Inovasi
Faktor Eksternal Opportunity (Peluang) a. Jumlah penduduk b. Berada di wilayah pusat kota e. Dukungan kebijakan pengembangan Industri makanan olahan
Strategi “S – O” a. Meningkatkan keahlian pelaku IKM Makanan dan Minuman olahan b. Pendampingan secara langsung baik pendampingan teknis maupun tenaga ahli. c. Pembentukan kelompok usaha bersama/penguatan kelompok d. Peningkatan penguasaan teknologi informasi dan fasilitasi infrastruktur.
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
Strategi “W – O” a. Pengayaan terhadap para pelaku IKM Makanan dan Minuman olahan dengan pengetahuan tentang standardisasi produk. b. Fasilitasi pembentukan jejaring untuk meningkatkan akses pasar c. Peningkatan akses informasi pasar
36
Threat (Ancaman) Persaingan kuliner
Strategi “S – T” a. Peningkatan kegiatan promosi b. Pelatihan pengembangan produk olahan yang khas, khususnya yang berbasis pada potensi sumberdaya lokal
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
Strategi “W – T” a. Bantuan permodalan b. Meningkatkan akses sumber pembiayaan
37
5.2.3. Desa Sidomukti : Desa Wisata Religi Katolik”
Evaluasi Faktor
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strength (Kekuatan) a. Wisata Religi yang sudah cukup terkenal b. Aksesibilitas memadai c. Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung seperti perbankan, akomodasi dekat dengan Kendal atau kota Semarang d. Dukungan pemerintah
Opportunity (Peluang) a. Toleransi beragama masyarakt yang baik b. Pertumbuhan penduduk c. Daya beli masyarakat semakin tinggi d. Kebutuhan rekreasi rohani/ziarah
Strategi “S – O”
Weakness (Kelemahan) a. Belum dikelola secara optimal b. Kualitas Sumber Daya Manusia relatif rendah c. Pengetahuan Desa Inovasi d. Kondosi atraksi, akomodasi, aksesabilitas danpendukung wisata lainnya kurang memadai
Strategi “W – O”
a. Melakukan promosi untuk lebih a. Penerapan/peningkatan manajemen mengenalkan obyek wisata wisata b. Meningkatkan kualitas infratruktur b. Peningkatan kualitas Sumberdaya c. Peningkatan pengetahuan produk pada manusia dengan memberikan masyarakat setempat penyuluhan dan berbagai ketrampilan sesuai wisata yang akan dikembangkan e. Penyuluhan desa Inovasi f. Identifikasi pendukung manajemen wisata
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
38
Threat (Ancaman)
Strategi “S – T”
a. Persaingan a. Pemberdayaan masyarakat setempat b. Potensi gangguan lingkungan fisik dan b. Koordinasi dengan tokoh masyarakat non fisik terkait kemungkinan perubahan perilaku masyarakat c. Penyusunan “rambu-rampu” yang jelas terkait pemanfaat lingkungan secara fisik
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
Strategi “W – T” Bekerjasama dengan travel agent untuk pengembangan paket wisata
39
6. Penutup Dengan teridentifikasinya potensi pengembangan desa inovasi dalam studi ini. Selajutnya dapat disusun program dan kegiatan yang sesuai. Untuk itu, agar dapat terjadi sinergi yang baik dalam berbagai macam kebijakan, maka program dan kegiatan yang disusun hendaknya sesuai dengan sasaran dan arah kebijakan pengembangan. Untuk mencapai hal tersebut, maka permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan desa inovasi menjadi hal yang penting. Dikombinasilakn dengan peluang, kekuatan yang dimiliki maka dapat disusun arah kebijakan dan sasaran sebagai berikut: Tabel 9 Permasalahan, Arah Kebijakan dan Sasaran Pengembangan Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten kendal Permasalahan
Arah Kebijakan Umum
Sasaran
a. Pengetahuan masyarakat tentang desa inovasi masih rendah b. Dukungan aparatur maupun komitmen desa baik dan masyarakat memiliki sifat yang terbuka dan gotong royong namun pengembangan desa inovasi adalah terobosan baru yang membutuhkan konsistensi komitmen
Bertitik tolak dari permasalahan utama pengembangan desa inovasi, kebijakan umum pengembangan desa inivasi hendaknya diarahkan pada penguatan faktor-faktor pendukung pengembangan Desa Inovasi baik fisik maupun non fisik
e. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai desa inovasi f. Meningkatkan kesiapan masyarakut sebagai subyek pengembangan desa inovasi g. Meningkatkan dukungan kelembangaan h. Meningkatkan sistem pengelolaan potensi pendukung pengembangan desa Inovasi i. Dukungan infrastruktur yang makin memadai
c. Faktor Keterbatasan anggaran d. Kuantitas sumberdaya memadai namun dari sisi kualitas sebagian besar sumberdaya manusia di kedua kecamatan memiliki tingkat pendidikan rendah.
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
40
Permasalahan
Arah Kebijakan Umum
Sasaran
e. Pengelolaan potensi belum optimal (obyek wisata)
Adapun, beberapa program dan kegiatan yang sesuai dengan arah permasalahan, arah kebijakan serta sasaran adalah sebagai berikut: Tabel 10 Program dan Sasaran Pengembangan Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten kendal Program
Kegiatan
SKPD Terkait
a. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakt terkait pengembangan desa inovasi b. Penguatan kelembagaan c. Peningkatan sistem pengelolaan potensi d. Penguatan infrastruktur pendukung
a. Sosialisasi dan Penyuluhan desa inovasi kepada masyarakat b. Capasity Building untuk sumberdaya manusia pendukung dan pengarahan untuk keluar dari pola hidup subsisten c. Regulasi alih fungsi lahan (untuk pertanian organik dan pengembangan padi bermutu) d. Promosi (untuk desa wisata, desa kuliner dan industri genteng) e. Pembentukan forum pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah, pengusaha) f. Penyediaan tenaga kerja terampil g. Fasilitasi akses pembiayaan
Dinas Pertanian (leading untuk pertanian organik), Disperindag (leading untuk industri genteng) dan Dinas Pariwisata (leading untuk desa wisata), Bappeda, Dinas tenaga kerja (untuk penyediaan tenaga kerja terampil), dinas Perhubungan, Binamarga dan Pengairan.
h. Fasilitasi pembangunan jejaring i. Pembangunan/perbaikan infrastruktur (infrastruktur untuk
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
41
Program
Kegiatan
SKPD Terkait
mobilisasi sumber/jalan, ketersediaan listrik, ketersediaan air dan telokomunisasi)
Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal
42