Wahyu Nur Achmadin / Studi Pengaruh Ukuran dan Panjang Kasa Kawat serta Keberadaan Hot heat exchanger terhadap Piranti Pendingin Termoakustik
385
Studi Pengaruh Ukuran dan Panjang Kasa Kawat serta Keberadaan Hot heat exchanger terhadap Piranti Pendingin Termoakustik Wahyu Nur Achmadin*, Ikhsan Setiawan, dan Agung Bambang Setio Utomo Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Sekip Utara BLS 21 Yogyakarta 55281, Indonesia * e-mail:
[email protected]
Abstrak – Telah dilakukan penelitian pengaruh ukuran bahan dan panjang stack serta keberadaaan hot heat exchanger terhadap kinerja piranti termoakustik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena fisis yang terjadi pada piranti termoakustik dengan variasi nomor mesh, variasi panjang stack, serta keberadaan hot heat exchanger. Stack terbuat dari susunan kasa kawat baja anti karat (mesh) dengan nomor mesh #16, #18, #20, #23, dan #30 serta variasi panjang stack dari 4 cm sampai 7 cm dengan interval 0,5 cm tiap variasi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penurunan suhu optimum pada variasi nomor mesh adalah nomor mesh 18 dan pada variasi panjang stack adalah 6,5 cm yang mampu menurunkan suhu masing-masing sebesar (4,7 ± 0,1) ºC dan (5,2 ± 0,1) ºC dari suhu normal. Dengan hasil tersebut, kemudian dilakukan keberadaan hot heat exchanger terhadap piranti termoakustik dan mampu menurunkan suhu pada daerah panas dan daerah dingin masing-masing sebesar (4,7 ± 0,1) ºC dan (1.4 ± 0,1) ºC. Berdasarkan uraian tersebut, maka keberadaan hot heat exchanger terbukti mampu menurunkan suhu pada daerah panas dan dingin. Kata kunci: hot heat exchanger, kasa kawat baja anti karat (mesh), stack, suhu, termoakustik. Abstract – The experiment of thermoacoustics device by observing the influence of porous size, length of stack and the use of hot heat exchanger to the device performance has been done. The purpose of this study is to investigate the physics phenomena on the device in correlation with its mesh size variations, stack length variation, and the existence of a hot heat exchanger. The stack was made by piles of stainless steel wire mesh sheets (identified by mesh sizes number #16, #18, #20, #23, and #30), and a variation of the length of stack from 4 cm to 7 cm with 0,5 cm interval. The result showed that the variation which gain an optimum decreasing temperature was mesh size number #18, and stack length variation 6,5 cm, that able to decrease temperature to respectively (4,7 ± 0,1) ºC and (5,2 ± 0,1) ºC from normal temperature. Using these results, the hot heat exchanger was then attached to the thermoacoustics device and able to decrease the temperature in hot areas and cold areas by (4,7 ± 0,1) ºC and (1.4 ± 0,1) ºC, respectively. It can be concluded that the existence of hot heat exchanger was verified able to decrease the temperature on both of hot and cold areas in thermoacoustics device. Keywords: hot heat exchanger, wire mesh stainless steel (mesh), stack, temperature, thermoacoustic. I. PENDAHULUAN Pada keadaan musim yang tidak menentu, keberadaan sistem pendingin (AC) merupakan sistem yang mendukung di Indonesia dengan daerah tropisnya. Sistem pendingin konvensional menggunakan zat freon sebagai medium kerjanya yang tanpa disadari zat tersebut memiliki tingkat bahaya berjangka panjang seperti global warming. Berkenaan dengan hal tersebut maka diperlukan sistem pendingin alternatif non-freon yang ramah lingkungan, yaitu pendingin termoakustik. Piranti termoakustik adalah sistem konversi yang mengaitkan hubungan antara perbedaan suhu dan bunyi. Termoakustik sendiri juga merupakan sebuah fenomena yang memanfaatkan gelombang bunyi. Perbedaan konstruksi piranti termoakustik dengan piranti pendingin lainnya menjadikan sistem konversi ini menjadi sebuah topik yang sangat menarik dengan kesederhanaan dalam konstruksinya. Hal tersebut dikarenakan komponen yang digunakan untuk piranti ini hampir tersedia di setiap lingkungan secara komersial dengan biaya yang lebih mudah dan murah.
Sifat ke-ramah lingkungannya pun merupakan salah satu keunggulan dari piranti tersebut dengan penggunaan udara, gas mulia, atau gas inert sebagai gas kerja di dalam piranti termoakustik. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa keuntungan dari piranti pendingin termoakustik tersebut memberikan potensi sebagai piranti alternatif yang memiliki konstruksi sederhana dan ramah lingkungan tanpa menghilangkan segi manfaat sebagai pendingin. Penelitian ini merupakan tahap pengembangan yang dimulai rancang bangun serta parameter yang diselidiki antara lain, frekuensi bunyi, diameter resonator, stack, ukuran pori, dan panjang resonator [1-8]. Makalah ini memaparkan tentang konstruksi piranti termoakustik, metode penelitian, serta hasil uji yang akan dibahas pada bab berikutnya. II. LANDASAN TEORI A. Gelombang bunyi Gelombang bunyi biasa disebut dengan gelombang mekanis longitudinal dikarenakan memiliki arah getar
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823
Wahyu Nur Achmadin / Studi Pengaruh Ukuran dan Panjang Kasa Kawat serta Keberadaan Hot heat exchanger terhadap Piranti Pendingin Termoakustik
386
yang sejajar dengan arah rambatnya. Pada dasarnya gelombang terdiri dari rapatan dan renggangan sehingga gelombang pada medium udara akan menggetarkan molekul-molekul yang ada di sekitarnya dan dengan susunan rapat antar molekul tersebut maka bunyi akan merambat. Pada pipa yang salah satu ujungnya tertutup mengalami pergerakan gelombang yang terbatasi (tidak bebas). Pergerakan gelombang tersebut menyebabkan tekanan pada bagian ujung yang terbuka bernilai minimal atau biasa dikenal dengan “perut gelombang” dan tekanan pada ujung yang tertutup bernilai maksimal atau biasa dikenal dengan “simpul gelombang”. Adapun frekuensi dasar pada pipa organa tertutup adalah v/4L dan keteraturan yang ada hanya harmonik angka ganjil. Frekuensi gelombang [9] dapat dihitung dengan persamaan
n
4L dengan n = 1, 3, 5, ... n
(1)
Sedangkan frekuensi gelombang tegaknya adalah
fn
v
n
nv dengan n = 1, 3, 5, ... 4L
Dengan frekuensi dasar
f1 untuk n = 1.
(2)
B. Termoakustik Termoakustik adalah ilmu yang mempelajari kaitan antara suhu dengan bunyi. Secara fisis termoakustik dapat diartikan suatu bidang dengan fenomena fisis yaitu perbedaan suhu dapat membangkitkan gelombang bunyi atau sebaliknya gelombang bunyi dapat menghasilkan adanya perbedaan suhu. Efek termoakustik adalah suatu konversi energi antara energi bunyi dengan energi panas. Kasa kawat dalam piranti termoakustik memiliki peranan penting, yaitu sebagai penukar panas (hot heat exchanger). Pada penelitian ini kasa kawat ditempatkan di dalam tabung resonator sebagai penyekat tabung menjadi dua bagian, bagian inilah yang biasa disebut dengan tandon. Dalam hal ini susunan rapat lembaranlembaran kasa kawat (stack) berperan sebagai penukar panas (kalor) dari satu tandon ke tandon lain atau yang disebut stack. Dalam hal ini bagian panas dalam piranti biasa disebut dengan tandon panas dan bagian dingin dalam piranti biasa disebut dengan tandon dingin. Siklus termoakustik diilustrasikan oleh Gambar 1. Paket gas bergerak ke kiri dengan arah dari tandon kanan menuju tandon kiri (1-2). Pada daerah tandon kiri dengan bertekanan tinggi sehingga menjadikan volume paket gas termampatkan dan paket gas tersebut akan mengeluarkan panas. Dalam hal ini perpindahan panas dari paket gas ke dinding kasa kawat (2-3). Kemudian paket gas tersebut berosilasi kembali ke arah tandon kanan, karena tandon kanan memiliki tekanan yang lebih rendah dari semula, maka volumenya mengembang (3-4). Dengan adanya peristiwa tersebut, maka paket gas akan menyerap panas dari kasa kawat (4-1). Siklus ini terus berulang dan memberikan efek transfer panas dari tandon kanan menuju tandon kiri [10]. Tandon yang berkurang
panasnya menyebabkan suhu menjadi turun sehingga dinamakan tandon dingin sedangkan tandon kiri yang bertambah panasnya menyebabkan suhunya meningkat disebut tandon panas. III. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN Komponen-komponen dari piranti termoakustik ini adalah sebuah loudspeaker sebagai sumber bunyi yang dihubungkan dengan resonator beserta medium berpori. Resonator ini terbuat dari pipa PVC (poly-vinyl chloride) berdiameter 5,25 cm dan dirangkai beserta medium berpori yang biasa disebut dengan regenerator yang memanjang 80 cm. Dalam sistem deteksi suhu, seluruh rangkaian dihubungkan dengan seperangkat komputer yang dilengkapi perangkat lunak TCDAS. Empat buah sensor suhu tipe LM-35 diletakkan pada tiap ujung kasa kawat, bagian masuk dan keluaran hot heat exchanger. Susunan penempatan sensor suhu pada kasa kawat baja antikarat dan hot heat exchanger ditunjukkan pada Gambar 2. Dalam sistem deteksi bunyi, Audio Function Generator (AFG) dihubungkan terhadap audio amplifier. AFG digunakan untuk membangkitkan sinyal-sinyal dengan frekuensi tertentu. Sinyal keluaran dari AFG kemudian diperkuat oleh audio amplifier. Besarnya keluaran dari AFG dan amplifier dapat diatur dengan cara memperkuat amplitudo. Pengaturan tersebut dapat dilakukan dengan mengkondisikan panel pada AFG dan amplifier. Multimeter digital digunakan untuk mengukur tegangan dan arus listrik yang mengalir dari amplifier menuju loudspeaker. Sinyal keluaran dari AFG yang telah diperkuat oleh amplifier menjadi sinyal masukan bagi loudspeaker. Pada penelitian ini menggunakan loudspeaker jenis Hertz ES Subwoofer 500 W. Penyusunan keseluruhan piranti pendingin termoakustik dapat ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 1. Diagram P-V yangmemperlihatkan empat tahap siklus pendingin termoakustik [10]
Gambar 2. Penempatan sensor suhu pada piranti termoakustik
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823
Wahyu Nur Achmadin / Studi Pengaruh Ukuran dan Panjang Kasa Kawat serta Keberadaan Hot heat exchanger terhadap Piranti Pendingin Termoakustik
Tahap Pelaksanaan Penelitian A. Menentukan Frekuensi Resonansi Frekuensi resonansi dipengaruhi oleh panjang resonator, laju gelombang bunyi di udara, dan orde frekuensi resonansi. Dengan mengetahui nilai L= (80,0 ± 0,5) cm dan v = 349 m/s, maka sesuai dengan persamaan (2) didapatkan hasil frekuensi resonansi sebesar 109,06 Hz. B. Menguji pengaruh ukuran kasa kawat terhadap piranti termoakustik Piranti dirangkai dengan ketentuan panjang tabung resonator (80,0 ± 0,5) cm [11]. Tegangan input dan frekuensi dipertahankan tetap yaitu (15,0 ± 0,5) V dan (109 ± 1) Hz. Penggunaan bahan kasa kawat tampak Gambar 3(a) divariasi mulai dari kasa kawat berukuran #16, kasa kawat berukuran #18, kasa kawat berukuran #20, kasa kawat berukuran #23, dan kasa kawat berukuran #30 dengan waktu operasi sekitar 1800 detik (30 menit). Penentuan penurunan suhu ukuran kasa kawat optimum, yaitu dengan mengetahui penurunan suhu paling besar. C. Menguji pengaruh susunan panjang kasa kawat terhadap piranti termoakustik Penentuan ukuran kasa kawat yang optimum dijadikan parameter yang tetap dalam penelitian ini dengan spesifikasi sama seperti sebelumnya, yaitu panjang tabung resonator (80,0 ± 0,5) cm. Tegangan input dan frekuensi dipertahankan tetap yaitu (15,0 ± 0,5) V dan (109 ± 1) Hz dengan waktu operasi sekitar 1800 detik (30 menit). Dalam menentukan panjang kasa kawat optimum pada penelitian ini dapat dilakukan dengan memvariasikan panjang mulai 4 cm sampai 7 cm dengan interval 0,5 cm. D. Mengamati pengaruh hot heat exchanger Hot heat exchanger dioperasikan setelah detik ke-1800 hingga detik ke-5400. Hot heat exchanger ini dioperasikan dengan memberi sirkulasi air pada hot heat exchanger [12] seperti tampak pada Gambar 3(b) dan Gambar 4. Pada penelitian ini hot heat exchanger yang digunakan dialirkan dengan air. Adapun debit air yang digunakan sebesar 120 volt (dalam tegangan regulator variac), dengan tegangan loudspeaker (15,4 ± 0,1) volt, kuat arus sebesar (2,53 ± 0,05) ampere, dan dioperasikan selama 5400 detik (2 jam).
Gambar 3. Komponen piranti termoakustik : (a) susunan lembaran-lembaran kasa kawat baja antikarat, dan (b) hot heat exchanger bahan lempeng tembaga dan pipa kecil sebagai saluran air [13]
387
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam piranti pendingin termoakustik terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, seperti yang terdapat pada persamaan (2), diantaranya adalah orde (n), cepat rambat bunyi pada gas (v), dan panjang tabung (L). Pada penelitian ini digunakan tabung resonator yang memiliki panjang (L) 80 cm, orde (n) yang digunakan adalah orde dasar pada frekuensi pertama sehingga bernilai 1, dan cepat rambat udara pada suhu normal sebesar 349 m/s. Sehingga dengan nilai-nilai tersebut, hasil dari persamaan (2) diperoleh:
fn
v
n
nv 109, 06 Hz 4L
Hasil-hasil uji coba dari pengoperasian pengaruh ukuran kasa kawat terhadap piranti pendingin termoakustik ini di tunjukkan oleh Gambar 5. Gambar 5(a) adalah hasil uji coba dengan variasi kasa kawat berukuran #16, #18, #20, #23, dan #30, serta, Gambar 5(b) memperlihatkan perbandingan penurunan suhu hasil uji coba. Penelitian ini diberikan parameter tetap dengan tegangan input dan frekuensi bunyi sebesar (15,0 ± 0,5) V dan (109 ± 1) Hz. Gambar 5(a) menjelaskan bahwa detik ke-700 tandon panas menghasilkan suhu yang semakin menaik, sedangkan pada waktu yang bersamaan pada tandon dingin menghasilkan suhu sudah mulai/hampir jenuh atau tidak bisa menurun lagi. Hal ini dikarenakan akibat dari perbedaan volume ruang antara tandon panas dan tandon dingin, volume ruang tandon panas lebih kecil daripada volume ruang tandon dingin sehingga menyebabkan pemampatan udara/gas yang cepat dan menghasilkan suhu semakin panas sedangkan pada saat yang bersamaan tandon dingin mengalami perenggangan gas yang lebih lama daripada pemampatan pada tandon panas sehingga menghasilkan suhu dingin.
Gambar 4. Susunan piranti pendingin termoakustik
Ukuran pori kasa kawat yang relatif besar belum menjamin kinerja piranti pendingin termoakustik akan optimum. Hal tersebut dikarenakan untuk ukuran pori yang terlalu besar tidak akan dapat memindahkan panas secara efektif dari dan menuju kasa kawat. Begitu juga hal sebaliknya bila ukuran pori terlalu kecil juga akan mengganggu gerak partikel udara yang berosilasi [14]. Pernyataan tersebut diperoleh dengan hasil penelitian yang memperlihatkan hasil yang cukup/relatif baik. Dalam hasil uji pada variasi kasa kawat tampak terjadi penurunan suhu gas yang bervariasi dalam tiap kasa kawat, penentuan kasa kawat terbaik adalah dengan
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823
388
Wahyu Nur Achmadin / Studi Pengaruh Ukuran dan Panjang Kasa Kawat serta Keberadaan Hot heat exchanger terhadap Piranti Pendingin Termoakustik
mengamati penurunan suhu yang paling besar pada ukuran porositas kasa kawat.
Berdasarkan Gambar 6(a) dapat disimpulkan bahwa penurunan suhu optimum terdapat pada susunan panjang kasa kawat 6,5 cm. Hasil ini beserta ukuran kasa kawat optimum #18 kemudian dijadikan parameter tetap untuk penelitian selanjutnya, yaitu keberadaan hot heat exchanger. Pada penurunan tersebut hot heat exchanger mampu menunjukkan sifatnya, yaitu menurunkan suhu hingga konstan bahkan dalam Gambar 6(b) yang diperlihatkan bahwa masih ada kemungkinan suhu pada tandon dingin akan terus menurun. Hasil-hasil uji yang diperoleh yaitu tandon panas (berwarna merah) mengalami penurunan suhu sebesar (4,7 ± 0,1) oC dan tandon dingin (berwarna biru) mengalami penurunan suhu sebesar (1,4 ± 0,1) ºC setelah pengoperasian hot heat exchanger. Hal tersebut merupakan sebuah bukti bahwa hot heat exchanger mampu memberikan penurunan suhu secara optimal baik terhadap tandon panas maupun tandon dingin.
Gambar 5. Hasil-hasil uji dari pengoperasian piranti pendingin termoakustik : (a) penurunan suhu pada kasa kawat ukuran #16, #18, #20, #23, dan #30 , dan (b) perbandingan penurunan suhu pada variasi ukuran kasa kawat secara skala
Berdasarkan Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa penurunan suhu optimum terdapat pada ukuran kasa kawat ukuran #18. Dengan hasil uji tersebut, terdapat kemungkinan bahwa penurunan suhu pada kasa kawat #18 dapat lebih dioptimalkan melalui variasi susunan panjang kasa kawat. Variasi susunan panjang kawat digunakan karena dapat mempengaruhi gerak osilasi molekul udara sehingga penurunan suhu optimum akan lebih memungkinkan. Besarnya transfer panas tiap satuan waktu berbedabeda untuk panjang tiap kasa kawat. Hal ini akan mempengaruhi laju perubahan suhu pada kedua ujung kasa kawat. Peristiwa tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya siklus proses pendinginan yang terganggu oleh adanya aliran kalor dari tandon panas menuju tandon dingin. Grafik laju perubahan suhu panjang kasa kawat terbuat dari bahan mesh serta keberadaan hot heat exchanger dapat dilihat pada Gambar 6. Tampak pada Gambar 6(a) menjelaskan bahwa terjadi penurunan suhu gas pada tandon dingin sekitar (4,2 ± 0,1) o C pada panjang 4 cm, (4,3 ± 0,1) oC pada panjang 4,5 cm, (4,7 ± 0,1) oC pada panjang 5 cm, (5,5 ± 0,1) oC pada panjang 5,5 cm, (4,5 ± 0,1) oC pada panjang 6 cm, (5,2 ± 0,1) oC pada panjang 6,5 cm, dan (5,1 ± 0,1) oC pada panjang 7 cm yang dicapai dalam waktu operasi sekitar 1800 detik (30 menit).
Gambar 6. Hasil-hasil uji dari pengoperasian piranti pendingin termoakustik : (a) penurunan suhu pada kasa kawat 4 cm sampai 7 cm, dan (b) penurunan suhu dengan pengoperasian hot heat exchanger dengan kasa kawat #18 dan tebal 6,5 cm
V. KESIMPULAN Sebuah piranti pendingin termoakustik telah berhasil dibuat dengan hasil yang cukup baik. Konstruksi piranti ini berupa pipa PVC dengan diameter 5,25 cm dan panjang 80 cm. Sumber bunyi dengan loudspeaker jenis Hertz ES Subwoofer 500 W dengan frekuensi 109 Hz. Regenerator yang digunakan terbuat dari susunan rapat lembaran-lembaran kasa kawat baja antikarat (wire mesh stainless steel) dengan udara sebagai gas kerja. Piranti yang diuji coba dengan variasi ukuran kasa kawat, ukuran kasa kawat #18 memberikan penurunan suhu terbaik (mesh optimum) dibandingkan dengan #16, #20, #23, dan #30 dengan penurunan sebesar (4,7 ± 0,1) oC, sedangkan piranti yang diuji coba dengan variasi susunan panjang kasa kawat, panjang kasa kawat 6,5 cm memberikan
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823
Wahyu Nur Achmadin / Studi Pengaruh Ukuran dan Panjang Kasa Kawat serta Keberadaan Hot heat exchanger terhadap Piranti Pendingin Termoakustik
penurunan suhu terbaik (panjang optimum) dibandingkan dengan panjang 4 cm, 4,5 cm, 5 cm, 5,5 cm, 6 cm, dan 7 cm dengan penurunan sebesar (5,2 ± 0,1) oC, serta keberadaan hot heat exchanger yang terbukti mampu menurunkan suhu tandon panas sebesar (4,7 ± 0,1) ºC dan tandon dingin sebesar (1,4 ± 0,1) ºC dengan parameter tetap mesh optimum dan panjang optimum pada piranti pendingin termoakustik. Penelitian-penelitian lanjutan perlu dilakukan sebagai bentuk optimalisasi dengan parameter-parameter yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kinerja piranti pendingin termoakustik. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada dan Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan dukungan finansial untuk pelaksanaan penelitian ini melalui Dana Masyarakat FMIPA Universitas Gadjah Mada tahun anggaran 2013. PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[4]
[5] [6]
[7]
I. Setiawan, A. B. Setio Utomo, A. R. Wijaya, dan G. Maruto, Rancang Bangun Piranti Termoakustik sebagai Pendingin dan Pemanas Udara secara Simultan, Laporan Penelitian Antar Bidang Ilmu 2005, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2005. I. Setiawan, A. B. Setio Utomo, G. Maruto, dan A. R. Wijaya, Rancang bangun piranti termoakustik sebagai pemompa kalor, SIGMA, no. 1, vol. 10, hal 25-33, Januari 2007, USD Yogyakarta (Terakreditasi Dirjen Dikti No. 39/Dikti/Kep/2004. ISSN: 1410-5888). M. S. Elyanita, I. Setiawan, A. B. Setio Utomo, Pengaruh peubah frekuensi dan posisi stack bahan kardus terhadap peubah suhu pada sistem termoakustik, Jurnal Fisika Indonesia, no. 33 vol. XI, Edisi Agustus 2007. ISSN: 1410-2994. Romdhiah, I. Setiawan, dan A. B. Setio Utomo, Pengaruh variasi posisi stack dan frekuensi gelombang bunyi terhadap perbedaan suhu pada sistem termoakustik dengan bahan stack film, Jurnal Fisika Indonesia, no. 31 vol. X, Edisi Desember 2006. ISSN: 1410-2994. D. Sampurna, Studi eksperimen untuk mengetahui pengaruh diameter tabung resonator silindris terhadap kinerja piranti termoakustik, S.Si, skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2006. Zulheldi, I. Setiawan, dan A. B. Setio Utomo, Pengaruh intensitas bunyi, jarak, letak stack dan diameter tabung resonator pada piranti termoakustik, Jurnal Fisika Indonesia, no. 31 vol. X, Edisi Desember 2006, ISSN: 1410-2994. I. Setiawan, Mitrayana, dan A. B. Setio Utomo, Pengembangan pendingin termoakustik ramah lingkungan menggunakan dua buah stack, Procdedings 7th Basic Science National Seminar, Universitas Brawijaya Malang, 20 Februari 2010, ISBN 978-602-96393-0-8.
[8]
[9] [10] [11] [12] [13] [14]
389
I. Setiawan, A. B. Setio Utomo, Mitrayana, M. Katsuta, dan M. Nohtomi, Experimental study on the influence of the porosity of parallel plate stack on the temperature decrease of a thermoacoustics refrigerator, Journal of Physics: Conference Series 423, 012035, 2013, IOP Pub. F.W. Sears dan M.W., Zemansky, Fisika untuk Universitas I Edisi Mekanika, Panas dan Bunyi, Binacipta Jakarta, 1994. D.A. Russel and P. Weibull, Tabletop Thermoacoustic Refrigerator for demonstration, Am. J. Phys. 70, 2002, pp. 1231-1233. A. Prebiarti, Pengaruh berbagai densitas cairan pada heat exchanger terhadap perubahan suhu dalam piranti termoakustik, S.Si. skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011. P. Asmara, Pengaruh pipa tembaga berisi cairan yang mengalir sebagai heat exchanger pada piranti termoakustik, S.Si. skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011. H. S. Dyatmika, Sistem termoakustik menggunakan stack pori tak sejajar pada berbagai variasi tegangan speaker, S.Si. skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2013. T. Biwa, Y. Tashiro dan U. Mizutani, Experimental demonstration of thermoacoustic energy conversion in a resonator, Phys. Rev. E, vol. 69, 2004, 066304-1 -6.
TANYA JAWAB Dendy Satrio, PENS ? Berapa ukuran ruangan yang didinginkan pada eksperimen? ? Sampai berapa beban pendinginannya? Wahyu Nur Achmadin @ Pada penelitian ini alat masih belum diaplikasikan ke luar ruangan. Namun alat tersebut mampu menurunkan suhu. @ tidak ada beban. Dewita, BATAN ? Dari frekuensi tersebut, terdengar berapa desibel oleh telinga manusia? andaikata ada perbedaan suara apakah tidak mengubah frakuensinya? Wahyu Nur Achmadin @ frekuensi untuk alat ini 109 Hz. namun untuk frekuensi di luar sistem masih belum diuji. Gilang Titanio, PENS ? Beberapa beban pendinginan yang mampu dilakukan? Wahyu Nur Achmadin @ Tidak ada beban
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, Yogyakarta 25 April 2015 ISSN : 0853-0823