One Shell Pass and One Tube Pass
PERANCANGAN HEAT EXCHANGER Abdul Wahid Surhim
Pengertian
HE adalah alat yang berfungsi sebagai alat penukar panas (kalor) Dilihat dari fungsinya dapat dinamakan : Pemanas
(heater) Pendingin (cooler) Vapourizer/Reboiler (Penguapan) Condenser (Pengembunan)
Klasifikasi HE
HE Proses Perpindahan
Konstruksi
Pengaturan Aliran
Jumlah Fluida
Mekanisme Perpindahan Panas
Kuppan, T., 2000, Heat Exchanger Design Handbook, Marcel Dekker, Inc.
Klasifikasi HE
Proses Perpindahan
Kontak Langsung
Kontak Tak Langsung
Klasifikasi HE
Kekompakan Permukaan
Kompak (Densitas luas permukaan 700 m2/m3)
Tak Kompak (Densitas luas permukaan < 700 m2/m3)
Compact Heat Exchangers
Digunakan secara luas untuk menerima laju panas yang besar per satuan volume, khususnya saat satu atau kedua fluidanya gas. Dikarakterisasi oleh luas permukaan perpindahan panas yang besar, lintasan aliran yang kecil dan aliran laminar (a) (b) (c) (d) (e)
Fin-tube (flat tubes, continuous plate fins) Fin-tube (circular tubes, continuous plate fins) Fin-tube (circular tubes, circular fins) Plate-fin (single pass) Plate-fin (multipass)
Klasifikasi HE Konstruksi
TABUNG (Tubular) Doublepipe Plate Baffle
TALAM (Plate)
ShellandTube
Spiral Tube ROD Baffle
Gasketed
Spiral
EXTENDED SURFACE Lamella
PlateFin
REGENERATIF
Tube-Fin DiskType
Rotory
FixedMatrix DrumType
Double-pipe HE
Spiral HE
Shell-and-Tube Heat Exchangers
One Shell Pass and One Tube Pass
Baffles are used to establish a cross-flow and to induce turbulent mixing of the shell-side fluid, both of which enhance convection. The number of tube and shell passes may be varied, e.g.:
One Shell Pass, Two Tube Passes
Two Shell Passes, Four Tube Passes
Plate HE
Extended Surface HE
Digunakan jika koefisien perpindahan panasnya sangat kecil, sehingga memerlukan luas perpindahan panas yang besar untuk menaikkan laju perpindahan panasnya
Klasifikasi HE PENGATURAN ALIRAN
Single Pass
Parallel Flow
Counter Flow
Multi Pass
Cross Flow
Extended Surface
Cross counter flow
Extended Surface
Cross parallel flow
Parallel counter flow – Shell & Fluid Mixed – N Shell Passes – N Tube Passes
Split Flow
Multi Pass
Devided Flow
N-Parallel Plate Multiipass
Type HE
Concentric-Tube Heat Exchangers
Parallel Flow
Counterflow
Distribusi Aliran
Tipe HE
Cross-flow Heat Exchangers
Finned-Both Fluids Unmixed
Unfinned-One Fluid Mixed the Other Unmixed
Klasifikasi HE
JUMLAH FLUIDA Dua Fluida
Tiga Fluida
N-Fluida (N>3)
Klasifikasi HE
MEKANISME PERPINDAHAN PANAS
Konveksi Fasa Tunggal (Forced or Free)
Konveksi Dua Fasa(Kondensasi atau Evaporasi), Forced or Free
Kombinasi Konveksi dan Radiasi
Kriteria Pemilihan HE 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Bahan konstruksi Tekanan dan suhu operasi, program suhu dan driving force suhu Laju alir Susunan aliran Parameter kinerja -- efektivitas panas dan jatuh tekanan Kecenderungan pengotoran Jenis dan fasa fluida Pemeliharaan, inspeksi, pembersihan, ekstensi, dan kemungkinan perbaikan Keekonomian menyeluruh Teknik fabrikasi Tujuan aplikasi
Kebutuhan HE 1. 2. 3.
4.
Efektivitas panas tinggi Jatuh tekanan serendah mungkin Kehandalan dan harapan hidup Produk berkualitas tinggi dan operasinya aman
PROSEDUR DISAIN HE 8 April 2014
Kerangka Pembelajaran Dua Kriteria Utama Disain HE Persamaan Neraca Energi Perpindahan Kalor Metode Dasar untuk Kalkulasi Efektivitas Panas
Dua Kriteria Utama Disain HE
Fouling (dirty) factor
>0.003
Pressure drop
2
or 10 psia
Persamaan Neraca Energi
m hc p ,h t h,i t h,o mc c p ,c t c ,i t c ,o mh = laju alir massa aliran panas mc = laju alir massa aliran dingin cp,h = panas jenis aliran panas cp,c = panas jenis aliran dingin
th,i = suhu aliran panas masuk th,o = suhu aliran panas keluar tc,i = suhu aliran dingin masuk tc,o = suhu aliran dingin keluar
Perpindahan Kalor
q C h t h,i t h,o C c t c ,i t c ,o qmax C min t h,i t c ,i
Persamaan Umum Perpindahan Panas melalui Permukaan
Q UATm Q = heat transferred per unit time, W; U = the overall heat transfer coefficient, W/m2.oC; A = heat transfer area, m2; Tm = the mean temperature difference, the temperature driving force, oC
Overall Heat Transfer Coefficient (U) do d o ln di 1 1 1 Uo ho hod 2k w
do . 1 do . 1 d i hid d i hi
Uo = the overall coefficient based on the outside area of the tube, W/m2.oC; ho = outside fluid film coefficient, W/m2.oC; hi = inside fluid film coefficient, W/m2.oC; hod = outside dirt coefficient (fouling factor), W/m2.oC; hid = inside dirt coefficient, W/m2.oC; kw = thermal conductivity of the tube wall material, W/m.oC; di = tube inside diameter, m; do = tube outside diameter, m.
Metode Dasar untuk Kalkulasi Efektivitas Panas 1. 2. 3. 4.
Metode -NTU Metode P-NTU Metode LMTD Metode -P NTU: Number of Transfer Units : Heat exchanger effectiveness P: Thermal effectiveness R: Heat capacity ratio
Hubungan antar Variabel Tanpa Dimensi
Contoh 1: Perhitungan LMTD Fluida panas masuk peralatan pipa-konsentrik pada suhu 300oF dan didinginkan ke 200oF o dengan fluida dingin yang masuk pada 100 F dan dipanaskan hingga 150oF. Apakah seharusnya disusun secara paralel atau kontra?
Dua Macam Aliran
COUNTERFLOW
Fluida Panas
Fluida Dingin
(T1) 300
(t2) 150
(T2) 200
(t1) 100
LMTD
t 2 t1 2.3 log t 2 t1
PARALEL FLOW
Fluida Panas
Fluida Dingin
150 (t2)
(T1) 300
(t1) 100
200 (t2)
100 (t1)
(T2) 200
(t2) 150
50 (t1)
50 (t2-t1)
123.3 LMTD
t 2 t1 2.3 logt 2 t1
150 (t2-t1)
108
Contoh 2: Perhitungan LMTD dengan Suhu Keluar Sama
Fluida panas masuk peralatan pipao konsentrik pada suhu 300 F dan o didinginkan ke 200 F dengan fluida dingin yang masuk pada 150oF dan o dipanaskan hingga 200 F.
Dua Macam Aliran
COUNTERFLOW Fluida Panas
Fluida Dingin
(T1) 300
(t2) 200
(T2) 200
(t1) 150
PARALEL FLOW Fluida Panas
Fluida Dingin
100 (t2)
(T1) 300
(t1) 150
150 (t2)
50 (t1)
(T2) 200
(t2) 200
0 (t1)
50 (t2-t1)
LMTD
t 2 t1 2.3 log t 2 t1
72
150 (t2-t1)
LMTD
t 2 t1 2.3 logt 2 t1
0
Contoh 3: Perhitungan LMTD Saat tc > th
Fluida panas masuk peralatan pipao konsentrik pada suhu 300 F dan o didinginkan ke 200 F secara aliran kontra, dengan fluida dingin yang masuk o pada 100 F dan dipanaskan hingga 275oF.
Dua Macam Aliran
COUNTERFLOW Fluida Panas Fluida Dingin (T1) 300 (T2) 200
(t2) 275 (t1) 100
LMTD
t 2 t1 2.3 log t 2 t1
PARALEL FLOW 25 (th) 100 (tc) 75 (tc-th)
54.3
Contoh 4: Perhitungan LMTD dengan Satu Fluida Isotermal
Fluida dingin dipanaskan dari suhu o o 100 F hingga 275 F dengan uap o panas (steam) pada 300 F.
Dua Macam Aliran
COUNTERFLOW Fluida Panas
Fluida Dingin
(T1) 300
(t2) 275
(T2) 300
(t1) 100
LMTD
t 2 t1 2.3 log t 2 t1
PARALEL FLOW Fluida Panas
Fluida Dingin
25 (t2)
(T1) 300
(t1) 100
200 (t2)
200 (t1)
(T2) 300
(t2) 275
25 (t1)
LMTD
SAMA
t 2 t1 2.3 logt 2 t1
SAMA
Suhu Kalorik atau Suhu Rata-rata
Suhu Kalorik untuk FLUIDA PANAS
Tc T2 Fc T1 T2
Suhu Kalorik untuk FLUIDA DINGIN
t c t1 Fc t 2 t1
Uh Uc Fc adalah faktor suhu kalorik pada K c U c (Fig. 17 Kern)
Fig. 17 Kern
Contoh 5
Minyak mentah dengan 20oAPI o o didinginkan dari 300 F ke 200 F dengan o memanaskan gasolin dingin 60 API dari 80 ke 120oF dalam peralatan beralirankontra. Berapa suhu untuk mengevaluasi U?
Jawaban SHELL Minyak Mentah 20oAPI 300 200 250 100
TUBE Gasolin 60oAPI Suhu Tinggi Suhu Rendah Mean Selisih
120 80 100 40
180 (t2) 120 (t1)
Minyak mentah : pada selisih suhu 100oF maka Kc=0.68 (Fig. 17 Insert) Gasolin : pada selisih suhu 40oF maka Kc0.1
Jawaban
Dipakai Kc yang terbesar: 0.68
∆𝑡1 120 = ∆𝑡2 180
= 0.667 Fc = 0.425
Tc = 200 + (0.425)(100) = 242.5oF tc = 80 + (0.425)(40) = 97.0oF
DOUBLE-PIPE HEAT EXCANGER HE PIPA GANDA Tahapan Perhitungan Disain HE DP
INPUT 1.
2.
3.
4.
Ukuran pipa (panjang, IPS dan Schedule untuk annulus dan inner pipe) Suhu masuk dan keluar (fluida panas dan dingin) Laju massa fluida dingin Fouling factor disain (Table 12)
PIPA
Prosedur Disain Hitung Tav, tav, c, Q, W
LMTD
Perhitungan ho dan hio
Pressure Drop
Perhitungan U, A dan Rd
1. Hitung Tav, tav, c, Q, W HOT FLUID
T1 T2 Tav 2 Hitung c dari Fig. 2 Q W c .T2 T1
COLD FLUID
t1 t 2 t av 2 Hitung c dari Fig. 2
Q w .c .t 2 t1
2. LMTD T1
t2
∆t1 ∆t2
T2 t1
t 2 t1 t 2 t1 LMTD t 2 t 2 2.3 log ln t1 t1
3. Perhitungan ho dan hio ANNULUS, HOT FLUID
D2 (ID Annulus, Table 11) D1 (OD Inner-pipe, Table 11) 2 2 D2 D1 a Flow Area: a 4 Diameter Ekuivalen (De): D22 D12 De D1
Mass velocity:
Ga
INNER PIPE, COLD FLUID
W aa
Viskositas: (Fig. 14 pada Tav) x 2.42 (konversi ke lb/(ft)(hr))
D (ID Inner-pipe, Table 11)
Flow Area:
Mass velocity:
ap
D 2 4
Gp
w ap
Viskositas: (Fig. 14 pada Tav) x 2.42 (konversi ke lb/(ft)(hr))
Diameter Annulus
3. Perhitungan ho dan hio ANNULUS, HOT FLUID
Re:
Re a
INNER PIPE, COLD FLUID
DeGa
a
Heat transfer factor jH diperoleh dari Fig. 24 ka (konduktivitas) diperoleh dari Table 4 (LIQUID) atau Table 5 (GAS) ho (koefisien film): k c ho j H a De k
1/ 3
w
Re p
DG p
p
jH diperoleh dari Fig. 24 k (konduktivitas) diperoleh dari Table 4 (LIQUID) atau Table 5 (GAS) hi (koefisien film): 0.14 k c hi j H D k
0.14
w
Re:
0.14
1.0
1/ 3
w
ID hio hi OD
jH
Konduktivitas panas: LIQUID
Konduktivitas panas: GAS
4. Perhitungan U, A dan Rd UC
hio ho hio ho
U D
UC 1 U C Rd
Q A U D LMTD A External Surface per foot length (Table 11) AAKTUAL L (AKTUAL) * External Surface per foot length
L
UD
Q AAKTUAL LMTD
Rd CALC
UC U D U CU D
5. Pressure Drop (< 10 psi) ANNULUS, HOT FLUID
Hitung De’: De' D D1 ' 2 D Ga ' Hitung Re’: Rea a Hitung f (Eq. 3.47b)
INNER PIPE, COLD FLUID
e
f 0.0035
0.264
f 0.0035
' 0.42 e
R
Specific gravity, s (Table 6) = s x 62.5 4 fG 2 L Hitung Fa: Fa 2 g 2 D' e Ga V Hitung velocity (V): 3600 Entrance and exit losses: 2 a
Fl
V ndphe 2 g'
Pressure Drop:
Pa
Hitung f (Eq. 3.47b)
F a F l 144
0.264 Re
0.42
Specific gravity, s (Table 6) = s x 62.5 4 fG 2 L Hitung Fp: F p 2 g 2 D Pressure Drop: p
Pp
F p 144
Contoh 6.1 Diinginkan untuk memanaskan 9820 lb/hr Benzena dingin dari 80 ke 120oF menggunakan Toluena panas yang menjadi dingin dari 160 ke 100oF Specific gravity pada 80oF masing-masing 0.88 dan 0.87 Fouling factornya 0.002, sedangkan pressure drop yang diperkenankan adalah 10.0 psi Sejumlah pipa hairpin: 20-ft, IPS 2 x 1¼ in tersedia Berapa diperlukan pipa hairpin?
LATIHAN Diinginkan untuk memanaskan 9820 lb/hr Benzena dingin dari 85 ke 130oF menggunakan Toluena panas yang menjadi dingin dari 160 ke 95oF Fouling factornya 0.002, sedangkan pressure drop yang diperkenankan adalah 10.0 psi Sejumlah pipa hairpin: 20-ft, IPS 2½ x 1¼ in tersedia Berapa diperlukan pipa hairpin?
Rangkaian Susunan Paralel Hasil perancangan DPHE dalam contoh sebelumnya memiliki P di bawah yang diperkenankan (10.0 psi) Bagaimana kalau ternyata melebihinya (15 atau 20 psi)? Alternatifnya adalah mem-by-pass sebagian alirannya
Dua Susunan Aliran
Rangkaian DPHE (counterflow)
Rangkaian DPHE (susunan paralel)
Konsekuensi Perubahan Aliran Ada dua konsekuensi perubahan aliran ini 1. Penurunan kecepatan massa Ga dan koefisien film hi, sehingga akan menurunkan UC 2. Rentang suhu fluida panas akan lebih besar tergantung dari berapa porsi aliran yang diby-pass, sehingga akan menurunkan LMTD
Beda Suhu Sebenarnya (∆t)
t T1 t1 1/ n 1 P' nR' 1 R'1 1 2.3 log R'1 R' R' P '
T1 T2 R' dan nt 2 t1
T2 t1 P' T1 t1
Satu Rangkaian Aliran Dingin dan n Paralel Aliran Panas 1/ n 1 P" n 1 2.3 log 1 R" R" 1 R" P"
nT1 T2 R" dan t 2 t1
T1 t 2 P" T1 t1
Contoh 6.2
DPHE beroperasi dengan fluida panas o dalam rangkaian dari 300 sampai 200 F dan fluida dingin dalam 6 aliran paralel dari 190 sampai 220oF Berapa ∆t?
Jawaban FLUIDA PANAS 300 200 R'
T1 T2
FLUIDA DINGIN 190 220
t1 t2
T1 T2 300 200 T t 200 190 0.558 dan P ' 2 1 0.091 nt 2 t1 6220 190 T1 t1 300 190
1/ n 1 P' nR' 1 R'1 1 2.3 log 3.727 R'1 R' R' P ' 0.244
t T1 t1 0.244300 190 26.8 F o
HE dengan KOREKSI VISKOSITAS ()
Fig. 24 asumsinya (/w)0.14 =
1.0 Mengabaikan deviasi sifat-sifat fluida dari aliran isotermal
Untuk fluida nonviskos pada proses pemanasan atau pendinginan tidak membuat kesalahan pada koefisien perpindahan panas Namun ketika suhu dinding-pipa berbeda dengan suhu kaloriknya maka nilai harus dihitung
Koreksi Viskositas a ka c a dengan a ho j H w De k a 1/ 3
ho k c j H a a De k Koreksi viskositas : ho ho a a hio hio p p
1/ 3
hio ho UC hio ho
0.14
1
Suhu Dinding (tw)
t w tc h
o
ho
a
a
hio
p
Tc t c
Penentuan Sifat Fluida Untuk fluida non-oil menggunakan SUHU RATA-RATA Untuk fluida oil menggunakan SUHU KALORIK
Untuk
fluida oil yang VISKOS, menggunakan SUHU DINDING (tw) untuk menentukan viskositas di dinding pipa
Contoh 6.3
6900 lb/hr dari 26oAPI lube oil harus didinginkan dari 450 ke 350oF dengan 72500 lb/hr 34oAPI mid-continent crude oil. Crude oil dipanaskan dari 300 ke 310oF. Fouling factornya 0.003 harus disediakan tiap aliran dan jatuh tekanan yang diperkenankan 10.0 psi. Sejumlah 20-ft hairpins ukuran 3x2 in. IPS tersedia. Berapa banyak harus digunakan dan bagaimana susunannya? Viskositas crude oil dari Fig.14. Untuk lube oil viskositasnya 1.4 cP pada 500oF, 3.0 pada 400oF, dan 7.7 pada 300oF