Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
STUDI PENENTUAN RANCANGAN FLUIDA INJEKSI KIMIA Oleh :
Hestuti Eni, Suwartiningsih, Sugihardjo PPPTMGB ”LEMIGAS” Jl. Ciledug Raya , Kav. 109, Cipulir - Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230 Telp. (021)7394422-Ext.1431 , Fax. (021)7222978 e-mail :
[email protected] ABSTRAK Studi penentuan rancangan fluida injeksi kimia pada skala laboratorium telah dilakukan untuk menunjang implementasi teknologi pengurasan minyak tahap lanjut yang dipersiapkan untuk dapat mereaktivasi suatu lapangan minyak tua (brown field). Beberapa tahap pekerjaan telah dilaksanakan, yang meliputi: screening EOR (Enhanced Oil Recovery), sampling, screening surfaktan, screening polimer dan core flooding Experiment. Berdasarkan screening awal reservoar yang telah dilakukan terhadap beberapa reservoar (Xo, X, Y dan Z) dengan menggunakan kriteria standar yang lazim digunakan pada industri minyak, maka reservoar-reservoar tersebut sesuai untuk dilakukan injeksi surfaktan dan polimer. Lebih lanjut, untuk memastikan kandidat surfaktan yang digunakan mempunyai kompatibilitas dengan air formasi, maka juga telah dilakukan laboratory screening terhadap lima jenis surfaktan, yaitu S-A, S-B, S-C, S-D dan SE. Screening surfaktan ini meliputi uji kompatibilitas, kelakuan fasa, dan tegangan antarmuka (interfacial tension reduction). Dari semua uji tersebut, surfaktan S-E dianggap paling memenuhi syarat untuk core flooding, yang ditunjukkan oleh hasil uji kompatibilitas dengan larutan yang terbentuk jernih dan mengindikasikan tidak terjadi presipitasi. Walaupun uji kelakuan fasa menunjukkan terbentuknya fasa bawah, namun harga IFTnya sangat rendah dibandingkan surfaktan-surfaktan yang lain. Screening polimer yang dilakukan terdiri dari rheologi polimer, uji thermal stability, dan uji filtrasi. Kandidat polimer yang digunakan ada 2 macam, yaitu P-01 dan P-02. Dari rheologi polimer dan uji thermal stability, kedua jenis polimer lolos screening, akan tetapi pada uji filtrasi, laju alir polimer P-02 tidak konstan yang mengindikasikan terjadinya penyumbatan. Oleh karenanya, hanya Polimer P-01 yang memenuhi syarat untuk core flooding. Sehingga, studi ini menghasilkan rancangan fluida injeksi berupa surfaktan S-E dengan konsentrasi 3000 ppm dan polimer P-01 dengan konsentrasi 1000 ppm yang dipersiapkan untuk uji core flooding. Keywords : screening, surfaktan, polimer, rancangan fluida, injeksi (core flooding) PENDAHULUAN Peningkatan Pengurasan minyak tahap lanjut (EOR) merupakan usaha terkini untuk meningkatkan produksi minyak pada lapanganlapangan tua yang telah mengalami penurunan produksi yang signifikan, dimana watercut sudah
sangat tinggi mendekati angka 99% di beberapa lapangan. Pada kondisi ini, harus dilakukan implementasi teknologi pengurasan tahap lanjut agar dapat menaikkan produksi minyak. Mengingat sebagian besar lapangan minyak di Indonesia telah mengalami penurunan produksi atau pada tahap akhir dari primary dan secondary
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
recovery, sedangkan untuk menemukan lapanganlapangan baru sangat sulit karena daerah yang belum dieksplorasi kebanyakan berada di laut dalam yang beresiko tinggi. Oleh karena itu, pengembangan teknologi pengurasan tahap lanjut merupakan keharusan. Ada beberapa teknologi pengurasan tahap lanjut yang sudah dikembangkan para peneliti, disamping penemuan-penemuan baru yang terus berlanjut seperti injeksi mikroba dan fibro-seismik yang masih terus dikembangkan. Beberapa teknologi pengurasan tahap lanjut yang sudah dikembangkan meliputi beberapa jenis, yaitu: injeksi gas, injeksi panas, injeksi kimia, dan beberapa kombinasi darinya seperti WAG (water alternating gas), foam dan sebagainya. Injeksi miselar-polimer, merupakan teknologi EOR yang diharapkan dapat menaikkan produksi minyak. Injeksi bahan kimia ini sangat menjanjikan, terutama pada lapangan-lapangan dangkal yang tidak mungkin dilakukan injeksi gas CO2 atau N2 karena tekanan rekahnya yang rendah. Sebelum implementasi injeksi miselar polimer dilaksanakan di lapangan, perlu dilakukan beberapa tahap studi laboratorium, yaitu penentuan karakteristik batuan dan fluida reservoar, interaksi fluida injeksi dengan batuan/fluida reservoar, studi kelakukan fasa surfaktan dan rheologi polimer, serta percobaan pendesakan.
dan Z. Tabel 1 menampilkan karakteristik reservoar X0, X, Y, dan Z. Jika membandingkan data dari reservoar tersebut dengan kriteria screening, maka dapat disimpulkan bahwa reservoar X0, X, Y, dan Z cocok dengan injeksi kimia.
KARAKTERISTIK RESERVOAR Untuk melakukan uji laboratorium diperlukan percontoh minyak, batuan dan fluida reservoar dari struktur tersebut. Percontoh minyak dan air formasi diambil dari sumur O#14 (formasi BRF) dan sumur O#25 (formasi TAF). Sedangkan percontoh batuan dari struktur tersebut tidak ada, maka sebagai penggantinya diambilkan dari struktur yang terdekat. Komposisi dari percontoh batuan menunjukkan dominan kuarsa (sandstone). Sedangkan karakter minyaknya termasuk klasifikasi medium gravity, dengan API dibawah 30 dan viskositas sekitar 5 s-d 6 cp pada suhu 60oC. Kandungan garam total equivalent NaCl dari air formasi kedua sumur tersebut berturut-turut adalah 15.601 mg/L dan 11.051 mg/L. Kandungan garam secara lengkap air formasi dari sumur O#14dan O#25 ditunjukkan pada Tabel 2.
SCREENING SURFAKTAN SCREENING EOR ( RESERVOAR ) Screening EOR dilakukan dengan mengacu pada EOR Screening Criteria Revisited oleh J.J Taber dkk, 1977, yang menerangkan kriteria parameter batuan dan sifat minyak untuk masingmasing metoda EOR. Sebenarnya metoda screening ini hanya sebagai guidance setiap saat dapat berubah tergantung perkembangan teknologi. Lapisan produktif di lapangan ini terdiri dari beberapa lapisan yang dominan yaitu: X0, X, Y,
Surfaktan adalah zat yang bersifat aktif permukaan, dimana apabila dilarutkan dalam air dan kontak dengan minyak cenderung akan terkonsentrasi pada antar muka minyak-air. Untuk meningkatkan recovery minyak secara optimum, sejumlah penelitian di laboratorium harus dilaksanakan, bukan saja pengukuran harga IFT sebagai parameter terpenting, tetapi juga parameter-parameter lain seperti uji kelakuan fasa, uji kompatibilitas, injektivitas, dan adsorbsi batuan, sebelum implementasi injeksi surfaktan di
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
lapangan. Screening dilakukan pada lima jenis surfaktan, yaitu : S-A, S-B , S-C, S-D dan S-E. Uji Kompatibilitas Uji kompatibilitas merupakan uji screening paling awal untuk mengetahui apakah suatu jenis surfaktan compatible dengan air formasi suatu reservoar. Kelima jenis surfaktan tersebut dilarutkan dalam air formasi dari sumur O#14 dan O#25 masing-masing dengan konsentrasi 0.05%, 0.10%, 0.15%, 0.20%, dan 0.30%. Larutan surfaktan S-A berwarna putih susu (milky color) dan keruh mengindikasikan adanya presipitasi yang berarti tidak kompatibel dengan air formasi dari kedua sumur tersebut. Sedangkan larutan surfaktan S-B dengan air formasi dari sumur O#25 terlihat jernih untuk semua konsentrasi tetapi dalam air formasi dari sumur O#14 terlihat jernih hanya pada konsentrasi 0.05% dan 0.10%. Tabel 3 disajikan seluruh hasil uji kompatibilitas surfaktan S-A dan S-B. Uji kompatibilitas surfaktan S-C, S-D dan S-E menghasilkan larutan yang jernih untuk semua konsentrasi dari kedua air formasi. Gambar 1 menunjukkan hasil uji tersebut. Uji Kelakuan Fasa Larutan surfaktan hasil uji kompatibilitas, masing-masing dicampur minyak dari sumur O#14 dan O#25 dengan volume yang sama, yaitu 3 ml. Campuran tersebut ditutup rapat dalam botol, dikocok, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 80oC selama 2 x 24 jam. Setelah itu, diamati fasa yang terbentuk dari campuran tersebut. Fasa yang mempunyai IFT terendah adalah fasa tengah, namun demikian fasa bawah masih dimungkinkan untuk digunakan dalam flooding apabila IFT juga rendah (ultra low interfacial tension).
Uji kelakuan fasa hanya dilakukan pada surfaktan yang lolos screening uji kompatibilitas, yaitu surfaktan S-C, S-D dan S-E. Hasil dari uji ini diperlihatkan pada Tabel 4 dan Gambar 2. Seluruh hasil tersebut
membentuk fasa bawah (lower phase) yang berarti bahwa ketiga surfaktan terlarut dalam fasa air. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis surfaktan tersebut masih lolos screening tahap uji kelakuan fasa, dengan catatan hasil uji IFT harus cukup rendah, yaitu sekitar 10-3, sehingga dapat dilakukan uji selanjutnya. Uji Tegangan Antarmuka Tegangan antar muka antara minyak/air dengan mikroemulsi merupakan salah satu paremeter utama dalam EOR. Pengukuran nilai tegangan antarmuka menggunakan alat spinning drop tensiometer pada suhu sekitar 60oC. Hasil pengukuran tegangan antarmuka untuk ketiga jenis surfaktan tertera pada Tabel 5. Berdasarkan seluruh hasil pengukuran tegangan antar muka menunjukkan surfaktan S-E dengan konsentrasi 3000 ppm mempunyai harga IFT yang paling kecil.
SCREENING POLIMER Selain surfaktan, polimer juga diperlukan untuk proses chemical flooding, yaitu sebagai fluida pendorong minyak untuk memperbaiki mobilitas rasio. Pada kajian ini, beberapa uji screening seperti rheologi polimer, uji thermal stability dan uji filtrasi dilakukan terhadap 2 (dua) jenis polimer, yaitu P-01 dan P-02. Rheologi Polimer Uji rheologi polimer bertujuan untuk memastikan bahwa viskositas tidak berubah secara signifikan dengan berubahnya shear rate, mengingat larutan polimer yang digunakan termasuk jenis fluida non-Newtonian/ pseudoplastic , yaitu jenis fluida yang harga viskositasnya merupakan fungsi shear rate. Selain itu, uji ini juga untuk menentukan konsentrasi polimer yang optimal untuk core flooding, yaitu konsentrasi dimana viskositas larutan polimer
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
sedikit lebih tinggi di atas minyak , sehingga proses pendesakan minyak menjadi efektif. Injeksi larutan polimer sebagai salah satu metode EOR dimaksudkan untuk menghindari fingering yang kadang terjadi pada injeksi air. Fingering terjadi karena viskositas air sebagai fluida pendesak lebih rendah dibanding fluida minyak yang didesak. Efektifitas penyapuan dapat ditingkatkan dengan penambahan polimer ke dalam air injeksi agar mobilitas air injeksi mengecil. Kedua jenis polimer, P-01 dan P-02 tersebut diperlakukan dengan cara yang sama. Masingmasing polimer dilarutkan dalam air formasi dari sumur O#14 dan O#25 dengan konsentrasi 500, 1000, 1500 dan 2000 ppm. Setiap larutan polimer tersebut diukur viskositas masing-masing pada 6, 12, 30, 60, 100 dan 120 rpm. Pengukuran viskositas polimer yang dibutuhkan adalah pada suhu reservoar, yaitu 106,11oC untuk sumur O#14 dan 103,9oC untuk sumur O#25. Tetapi pengukuran tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung pada suhu reservoar, karena pada suhu tersebut, larutan polimer akan mendidih. Hal ini jelas akan mempengaruhi pengukuran harga viskositas secara signifikan. Oleh karena itu, pengukuran viskositas dilakukan pada suhu ruangan ( 25oC ), 70oC dan 90oC, kemudian dari hasil yang didapat, dilakukan ekstrapolasi harga viskositas pada suhu masing – masing reservoar. Gambar 3 memperlihatkan hasil plot viskositas terhadap shear rate. Berdasarkan hasil plot tersebut, harga viskositas kedua jenis polimer tidak berubah secara signifikan dengan berubahnya shear rate. Jadi, kedua jenis larutan polimer tersebut masuk dalam kriteria larutan polimer yang dapat diimplementasikan dalam metoda EOR. Dari plot konsentrasi vs viskositas, didapatkan konsentrasi yang optimum untuk core flooding adalah 1000 ppm untuk polimer P-01 ( untuk kedua sumur ), sedangkan polimer P-02 masingmasing 600 dan 1100 ppm untuk sumur O#14 dan O#25.
Uji Thermal Stability Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas larutan polimer selama mengalir dalam media berpori adalah degradasi polimer, yaitu terputusnya rantai molekul polimer menjadi unitunit yang lebih kecil. Ini merupakan fenomena kehilangan berat molekul polimer yang tentunya akan menyebabkan pengurangan viskositas. Salah satu jenis degradasi polimer adalah degradasi thermal yang disebabkan oleh suhu yang tinggi. Oleh sebab itu, dalam kajian ini, perlu dilakukan uji thermal stability. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan viskositas larutan polimer, jika dipanaskan sampai pada suhu tertentu, dalam hal ini suhu reservoar. Uji dilakukan pada larutan polimer P-01 dan P-02 dengan air formasi O#14 (Tres = 106,1oC) dan O#25 (Tres = 103,9oC) pada konsentrasi 500 ppm. Keempat larutan polimer tersebut dimasukkan dalam botol tertutup rapat dan dipanaskan pada suhu reservoir selama 24 jam. Setelah itu, dilakukan pengukuran kembali harga viskositas polimer tersebut. Untuk uji ini, diambil data harga viskositas polimer sebelum dan sesudah dipanaskan (Tabel 6). Plot harga viskositas terhadap suhu terdapat pada Gambar 4 yang menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari harga viskositas larutan polimer antara sebelum dan sesudah dipanaskan. Dengan demikian, viskositas kedua jenis polimer tersebut stabil terhadap perubahan suhu. Uji Filtrasi Penurunan harga permeabilitas batuan dapat terjadi selama uji core flooding dengan menggunakan larutan polimer. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, dilakukan uji filtrasi. Uji dilakukan dengan menggunakan kertas saring (membran) berukuran 3 mikron, yaitu dengan cara mencatat waktu yang diperlukan untuk melewatkan sejumlah fluida melalui kertas saring tersebut.
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
Selain larutan polimer, air formasi juga diukur sebagai pembanding. Hasil uji filtrasi larutan polimer P-01 menunjukkan kemiringan garis (slope) yang relatif konstan. Hal ini berarti molekul-molekul polimer P-01 tidak mengakibatkan adanya penyumbatan. Namun, tidak demikian dengan larutan polimer P-02. Garis yang terbentuk cenderung mendatar, berarti mempunyai harga kemiringan tidak konstan, yang berarti ada kecenderungan terjadi penyumbatan molekul-molekul polimer saat melewati membran. Kemungkinan hal ini akan terjadi juga pada saat core flooding melewati batuan berpori yang tentunya sangat tidak diharapkan. Plot hasil pengukuran uji filtrasi larutan polimer dan air formasi dari sumur O#14 & O#25 ditampilkan pada Gambar 5. Berdasarkan hasil uji ini, maka polimer P-01 terpilih untuk core flooding. CORE FLOODING Studi ini menghasilkan rancangan fluida injeksi berupa surfaktan S-E dengan konsentrasi 3000 ppm dan polimer P-01 dengan konsentrasi 1000 ppm yang dipersiapkan untuk uji core flooding.
KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan : 1. Dari 5 jenis surfaktan yang telah discreening, surfaktan S-E dengan konsentrasi 3000 ppm
mempunyai IFT paling rendah sehingga bisa dipertimbangkan untuk digunakan dalam uji core flooding. 2. Polimer P-01 terpilih untuk uji core flooding karena lolos semua uji screening. 3. Perlu tambahan jenis surfaktan yang akan diuji dengan cara menjalin kerja sama dengan vendor surfaktan agar diperoleh surfaktan dengan fasa tengah. 4. Perlu dilakukan kajian laboratorium lanjutan secara lebih rinci seperti uji adsorbsi dan core flooding experiment. DAFTAR PUSTAKA 1. Taber J.J., Martin F.D., Seright, R.S.,: "EOR Screening Criteria Revisited-Part 1 and Part 2: Introduction to Screening Criteria and Enhanced Recovery Field Projects", SPE Reservoir Engineering, Agustus 1997, hal 189205. 2. Healy, R.N., Reed, R.L.,:"Immiscible Microemulsion Flooding", SPE 5817. SPEJ April 1977, hal. 129-139. 3. Salanger J.L., Borel M., Schechter R.S., Wade W.H., Vasquez E.,: "Optimum Formulation of Surfactant/Oil/Water Systems for Minimum Interfacial Tension or Phase Behavior", SPE 7054. SPEJ April 1979, hal. 107-115. 4. Holm L.W., Robertson S.D.,:“Improved Micellar-Polimer Flooding with High pH Chemicals”, SPE 7583, Okt. 1978.
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
TABEL 1. HASIL SCREENING RESERVOIR LAPISAN X0, X, Y, DAN Z No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sifat Minyak dan Karakteristik Reservoar Gravity Minyak Viskositas Minyak Saturasi Minyak Jenis Formasi Permeabilitas rata-rata Kedalaman Suhu Reservoar Tekanan Reservoar Awal Tekanan Reservoar Sekarang Porositas rata - rata Saturasi air rata - rata OOIP Np Komulatif Prod Sisa Cadangan
o
API cp % SS/CB mD ft, ss o F
Metoda Injeksi Micelar, Alkali, Polimer > 20 35 < 35 13 > 35 53 Disukai SS >10 450 <9,000 3250 <200 80
Sifat Minyak Dan Karakteristik Reservoar Lapisan-Xo
Lapisan-X
Lapisan-Y
Lapisan-Z
24 2.94
25 3.00
67.00
58.35
CB 160 3795
SS 820 3996
25 3.00 54.00 SS 500 4051 220 1583 24.4 27.5 5229.82 1332.42 27.33
25.68 2.00 63.24 SS 4096 1692 21 35 3092.38 83.7 111.12
psig psig % % MSTB MSTB MSTB
223
218
1450
1227
742
811
28.00 25.5 54542.11 5448.79 10913.84
24.40 27.5 1885.39 367.85 80.87
TABEL 2. ANALISA AIR FORMASI O#14 DAN O#25 O #14
C o m p o n e n ts
O #25
m e q /l
m g /l
m e q /l
m g /l
+
1 0 9 .0 5
2 ,5 0 7 .0 0
6 2 .9 0
1 ,4 4 7 .0 0
+2
0 .8 4 3 .0 6 0 .0 0 0 .0 1 1
1 6 .9 2 3 7 .2 0 0 .0 0 0 .7 3
1 .2 2 2 .4 5 0 .0 0 0 .0 0 7
2 4 .5 0 2 9 .8 0 0 .0 0 0 .4 5
2 7 4 .1 7
9 ,7 2 0 .0 0
2 4 2 .5 7
8 ,6 0 0 .0 0
3 9 .7 9
2 ,5 2 7 .8 0
3 2 .2 7
1 ,9 6 9 .0 8
C A T IO N S N a
S o d iu m
C M F B
C a lc iu m M a g n e s iu m Iro n B a r iu m
a +2 g +2 e +2 a
A N IO N S C h lo r id a B ic a r b o n a te
Cl
-
H C O
S u lf a t e
SO
4
C a rb o n a te
C O
3
3 -2
-
0 .0 0
0 .0 0
0 .0 0
0 .0 0
-2
3 .2 0
9 6 .0 0
1 0 .6 4
3 1 9 .2 0
-
0 .0 0 0 .0 0 1 3 ,0 0 0 .0 0 1 .7 9 9 0 1 .0 1 2 6 8 .3 1 5 ,6 0 1 .0 0
O H H y d r o x id e T D S ( m g /L ) R e s is t iv it y ( o h m - m ) o o S p .G r. a t 6 0 F /6 0 F o pH @ 77 C T o ta l E q . N a C l C o n s e n t r a t io n
0 .0 0 0 .0 0 1 1 ,1 0 0 .0 0 1 .7 8 9 0 1 .0 1 8 .7 1 1 ,0 5 1 .0 0
TABEL 3. UJI KOMPATIBILITAS SURFAKTAN S-A & S-B DENGAN AIR FORMASI konsentrasi 0.05% 0.10% 0.15% 0.20%
S-A O#14 makro emulsi sedikit endapan makro emulsi sedikit endapan makro emulsi sedikit endapan makro emulsi sedikit endapan
S-B O#25 makro emulsi sedikit endapan makro emulsi sedikit endapan makro emulsi sedikit endapan makro emulsi sedikit endapan
O#14 jernih
O#25 jernih
jernih
jernih
jernih sedikit endapan jernih sedikit endapan
jernih jernih
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
TABEL 4. UJI KELAKUAN FASA SURFAKTAN S-A, S-B DAN S-C Jenis Surfaktan
S-C
S-D
S-E
Minyak & konsentrasi Air Formasi 0.100 O#14 0.200 0.300 0.100 O#25 0.200 0.300 0.100 0.200 O#14 0.300 0.100 0.200 O#25 0.300 0.100 O#14 0.200 0.300 0.100 O#25 0.200 0.300
Uraian
kelakuan fasa
jernih
fasa bawah
jernih
fasa bawah
jernih jernih jernih, warna kecoklatan jernih keruh, warna kecoklatan keruh, warna kecoklatan
fasa bawah
fasa bawah
jernih
fasa bawah
jernih jernih keruh, warna kecoklatan
fasa bawah
TABEL 5. HASIL PENGUKURAN TEGANGAN ANTARMUKA J e n is S u r f a k t a n
M in y a k & A ir F o r m a s i O #14
S -C O #25
O #14 S -D O #25
O #14 S -E O #25
k o n s e n tra s i ( % ) 0 .1 0 0 0 .2 0 0 0 .3 0 0 0 .1 0 0 0 .2 0 0 0 .3 0 0 0 .1 0 0 0 .2 0 0 0 .3 0 0 0 .1 0 0 0 .2 0 0 0 .3 0 0 0 .1 0 0 0 .2 0 0 0 .3 0 0 0 .1 0 0 0 .2 0 0 0 .3 0 0
IF T d y n e /c m 1 .7 2 E - 0 1 1 .6 2 E - 0 3 1 .2 8 E - 0 1 1 .2 2 E - 0 1 6 .4 5 E -0 2 1 .0 4 E - 0 1 1 .2 3 E - 0 1 1 .1 8 E - 0 1 2 .1 1 E - 0 2 6 .9 5 E - 0 2 7 .2 8 E - 0 2 1 .3 2 E - 0 1 1 .0 8 E - 0 2 4 .7 5 E - 0 3 1 .3 0 E - 0 2 3 .8 3 E - 0 2 3 .2 5 E - 0 3
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
TABEL 6. PERBANDINGAN VISKOSITAS POLIMER SEBELUM DAN SESUDAH DIPANASKAN Jenis Polimer
Air Formasi
Pemanasan sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah
O#14 P-01 O#25 O#14 P-02 O#25
S-A 0,05
S-A 0,10
S-A 0,15
Keruh ( milky color )
S-A 0,20
Viskositas ( cP ) pada suhu ( oC ) 25 70 90 3.9 2.25 1.7 3.9 1.9 2.07 8.22 4.95 4.12 8.33 4.83 4.03 9.18 5.3 3.4 9.42 4.65 3.45 3.5 1.77 1.68 3.5 1.92 1.57
S-C 0,1%
S-C 0,2%
S-C 0,3%
Jernih
GAMBAR 1. CONTOH HASIL UJI KOMPATIBILITAS SURFAKTAN DAN AIR FORMASI
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
0,3
0,3 0,2
0,1
0,1 0,1
S-D
S-C
0,2
0,3
0,2
S-E
GAMBAR 2. UJI KELAKUAN FASA SURFAKTAN DAN AIR FORMASI O#14
Rheologi Polimer P-01 + AF O#25
Rheologi Polimer P-02+ AF O#25
40
50
30 25
500 ppm
45
500 ppm
1000 ppm
40
1000 ppm
1500 ppm
35
1500 ppm
30
2000 ppm
viskositas ( cP )
viskositas ( cP )
35
2000 ppm
20 15 10
25 20 15 10
5
5
0
0
0
20
40
60 80 shear rate ( s-1 )
100
120
140
0
20
40
60 80 shear rate ( s-1 )
100
120
140
GAMBAR 3. RHEOLOGI POLIMER
Thermal Stability Polimer P-01
Thermal Stability Polimer P-02 sebelum-O#14
10
sesudah-O#14
8
sebelum-O#25
6
sesudah-O#25
4 2 0
viskositas ( cP )
viskositas ( cP )
10
sebelum-O#14 sesudah-O#14
8
sebelum-O#25
6
sesudah-O#25
4 2 0
0
20
40
60
suhu ( oC )
80
100
0
20
40
suhu ( oC )
60
80
100
GAMBAR 4. UJI THERMAL STABILITY ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33
Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta
_______________________________________________________________________________
Uji Filtrasi dengan Air form asi O#14
600
Volume ( ml )
500 400
Air Formasi
300
P-01
200
P-02
100 0 0
200
400
600 800 Time ( sec )
1000
1200
GAMBAR 5. UJI FILTRASI POLIMER DENGAN AIR FORMASI O#14
___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-33