STUDI PENATAGUNAAN POTENSI AIR DI WILAYAH SUB DAS LESTI KABUPATEN MALANG 1
Farah Ni’matul Laili Prilianda1, Widandi Soetopo2, Linda Prasetyorini2 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jl. MT. Haryono Gg I No. 21 Malang 65145 Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Studi ini akan membahas tentang penatagunaan potensi air di wilayah Sub DAS Lesti Kabupaten Malang dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan penggunaan air di masa yang akan datang. Saat ini kebutuhan air terbesar pada Sub DAS Lesti selain untuk kebutuhan air domestik, non domestik perikanan, peternakan, industri, sebagian besar digunakan untuk irigasi. Sehingga masih terdapat kelebihan debit dari ketersediaan air pada Sub DAS Lesti. Dengan membuat tiga alternatif masa tanam. Alternatif I masa tanam bulan November periode I, Alternatif II masa tanam bulan Desember periode I, Alternatif III masa tanam bulan Januari periode I. masingmasing kebutuhan dihitung dengan metode LPR-FPR. Manfaat dengan membuat tiga alternatif adalah untuk memilih alternatif terbaik yang memiliki kebutuhan air irigasi terkecil, sehingga kelebihan debit akan menjadi lebih besar. Kelebihan debit tersebut dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air di sektor lain serta sebagai tambahan inflow di Waduk Sengguruh bersamaan dengan debit dari Sungai Brantas Hulu. Setelah dilakukan perhitungan tiga alternative, dipilih alternatif I masa tanam bulan November sebagai alternatif terbaik dengan kebutuhan air irigasi terkecil yaitu sebesar 734,418 juta m3/tahun dan kelebihan debit terbanyak yaitu sebesar 726,300 juta m3/tahun. Kata Kunci: Sub DAS, ketersediaan air, kebutuhan air, neraca air, penatagunaan potensi air. ABSTRACT This study will discuss about the arrangement of water potential in Lesti Sub Watershed, sub province of Malang. The purpose of this research is to optimize the function and usage of water in future. These days, the highest demand of water in Lesti Sub Watershed is not only for the domestic demand but also for the fishery, animal husbandry, and industry sector that mostly are used for irigation. Hence, Lesti Sub Watershed still has more water flows in it’s water supply with make three alternative of planting period. First alternative of the planting period is on first November, second alternative is on first Desember, and the third alternative is on first January. Every demand of water are counted with LPR-FPR method. The function of that three alternative are to choose the best alternative that has least of water usage in irigation process , therefore it will increase more water flows. The more flows can be used for water usage in others sector as inflow added, equally with Brantas River flow in Sengguruh Dam. After the calculation of that three alternative has finished, then the first alternative with planting period on November is chosen as the best alternative that has the least of water irigation usage about 734,418 million m3 / year and the most flow surplus, 726.300 million m3/year. Keywords : Lesti Sub Watershed, water supply, water demand, water balance, water potential arrangement.
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai mempunyai kawasan tampungan air yang akan masuk ke suatu badan sungai secara umum dinamakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.7 Tahun 2004 tentang sumber daya air tentang Sumber Daya Air, Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anakanak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas darat merupakan pemisah topografis dan batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Pada suatu DAS diperlukan manajemen air yang baik. Manajemen air didefinisikan sebagai suatu cara pengelolaan air dari suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang digunakan untuk berbagai kepentingan guna untuk pengambilan keputusan yang paling optimal. Optimal dalam arti memperoleh keuntungan bersih maksimum pada masing-masing peruntukkannya. Dalam rangka memanfaatkan dan melestarikan Daerah Aliran Sungai (DAS) agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan dan penggunaan air di masa yang akan datang, perlu adanya studi tentang penatagunaan dan pemanfaatan potensi air di Sub DAS Lesti. 1.2.
Identifikasi Masalah Kabupaten Malang merupakan wilayah dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi dengan kebutuhan air bersih yang cukup tinggi pula. Sehingga untuk dapat selalu memenuhi kebutuhan penduduk di Kabupaten Malang baik kebutuhan dalam sektor air baku, irigasi, PLTA, perikanan, dan lain-lain perlu diadakan
penataan potensi dan pemanfaatan air agar ketersediaan air tetap terjaga sepanjang tahun. Pada Sub DAS Lesti memiliki potensi sumber daya air yang melimpah baik berupa sungai maupun mata air. Selama ini potensi air Sungai Lesti sebagian besar dimanfaatkan untuk irigasi. Sehingga masih terdapat sisa dari ketersediaan air pada Sub DAS Lesti. Dengan pemanfaatan potensi sumber daya air melalui penatagunaan yang baik merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan keberlanjutan sumber daya air serta pemanfaatan air sungai dapat berjalan lama dan dapat mencapai manfaat sebesar-besarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. 1.3.
Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui besarnya ketersediaan air, besarnya total kebutuhan air, kondisi neraca air dan mengetahui hasil penatagunaan potensi air di Sub DAS Lesti. Manfaat dari studi ini adalah untuk menambah wawasan dan memberikan masukan dalam rangka kajian mengenai studi penatagunaan potensi air, sebagai masukan kepada pengelola sumber daya air Sub DAS Lesti antara lain: Balai Besar Pengelolaan Wilayah Sungai Brantas, Dinas Pengairan Kabupaten Malang dan sebagai bahan masukan prediksi terhadap kondisi Sub DAS Lesti Kabupaten Malang, agar dapat menjaga kelestarian sungai serta memanajemen air untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan peruntukkannya. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketersediaan Air Sungai Untuk mengetahui ketersediaan air sungai diperlukan data yang cukup panjang dan handal, sehingga informasi keragaman debit terhadap waktu dan kejadian debit rendah dan tinggi dapat tercakup dan mewakili kejadian-
kejadian tersebut. metode yang digunakan dalam analisis distribusi peluang adalah metode Weibull. Rumusan peluang yang diberikan adalah: P(Xm) = , atau T(Xm) = 2.2.
Kebutuhan Air Kebutuhan air secara umum dapat dibagi dalam dua kategori yaitu kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan irigasi dan kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan non irigasi. Untuk kebutuhan air non irigasi sendiri masih dibagi menjadi kebutuhan air untuk keperluan domestik, non domestik, industri, peternakan perikanan dan penggelontoran. a. Kebutuhan air domestik Menurut Linsley (1968) kebutuhan air untuk keperluan domestik digunakan di tempat-tempat hunian pribadi, rumah-rumah, apartemen, dan sebagainya untuk minum, mandi, penyiraman taman, sanitasi dan tujuantujuan lainnya. Untuk menentukan kebutuhan untuk keperluan domestik dipergunakan rumus berikut : Qrt Pt Un Dengan : Qrt = Jumlah kebutuhan air penduduk (liter/detik) Pt = Jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan (jiwa) Un = Nilai kebutuhan air perkapita per tahun (liter/jiwa/hari) b. Kebutuhan air non domestik Kebutuhan air non domestik atau sering juga disebut kebutuhan air perkotaan (municipal) adalah kebutuhan air untuk fasilitas kota, seperti fasilitas komersial, fasilitas pariwisata, fasilitas ibadah, fasilitas kesehatan dan fasilitas pendukung kota lainnya. Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan prosentase dari jumlah kebutuhan rumah tangga, berkisar
antara 25 - 40% dari kebutuhan air rumah tangga. c. Kebutuhan air industri Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri, termasuk bahan baku, kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri. Untuk menentukan kebutuhan air industri menggunakan rumus: Qid = Ji x Si Dengan : Qid = Kebutuhan air industri (lt/detik) Ji = Jumlah industri Si = Standart kebutuhan air industri (lt/detik) d. Kebutuhan air perikanan Kebutuhan ini meliputi untuk mengisi kolam pada saat awal tanam dan untuk penggantian air. Penggantian air bertujuan untuk memperbaiki kondisi kualitas air dalam kolam. Dalam studi ini standar kebutuhan air perikanan ditentukan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2002. Perhitungan kebutuhan air untuk tambak dibagi menjadi tiga kategori yaitu, tambak intensif, setengah intensif dan tambak sederhana. e. Kebutuhan air peternakan Kebutuhan air rata-rata untuk ternak ditentukan dengan mengacu pada hasil penelitian dari FIDP yang dimuat dalam Technical Report National Water Resources Policy tahun 1992. Secara umum kebutuhan air untuk ternak dapat diestimasikan dengan cara mengkalikan jumlah ternak dengan tingkat kebutuhan air f. Kebutuhan air irigasi Kebutuhan air irigasi dihitung dengan menggunakan metode LPRFPR. nilai LPR adalah perbandingan kebutuhan air antara jenis tanaman satu dengan jenis tanaman lainnya. Sedangkan Faktor Palawija Relatif (FPR) merupakan metode perhitungan kebutuhan air irigasi yang berkembang di Jawa Timur dengan rumus:
FPR
Q LPR
Dengan : FPR = Faktor Palawija Relatif (ltr/det/ha.pol) Q = Debit yang mengalir di sungai (ltr/det) LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol) g. Kebutuhan air penggelontoran Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai bisa diestimasi berdasarkan studi yang dilakukan oleh IWRD (The Study for Formulation of Irrigation Development Program in The Republic of Indonesia (FIDP), Nippon Koei Co., Ltd., 1993), yaitu perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan per kapita. 2.3.
Neraca Air Konsep dasar neraca air pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk, yang tersedia dan yang keluar dari sistem (sub sistem) tertentu. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam studi ini dirumuskan sebagai berikut: (Sri Harto Br, 2000) I = O + DS Dengan: I = masukan (inflow) O = keluaran (outflow) 3. METODOLOGI PENELITIAN Tahapan pengerjaan studi ini dapat dilihat pada diagram berikut: Mulai
Data Debit
Data Penduduk
Data Industri
Data Perikanan
Data Peternakan
Data Peternakan
Data Air Irigasi
Perhitungan Q Andalan
Perhitungan Kebutuhan Air Penduduk
Perhitungan Kebutuhan Air Industri
Perhitungan Kebutuhan Air Perikanan
Perhitungan Kebutuhan Air Peternakan
Perhitungan Kebutuhan Air Penggelontoran
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Ketersediaan Air Ketersediaan air permukaan pada studi ini diperhitungkan dari ketersediaan air sungai yang ada di Sub DAS Lesti. Data yang didapat adalah debit aliran sungai Lesti bulanan selama 10 tahun dari Stasiun Pengukur Aliran Sungai (SPAS) yang mempunyai tipe otomatis yaitu AWLR (Automatic Water Level Recorded) Stasiun Tawangrejeni. Ketersediaan air di Sub DAS Lesti mempunyai cakupan wilayah administratif yang meliputi 12 Kecamatan, yaitu Turen, Gondanglegi, Tirtoyudo, Pagelaran, Sumbermanjing, Poncokusumo, Dampit, Wajak, Bululawang, Gedangan, Bantur, dan Pagak. Tabel 1. Ketersediaan Debit Aliran Sungai Lesti Stasiun Tawangrejeni
4.2.
Kebutuhan Air di Sub DAS Lesti 4.2.1. Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang ada di Sub DAS Lesti dan standar kebutuhan air. Dengan rincian perhitungan sebagai berikut: Tabel 2. Kebutuhan Air Domestik 2013
Kebutuhan Air Kebutuhan Air Domestik Non Domestik
Jumlah Penduduk
Kebutuhan Air Domestik 2013
Kecamatan
2013
(juta m3/tahun)
Turen
119,270
4,35
Gondanglegi
85,782
3,13
Alternatif I
Tirtoyudo
65,649
2,40
Alternatif II
Pagelaran
72,042
2,63
Ketersediaan Air Permukaan Kebutuhan Air Penduduk
Kebutuhan Air Industri
Analisa Ketersediaan Air
Kebutuhan Air Perikanan
Total Kebutuhan Air
Kebutuhan Air Peternakan
Kebutuhan Air Penggelontoran
Kebutuhan Air Irigasi
RM. 2
RM. 1 Analisa Neraca Air
RM. 3
Penatagunaan Sumber Daya Air
Alternatif III Alternatif Terbaik
RM. 4 Keterangan:
Selesai
RM. = Rumusan Masalah
industri dan jumlah industri tersebut.
pekerja
Sumbermanjing
96,971
3,54
Poncokusumo
96,441
3,52
Dampit
119,825
4,37
Wajak
87,661
3,20
Bululawang
67,210
2,45
Gedangan
59,000
2,15
Turen
0,004818
Bantur
74,832
2,73
Gondanglegi
-
Pagak
52,283
1,91
Tirtoyudo
-
Total
996,966
36,39
Pagelaran
-
Sumbermanjing
-
4.2.2. Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan air non domestik atau sering juga disebut kebutuhan air perkotaan adalah kebutuhan air untuk fasilitas kota, seperti fasilitas komersial, fasilitas pariwisata, fasilitas ibadah, fasilitas kesehatan dan fasilitas pendukung kota lainnya. Kebutuhan air perkotaan setiap Kecamatan di Kabupaten Malang adalah 25% dari kebutuhan rumah tangga. Tabel 3. Kebutuhan Air Non Domestik 2013
Kecamatan
Kebutuhan Air Domestik 2013 (juta m3/tahun)
Turen
4,35
1,09
Gondanglegi
3,13
0,78
Tirtoyudo
2,40
0,60
Pagelaran
2,63
0,66
Sumbermanjing
3,54
0,88
Poncokusumo
3,52
0,88
Kebutuhan Air Non Domestik 2013 (juta m3/tahun)
pada
Tabel 4. Kebutuhan Air Industri 2013 Kebutuhan Air
Kecamatan
Industri
Poncokusumo
-
Dampit
0,002409
Wajak
-
Bululawang
0,00782925
Gedangan
-
Bantur
-
Pagak
0,002409
Total
0,01746525
4.2.4. Kebutuhan Air Perikanan Kebutuhan air perikanan dapat dihitung berdasarkan dari data luas kolam, sawah tambak, tambak dan perairan umum untuk budidaya perikanan dikalikan dengan standar kebutuhan air perikanan. Perhitungan kebutuhan air untuk perikanan dibagi menjadi tiga kategori yaitu, tambak sederhana, mina padi dan kolam. Tabel 5. Kebutuhan Air Perikanan 2013 2013 Kecamatan Turen
1,35
Mina Padi 0,02
0,54
Gondanglegi
1,63
0,00
0,00
2,73
0,68
Tirtoyudo
0,00
0,00
0,67
1,91
0,48
Pagelaran
0,46
0,00
0,00
36,39
9,10
Sumbermanjing
0,00
0,00
0,29
Poncokusumo
0,74
0,00
0,00
Dampit
0,00
0,00
0,00
Wajak
6,48
0,02
0,00
Bululawang
0,75
0,00
0,00
Gedangan
0,00
0,00
0,75
Bantur
0,34
0,00
0,00
Dampit
4,37
1,09
Wajak
3,20
0,80
Bululawang
2,45
0,61
Gedangan
2,15
Bantur Pagak Total
4.2.3. Kebutuhan Air Industri Besarnya kebutuhan air industri dapat dihitung dengan menggunakan standar kebutuhan air industri berdasarkan pada proses atau jenis
Kolam
Tambak 0,00
Pagak
0,00
0,00
0,00
Sub Total
11,75
0,03
1,71
Total
13,49
4.2.5. Kebutuhan Air Peternakan Kebutuhan air untuk ternak dihitung berdasarkan jumlah ternak dan standar kebutuhan air bagi masingmasing jenis ternak. Jenis usaha ternak yang ada diwilayah sub DAS Lesti Kabupaten Malang yaitu, sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras petelur, ayam pedaging, dan itik. Tabel 6. Kebutuhan Air Peternakan 2013 Kecamatan Ampelgading Dampit Poncokusumo Sumbermanjing Wetan Tirtoyudo Turen Wajak Total
Kebutuhan Air Peternakan 0,11530 0,10558 0,12884 0,09541 0,06869 0,10692 0,14955 0,77030
4.2.6. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi di Sub DAS Lesti dihitung berdasarkan luas baku sawah dan standar kebutuhan air irigasi dengan menggunakan metode LPR-FPR. Daerah Irigasi (D.I) Sumber Wuni merupakan salah satu D.I yang terletak dalam Sub DAS Lesti dengan luas 421 Ha yang diharapkan dapat merepresentasikan kebutuhan air irigasi yang ada di Sub DAS Lesti. Pada studi ini, dilakukan 3 alternatif dalam penentuan jadwal masa tanam guna mencari kebutuhan air irigasi yang paling minimum.
Tabel 7. Kebutuhan Air Irigasi 2013 Tiap Alternatif Kebutuhan Air Rerata Keterangan (ltr/dtk) (ltr/dtk/ha) Alternatif I Alternatif II Alternatif III
126,575 140,509 150,163
1,251 1,429 1,531
4.2.7. Kebutuhan Air Penggelontoran Sungai Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai dimaksudkan untuk menjaga tetap adanya aliran di sungai. Penggelontoran sungai dilakukan 1 kali setiap tahun pada waktu musim kemarau dengan intensitas penggelontoran selama 12 jam/hari selama 10 hari. Tabel 8. Kebutuhan Air Penggelontoran Sungai 2013 1
Debit (m3/detik) 15
2
15
3
25
4
25
5
25
6
15
7
15
8
15
9
15
10
15
11
15
No
12
15
Rerata
17,5
4.3.
Debit (Juta m3/tahun)
7,56
7,56
Neraca Air Neraca air menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk, yang tersedia dan yang keluar dari sistem (sub sistem) tertentu. Berikut merupakan hasil rekapitulasi neraca air dari 3 alternatif:
Tabel 9. Rekapitulasi Neraca Air 3 Alternatif
dapat memberikan kelebihan debit yang lebih besar. Kelebihan debit tersebut dapat dimanfaatkan pada sektor lain dan dapat digunakan sebagai tambahan inflow di Waduk Sengguruh. 4.5.
Berikut merupakan grafik neraca air dari ketiga alternatif:
Gambar 1. Grafik Neraca Air Eksisting Sub DAS Lesti
4.4. Penatagunaan Sumber Daya Air Dari tabel hasil neraca air, disimpulkan bahwa total kebutuhan masing-masing alternatif berbeda. Alternatif I dengan awal masa tanam bulan November Periode I memiliki total kebutuhan sebesar 790,96 juta m3/tahun dan memiliki kelebihan debit sebesar 726,30 juta m3/tahun. Alternatif II dengan awal masa tanam bulan Desember Periode I memiliki total kebutuhan sebesar 895,55 juta m3/tahun dan memiliki kelebihan debit sebesar 621,71 juta m3/tahun. Alternatif III dengan awal masa tanam bulan Januari Periode I memiliki total kebutuhan sebesar 955,39 juta m3/tahun dan memiliki kelebihan debit sebesar 561,87 juta m3/tahun. Dengan tujuan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat yang berada di wilayah Sub DAS Lesti Kabupaten Malang, maka alternatif I dapat dipilih sebagai alternatif yang terbaik karena memiliki total kebutuhan paling kecil sehingga
Proyeksi Kebutuhan Air Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan kebutuhan air. Proyeksi jumlah penduduk digunakan untuk menghitung tingkat kebutuhan air baku pada masa mendatang. Proyeksi jumlah penduduk di suatu daerah dan pada tahun tertentu dapat dilakukan apabila diketahui tingkat pertumbuhan penduduknya Selain itu juga dilakukan peramalan pada masing-masing kebutuhan air lainnya. Berikut merupakan hasil rekapitulasi proyeksi kebutuhan air dari tahun 2013-2035: Tabel 10. Proyeksi Kebutuhan Air Total Kebutuhan
Neraca Air
2013
790,953
726,307
2014
791,721
725,539
2015
792,497
724,763
2016
793,283
723,977
2017
794,078
723,182
2018
794,884
722,376
2019
795,700
721,560
2020
796,527
720,733
2021
797,366
719,894
2022
798,217
719,043
799,081
718,179
2024
799,959
717,301
2025
800,850
716,410
2026
801,757
715,503
2027
802,679
714,581
2028
803,618
713,642
2029
804,574
712,686
2030
805,548
711,712
2031
806,541
710,719
2032
807,554
709,706
2033
808,589
708,671
Tahun
2023
Debit Sungai
1517,260
2034
809,645
707,615
2035
810,724
706,536
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Total ketersediaan air di wilayah Sub DAS Lesti Kabupaten Malang eksisting tahun 2013 adalah sebesar 1517,260 juta m3/tahun yang didapatkan dari ketersediaan air permukaan yaitu debit aliran Sungai Lesti. Dalam studi ini tidak membahas tentang ketersediaan air dari mata air maupun air tanah. 2. Total kebutuhan air di wilayah Sub DAS Lesti Kabupaten Malang pada tahun 2013 dengan tiga alternatif memiliki rincian sebagai berikut: Alternatif I Total kebutuhan air sebesar 790,9596 juta m3/tahun dihitung berdasarkan kebutuhan air domestik sebesar 36,39 juta m3/tahun (4,600%), kebutuhan air non domestik sebesar 9,10 juta m3/tahun (1,150%), kebutuhan air untuk keperluan industri sebesar 0,0241 juta m3/tahun (0,003%), kebutuhan air untuk peternakan sebesar 0,7703 juta m3/tahun (0,097%), kebutuhan air untuk perikanan sebesar 2,7002 juta m3/tahun (0,341%), kebutuhan air untuk irigasi sebesar 734,4185 juta m3/tahun (92,852%), dan kebutuhan air untuk pemeliharaan (riparian) sungai sebesar 7,56 juta m3/tahun (0,955%). Alternatif II Total kebutuhan air sebesar 895,5488 juta m3/tahun dihitung berdasarkan kebutuhan air domestik sebesar 36,39 juta m3/tahun (4,063%), kebutuhan air non domestik sebesar 9,10 juta
m3/tahun (1,015%), kebutuhan air untuk keperluan industri sebesar 0,0241 juta m3/tahun (0,003 %), kebutuhan air untuk peternakan sebesar 0,7703 juta m3/tahun (0,086%), kebutuhan air untuk perikanan sebesar 2,7002 juta m3/tahun (0,3015%), kebutuhan air untuk irigasi sebesar 839,0076 juta m3/tahun (93,686%), dan kebutuhan air untuk pemeliharaan (riparian) sungai sebesar 7,56 juta m3/tahun (0,844%). Alternatif III Total kebutuhan air sebesar 955,388 juta m3/tahun dihitung berdasarkan kebutuhan air domestik sebesar 36,39 juta m3/tahun (3,809%), kebutuhan air non domestik sebesar 9,10 juta m3/tahun (0,952%), kebutuhan air untuk keperluan industri sebesar 0,0241 juta m3/tahun (0,003%), kebutuhan air untuk peternakan sebesar 0,7703 juta m3/tahun (0,081%), kebutuhan air untuk perikanan sebesar 2,7002 juta m3/tahun (0,283%), kebutuhan air untuk irigasi sebesar 898,847 juta m3/tahun (94,082%), dan kebutuhan air untuk pemeliharaan (riparian) sungai sebesar 7,56 juta m3/tahun (0,791%). 3. Dari hasil analisa neraca air diperoleh sisa ketersediaan air dari masing-masing alternatif yaitu alternatif I sebesar 726,3004 juta m3/tahun, alternatif II sebesar 621,7113 juta m3/tahun, alternatif III sebesar 561,8721 juta m3/tahun dimana sisa ketersediaan ini dapat dimanfaatkan untuk sektor lain dan sebagai inflow Waduk Sengguruh bersamaan dengan debit dari Sungai Brantas Hulu. 4. Upaya penatagunaan potensi air di Sub DAS Lesti dilakukan dengan cara membuat tiga alternatif jadwal
tanam irigasi. Alternatif I dengan awal masa tanam pada Bulan November periode I, alternatif II dengan awal masa tanam pada Bulan Desember periode I, alternatif III dengan awal masa tanam pada Bulan Januari periode I. Kondisi eksisting di Daerah Irigasi Sumberwuni yaitu awal masa tanam bulan November. Setelah menganalisa alternatif-alternatif tersebut, telah dihitung perbandingan antara total kebutuhan air dan kelebihan debit akhirnya. Dipilih alternatif terbaik yaitu alternatif I yang juga merupakan kondisi eksisting dengan awal masa tanam Bulan November Periode I yang memiliki total kebutuhan air paling sedikit daripada kedua alternatif lainnya. Dapat disimpulkan bahwa kondisi eksisting sudah paling baik sehingga kelebihan debit akhir akan lebih besar dan dapat dimanfaatkan pada sektor lain, selain itu dapat digunakan sebagai tambahan inflow di Waduk Sengguruh. 5.2. Saran 1. Setelah mengetahui hasil analisa dari ketiga alternatif, diperoleh hasil yang berbeda. Hal yang paling mempengaruhi perbedaan tersebut adalah curah hujan efektif, namun dalam metode LPR-FPR tidak dihitung secara nyata. Curah hujan efektif mempengaruhi kebutuhan air irigasi setiap bulannya. Semakin besar curah hujan efektif, maka semakin kecil kebutuhan air irigasinya. 2. Melihat dari hasil analisa proyeksi kebutuhan air, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air akan terus meningkat disetiap tahunnya. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi defisit air, maka dapat diperhitungkan potensi air tanah dan mata air sebagai potensi
ketersediaan untuk masa yang akan datang. 3. Mengingat bahwa sebagian besar penggunaan air di bidang pertanian, maka perlu dilakukan upaya pemilihan alternatif terbaik sebagai salah satu upaya penatagunaan potensi air yang ada di Sub DAS Lesti, sehingga dapat menambah manfaat baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat disekitarnya. 4. Setelah mengetahui kondisi neraca air di Sub DAS Lesti Kabupaten Malang, diharapkan bagi masyarakat sekitar untuk membantu menjaga kelestarian lahan hijau pada daerah resapan (recharge area) dan tidak mencemari air sungai dengan sampah agar lingkungan tetap terjaga dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Asdak,
Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Badan Standardisasi Nasional. 2002. Penyusunan Neraca Air Sumber Daya Air Bagian 1: Sumber Daya Air Spasial. Standar Nasional Indonesia, SNI 19-6728.1-2002. Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta IWRD dalam Nippon Koei Co., Ltd., 1993, The Study for Formulation of Irrigation Development Programing The Republic of Indonesia(FIDP). Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional. Sosrodarsono, S & Takeda K. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.