JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
STUDI NORMALISASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI (STUDI KASUS SUNGAI ENGKULIK DI KABUPATEN SINTANG) Dhani Pratama1) Umar2) Eko Yulianto2) Abstrak Dampak terjadinya kerusakan DAS Engkulik dapat terlihat pada kondisi morfologi sungai yang berada di wilayah tersebut, antara lain terjadinya pendangkalan dasar alur sungai, sehingga menyebabkan terjadinya banjir yang makin meningkat dan meluas pada akhir – akhir ini. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dengan data curah hujan dan data debit terukur dari stasius hidrologi pada sub DPS yang di tinjau dan data yang mewakili karakteristik DPS tersebut, serta analisa data yang dilakukan berdasarkan priode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun. Dengan analisa debit banjir rencana dihitung dengan metode hidrograf satuan sintetik snyder, dilakukan juga analisa hidrolika dengan HEC-RAS, dan melakukan normalisasi untuk mendapatkan saluran yang dinamis. Dari hasil analisa data debit hidrograf sungai engkulik akibat banjir maksimum periode ulang 10 tahun dengan metode HSS SNYDER ALEXEYEV di dapat 3.86 m3/detik sedangkan dengan metode HEC-RAS di dapat 4 m3/detik. Sebelum di normalisasi terjadi pendangkalan atau penyempitan aliran dimuara sungai engkulik, sehingga muka air dihulu naik dengan elevasi 17,5 m padahal di muara surut dengan elevasi 17 m dan di tandai pula dengan peningkatan kecepatan tiba tiba karena adanya kontraksi aliran saat kondisi surut. Setelah di normalisasi dengan penampang trapesium yang Lebar bawahnya 6 m, Lebar atasnya 12 m, kemiringan sisi saluran 1:2, elevasi muka air menjadi 17 m, normalnya kecepatan aliran, tidak ada kontraksi, efek pembendungan, dan aliran cepat turun pada saat muara sungai engkulik surut. Sebelum di normalisasi semakin diperparah jika muara sungai engkulik dalam kondisi pasang dengan elevasi 18 m akan terjadi efek pembendungan sehingga muka air di hulu naik. setelah di normalisasi dengan penampang trapesium yang Lebar bawahnya 6 m, Lebar atasnya 12 m, kemiringan sisi saluran 1:2 elevasi muka air tetap 18 m karna ada nya efek pembendungan akibat muara sungai engkulik pasang. Kata-kata kunci:
DPS engkulik, HSS SNYDER ALEXEYEV, HEC-RAS
Kalimantan Barat memiliki fungsi dan pemanfaatan yang beragam, seperti untuk keperluan air bersih, keperluan
1. PENDAHULUAN Sebagaimana umumnya sungai – sungai yang berada diwilayah provinsi
1
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
irigasi,sarana transfortasi dan untuk sumber energy serta keperluan lainnya. Exploitasi terhadap sumber daya alam hutan terutama yang berada di Wilayah Sungai serta Daerah Aliran Sungai ( DAS ) telah terjadi selama beberapa tahun terakhir ini yang mengakibatkan terjadinya kerusakan terhadap kondisi DAS itu sendiri yang merupakan wilayah pendukung dari system tata air sungai/parit tersebut.
terdapat data debit (data tinggi muka air) maka debit rencana dihitung dari data hujan yang tersedia. 2.3 Perbaikan Alur Sungai Sungai adalah suatu saluran derainase yang berbentuk secara alamiah. Akan tetapi disamping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya air yang mengalir didalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terusmenerus sepanjang masa eksistensinya dan terbentuklah lembah-lembah sungai. Pada daerah daratan yang rata alur sungai tidak stabil dan apabila sungai mulai membelok, maka terjadilah erosi pada tebing belokan luar yang berlangsung sangat intensif, sehingga terbentuk lah meander seperti pada gambar berikut :
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Kabupaten Sintang merupakan kabupaten yang memiliki luas wilayah ketiga terbesar di Provinsi Kalimantan Barat setelah Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kapuas Hulu. Luas wilayah Kabupaten Sintang yaitu 21.635 km2 dengan wilayah terluas terdapat di Kecamatan Ambalau yaitu 6.386,40 km2 atau sebesar 29,52 persen, sedangkan Kecamatan Sintang merupakan Kecamatan yang terkecil luas 2 wilayahnya yaitu 277,05 km atau hanya sebesar 1,28 persen. Dari luas tersebut, sebagian besar merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 13.573,75 km2 atau 62,74 persen. 2.2 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi dilakukan untuk menentukan debit banjir rencana, selanjutnya hasil analisis hidrologi dituangkan dalam laporan Hidrologi. Banjir rencana adalah besarnya debit dengan kala ulang tertentu. Banjir rencana dihitung dari data-data debit yang tercatat melalui peilschall yang dikonversikan menjadi debit. Jika tidak
Meander semacam ini umunya terjadi pada ruas-ruas sungai didataran rendah dan apabila proses meander berlangsun terus, maka pada akhirnya terjadi sudetan alam pada belokan luar yang sudah dekat dan terbentuklah sebuah danau berbentuk tanduk sapi.
2
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
Apabila beberapa sungai yang berbeda baik ukuran maupun sifatnya mengalir berdampingan dan akhirnya bertemu, maka pada titik pertemuan dasarnya akan berubah dengan sangat intensif. Akibat perubahan-perubahan tersebut, maka aliran banjir pada salah satu atau semua sungai mungkin akan terhalang. Apabila anak sungai yang arusnya deras dan membawa banyak sendimen mengalir kesungai utama, maka terjadilah pengendapan berbentuk kipas. Sungai pertama akan terdesak oleh anak sungai tersebut. Bentuk pertemuannya cendrung bergeser kearah hulu.
Jadi alur sungai menjadi lebih panjang dan dapat mengganggu kelancaran aliran banjir. Guna mengurangi keadaan yang kurang menguntungkan tersebut, maka pada ruas sungai tersebut perlu dipertimbangkan pembuatan alur baru, agar pada ruas tersebut alur sungai mendekati garis lurus dan lebih pendek
Pada lokasi pertemuan dua buah sungai diusahakan supayah formasi pertemuannya membentuk garis singgung. Saluran baru semacam ini disebut sudetan. Sudetan ini akan menurunkan muka air di sebelah hulunya tetapi muka air di sebelah hilirnya biasanya naik sedikit. 3. METODOLOGI 3.1 Prosedur Penelitian Menurut sugiyono, 2001, Metodologi
3
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
adalah suatu cara yang tersusun secara terstruktur dan teratur dalam melakukan penelitian terhadap suatu objek. Metodologi akan menuntun penulis tetntang tahap-tahap atau langkahlangkah dalam melakukan suatu penelitian sehingga penelitian tersebut akan memiliki suatu keteraturan dan akan mudah dipahami bagi pihak lain selain penulis.
b. Data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan atau data-data masukan yang diperlukan untuk mendukung penelitian yang dilakukan dari beberapa instansi pemerintahan. Pengumpulan data sekunder yaitu : Data Klimatologi, Hidrologi dan Hidrometri Peta Topografi daratan
3.2 Diagram Alir (Flow Chart) Diagram adalah bentuk teraan yang sifatnya lebih menerangkan ketimbang menyajikan gambar. Untuk skripsi ini diagram alir yang memuat langkahlangkah penyusunan skripsi sebagai berikut:
3.4 Analisa Data Analisa Frekuensi data curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa distribusi probabilitas yang banyak digunakan dalam hidrologi, yaitu : Distribusi Normal, Distribusi Gumbel Tipe I, Distribusi Pearson III, dan distribusi Log Pearson III. Uji kecocokan dilakukan dengan uji chi kuadrat (x2). Tahapan-tahapan uji chi kuadrat akan dipaparkan sebagai berikut: a. Data curah hujan diurutkan dari kecil ke besar atau sebaliknya. b. Hitung nilai ̅ dan S. c. Tentukan persamaan garis lurus untuk masing-masing metode. d. Kelompokan data menjadi G sub Group, tiap sub Group minimal 4 data pengamatan. e. Tentukan nilai k dari table untuk masing-masing metode f. Masukan nilai k dan s kedalam garis lurus masing-masing metode.
MULAI PENGUMPULAN DATA
DATA SEKUNDER
TOPOGRAFI - CROSS SECTION - LONG SECTION
HIDROLOGI - CURAH HUJAN - DEBIT ANALISA DATA
TOPOGRAFI - PENAMPANG SUNGAI - KEMIRINGAN SUNGAI
Data Sosial dan Kependudukan Peta Topografi
HIDROLOGI - FREKUENSI CURAH HUJAN - DEBIT BANJIR
ANALISA HIDROLIKA DENGAN HEC RAS - PENAMPANG ASLI - PENAMPANG NORMALISASI
KESIMPULAN
SELESAI
3.3 Pengumpulan Data a. Pengumpulan data meliputi data Sekunder yaitu : Data Hidrologi,Klimatologi dan Hidrometri
4
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
g. Hitung nilai xh2dari seluruh sub Group untuk mendapatkan nilai chi kuadrat hitung. h. Tentukan nilai kritis (chi kuadrat)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISA HIDROLOGI Data iklim seperti suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, dan kecepatan angin merupakan faktor-faktor penting dalam perhitungan Evapotranspirasi Acuan (Eto). Hasil analisa Evapotranspirasi bulanan berdasarkan data klimatologi Stasiun Meteorologi Sintang.
Perhitungan debit banjir dimaksudkan untuk perhitungan dimensi penampang sungai. Metoda perhitungan yang umum dipakai dalam menghitung debit banjir dari data curah hujan maksimum harian, kemudian dihitung debit banjirnya. Perioda ulang dari banjir yang akan dihitung adalah banjir dengan perioda ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Dari hasil yang didapat dari analisis curah hujan maximum, kemudian dihitung debitnya.
ETo = C ( W * Rn + ( 1 – W ) * f(u) * ( eo ed )) dengan : ETo = evapotranspirasi pada keadaan standard (mm/hari)
Dari hasil yang didapat dari analisis curah hujan, kemudian dihitung debit banjirnya dengan menggunakan Metoda: 1). Metode Weduwen 2). Metode Haspers 3). Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakaysu 4). Metode Hidrograf Satuan Sintetik Snyder Alexeyev
W
= factor temperature
Rn
= radiasi matahari
f(u)
= factor kecepatan angin
(eo – ed) = perbedaan antara tekanan uap air jenuh pada suhu udara ratarata dengan rata-rata tekanan uap air di udara (mbar) C
= Koefisien
Tabel 1. Perhitungan Evaporasi dengan metoda Pan Man
3.5 Analisa Hidrolika dengan HECRASS Langkah-langkah simulasi aliran dengan memakai model fisik atau model matematik pada prinsipnya terdiri dari lima langkah pokok, yaitu: 1) penyiapan tempat, 2) peniruan geometri sungai/saluran, 3) peniruan aliran, 4) pengukuran atau hitungan kecepatan dan kedalaman aliran, dan 5) presentasi dan interpretasi hasil.
5
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
Dari data hujan harian maksimum dilakukan analisa curah hujan rencana maksimum. Data ini selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan debit banjir rencana. Curah hujan rencana diambil untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100tahun.
4.2
ANALISA DEBIT BANJIR (FLOOD ANALYSIS)
5,00
Periode Ulang 2 Tahun Periode Ulang 5 Tahun
4,50 4,00 3,50
Analisa frekuensi data curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa distribusi probabilitas yang banyak digunakan dalam Hidrologi, yaitu : Distibusi Normal, Distribusi Gumbel, Distribusi Pearson III, dan Distribusi Log Pearson III. Setelah dilakukan perhitungan parameter-parameter statistik, maka untuk menentukan metode yang akan digunakan dalam perhitungan curah hujan, dilihat dari nilai Koefesien Skewness (Cs) dan Koefesien Kurtosis (Ck) dari masing-masing metode analisa curah hujan yaitu Metode Gumbel, Metode Normal, Metode Pearson Tipe III dan Metode Log Pearson Tipe III.
Q (m3/dtk)
3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 0
18
24
30
36
42 48 t (jam)
54
60
66
72
Tabel 3. Rekapitulasi Perhitungan Debit Banjir Sungai Engkulik 3.88 3.08
Luas Das (Km2) Panjang Sungai (Km) Q max Tr (m3/detik) Q max Tr (m3/detik) Q max Tr (m3/detik) Q max Tr (m3/detik) Q max Tr (m3/detik) Q max Tr (m3/detik)
Tabel 2. Pemilihan Metode Distribusi Curah Hujan cs 0 1.139 -0.143 0.198
12
Gambar 1. Hidrograf Debit Sungai Engkulik
Parameter-parameter statistik untuk metode tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
metode normal gumbel LP III P III
6
ck 3 5.402 0.177 0.457
6
2 5 10 25 50 100
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
3.01 3.54 3.86 4.23 4.50 4.75
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
Engkulik
4.3 PERMODELAN HEC-RAS
Pla n: Plan 01
8/28/2012
S Engkulik Engkulik 18.0
Legend
17.5
Crit Max WS
WS Max WS
Ground
Elevation (m)
17.0
16.5
16.0
15.5
15.0
14.5
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Main Channel Distance (m)
Gambar 5. Penampang Memanjang Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalamKondisi Surut
Gambar 2. Debit Lateral Akibat Curah Hujan Periode Ulang 10 Tahun Pada DAS Engkulik Engkulik
Plan: P lan 01
8/28/2012
Pada Gambar Penampang Memanjang Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi Surut, terjadi pendangkalan atau penyempitan aliran dimuara sungai engkulik, sehingga muka air dihulu naik dengan elevasi 17,5 m padahal dimuara surut dengan elevasi 17 m dan ditandai pula dengan peningkatan kecepatan tiba tiba karena adanya kontraksi aliran.
Q Left (m3/s), Q Channel (m3/s), Q Right (m3/s), Q Total (m3/s)
S Engkulik Engkulik 4
Legend Q Channel Max WS Q Total Max WS Q Right Max WS
3
Q Left Max WS
2
1
0
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Main Channel Distance (m)
Gambar 3. Debit Sungai Engkulik Akibat Banjir Maksimum Periode Ulang 10 Tahun, semakin ke hilir debit makin besar akibat akumulasi
Engkulik
Pla n: Plan 01
8/28/2012
S Engkulik Engkulik 18.5
Legend WS Max WS
18.0
Crit Max WS Ground
17.5
17.0 Elevation (m)
Plan: Plan 01 River: S Engkulik Reach: Engkulik RS: 0 4.0
Legend
3.5
Flow
16.5
16.0
Flo w (m3 /s)
3.0 15.5
2.5 2.0
15.0
1.5
14.5
1.0
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Main Channel Distance (m)
0.5 0.0
1200 13Nov2008
2400
1200 14Nov2008
2400
1200 15Nov2008 Time
2400
1200 16Nov2008
Gambar 6. Penampang Memanjang Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi pasang
2400 17Nov2008
Gambar 4. Debit Hidrograf Pada Muara Sungai Engkulik Akibat Banjir MaksimumPeriode Ulang 10 Tahun, dengan debit maksimum 4 m3/detik
Pada Gambar Penampang Memanjang Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi pasang, disamping akibat pendangkalan
Hasil Simulasi Sungai Engkulik Dengan Geometri dan Penampang Asli
7
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
Engkulik
muara sungai engkulik, efek pembendungan dan semakin diperparah jika muara sungai engkulik dalam kondisi pasang akan terjadi pendangkalan dimuara sungai engkulik yang berakibat pada timbulnya efek pembendungan sehingga muka air di hulu naik.
Pla n: Plan 02
8/28/2012 Legend WS Max WS Crit Max WS
Elevation (m)
18
Ground
17
16
15
14
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Main Channel Distance (m)
Gambar 8. Penampang Memanjang Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Periode Ulang 10 Tahun Jika Muara dalam Kondisi Pasang
Hasil Simulasi Sungai Engkulik Dengan Geometri dan Penampang Normalisasi Rencana Engkulik
Pla n: Plan 02
S Engkulik Engkulik 19
8/28/2012
S Engkulik Engkulik 17.5
Legend
17.0
Crit Max WS
Pada Gambar Penampang Memanjang Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Periode Ulang 10 Tahun Jika Muara dalam Kondisi Pasang, setelah di normalisasi penampang dan dasar sungai engkulik membuat aliran normal dengan turunnya muka air, normalnya kecepatan aliran, namun ada nya efek pembendungan akibat muara sungai engkulik pasang sehingga lamban turun itu terjadi disebabkan oleh faktor eksternal
WS Max WS
Ground
Elevation (m)
16.5
16.0
15.5
15.0
14.5
14.0
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Main Channel Distance (m)
Gambar 7. Penampang Memanjang Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Periode Ulang 10 Tahun Jika Muara dalam Kondisi Surut Pada Gambar Penampang Memanjang Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Periode Ulang 10 Tahun Jika Muara dalam Kondisi Surut, setelah di normalisasi penampang dan dasar sungai engkulik membuat aliran normal dengan turunnya muka air,normalnya kecepatan aliran, tidak ada kontraksi, efek pembendungan, dan aliran cepat turun pada saat muara sungai engkulik surut.
Engkulik .03
Plan: Plan 01 .03
8/28/2012 .03
19.0
Legend
18.5
WS Max WS
Elevation (m)
18.0
Ground
17.5
Bank Sta
17.0 16.5 16.0 15.5 15.0
0
5
10
15
20
25
Station (m)
Gambar 9. Penampang Eksisting Salah satu Stasiun (1038) Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi Surut
8
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
.03
Plan: Plan 01 .03
8/28/2012
Engkulik
.03
19.0 18.5 Elevation (m)
.03
17.5 17.0
Ground
16.5
WS Max WS
16.0
Crit Max WS
Bank Sta
16.5
Legend EG Max WS
Ground
15.5
Bank Sta
15.0
16.0
14.5
15.5
14.0
0
5
10
15
20
25
0
5
Gambar 10. Penampang Eksisting Salah satu Stasiun (1038) Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi Pasang Engkulik
Plan: P lan 02
.03
10
15
20
Station (m)
Station (m)
Gambar 13. Penampang Rencana Salah satu Stasiun (0) Dengan Lebar Dasar Saluran 8 m Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi Surut
7/9/2014
.03
Engkulik
.03
17.5
Plan: P lan 02
7/10/2014
Legend
17.0
.03
EG Max WS
18.0
16.5
WS Max WS
17.5
16.0
Crit Max WS
17.0
Elevation (m)
Elevation (m)
7/10/2014
.03
Legend
17.0
15.0
Plan: P lan 02
WS Max WS
18.0 17.5
.03
Elevation (m)
Engkulik
Ground
15.5
Bank Sta
15.0 14.5
.03
.03 Legend EG Max WS WS Max WS
16.5
Crit Max WS
16.0
Ground
15.5
Bank Sta
15.0
14.0
0
2
4
6
8
10
12
14
14.5
16
14.0
Station (m)
Gambar 11. Penampang Rencana Salah satu Stasiun (0) Dengan Lebar Dasar Saluran 6 m Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi surut
Engkulik
Plan: P lan 02
.03
0
5
10
20
Gambar 14. Penampang Rencana Salah satu Stasiun (0) Dengan Lebar Dasar Saluran 8 m Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi Pasang
Engkulik
7/30/2013
.03
15
Station (m)
.03
.03
Plan: P lan 02
7/10/2014
.03
.03
17.5
18
Legend
Legend
17.0
EG Max WS
17
Elevation (m)
Elevation (m)
EG Max WS WS Max WS Crit Max WS 16
Ground Bank Sta
16.5
WS Max WS
16.0
Crit Max WS Ground
15.5
Bank Sta
15.0
15
14.5 14
14.0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
0
5
10
15
20
Station (m)
Station (m)
Gambar 15. Penampang Rencana Salah satu Stasiun (0) Dengan Lebar Dasar Saluran 14 m Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi Surut
Gambar 12. Penampang Rencana Salah satu Stasiun (0) Dengan Lebar Dasar Saluran 6 m Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi Pasang
9
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
5.2 Saran Engkulik .03
Plan: P lan 02
7/10/2014
.03
Legend
17.5
Elevation (m)
Berdasaran hasil analisa data dan pembahasan yang telah diperoleh, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
.03
18.0
EG Max WS
17.0
WS Max WS
16.5
Crit Max WS
16.0
Ground
15.5
Bank Sta
15.0 14.5 14.0
0
5
10
15
Pengerukan alur dilakukan dengan memperlebar dan memperdalam sungai sesuai dengan debit banjir.
Menormalisasi daerah yang bersendimentasi berat khususnya pada daerah muara.
Merencanakan turap di bibir sungai yang rawan terjadi longsor.
20
Station (m)
Gambar 16. Penampang Rencana Salah satu Stasiun (0) Dengan Lebar Dasar Saluran 14 m Sungai Engkulik Pada saat Banjir Maksimum Jika Muara dalam Kondisi Pasang 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil kajian sungai yang di survey maka dapat di simpulkan bahwa banjir di Kota Sintang khususnya DAS Engkulik disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu :
6. DAFTAR PUSTAKA Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Faktor eksternal yang di sebabkan oleh meluapnya sungai utama (Sungai Kapuas dan Sungai Melawi) yang berdampak kepada tergenangnya daerah-daerah bantaran sungai tersebut serta daerah sekitarnya yang memiliki elevasi yang rendah.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Kabupaten Sintang Dalam Angka 2011.BPS. Kota Pontianak. Harto,
Faktor internal yang disebabkan oleh hujan lokal di Kota Sintang khususnya DAS Engkulik dimana debit limpasan banjir yang diakibatkan hujan tersebut tidak mampu ditampung dan dialirkan dengan cepat oleh Sungai Engkuik dan sistem drainase internalnya.
Sri BR. 1991. Hidrologi Terapan. Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Harto, Sri BR. 2000. Hidrologi : Teori, Masalah, dan Penyelesaian. Nafiri offset. Yogyakarta
10
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN
Ignasius. 2009. Perbandingan Hasil Perhitungan Flood Design Di Daerah Aliran Sungai Landak Dengan Metode Hidrograf Satuan Sintetik Snyder, Nakayasu dan Gama 1. Skripsi. Universitas Tanjungpura, Pontianak. Martha, W, Joyce, Ir.1982. Mengenal Dasar – dasar Hidrologi. Nova. Bandung. Rudianto. 2007. Penerapan Metode HSS Snyder dan HSS Nakayasu untuk Mengkaji Debit Banjir DI DPS Sekayam Kalimantan Barat. Skripsi. Universitas Tanjungpura, Pontianak Soewarno, 1991, Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai, Nova Bandung. Soewarno. 2000. Hidrologi Oprasional. Jilid 1. PT Citra Aditya Bhakti. Bandung. Wilson E.M. 1993. Hidrologi Teknik. Edisi ke Empat. ITB Bandung. Bandung.
11